You are on page 1of 25

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FORMAL DAN NONFORMAL

TIM PENGEMBANG

PUSAT KURIKULUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Jakarta, 2008

ABSTRAK Kurikulum Inovatif Pendidikan Anak Usia Dini Formal dan Nonformal Salah satu yang sangat mendasar dengan diberlakukannya Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Perlindungan Anak, dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan adalah terjadinya perubahan kewenangan dalam pengembangan kurikulum yaitu; dari sentralistik menjadi desentalistik yang berimplikasi pada sekolah, komite sekolah, madrasah dan komite madrasah diwajibkan untuk mengembangkan perangkat kurikulum satuan tingkat pendidikan (KTSP). DalamUndang-undang No. 23 Tahun 2003 Pasal 4 mengungkapkan bahwa setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dan diskriminasi. Ini berdampak perlunya, model kurikulum Inovasi PAUD formal dan nonformal yang disusun berdasarkan kajian retrospektif dan reflektif, untuk membantu guru dan pengelola dalam pengembangan kurikulum. Pusat Kurikulum, sebagai salah satu unit yang berada pada Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional Nomor 24 tahun 2006 salah satu tugasnya adalah mengembangkan model-model yang diperlukan dalam rangka memenuhi kebutuhan, keinginan dari stakeholder. Kurikulum Inovatif PAUD disusun sebagai guideline bagi setiap praktisi dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini, terutama untuk menjawab pertanyaan tentang apa yang diajarkan dan bagaimana mengajarkan melalui penguasaan perencanaan yang di dasarkan pada filosofi tentang bagaimana anak berkembang dan belajar. Prosedur pengembangannya disusun sebagai panduan praksis kegiatan belajar seraya bermain pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan lingkup pengembangan model yang menjangkau ranah usia anak 0 tahun sampai usia 6 tahun. Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum Inovatif PAUD formal dan nonformal yaitu; fleksibel, kontinyu, adaptif, integratif, progresif, dan kontekstual. Kurikulum inovatif pendidikan anak usia dini dapat digunakan sebagai salah satu model yang dapat dijadikan salah satu acuan bagi guru dan pengelola PAUD yang pada akhirnya dapat menjembatani pengalaman siswa belajar terutama pada sekolah dasar di kelas rendah 1 3. Temuan umum pada kegiatan uji coba yang dilaksanakan di 2 provinsi: Jawa Barat dan D.I. Yogyakarta. Temuan dari hasil uji coba model masih menemukan beberapa kendala yaitu; belum lengkapnya informasi dari guru/tutor dan pengelola tentang stantar kompetensi maupun menu generik untuk PAUD. Sebahagian besar responden yang dijadikan sampel dalam uji coba model mengalami kesulitan dalam membaca, dan memahami isi konsep-konsep model kurikulum inovatif karena sebahagian besar guru/tutor tidak berlatar belakang PGTK.

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN A. Rasional B. Tujuan 4 C. Lingkup Pengembangan Model Kurikulum PAUD BAB II KERANGKA FILOSOFIS Pembelajaran Berbasis Alam BAB III PRINSIP PRINSIP Pembelajaran Berbasis Alam BAB IV PENDEKATAN DAN METODE PBA A. Pendekatan Pembelajaran berbasis Alam B. Metode Pembelajaran Berbasis Alam BAB V PENGGUNAAN MEDIA DAN SUMBER Pembelajaran Berbasis Alam Bab VI PENGORANISASIAN KEGIATAN Pembelajaran Berbasis Alam Daftar Pustaka Lampiran 24

Halaman 4

5 4 4

6 9 11 15

17

19 23

Bab

1
PENDAHULUAN
A. Rasional Kurikulum merupakan seperangkat konsep yang mengatur tentang isi, tujuan dan proses pendidikan yang akan dilaksanakan. Konsep yang diatur dalam kurikulum bersifat tidak kaku dan stagnan melainkan suatu gagasan yang dinamis dan progresif, terutama dalam memenuhi kebutuhan perkembangan anak pada berbagai aspek, kondisi perubahan sosio-antropologis dan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya dalam bidang ilmu pendidikan dan/atau pembelajaran. Atas dasar itu, perlu diupayakan pemahaman dan sosialisasi perlunya pengembangan model kurikulum inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidik anak usia dini yang menyelenggarakan pendidikan pada berbagai lingkungan pendidikan keluarga (informal), masyarakat (nonformal) dan sekolah (formal). Pengembangan model kurikulum inovatif diarahkan untuk membantu pendidik anak usia dini dalam merancang model kurikulum, khususnya pada proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang memenuhi kebutuhan dan karakteristik perkembangan anak. Melalui upaya ini diharapkan akan memberikan pencerahan pada pendidik anak usia dini untuk mengembangkan variasi proses pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan anak memperoleh sejumlah pengalaman belajar secara langsung (real learning), bermakna (meaningfull) dan konstruktif. B. Tujuan Tujuan pengembangan model kurikulum inovatif PAUD dengan model pembelajaran berbasis alam disusun sebagai panduan praksis pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangannya. Secara spesifik, panduan ini diarahkan untuk : 1. memberikan guideline bagi pendidik dan stakeholder lainnya dalam melaksanakan pendidikan pada anak usia dini khususnya dalam melaksanakan proses pembeljaran berbasis alam . 2. memberikan panduan kepada guru dalam memahami konsep falsafah pendidikan yang

menjadi dasar kerangka berpikir dan bertindak secara praksis dan profesional. 3. membantu pendidik dalam merancang dan mengembangkan proses pembelajaran pada anak usia dini yang memungkinkan tejadinya moving melalui sumber belajar yang berbasis alam. 4. membantu guru menyesuaikan pratik pembelajaran pada anak usia dini sesuai dengan falsafah pendidikan yang mendasarinya.

C. Lingkup dan Batasan Pengembangan model kurikulum inovatif ini hanya dibatasi sebagai contoh model dari komponen penyelenggaraan kegiatan pendidikan (standar proses pembelajaran). Komponen ini dianggap merupakan komponen penting dan ruh dari suatu proses pendidikan dimana pendidik dapat memperlihatkan pemahaman konsep filosofis, prinsip dan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kerangka model yang dijadikan acuan. Inovasi dimaknai sebagai pembaharuan atau perubahan dengan ditandai adanya hal yang baru. Inovasi adalah pemikiran cemerlang yang diharapkan untuk memecahkan persoalan yang timbul dan memperbaiki suatu keadaan. Melalui kegiatan inovatif akan ditemukan berbagai kegiatan dan hasil yang dapat dipergunakan untuk memecahkan berbagai persoalan yang muncul seperti menemukan alat sederhana untuk menyaring air kotor, membuat alat permainan sendiri dari bahan alam (contoh: daun dan pelepah pisang). Ciri Inovasi dalam proses pembelajaran untuk anak usia dini diantaranya : 1. Memiliki kekhasan/khusus dalam arti ide, program, tatanan, sistem, termasuk hasil yang diharapkan 2. Memiliki ciri atau unsur kebaharuan 3. Program inovasi dilaksanakan melalui program yang terencana 4. Memiliki tujuan termasuk arah dan strategi untuk mencapai suatu tujuan.

Bab

2
KERANGKA FILOSOFIS
PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM

Lingkungan alam merupakan salah satu komponen terpenting dalampengembangan tujuan, isi dan proses pendidikan pada anak usia dini. Esensitujuan pendidikan pada anak usia dini diantaranya adalah membantu anakmemahami dan menyesuaikan diri secara kreatif dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud memiliki konotasi pemahaman yang luas mencakupsegala sumber yang ada dalam lingkungan anak (termasuk dirinya sendiri),lingkungan keluarga dan rumah, tetangga (tetangga pedagang, tetangga dokter,tetangga peternak, dan petani), lingkungan yang berwujud makanan, minuman sertapakaian, gedung atau bangunan, kebun, persawahan dan lain-lain. Folosofis pembelajaran yang berbasis lingkungan alam sebenarnya telah digagas pertamakali oleh Jan Lightghart pada tahun 1859. Tokoh ini menyajikan suatu bentuk model pendidikan yang dikenal dengan pengajaran barang sesungguhnya. Konsep ini menjadi salah satu akar munculnya konsep pendidikan yang berbasis pada alam atau back to nature school. Ide dasarnya adalah pendidikan pada anak dilakukan dengan mengajak anak dalam suasana sesungguhnya melalui belajar pada lingkungan alam sekitar yang nyata. Bentuk pengajaran ini dilakukan sebagai upaya menentang bentuk pengajaran yang cenderung intelektualisme dan verbalistik. Menurut Jan Lightghart, Sumber utama bentuk pengajaran ini adalah lingkungan di sekitar anak. Melalui bentuk pengajaran ini akan tumbuh anak dalam mengamati, menyelediki serta mempelajari lingkungan. Kondisi lingkungan yang sesungguhnya juga akan menarik perhatian spontan anak sehingga anak memiliki pemahaman dan kekayaan pengetahuan yang bersumber dari lingkungannya sendiri. Bahan-bahan pengajaran yang ada pada lingkungan sekitar anak akan mudah diingat, dilihat dan dipraktikan sehingga kegiatan pengajaran menjadi berfungsi secara praktis. Inti pengajaran barang sesungguhnya adalah mengajak anak pada kondisi lingkungan sesungguhnya. Semua bahan yang ada di lingkungan sekitar anak dapat dipakai sebagai pusat minat atau pusat perhatian anak. Bahan pengajaran dari lingkungan oleh Jan Lighthart dikelompokan dalam tiga kategori, yaitu lingkungan alam (sebagai bahan mentah), lingkungan produsen atau lingkungan pengrajin (pengolah dan penghasil bahan mentah menjadi bahan jadi) serta lingkungan masyarakat pengguna bahan jadi (konsumen). Bahan ini dapat terdiri dari tanaman, tanah, batu-batuan, kebun, sungai dan ladang, pengarajin kayu, rotan dan pasar atau toko sebagai pusat jual beli bahan-bahan jaditersebut. Berdasarkan pusat minat anak (tema) ini maka langkah pengajaran dilaksanakan. Landasan filosofis kedua dapat ditelaah dari filsafat pendidikan naturalisme romantik yang dikemukakan Rousseau. Filosof ini berusaha mengembangkan konsep pendidikan Emile yang dilakukan secara naturalistik atau alami. Ia mengemukakan filosofisnya bahwa : (1) pendidikan harus mengembangkan kemampuan-kemampuan alami atau bakat/pembawaan anak dan (2) pendidikan yang berlangsung dalam alam. Sesuai dengan pandangan di atas

maka pendekatan untuk mendidik anak bukanlah dengan mengajar anak secara formal atau melalui pengajaran langsung, akan tetapi dengan memberi kesempatan kepada mereka belajar melalui proses eksplorasi dan diskoveri. Landasan filosofis ketiga adalah konsep filosofis yang disampaikan oleh Decroly (1897). Filosof pendidikan ini mengemukakan beberapa ide filosofis bahwa : 1. Sekolah harus dihubungkan dengan kehidupan alam sekitar. 2. Pendidikan dan pengajaran agar didasarkan pada perkembangan anak. 3. Sekolah harus menjadi laboratorium bekerja bagi anak-anak. 4. Bahan-bahan pendidikan/pengajaran yang fungsional praktis. Dari ketiga landasan filosofis pendidikan tersebut diharapkan akan menjadi rumusan pijakan untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis alam untuk memberikan pembelajaran yang bermakna bagi anak-anak. Deskripsi analisis filosofis tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: Filosofis dasar yang terkait dengan pendidikan (pembelajaran) yang berbasis alam adalah pandangan bahwa kegiatan pendidikan (sekolah atau kurikulum) harus dapat membantu anak mengembangkan berbagai potensi perkembangan yang dipergunakan untuk beradaptasi secara kreatif dengan lingkungan alam. Atas dasar pandangan filosofis tersebut, kegiatan pendidikan seharusnya menggunakan lingkungan alam dengan berbagai variasi untuk memenuhi kebutuhan perkembangan anak usia dini. Sebagai lembaga sosial, sekolah harus menyajikan kehidupan nyata dan penting bagi anak sebagaimana yang terdapat di dalam rumah, di lingkungan sekitar, atau di lingkungan masyarakat luas. (Dewey dalam Krogh, 1994). Pandangan ini mempertegas bahwa sekolah (kurikulum : pembelajaran yang dilaksanakan) harus mampu membantu anak usia dini mengelaborasi dan mengeksplorasi lingkungan alam sebagai sumber belajar. Kegiatan pendidikan seperti ini sekaligus sebagai upaya memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam masa-masa bermain, bereksplorasi dan bereksperimen. Filosofis pendidikan berikutnya adalah bahwa kegiatan pembelajaran yang berbasis pada lingkungan alam akan membantu menumbuhkan otoaktivitas atau Autoactivity (aktivitas yang tumbuh dari dalam diri) anak sehingga dimungkinkan terjadi proses active learning (belajar secara aktif). Filosofis ini akan membantu pendidik merancang dan mengembangkan berbagai aktivitas yang memungkinkan anak terlibat secara aktif penuh (penuh keaktivitas) dalam interaksi pendidikan. Anak akan terlibat secara aktif dalam belajar melalui proses mengamati, mencari, menemukan, mendiskusikan, menyimpulkan, mengkomunikasikan dan membuat laporan sendiri tentang suatu fokus pembelajaran. Proses belajar seperti ini akan membantu anak memperoleh sejumlah keterampilan proses yang sangat dibutuhkan dalam mengembangkan life skill.

Filosofis ketiga dalam pembelajaran berbasis alam adalah pandangan bahwa lingkungan alam akan memberikan sejumlah pengalaman belajar langsung (real learning) dan/atau pembelajaran secara nyata (real instructions). Dalam istilah Jan Ligtghart ini dikenal dengan istilah pengajaran barang yang sesungguhnya. Konsep pendidikan seperti ini akan membantu anak mengembangkan proses berpikir komprehensif dalam situasi yang nyata tentang berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan alam. Filosofis keempat, konsep pembelajaran berbasis alam akan memberikan suasana atau kesempatan pada anak untuk mengembangkan kepekaan, kepedulian atau sensitivitas terhadap berbagai kondisi lingkungan alam. Kegiatan ini sekaligus tidak hanya membangun kecerdasan naturalis anak saja tetapi juga kecerdasan intra dan interpersonal, kecerdasan spiritual dan berbagai kecerdasan lainnya. Kepekaan yang berkembangan pada anak terhadap lingkungan alam secara konseptual disebut sebagai perhatian spontan Perhatian spontan anak akan muncul ketika anak-anak berinteraksi dengan berbagai objek dan kondisi lingkungan alam, baik secara individual maupun kelompok. Filosofis kelima, konsep pembelajaran berbasis alam akan membantu anak memperoleh proses dan hasil belajar yang bermakna (meaningfull learning) serta pembelajaran yang fungsional praktis (practical and functional intruction). Melalui pembelajaran berbasis alam, anak dapat menemukan, memahami dan menerapkan secara langsung proses belajar pada berbagai aspek dalam kehidupan secara nyata. Dengan demikian, anak dapat memaknai bahwa belajar tentang berbagai hal akan memiliki makna dalam kehidupan kini maupun di masa yang akan datang.

Bab

3
PRINSIP-PRINSIP
PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM
Proses pembelajaran berbasis alam perlu memperhatikan sejumlah prinsip yang mendasarinya. Prinsip-prinsip yang dimaksud diantaranya adalah : 1. Berpusat pada perkembangan anak dan optimalisasi perkembangan Keberhasilan pendidikan dapat diukur pada sejauh mana pendidikan berhasil mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengoptimalkan potensi setiap anak sesuai

dengan karakteristik perkembangannya. Oleh karena itu, keberhasilan proses pembelajaran berbasis alam terletak pada peningkatan optimalisasi seluruh potensi perkembangan anak dengan menjadi lingkungan alam sebagai sumber belajar yang utama. 2. Membangun kemandirian anak Proses pembelajaran yang berbasis alam diharapkan dapat membangun dan mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri (kemandirian), kedisiplinan dan sosialisasi agar terbentuk karakter kemandirian yang kuat. Dalam pembelajaran yang berbasis alam, anak akan terbiasa dihadapkan pada sejumlah persoalan kehidupan secara faktual. Anak dapat berusaha memecahkan persoalan tersebut, baik secara individual maupun bekerja sama dengan teman-temannya. 3. Belajar dari lingkungan alam sekitar Proses pembelajaran berbasis alam akan memaksimalkan pemanfaatan kekayaan alam yang ada, sebagai sumber ilmu pengetahuan, sehingga memiliki ketajaman berpikir dan wawasan keilmuan yang aplikatif. 4. Belajar dan bermain dari lingkungan sekitar Melalui bermain, memungkinkan anak untuk terlibat dalam lingkungannya, melalui konflik internal maupun eksternal sehingga anak belajar melalui berbagai pengalaman dengan objek, orang, kegiatan yang ada di sekitarnya. Pembelajaran yang dialami anak akan menjadi lebih menarik, menyenangkan (fun learning), bermakna dan tidak membosankan. 5. Memanfaatkan sumber belajar yang mudah dan murah Dengan memanfaatkan lingkungan sekitar, anak dapat mempelajari banyak hal dari lingkungan terdekatnya (lingkungan alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial, kultur budaya, dll) sehingga sumber belajar tidak harus sengaja dirancang dengan mengeluarkan biaya yang mahal. 6. Pembelajaran menggunakan pendekatan tematik Pembelajaran tema adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang didasarkan atas ide-ide pokok/sentral tentang anak dan lingkungannya. Melalui pembelajaran tema dapat memberikan pengalaman langsung tentang objek yang riil bagi anak untuk menilai dan memanipulasinya, menumbuhkan cara berpikir yang komprehensif. 7. Membangun kebiasaan berpikir ilmiah sejak usia dini Berpikir ilmiah yang dimaksud pada prinsip ini adalah memperkenalkan dan membiasakan anak untuk menemukan berbagai permasalahan yang ada di lingkungannya dan berpikir untuk menemukan cara memecah-kannya. Kegiatan

berpikir seperti ini dapat dilakukan melalui eksplorasi berbagai hal yang terjadi/ada dari lingkungannya, dari hal yang mudah/sederhana ke arah yang lebih kompleks/sukar. 8. Pembelajaran inspiratif, menarik, kreatif dan inovatif Anak adalah subjek dalam pembelajaran. Kegiatan-kegiatan pembelajaran perlu disiapkan untuk membangun rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan menemukan hal-hal yang baru. 9. Memberikan ruang bagi anak untuk belajar secara aktif (active learning). Dengan belajar dari sumber lingkungan sekitar dan lingkungan lain yang mendukung akan mendorong anak untuk menunjukkan aktivitas belajarnya. Anak akan berusaha mengamati, mencari dan menemukan berbagai pengetahuan dan konsep yang penting berkaitan dengan berbagai bidang perkembangan.

Bab

4
PENDEKATAN DAN METODE
PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM
A. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Alam
Pendekatan pembelajaran merupakan suatu cara pandang dalam melihat dan memahami situasi belajar mengajar. Penggunaan suatu pendekatan dapat diibaratkan sebagai penggunaan suatu kaca mata dalam melihat atau memandang suatu keadaan. Jika yang digunakan kacamata hijau maka pemandangan yang dilihat akan serba hijau. Jika kacamata yang dipergunakan biru maka pemandangan yang terlihat akan serba biru. Cara pandang dalam suatu pendekatan pembelajaran akan membantu guru menyusun dan mengembangkan kerangka berpikir atau mind set tentang berbagai unsur dalam pembelajaran. Jika guru mengembangkan pendekatan abstrak maka seluruh proses pembelajaran dalam strategi pembelajaran juga akan digiring ke arah proses pembelajaran yang abstrak. Demikian juga jika guru menganut pendekatan ekspositori maka cara melaksanakan kegiatan pembelajaran akan diarahkan ke arah proses yang lebih banyak atau didominasi oleh kegiatan menjelaskan atau menyampaikan materi. Guru yang mengembangkan pendekatan

berpusat pada guru (teacher centre) maka kegiatan pembelajaran akan sepenuhnya berada ditangan guru sedangkan murid menjadi pasif dan tidak kreatif. Dengan demikian, apa yang diyakini guru dalam memilih pendekatan akan memberikan dampak yang kuat pada pengembangan strategi pembelajaran. Salah satu konsep pokok utama yang perlu menjadi perhatian guru dalam memilih dan mengembangkan strategi pembelajaran adalah pemahaman dan penggunaan konsep pendekatan pembelajaran (learning approach). Seperti halnya batasan strategi pembelajaran, pendekatan pembelajaran juga merupakan bagian dari pemperoleh kerangka berpikir atau mind set guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran agar berdaya guna (efisien) dan berhasil guna (efektif) yang tinggi. Pendekatan pembelajaran pada dasarnya adalah cara pandang atau cara berpikir guru tentang berbagai komponen dalam sistem pembelajaran. Cara pandang ini dapat dianggap berada dalam dua ujung titik kontinum yang saling berlawanan. Sebagai contoh, cara pandang guru dalam melaksanakan pembelajaran ada yang berada paling ujung yang child centered atau berpusat pada anak dan guru yang berada di ujung teacher centered atau berpusat pada guru. Dengan demikian ke arahmana cara pandang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dapat diukur derajat child centered-nya atau derajat teacher centered-nya dengan memperhatikan berbagai aspek dan indikator yang berada pada keduanya. Beberapa pendekatan yang dapat dijadikan rujukan dalam pembelajaran yang berbasis alam dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut : 1. Pendekatan pedosentris versus materiosentris Pendekatan pedosentris (Paedos berarti kesanggupan atau kemampuan anak, sentries artinya berpusat) sering dikenal dengan learner centered yakni cara memandang kegiatan pembelajaran yang bertumpu atau bertitik tolak dari kesanggupan atau kemampuan anak sebagai individu yang belajar. Melalui pendekatan ini, guru akan berusaha untuk memikirkan dan menelaah seberapa kesanggupan atau kemampuan anak menguasai suatu proses dan bahan atau materi pembelajaran. Bahan atau materi pembelajaran dapat diperoleh anak dari sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian, tingkat kesanggupan anak untuk menyelesaikan suatu tahapan perkembangan dapat diamati dan digambarkan secara individual. Hal ini berbeda dengan cara pandang dari materiosentris (Matero berarti materi atau bahan pembelajaran) yang menganggap bahwa segala pusat kegiatan pembelajaran harus dimulai dengan materi atau bahan pembelajaran. Cara pandang ini akan mengarahkan guru untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggiring seluruh aktivitas anak untuk menguasai materi atau bahan pembelajaran. Bagi guru, hal terpenting

adalah bagaimana materi atau bahan pembelajaran selesai dilaksanakan dan anak-anak dapat menguasainya. Guru tidak perlu memikirkan anak yang lambat, sedang atau cepat dalam menangkap materi atau bahan pembelajaran. 2. Pendekatan Child Centered versus teacher centered Pendekatan child centered atau student centered merupakan suatu cara pandang yang menganggap bahwa pusat kegiatan pembelajaran bertitik tolak pada aktivitas anak (murid). Cara pandang ini meyakini bahwa murid atau anak memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Tugas guru yang utama menurut pandangan ini adalah menyusun dan menciptakan berbagai situasi dan fasilitas yang memungkinkan anak belajar. Pendekatan ini dapat dipergunakan dalam pembelajaran berbasis alam yang memungkinkan pendidik mengajak anak menggunakan berbagai sumber belajar lingkungan sekitar secara aktif. Cara pandang ini berada satu titik vertikal dengan pendekatan pedosentris. Pada sisi yang berlawanan, cara pandang teacher centered menekankan pusat kegiatan pembelajaran berada pada aktivitas guru dalam menguasai serta menyampaikan materi pembelajaran. Seluruh proses pembelajaran akan diwarnai dan didominasi oleh keaktivitan guru dalam menguasai kelas dan materi pembelajaran. Cara pandang ini berada dalam satu titik vertikal dengan pendekatan materiosentris. 3. Pendekatan Discovery (penemuan) versus Ekspositori (penyajian) Pendekatan Discovery dikenal juga dengan istilah pendekatan penemuan. Pendekatan ini mempunyai cara pandang yang memusatkan kegiatan pembelajaran pada upaya atau aktivitas anak didik untuk menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai melalui berbagai pengalaman yang dirancang dan diciptakan guru. Melalui cara pandang ini, guru akan berusaha memikirkan bagaimana menciptakan situasi belajar mengajar dengan ragam komponennya agar anak didik mau dan bisa mencari serta menemukan sendiri berbagai aspek pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. Pendekatan ini berada dalam satu titik vertikal dengan pedosentris (berpusat pada kesanggupan atau kemampuan anak) dan child centered (berpusat pada anak). Adapun pendekatan ekspositori lebih memandang aktivitas pembelajaran sebagai kegiatan guru melakukan ekspose atau penyampaian pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai. 4. Pendekatan Proses versus Pendekatan hasil Pendekatan proses dalam pembelajaran berbasis alam mengisyaratkan bahwa kegiatan pembelajaran lebih mengedepankan pentingnya proses belajar sebagai proses

pemerolehan berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan oleh anak sendiri. Adapun pendekatan hasil lebih menekankan pentingnya hasil belajar tanpa begitu mempedulikan proses yang dilalui oleh anak dalam belajar. 5. Pendekatan Kongkrit versus Pendekatan abstrak Pendekatan kongkrit merupakan cara pandang dalam proses pembelajaran yang lebih mengupayakan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan proses yang kongkrit. Melalui pendekatan ini, proses pembelajaran akan diupayakan sedemikian rupa sehingga menjadi suatu yang kongkrit bagi anak, terutama menjadi hidup dalam kehidupan sehari-hari. Adapun pendekatan abstrak merupakan cara pandangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang lebih banyak menggunakan proses abstrak. Proses seperti ini memberikan pemahaman yang verbalisme pada anak tentang berbagai ragam pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan tertentu. 6. Pendekatan Tematik Pendekatan tematik merupakan suatu cara pandang dalam menyelenggarakan pembelajaran yang menggunakan berbagai konteks dalam kehidupan anak sehari-hari. Konteks itu sendiri terdiri dari benda, peristiwa, keadaan atau pengalaman yang berada dalam kehidupan sehari-hari dan mungkin dialami oleh anak pada suatu waktu. Pemilihan konteks ini memungkinkan guru dapat mengembangkan suatu strategi pembelajaran bermakna, utuh dan terpadu yang mengkaitkan antara pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya. Pendekatan pembelajaran tematik lebih mengutamakan pembahasan berbagai konteks yang dimaksud, terutama aspek pengalaman belajar siswa. Dengan demikian pembelajaran tematik menjadi bersahabat, menyenangkan, tetapi tetap bermakna bagi siswa. Dalam menanamkan konsep atau pengetahuan dan keterampilan, anak didik tidak harus dilatih dalam bentuk drill, tetapi anak belajar melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah dipahami. Bentuk pembelajaran ini dikenal dengan pembelajaran terpadu dan pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak didik. Pembelajaran tematik harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Berpusat pada anak b. Memberikan pengalaman langsung pada anak c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran e. Bersifat fleksibel f. Hasil pembelajaran dapat berkembangan sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Adapun kriteria dalam mengembangkan pembelajaran tematik adalah : a. Pengalaman dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak. b. Menyenangkan karena bertolak dari minat dan kebutuhan anak c. Hasil belajar akan bertahan lebih lama karena lebih berkesan dan bermakna. d. Mengembangkan keterampilan berpikir anak sesuai dengan permasalahan yang dihadapi e. Menumbuhkan keterampilan sosial dalam bekerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. Pendekatan pembelajaran tematik memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan bentuk pembelajaran yang tanpa menggunakan konteks (tema). Beberapa keungulan yang dimaksud adalah: a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu. b. Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama. c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan. d. Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata pelajaran lain dan pengalaman pribadi anak. e. anak lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis deskripsi, menulis surat, dan sebagainya untuk mengembangkan ketrampilan berbahasa sekaligus untuk mempelajari mata pelajaran lain. f. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara terpadu dapat dipersiapkan sekaligus dan diberikan dalam 2 atau 3 kali pertemuan. Waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan atau pengayaan. g. Menyediakan kesempatan pada anak untuk terlibat langsung dengan objek yang sesungguhnya. h. Menciptakan kegiatan yang melibatkan seluruh indera anak. i. Membangun kegiatan dari minat anak. j. Membantu anak membangun pengetahuan baru. k. Memberikan kegiatan dan rutinitas yang ditujukan untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangan. l. Mengakomodasi kebutuhan siswa akan kebutuhannya untuk kegiatan dan gerak fisik, interaksi sosial, kemadirian, konsep diri yang positif. m. Memberikan kesempatan menggunakan permainan untuk menterjemahkan

pengalaman kepada pemahaman. n. Menghargai perbedaan individu, latar belakang, pengalaman di rumah yang dapat dibawa anak ke kelas. Dalam mengembangkan pendekatan pembelajaran tematik guru dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1) Pembelajaran tematis dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menjadi lebih bermakna dan utuh. 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran tematis perlu memper-timbangkan antara lain alokasi waktu setiap tema, memper-hitungkan banyak dan sedikitnya bahan yang ada di lingkungan. 3) Pilihlah tema dan jaringannya yang terdekat dengan anak. Contoh pengembangan jaringan tema dapat dijabarkan sebagai berikut : Berdasarkan jaringan tema tersebut, guru dapat menentukan jumlah minggu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tema. Kedalaman dan keluasan tema dan jaringannya dibicarakan akan menentukan jumlah minggu yang dibutuhkan. Aku (Diri sendiri) Anggota Tubuh Kepala Badan Tangan Kaki Kesukaan Makanan-minuman Warna Pakaian Olah raga Tempat Rekreasi Ciri-ciri Tubuh Gemuk-kurus Keriting-lurus Tinggi-pendek Identitas diri (Nama, alamat, ayah/ibu) 4) Buatlah kegiatan umum pada masing-masing jaringan tema tersebut, misalnya pada jaringan anggota tubuh ditemukan kegiatan menggambar/mewarnai anggota

tubuh, memasangkan anggota tubuh, menjiplak tubuh, menceritakan pengalaman sakit dari anggota tubuh, menyampaikan cara merawat tubuh. 5) Pelajari struktur kompetensi (standar kompetensi, dan kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator) pada masing-masing bidang pengembangan (TK/RA). 6) Identifikasi dan kelompokan standar kompetensi yang dapat dicapai pada masing-masing tema. 7) Buatlah Matriks hubungan antara standar kompetensi dengan tema. Matriks ini berguna untuk memetakan keseluruhan hubungan antara tema dan standar kompetensi pada bulan atau satu semester program. Proses ini sekaligus akan memberikan gambaran progress pembelajaran terintegrasi sebagai berikut :

B. Metode Pembelajaran Berbasis Alam


Metode merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran. Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis alam adalah: 1. Circle Time adalah salah satu metode belajar yang dapat digunakan dengan membuat formasi setengah lingkaran dimana guru dengan anak dapat berinteraksi secara langsung. Metode ini bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengembangkan seluruh aspek perkembangannya yaitu kognitif, emosi, sosial, terutama sekali kemampuan berbahasa serta menumbuhkan minat belajar dan partisipasi anak. 2. Metode proyek merupakan salah satu bentuk pembelajaran yang menghadapkan anak pada persoalan sehari-hari yang ada dan harus dipecahkan baik secara individu maupun berkelompok. Metode ini merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berpusat pada anak karena anak memiliki kesempatan untuk belajar mencari jalan keluar dari permasalahan yang mereka hadapi. 3. Metode penemuan terbimbing lebih menekankan pada pengalaman belajar agar anak dapat menghasilkan pemecahan khusus, agar anak mampu menghubungkan dan membangun konsep melalui interaksi dengan orang lain dan objek. Contoh anak menemukan bahwa ukuran bentuk, dan warna berbeda melalui menemukan yang dibimbing oleh guru. 4. Metode diskusi yaitu menunjukan interaksi timbal balik antara guru dan anak, guru berbicara kepada anak berbicara pada guru, dan anak berbicara dengan anak yang lainnya. 5. Metode demonstrasi melibatkan satu orang anak untuk menunjukan kepada anak yang lain bagaimana bekerjanya sesuatu dan bagaimana tugas-tugas itu dilaksanakan. Guru menggunakan metoda demonstrasi untuk menggambarkan sesuatu yang akan

dilakukan oleh anak. 6. Belajar kooperatif (Cooveratif learning) dapat diartikan anak-anak bekerjasama dalam kelompok kecil setiap anak dapat berpartisipasi dalam tugas-tgas bersama yang telah ditentukan dengan jelas tidak terus menerus dan diarahkan oleh guru melalui belajar kooperatif melibatkan anak untuk berbagi tanggungjawab 7. Metode eksploratori, metoda ini memungkinkan anak mengembangkan penyelidikan langsung yang berjalan dengan langkah-langkah sendiri, membuat keputusan apa yang telah dilakukan, bagaimana melakukannya dan kapan melakukannya melalui prakarsa sendiri anak meneliti orang, tempat, objek, peristiwa, sehingga anak dapat membangun pengetahuannya sendiri. 8. Metode problem solving (pemecahan masalah) Pemecahan masalah merupakan suatu metoda yang memberi kesempatan kepada anak untuk memecahkan masalah sederhana melalui kegiatan merencanakan, meramalkan, membuat keputusan, mengamati hasil tindakannya. 9. Museum Anak (Child Museum) Museum anak yang dimaksud di sini adalah kegiatan yang dilakukan anak melalui kegiatan pengumpulan benda-benda yang ada di lingkungan sekitarnya dan memamerkannya. Metoda ini memberikan kesempatan kepada anak dimana anak-anak dapat mengalami langsung sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Melalui metoda ini, anak dapat belajar menggali kembali pengetahuan, melalui benda-benda yang yang ada di lingkungan sekitarnya. Mereka dapat mencari, mengumpulkan dan memilah-milah atau mengelompokkan benda-benda yang ada di sekitarnya kemudian memamerkannya sehingga anak dapat langsung melihat, memegang, bahkan mengeksplorasi benda-benda yang menjadi pusat perhatiannya.

Bab

5
PENGUNAAN MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM
Pembelajaran berbasis alam dapat memanfaatkan media dan sumber belajar secara bervariasi serta mendukung kegiatan pembelajaran yang optimal dan kondusif. Media dan sumber belajar akan membantu mendekatkan jarak pemahaman antara anak dan pendidik

tentang suatu konsep dan proses yang dipelajari. Pendidik dapat menemukan dan mengembangkan media serta sumber belajar yang berbasis alam sekitar sehingga mendorong dan memudahkan anak untuk menemukan sendiri tentang konsep dan proses yang dipelajari dalam kehidupan sehari-hari. Media dan sumber belajar yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian utama, yaitu : 1. Lingkungan Alam Lingkungan alam adalah objek-objek dan benda-benda yang ada di alam yang sudah tersedia yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Tanaman 2. Binatang 3. Hutan 4. Kebun 5. Kolam 6. dll 2. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik adalah objek yang terdapat di sekitar anak berupa bangunan atau benda yang dibuat/dibangun oleh masyarakat sekitar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Masjid 2. Kantor pos 3. Kantor Polisi 4. Perpustakaan 5. Rumah sakit 6. Supermarket 7. dll 3. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial adalah objek, kegiatan, peristiwa yang terjadi di masyarakat/ lingkungan sekitar yang dapat dijadikan sumber belajar. Jenis-jenis sumber belajar meliputi : 1. Tokoh Masyarakat 2. Pasar 3. Banjir 4. Kebakaran

5. Kultur/ budaya Media pembelajaran yang dapat digunakan dalam memfasilitasi pembelajaran berbasis alam meliputi: 1. Media Visual: yang hanya dapat dilihat melalui indera penglihatan, seperti media gambar. 2. Media Audio: yang mengandung pesan auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan pemahaman untuk mempelajari bahan ajar. 3. Media Audio Visual: merupakan kombinasi audio dan visual yang biasa disebut media pandang dengar 4. Media Objek: merupakan media tiga dimensi yang menyampaikan informasi tidak dalam bentuk penyajian melainkan melalui ciri fisik nya sendiri seperti: ukuran, bentuk, berat, susunan, warna, fungsi dsb. Media ini dapat dibagi dalam 2 kelompok: media objek alami dan media objek buatan 5. Media Sederhana: media yang mudah dibuat dan mudah diperoleh bahan-bahannya.

Bab

6
PENGORGANISASI KEGIATAN
PEMBELAJARAN BERBASIS ALAM
Pengorganisasian pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik untuk menciptakan suatu situasi atau iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan pada anak sesuai dengan model pembelajaran berbasis alam. Pengorganisasian ini dimaksudkan untuk memudahkan pendidik dan anak berinteraksi

dalam berbagai situasi pembelajaran (baik in classroom maupun outdoor activity). Dalam pengorganisasian pembelajaran pendidik perlu memperhatikan beberapa komponen penting sebagai berikut :

1. Pemilihan dan pengembangan tema


Pengembangan tema dilakukan dengan menggunakan sejumlah kriteria dan prinsip sebagaimana dikemukakan pada konsep pengembangan tema dan jaringannya. Salah satu yang menjadi perhatian pendidik dalam menggunakan pengembangan tema adalah prinsip kedekatan, kebermaknaan dan kepraktisan dilihat dari sisi anak didik. Adapun contoh pengembangan tema adalah :

TEMA

MATERI

Jaringan Yang dikembangkan

1. Kesukaan

Mainan Kesukaan Makanan Kesukaan

Jenis, Bentuk dan warna pasir Manfaat dan bahaya bermain pasir Cara bermain pasir

2. Panca Indera

Mata Telinga Hidung Kulit Lidah

Bentuk, ukuran dan warna mata Kegunaan Penyakit Obat perawatan dan penyembuhan Cara menghindari orang sakit mata Benda/alat terkait mata

3. Binatang

Ikan Ayam

Nama dan Jenis Karakteristik fisik (Bentuk, warna, ukuran, bagian tubuh) Siklus hidup Kebiasaan (Makanan) Cara beternak/merawat Pedagang & penjual Cara mengolah

4. Tanaman

Pisang

Nama dan jenis

Kembang Sepatu

Bentuk, warna dan Ukuran Rasa Bagian-bagian Proses tumbuh kembang

5. Kendaraan

Sepeda

Bagian-bagian Manfaat Cara mengendarai Cara merawat Adab berkendaraan

6. Pekerjaan

Dokter

Spesialisasi dokter Tugas dan tanggungjawab Peralatan yang digunakan Tempat bekerjanya Pakaian yang digunakan

7. Alam semesta

Bulan Bintang Matahari Bumi Planet

Karakteristik Waktu keberadaannya Manfaat Peristiwa alam (gerhana, meteor,pelangi) Dll

8. Alat komunikasi

TV Telepon

Manfaat dan kerugiannya Cara menggunakan Tempat membeli dan menjual Perawatan Tempat mereparasi dll

9. Iklim dan Cuaca

Hujan Gempa Banjir

Proses terjadinya Akibat yang ditimbulkan Cara menanggulanginya Daerah yang rawan bencana dll

2. Pemilihan indikator perkembangan


Pemilihan indikator perkembangan dianalisis dan dijabarkan dari kompetensi dasar pada ranah perkembangan (sesuai dengan pilihan pengelompokan standar isi perkembangan).

Perkembangan moral dan nilai-nilai agama Perkembangan fisik Motorik Perkembangan bahasa Perkembangan kognitif (Sains dan Matematika) Perkembangan sosial-emosional dan kemandirian

3. Pengorganisasian anak
Pengorganisasian anak dalam kegiatan pembelajaran berbasis alam dapat disusun sebagai berikut : a. Kegiatan klasikal 1) kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak dalam satu kelas dalam satu satuan dengan kegiatan yang sama 2) Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan awal dan akhir. b. Kegiatan kelompok Dalam satu satuan waktu tertentu terdapat beberapa kelompok anak melakukan kegiatan yang berbeda-beda. Pemilihan kegiatan menjadi penting agar anak dapat menyelesaikan kegiatn dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganiisasian anak pada saat kegiatan inti c. Kegiatan individual Setiap anak dimungkinkan memilih kegiatan sesuai dengan minat dan kemampuan massing-masing. d. Kegiatan di dalam ruangan Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di dalam ruangan. Ruangan yang dimaksud tidak dibatasi oleh dinding kelas e. Kegiatan di luar ruangan Kegiatan yang dirancang untuk dilaksanakan di luar ruangan berupa lingkungan alam, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Pengorganisasian anak dapat dilakukan berdasarkan pemilihan pelaksanaan kegiatan : Rutin kegiatan pembiasaan yang dilakukan secara rutin dan berulang-ulang oleh setiap anak Umumnya kegiatan berupa; doa harian, kegiatan menolong dan melayani diri sendiri, circle time. Khusus kegiatan yang dilakukan secara khusus oleh seluruh anak dalam satu kelas secara klasikal maupun kelompok dalam satu satuan waktu pada kegiatan yang sama Umumnya kegiatan kelompok digunakan untuk pengorganisasian anak pada saat kegiatan inti Terintegrasi

Kegiatan yang dilakukan Terintegrasi

4. Langkah-Langkah Pembelajaran
Pembelajaran berbasis alam secara umum menggunakan 5 langkah pokok yang secara kreatif dapat dimodifikasi dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penyelenggara pendidikan anak usia dini. Kelima langkah pembelajaran yang dimaksud adalah :

Pertama, menentukan sesuatu yang menjadi pusat minat anak. Pusat minat anak ditentukan berdasarkan bahan-bahan pengajaran yang terdapat padalingkungan di sekitar anak. Penentuan pusat ini sebaiknya ditentukan berdasarkan lingkungan yang paling dekat dengan diri anak itu sendiri kemudian berangsungangsur ke lingkungan yang terjauh. Misalnya ditentukan pusat minat tanaman (singkong, umbi dan kentang).

Kedua, melakukan perjalanan sekolah. Setelah ditentukan pusat minat dan anak diberikan penjelasan tentang pusat minat tersebut maka anak bersama guru melakukan perjalanan sekolah pada kondisi yang menjadi pusat minat tersebut. Selama penjalanan sekolah, anak diajak untuk melakukan berbagai pengamatan pada kondisi sesungguhnya ditempat itu. Pada kondisi inilah keaktifan dan perhatian spontan anak akan muncul, mungkin secara tibatiba ada seekor kupu-kupu hingga pada setangkai bunga kemudian secara spontan anak bertanya mengapa kupu-kupu itu hinggap pada bunga itu ? Spontanitas anak ini sudah tentu akan mengundang dialog dan interaksi positip antara anak dengan guru atau antara anak itu sendiri. Dari sinilah pengembangan bahasa dan pengembangan intelektual dapat secara bersama-sama dilakukan.

Ketiga, Pembahasan hasil pengamatan. Berbagai bahan lingkungan yang telah diamati anak kemudian dibicarakan lagi dalam kelas. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan gambar tentang berbagai aspek penting yang mewakili lingkungan yang telah diamati anak (Jan Lighthart menggunakan 24 gambar lingkungan). Dalam suasana interaksi ini dibahas masingmasing hal yang dilihat dan ditemukan anak dari hasil pengamatannya dengan menggunakan bantuan gambar-gambar.

Keempat, Menceritakan lingkungan yang diamati Untuk menanamkan perilaku positip anak pada lingkungan guru hendaknya menceritakan berbagai kondisi lingkungan yang diamati serta dihubungkan dengan peritistiwa atau kondisi lain yang relevan, terutama dengan tindakan dan sikap orang

terhadap lingkungan tersebut.

Kelima, Kegiatan ekspresi Agar anak lebih menghayati kondisi lingkungan yang telah diamati, guru menugaskan anak untuk mengekpresikan hal-hal yang ada pada lingkungan dengan jalan mewarnai, menggambar, membuat sesuatu, menirukan gerak-gerik orang yang diamati melalui berbagai bentuk permainan dan nyanyian.

You might also like