Professional Documents
Culture Documents
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Terminal Joyoboyo terletak pada Surabaya bagian selatan tepatnya pada Jalan Joyoboyo kecamatan Wonokromo kelurahan Sawunggaling, luas tanah sekitar 10.000 m2. Terminal ini merupakan terminal terbesar kedua di Surabaya. Pada umumnya terminal ini dipenuhi oleh berbagai angkutan umum antara lain lyn , becak, bus baik dalam kota maupun antar kota. Dengan keadaan terminal yang ramai minimbulkan banyak kegiatan perekonomian. Pelaku perekonomian pada terminal tersebut dari berbagi golongan. Baik dari golongan kelas menengah sampai kelas menengah ke bawah. Pada terminal kota Joyoboyo Surabaya juga digunakan sebagai salah satu lokasi alternatif dan strategis buat para pengemis dan pengamen mempertahankan hidup dan kehidupan. Mahalnya biaya pendidikan dan belum membaiknya kondisi perekonomian di negeri ini ditandai dengan mahalnya biaya pendidikan. Akibatnya, semakin banyak anak jalanan yang berkeliaran di jalanan. Mereka sering dianggap sebagai penyakit masyarakat. Pemandangan seperti ini, banyak ditemui di terminal atau pinggir jalan, baik sebagai pengemis maupun pengamen khususnya pada terminal Joyoboyo. Berdasarkan data yang telah dihimpun Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur, jumlah anak jalanan di Jatim terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari 6.000 anak jalanan yang tersebar di seluruh wialyah Jatim, 5.000 anak diantaranya atau sekitar 83% berada di kota Surabaya. Dimana anak jalanan tersebut banyak dijumpai sebagai pedagang asongan, penyemir sepatu, pemulung, pengamen, dan peminta-peminta di sejumlah tempat.
Oleh karena itu dilakukan penelitian terhadap anak jalanan di Surabaya tepatnya di Terminal Joyoboyo. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekitar terhadap perkembangn sikap dari anak jalanan. Anak jalanan rata rata berusia antara 5 -18 tahun, dimana pada usia tersebut adalah usia yang rentan karena tingkat emosi seseorang sedang dalam perkembangan. Dimana pada usia tersebut anak-anak akan mudah untuk menerima hal-hal yang diberikan oleh lingkungannya baik hal positif maupun hal negatif. 1.2 Perumusan masalah Dalam penelitian terhadap anak jalanan ini ingin diketahui faktor-faktor pengaruh dari lingkungan sekitar terhadap perkembangan perilaku anak jalanan. 1.3 Tujuan Mengacu dari permasalahan yang telah ada, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak jalanan melakukan tindakan agresi selain itu untuk mengetahui pula pengaruh lingkungan sekitar terhadap perkembangan perilaku anak jalanan. 1.4
1)
yang
menyebabkan anak jalanan melakukan tindakan agresi, selain itu ingin diketahui pula
Batasan masalah Beberapa batasan dalam penelitian ini sebagai berikut: Karakteristik responden adalah Anak-anak jalanan yang berada di terminal Joyoboyo dan yang tergabung dalam Sanggar Alang-Alang 2) Variabel yang diteliti meliputi variabel dari segi lingkungan, keluarga, pendidikan dan perekonomian
3)
tua atau keluarganya lagi. Children of the street umumnya didorong oleh faktor nonekonomi dan memutuskan untuk tidak kembali kerumah ( Makmur Sanusi,2005). Children in the street atau children from families of the street adalah anak-anak yang menghabiskan seluruh waktunya di jalanan yang berasal dari keluarga yang hidup atau tinggal di jalanan. b. Faktor-faktor Anak di Jalanan Beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak berada dijalanan adalah 80,3% karena perekonomian keluarga, dan 19,7% disebabkan hubungan dengan orang tua yang kurang harmonis (social psikologis), kata Makmur Sunusi dalam Lokakarya Nasional Penanganan Masalah Kemiskinan di Perkotaan dan Penanganan Masalah Anak Jalanan. c. Tujuan Anak-anak Jalanan Adapun keberadaan anak jalanan adalah bertujuan mencari uang (65,7%), manambah penghasilan orang tua (16,7%), ingin hidup bebas (10,3%), ingin memperoleh teman (5%), dan motivasi lain (1%) (Makmur Sanusi,2005). 2.1.2 Faktor faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Perkembangan sosial anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu : 1. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga, pola pergaulan, etika berinteraksi dengan orang lain banyak ditentukan oleh keluarga. 2. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi keluarga dalam masyarakat. Perilaku anak akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. 3. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, anak memberikan warna kehidupan sosial anak didalam masyarakat dan kehidupan mereka dimasa yang akan datang. 2.1.3 Sikap Agresi Kekerasan (violence) merupakan suatu bentuk perilaku agresi (aggressive behavior) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakiti orang lain, termasuk terhadap hewan atau benda-benda. Ada perbedaan antara agresi sebagai suatu bentuk pikiran maupun perasaan dengan agresi sebagai bentuk perilaku. Agresi adalah suatu respon terhadap kemarahan, kekecewaan, perasaan dendam atau ancaman yang memancing amarah yang dapat membangkitkan suatu perilaku kekerasan sebagai suatu cara untuk melawan atau menghukum berupa tindakan menyerang, merusak hingga membunuh. Agresi tidak selalu diekspresikan berupa tindak kekerasan menyerang orang lain (assault) agresivitas terhadap diri sendiri (self aggression) penyalahgunaan narkoba (drugs abuse) untuk melupakan persoalan hingga tindakan bunuh diri juga merupakan suatu bentuk perilaku agresi. Agresi merupakan salah bentuk reaksi terhadap rasa frustasi ( rasa kecewa karena tidak terpenuhi kebutuhan atau keinginannya). Biasanya bentuk ini diwujudkan dengan menyerang seperti ; mencubut, menggigit, menendang dan lain sebagainya. Sebaiknya orang tua berusaha mereduksi, mengurangi agresifitas anak dengan cara mengalihkan perhatian atau keinginan anak. Jika orang tua menghukum anak yang agresif maka agretifitas anak akan semakin meningkat. Agresi merupakan perilaku yang dimaksudkan menyakiti orng lain baik secara fisik manpun psikis ( Baron & Dye, 1994: Brehm & Kassin 1993: Brigham, 1991). Pada manusia berusia remaja perilaku agresi meningkat karena meningkatnya hormone testosterone ( Tieger dalam Dunkin, 1995). Pada anak laki-laki meningkat perilaku agresinya tetapi tidak pada nak perempuan ( Brigham, 1991 ; Baron & Byrne, 1994). Yaitu perilaku menyerang balik secara fisik (nonverbal) maupun katakata (verbal).
a.
naluriah setiap manusia. Menurut teori tersebut setiap manusia memiliki insting kematian (tanatos) yang diekspresikan lewat agresivitas pada diri sendiri maupun pada orang lain. Saat ini teori ini telah banyak ditolak
2. Drive theory menekankan bahwa dorongan agresivitas manusia dipicu oleh
faktor pencetus eksternal untuk survive dalam mempertahankan eksistensinya. Menurut teori tersebut tanpa agresi kita dapat punah atau dipunahkan orang lain, namun teori ini pun banyak disangkal.
3. Social learning theory menyatakan bahwa perilaku agresi merupakan hasil
pembelajaran seseorang sejak masa kanak-kanaknya yang kemudian menjadi pola perilaku (learned behavior). Dalam perkembangan konsep teori ini mengasumsikan juga bahwa pola respon agresi seseorang memerlukan stimulus (impuls) berupa kondisi sosial lingkungan (faktor psikososial) untuk memunculkan perilaku agresi. Namun bentuk stimulus yang sama tidak selalu memunculkan bentuk perilaku agresi yang sama pada setiap orang. Dengan kata lain pola perilaku agresi seseorang dibentuk oleh faktor pengendalian diri individu tersebut (internal control) serta berbagai stimulus dari luar (impulses). Saat keseimbangan antara kemampuan pengendalian diri dan besarnya stimulus terganggu maka akan membangkitkan perilaku agresi. b. Agresi sendiri dapat dibedakan dalam 3 kategori yaitu:
1. Irritable aggression : merupakan tindak kekerasan akibat ekspresi perasaan
marah. Biasanya diinduksi oleh frustasi dan terjadi karena sirkuit pendek pada proses penerimaan dan memahami informasi dengan intensitas emosional yang tinggi (directed against an available target)
2. Instrumental aggression: adalah suatu tindak kekerasan yang dipakai sebagai
alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misalnya untuk mencapai suatu tujuan politik tertentu dilakukan tindak kekerasan yang dilakukan secara sengaja dan
terencana; seperti peristiwa penghancuran menara kembar WTC di New York, tergolong dalam kekerasan instrumental).
3. Mass aggression adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh massa sebagai
akibat kehilangan individualitas dari masing-masing individu. Pada saat massa berkumpul, selalu terjadi kecenderungan kehilangan individualitas orang-orang yang membentuk kelompok massa tersebut. Manakala massa tersebut telah solid, maka bila ada seseorang memelopori melakukan tindak kekerasan maka secara otomatis semua akan ikut melakukan kekerasan yang dapat semakin meninggi karena saling membangkitkan. Pihak yang menginisiasi tindak kekerasan tersebut bisa saja melakukan agresi instrumental (sebagai provokator) maupun agresi permusuhan (karena kemarahan tidak terkendali) c. Mekanisme Terjadinya Perilaku Agresi Tindak kekerasan pada agresi permusuhan timbul sebagai kombinasi antara frustasi yang intens dengan stimulus (implus) dari luar sebagai pemicu. Pada hakekatnya setiap orang potensial untuk melakukan tindak kekerasan. Namun pada kenyataannya ada orang-orang yang mampu menghindari kekerasan selain tidak sedikit pula - yang belakangan ini jumlahnya semakin banyak - cenderung berespon agresi. Ciri kepribadian (personality trait) seseorang sejak masa balita hingga remaja berkembang melalui tahapan perkembangan kognitif (intelegensia) , respon perasaan dan pola perilaku yang terbentuk melalui interaksi faktor herediter-gen-karakter tempramen (nature) dan faktor pola asuh pendidikan- kondisi sosial lingkungan (nurture), yang membentuk ciri kepribadiannya di masa dewasa. Pola kepribadian tersebut yang membentuk refleks respon pikiran dan perasaan seseorang saat menerima stimulus dari luar, khususnya pada saat kondisi menerima stimulus tindak kekerasan. d. Upaya Untuk Mendeteksi Seseorang yang Potensial MelakukanTindak ancaman. Bila refleks yang telah terpola berupa tindakan kekerasan maka saat menghadapi situasi ancaman respon yang muncul adalah
Kekerasan
POSTAL = Profile + Observable Warning Sign + Shotgun + Triggering Event + Always Lethal Profil seseorang yang potensial melakukan tindak kekerasan (potentially violent persons) 1. Riwayat perilaku kekerasan, khususnya pada mereka yang rentan seperti pada wanita, anak-anak, hewan.
2. Penyendiri, pemalu, pendiam; merasa tidak ada yang peduli pada dirinya (feels
4. Frustasi dalam pekerjaannya 5. Hubungan relasi yang buruk dengan orang lain Tanda-tanda yang dapat diamati (observable warning signs):
1. Biasa menyelesaikan konflik dengan cara kekerasan dan sikap permusuhan
(hostility)
2. Sering menunjukan perilaku aneh (strange behavior)
3. Sedang mengalami problem emosional, stress, depresi tanpa terapi medis 4. Problem interpersonal, hypersensitivity
5. Indikasi kecenderungan ingin bunuh diri (tentament suicide)
Memiliki senjata api (shotgun): Pemilik senjata api (access to and familiarity with weapons) Peristiwa pencetus (triggering event): 1. Mengalami pemutusan hubungan kerja, kehilangan lahan pencarian, kegagalan usaha (mengalami kebangkrutan ) 2. Mengalami tindakan indisipliner, kritik dari atasan di pekerjakan tanpa dapat menerima dan menyadari alasan kesalahannya
keluarga)
Beberapa kiat pendekatan pada seseorang yang potensial melakukan tindak kekerasan (Formasi Laray Chaves - Hostage negotiator of Critical Incident Associates, www.workplaceviolence.com):
1. Memahami pola pikiran (the mindset) seseorang dengan hostilitas dan potensial
melakukan tindak kekerasan. Seseorang pada hakekatnya membutuhkan kesempatan untuk dapat menyampaikan pendapatnya, berikan kesempatan ia untuk mengutarakan isi pikiran sekalipun pemahamannya menyimpang (Give a verbal outlet even if he or she is wrong, the individuals is acting on perceptions that are real to them)
2. Sikap empati (practice Active Listening give the person your full attention,
listen
resolution and it might surprise you that the persons suggestion may be very reasonable)
5. Move toward a win-win resolution. Preseve the individuals dignity. Switch the
3.6
Identifikasi Variabel Adapun variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut : Variabel Respon: Y : Pelilaku agresi pada anak jalanan Karakteristik Demografi X1 : Pendidikan
1 = Sekolah 2 = Tidak sekolah X2 : Usia, umur responden X3 : Jenis Kelamin , perbedaan gender. 1 = Laki-laki 2 = Perempuan Variable prediktor : A. Karakteristik Ekonomi X4 : Bekerja atau tidaknya orang tua 1 = Ya 2 = Tidak X5: Jumlah anggota keluarga yang masih membutuhkan biaya sekolah 1 = 1-3 2 = <3 X6 : Apakah kamu berusaha untuk menambah penghasilan keluarga? 1 = Ya 2 = Tidak B. Karakteristik Lingkungan Sosial(Teman) X7 : Apakah biasa bermain dengan teman sebaya ataukah yang lebih dewasa 1 = Sebaya 2 = teman yang lebih dewasa X8 : Apakah suka mengikuti ajakan dari teman 1 =Ya 2 = Tidak X9 : Apakah pernah bertengkar dengan sesama teman 1 = Pernah 2 = Tidak Pernah X10 : Adakah teman yang suka berperilaku kasar 1 =Ya 2 =Tidak
C.
Karakteristik Keluarga
X11 : Apakah tinggal bersama orang tua? 1 = Ya 2 = Tidak X12: Apakah kedua orang tua masih lengkap? 1 = Ya 2 = Tidak X13: Apakah pernah bertengkar dengan sesama anggota keluarga 1. = Ya 2. = Tidak X14 : Apa yang dilakukan saat bertengkar dengan anggota keluarga 1 = Membalas 2 = Tidak Membalas