You are on page 1of 6

A.

Definisi Efikasi diri merupakan sebuah istilah yang diciptakan oleh Albert Bandura berkaitan dengan teori belajar sosial. Menurut bandura, efikasi diri berhubungan dengan kepercayaan diri seseorang untuk dapat mencapai apa yang diinginkannya. Oleh karena itu, efikasi berhubungan erat dengan motivasi. Individu yang mempunyai efikasi diri yang tinggi dapat memotivasi dirinya sendiri untuk dapat konsisten menjalani usaha untuk mencapai hasil yang diinginkan. Secara definitif, menurut Bandura (1997) Self Efficacy adala keyakinan seseorang bahwa ia dapat menguasai situasi dan menghasilkan luaran yang positif. Menurut Wallatey (2001) efikasi didefinisikan sebagai kapasitas untuk mendapatkan hasil atau pengaruh yang diinginkannya, dan orang yang diinginkan. Definisi lain dari efikasi antara lain adalah keyakinan seseorang tentang kemampuanya untuk melaksanakan suatu tingkah laku dengan berhasil (Jones, dkk 1998). Secara keseluruhan, efikasi berarti kepercayaan diri terhadap kompetensi diri. Kepercayaan terhadap kompetensi ini berkaitan dengan sifat sifat yang mengantarkan seseorang untuk mencapai keberhasian, antara lain integritas, kerendahan hati kesetiaan, pengontrolan diri, keberanian, keadilan, kesabaran, kerajinan, kreatifitas dan kesederhanaan. Melihat efikasi diri berarti melihat bagaimana seseorang menjalani kehidupannya (how they live their live). Mengukur kapasitas diri berhubungan dengan seberapa jauh seseorang mengerti konsep diri nya sendiri. Konsep diri adalah sebuah pandangan yang lahir dari pengalaman langsung individu selama hidup dan bagaimana orang yang berpengaruh di sekitar individu memberikan penilaian kepada dirinya. Hal ini berhubungan dengan bagaimana individu itu dapat menimbang perbedaan antara dirinya yang ideal dan actual. Efikasi diri juga tidak dapat disamakan dengan kepercayaan diri. Walaupun kedua hal ini terkadang muncul bersamaan di hamper setiap fenomena, namun dalam kenyataannya kedua hal ini merujuk kepada dua hal yang berbeda. Efikasi diri berhubungan dengan pandangan diri terhadap kapasitas dalam dirinya, sedangkan kepercayaan diri berhubungan dengan pandangan diri terhadap nilai diri. Kepercayaan diri erat berkaitan dengan kebanggan, bagaimana sebuah pekerjaan yang dilakukan dapat meningkatkan kepercayaan diri, sedangkan efikasi diri berhubungan dengan bagaimana sebuah pekerjaan dengan baik dapat dicapai.

Efikasi berhubungan dengan pencapaian. Karena pencapaian memerlukan sebuah target maka lahirlah sebuah ekspektasi sebagai bentuk pengharapan mencapai target yang diinginkan. Ekspektasi hasil (outcome expectation) adalah perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakuan itu akan mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian diri, bagaimana individu menimbang setiap perbuatan yang akan dilakukan, baik dan benar, tepat atau salahnya untuk mendapatkan apa yang di ekspektasikan. Bandura (1997) mengatakan bahwa ekspektasi menentukan perilaku atau kinerja dilakukan atau tidak, oleh karena itu ekspektasi sangat menentukan kontribusi pada perilaku bahkan juga menjadi penentu lama atau tidaknya suatu perilaku dapat dipertahanka dengan masalah. Individu yang mempunyai ekspektasi yang tinggi pasti mempunyai perilaku yang mencerminkan sebuah usaha untuk mencapai hal tersebut. Dengan rendahnya ekspektasi, maka individu akan berpikir untuk memberikan kontribusi terhadap sebuah usaha, rendahnya ekspektasi akan memberikan rendahnya tingkat partisipasi individu pada suatu aksi. Ekspektansi Luaran __ Efikasi Diri Protest + Productive engagement Aspiration Personal satisfication

+ Griavance Social Activism Milieu Change

Resignation Apathy

Self Devaluation Despondency

Tabel 2.1 Efek dari perbedaan hubungan antara efikasi diri dan ekspektasi luaran pada perilaku dan sikap. Plus minus melambangkan positip dan negatip efikasi diri dan ekspektasi luara. (Diambil dari Self Efficacy, Albert Bandura 1997)

B. Sumber dari Efikasi 1. Pengalaman Keberhasilan Pengalaman keberhasilan sangat mempengaruhi efikasi, dapat diambil garis besar bahwa keberhasilan meningkatkan efikasi sedangkan kegagalan akan menurunkannya.

Semakin kepecayaan terhadap efikasi personal seseorang meningkat, maka performa nya akan semakin baik. Namun demikian, keberhasilan dan kegagalan tidak langsung menghasilkan kenaikan dan penurunan terhadap efikasi diri. Perubahan pada efikasi dihasilkan dari perubahan proses kognitif yang didapat dari kepemahaman terhadap kapabilitas yang mereka miliki setelah keberhasilan atau kegagalan yang dialami dievaluasi.

2. Pengalaman orang lain Kapabilitas seseorang tidak hanya dapat dipelajari melalui pengalaman-pengalaman keberhasilan yang telah dicapai. Memperbandingkan pengalaman pribadi dengan penglaaman orang lain yang memiliki kemiripan dapat membentuk efikasi diri pada individu. Proses pengambilan model sosial ini terjadi karena terdapat kekurangan kemampuan diri untuk mengasesmen secara mandiri kapabilitas yang dimiliki, oleh karena itu proses modeling dilakukan dengan pemikiran bahwa apabila orang lain dapat melakukannya, maka individu itu pun dapat melakukannya. Oleh karena itu seberapa mirip model dengan individu mempengaruhi tingkat efikasi yang dicapai. .

3. Persuasi sosial Persuasi sosial memerankan peran dalam menguatkan penilaian diri terhadap kapabilitas personal individu. Informasi yang didapat dari luar dapat meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri seseorang. Seseorang yang diberi keyakinan dari luar akan menunjukan usaha yang lebih besar ketimbang yang tidak dan juga dapat menghilangkan ketidak percayaan terhadap kemampuan diri dan kerentanan diri ketika masalah muncul. Persuasi sosial pada diri seseorang menghasilkan performa, yang pada kelanjutannya akan membutuhkan umpan balik kembali.

C. Pengembangan Efikasi sepanjang Perkembangan Efikasi dalam diri manusia berkembang sesuai dengan masa perkembangan manusia. Sesuai dengan masa perkembangannya, manusia diberikan beban tanggung jawab perkembangan yang bertahap, semakin tinggi semakin sulit. Oleh karena itu, efikasi dalam diri seseorang pun tidak akan statis, efikasi dapat berkurang maupun bertambah sesuai dengan bagaimana individu melakukan evaluasi terhadap setiap fase kehidupan yang telah dijalaninya.

Gambar 2.1 Analisa jalur struktur kausalitas efikasi diri (diambil dari Self Efficacy, Albert Bandura 1997)

Jalan hidup yang dijalani seseorang mempengaruhi masalah dan tantangan yang menghadangnya. Keyakinan terhadap kapabilita diri mempengaruhi jalan hidup yang akan diambil oleh seseorang. Oleh karena itu setiap aksi yang di ambil akan mempengaruhi perkembangan efikasi dalam diri. Pada gambar 2.1 dari buku Self Efficacy digambarkan sebuah analisa jalur kausalitas efikasi diri. Performa di masa lalu menjadi dasar efikasi diri, dalam hal ini dengan performa di masa lalunya kapabilitas diri dapat di estimasi. Sehingga ekspektasi terhadap sebuah pencapaian akan menghasilan usaha yang keras untuk mencapai performa yang berkelanjutan. perkembangan. Ketika lahir, manusia hadir tanpa adanya kedasaran tentang konsep diri. Konsep diri dibentuk melalui pengalaman sosial pada lingkungannya. Dengan semakin berkembangnya kesadaran, manusia memahami bahwa setiap aksi menghasilkan respon dar lingkungannya. Dan melalui aksi ini, manusia mempelajari konsep dirinya. Dengan mengalami pengalaman secara langsung, segala efek yang timbul dari setiap perbuatan menjadi pembelajaran dalam membentuk diri seseorang. Oleh karena itu lingkungan berperan dalam memberikan umpan balik terhadap setiap aksi yang dilakukan. Kesadaran terhadap hubungan antara aksi dan efek menghasilkan keinginan pada individu untuk memastikan sebuah event dapat terjadi. Hal ini menghasilkan kemampuan untuk mengontrol kapabilitas diri sebagai modal untuk melakukan sebuah aksi untuk mencapai efek yang diinginkan. Sumber sumber yang mempengaruhi perkembangan efikasi diri pada individu selama masa perkembangan antara lain adalah keluarga, teman sebaya dan sekolah. Keluarga sebagai sumber pembelajaran awal bagi semua individu merupakan tempat terbaik dimana nilai nilai diri ditanamkan. Orang tua sebagai orang dewasa yang memberikan pengarahan kepada anaknya mengenai hal hal yang harus dilakukan untuk dapat bertahan hidup di luar keluarga. Pada masa kanak kanak, anak bereksplorasi mempelajari setiap Pola kausalitas efikasi ini akan terus berulang selama masa

perilaku yang dapat dilakukannya dan mempelajari apa hasil yang akan didapat dari hal itu. Orang tua memberikan pengajaran kepada anaknya , memberikan pengalaman nyata akan hal hal yang harus dikuasainya. Hal ini yang dalam pendidikan disebut sebagai pendidikan kemandirian. Kemandirian pada anak membentuk efikasi diri yang baik dimana anak dapat mendorong peningkatan kapabilitas diri untuk dapat melaksanakan tugas tugasnya sendiri. Efikasi diri anak berkembang sesuai dengan berkembangnya anak di komunitasnya. Dengan beranjaknya anak menuju komunitas yang lebih besar dari keluarganya, anak dapat lebih dapat mempelajar sejauh mana kapabilitas yang dimilikinya. Aktivitas yang berdatangan sesuai dengan perkembangan usia anak menempa perkembangan kapasitas mereka. Peran teman sebaya dalam membentuk dorongan sosial sangat besar, terutama terkait dengan penerimaan diri dan popularitas. Sekolah merupakan factor pembentuk kapabilitas anak yang sangat penting dalam masa perkembangannya. Karena sudah merupakan peran sekolah dalam membentuk penerimaan sosial dan diri pada anak. Sekolah juga merupakan tempat anak mengembangkan kompetensi dirinya, baik kognitif, afektif dan psikomotorik. Di sekolah efikasi dibentuk melalui banyak cara, melalui penanaman kompetensi intelektual, melaui modeling anak terhadap guru, melalui interaksi anak dengan teman teman sebayanya, mempelajari bagaimana teman teman sebayanya mendapatkan kesuksesan dan kegagalan. Kompleksitas unsur di sekolah membentuk motivasi untuk mencapai prestasi akademik, mengembangkan minat pada bidang bidang akademik, dan kebutuhan untuk menjadi popular di antara teman teman sebaya. Gol utama dari pendidikan di sekolah adalah kapabilitas pengontrolan diri. Dengan pengontrolan diri, anak belajar untuk mengeset gol yang akan dicapai dalam hidupnya, bagaimana mencapainya, dan metode yang digunakan untuk menyelesaikan masalah (problem solving) ketika sebuah tantangan menghalangi proses pencapaiannya. Dengan pengembangan pemikiran anak melalui ekspolasi, observasi, modeling dan pembelajaran. Anak perlahan mempelajari kemampuan untuk menilai dirinya sendiri. Pengetahuan diri mereka didapatkan dengan penilaian diri dan dapat digunakan untuk menentukan efikasi diri mereka sebagai penuntun akan aksi yang akan mereka lakukan di setiap situasi. Menuju masa remaja, individu mempelajari banyak masalah yang datang untuk mencapai tujuan hidup yang diinginkan. Kemandirian yang didapatkan pada masa remaja mendorong individu untuk mempelajari hal hal yang tidak biasa dan tidak umum. Pola pemikiran yang berusaha keluar dari garis nyaman pada masa remaja ini merupakan sebuah usaha untuk

meningkatkan kapabilitas diri. Remaa mendapatkan peningkatan dan penguatan efikasi melalui pengalaman nyata mereka menggunakan pengalaman dan pengetahuan mereka untuk mengontrol diri mereka ketika berada dalam situasi yang penuh resiko. Pengembangan resiliensi ini membutuhkan pengalaman dalam menguasai situasi yang pelik memalaui kesabaran dalam berusaha. Kesuksesan ini mengantarkan penguatan kepercayaan efikasi diri pada diri manusia. Pada masa masa dewasa, efikasi dibutuhkan untuk dapat menguasai masalah yang timbul dari dorongan sosial yang lebih besar. Pekerjaan pernikahan dan kompleksitas komunitas sosial merupakan tantangan yang lebih besar yang dihadapkan pada setiap individu. Interaksi dari factor factor personal dan sosiokultural merupakan contributor penting dalam perkembangan fase kehidupan seorang manusia. Seperti dalam pengembangan penguasaan kapabilitas pada masa awal, kekuatan naluri efikasi diri memainkan peran penting dalam membentuk realitas individu. Mereka yang dibentuk dengan baik pada masa kecil dan remaja, memasuki masa dewasa dengan modal efikasi diri yang tinggi tanpa adanya keraguan dalam diri mereka untuk menjalani kehidupan dengan apa yang mereka targetkan.

You might also like