You are on page 1of 17

PSAK 50 & 55 Instrumen Keuangan

Nur Chafifah Chairany Agustin Iis Kuswinarni Fitria Haryani Mujianis Violina

09.3252.0463 09.3252.0299 09.3252.0323 09.3252.0471 11.3252.0469 09.3252.0679

Helen Onassis Ginting 09.3252.0695 Amelia Lailani M. 11.3252.0410

Definisi Instrumen Keuangan


setiap kontrak yang menambah nilai asset keuangan entitas dan kewajiban keuangan atau instrument ekuita entitas lain.

INSTRUMEN KEUANGAN PSAK 50 dan 55


Exposure Draft PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan merevisi PSAK 50 (1998): Akuntansi Investasi Efek Tertentu dan PSAK 55 (1999): Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai. Kedua PSAK tersebut sebelumnya menggunakan referensi utama dari FASB Statement of Standards yaitu SFAS 115 Accounting for Certain Investments in Debt and Equity Securities dan SFAS 133: Accounting for Derivatives Instruments and Hedging Activities.

Sedangkan Exposure Draft PSAK 50 dan 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan merupakan adopsi dari IAS 32: Financial Instruments: Disclosure and Presentation dan IAS 39: Financial Instruments: Recognition and Measurement. Adopsi ini diperlukan untuk mendukung transaksi intrumen keuangan yang semakin komplek dan pelaksanaan program konvergensi dengan International Financial Reporting Standards (IFRS).

Ikhtisar ringkas mengenai revisi pengaturan dalam ED PSAK 50 (revisi 2006) dan PSAK 55 (revisi 2006) dengan PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999):
1. Sistematika penulisan Exposure Draft PSAK 50 (revisi 2006) dan Exposure Draft PSAK 55 (revisi 2006) disesuaikan dengan sistematika penulisan IAS 32 dan IAS 39. Perlakuan akuntansi diatur baik dalam paragraf-paragraf Pernyataan Standar maupun Panduan Aplikasi yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Pernyataan Standar. 2. Substansi pengaturan dalam ED PSAK 50 (revisi 2006) dan ED PSAK 55 (revisi 2006) tidak didasarkan pada jenis instrumen seperti pengaturan pada PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999) tetapi didasarkan pada aspek perlakuan akuntansi instrumen keuangan.

3. Investasi pada efek tertentu dan instrumen derivatif yang diatur pada PSAK 50 (1998) dan PSAK 55 (1999) merupakan bagian dari instrumen keuangan yang diatur dalam ED PSAK 50 (revisi 2006) dan ED PSAK 55 (revisi 2006). Selain itu, ED PSAK 50 (revisi 2006) memberikan definisi instrumen keuangan secara lebih jelas dan rinci. Instrumen keuangan didefinisikan sebagai setiap kontrak yang menambah nilai aset keuangan dan kewajiban keuangan entitas atau instrumen ekuitas entitas lain. Selanjutnya dalam ED PSAK 50 paragraf 7 diuraikan secara rinci, antara lain, definisi dari aset keuangan, kewajiban keuangan dan instrumen ekuitas.

4. Pengklasifikasian instrumen keuangan harus dilakukan berdasarkan intensi yang kuat dan kemampuan manajemen untuk merealisasikan intensi tersebut. Pengklasifikasian instrumen keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat yaitu: a. aset keuangan atau kewajiban keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi; b. investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo; c. pinjaman yang diberikan dan piutang; dan d. aset keuangan tersedia untuk dijual.

5. ED PSAK 55 (revisi 2006) mengatur konsep penghentian pengakuan (derecognition) aset keuangan. Penghentian pengakuan dilakukan oleh entitas jika dan hanya jika hak kontraktual atas arus kas yang berasal dari aset keuangan tersebut berakhir atau entitas mengalihkan (mentransfer) aset keuangan sesuai dengan ketentuan dalam ED PSAK ini. Pengalihan (transfer) aset keuangan dapat dibuktikan dengan memastikan apakah telah terjadi pengalihan risiko dan manfaat atas aset tersebut. Namun jika atas pengalihan aset tersebut sebenarnya secara substansial tidak terjadi pengalihan aset atau risiko dan manfaat atas aset keuangan tersebut maka entitas penghentian pengakuan dapat ditentukan dengan memastikan apakah entitas masih memiliki pengdalian (control) atas aset keuangan tersebut atau tidak.

6. Entitas tidak diperkenankan mereklasifikasi instrument keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang dinilai pada nilai wajar melalui laporan laba rugi. Entitas hanya diperbolehkan untuk mereklasifikasi instrument keuangan dari investasi yang dimiliki hingga jatuh tempo ke kategori investasi keuangan tersedia untuk dijual jika perubahan intense dan tidak lagi memiliki kemampuan entitas untuk merealisasikan intensi awalnya tersebut. 7. ED PSAK 55 (revisi 2006) memberikan opsi kepada entitas untuk menetapkan aset keuangan dan kewajiban keuangannya diukur dengan menggunakan nilai wajar (fair value) dan mengakui perubahan nilai wajarnya dalam laporan laba rugi pada awal perolehannya. ED PSAK ini juga memberikan panduan yang rinci mengenai karakteristik dan metode penentuan nilai wajar.

8. ED PSAK 55 (revisi 2006) juga menegaskan bahwa kerugian penurunan nilai aset keuangan diakui pada saat terjadinya untuk seluruh kategori instrumen keuangan. Panduan rinci mengenai pengakuan kerugian yang disebabkan karena penurunan nilai diatur dalam paragraph 64, 67 dan 68 dan Panduan Aplikasi yang terkait. 9. ED PSAK 55 (revisi 2006) juga mengatur perlakuan akuntansi instrumen derivatif dan aktivitas lindung nilai seperti pada PSAK 55 (1999) dengan pengaturan dan panduan yang lebih rinci.

Beberapa perubahan istilah diantaranya adalah

Penggantian istilah kewajiban pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi liabilitas pada PSAK 1 (Revisi 2009).

Penggantian istilah aktiva pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi aset pada PSAK 1 (Revisi 2009).

Penggantian istilah neraca pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi laporan posisi keuangan pada PSAK 1 (Revisi 2009)

 Dengan berkembang pesatnya instrumen

keuangan, berkembang pula standar akuntansi kompleks dan perusahaan-perusahaan di Indonesia dituntut untuk segera mengimplementasikan, bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari 1 Januari 2010, sedangkan non-bank diwajibkan untuk mulai mengimplementasikannya dari tahun 2012.

 Dewan Standar Akuntansi Keuangan telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan Penyajian dan Pengungkapan dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55 revisi 2006 mengenai Instrumen Keuangan Pengakuan dan Pengukuran dimana PSAK 50 dan PSAK 55 tersebut akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2010.

PSAK 50 dan 55 merupakan standar akuntansi mengacu pada International Accounting Standard (IAS) 39 mengenai Recognition and Measurement of Financial Instruments dan IAS 32 mengenai Presentation and Disclosures of Financial Instruments. PSAK 50 dan 55 diharapkan dapat mendorong proses harmonisasi penyusunan dan analisis laporan keuangan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang akan mengadopsi IFRS sebagai standar pelaporan keuangan. Hingga saat ini Indonesia telah melakukan perubahan-perubahan, salah satunya pada PSAK 50. Menurut kelompok kami, adanya perbedaan mengenai 6 (enam) hal yang terdapat dalam IFRS 32 dan PSAK 50 disebabkan berbagai macam hal. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah keadaan ekonomi, sosial, polotik, hukum, dan budaya bangsa Indonesia. Karena IFRS dibuat atas dasar global (luas), sehingga perlu adanya penyesuaian dalam pengimplementasianya. Dengan diterapkannya IFRS di Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia secara bertahap telah mengadaptasi dan mengharmonisasikan IFRS dalam penyusunan standar. Sehingga diharapkan nantinya Indonesia dapat menyajikan laporan keuangan yang berstandar internasional dan ikut berperan serta dalam persaingan bisnis global.

Ringkasan Perubahan StandarAkuntansi


Standar Akuntansi Yang berlaku efektif sebelumnya PSAK50 Cakupan Standar Akuntansi yang berlaku efektif saat ini PSAK 50 (revisi 2006) Revisi Cakupan Dasar Referensi

Surat-surat berharga

Instrumen keuangan: Penyajian & Pengungkapan (efektif sejak 1 Januari 2010) Instrumen keuangan: Pengakuan & Pengukuran (efektif sejak 1 Januari 2010)

IAS 32 (Revisi2005)

PSAK55

Transaksitransaksi derivative dan akuntansi lindung nilai

PSAK 55 (revisi 2006)

IAS 39 (Revisi2005)

Penutup
 Kesimpulan

Upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan, membuat International Accounting Standard Boards - IASB melakukan percepatan harmonisasi standar Akuntansi internasional khususnya IFRS. IFRS (International Financial Reporting Standards) ini dibuat oleh IASB dan Financial Accounting Standard Boards (Badan Pembuat Standar Akuntansi di Amerika Serikat).

 Hingga saat ini Indonesia telah melakukan perubahan-

perubahan, salah satunya pada PSAK 50. Menurut kelompok kami, adanya perbedaan mengenai 6 (enam) hal yang terdapat dalam IFRS 32 dan PSAK 50 disebabkan berbagai macam hal. Salah satu yang paling mempengaruhi adalah keadaan ekonomi, sosial, polotik, hukum, dan budaya bangsa Indonesia. Karena IFRS dibuat atas dasar global (luas), sehingga perlu adanya penyesuaian dalam pengimplementasiany.  Dengan diterapkannya IFRS di Indonesia telah membuktikan bahwa Indonesia secara bertahap telah mengadaptasi dan mengharmonisasikan IFRS dalam penyusunan standar. Sehingga diharapkan nantinya Indonesia dapat menyajikan laporan keuangan yang berstandar internasional dan ikut berperan serta dalam persaingan bisnis global.

You might also like