You are on page 1of 49

ETIKA REKAYASA DAN KERJA PRAKTEK TF 091375 PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG

G FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA

HERMAWAN PUTRA PRASETYO NRP 2409 105 019

Dosen Pembimbing Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT. NIP : 196905071995121001

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK FISIKA JURUSAN TEKNIK FISIKA Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

ENGINEERING ETHICS AND JOB TRAINING TF 091375

VOLTAGE TEST ON PANEL (CUBICLE) 3 PHASE LPG FILLING PLANT IN TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIKTAMA

HERMAWAN PUTRA PRASETYO NRP 2409 105 019

Supervisor Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT. NIP : 196905071995121001

DEPARTMENT OF ENGINEERING PHYSICS FACULTY OF INDUSTRIAL TECHNOLOGY SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY SURABAYA 2011

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan 1.3 Tujuan dan Manfaat Kerja Praktek 1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1.5 Batasan Masalah 1.6 Sistematika Laporan BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Nama Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat Perusahaan 2.3 Lokasi Perusahaan 2.4 Struktur Organisasi Perusahaan BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle) 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 3.3 MCCB (Molded Case Circuit Breaker) 3.4 ACB (Air Circuit Breaker) 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker) 3.6 VCB (Vacuum Circuit Breaker) 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) BAB IV PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA 4.1 Pengujian Tegangan Panel Hubung Bagi 4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data i ii iii iv v vi vii ix xi xii 1 1 1 1 2 3 5 5 5 6 7 8 10 11 12 13 13

19 27

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

31 31

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Inventra Tekniktama Gambar 3.1 Panel Cubicle Gambar 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 1 fasa dan 2 fasa Gambar 3.3 Molded Case Circuit Breaker Gambar 3.4 ACB (Air Circuit Breaker) Gambar 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker) Gambar 3.6 VCB (Vakum Circuit Breaker) Gambar 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) Gambar 3.8 Kabel Jenis NYA Gambar 3.9 Kabel Jenis NYM Gambar 3.10 Kabel Jenis NYY Gambar 3.11 Kabel Jenis N2XY Gambar 3.12 Kabel Jenis NYFGBY Gambar 4.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle). 6 8 9 11 12 13 13 14 15 15 16 17 17 27

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Pemeriksaan Kabel Daro Cubicle ke Cut Out Trafo Tabel 4.2 Pengujian Tahanan Isolasi Phasa dengan Phasa Sebelum di DC test Tabel 4.3 Pengujian Tahanan Isolasi Phase dengan Ground Sebelum di DC test Tabel 4.4 Data Pengujian Arus Tabel 4.5 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan phasa setelah di DC test Tabel 4.6 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan ground setelah di DC test 27 28 28 28 29 29

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA (02 Mei s/d 02 Juli 2011) HERMAWAN PUTRA PRASETYO 2409 105 019

Telah menyelesaikan MK TF 091375 Etika Rekayasa dan Kerja praktek sesuai dengan silabus dalam kurikulum 2009/2014 Program Sarjana.

Surabaya, Juli 2011 Mengetahui, General Manajer

Muchson Yusuf, ST
General Manager

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA (02 Mei s/d 02 Juli 2011) HERMAWAN PUTRA PRASETYO 2409 105 019

Telah menyelesaikan MK TF 091375 Etika Rekayasa dan Kerja Praktek sesuai dengan silabus dalam kurikulum 2009/2014 Program Sarjana. Surabaya, Juli 2011 Menyetujui, Ka Sie Kerja Praktek Dosen Pembimbing

Dr. Gunawan Nugroho,ST.MT NIP. 19771127 200212 1 002

Dr. Bambang Lelono W, ST. MT NIP. 19690507 199512 1 001

Mengetahui Ketua Jurusan Teknik Fisika

Dr. Ir. Totok Soehartanto, DEA NIP. 19650309 199002 1 001

PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA Nama Mahasiswa NRP Jurusan Dosen Pembimbing : Hermawan Putra Prasetyo. : 2409105019 : Teknik Fisika : Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT Abstrak

Panel Hubung Bagi (Cubicle), merupakan panel yang berbentuk almari yang bertujuan untuk membagi arus dari sumber arus menuju perangkat. Dengan adanya panel ini diharapkan semua perangkat yang terhubung dengan arus listrik tidak akan mengalami korsleting listrik agar tidak merusak perangkat. Panel ini juga berfungsi sebagai pengaman jika terdapat hubungan pendek. Pengujian arus ini dilakukan sebelum di DC test dan sesudah di DC test. Pengujian sebelum di DC test pada tahanan kabel isolasi phasa dengan phasa (R.S.T) sebesar 70000M kemudian pengujian phase dengan ground (R-N), (S-N), dan (T-N) sebesar 20000M. Kemudian pengujian tahanan isolasi setelah di DC test phasa dengan phasa (R.S.T) sebesar 70000 M, kemudian phase dengan ground (R-N),(S-N), dan (T-N) sebesar 30000 M.
Kata Kunci: PHB, Cubicle, MCCB Panel, Tegangan Gardu, 3 Phasa

VOLTAGE TEST ON PANEL (CUBICLE) 3 phase LPG FILLING PLANT IN TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIKTAMA Name NRP Department Supervisor : Hermawan Putra Prasetyo : 2409105019 : Engineering Physics : Dr. Bambang L. Widjiantoro. ST.MT

Abstract Contact Panel For (Cubicle), a cupboard-shaped panel that aims to divide the current from current source to the device. With the panel is expected that all devices connected to the electrical current will not experience an electric short circuit in order not to damage the device. This panel also serves as a safety if there is a short circuit. Flow testing is done before the DC test and after the DC test. Testing before the DC cable insulation resistance test on phase by phase (RST) for 70000M then testing phase with the ground (RN), (SN), and (TN) for 20000M. Later testing after the DC insulation resistance test phase by phase (RST) for 70 000 M, and then phase with ground (RN), (SN), and (TN) of 30 000 M. Keywords: Cubicle Panel, Incomming, Outgoing, High Voltage, 3 Phase Voltage

KATA PENGANTAR Salam Sejahtera Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala karunia, rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan magang beserta pembuatan laporannya dengan lacar dan baik di PT. INVENTRA TEKNIKTAMA. Laporan kerja praktek ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik pada progam studi S1 Teknik Fisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam penulisan laporan ini penulis telah mendapatkan banyak bantuan, dorongan dan bimbingan dari banyak pihak sehingga laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya sehingga laporan ini dapat selesai. 2. Ayah, Ibu, Saudara dan keluarga tercinta yang telah memberi dukungan moril, materil dan spiritual. 3. Bapak Dr. Bambang Lelono W, ST.MT. Dosen Pembimbing Kerja Praktek. 4. Bapak Dr. Ir. Totok Soehrtanto, DEA selaku ketua jurusan Teknik Fisika. 5. Teman-teman angkatan 2006, 2007, 2008, 2009, 2010. 6. General Manager PT. Inventra Tekniktama yang memberikan ijin untuk melaksanakan proyek ini, dan bapak Mahdi selaku project manager. 7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kerja praktek ini sampai selesai. Penulis menyadari akan adanya banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan. Untuk kemajuan penulis diharapkan atas masukan, kritik dan sarannya yang membangun.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, Amin. Sekian dan terima kasih Surabaya, Juli 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pertamina merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang inudtri minyak dan gas, menggunakan mesin produksi besar untuk menghasilkan bahan bakar minyak dan gas yang berkualitas. Pada unit LPG Filling Plant, memerlukan juga pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan mesin-mesin untuk berproduksi. Oleh karena itu, diperlukan panel Cubicle sebagai pengaman listrik untuk mesin produksi. Dengan adanya kerja praktek ini, diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong utama bagi mahasiswa untuk mengenal kondisi di lapangan kerja dan untuk melihat keselarasan antara ilmu pengetahuan yang didapatkan dengan aplikasi praktis di dunia kerja. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang dijadikan topik kerja praktek ini ialah, bagaimana cara menguji arus yang masuk ke mesin produksi agar cubicle dapat bekerja maksimal. Dan bagaimana cara instalasi panel cubicle dalam pabrik, bagaimana menentukan jenis perawatan panel cubicle agar tidak mengalami kerusakan. 1.3 Tujuan Kerja Praktek Tujuan dari kegiatan kerja praktek ini ialah untuk menguji arus yang masuk ke cubicle yang nantinya akan dialirkan ke pabrik, untuk instalasi panel cubicle dalam pabrik. 1.4 Waktu dan Pelaksanaan Kerja praktek ini dilaksanakan di unit Pertamina LPG Filling Plant Tanjung Perak Surabaya PT. Pertamina Tanjung Perak. Waktu pelaksanaan dimulai pada tanggal 02 Mei 2011 sampai dengan 02 Juli 2011 dengan jam kerja dimulai pukul

08:00 sampai pukul 16:00 WIB. Adapun jadwal kegiatan seperti pada penjelasan di bawah ini. Jadwal ini dibuat agar pelaksanaan kegiatan praktek berjalan dengan lancar dan dapat diselesaikan tepat waktu. Berikut adalah garis besar rencana yang kami ajukan: Tabel 1.1 Kegiatan jadwal kerja praktek Tanggal : 02 Mei 03 Mei 2011 Lokasi : Bagian KLK3/ Safety Deskripsi : Pengenalan mengena Keselamatan dan Kegiatan Kesehatan Kerja (K3) serta pengaruh keberadaan unit terhadap lingkungan sekitar. Tanggal : 04 Mei 05 Mei 2011 Lokasi : Bagian Sekretariat Deskripsi : Pengenalan perusahaan yaitu profil, Kegiatan struktur organisasi serta sistem kerja perusahaan. Tanggal : 06 Mei 01 Juni 2011 Lokasi : Bagian Operasi dan Run test Deskripsi : Melakukan Desain dan Pembelian Kegiatan Komponen cubicle (Incoming dan Outgoing). Tanggal : 02 Juni 29 Juli 2011 Lokasi : Bagian Maintenance Deskripsi : Melakukan Pemasangan alat sesuai Kegiatan desain dan perbaikan alat. Tanggal : 30 Juli 02 Juli 2011 Lokasi : Bagian comisioning Deskripsi : Melakukan Pemasangan alat sesuai Kegiatan desain dan perbaikan alat. 1.5 Batasan Masalah Dikarenakan keterbatasan waktu dan kemampuan, maka pembahasan laporan kerja praktek dibatasi mencakup hal-hal sebagai berikut yaitu komponen dan instalasi panel cubicle pada mesin produksi, serta pengujian arus (masukan

dan keluaran dari cubicle) dengan interval waktu yang telah ditentukan. 1.6 Sistematika Laporan Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, penulis membagi dalam 5 (lima) bab meliputi: Bab I Pendahuluan berisi tentang latar belakang penulisan, tujuan dan manfaat KP, waktu dan tempat pelaksanaan, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan Kerja Praktek. Bab II Profil Perusahaan, menjelaskan secara umum yang meliputi lokasi, sejarah, kegiatan usaha, struktur organisasi. Bab III Tinjauan Pustaka, meliputi deskripsi proses pada gardu cubicle, Pengenalan komponen gardu cubicle, prinsip kerja gardu cubicle, proses Commissioning dan maintenance. Bab IV Pembahasan, Pengujian tegangan pada gardu cubicle 3 phasa di LPG Filling Plant Tanjung Perak PT. Inventra Tekniktama. Menjelaskan tentang pengenalan komponen gardu cubicle, pemasangan gardu cubicle, serta pengujian tegangan pada gardu cubicle. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran dari hasil pengujian dari pengujian tahanan pada panel hubung bagi (Cubicle).

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

BAB II PROFIL PT. INVENTRA TEKNIKTAMA 2.1 Nama Perusahaan PT. Inventra Tekniktama, perusahaan yang bergerak dalam bidang EPC (Engineering, Procurement, Construction). 2.2 Sejarah Singkat Perusahaan PT. Inventra Tekniktama didirikan pada 29 Juli 2009, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang Power System dengan sub bidang Panel Maker dan Technical Supplier. Berdasarkan klasifikasi dan kualifikasi Surat Izin Usaha Perdagangan Besar oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian, maka PT. Inventra Tekniktama bergerak pada bidang Elektrikal, Komputer (Software, Hardware), CAT, Fiberglass, Alat : Instrument, Mekanikal. PT. Inventra Tekniktama, telah berpengalaman dalam beberapa tender perusahaan, diantaranya: PT. Pertamina, untuk penambahan daya, pemasangan transformator 1 MVA, pemasangan gardu cubicle 3 phasa. PT. Rajawali Citramass, pengadaan konstruksi kapasitor bank 500 KVAR. PT Rajawali Citramass, Material untuk instalasi listrik, kapasitor bank dan flat yarn hengli. CV. Karya Pangan Mandiri, Penambahan Daya 82,5 KVA. PT. Semen Gresik, Pengadaan Transformator 3 MVA. 2.3 Lokasi Perusahaan PT. Inventra Tekniktama berlokasi di Kompleks Ruko Mutiara Indah, Jalan Kampung seng No 12, Surabaya. Dalam operasionalnya, PT. Inventra Tekniktama juga memiliki workshop atau bengkel untuk pengerjaan-pengerjaan Power dan Control System yang berada di Jl. Lebak Jaya IIIA Utara / KAV 23 Surabaya Indonesia. 2.4 Struktur Organisasi Sejak didirikannya PT. Inventra Tekniktama tahun 2009 hingga 2010, struktur organisasi perusahaan mengalami

banyak perubahan. Seiring perkembangan jaman dan bertambahnya jumlah pegawai di perushaan, maka struktur perusahaan PT. Inventra Tekniktama yang terbaru adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Inventra Tekniktama

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Panel Hubung Bagi (PHB) Cubicle Panel Hubung Bagi (PHB) adalah panel berbentuk almari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai, panel Utama/MDP (Main Distribution Panel), panel Cabang/SDP (Sub-Distribution Panel), panel Beban/SSDP (SubsubDistribution Panel). Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar/rel dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan sakelar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan. Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari CB (Circuit Breaker), MCB (Miniatur Circuit Breaker), MCCB (Mold Case Circuit Breaker), NFB (No Fuse Circuit Breaker), ACB (Air Circuit Breaker), OCB (Oil Circuit Breaker), VCB (Vacuum Circuit Breaker), SF6CB (Sulfur Circuit Breaker), Sekering dan pemisah, Switch dan DS (Disconnecting Switch). Peralatan tambahan dalam PHB antara lain, Reley proteksi, Trafo tegangan, Trafo arus, Alat-alat listrik: Amperemeter, Voltmeter, Frekuensi meter, Cos meter, Lampu indicator, dan lain-lain. Untuk PHB system tegangan menengah, terdiri dari tiga cubicle yaitu satu cubicle incoming dan cubicle outgoing.

Hantaran masuk merupakan kabel tegangan menengah dan biasanya dengan kabel XLPE atau NZXSBY. Saluran daya tegangan menengah ditransfer melalui trafo distribusi ke LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pengaman arus listriknya terdiri dari sekering dan LBS (Load Break Switch). Peralatan dan rangkaian dari busbar sampai ke beban seperti pada PHB system tegangan rendah.

Gambar 3.1 Panel Cubicle[14] 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCB adalah pengaman rangkaian yang dilengkapi dengan pengaman thermis (bimetal) untuk pengaman beban lebih dan juga dilengkapi relai elektromagnetik untuk pengaman hubung singkat. MCB banyak digunakan untuk pengaman sirkit satu phasa dan tiga phasa. Keuntungan menggunakan MCB sebagai berikut. 1. Dapat memutuskan rangkaian tiga phasa walaupun terjadi hubung singkat pada salah satu phasanya. 2. Dapat digunakan kembali setelah rangkaian diperbaiki akibat hubung singkat atau beban lebih.

3. Mempunyai tanggapan yang baik apabila terjadi hubung singkat atau beban lebih. Pada MCB terdapat dua jenis pengaman yaitu secara thermis dan elektromagnetis, pengaman termis berfungsi untuk mengamankan arus beban lebih sedangkan pengaman elektromagnetis berfungsi untuk mengamankan jika terjadi hubung singkat. Pengaman thermis pada MCB memiliki prinsip yang sama dengan thermal overload yaitu menggunakan dua buah logam yang digabungkan (bimetal), pengamanan secara thermis memiliki kelambatan, ini bergantung pada besarnya arus yang harus diamankan, sedangkan pengaman elektromagnetik menggunakan sebuah kumparan yang dapat menarik sebuah angker dari besi lunak. MCB dibuat hanya memiliki satu kutub untuk pengaman satu phasa, sedangkan untuk pengaman tiga phasa biasanya memiliki tiga kutub dengan tuas yang disatukan, sehingga apabila terjadi gangguan pada salah satu kutub maka kutub yang lainnya juga akan ikut terputus.

Gambar 3.2 MCB (Miniatur Circuit Breaker) 1 fasa dan 2 fasa[2] MCB bekerja dengan cara pemutusan hubungan yang disebabkan oleh aliran listrik lebih dengan menggunakan electromagnet/bimetal. cara kerja dari MCB ini adalah memanfaatkan pemuaian dari bimetal yang panas akibat arus yang mengalir untuk memutuskan arus listrik. Kapasitas MCB menggunakan satuan Ampere (A), Kapasitas MCB mulai dari

1A, 2A, 4A, 6A, 10A, 16A, 20A, 25A, 32A dll. MCB yang digunakan harus memiliki logo SNI pada MCB tersebut Cara mengetahui daya maximum dari MCB adalah dengan mengalikan kapasitas dari MCB tersebut dengan 220v ( tegangan umum di Indonesia ). contoh Untuk MCB 6A mempunyai kapasitas menahan daya listrik sebesar : 6A x 220v = 1.200 Watt Beberapa kegunaan MCB : Membatasi Penggunaan Listrik Mematikan listrik apabila terjadi hubungan singkat ( Korslet ) Mengamankan Instalasi Listrik Membagi rumah menjadi beberapa bagian listrik, sehingga lebih mudah untuk mendeteksi kerusakan instalasi listrik Cara menentukan penyebab MCB turun, yaitu dengan cara menyentuh bagian putih dari MCB, apakah panas atau tidak. Apabila tidak panas, kemungkinan ada bagian instalasi yang korslet, biasanya bila instalasi yang korslet tersebut telah di perbaiki, MCB langsung dapat dinyalakan. Jika sesudah beberapa menit MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan kembali, artinya MCB tersebut sudah rusak. Apabila panas, itu menandakan MCB mengalami kelebihan beban dalam waktu yang cukup lama, tunggu beberapa menit baru menyalakan MCB tersebut, biasanya apabila langsung di nyalakan, MCB akan langsung turun kembali, hal ini disebabkan oleh BiMetal yang memuai dan membutuhkan waktu untuk kembali ke bentuk semula. Bila sesudah beberapa menit, MCB tersebut tetap tidak bisa dinyalakan, artinya MCB tersebut sudah rusak. 3.3 MCCB (Molded Case Circuit Breaker) MCCB merupakan alat pengaman yang dalam proses operasinya mempunyai dua fungsi yaitu sebagai pengaman dan sebagai alat penghubung. Jika dilihat dari segi pengaman,

maka MCCB dapat berfungsi sebagai pengaman gangguan arus hubung singkat dan arus beban lebih. Pada jenis tertentu, pengaman ini mempunyai kemampuan pemutusan yang dapat diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Gambar 3.3 Molded Case Circuit Breaker[2] Keterangan: 1. BMC material for base and cover 2. Arc chute 3. Mounting for ST or UVT connection block 4. Trip-free mechanism 5. Moving contacts 6. Clear and IEC-complaint maekings 7. Magnetic trip unit 8. Compact size 3.4 ACB (Air Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) merupakan jenis circuit breaker dengan sarana pemadam busur api berupa udara. ACB dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Udara pada tekanan ruang atmosfer digunakan sebagai peredam busur api yang timbul akibat proses switching maupun gangguan.

Gambar 3.4 ACB (Air Circuit Breaker)[2] Air Circuit Breaker dapat digunakan pada tegangan rendah dan tegangan menengah. Rating standar Air Circuit Breaker (ACB) yang dapat dijumpai dipasaran sebagai berikut. LV-ACB: Ue = 250 V dan 660 V Ie = 800 A 6.300 A Icn = 45 kA 170 kA LV-ACB: Ue = 7,2 kV dan 24kV Ie = 800 A 7.000 A Icn = 12,5 kA 72 kA 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker) Oil Circuit Breaker adalah jenis CB yang menggunakan minyak sebagai sarana pemadam busur api yang timbul saat terjadi gangguan. Bila terjadi busur api dalam minyak, maka minyak yang dekat busur api akan berubah menjadi uap minyak dan busur api akan dikelilingi oleh gelembunggelembung uap minyak dan gas. Gas yang terbentuk tersebut mempunyai sifat thermal conductivity yang baik dengan tegangan ionisasi tinggi sehingga baik sekali digunakan sebagi bahan media pemadam loncatan bunga api.

Gambar 3.5 OCB (Oil Circuit Breaker)[10] 3.6 VCB (Vacuum Circuit Breaker) Pada dasarnya kerja dari CB ini sama dengan jenis lainnya hanya ruang kontak di mana terjadi busur api merupakan ruang hampa udara yang tinggi sehingga peralatan dari CB jenis ini dilengkapi dengan seal penyekat udara untuk mencegah kebocoran.

Gambar 3.6 VCB (Vakum Circuit Breaker)[10] 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker) SF6 CB adalah pemutus rangkaian yang menggunakan gas SF6 sebagai sarana pemadam busur api. Gas SF6 merupakan gas berat yang mempunyai sifat dielektrik dan sifat memadamkan busur api yang baik sekali. Prinsip pemadaman busur apinya adalah Gas SF6 ditiupkan sepanjang busur api, gas ini akan mengambil panas dari busur api tersebut dan

akhirnya padam. Rating tegangan CB adalah antara 3.6 KV 760 KV.

Gambar 3.7 SF6 CB (Sulfur Hexafluoride Circuit Breaker)[11] Untuk instalasi listrik, penyaluran arus listriknya dari panel ke beban maupun sebagai pengaman (penyalur arus bocor ke tanah) digunakan penghantar listrik yang sesuai dengan penggunaanya. Ada dua macam penghantar listrik yaitu : - Kawat Penghantar tanpa isolasi (telanjang) yang dibuat dari Cu, AL sebagai contoh BC, BCC, A2C, A3C, ACSR. - Kabel Penghantar yang terbungkus isolasi, ada yang berinti tunggal atau banyak, ada yang kaku atau berserabut, ada yang dipasang di udara atau di dalam tanah, dan masing-masing digunakan sesuai dengan kondisi pemasangannya. Kabel instalasi yang biasa digunakan pada instalasi penerangan, jenis kabel yang banyak digunakan dalam instalasi rumah tinggal untuk pemasangan tetap ialah NYA dan NYM. Pada penggunaannya kabel NYA menggunakan pipa untuk melindungi secara mekanis ataupun melindungi dari air dan kelembaban yang dapat merusak kabel tersebut.

3.8Penghantar NYA

Gambar 3.8 Kabel jenis NYA[13] Kabel NYA hanya memiliki satu penghantar berbentuk pejal, kabel ini pada umumnya digunakan pada instalasi rumah tinggal. Dalam pemakaiannya pada instalasi listrik harus menggunakan pelindung dari pipa union atau paralon / PVC ataupun pipa fleksibel. 3.9Penghantar NYM

Gambar 3.9 Kabel Jenis NYM[13] Sedangkan kabel NYM adalah kabel yang memiliki beberapa penghantar dan memiliki isolasi luar sebagai pelindung. Konstruksi dari kabel NYM terlihat pada gambar.

Penghantar dalam pemasangan pada instalasi listrik, boleh tidak menggunakan pelindung pipa. Namun untuk memudahkan saat peggantian kabel / revisi, sebaliknya pada pemasangan dalam dinding / beton menggunakan selongsong pipa. 3.10 Penghantar NYY

Gambar 3.10 Kabel jenis NYY[13] Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai seperti NYY, biasanya digunakan untuk kabel tenaga pada industri. Kabel ini juga dapat ditanam dalam tanah, dengan syarat diberikan perlindungan terhadap kemungkinan kerusakan mekanis. Perlindungannya bisa berupa pipa atau pasir dan diatasnya diberi batu. Pada prinsipnya susunan NYY ini sama dengan susunan NYM. Hanya tebal isolasi dan selubung luarnya serta jenis PVC yang digunakan berbeda. Warna selubung luarnya hitam. Untuk kabel tegangan rendah tegangan nominalnya 0,6/1 kV dimana maksudnya yaitu : 0,6 kV : Tegangan nominal terhadap tanah. 1,0 kV : Tegangan nominal antar penghantar. Penggunaan utama NYY sebagai kabel tenaga adalah untuk instalasi industri di dalam gedung maupun di alam terbuka, di saluran kabel dan dalam lemari hubung bagi, apabila diperkirakan tidak akan ada gangguan mekanis. NYY dapat juga ditanam di dalam tanah asalkan diberi perlindungan

secukupnya terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan mekanis. 3.11 Penghantar N2XY

Gambar 3.11 Kabel jenis N2XY[13] Kabel tanah thermoplastik tanpa perisai yang di pakai di PT. Pupuk Kujang ialah N2XY, kabel N2XY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi XLPE, berpelindung bebat tembaga serta berselubung PVC dengan tegangan pengenal 0,6/1 kV (1,2 kV) yang dipasang sejajar pada suatu sistem fase tiga. 3.12 Penghantar NYFGbY

Gambar 3.12 Kabel jenis NYFGBY[13]

Kabel tanah thermoplastik berperisai seperti NYFGbY, biasanya digunakan apabila ada kemungkinan terjadi gangguan kabel secara mekanis, kabel NYFGbY intinya terdiri dari penghantar tembaga, dengan isolasi PVC, penggabungan dua atau lebih inti dilengkapi selubung atau pelindung yang terdiri dari karet dan perisai kawat baja bulat. Perisai dan pembungkus diikat dengan spiral pita baja, untuk menghindari korosi pada pita baja, maka kabel di selubungi pelindung PVC warna hitam.

BAB IV PENGUJIAN TEGANGAN PADA PANEL HUBUNG BAGI (CUBICLE) 3 PHASA DI LPG FILLING PLANT TANJUNG PERAK PT. INVENTRA TEKNIK TAMA 4.1 Pengujian Tegangan Panel Hubung Bagi (Cubicle) PHB adalah panel hubung bagi / papan hubung bagi / panel berbentuk lemari (cubicle), yang dapat dibedakan sebagai : - Panel Utama / MDP : Main Distribution Panel - Panel Cabang / SDP : Sub Distribution Panel - Panel Beban / SSDP : Sub-sub Distribution Panel Untuk PHB sistem tegangan rendah, hantaran utamanya merupakan kabel feeder dan biasanya menggunakan NYFGBY. Di dalam panel biasanya busbar / rel dibagi menjadi dua segmen yang saling berhubungan dengan saklar pemisah, yang satu mendapat saluran masuk dari APP (pengusaha ketenagalistrikan) dan satunya lagi dari sumber listrik sendiri (genset). Dari kedua busbar didistribusikan ke beban secara langsung atau melalui SDP dan atau SSDP. Tujuan busbar dibagi menjadi dua segmen ini adalah jika sumber listrik dari PLN mati akibat gangguan ataupun karena pemeliharaan, maka suplai ke beban tidak akan terganggu dengan adanya sumber listrik sendiri (genset) sebagai cadangan. Peralatan pengaman arus listrik untuk penghubung dan pemutus terdiri dari : - Circuit Breaker (CB) MCB (Miniatur Circuit Breaker) MCCB (Mold Case Circuit Breaker) NFB (No Fuse Circuit Breaker) ACB (Air Circuit Breaker) OCB (Oil Circuit Breaker) VCB (Vacuum Circuit Breaker)

SF6CB (Sulfur Circuit Breaker) - Sekering dan pemisah Switch dan Disconnecting Switch (DS). Peralatan tambahan dalam PHB antara lain : - Rele Proteksi - Trafo tegangan, trafo arus - Alat-alat ukur besaran listrik : amperemeter, voltmeter, frekuensi meter, cos meter - Lampu-lampu tanda - Dll Untuk PHB sistem tegangan menengah, terdiri dari tiga cubicle yaitu satu cubicle incoming dan cubicle outgoing. Hantaran masuk merupakan kabel tegangan menengah dan biasanya dengan kabel XLPE atau NZXSBY. Saluran daya tegangan menengah ditransfer melalui trafo distribusi ke LVMDP (Low Voltage Main Distribution Panel). Pengaman arus listriknya terdiri dari sekering dan LBS (Load Break Switch). Beban awal sebelum ditambahkan ialah 500 KVA, yang nantinya akan ditambah menjadi 1.3 MVA. Instalasi dan pengujian tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut: Langkah pertama umum, Semua main switchboard dan sub-switchboard Tegangan Rendah (TR) harus didisain dan dibuat berdasarkan Standard B.S. 5486: Bagian I atau IEC dan harus berjenis indoor untuk MSB dan EMSB, sedang SSB harus tipe outdoor, extensible, floor standing, metal enclosed, flush fronted, dapat diakses baik dari depan dan/atau belakang dan teridir dari komponen-komponen seperti circuit breaker, busbar tembaga, MCCB, auto changeover switch, protective realy, control fuse, selector switch, lampu indikator, meteran, anti-

condensation cubicle heater, cable gland, dan sebagainya serta yang lainnya diperlukan guna kesempurnaan fungsi dan operasi switchboard. Langkah kedua kapasitas, Umumnya switchboard harus sudah teruji dan mampu menahan beban listrik, mekanik dan termal yang dihasilkan pada keadaan hubung singkat yang nilainya seperti dicantumkan di gambar spesifikasi pada 380 V selama 3 detik berdasarkan B.S. 5486: Bagian 1 atau IEC. Switchboard harus memiliki sertifikat pengujian yang dikeluarkan oleh instansi berwenang dari dalam (LMK-PLN) atau luar negeri (type tested) jika diminta oleh Pemberi Tugas. Langkah ketiga derajat perlindungan, Derajat perlindungan (proteksi) untuk switchgear adalah IP 31 yang memenuhi IEC 529 yakni dripproof. Bukaan ventilasi dan lubang vent harus dibuat dan dilindungi sedemikian rupa agar memperoleh derajat perlindungan yang sesuai dengan yang ditentukan. Bukaan-bukaan tersebut harus kuat secara mekanis. Bukaanbukaan untuk masukan kabel, penutup, kable gland dan sebagainya harus dibuat sedemikian rupa sehingga ketika kabel dipasang, derajat perlindungannya tetap terjaga. Paking-paking non-deteriorable rubber, harus diberikan antar panel metal dan pada tutup, dan sebagainya supaya derajat perlindungan yang diinginkan dapat terpenuhi. Langkah keempat desain dan konstruksi, Tiap cubicle panel harus terbuat dari plat besi (rolled mild steel) tebal 2 mm dengan rangka besi dan dicat powder coating dengan warna sesuai dengan yang direkomendasikan oleh PLN. Konstruksinya adalah from 2 dimana setiap cubicelnya mempunyai partisi tersendiri dan

busbar utamanya terpisah dari unit-unit fungsional. Konstruksi di dalam cubicle serta letak-letak dari komponen-komponen harus diatur sedemikian rupa sehingga bila perlu perbaikan, penyambungan pada komponenkomponen dapat mudah dilakukan tanpa mengganggu komponen lainnya. Langkah kelima busbar dan pengkabelan sekunder, Busbar utama harus terdiri dari 4 bar persegi panjang dengan ukuran bar untuk phasenya harus sama dengan bar netral (full size), terbuat dari tembaga dengan konduktifikat tinggi (HCDC). Busbar ini harus dipasang diatas insulator non hygrospic dan warna setiap busbarnya (phase R, S, T, N dan ground) harus sesuai dengan PUIL 2000. Sambungan antara busbar utama dan circuit breaker harus dilakukan dengan busbar tembaga konduktifitas tinggi (HCDC). Pengabelan harus dilakukan dengan cara sistematik, rapi dan tidak boleh tumpang tindih. Setiap ujung dari kabel harus diberi warna sesuai PUIL 1987 & 2000 untuk membedakan phase R, S, T, N dan ground. Sambungan antara busbar dan kabel harus dilakukan denga baud dimana ujung kabelnya harus dipasang sepatu dan gland. Sambungan tidak boleh dilakukan dengan pengelasan. Langkah keenam penyusunan kabel, Masukkan/keluaran kabel harus dirancang untuk dapat dilakukan dari arah atas dan/atau bawah sesuai kebutuhan. Rongga-rongga akibat masukkan kabel dari atas dan/atau bawah cubicle harus ditutup kembali dengan sealent/material fire stop. Penyusunan kabelnya harus dilakukan dengan rapi dan tidak boleh tumpang tindih. Apabila menggunakan kabel single core phase R, S, T nyatidak boleh terpisah. Kabel dalam tranch

harus diletakkan dalam kabel ladder kemudian di support yang kuat. Langkah ketujuh susunan switchgear, Subkontraktor harus memberikan gambar layout switchboard yang diusulkan untuk diperiksa oleh Pemberi Tugas sebelum melakukan pembuatan switchboard tersebut. Switchboard harus disusun agar sesuai dengan ruang yang ada dan mempertimbangkan jarak-jaraknya untuk perawatan dan perbaikan sesuai persyaratan PLN. Langkah kedelapan pentahanan, Terminal pentanahan harus dipasang di frame switchboard yang kemudian dihubungkan ke tanah. Earth bar dengan bahan tembaga konduktifitas tinggi lengkap dengan insulator juga harus dipasang di dalam switchboard. Kabel pentanahan yang keluar dari setiap distributor boards, kontrol panels, dan sebagainya disambungkan ke earth bar main switchboard. Langkah kesembilan pemanas (heater) anti-kondensasi, Switchboard harus dipasang dengan alat pemanas yang sesuai untuk pengoperasian pada tegangan bolak-balik 220 volt fasa tunggal dengan kapasitas yang memadai untuk menjaga kelembaban di dalam switchboard secara otomatis. Langkah kesepuluh circuit breaker utama dengan spring charged (acb), Circuit breaker utama harus berjenis air break, 3 pole atau 4 pole dengan breakingcapacity sesuai gambar spesifikasi. Circuit breaker tersebut harus berjenis spring charged, microprocessor based dan dilengkapi dengan shunt trip coil, auxiliary switch, earth fault, over current dan harus sesuai gambar spesifikasi. Langkah kesebelas MCB (Mini Circuit Breaker), MCB harus menyertakan fixed

unadjustable time/current tripping characteristic, yang dikalibrasi berdasarkan Standard Internasional/B.S 3871 Bagian 1 pada temperatur 40 derajat Celcius. Kemampuan-kemampuan lainnya harus seperti yang ditentukan untuk MCCB. Semua sirkuit MCB yang melindungi sirkuit luar harus yang otomatis dan dilengkapi dengan pelindung yang sesuai terhadap beban lebih dan hubung singkat. Kapasitas pemutusan hubung singkat dari circuit breaker tidak boleh kurang dari tingkat fault yang terjadi maksimum di titik dimana sirkuit tersebut bertanggung jawab atas pemilihan dan pemberian jenis circuit breaker yang tepat untuk perlindungan jenis sirkuit yang berbeda. MCB masuk dari panelpanel distribusi dimana feeder dipasang dengan meteran listrik PLN harus dari jenis yang diizinkan oleh PLN. Langkah keduabelas MCCB (Moulded Case Circuit Breaker), MCCB harus benar-benar sesuai dengan Standard IEC atau B.S. 4752: Bagian 1dan kotaknya harus terbuat dari bahan moulded berinsulasi yang kuat secara mekanis dan tidak mudah tergores. Mekanisme tripnya harus dikalibrasi berdasarkan Standar IEC atau British Standard di pabrik tersebut dan breaker tersebut harus disegel untuk mencegah gesekan/kerusakan sebelum dipakai. MCCB harus dapat mentrip secara otomatis maupun manual seperti yang dipersyaratkan. Jenis alat otomatisnya masing-masing harus berhubungan dengan suatu unit trip untuk memberikan perlindungan terhadap beban lebih (overload) dan hubung singkat. Unit trip ini untuk tiap pole harus memberi invers time delay dalam kondisi beban lebih dan trip magnetik seketika (instantaneous magnetic tripping) untuk perlindungan terhadap peristiwa hubung singkat.

Unit-unit trip ini dalam semua circuit breaker harus dapat ditukar-tukar. Perlindungan terhadap earth fault harus diberikan bilamana diperlukan dan tertera dalam spesifikasi dan gambar. MCCB harus didisain sedemikian rupa sehingga ketika pada kondisi trip, circuit breaker tidak dapat dihidupkan lagi jika breaker tersebut belum direset dengan memindahkan saklar ke posisi OFF dahulu. Kondisi pengoperasian (seperti ON, OFF atau TRIP) circuit breaker tersebut harus terlihat dengan jelas. MCCB harus berupa Single Pole (SP), Double Pole (DP) atau Triple Pole (TP) atau four pole (4P) seperti ditentukan dalam gamabar spesifikasi. Kontruksi dan pengoperasian circuit breaker harus sedemikian rupa sehingga jika fault muncul, semua pole-pole circuit breaker harus beroperasi serentak untuk mengisolasi dan menghilangkan fault tersebut secara efisien dan aman tanpa resiko terhadap operator atau instalasi tersebut. Tiap circuit breaker harus memasukkan mekanisme "tripfree" untuk memastikan bahwa breaker tersebut tidak dapat ditutup dalam kondisi fault. Mekanisme circuit breaker tersebut harus diseal rapatrapat di pabrik dan semua bagian metalik yang berhubungan dengan mekanisme kerja tersebut harus dilindungi terhadap karat dan korosi. Kapasitas short-circuit breaking MCCB tersebut tidak boleh kurang dari arus hubung singkat maksimum yang terjadi dimana MCCB tersebut terpasang. Kontraktor harus bertanggung jawab atas pemilihan untuk perlindungan jenis-jenis sirkuit yang dipakai. Kontraktor juga harus bertanggung jawab atas jaminan bahwa fuse-fuse yang dipakai untuk dihubungkan dengan MCCB harus terkoordinasi dengan circuit breaker untuk memberikan

perlindungan dan pemisahan yang memadai terhadap sistem listrik. Langkah ketigabelas Relay, Semua relay yang dipakai harus dapat diterima oleh PLN (Perusahaan umum Listrik Negara) dan Pemberi Tugas. Relay-relay tersebut adalah relay yang bekerja secara elektro-mekanik atau static transistorised atau kombinasi dari keduanya. Jika tidak dinyatakan lain, relay arus lebih (overcurrent) harus berjenis IDMTL yang dapat menset arus lebih dari 50% - 200% dan dapat menset waktu 1,3/10 sesuai dengan BS 142. Elemenelemen direct acting instantaneous high-set harus diberikan hanya untuk circuit breaker utama dari switchboard. Relay earth fault harus adjustable definite time lag dari 0 - 1,0 detik dan adjustable current setting dari 5% - 40% dengan penambahan 5%. Relay-relay harus tahan lama, flush mounted dalam kotak bebas debu. Kotakkotak relay secara umum harus diberi enamel hitam. Relay-relay harus disusun sedemikian rupa sehingga pengaturan, pengujian dan penggantian dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Relayrelay jenis hand reset harus dapat direset tanpa membuka kotak tersebut. Relay yang bekerja secara elektrik harus diberikan dimana diperlukan oleh sistem kontrol. Kontak-kontak relay harus sesuai untuk pemakaian arus maksimum yang diperlukan untuk mengontrol dalam kondisi normal tapi dimana kontak-kontak relay tersebut tidak mampu menangani arus trip maka di posisi tersebut harus diberikan kontaktor pembantu, relay atau switch pembantu. Kontak-kontak terpisah harus diberikan untuk alarm dan fungsifungsi trip. Kontak-kontak relay harus benarbenar lentur dan semua gerakan relay tersebut

tidak dipengaruhi oleh getaran atau medan magnet luar. Relay-relay, harus dilengkapi dengan indikator-indikator flag, fasa yang diberi warna. Indikator flag harus berupa hand reset dan harus dapat direset tanpa membuka kotaknya. Dimana dua atau lebih elemen-elemen fasa dimasukkan dalam satu kotak yang dilengkapi dengan indikator terpisah untuk tiap elemen. Relay-relay dengan ketentuan untuk pemakaian manual dari luar kotak, selain mereset, tidak akan diterima, dan relay-relay waktu tunda (time delay relays) bukan berjenis dashpot. Untuk memperkecil pengaruh elektrolisis, koil-koil relay yang beroperasi pada tegangan searah (DC) harus dihubungkan sedemikian rupa sehingga koil-koil tersebut tidak dialiri arus terus menerus dari kutub positif baterei. Relay-relay earth fault dimana diperlukan harus berjenis solid-state zone selective interlocking yang sama dengan jenis 'Z' yang dibuat oleh General Electric yang terdiri dari solid-state relay, ground sensor monitor panel, dsb. dari kapasitas arus yang sesuai agar sesuai dengan masing-masing penggunaan dengan arus trip yang dapat diatur dan waktu tunda yang cocok untuk pengoperasian pada tegangan a.c. 220 volt, 50 Hz fasa tunggal. Semua relay zone selective earth fault yang dipilih harus dapat menggabung proteksi earth fault upstream dan downstream dari air circuit breaker yang bersangkutan dan/atau MCCB. Semua kabel kontrol yang diperlukan, protection CT, shunt trip accessory dan sebagainya untuk interlock yang sesuai harus dimasukkan dalam kontrak. Kontraktor harus menyerahkan usulan protective

relay co-ordination plan untuk seluruh jaringan distribusi TR untuk diperiksa oleh Pemberi Tugas. Langkah keempatbelas Instrumen Indikator, Metering/instrumen indikator harus berjenis flush pattern, tahan getar sesuai standard IEC atau B.S, bersertifikat dari instansi yang berwenang (BMG atau LMKPLN) dan bebas dari pengaruh induksi. Voltmeter harus menggunakan selector switch agar memungkinkan membaca tegangan fasa ke fasa dan fasa ke netral. Ammeter yang dilengkapi dengan selector switch dan harus memungkinkan membaca semua arus. Biasanya ammeter harus diskala sampai kapasitas isolator/breaker tetapi, ammeter yang berhubungan dengan sircuit motor harus sampai 500%. Langkah kelimabelas Trafo Arus Dan Tegangan, Trafo-trafo arus dan tegangan harus sesuai dengan standar Standard IEC atau B.S. 3941. Trafo-trafo tersebut harus memiliki perbandingan dan tingkat ketepatan output (keluaran) yang baik. Umumnya, semua trafo arus harus memiliki perbandingan yang sama dengan kapasitas breaker/isolator masuk. Lilitan sekunder harus dihubungkan ke kotak terminal (terminal board) yang sesuai dan ditanahkan pada satu tempat di sirkuit tersebut. Semua trafo harus diberi suatu label yang menjelaskan fungsi, perbandingan, klas, output dan nomor serinya. Langkah keenambelas Alat Bantu Switchgear Tr, Semua alat bantu switchgear TR lainnya seperti kotak terminal, switch kontrol dan tombol, switch bantu, lampu indikator, fuse dan sambungan, kotak alat label, dsb. harus seperti

yang ditentukan dalam spesifikasi untuk `Switchgear Tegangan Tinggi dan Alat Bantunya'. Langkah ketujuhbelas Kotak Alat, Kotak alat ini harus berisi kunci-kunci yang berhubungan dengan main switchboard dan dipasang di dinding ruang panel. Kotak alat tersebut harus terbuat dari aluminium dengan muka kaca lengkap dengan alat pegangan, label dan sebagainya.

Gambar 4.1 Panel Hubung Bagi (Cubicle).[14] 4.2 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pengumpulan data dan pengujian setelah panel hubung bagi (Cubicle) terpasang, maka langkah selanjutnya yang harus dilakukan yaitu pemeriksaan kabel secara fisik dan setelah itu dilakukan pengujian kabel sebelum di di DC test. Berikut data pemeriksaan kabel secara fisik. Tabel 4.1 Pemeriksaan Kabel Dari Cubicle ke Cut Out Trafo

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Jenis Pemeriksaan Penandaan (R.S.T) Mutu Pengerjaan Kabel (Kualitas) Pengerolan Panjang Kabel Jenis Kabel Inti Kabel Penampang Kabel Tegangan Nominal Jenis Termination Kabel

10 Pengerjaan Termination Kabel .

Ket. Ada Baik Baik 14 m. XLPE 1 Inti 50 mm2 24 kV Heat Srink Baik

Setelah dilakukan pemeriksaan, maka langkah selanjutnya ialah pengujian tahanan kabel isolasi sebelum di DC test. Pengujian pertama dilakukan dari phasa ke phasa, kemudian pengujian kedua yaitu phase dengan ground. Tabel 4.2 Pengujian Tahanan Isolasi Phasa dengan Phasa Sebelum di DC test 1. Phase R - S 70000 M 2. Phase R - T 70000 M 3. Phase T S 70000 M Tabel 4.3 Pengujian Tahanan Isolasi Phase dengan Ground Sebelum di DC test 1. Phase R - N 20000 M 2. Phase S N 20000 M 3. Phase T N 20000 M Setelah dilakukan pengujian tersebut, maka kondisi tahanan isolasi keseluruhan sudah bekerja dengan baik.

Pengujian dielektrik, dilakukan dengan cara: Tegangan uji DC = 2 x 28.750 = 57.500 volt dc. Tegangan uji = 57.5 kV dc diuji selama 10 menit Tabel 4.4 Data Pengujian Arus Arus Phasa (mA) Waktu (Menit) R S T 0.1 0.1 60 Detik (1 Menit) 0.16 6 6 0.1 0.1 120 Detik (2 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 180 Detik (3 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 240 Detik (4 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 300 Detik (5 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 360 Detik (6 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 420 Detik (7 Menit) 0.15 5 5 0.1 0.1 480 Detik (8 Menit) 0.15 5 5 540 Detik (9 Menit) 0.1 0.1 0.15 5 5 600 Detik (10 Menit) 0.1 0.1 0.15 5 5

N o 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10 .

Setelah dilakukan pengujian dielektrik, dari data diatas maka pengujian berjalan dengan baik. Kemudian melakukan pengujian kembali pada tahanan isolasi, berikut data hasil pengujian. Tabel 4.5 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan phasa setelah di DC test

1. 2. 3.

Phase R - S Phase R - T Phase T S

70000 M 70000 M 70000 M

Tabel 4.6 Pengujian Tahanan Isolasi phasa dengan ground setelah di DC test 1. Phase R - N 30000 M 2. Phase S N 30000 M 3. Phase T N 30000 M Dari hasil pengujian tersebut maka data yang diperoleh setelah cubicle terpasang, kondisi tahanan isolasi keseluruhan berjalan dengan baik. Data diatas merupakan hasil data setelah diuji dc mulai dari pemeriksaan dan uji kabel hingga uji tegangan setelah panel hubung bagi terpasang.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

BAB V

PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil pengujian tersebut maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pemeriksaan dan pengujian pada kabel telah berjalan dengan baik dengan besar nilai tahanan phasa dengan phasa sebesar 70000 M, kemudian phasa dengan ground sebesar 20000 M. 2. Pengujian setelah panel hubung bagi (Cubicle) dilakukan selama 10 menit, dimulai dari menit pertama dengan nilai arus phasa (R.S.T) sebesar 0.16 mA, kemudian pada menit kedua hingga menit kesepuluh didapatkan arus phasa (R.S.T) sebesar 0.15 mA. 3. Pengujian tahanan isolasi setelah di DC test, phase dengan ground (R N), (S N), dan (T N) didapatkan nilai sebesar 30000 M. 4. Dari hasil pengujian keseluruhan, maka panel tersebut telah berjalan dengan baik dan siap untuk dioperasikan. 5.2 Saran Setelah dilakukan pengujian dan pemeriksaan, masih terdapat banyak kekurangan yang nantinya bisa disempurnakan untuk keperluan selanjutnya. Antara lain: 1. Memperhatikan kondisi sekitar agar panel tidak mengalami kerusakan atau permasalahan serius. 2. Perawatan terhadap panel agar kedepan tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk perbaikan dan perawatan. 3. Menghemat penggunaan mesin produksi agar daya yang digunakan tidak terlalu besar.

Halaman Ini Sengaja Dikosongkan

DAFTAR PUSTAKA [1]. http://www.oasis-engineering.com [2]. Abdul Kadir, Pengantar Teknik Tenaga Listrik, LP3ES, 1993. [3]. Badan Standarisasi Nasional SNI 04-02252000, Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000, Yayasan PUIL, Jakarta, 2000 [4]. Malcolm Plant and Dr.Jan Stuart, School Council Modular Courses in Technology Instrumentation, Publisher : Oliver & Boyd [5]. Uffenbeck,John E, Introdution to Electronic Devius and Circuits, Publisher : Prentice Hall [6]. Floy, Romas L, Electronic Devices, Publisher : Mentril [7]. Entis Sulaeman, Dasar-dasar Teknik Elektronika Digital 1, Publisher : TEDC Bandung, 1980 [8]. Boylestad & Nashelsky, Eletronic Devices and Circuit Theory, Publisher : Pretice Hall [9]. Gill,A.S, Electrical Equipment Testing & Maintenance ,Virginia : A Prentice-Hall Company,1982. [10]. Groupe Schneider Electric, Design, Operation and Maintenace Electrical Substation, Jakarta : Groupe Schneider Electric, 1999. [11]. Groupe Schneider Electric, Training Manual 150 kV Sistem, Jakarta : Groupe Schneider Electric, 1999 [12]. Hydro Electric Research and Technical Services Group, Maintenance of Power Circuit Breaker , Denver : United States Departement of Interior Bureau and Reclamation, 1999. [13]. Ir. Sulasno,Analisis Sistem Tenaga Listrik edisi kedua, Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang, 2001. [14]. PT PLN, Buku Petunjuk Operasi & Memelihara Peralatan Untuk Pemutus Tenaga, Jakarta :

PT PLN Pembangkitan dan Penyaluran Jawa Bagian Barat, 1993. [15]. Tobing, Bonggas L,Peralatan Tegangan Tinggi, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003.

You might also like