You are on page 1of 16

TUGAS MAKALAH AGAMA KRISTEN PROTESTAN

TINJAUAN ETIKA KRISTEEN TENTANG GEP ANTARA GENERASI ANTARA ORANG TUA DAN ANAK

DISUSUN OLEH : JEPRI SITORUS / 11208040 RONY SANDRO GULTOM / 11208033 ERICH CAVRIL PURBA / 11208018

TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI MEDAN 2011

KATA PENGANTAR
Masalah Pendidikan Agama Kristen sebagai upaya pembinaan warga jemaat akhir-akhir ini banyak digalakkan dan dihidupkan ulang di kalangan umat kristiani. Hal ini nampak dari bermacam-macam kegiatan yang mewarnai denyut jantung kehidupan di berbagai gereja maupun persekutuanpersekutuan, di mana semuanya mengarah pada satu tujuan yang sama, yaitu pembinaan warga jemaat. Di tempat pertama, kehidupan Kristen adalah penting untuk zaman kita. Apakah

dalam hubungan langsung keluarga, pekerjaan atau kontak pribadi lainnya, atau dalam adegan sosial yang lebih besar, "di mana tidak ada visi, yang rakyat binasa "(KJV) ini selalu benar,. tapi situasi yang kompleks dan berbahaya dalam yang hidup kita sekarang membuat jelas diatur dalam cara yang mengejutkan dan tragis di beberapa titik. Cahaya yang dapat dilemparkan pada masalah keputusan manusia harus ditumpahkan - dan cahaya yang bersinar dari Injil Kristen adalah sumber melampaui semua yang lain. Selanjutnya, meskipun kebanyakan buku tentang etika Kristen, tidak banyak yang melakukan apa ini salah satu upaya. Ada klasik masa lalu, dan untungnya beberapa saat ini, yang besar buku untuk siswa yang serius tetapi yang tidak tepat untuk secara luas dipahami atau dibaca oleh biasa orang yang mencari cahaya pada tugas sehari-hari. Juga, ada buku-buku yang terlalu sederhana. Ada rak pada rak-rak buku yang berhubungan dengan ini, itu, atau masalah etis lainnya, tetapi tanpa komprehensif kerangka acuan. Ada buku tentang filsafat moral dan buku-buku tentang teologi alkitabiah. Di antara adalah filsafat moral yang alkitabiah dan teologi berbagai juga bervariasi. Buku ini telah dilakukan karena saya belum menemukan apapun yang mengatakan hanya apa yang saya pikir perlu dikatakan! Sebuah kata adalah dalam rangka untuk sudut pandang dari mana buku ini ditulis. Setiap etika Kristen untuk menjadi berlaku harus mengambil titik awal dari wahyu alam dan kehendak Allah karena hal ini telah datang kepada kita dalam Yesus Kristus. Ini wahyu kita tahu melalui apa yang dicatat dalam Alkitab, dikuatkan melalui berabad-abad pengalaman Kristen, dan disaksikan oleh Roh Kudus dalam kita sendiri tertinggi Kristen wawasan. Tidak ada kode tetap atau tidak fleksibel moralitas Kristen, tidak ada cara singletrack untuk penemuan dari kehendak Allah bagi setiap keputusan beton. Namun demikian, kita memiliki dasar diandalkan dan memadai

penghakiman di apa yang Allah telah memberi kita mengenal Yesus. Sebagai kebenaran besar penebusan Kristen diungkapkan dalam kata-kata "Allah dalam Kristus mendamaikan dunia dengan dirinya sendiri," begitu comparably yang dasar dari etika Kristen adalah dicontohkan dalam "Apakah pikiran ini antara kamu, yang Anda miliki di Kristus Yesus. "

Adapun bentuk usaha pembinaan ini beraneka ragam manifestasinya. Namanya pun bervariasi. Masing-masing memiliki ciri khas. Ada Kelompok Tumbuh Bersama yang populer di kalangan persekutuan siswa dan mahasiswa. Ada Kelompok-Kelompok Sel yang coba diterapkan di berbagai gereja. Ada Sekolah Alkitab Malam. Ada Training-Training, Seminar-Seminar, dsb. Mengapa upaya pembinaan warga jemaat ini menjadi masalah yang mendesak untuk dikerjakan? Mengapa para pemimpin Kristen begitu banyak mencurahkan waktu dan perhatiannya dalam masalah ini? Pertama, adanya suatu kesadaran bahwa surutnya pengaruh umat kristiani dalam masyarakat modern dan berkurangnya semangat Kristen sejati dalam lingkungannya sendiri, antara lain disebabkan oleh kelemahan dalam hal mendidik jemaat secara memadai. Kedua, umat kristiani yang merupakan golongan minoritas di tengah-tengah masyarakat yang berideologi dan beragama lain, perlu memiliki pengertian dan pengetahuan yang luas dan dalam tentang Injil Yesus Kristus, agar mereka dapat mempertahankan kepercayaannya sendiri, dan supaya mereka sanggup mewartakan berita Injil itu dengan jelas dan penuh kegiatan kepada yang belum mengenal Tuhan Yesus Kristus. Dalam terang pemahaman di atas, Pelita Zaman edisi No. 4 ini mengetengahkan berbagai artikel yang bersangkut paut dengan masalah Pendidikan Agama Kristen. Maksud kami, dengan mengetengahkan pokok-pokok bahasan yang berkaitan dengan upaya pembinaan adalah: bersama dengan para pemimpin Kristen yang lain, kami mau turut berperan serta dalam upaya pendewasaan kehidupan warga jemaat. Selamat Hari Paskah dan terima kasih atas dukungan doa dan dana yang telah saudara salurkan demi kelancaran terbitnya majalah Pelita Zaman ini.

I.PENDAHULUAN Kehidupan keluarga saat ini berada di bawah pengepungan. Keluarga dilanda oleh perceraian, krisis dalam peran, ketidakhadiran orang tua, rincian dari otoritas, keasyikan dengan hal-hal, waktu yang tidak memadai bersama-sama, tekanan keuangan, dan sejumlah masalah lain. Alkitab mengajarkan bahwa institusi keluarga adalah asal dan tujuan ilahi. Alkitab juga memberikan panduan untuk hubungan baik dalam keluarga. Sebuah komitmen dengan ajaran Alkitab dan prinsip-prinsip memberikan harapan terbaik hari ini untuk pemulihan kehidupan keluarga. I.I Keluarga Ilahi Apakah di Negara Asal. 1. Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri. "Kemudian Allah berkata, 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar Kita, menurut rupa Kita" ... Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya; Dia menciptakan dia dalam gambar Allah, Dia menciptakan mereka laki-laki dan perempuan "(Kejadian 1:26 -27). "Lalu Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah, dan meniupkan ke dalam lubang hidungnya napas kehidupan, dan manusia menjadi makhluk yang hidup" (Kejadian 2:7). 2. Tuhan menciptakan manusia sehingga kebutuhan dan menemukan kepuasan dalam persahabatan manusia. "Tuhan berkata," Tidak baik, kalau manusia seorang diri saja, aku akan membuatnya cocok penolong baginya '"(Kejadian 2:18). 3. Allah memulai unit keluarga pertama. Jadi TUHAN Allah membuat manusia itu tidur mendalam untuk datang ke orang itu, dan ia tidur. Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya dan menutup daging di tempat itu. Lalu TUHAN Allah membuat Dia rusuk yang diambil dari pria menjadi wanita dan membawanya ke manusia "(Kejadian 2:21-22). I.2 Keluarga Ilahi Apakah di Tujuan. Allah menciptakan keluarga, dan Dia memiliki tujuan ilahi untuk itu. Setelah tujuanNya untuk pernikahan dan kehidupan keluarga memberi kita kesempatan terbaik untuk pemenuhan keluarga. 4. Persahabatan adalah tujuan dasar Allah untuk pernikahan dan kehidupan keluarga. Seks adalah Allah ditahbiskan cara mengatasi kesepian penting dari eksistensi manusia. "Lalu TUHAN Allah berkata," Tidak baik manusia itu seorang diri saja. Aku akan membuat penolong yang seperti dia '"(Kejadian 2:18).

"Inilah sebabnya mengapa seorang laki-laki meninggalkan ayah dan ibunya dan obligasi dengan istrinya, dan mereka menjadi satu daging" (Kejadian 2:24). "'Tidakkah kamu baca," Dia [Yesus] menjawab,' bahwa Dia yang menciptakan mereka pada awalnya membuat mereka laki-laki dan perempuan, dan Dia juga mengatakan: Untuk alasan ini seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bergabung dengan istrinya, dan dua akan menjadi satu daging? Jadi mereka bukan lagi dua, melainkan satu daging. Oleh karena itu apa yang Allah telah bergabung bersama-sama, manusia tidak harus memisahkan '"(Matius 19:4-6). 5. Prokreasi merupakan tujuan dasar dari Tuhan untuk keluarga. "Allah memberkati mereka, dan Allah berkata kepada mereka," Jadilah berbuah, berkembang biak, memenuhi bumi ... "(Kejadian 1:28). "Anak-anak memang warisan dari Tuhan, anak-anak, hadiah ... Seperti anak panah di tangan pahlawan, demikianlah anak-anak ... Happy adalah orang yang telah memenuhi bergetar dengan mereka" (Mazmur 127:3-5). 6. Pemeliharaan masih satu tujuan dasar dari Tuhan untuk keluarga. "Sekarang jika orang tidak memeliharakan sanak sendiri, dan terutama untuk rumah tangga, dia telah murtad dan lebih buruk dari orang yang tidak beriman" (1 Timotius 5:8). "Dia juga berkata kepada mereka, 'Anda benar-benar membatalkan perintah Allah untuk menjaga tradisi Anda! Karena Musa telah berkata: Hormatilah ayahmu dan ibumu, dan, Barangsiapa mengutuki ayahnya atau ibunya harus dihukum mati. Tetapi kamu berkata, "Jika seorang pria mengatakan kepada ayah atau ibunya: Apapun menguntungkan Anda mungkin telah menerima dari saya adalah Corban" '(yaitu, hadiah [berkomitmen untuk kuil]),' Anda tidak lagi membiarkan dia melakukan apapun untuk nya ayah atau ibu. Anda mencabut firman Tuhan dengan tradisi Anda bahwa Anda telah diturunkan. Dan Anda melakukan banyak hal lain yang serupa "(Markus 7:9-13) '. I.3 Alkitab Berisi Prinsip Ilahi untuk Hubungan Keluarga Baik. Tujuan Tuhan bagi keluarga telah ditantang, tetapi mereka belum berubah. Dalam Alkitab, Tuhan memberikan prinsip-prinsip dan kekuatan dengan mana tujuan-Nya untuk keluarga bisa terpenuhi.

Hubungan suami-istri:
7. Panggilan Alkitab untuk hubungan pernikahan akan ditandai dengan penyerahan bersama dan sukarela dalam saling menghormati dan kepercayaan. "... Mengirimkan satu sama lain dalam takut akan Kristus" (Efesus 5:21). 8. Alkitab menyebut untuk pemenuhan timbal balik dalam hubungan seksual dalam hubungan pernikahan.

"Seorang suami harus memenuhi kewajiban perkawinannya kepada istrinya, dan juga seorang istri kepada suaminya. Seorang istri tidak memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, tetapi suaminya tidak. Sama, suami tidak memiliki otoritas atas tubuhnya sendiri, tetapi istrinya tidak "(1 Korintus 7:3-4). 9. Alkitab panggilan untuk kesetiaan timbal balik dalam hubungan monogami. "Pernikahan harus dihormati oleh semua, dan ranjang pernikahan tetap bersih, karena Allah akan menghakimi orang tidak bermoral dan pezinah" (Ibrani 13:4). "Jangan berzinah" (Keluaran 20:14). 10. Hubungan istri kepada suami. a. Dia adalah mencintainya. "... Wanita yang lebih tua adalah untuk ... mendorong wanita muda untuk mengasihi suami mereka ... sehingga pesan Tuhan tidak akan difitnah" (Titus 2:03 - 5). b. Dia harus responsif terhadap kepemimpinannya. "Istri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala istri seperti juga Kristus adalah kepala gereja. Dia adalah Juruselamat tubuh. Sekarang sebagaimana jemaat tunduk kepada Kristus, sehingga istri-istri harus [menyerahkan] kepada suami dalam segala sesuatu "(Efesus 5:22-24). "Istri, dengan cara yang sama, mengajukan diri untuk suami Anda sendiri sehingga, bahkan jika beberapa tidak mematuhi [Kristen] pesan, mereka mungkin dimenangkan tanpa pesan dengan cara hidup istri-istri mereka, ketika mereka mengamati murni Anda, kehidupan hormat "(1 Petrus 3:1-2). Allah memerintahkan bahwa istri-apakah menikah dengan orang percaya atau non-percaya-harus berusaha untuk menghormati kepemimpinan suami mereka. Bagian ini menunjukkan bahwa hidup yang patut diteladani istri 'dapat menyebabkan suami mereka yang tidak percaya untuk datang mengenal Kristus secara pribadi. Sebuah hidup yang dipenuhi Roh dapat menghukum dan juga menyediakan sebuah platform untuk berbagi Injil. Bagian ini, bagaimanapun, tidak menunjukkan bahwa istri harus mematuhi suaminya ketika tindakan seperti itu akan membatalkan atau kompromi kesaksian Kristen nya.

c.

Dia menghormatinya. "... Istri adalah menghormati suaminya" (Efesus 5:33). Hubungan suami untuk istri. . Dia adalah untuk mencintainya. "Hai suami, kasihilah istrimu, sama seperti juga Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri baginya ... Dalam cara yang sama, suami harus mengasihi isterinya sama seperti tubuhnya sendiri ... masing-masing dari Anda adalah untuk mengasihi istrinya seperti dirinya sendiri ..." (Efesus 5:25, 28, 33).

a.

Ia harus berkomitmen untuk itu. "Untuk alasan ini seorang pria akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, dan dua akan menjadi satu daging" (Efesus 5:31).

b.

Ia menjadi perhatian dari dirinya. "Suami, dengan cara yang sama, hidup dengan istri Anda dengan pemahaman sifat lemah mereka belum menunjukkan mereka menghormati sebagai co-pewaris dari kasih karunia kehidupan, sehingga doa-doa Anda tidak akan terhalang" (1 Petrus 3:7).

Hubungan orang tua untuk anak-anak mereka:


Orangtua bertanggung jawab untuk mengajar anak-anak mereka. "Kata-kata bahwa saya memberi Anda saat ini berada di hati Anda. Ulangi mereka untuk anak-anak Anda. Bicara tentang mereka ketika Anda duduk di rumah Anda dan ketika Anda berjalan di sepanjang jalan, ketika Anda berbaring dan saat Anda bangun "(Ulangan 6:6-7). Orang tua harus melatih anak-anak. "Mengajarkan seorang pemuda tentang cara ia harus pergi, bahkan ketika ia sudah tua ia tidak akan menyimpang dari itu" (Amsal 22:6). Anak-anak membutuhkan disiplin yang penuh kasih. "Dan ayah, jangan membangkitkan amarah pada anak-anak Anda, tetapi didiklah mereka dalam pelatihan dan pengajaran Tuhan" (Efesus 6:4). Anak-anak membutuhkan contoh yang layak. "... Jelas mengingat iman yang tulus Anda yang pertama hidup di dalam nenekmu Lois, maka di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin ada di dalam kamu juga" (2 Timotius 1:5).

"Uzia ... melakukan apa yang benar di mata Tuhan sebagai Amazia, ayahnya telah dilakukan" (2 Tawarikh 26:3-4).

Hubungan anak-anak kepada orang tua mereka:


Anak-anak untuk menghormati orangtua mereka. "Hormatilah ayahmu dan ibumu sehingga Anda mungkin memiliki umur yang panjang di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (Keluaran 20:12). Anak-anak harus menaati orang tua mereka. "Anak-anak, taatilah orang tuamu di dalam Tuhan, karena ini adalah benar" (Efesus 6:1). "Anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena ini menyenangkan di dalam Tuhan" (Kolose 3:20). Anak-anak belajar dari orangtua mereka. "Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu, dan jangan menolak ajaran ibumu" (Amsal 1:8). Anak-anak untuk menyediakan bagi orang tua yang membutuhkan mereka. "Tetapi jika ada janda memiliki anak atau cucu, mereka harus belajar untuk mempraktekkan agama mereka terhadap keluarga mereka sendiri pertama dan untuk membayar orang tua mereka, untuk ini menyenangkan Tuhan" (1 Timotius 5:4).

Anak merupakan berkat khusus yang Tuhan percayakan kepada sebuah keluarga. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam hubungan antara orang tua dan anak. 1. Kasih yang merata Setiap manusia merupakan gambar Allah, dan mempunyai kekayaan kepribadian tersendiri. Hal itu menjadi tantangan untuk pendidikan anak-anak agar orang tua menggali, menghargai, dan mengembangkan setiap bakat anak. Banyak anak mengalami frustrasi dalam perkembangannya karena diberi cap tertentu oleh orang tuanya. Mereka terus dibandingkan dengan kakak atau adiknya, sehingga harga diri tertekan. Tekanan itu dapat membentuk jiwa pemberontak. Akibat kasih yang tidak merata dan tidak adanya kesatuan antara kedua orang tua maka akibatnya akan dipanen pada masa mendatang (contoh Ishak dan Ribka) Alkitab mengajarkan bahwa Allah tidak memandang bulu, dan para tuan dan para hamba diperingatkan bahwa Tuhan mereka adalah Tuhan yang tidak memandang muka (Roma 2:11; Efesus 6:9). Dengan demikian setiap orang tua Kristen harus mengasihi anak-anaknya tanpa Pilih kasih.

2. Menerima kehadiran anak dengan sukacita Suami dan istri harus menerima kehadiran anak dengan rasa sukacita, hal tersebut menjadi titik tolak yang menentukan dalam pendidikan orang tua terhadap anak dan juga menentukan dalam perkembangan anak itu sendiri (contoh Yusuf). Banyak anak mengalami komplikasi jiwa, bilamana mereka makin lama makin menyadari bahwa kehadiran mereka sebenarnya tidak diinginkan oleh orang tuanya. Mereka haus akan kasih dan mencari kompensasi kasih di luar rumahnya. 3. Mendidik anak secara bersama Mendidik anak bukanlah sesuatu yang mudah. Orang tua dituntut dalam seluruh kepribadiannya, bahkan keadaan rohaninya diuji. Anak-anak membutuhkan waktu dan perhatian kedua orang tuanya. Para ayah tidak boleh menyerahkan masalah pendidikan kepada para ibu saja, demikian sebaliknya. Mereka harus bertanggung jawab atas keadaan anak-anaknya. Mereka harus bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan pendidikan anak-anak. (contoh Yusuf dan Maria) 4. Menjaga Komunikasi Tantangan yang dihadapi oleh orang tua dalam pendidikan anak, khususnya anak yang memasuki masa remaja adalah jurang komunikasi (contoh Yusuf dan Maria). Memang wajarlah anak-anak remaja dalam pergumulan pertumbuhan jiwa dan tubuhnya mengalami fase di mana mereka berkata, orang tuaku tidak mengerti aku, bahkan aku tidak mengerti diriku sendiri. Sebab itu sangat perlu bagi orang tua menjembatani jurang itu. Orang tua harus terjun dalam minat dan alam pikiran mereka, mengambil kesempatan bercakap-cakap bila kesempatan itu muncul, menghargai dan menampung pikiran dan pandangan mereka, meskipun kurang baik dalam pengertian kita, dan terutama mengajak mereka secara informal membaca Alkitab dan berdoa. Orang tua harus menyadari bahwa di balik segala penolakan terhadap perkara-perkara rohani, hiduplah jiwa anak yang kosong dan kacau, yang sebenarnya sangat merindukan Tuhan. 5. Bagaimana jika orang tua bekerja? Orang tua harus berdoa bersama dan bertanya kepada Tuhan dengan membentangkan situasi keluarga di hadapan Tuhan, apakah Tuhan menghendaki mereka berdua bekerja atau salah satu saja yang bekerja, mereka akan mendapat dari Tuhan sejahtera untuk hal itu. Prinsipnya anak-anak harus tetap diperhatikan. Dan orang tua harus tetap dalam kesadaran bahwa menikah adalah suatu panggilan dan tanggung jawab di hadapan Tuhan yang tidak boleh dilalaikan atau digampangkan. KEUNIKAN PERAN ORANG TUA DI DALAM PENDIDIKAN KRISTEN Dari Ulangan 6: 4-9 kita mendapatkan secara jelas. perintah Allah pada orang tua untuk mendidik dan mengajarkan pada anak mereka prinsip-prinsip hidup beriman. Dalam keadaan yang wajar, tidak ada orang lain yang mempunyai keintiman hubungan dengan seorang anak seperti orang tuanya. Juga tidak ada orang lain yang mempunyai banyak kesempatan dan waktu untuk berhubungan dengan anak seperti orang tuanya. Kedua hal ini menyebabkan peranan unik orang tua dalam pendidikan Kristen di keluarga. Karena adanya keunikan seperti ini, maka perintah Allah untuk "mengajar berulang-ulang", membicarakan firman Allah "apabila duduk di rumahmu, apabila berbaring dan apabila engkau bangun", dapat dilakukan. Guru pendidikan umum (misalnya S.D.), yang bertemu 5 jam sehari dengan seorang anak, tidak mempunyai kesempatan untuk mempengaruhi anak itu

sebanyak orang tuanya, apalagi guru Sekolah Minggunya (hanya sejam atau dua jam seminggu). Pengaruh iman Kristen ini bukan saja diberikan dalam bentuk kata-kata, nasihat atau wejangan. Di samping melalui mulut, orang tua juga harus mengajarkan firman Allah melalui tingkah laku, sikap hidup, nilai-nilai dan cara berpikirnya (yang dikiaskan dengan "tanda pada tanganmu" dan "lambang di dahimu"). Rumah (dan bahkan kalau mungkin kota/negara) kita haruslah disaturasi (saturated) dengan Firman Allah itu. Artikel ini membahas peranan orang tua dalam pendidikan Kristen dari tiga segi, yaitu (I) Pembentukan Kepribadian Anak, (II) Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus, dan (III) Family Altar. I. II. III. PEMBENTUKAN KEPERIBADIAN ANAK HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN KRISTUS FAMILY ALTAR

I. PEMBENTUKAN KEPERIBADIAN ANAK

Dalam keadaan wajar (misalnya anak bukan yatim piatu, anak tidak dipelihara kakek nenek atau di"serahkan" pada pembantu rumah tangga), orang tua merupakan orang yang paling penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pembentukan dan penularan kepribadian terjadi pada seorang terutama pada masa mudanya. Yang dimaksudkan masa muda di sini bukan saja pada masa kanak-kanak, tetapi juga pada waktu seorang masih balita, bayi, bahkan pada waktu ia masih janin di dalam kandungan. Beberapa minggu sebelum seorang dilahirkan pun proses pembentukan kepribadiannya sudah dimulai. Obat-obatan yang dimakan si ibu; rokok yang dihisapnya, dan keadaan emosinya, akan mempengaruhi kepribadian anaknya meskipun ia masih janin (ibu yang perokok berat, ibu yang pemarah dan suka berteriak-teriak pada bulan-bulan akhir kandungannya - misalnya karena suaminya menyeleweng pada waktu itu - akan memberikan pengaruh yang negatif pada kepribadian anaknya). Jadi terdapat pengaruh psikis di samping tentunya pengaruh fisik. Setelah anak itu lahir dan mulai dibesarkan, sikap, tingkah laku dan pendapat orang tuanya padanya membentuk kepribadian dasarnya. Untuk ini kita sangat diingatkan pada Amsal 22:6. Gereja Roma Katolik sadar akan pentingnya pendidikan pada masa muda ini hingga mereka menginvestasikan banyak dana dan usaha dalam pendidikan anak. Psikologi juga sadar akan masa kritis pembentukan kepribadian seorang sebelum ia mencapai umur kira-kira delapan tahun. Bila setelah meninggalkan masa kanak-kanak seorang berkepribadian tidak sehat, sangat sukar mengubahnya menjadi berkepribadian sehat kelak. Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam pembentukan kepribadian sehat itu? A. Agape sebagai dasar Dalam mendidik anak, kita mencontoh Kristus yang mengubahkan dan mendewasakan kepribadian kita. Kasih Allah (Agape) yang tanpa syarat (lihat Unconditional Love ini dalam Roma 5:6, 8, 10) seperti diperintahkan dalam Yoh. 13:34 menjadi dasar perlakuan kita pada

anak kita. Dalam hubungan kita dengan anak kita, kita juga ingat dan berusaha terus menerapkan definisi Agape - "menghendaki, merencanakan, dan melakukan yang baik bagi kekasih kita (dalam hal ini anak kita)." Kasih Agape inilah yang dapat menyebabkan basic trust (rasa aman dasar) tumbuh dengan subur dalam diri anak kita. Agape yang menumbuhkan basic trust ini mengharuskan kita hangat pada anak kita, banyak menjamah dan memeluknya pada masa kanak-kanaknya, memperhatikannya, serta selalu menghargai dan respek terhadap ciptaan dan peta Allah ini. Tanpa adanya dan berkembangnya basic trust yang memadai pada masa pembentukan kepribadiannya, seorang akan mengalami banyak problema dalam hidupnya. Kepribadiannya akan menjadi parah. Seorang anak balita yang selalu dipukul, dimaki-maki, diacuhkan, dan dihina, tidak akan mempunyai basic trust yang memadai. Ia tidak akan "kerasan" hidup dalam dunia ini, ia akan memusuhi dan memandang manusia lainnya dengan curiga atau takut, ia akan "melukai" orang lain agar tidak "dilukai" lebih dulu, ia akan merasa tidak berharga (dengan segala macam problema yang mengikuti "minder" ini) dan menjadi musuh bagi dirinya sendiri, ia akan mempunyai kecemasan yang tinggi, ia tidak tahan dan takut pada stress yang wajar hingga tidak dapat sungguh-sungguh hidup efektif dan berprestasi. Bila ini terjadi pada seorang, hanyalah Kristus yang dapat memperbaiki hidup dan kepribadiannya. B. Disiplin dan Tanggung Jawab Seorang harus hidup berdisiplin dan bertanggung jawab agar berbahagia. Disiplin ini paling mudah ditanamkan dan melekat pada masa kanak-kanak. Dalam menanamkan disiplin dan tanggung jawab pada anak, kita ingat bahwa Alkitab mengajarkan dan memerintahkan kita untuk juga menggunakan hajaran (bukan ajaran saja) bila seorang kanak-kanak memerlukannya (Amsal 13:24; 22:15; 23:13, 14; 29:15; Ibrani 12:5-10). Banyak ahli pendidik tidak menyetujui sama sekali penggunaan pukulan, tetapi kehendak Allah jelas dalam hal ini. Tentunya kita harus bijaksana dalam menggunakan hajaran (misalnya, tidak bila anak kita "nakal" kreatif tetapi bila ia nakal memberontak dan pemalas). Ada juga batasan ketika menggunakan hajaran untuk mendidik. Kasih agape secara mutlak harus tetap ada dan aktif; misalnya tidak menghajar sebagai pelampiasan emosi karena kita sedang frustrasi atau marah. Kita tidak boleh menginginkan kecelakaan dan "kerusakan" anak kita itu (Amsal 19:18) tetapi selalu menghendaki dan bertindak demi kebaikan anak kita itu (lihat definisi agape di atas). Dalam menghukum anak kita, yang kita benci dan serang adalah tindakan dan sikapnya yang berdosa, bukan anak kita itu (kits tidak berkata: "Anak, brengsek, pendusta; mati saja kau!" tetapi "Papa tidak senang Andi berbohong seperti itu.") Sama seperti Allah membenci dosa kita tetapi mengasihi kita orang berdosa, kita tetap mengasihi anak kita apapun sikap dan. perbuatan dosanya. Segera setelah kita menghukumnya, kita memeluknya. Kita selalu menerimanya penuh dan tanpa syarat. Agape ini akan menghindarkan sakit hati dalam diri anak pada waktu kita menghajarnya (Kolose 3:21; Efesus 6:4). Tanpa hajaran dalam agape pada masa kanak-kanak, seorang tidak akan "yakin" bahwa nyontek - dan kelak korupsi - tidak boleh dilakukan, bahwa menghadapi lampu merah ia harus berhenti, bahwa PR harus dikerjakan, bahwa hutang harus dibayar, dan bahwa meja

atasan tidak boleh di gebrak balik. Hati nuraninya juga tidak akan terbentuk secara peka dan
lengkap.

II. HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN KRISTUS


Kepribadian orang tua ditularkan pada anak melalui penyerapan lebih daripada melalui katakata. Seorang anak menyerap nilai, sikap dan pandangan orang tuanya dan menjadikannya miliknya. Sering penularan ini terjadi tanpa disadari orang tuanya karena banyak aspek kepribadian orang tua dipancarkan tanpa mereka sadari. Kalau mereka tidak jujur, sifat pembohong ini akan diserap anak mereka; mereka tidak perlu berkata, "Jadilah seorang pembohong." Karena hal itulah, sebagai orang tua kita sendiri harus mempunyai kepribadian yang sehat dan dewasa. Perubahan kepribadian kita untuk menjadi dewasa seperti Kristus juga kita peroleh dengan "menyerap" sifat-sifat Kristus waktu kita bersekutu dengan-Nya. Persekutuan ini terjadi baik di gereja bila kita berbakti, waktu kita berdoa, membaca Alkitab dan bersaat teduh, tetapi juga - dan yang terutama - dalam hidup sehari-hari kita. Entah kita merasakan hadirat-Nya atau tidak, kehadiran Kristus dalam hidup kita adalah suatu fakta (Matius 1:23; 28:20). Suatu pertanyaan penting yang akan mengubah kepribadian dan sikap kita sehari-hari ialah: Apakah kita memperlakukan Kristus serta bertindak, bersikap, berbicara dan berpikir dengan kesadaran (awareness) bahwa Ia, Yang Mahakudus, ada di samping kita setiap saat; ataukah kita menganggap-Nya sebagai angin saja, dan mengacuhkanNya. Hidup dengan kesadaran kuat bahwa Kristus berdiri di camping kita tiap saat ini saga sebut HIDUP DALAM SUASANA KEHADIRAN KRISTUS. Jikalau kita menerapkan secara konsisten dan terus menerus Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus, keadaan ini akan mendarah daging dan menjadi bagian dari kepribadian kita. Kita sendiri akan diubahkan menjadi seperti Kristus (Roma 8:29; Filipi 2:5; Efesus 4:13). Sama seperti rasul Paulus kemudian kita berkata pada anak kita "Jadilah pengikutku sama seperti aku juga menjadi pengikut Kristus" (I Kor. 11: 1). Di samping melalui pengajaran "formal" (di Sekolah Minggu, pada waktu kita bersaat teduh dengannya dan waktu menceritakan cerita-cerita Alkitab padanya), anak kita makin hari makin dibentuk kepribadiannya menjadi seperti Kristus melalui penyerapan juga. Anak kita menyerapnya dari kita sementara kita menyerapnya dari Kristus. Anak kita perlu merasakan kehadiran Kristus di mana-mana dalam hidupnya sehari-hari melalui orang tuanya. Dalam memperkenalkan siapa Kristus itu kepada anak kita, dengan sangat efektif kita dapat mengajarkan sifat-sifat Allah, nilai-nilai Kristus, sikap, perasaan dan pandangan-Nya, serta respons kita seharusnya pada-Nya, bila kita Hidup Dalam Suasana Kehadiran Kristus. Contoh (a). Kemahahadiran Allah kita ajarkan pada anak kita bila kita sering berbicara dengan Allah di segala tempat (bukan hanya dalam doa yang disertai tekuk lutut dan kata-kata indah, tetapi dalam segala situasi dan posisi dengan kata-kata sederhana. Kita berbicara dengan Allah seperti kita berbicara dengan isteri yang berdiri di samping kita.)

(b). Kemahakuasaan Allah serta Allah sebagai sumber pertolongan kita ajarkan bila kita membiasakan diri sering memohon pertolongan Allah seperti kita minta tolong suami kita melakukan sesuatu. (c). Hati yang bersyukur akan menjadi bagian dalam hidup anak kita bila ia tahu sehariharinya kita sering berterima kasih pada Kristus. Sekali lagi yang saya maksudkan bukan saja waktu kita berdoa dengan bertekuk lutut dan melipat tangan, tetapi dalam suasana biasa kita berkata: "Terima kasih, Yesus." Bukankah kita juga mengajar anak-anak kita untuk berterima kasih bila diberi sesuatu? (d). Kepasrahan pada Allah kita ajarkan pada anak kita dengan sikap iman dan keteguhan (bukan kecemasan dan ketakutan) pada masa krisis dan kritis. (e). Kepekaan terhadap kebenaran kita tularkan pada anak kita jika kita sendiri sangat sensitif terhadap dusta dan bohong, menghindari segala macam dusta (termasuk dusta-dusta kecil atau dosa-dosa putih). Dalam hal ini tentunya perlu diterapkan terus "kebenaran di dalam kasih" (Ef. 4:15), agar kita tidak menularkan ke"parisi"an kepada anak kita. Dalam buku terkenal "In His Steps," penduduk suatu tempat, bertekad untuk selalu bertindak seperti Kristus. Mereka selalu bertanya "Apa yang akan dilakukan Kristus bila Ia ada di tempatku?" apabila harus bertindak atau memutuskan sesuatu. Hidup dalam suasana kehadiran Kristus ini lebih dari hanya menanyakan pertanyaan itu. Kita bukan saja bertindak seperti Kristus tetapi juga merasakan pengharapan, iman, damai Kristus (yang menyebabkanNya dapat tidur lelap di buritan perahu di tengah badai) karena sadar (aware) akan kehadiran Kristus di sisi kita. Lenyaplah ketakutan, kecemasan, putus asa yang banyak merongrong kepribadian kita. Jadi kita tidak hanya mengarah pada pembentukan tingkah laku tetapi seluruh kepribadian (perbuatan, perasaan, sikap, nilai-nilai, pikiran dan iman) diri dan anak kita; dan bila diperlukan perubahan, bukan saja perubahan tingkah laku tetapi juga perubahan kepribadian. Di sini letak salah satu perbedaan antara theologi dan psikologi. Psikologi tidak terlalu optimis terhadap kemungkinan perubahan kepribadian seorang (bahkan ada psikologpsikolog yang berpendapat bahwa setelah kepribadian terbentuk, tidak akan dapat diubah lagi). Tesis Alkitab justru menyatakan bahwa di dalam Kristusada perubahan. Kristuslah yang
merubah hidup kita. Di tiap buku Alkitab diminta dan diperintahkan perubahan kelakuan, iman, pandangan, sikap. Perubahan total terjadi pada waktu lahir baru dan setelah itu tiap hari kita harus berubah, bertambah lama bertambah dewasa seperti Kristus. Tentunya perubahan ini adalah karya dan anugerah Allah dalam hidup manusia, bukan usaha manusia itu sendiri.

III. FAMILY ALTAR


Di samping hidup dalam suasana kehadiran Kristus, perlu ada saat-saat tertentu kita bersekutu dengan Allah sebagai satu keluarga. Perlu ada Family Altar. Tujuan utama Family Altar bukan mengajarkan isi Alkitab, bukannya suatu kebaktian dan penyembahan yang "dalam," bukannya sebagai suatu keharusan karena yang lain

melakukannya, bukan untuk menenangkan rasa bersalah pada orang tua, bukannya suatu ritus yang harus tiap hari dilakukan. Secara sederhana, tujuan utama Family Altar ialah persekutuan keluarga dengan Kristus. Pengetahuan Alkitab yang bertambah, dan kadangkadang adanya penyembahan yang dalam, adalah hasil sampingan. Suatu syarat penting demi berhasilnya Family Altar ialah adanya suasana yang rileks, hangat dan menyenangkan. Kita tidak perlu secara ketat mengikuti suatu program saat teduh yang sering menyebabkan ketegangan dan kekakuan. Family Altar sebaiknya merupakan saat yang menyenangkan bagi tiap anggota keluarga hingga tidak akan menyebabkan suatu beban. Format Family Altar harus fleksibel, tidak boleh kaku. Perubahan harus dapat terjadi disesuaikan dengan perubahan jadwal, usia, interest anggota keluarga. Perlu juga diusahakan agar waktu untuk Family Altar tidak terdesak oleh kesibukankesibukan lain. Ada keluarga yang senang berkumpul bersama setiap pagi setelah membersihkan diri, ada yang pada waktu makan pagi atau malam, ada yang sore hari ataupun sebelum tidur. Program yang dipakai Ada tiga unsur utama dalam Family Altar. Unsur-unsur ini bukan suatu yang mutlak harus ada pada tiap Family Altar tetapi hanya sebagai patokan: (1) Ajaran. Di sini dapat dipakai cerita Alkitab bagi kanak-kanak, buku penuntun saat teduh, buku-buku rohani lainnya, ataupun langsung dari Alkitab. Tentang sulitnya bahan atau materi yang dipakai tentunya harus disesuaikan dengan keadaan anak. (2) Pujian. Satu atau dua lagu dapat dinyanyikan pada waktu Family Altar. (3) Doa. Dalam doa, dinaikkan ucapan syukur keluarga, syafaat keluarga dan permohonan bagi orang lain. Tambah dewasa anak kita, doa yang dinaikkan lebih bersifat komunikasi terbuka (tidak doa-doa yang terstruktur saja). Kejujuran dan ketulusan adalah sangat penting. Anggota keluarga'kita sangat tahu akan keadaan kita sehari-hari. Kita tidak dapat berpurapura di hadapan mereka. Kemunafikan akan menyebabkan mereka segan berpartisipasi dalam Family Altar. Bahasa yang digunakan juga tidak perlu muluk-muluk. Tiap anggota keluarga harus ikut mengambil bagian dalam Family Altar ini, termasuk yang masih kanak-kanak. Anak kecil mungkin belum dapat memimpin doa, tetapi ia dapat memilih nomor lagu. Perlu diusahakan agar tiap anggota merasa bahwa ia ikut memiliki Family Altar ini. Pada waktu anak kita masih kecil, fakta dari pelajaran yang dibaca dapat ditanyakan, setelah mulai dewasa sekali-kali dapat diadakan diskusi sederhana di mana ia dapat mulai menyatakan pendapatnya. Pendapat ini harus dihargai dan tidak boleh diremehkan. Anak tidak boleh ditertawakan waktu menyatakan pendapatnya, betapa pun sepele rasanya pendapat itu bagi orang dewasa. Arti dari materi ajaran juga dapat ditanyakan. Evaluasi dari ajaran yang dibaca waktu Family Altar tambah lama tambah dapat dibahas. Kelak aplikasi juga diminta untuk diterapkan keluarga. Kita juga mengharapkan adanya pembentukan kepribadian yang sehat melalui Family Altar tetapi kita harus berhati-hati agar tidak timbul kesan adanya "pesan sponsor" (etika) yang

harus jelas dan harus ada tiap kali. Tidak boleh ada kesan bahwa Family Altar adalah kesempatan dan alat orang tua mengkhotbahi anak mereka tiap hari. Persekutuan dengan Kristus harus selalu menjadi tujuan utama. Kita puas bila melalui Family Altar tiap anggota tiap hari, betapapun sedikitnya, datang pada Kristus dalam doa, pujian dan ucapan syukur. Dr. Jonathan A. Trisna (D. Min., Philips University; M. Div., Nazarene Theological Seminary; M.A., Bethany Nazarene College; B.A., Oklahoma City Southwestern College) adalah seorang konselor dan Pendeta Gereja Bethel Indonesia. Beliau juga mengajar di Lembaga Pendidikan Theologia Bethel Jakarta. Dengan istrinya, Harjanti, beliau mempunyai seorang putra dan seorang putri. Buku-buku oleh Dr. Jonathan A. Trisna: - Pernikahan Kristen suatu usaha dalam Kristus - Berpacaran dan Memilih Teman Hidup - Konseling Pra Nikah

Kesimpulan
Alkitab berisi rencana Tuhan untuk mencapai kualitas dan kesehatan dalam kehidupan keluarga. Kristen dibatasi untuk mengambil sangat serius Firman Allah yang berkaitan dIngin tahu apa yang Alkitab katakan tentang bergaul dengan orang tua Anda ? Berikut adalah beberapa ayat Alkitab yang membantu Anda mengetahui lebih banyak tentang apa yang Tuhan harapkan dari remaja Kristen dan orang tua mereka: Keluaran 20:12 - ". Hormatilah ayahmu dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu" (NIV) Keluaran 21:15 - "Siapa pun yang menyerang ayahnya atau ibunya harus dihukum mati." (NIV) Amsal 01:08 - "Dengar, anak saya, untuk instruksi ayahmu dan tidak meninggalkan ajaran ibumu." (NIV) Amsal 10:01 - "The amsal Salomo: Anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya, tetapi anak bodoh kesedihan ibunya." (NIV) Amsal 23:25 - "Semoga ayah dan ibu Anda senang, semoga dia yang memberi Anda lahir bersukacita!" (NIV) .. Amsal 31:26-31 - "Dia berbicara dengan hikmat, dan instruksi yang setia di lidahnya Dia mengawasi urusan rumah tangga dan tidak makan roti kemalasan anak-anaknya muncul dan memanggil memberkatinya; suaminya juga, dan dia memuji dia: "Banyak perempuan melakukan hal-hal mulia, tetapi Anda melebihi mereka semua." Mantra adalah menipu, dan keindahan cepat berlalu, tetapi seorang wanita yang takut akan TUHAN adalah menjadi dipuji Berikan hadiah dia telah mendapatkan gelar, dan biarkan. dia bekerja membawa memuji dia di pintu gerbang kota ". (NIV) Mazmur 103:13 - "Sebagai seorang ayah memiliki belas kasih pada anak-anaknya, sehingga TUHAN menaruh belas kasihan pada orang-orang yang takut akan Dia;" (NIV) Amsal 3:11-12 - "Hai anakku, janganlah anggap rendah disiplin TUHAN dan tidak membenci hardik-Nya, karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, sebagai seorang ayah [a] putra yang nikmat masuk (NIV) Amsal 23:24 - "Ayah dari orang benar memiliki sukacita yang besar, ia yang memiliki seorang putra yang bijaksana senang dalam dirinya." (NIV) Kolose 3:21 - "Bapa, jangan memahitkan anak-anak Anda, atau mereka akan menjadi kecewa."

You might also like