You are on page 1of 3

DINAMIKA POLITIK INDONESIA Pengamatan secara pareto, yang dikenal sebagai the law of vital view, bila kita

jeli, sangat menarik untuk menyimak segelintir peristiwa, yang sebenarnya merupakan refleksi dinamika besar yang sangat menentukan konstelasi politik Indonesia, dengan berbagai implikasinya. Bicara tentang politik di Indonesia, maka perhatian kita tak akan dapat dilepaskan dari Partai Golkar, yang dulu bernama Golongan Karya. Karena, di dalam partai itu terdapat sumber daya manusia, kader kader dan pemimpin politikus yang berkualitas andal dan organisasinya merupakan mesin politik yang memiliki sarana potensial serta mengakar sampai ke pelosok daerah. Itu adalah merupakan hasil pembinaan Orde Baru selama bertahun tahun. Celakanya, Golkar saat Pemilu 5 tahun lalu, tidak memiliki kader yang dapat di jual untuk memenangkan Pilpres. Dan SBY, dengan cerdik memanfaatkan mekanisme pemilihan langsung, dengan mencitrakan dirinya sebagai yang terperdaya ( oleh Ibu Mega ), menggunakan kendaraan lain serta menggandeng kader Golkar, menempatkannya berada di boncengan. Tebukti dia berhasil memenangkan Pemilu. Sedangkan untuk memenangkan pemilu 5 tahun berikutnya, SBY dengan gigih dan tekun membangun partainya. Tentu sebagai Presiden penyelenggara pemerintahan, dia ingin mengamankan kebijakan - kebijakannya, melalui penempatan kursi yang signifikan di parlemen. Kekhawatiran utama adalah pada 5 tahun mendatang dia tak dapat mengandalkan Golkar untuk diajak berkoalisi. Sekali lagi terbukti, dia mendulang keberhasilan, selain dirinya terpilih kembali dengan suara lebih dari 60%, dia juga menempatkan Partai Demokrat sebagai pengumpul suara terbanyak. Golkar dengan perolehan suara yang menurun cukup signifikan dan kadernya berlarian kemana mana baik atas inisiatif sendiri atau dibajak oleh partai partai lawan politiknya, sebenarnya masih menyisakan kader kader potensial yang diperlukan untuk

mengkonsolidasikan diri. Didukung komitmen para senior yang terpanggil turun gunung, mulailah mereka menyiapkan barisan. Ujung dari lobi dan penggalangan formasi, munculah dua tokoh yang memiliki kemampuan untuk memimpin organisasi ; Abu Rizal Bakrie ( Ical ) dan Surya Paloh.

Rupanya, dikalangan internal terdapat kekhawatiran, bahwa Ical akan menghadapi masalah cukup serius bila nantinya menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Golkar. Karena, dia terkait dengan tunggakan pajak yang sangat besar perusahaan kelompok bisnisnya, yang diduga mengandung pelanggaran ( lihat ; Metro Realitas ) yang sangat riskan untuk diungkap dan disidik. Yang dengan demikian ditakutkan akan meruntuhkan citra dan kemampuan penggalangan dana partai. Oleh karenanya, dengan diam tetapi terencana, para senior, tokoh dan kader Golkar yang idealis, mempersiapkan dengan matang kemenangan untuk Surya Paloh. Diawali dengan konsinyering di Bali dan isolasi di Hotel hotel yang khusus di blok di Pakan Baru tempat diesenggarakannya Munas, mereka, para kader - kader golkar yang mengantongi hak suara, diarahkan agar secara mental dan material siap melakukan pencoblosan demi kemenangan sang calon yang diunggulkan. Kejadian diatas membuat kubu Ical yang memiliki persiapan gizi lebih matang, pada detik detik terakhir baru merasakan kecolongan. Dengan hampir putus asa, dia meminta pertolongan Sang Mentor. Dan menjelang pemilihan, selama proses verifikasi, sebelum pemungutan suara dilakukan, yang memakan waktu kira - kira 1 jam, Sang Mentor dengan kaki tangan dan koper besarnya, berhasil menarik 40 suara kubu Surya Paloh. Akhirnya Ical terselamatkan dan berhasil memenangkan pemilihan. Sebagai bayarannya tentu diharapkan Ical tidak menempatkan Golkar sebagai kekuatan oposisi. Atas kesediaannya menempatkan Golkar sebagai anggauta koalisi, tak dapat dielakkan bila kemudian muncul kecurigaan, bahwa Ical akan mengharapkan imbalan untuk kepentingan pribadinya, berupa amnesty pajak atau paling tidak masalah perpajakannya tidak segera diungkit oleh Pemerintah. Karena, secara finansial dia masih memerlukan dana sangat besar untuk membangun Golkar, selain untuk memenuhi tuntutan penyelesaian masalah, terkait bencana Lumpur Lapindo. Akan tetapi, Menteri Keuangan yang dijabat Sri Mulyani, yang dikenal tegas dan jujur serta memiliki integritas, yang tak terkait dengan deal deal politik, ternyata tidak mau tahu dan tetap menyiapkan tuntutan pembayaran pajak berdasarkan ketentuan yang berlaku. Yang pada akhirnya memunculkan perselisihan secara pribadi yang dikenal sebagai ; perseteruan Ical SMI. Tak lama setelah itu, kemudian masyarakat dikejutkan oleh lahirnya sebuah Organisasi Massa bernama Nasional Demokrat, yang tak lain sebagian besar pemrakarsanya adalah

tokoh tokoh Partai Golkar dan pemuka - pemuka masyarakat aliansinya. Dan yang menjadi pemimpin adalah Surya Paloh didampingi Sri Sultan HB X. Sangat mudah ditebak, ini adalah refleksi kekecewaan tokoh dan kader golkar, yang tidak dapat lagi berharap bahwa Golkar akan mampu bangkit dan memenangkan perebutan kekuasaan melalui pemilu, dibawah kepemimpinan seseorang yang dikooptasi dan disandera oleh kekuasan lawan politiknya, karena permasalahan yang dihadapi. Apakah organisasi massa Nasional Demokrat akan menjadi sebuah mesin politik, kita lihat saja nanti apakah organisasi massa itu akan bermetamorfosa menjadi partai politik atau seacara jelas beraliansi dengan kekuatan politik tertentu. Ditengah dinamika yang terjadi, muncul sebuah kasus yaitu bailout Bank Century, yang berpotensi dijadikan bola panas untuk menghangatkan suasana, sehingga para pemain politik meperoleh peluang menendang dan kalau memungkinkan menjatuhkan lawan, dan kemudian menyusun kekuatan dalam rangka perebutan kekuasaan pada kesempatan pesta demokrasi berikutnya. Atau bila mungkin lebih cepat dari itu. Dan bola itu semakin besar dan semakin panas, sehingga memunculkan kecurigaan para pengamat seperti Faisal Basri, bahwa Kasus Bank Century sebenarnya dilempar oleh kekuatan bisnis besar atau penunggak penunggak pajak untuk mengalihkan perhatian akan permasalahan yang dihadapi atau dengan sengaja digunakan sebagai isu untuk

menyingkirkan para Pejabat Profesional yang akan mengungkap kasusnya serta menghalangi sepak terjang politiknya. Dan kini, disinyalir juga oleh Staff Presiden Denny Indrayana, Kasus Bank Century sepertinya dilempar oleh pihak pihak yang tidak puas oleh pembagian kekuasaan dan dia mengingatkan agar tidak dijadikan proses tawar. Terakhir muncul peringatan yang lebih keras dari Amir Syamsudin, Sekjen Partai Demokrat, sehingga ditafsirkan sebagai ancaman kepada peserta koalisi, bahwa bila tidak terjadi kekompakan bukanlah tidak mungkin reshuffle akan terjadi. Kelihatannya bailout Bank Century akan berpotensi besar merubah konstelasi politik lebih cepat dari pada perubahan secara alamiah dan gradual, yang akan terjadi tanpa dinamika masyarakat yang cukup berarti.

You might also like