You are on page 1of 22

PROPOSAL PENELITIAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAUMATA KECAMATAN

N TAEBENU

OLEH : SHANTYANA WAHYU RASYID NIM : PO 530324009 565

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JURUSAN KEBIDANAN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana ( KB ) merupakan bagian integral dari Pembangunan Nasional. Program keluarga Berencana yang mengedepankan hak hak reproduksi, pemberdayaan perempuan dan kesetaraan gender telah disepakati oleh semua Negara pada Konferensi Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994. Salah satu tugas pokok pembangunan KB menuju pembangunan keluarga sejahtera adalah melalui upaya pengaturan kelahiran yang dapat dilakukan dengan pemakaian kontrasepsi. The International Conference on Population and Development ( ICPD ) 1994 menyatakan bahwa penggunaan alat kontrasepsi merupakan bagian dari hak hak reproduksi yaitu bagian dari hak hak asasi yang universal. Hak hak reproduksi yang paling pokok adalah hak setiap individu dan pasangan untuk menentukan kapan akan melahirkan, berapa jumlah anak dan jarak anak yang akan dilahirkan, serta memilih upaya untuk mewujudkan hak hak tersebut. Sejak Tahun 2004 BKKBN mulai menggalakan Program KB Pria di Indonesia, dengan tekad yang kuat untuk mengajak kaum pria ber KB. Peningkatan kesertaan Pria dalam ber- KB merupakan salah satu dari banyaknya sasaran yang akan dicapai dalam program jangka panjang untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera ( BKKBN , 2006 ). Upaya peningkatan kesertaan KB pria diperkuat Melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009 disebutkan bahwa : Sasaran pembangunan kependudukan dan pembangunan keluarga kecil berkualitas adalah terkendalinya pertumbuhan penduduk dan meningkatnya keluarga kecil berkualitas ditandai dengan : ( a ) Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen per tahun; Total fertilitas rate (TFR) menjadi 2,2 per perempuan; persentase pasangan usia subur yang tidak terlayani menjadi 6 persen , (b) Meningkatnya kesertaan KB laki-laki menjadi 4,5 persen, (c) Meningkatnya penggunaan kontrasepsi yang efektif dan efisien, (d) Meningkatnya Meningkatnya usia kawin pertama keluarga perempuan dalam menjadi 21 tahun, anak, (e) (f) partisipasi tumbuh kembang

Meningkatnya keluarga Pra Sejahtera dan Sejahtera I yang aktif dalam uasaha ekonomi produktif; dan (g) Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi. Data kesertaan KB dari BKKBN Propinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT ) Tahun 2011, menggambarkan bahwa cakupan peserta KB Aktif secara propinsi tercatat 499.630 ( 73,14 persen ) dari PUS sebanyak 683.059 dan peserta KB baru sebanyak 110.193 ( 16,13 persen ). Total peserta KB aktif maupun KB baru tersebut diatas, jumlah pria yang secara aktif berpartisipasi dalam program KB adalah sebanyak 17.021 atau sama dengan 2,49 persen dan KB baru pria sebanyak 7.188 atau sama dengan 1,05 persen. Kota Kupang jumlah peserta KB aktif tahun 2011 sebanyak 28.463 ( 62,17 persen ) dari PUS sebanyak 45.777 dan peserta KB baru sebanyak 6.981 ( 15,25 persen ). Total peserta KB aktif maupun KB baru tersebut jumlah pria secara aktif ber KB sebanyak 580 atau sama dengan 1,26 persen dan KB baru pria sebanyak 414 atau sama dengan 0,90 persen. Cakupan peserta KB aktif di Puskesmas Baumata Kecamatan Taebenu Tahun 2010 sebanyak 1225 atau sama dengan 72,27 persen, dari jumlah 1695 dan peserta KB baru sebanyak 470 atau sama dengan 27,72 persen. Total peserta KB Aktif maupun KB baru tersebut jumlah pria secara aktif ber KB sebanyak 17 atau sama dengan 1,01 persen. Rendahnya partisipasi pria ber KB menjadi salah satu penyebab rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Meningkatnya partisipasi pria dalam KB diharapkan memberikan kontribusi terhadap pengendalian pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah kesehatan reproduksi , yang pada akhirnya akan berdampak kepada penurunan angka kematian ibu dan bayi ( BKKBN , 2004 ). Berdasarkan uraian diatas, Penulis sangat tertarik untuk meneliti tentang Faktor faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pria Dalam Program KB di Wilayah Kerja Puskesmas Baumata,Kecamatan Taebenu . B. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Riset Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah sebagai berikut : Faktor factor apa saja yang mempengaruhi partisipasi pria dalam program KB di Puskesmas Baumata, Kecamatan Taebenu Tahun 2012 ?

C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam program KB di wilayah kerja Puskesmas Baumata, Kecamatan Taebenu Tahun 2012. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasikan Faktor faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam program KB. b. Mengetahui partisipasi pria dalm program KB secara langsung menggunakan alat kontrasepsi ( kondom,vasektomi,metode alamiah ). c. Mengetahui partispasi pria dalam program KB secara tidak langsung ( istri yang menggunakan salah satu jenis kontrasepsi ). D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini sangat diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Peneliti Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yaitu untukmenambah pengetahuan tentang proses penelitian yang berkenan dengan partisipasi pria dalam program KB 2. Institusi Menambah kepustakaan yang dapat dipakai sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang berkepentingan. E. Keaslian Penelitian Penelitian ini terdapat karya atau pendapat lain yang pernah ditulis oleh Endah Winarni dan Sri Wahyuni, 2005. Analisis lanjut SDKI 2002 2003 Pria,Profil pria / suami yang tidak ikut KB.Badan Koordinasi Keluarga Berencana. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang berjudul : Faktor faktor yang Mempengaruhi partisipasi pria dalam program KB.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Program Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana Keluarga Berencana merupakan suatu tindakan yang membantu Individu / pasutri untuk mendapatkan objektif objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak yang diinginkkan ( WHO Expert Comite,1970 ). Keluarga Berencana adalah suatu upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera ( UU No. 10 / 1992 ). Keluarga Berencana adalah suatu usaha untuk mengurangi atau merencanakan jumlah dan jarak kelahiran dengan memakai alat kontrasepsi ( Mochtar , 1998 ). Pendapat lain mengatakan bahwa keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu / saat hubungan suami - istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga ( Hartono, 2002 ). 2. Program KB Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu para pasangan usia subur, dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, mengurangi insiden kehamilan beresiko tinggi, kesakitan dan kematian ibu, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diterima oleh orang yang membutuhkannya ( BKKBN, 2005 ). Beberapa konsep dasar Program Keluarga Berencana istilah yang banyak digunakan dalam kegiatan keluarga berencana adalah pasangan usia subur, akseptor KB, akseptor baru, akseptor aktif. Pasangan Usia Subur ( PUS ) adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana istrinya antara 15 tahun sampai 44 tahun,. Kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45 49 tahun bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini di latarbelakangi oleh pemikiran bahwa

mereka yang berada 3. Akseptor KB

pada kelompok umur 45 49 tahun, kemungkinan

melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali ( Arzini Kartoyo, 2004 ). Akseptor KB adalah pasangan usia subur ( PUS ) dimana salah seorang dari pasangannya menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi untuk tujuan mencegah kehamilan, baik melalui program maupun non program. Akseptor baru adalah PUS yang pertama kali menggunakan salah satu cara / alat kontrsepsi atau PUS yang menggunakan kembali salah satu cara / alat kontrasepsi setelah mereka berakhir masa kehamilannya ( baik kehamilan yang berakhir dengan keguguran, lahir mati maupun yang menghasilkan lahir hidup ). Akseptor baru, tidak termasuk PUS yang pindah / ganti cara / alat yang lain atau mereka yang pindah klinik baik dengan menggunakan cara / alat yang sama maupun cara / alat yang berbeda. Current User ( Peserta KB aktif ) adalah PUS yang pada saat ini masih menggunakan salah satu cara / alat kontrasepsi ( BKKBN, 2004 ). B. Jenis Jenis Kontrasepsi Untuk Pria Dalam usaha untuk meningkatkan pemeriksaan gerakan Keluarga Berencana Nasional peranan pria sebenarnya sangat penting dan menentukan. Sebagai kepala keluarga pria merupakan tulang punggung keluarga dan selalu terlibat untuk mengambil keputusan tentang kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan. Menurut Endang (2002) tidak dapat dipungkiri, di manapun negara di dunia hanya ada dua macam metoda KB pria yang dapat dipercaya dan relatif lebih aman, yakni kondom dan vasektomi (sanggama terputus dan pantang berkala tidak termasuk). Hal ini ditegaskan oleh Engelmann et. al dan Hargreave (1992), cara pengaturan kelahiran bagi pria yang ada saat ini belum lengkap, hanya ada sanggama terputus, kondom, dan vasektomi. Cara berkala (kalender sistem) dan sanggama terputus merupakan cara alamiah atau sederhana perlu kejelasan status. Banyak pakar Internasional yang menggolongkan cara ini sebagai salah satu cara KB meskipun cara ini bukan sebagai partisipasi pria semata, akan tetapi memerlukan kesepakatan suami-istri. Cara KB pria/laki-laki yang dikenal saat ini adalah pemakaian Kondom dan Vasektomi (Metode Operasi Pria) serta KB alamiah yang melibatkan pria/suami

seperti : sanggama terputus (coitus interruptus), perhitungan haid/sistem kalender, pengamatan lendir vagina serta pengukuran suhu badan. Selain daripada itu terdapat berbagai cara KB yang masih dalam taraf penelitian seperti : Vasoklusi, dan penggunaan bahan dari tumbuh-tumbuhan. Adapun cara KB Pria yang banyak dikenal terdiri dari : a. Kondom 1) Pengertian : Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil) atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom terbuat dari karet sintesis yang tipis, berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir tebal, yang bila digulung berbentuk rata atau mempunyai bentuk seperti putting susu, berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk meningkatkan efektifitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun sebagai aksesoris aktifitas seksual. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi pria yang paling mudah dipakai dan diperoleh baik di apotik maupun di toko-toko obat dengan berbagai merek dagang. 2) Fungsi Kondom : Kondom mempunyai tiga fungsi yaitu : a. Sebagai alat KB b. Mencegah penularan PMS termasuk HIV/AIDS c. Membantu pria atau suami yang mengalami ejakulasi dini 3) Kelebihan Kondom : a. Efektif sebagai alat kontrasepsi bila dipakai dengan baik dan benar b. Murah dan mudah didapat tanpa resep dokter c. Praktis dan dapat dipakai sendiri d. Tidak ada efek hormonal e. Dapat mencegah kemungkinan penularan penyakit menular seksual (PMS) termasuk HIV/AIDS antara suami-isteri f. a. Mudah dibawa Kadang-kadang pasangan ada yang alergi terhadap bahan karet kondom 4) Keterbatasan Kondom :

b. c. d.

Kondom hanya dapat dipakai satu kali Secara psychologis kemungkinan mengganggu kenyamanan Kondom yang kedaluarsa mudah sobek dan bocor

5 ) Penggunaan Kondom : a. Bila hubungan seksual dilakukan pada saat isteri sedang dalam masa subur b. Bila isteri tidak cocok dengan semua jenis alat / metode kontrasepsi c. Setelah vasektomi, kondom perlu dipakai sampai 15 kali ejakulasi d. Sementara menunggu penggunaan metode / alat kontrasepsi lain e. Bagi semua yang isterinya calon peserta pil KB sedang menunggu haid f. Apabila lupa minum pil KB dalam jangka waktu lebih dari 36 jam menular seksual termasuk HIV/AIDS h. Dalam keadaan tidak ada kontrasepsi lain yang tersedia atau yang dipakai pasangan suami-isteri i. Sementara menunggu pencabutan implant / susuk KB / alat kontrasepsi bawah kulit, bila batas waktu pemakaian implant sudah habis. 6) Efektivitas Kondom : a. Kondom efektif sebagai kontrasepsi bila dipakai dengan baik benar b. Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 5-20% c. Sangat efektif jika digunakan pada waktu isteri dalam periode menyusui, akan lebih efektif b. Vasektomi Operasi pria yang dikenal dengan nama vasektomi merupakan operasi ringan, murah, aman, dan mempunyai arti demografis yang tinggi, artinya dengan operasi ini banyak kelahiran yang dapat dihindari. 1) Pengertian : Vasektomi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Vasektomi merupakan tindakan dan g. Apabila salah satu dari pasangan suami-isteri menderita penyakit

penutup (pemotongan, pengikatan, penyumbatan) kedua saluran mani pria/suami sebelah kanan dan kiri; sehingga pada waktu bersanggama, sel mani tidak dapat keluar membuahi sel telur yang mengakibatkan tidak terjadi kehamilan. Tindakan yang dilakukan adalah lebih ringan dari pada sunat atau khitanan pada pria, dan pada umumnya dilakukan sekitar 15-45 menit, dengan cara mengikat dan memotong saluran mani yang terdapat di dalam kantong buah zakar. 2) Peserta Vasektomi :
1. Suami dari pasangan usia subur yang dengan sukarela mau

melakukan vasektomi serta sebelumnya telah mendapat konseling tentang vasektomi. 2. Mendapat persetujuan dari isteri : a. Jumlah anak yang ideal, sehat jasmani dan rohani b. Umur isteri sekurang-kurangnya 25 tahun
c. Mengetahui prosedur vasektomi dan akibatnya d. Menandatangani formulir persetujuan (informed consent).

3) Kelebihan Vasektomi : a. Efektivitas tinggi untuk melindungi kehamilan b. Tidak ada kematian dan angka kesakitannya rendah c. Biaya lebih murah, karena membutuhkan satu kali tindakan saja d. Prosedur medis dilakukan hanya sekitar 15-45 menit e. Tidak mengganggu hubungan seksual
f.

Lebih aman, karena keluhan lebih sedikit jika dibandingkan dengan kontrasepsi lain

4) Keterbatasan Vasektomi : a. Masih memungkinkan terjadi komplikasi (misal perdarahan, b. nyeri, dan infeksi).
c. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk

HIV/AIDS. Harus menggunakan kondom selama 12-15 kali sanggama agar sel mani menjadi negatif
d. Pada orang yang mempunyai problem psikologis dalam hubungan

seksual, dapat menyebabkan keadaan semakin terganggu. 5) Vasektomi tidak dapat dilakukan apabila : a. Pasangan suami-isteri masih menginginkan anak lagi

b. Suami menderita penyakit kelainan pembekuan darah Jika keadaan

suami-isteri tidak stabil


c. Jika ada tanda-tanda radang pada buah zakar, hernia, kelainan akibat

cacing tertentu pada buah zakar dan kencing manis yang tidak terkontrol. c. Sanggama Terputus Konsep metode senggama terputus adalah mengeluarkan kemaluan menjelang terjadinya ejakulasi. Senggama terputus merupakan metode tertua di dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di Perancis abad ke 17, metode senggama terputus merupakan metode utama untuk menghindari kehamilan. 1) Pengertian : Coitus interuptus (senggama terputus) adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Sanggama terputus merupakan suatu metode pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari liang senggama sebelum ejakulasi, sperma dikeluarkan di luar liang senggama. Metode akan efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. 2) Kelebihan dari metode sanggama terputus : a. Tanpa biaya b. Tidak perlu menggunakan alat/obat kontrasepsi c. Tidak perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu d. Tidak berbahaya bagi fisik
e. Mudah diterima, merupakan cara yang dapat dirahasiakan pasangan

suami-isteri dan tidak perlu meminta nasihat pada orang lain


f.

Dapat dilakukan setiap saat tanpa memperhatikan masa subur maupun tidak subur, jika dilakukan dengan baik dan benar

3) Keterbatasan metode sanggama terputus : a. Memerlukan kesiapan mental pasangan suami isteri b. Memerlukan penguasaan diri yang kuat
c. Kemungkinan ada sedikit cairan mengadung sperma tertumpah dari zakar

dan masuk ke dalam vagina, sehingga dapat terjadi kehamilan


d. Secara psikologis mengurangi kenikmatan dan menimbulkan gangguan

hubungan seksual

e. Jika salah satu dari pasangan tersebut tidak menyetujuinya, dapat

menimbulkan ketegangan, sehingga dapat merusak hubungan seksual. f. Metode ini tidak selalu berhasil HIV/AIDS d. Pantang Berkala 1) Pengertian Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur istri. 2) Macam - macam pantang berkala : Terdapat tiga cara dalam melakukan metode KB pantang berkala, yaitu : a) Sistem kalender (1) Pengertian Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Caranya dengan memperhatikan masa subur isteri melalui perhitungan haid. Masa berpantang dapat dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur dimana saat mulainya dan berakhirnya masa subur dengan perhitungan kalender. (2) Cara menghitung masa subur :
a. Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus mencatat g. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk

jumlah dari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid)
b. Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu c. Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18.

Hitungan ini menentukan hari pertama subur


d. Jumlah hari terpanjang serlama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan

ini menentukan hari terakhir masa subur. (3) Kelebihan metode ini :
a. Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan atau

untuk merencanakan ingin punya anak b. Tanpa biaya c. Tanpa memerlukan pemeriksaan medis

d. Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau

putus asa terhadap metode KB lain


e. Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal

f.

Melibatkan partisipasi suami dalam KB berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga

(4) Keterbatasan metode ini :


a. Masa

menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati
b. Tidak tepat untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak

teratur. Memerlukan waktu 6 sampai 12 kali siklus haid untuk menentukan masa subur sebenarnya
c. Tidak

melindungi

pasangan

dari

penyakit menular

seksual

termasuk HIV/AIDS b) Pengamatan lendir vagina (1) Pengertian : Metode ini merupakan metode pantang sanggama pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengamati lendir vagina yang diambil pagi hari. Metode ini dikenal sebagai metode ovulasi billing. Metode ini sangat efektif jika pasangan suami isteri menerapkan dengan baik dan benar. (2) Cara mengetahui kesuburan :
a. Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari mulut rahim b. Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai

kemudiaan timbul lendir yang pekat, padat, dan kental


c. Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah basah

dan licin, beberapa hari kemudian lendir semakin licin, elastis dan encer, hal ini berlangsung 1-2 hari. Hari ke-2 perasaan licin adalah hari yang paling subur (puncak), yang ditandai dengan pembengkakan vulva sampai kemudian lendir menjadi berkurang.
d. Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling licin,

atau senggama boleh dilakukan jika 3 hari berturut-turut dikenali sebagai masa tidak subur, yaitu jika : tidak ada lagi cairan yang licin pada vulva yang terjadi sejak hari ke 4 sesudah puncak kelicinan. (3) Kelebihannya :

Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan : a. Tidak memerlukan biaya b. Tidak memerlukan pemeriksaan medis c. Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan
d. Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau

putus asa dengan metode KB lain


e. Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal,

karena tidak menggunakan alat kontrasepsi atau obat kimia f. Melibatkan partisipasi suami dalam KB

(4) Keterbatasan
a. Masa

berpantang

sanggama

sangat

lama,

sehingga

menimbulkan rasa kecewa dan kadang-kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa mentaati b. Perlu kesabaran serius dan kemauan dalam menjalankan metode itu
c. Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual

termasuk HIV/AIDS c) Pengukuran suhu badan (1) Pengertian : Pengukuran suhu badan merupakan salah satu metode pantang berkala pada masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengukur suhu badan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, saat bangun tidur dan belum melakukan kegiatan apapun. Cara ini akan efektif apabila dilakukan secara baik dan benar. (2) Cara pengukuran suhu badan
a. Dilakukan pada jam yang sama setiap pagi hari sebelum turun dari

tempat tidur
b. Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai 0,5o celcius c. Pasangan suami isteri tidak boleh melakukan sanggama pada

masa subur ini sampai 3 hari setelah peningkatan suhu badan tersebut atau menggunakan kondom. (3) Kelebihan metode ini :

a.
b.

Tidak memerlukan pemeriksaan medis Dapat diterima oleh pasangan suami isteri yang menolak atau putus asa terhadap cara KB lain Tidak mempengaruhi produksi ASI dan tidak ada efek samping hormonal Melibatkan partisipasi suami dalam KB

c.

d.

(4) Keterbatasan metode ini : a. Tidak selalu berhasil b. Beberapa pasangan suami-isteri sukar untuk memenuhi cara ini

C. Partisipasi Pria Dalam Program KB Program Keluarga Berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dan perorangan dalam mencapai tujuan reproduksi mereka, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan resiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan ; meningkatkan mutu nasehat, komunikasi, informasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam KB, dan meningkatkan ASI untuk menjarangan kehamilan. Melalui konferensi internasional tentang kependudukan dan pembangunan ( ICPD, 1994 ) di Kairo telah disepakati perubahan paradigma Program KB Nasional. Perubahan tersebut ialah dari konsep dan pelaksanaan program pengendalian penduduk dan penurunan fertilitas menjadi lebih kearah pendekatan kesehatan reproduksi yang lebih memperhatikan hak hak reproduksi dan kesetaraan gender. Dengan konsep baru tersebut, penanganan kesehatan reproduksi menjadi lebih luas. Perluasan tersebut antara lain meliputi pemenuhan kesehatan reproduksi setiap individu, baik pria maupun wanita sepanjang siklus hidupnya, termasuk hak hak reproduksi perempuan, kesetraan gender, dan masalah bertanggung jawab pria dalam kaitan dengan reproduksi keluarganya. Dalam usaha untuk meningkatkan pemeriksaan gerakan Keluarga Berencana Nasional peranan pria sebenarnya sangat penting dan menentukan. Sebagai

kepala keluarga pria merupakan tulang punggung keluarga dan selalu terlibat untuk mengambil keputusan tentang kesejahteraan keluarga, termasuk untuk menentukan jumlah anak yang diinginkan. Menurut Endang ( 2002 ) tidak dapat dipungkiri, dimana pun negara didunia hanya ada dua macam metode KB pria yang dapat dipercaya dan relatif lebih aman, yakni kondom dan vasektomi ( sanggama terputus dan pantang berkala tidak termasuk ). Hal ini ditegaskan oleh Engelmann et. Al dan Hargreave ( 1992 ), cara pengaturan kelahiran bagi pria yang ada saat ini belum lengkap, hanya ada sanggama terputus , kondom, dan vasektomi. Cara berkala ( kalender sistem ) dan sanggama terputus merupakan cara alamiah atau sederhana perlu kejelasan status. Banyak pakar Internasional yang menggolongkan cara ini sebagai salah satu cara KB meskipun cara ini bukan sebagai partisipasi pria semata , akan tetapi memerlukan kesepakatan suami istri. Cara KB pria / laki laki yang dikenal saat ini adalah pemakaian Kondom dan Vasektomi ( Metode Operasi Pria ) serta KB alamiah yang melibatkan pria / suami seperti : sanggama terputus ( coitus interuptus ), perhitungan haid / sistem kalender, pengamatan lendir vagina serta pengukuran suhu badan. Perempuan dan laki laki mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksinya, termasuk KB dan pengasuhan anak, tetapi pada kenyataannya peran laki laki masih rendah. Hal hal yang masih sering dianggap sebagai isu gender dalam keluarga berencana sebagai berikut : Kesetaraan ber KB yang timpang antara laki laki dan perempuan, ini menimbulkan anggapan bahwa program KB perempuan selalu menjadi obyek / sasaran, perempuan tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan metode kontrasepsi yang diinginkan, antara lain karena ketergantungan pada keputusan suami, informasi yang kurang lengkap dari petugas kesehatan, penyediaan alat dan obat kontrasepsi yang tidak memadai ditempat pelayanan, pengambilan keputusan :partisipasi pria dalam program KB sangat kecil dan kurang, namun kontrol terhadap perempuan dalam hal memutuskan untuk ber KB sangatlah dominan, sebaliknya ada tanggapan bahwa KB adalah urusan perempuan karena kodrat perempuan untuk hamil dan melahirkan. Peningkatan dan perluasan pelayanan KB termasuk pria merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang

sedemikian tinggi akibat kehamilan, yang dialami oleh wanita di negara berkembang. Partisipasi pria dalam pelaksanaan Program KB dan kesehatan reproduksi adalah masalah yang strategis dalam meningkatkan cakupan program KB dan kesehatan reproduksi. Partisipasi pria, terutama dalam praktek KB serta pemeliharaan kesehatan ibu dan anak,termasuk pencegahan kematian maternal, hingga saat ini belum memuaskan. Hal ini tercermin dari masih sangat rendahnya kesertaan pria dalam bebr KB yang ditunjukkan oleh hasil SDKI,2005 dimana kesertaan KB pria baru mencapai 1,3 % ( MOP 0,4 %, kondom 0,9 %, pantang berkala 1,6 % dan senggama terputus 1,5 % ). Angka ini jauh dibawah angka sasaran yang dicanangkan untuk dicapai yaitu sebesar 8 persen pada tahun 2009, jauh dibawah negara negara Islam lainnya seperti Bangladesh, Malaysia yang kesertaan pria dalam KB mencapai belasan persen ( BKKBN, 2005 ). Bentuk partisipasi pria / suami dalam KB antara lain,sebagai peserta KB partisipasi pria / suami secara langsung dalam program KB adalah menggunakan salah satu cara atau metoda pencegahan kehamilan seperti, metode senggama terputus , metode pantang berkala, kontrasepsi kondom, vasektomi, kontrasepsi lain yang sedang dikembangkan. Metode pantang berkala dan senggama terputus dilaksanakan atas dasar komunikasi mendalam antara suami dan istri, sedangkan partispasi pria secara tidak langsung yakni mendukung istri dalam ber KB. Apabila disepakati bahwa istri yang akan ber KB, peranan suami adalah mendukung dan memberikan kebebasan kepada istri unutk menggunakan kontrasespsi atau cara / metode KB ( BKKBN , 2006 ). Partispipasi secara tidak langsung antara lain meliputi mendukung istri dalam ber KB misalnya memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya, membantu istri dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti mengingatkan istri saat minum Pil KB, mengantar istri ke Fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan, membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi pemakaian terjadi efek samping maupun komplikasi pemakaian alat kontrasepsi, mencari alterfnatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan, suami dapat menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan. Sebagai motivator yaitu dengan memberikan motivasi kepada anggota keluarga atau saudaranya yang sudah

berkeluarga dan masyarakatbdi sekitarnya untuk menjadi peserta KB dengan menggunakan salah satu kontrasepsi dimana dirinya yang menjadi contoh. Merencanakan jumlah anak dalam keluarga penting dibicarakan antara suami isteri dengan mempertimbangkan kesehatan dan kemampuan untuk membesarkan, pendidikan, kehidupan yang layak bagi keluarga dan anaknya ( BKKBN , 2004 ).
D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Pria Dalam Program KB

Berdasarkan alasan tersebut partisipasi pria ber- KB merupakan hal yang penting untuk diperbincangkan. Oleh karena keberadaan partisipasi pria dalam KB masih rendah, maka perlu dicari pengalaman pengalaman partisipasi pria dalam program KB baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa factor factor yang dapat mempengaruhi partisipasi pria dalam program KB : 1. Pendidikan Pengaruh pendidikan pria terhadap penggunaan alat kontrasepsi dalam KB telah dikemukakan oleh Ekawati, menurutnya pendidikan pria berpengaruh positif terhadap persepsi pria dalam KB. Masih terbatasnya pengetahuan laki laki dalam KB. Pemahaman laki laki dan perempuan akan KB dan kesehatan reproduksi secara benar mendorong terjadinya posisi kesetaraan antara laki laki / suami, perempuan / isteri dalam pengambilan keputusan dalam program KB ( ADVOKASI,KB, 2006 ).

2. Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat yang salah tentang KB adalah urusan perempuan. Tugas utama pria adalah mencari uang agar keluarga bisa hidup, anak anak bisa sekolah, dan istri bisa membeli alat kontrasepsi KB yang diinginkan. Adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB menjadi salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam KB. Hasil penelitian Purwanti ( 2004 ) menyimpulkan bahwa suami dengan persepsi positif terhadap alat kontrasepsi pria lebih tinggi pada kelompok suami yang menggunakan alat kontrasepsi pria daripada kelompok kontrol ( BKKBN,2005 ). 3. Istri tidak setuju suami ber - KB

Data SDKI ( 2002 2003 ) menunjukkan bahwa 66 % istri tidak setuju suaminya ber KB, Kenyataan ini karena masih gender dalam keluarga. 4. Terbatasnya Jenis Kontrasepsi pria Terbatasnya jenis kontrasepsi pria ( kondom vasektom menjadikan laki laki enggan menjadi peserta KB ( Azrul , 2004 ) berpesan agar kaum pria di Indonesia yang sudah siap untuk menjadi akseptor KB sebaiknya menggunakan metode KB pria yang sudah ada, populer dikalangan pria ditanah air. Selanjutnya dikatakan bahwa di Indonesia cara ber KB pria biasanya dilakukan dengan cara pantang berkala, senggama terputus, kondom, vasektomi. Menurut Emon ( 2004 ) mengatakan dan menegaskan bahwa untuk pasangan suami istri yang ingin menunda atau menjarangkan kehamilan maka cara ber KB dengan pantang berkala, sanggama terputus dan kondom dinilai pakar paling baik.
5. Kurangnya informasi tentang program KB khususnya KB pria,

sangat terbatasnya,

pengetahuan istri tentang program KB serta makna kesetaraan dan keadilan

medis cukup efektif, sedangkan mereka yang tidak

menginginkan kehamilan lagi maka cara vasektomi merupakan cara yang

menyebabkan rendahnya pengetahuan laki laki tentang KB. Belum banyak pria yang mengetahui bahwa mereka juga harus peduli akan kesehatan reproduksinya serta dapat berperan sebagai peserta KB. Belum banyak pria yang mendapat informasi tentang program KB. Selain terbatasnya informasi tentang jenis alat kontrasepsi pria, belum banyak pria yang mengetahui dengan baik dan benar tentang manfaat keluarga berencana. Pengaruh faktor persediaan KB terhadap ( 2007 ) faktor pemakaian kontrasepsi menurut BKKBN

faktor yang mempengaruhi rendahnya partisipasi pria dalam KB antara lain : terbatasnya sosialisasi dalam promosi KB pria, adanya persepsi bahwa wanita yang menjadi target program KB, terbatasnya akses pelayanan pria, tingginya harga yang harus dibayar untuk MOP, ketidaknyamanan dalam pengggunaan KB pria ( kondom ). Penggunaan metode

kontrasepsi modern bagi pria di Indonesia kurang dapat berkembang sebagaimana yang diharapkan. Rendahnya keterlibatan pria dalam penggunaan metode kontrasepsi mantap (vasektomi) diakibatkan oleh adanya kekhawatiran para bapak setelah vasektomi mereka akan kehilangan kejantanannya. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di Zambia oleh Chirambo (1992) bahwa pria takut terjadi impotensi karena vasektomi. Juga adanya salah persepsi dan pandangan yang negatif bahwa vasektomi itu sama dengan pengebirian, sehingga pria enggan untuk menjalani vasektomi. 6. Sosial Budaya Ditinjau dari sudut keadaan sosial masyarakat dan budaya tentang kontrasepsi pria, menurut pandangan TOMA/TOGA, keterlibatan suami/pria dalam KB adalah memberikan kesempatan kepada istri untuk istirahat, tidak repot. Tetapi untuk ikut MOP masyarakat masih banyak yang belum berminat dan TOMA kurang menganjurkan karena situasi yang belum mendukung. Tidak mudah masyarakat menerima agar pria berpartisipasi aktif dalam program KB karena berbagai alasan. Hambatan budaya masih dominan terhadap kontrasepsi pria, khususnya kontrasepsi mantap. Hal tersebut didukung pendapat BKKBN (2007) bahwa kesertaan ber KB pria rendah terjadi karena faktor sosial budaya yang beranggapan bahwa KB adalah urusan perempuan sehingga pria tidak perlu berperan. 7. Ketersediaan sarana pelayanan Hasil penelitian Suprihastuti (2000) menyatakan bahwa adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan ternyata berdampak positif terhadap penggunaan sesuatu alat kontrasepsi. Aksesibilitas pria terhadap informasi mengenai KB rendah karena masih terbatasnya informasi tentang peranan pria dalam KB dan KR; dan aksesibilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah. Dimana Puskesmas terdapat pelayanan KIA yang umumnya melayani Ibu dan Anak saja sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan, demikian pula terbatasnya jumlah sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pria serta waktu buka sarana pelayanan tersebut. Pelayanan Kontraspsi juga terkendala oleh ketersediaan dan kesiapan tenaga pelayanan, dukungan sarana pelayanan

juga menjadi kendala di beberapa daerah, tenaga terlatih sudah banyak yang alih tugas, peralatan kurang lengkap. Kualitas pelayanan kesehatan yang perlu disesuaikan dengan kebutuhan klien, secara profesional dan memenuhi standar, kerahasiaan dan privasi perlu dipertahankan, klien tidak menunggu terlalu lama untuk dilayani. Memberikan informasi tentang kontrasepsi yang tersedia, menjelaskan kepada klien tentang kemampuan fasilitas pelayanan, bahan dan alat kontrasepsi dalam jumlah yang cukup ( BKKBN , 2006 ). 8. Peraturan Daerah Menurut BKKBN (2005) upaya peningkatan partisipasi pria terkendala oleh beberapa ketentuan peraturan daerah yang belum mengakomodir jenis kontrasepsi mantap pria, seperti halnya aspek biaya yang harus ditanggung peserta terlalu tinggi karena masuk rumpun tindakan operasi di rumah sakit umum daerah (RSUD). Dilain pihak biaya bantuan yang tersedia dari BKKBN jumlahnya terbatas dan tidak mampu menutupi biaya yang ditetapkan daerah. Penggunaan dana Asuransi keluarga miskin (ASKES GAKIN) belum lancar sebagaimana diharapkan. Kesepakatan antara pihak asuransi dengan pihak BKKBN sebagai penyedia data dan distribusi Kartu Askes masih mewarnai permasalahan di lapangan. BKKBN menjelaskan manfaat keluarga berencana bagi berbagai pihak, antara lain ayah merencanakan jarak, jumlah anak, mencegah terjadinya PMS, HIV / AIDS, memperbaiki kesehatan, baik fisik, mental dan sosial serta lebih banyak waktu dengan keluarga. Ibu dapat memperbaiki kesehatan fisik, mental, sosial bagi ibu agar mempunyai banyak waktu untuk beristirahat dan mengurus anak dan keluarga, merencanakan jarak kehamilan sesuai umur dan kondisi ibu, sehingga ibu dapat menjaga kesehatanya. Anak yang akan dilahirkan dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, karena ibu yang sehat, anak mendapat perhatian, pemeliharaan, pendidikan, makanan yang bergizi, karena kehadiran anak yang diinginkan. Keluarga meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung pada kesehatan seluruh keluarga dan mempunyai kesempatan untuk lebih banyak memperoleh pendidikan.

E. Kerangka Konsep Teori


PROGRAM KB

PUS

PUS PRIA

PUS WANITA

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB:

Gambar 01. Kerangka konsep teori


SECARA TIDAK LANGSUNG

(BKKBN, 2010)
SECARA LANGSUNG Secara aktif menggunakan:

Mendukung istri ikut KB Motivator Merencanakan jumlah anak

Kondom Vasektomi KB alamiah Sanggama terputus

F. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan kerangka konsep teori, maka kerangka konsep penelitian ini disajikan secara diagram sebagai berikut :

Variabel independen
Partisipasi pria secara langsung dalam program KB Partisipasi pria yang tidak langsung dalam program KB Variabel

Langsung : Menjadi akseptor : kondom, vasektomi, KB alamiah dan sanggama terputus

Penteladanan dan motivator

PUS pria

dependen

Gambar 02. Kerangka konsep penelitian

Tidak Langsung : Meningkatkan cakupan melalui dukungan dalam program KB Menjadi motivator dalam program KB Bersama-sama merencanakan jumlah anak yang dii nginkan

Menjadi akseptor

You might also like