You are on page 1of 29

ETIKA PENGGELAPAN PEMBAYARAN PAJAK PERSPEKTIF KEPATUHAN PEMBAYARAN PAJAK : SEBUAH STUDI INTERPRETIF

RAYMOND HAGANA 040811418 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS DEPARTEMEN AKUNTANSI 2008

BAB I : PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan Indonesia sebagai Negara yang masih berkembang terus-

menerus dilaksanakan, apalagi akhir-akhir ini Indonesia menjadi Negara tujuan investor dalam menanamkan uangnya dinegeri ini, tentunya selain mendapatkan keuntungan akan investasi dinegeri ini karena membuka lahan pekerjaan baru, membuka lahan usaha yang sebelumnya tidak ada di Indonesia, serta dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitarnya. Namun, selain manfaat diatas yang berguna untuk kepentingan masyarakat sekitar, juga akan memberikan pendapatan kepada Negara dengan menarik pajak yang harus dibayarkan perusahaan tersebut kepada pemerintah. Pajak sampai sekarang adalah salah satu penyumbang pendapatan terbesar bagi Indonesia , hal ini dikarenakan jenis pajak yang ada di Indonesia cukup banyak, mulai dari pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, BPHTB, serta pajak-pajak daerah. Sehingga tak ayal sektor perpajakan memberikan sumbangan terbesar bagi pembangunan negeri ini. Berdasarkan data kementrian keuangan RI pada tahun 2011 , pendapatan dari pajak mencapai 76% dari total APBN 2011 dan merupakan sumber

pendapatan terbesar APBN Indonesia (kementriankeuangan;2011). Disamping hal tersebut, perpajakan di Indonesia mengalami perkembangan yang besar. Pajak di Indonesia sudah dikenal sejak zaman jajahan belanda, yang dahulu disebut dengan upeti, yang akhirnya sekarang kita kenal dengan nama pajak, namun perubahan demi perubahan telah dan tetap akan dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia demi perkembangan peraturan perpajakan, salah perubahan besar yang ada dalam perpajakan Indonesia adalah dengan adanya
2

self assessment system , dimana dalam sistem ini wajib pajak diwajibkan untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri berapa pajak yang harus dibayarkan ke KPP terdekat. Dengan adanya sistem perhitungan self assessment system ini mewajibkan kepada seluruh wajib pajak yang memiliki nomor pokok wajib pajak/NPPKP untuk menghitung berapa besar pajak yang harus dibayarkan kepada Negara, selain menghitung wajib pajak ,lalu menyetorkan jumlah pajak yang dibayarkan ke kantor pajak dengan menggunakan surat setoran pajak , atau yang disebut dengan SSP, serta melaporkan seluruh jenis pajak yang telah dibayarkan kepada kantor pajak dengan menggunakan surat pemberitahuan, atau yang disebut dengan SSP, . Sehingga , dengan sistem ini petugas pajak hanya menjadi pengawas atas kelalaian atau ketidakpatuhan wajib pajak. Salah satu dampak negatif dari self assessment system tersebut kepada wajib pajak adalah, dalam praktiknya sulit diharapkan atau bahkan disalahgunakan. berjalan sesuai dengan yang Hal ini dapat dilihat dari

banyaknya Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak patuh, kesadaran Wajib Pajak yang masih rendah atau kombinasi keduanya, sehingga membuat Wajib Pajak enggan untuk melaksanakan kewajiban membayar pajak (Tarjo dan Kusumawati : 2005). Hal ini terjadi baik wajib pajak pribadi , wajib pajak badan, maupun wajib pajak bendaharawan. Keengganan wajib pajak ini

membayar pajak ini disebabkan oleh selama ini pajak masih dianggap sebagai beban yang mengurangi pendapatan wajib pajaknya atau dengan kata lain meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh wajib pajak. Sehingga tindakan diatas adalah salah satu pemicu terjadinya tax evasion (penggelapan pajak) , selain itu bentuk tax evasion lainnya adalah melaporkan pendapatan yang lebih kecil dari pada yang seharusnya, atau juga bisa melaporkan biaya yang lebih besar daripada yang terjadi , hal ini dikarenakan biaya pajak yang tinggi selain itu juga mudahnya untuk menyogok fiskus pajak untuk melakukan negosiasi tagihan pajak sehingga beban pajaknya semakin kecil
3

Seiring dengan perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi yang ada disertai dengan kesadaran wajib pajak untuk paling tidak membayar pajaknya walaupun tidak sebanyak jumlah yang diwajibkan yang disesuaikan dengan pendapatannya, maka beberapa wajib pajak di Indonesia melakukan penggelapan pajak, namun tetap mengikuti peraturan formil yang berlaku, serta patuh terhadap peraturan tersebut, seperti yang telah dijabarkan dalam KMK No. Nomor 235/KMK.03/2003. Hal ini dilaksanakan untuk mengurangi kecurigaan petugas pajak atas kesalahan yang terjadi pada SPT yang dilaporkan Peneliti disini menekankan untuk menggunakan dan berfokus pada KMK No. Nomor 235/KMK.03/2003. Disini peneliti akan menggunakan keputusan menteri keuangan ini sebagai dasar dari proposal yang dibuat oleh peneliti. Peneliti menggunakan teori ini karena dasar dari kepatuhan pembayaran pajak adalah teori tersebut sehingga keputusan tersebut merupakan standar bagi setiap wajib pajak untuk memenuhinya, sedangkan peneliti juga menggunakan beberapa referensi utnuk mendukung proposal ini dengan menjelaskan dan menggambarkan etika tersebut, lalu penggelapan pajak tersebut juga seperti apa serta dijelaskan dengan studi interpretatif Penelitian sebelumnya yang mengangkat baik topik penggelapan pembayaran pajak, maupun masalah kepatuhan pembayaran pajak dalam bentuk penelitian kualitatif dan kuantitatif sudah banyak dilaksanakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, namun yang membahas mengenai etika

penggelapan pajak sementara ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gee (2006) serta Izza dan Hamzah (2009). Kedua penelitian ini sebenarnya menangkat topik yang sama namun ditelaah dengan persepektif yang berbeda, dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Gee, penelitian ini menekankan pada 3 pandangan etika dalam penggelapan pajak, pandangan ini berdasarkan berbagai sudut pandang orang yang memiliki ragam agama dan budaya, sehingga muncullah pandangan tersebut, sedangkan dalam jurnal Izza dan Hamzah mereka sebenarnya hampir sama dengan Gee karena mengambil beberapa
4

bagian dari Gee, namun dibahas dengan menggunakan studi interpretatif dan kasus yang dibahas di Indonesia Sedangkan beberapa penelitian mengangkat masalah etika dalam perpajakan adalah penelitian oleh Rekrecs dkk (1994). Sementara itu beberapa peneliti lainnya seperti Denison, dan Eger (2000) melihat penggelapan pajak berdasarkan perspektif kebijakan dengan studi kasus pada pajak bahan bakar motor Mustikasari (2007) mengangkat kepatuhan

wajib pajak badan berdasarkan kajian empirisnya dan Agusti dan Herawaty (2009) lebih mengangkat mengenai tingkat kepatuhan wajib pajak badan terhadap penerimaan pajak dengan dimoderasi oleh pemeriksaan pajak Berdasarkan fenomena-fenomena dan alasan-alasan diatas , maka peneliti mencoba untuk menggali lebih dalam mengenai etika penggelapan pajak tersebut , selain itu peneliti menggunakan perspektif yang berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu mengangkat masalah etika penggelapan pajak dengan perspektif kepatuhan pembayaran pajak. Walaupun, sebenarnya penelitian ini adalah replikasi dan merupakan saran dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Izza dan Hamzah serta adanya unsur-unsur penelitian Gee didalamnya, namun peneliti akan mengulas topik ini selain dengan perspektif yang berbeda, serta dengan menggunakan studi yang berbeda pula, selain itu dikarenakan penelitian ini akan memberikan kita wawasan bagaimana pandangan etika wajib pajak terhadap penggelapan pajak yang dilaksanakan, sehingga kita mampu merefleksikan diri atas tindakan yang telah dilaksanakan sebelumnya Kota Surabaya akan menjadi tempat penelitian yang dipilih, hal ini dikarenakan jumlah wajib pajak di Surabaya cukup banyak yaitu sebanyak 15.911.576 jiwa pada tahun 2010 , selain itu di Surabaya ada 1 Kantor Pajak Madya dan 12 Kantor Pajak Pratama, peneliti akan melakukan penelitian pada salah satu kantor pajak yaitu kantor pajak pusat di Surabaya, disamping itu Surabaya juga dianggap sebagai pusat bisnis didaerah Indonesia timur sehingga banyak pebisnis yang tinggal dan bermukim disurabaya. Hasil penelitian ini
5

tidak bermaksud untuk digeneralisasikan dengan seluruh wajib pajak di Surabaya.

1.2

Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti jabarkan diatas maka disini peneliti ingin mengetahui beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimanakah pandangan wajib pajak pada Kantor Pajak Pusat Surabaya yang pernah melaksanakan penggelapan pajak mengenai melaksanakan penggelapan pajak dengan memperhatikan kepatuhan pembayaran pajak 2. Bagaimanakah pandangan etika kepatuhan pembayaran pajak terhadap pelaksanaan penggelapan pajak yang terjadi di Kantor Pajak Pusat Surabaya

1.3

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang peneliti jabarkan

diatas maka disini peneliti ingin mengetahui beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Untuk nantinya akan mengetahui pandangan petugas pajak mengenai

kemampuan wajib pajak untuk menyetor SSP dan melapor SPT secara tepat waktu berdasarkan gender wajib pajaknya 2. Untuk nantinya akan mengetahui pandangan etika kepatuhan pembayaran pajak terhadap pelaksanaan penggelapan pajak yang terjadi di Kantor Pajak Pusat Surabaya

1.4

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang, fokus penelitian serta tujuan penelitian yang

peneliti jabarkan diatas maka disini peneliti berharap mampu untuk memberikan beberapa manfaat penelitian, manfaat pertama yang diharapkan muncul berupa manfaat teoritis, dengan menggunakan teori yang peneliti pakai

adalah KMK No. Nomor 235/KMK.03/2003 sehingga dapat dievaluasi apakah peraturan tersebut masih relevan atau tidak, apakah dengan wajib pajak mampu memenuhi peraturan tersebut wajib pajak makin pandai dalam menggelabui fiskus dan apakah fiskus jeli atas kesalahan tersebut, manfaat praktis yang diharapkan oleh peneliti adalah adanya evaluasi atau kesadaran bagi objek peneliti, disini adalah Kantor Pajak Madya Surabaya sehingga fiskus pajak yang ada dikantor ini semakin jeli dan semakin perhatian atas setiap tindakan kecil yang dilaksanakan oleh wajib pajak, serta untuk manfaat empiris yang diharapkan adalah semoga penelitian yang nantinya akan dilaksanakan ini mampu memberikan manfaat dan wawasan bagi semua pihak yang membutuhkannya.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori
Dalam penelitian ini akan menggunakkan teori-teori etika dan

peraturan-peraturan perpajakan serta peraturan menteri keuangan mengenai kepatuhan pembayaran pajak

2.1.1. Etika
Etika berasal dari bahasa Yunani Kuno: yaitu "ethikos", yang berarti "timbul dari kebiasaan". Etika adalah cabang utama filsafat yang

mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep

seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab. (Wikipedia.com) Etika atau moral dapat juga didefinisikan sebagai sistem normatif dari peraturan perkembangan tingkah laku untuk menyediakan petunjuk dalam keadaan sosial ataupun interpersonal (Hogan, 1973 dalam Reckers dkk, 1994) Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan sebagai etika. Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi, karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia. (Wikipedia.com)

Kerangka teoritis utama dalam ekonomi untuk studi non-kepatuhan adalah teori detterance . Kerangka kerja ini mengasumsikan bahwa wajib pajak membuat perhitungan rasional analisis biaya-manfaat non-kepatuhan dengan membandingkan antara nilai uang pajak marjinal dengan risiko sanksi (Smith dan Kinsey, 1987 ; Carrol, 1992 dalam Reckers dkk, 1994 ). Sehingga nantinya wajib pajak diharapkan untuk membuat keputusan mengenai kepatuhan perpajakan berdasarkan manfaat yang paling besar Dalam perkembangan umumnya, etika yang ada dibagi menjadi dua jenis yaitu Etika Filosofis dan Etika Teologis. Etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh manusia. Dalam etika filosofis dikenal dua sifat etika yaitu: 1. Non-empiris: Filsafat digolongkan sebagai ilmu non-empiris. Ilmu empiris adalah ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang konkrit. Namun filsafat tidaklah demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah menanyakan apa di balik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika. Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara faktual dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak boleh dilakukan. 2. Praktis : Etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena

langsung berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Etika praktis tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya menganalisis tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban, dsb, sambil melihat teoriteori etika masa lalu untuk menyelidiki kekuatan dan kelemahannya. Sedangkan dalam Etika Teologis Secara umum dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi teologis. Di dalam etika Kristen, misalnya, etika teologis adalah etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi tentang Allah atau Yang Ilahi, serta memandang
9

kesusilaan bersumber dari dalam kepercayaan terhadap Allah atau Yang Ilahi. Setiap agama dapat memiliki etika teologisnya yang unik berdasarkan apa yang diyakini dan menjadi sistem nilai-nilai yang dianutnya. Dalam hal ini, antara agama yang satu dengan yang lain dapat memiliki perbedaan di dalam merumuskan etika teologisnya Dalam praktiknya pada dunia perpajakan, etika perpajakan yang ada di Indonesia hanyalah etika konsultan pajak dan etika akuntan pajak, sehingga dua dasar etika inilah yang sementara dipakai dalam perpajakan indonesia , sedangkan etika wajib pajak belumlah ada secara formal, tetapi masih menggunakan norma dan nilai-nilai sosial biasa.

2.1.2. Pajak
Pajak yang sudah dikenal sejak zaman kerajaan-kerajaan sebelum Belanda, awalnya pajak adalah merupakan suatu upeti (pemberian secara cumacuma) kepada pihak kerajaan, namun walaupun pemberian secara cuma-cuma tetapi hal tersebut merupakan suatu kewajiban yang dapat dipaksakan serta yang harus dilaksanakan oleh rakyat (masyarakat) kepada seorang raja atau penguasa saat itu. Namun sesuai dengan perkembangan zaman dan setelah indonesia merdeka pajak menjadi sumber pendapatan negara, seperti yang dijelaskan dalam Ketentuan Umum Perpajakan UU No.28 tahun 2007 , pasal 1 ayat 1 menjelaskan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat Wajib pajak berdasarkan Ketentuan Umum Perpajakan UU No.28 tahun 2007 , pasal 1 ayat 2 adalah orang pribadi atau badan, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dan setiap yang menjadi wajib pajak berarti dia telah memenuhi

10

persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Persyaratan subjektif tersebut adalah

persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai subjek pajak dalam undang-undang PPh 1984 dan seterusnya, sedangkan persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai dengan ketentuan undang-undang pajak penghasilan 1984 dan seterusnya

2.1.3. Etika kepatuhan dalam pembayaran pajak


Ketika wajib pajak dikatakan patuh, maka wajib pajak tersebut sudah menaati Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003. Wajib pajak yang patuh bukan berarti wajib pajak hanya diam dan menerima undang-undang dan peraturan-peraturan pendukung tersebut secara mentah-mentah, namun peraturan tersebut dapat diolah. Wajib pajak yang patuh tetap selain untuk menaati peraturan juga mampu untuk mengurangi beban pajak yang harus dibayarkan. Hal tersebut dapat dilaksanakan dengan cara melaksanakan tax planning dan tax avoidance. Tax planning is the systematic analysis of deffering tax options aimed at the minimization of tax liability in currrent and future tax periods (Larry, dkk 1994). Tax planning sebenarnya adalah tahapan pertama dari tax managemen yang dimana dalam tax management adalah tindakan yang digunakan utnuk memanfaatkan lubang dalam peraturan perundang-undangan pajak seoptimal mungkin. Sedangkan tax avoidance is a term used to describe the legal arrangement of tax payers affairs so as to reduce his tax liability (Susan, 1996 dalam Suandy,2009), sehingga keduanya merupakan bentuk-bentuk untuk mengurangi biaya pajak yang dibayarkan secara legal, beberapa contohnya adalah pemanfaatan dari ambiguitas peraturan perpajakan yang dibuat oleh pemerintah, memanfaatkan biaya yang biasanya dipakai sebagai sumbagan dijadikan biaya gaji dengan cara

11

memperkerjakan pihak yang dulunya diberi sumbangan tersebut, lalu beasiswa, dan sebagainya Lalu, setelah mengetahui bentuk penghindaran pajak secara legal maka wajib pajak juga harus memenuhi kewajiban sebagai wajib pajak yang patuh. Sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 235/KMK.03/2003 tanggal 3 Juni 2003, Wajib Pajak dapat ditetapkan sebagai WP Patuh yang dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak apabila memenuhi semua syarat sebagai berikut: a. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2 (dua) tahun terakhir; b. Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 (tiga) masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut; c. SPT Masa yang terlambat itu disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa masa pajak berikutnya; d. Tidak mempunyai tunggakan Pajak untuk semua jenis pajak: 1) kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; 2) Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir; e. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir; dan f. Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh akuntan publik atau Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan harus dengan pendapat wajar tanpa pengecualian atau dengan pendapat wajar dengan pengecualian sepanjang pengecualian tersebut tidak mempengaruhi laba rugi fiskal. Laporan audit harus: 1) disusun dalam bentuk panjang (long form report); 2) menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal.

12

g. kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak; h. Tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 (dua) masa pajak terakhir;

Dalam hal laporan keuangan Wajib Pajak tidak diaudit oleh akuntan publik, maka Wajib Pajak harus mengajukan permohonan tertulis paling lambat 3 bulan sebelum tahun buku berakhir, untuk dapat ditetapkan sebagai WP Patuh sepanjang memenuhi syarat pada huruf a sampai huruf e, ditambah syarat: - Dalam 2 tahun pajak terakhir menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 UU KUP, dan - Apabila dalam 2 tahun terakhir terhadap Wajib Pajak pernah dilakukan Pemeriksaan pajak, maka koreksi fiskal untuk setiap jenis pajak yang terutang tidak lebih dari 10%. (Republik Indonesia, 2003)

Sehingga dari penjelasan diatas dapat diketahui faktor-faktor yang dapat dikatakan menjadi indikator seorang wajib pajak dikatakan patuh terhadap undang-undang, dalam hal diatas tidak disebutkan bahwa apabila wajib pajak melakukan penggelapan pajak (namun dengan asumsi mengikuti peraturan yang berlaku), maka wajib pajak tetap dianggap patuh. Namun dalam praktiknya dilapangan, wajib pajak yang patuh untuk tahun 2010 sekitar 54,84 % saja dari kepemilikan NPWP tahun 2010 (dirjenpajak;2011), sehingga dapat dinyatakan etika kepatuhan yang diinginkan oleh pemerintah masih melalui jalan yang panjang dikarenakan hasil yang belum memuaskan. Selain itu dapat dikatakan pula , maka yang menjadi dasar etika dalam kepatuhan pembayaran perpajakan adalah kemauan wajib pajak untuk menaati seluruh peraturan kepatuhan yang dikeluarkan oleh dirjen pajak tersebut. Seperti yang penulis jelasakan diatas bahwa etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita, sehingga wajib pajak mulai bisa
13

melaksanakan etika kepatuhan dan etika penggelapan pajak ketika wajib pajak merasa hal-hal yang seharusnya dianggap wajib pajak benar / sudah sesuai dengan undang-undang , namun ternyata disalahkan oleh petugas pajak / fiskus. Sehingga muncul keinginan wajib pajak untuk melakukan penggelapan pajak oleh wajib pajak.

2.1.4 Penggelapan Pajak


Penggelapan pajak yang terjadi di indonesia maupun dibeberapa negara yang lain telah membuat banyak negara resah akan tindakan wajib pajak tersebut, penggelapan pajak atau yang dapat pula disebut sebagai

penyelundupan pajak sebenarnya adalah cara untuk mengurangi beban pajak yang ditanggung namun dengan cara yang curang atau dilarang oleh peraturan. Penyelundupan pajak mengandung arti sebagai usaha yang dilakukan oleh wajib pajak apakah berhasil atau tidak untuk mengurangi atau sama sekali menghapus hutang pajak yang berdasarkan ketentuan yang berlaku sebagai pelanggaran terhadap perundang-undangan perpajakan, sedangkan (Balter ; dalam Christian;2010), sedangkan pengertian yang lain juga dapat dijelasakan tax evasion is the reduction of tax by ilegal means. The distinction, however, is not always easy (Susan, 1996 dalam Suandy,2009) Kebanyakan penggelapan pajak yang dilaksanakan dapat disebabkan oleh beberapa penyebab, penyebab-penyebab umum terjadinya penggelapan pajak adalah: a.Ketidaktahuan (ignorance), yaitu wajib pajak tidak sadar atau tidak tahu akan adanya ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan tersebut. b.Kelalaian (error), yaitu wajib pajak paham dan mengerti mengenai ketentuan perundang-undangan perpajakan tersebut, tetapi salah hitung datanya.

14

c.Kesalahpahaman

(misunderstanding),

yaitu

wajib

pajak

salah

menafsirkan ketentuan perundang-undangan perpajakan. d.Kealfaan (negligence), yaitu wajib pajak alpa untuk menyimpan buku beserta bukti-bukti secara lengkap. (Christian;2010) sehingga berdasarkan penjelasan akan pengertian dan ciri-ciri dari penggelapan pajak, maka berbagai tindakan penggelapan pajak dapat berupa : a. Tidak dapat memenuhi pengisian Surat Pemberitahuan (SPT) tepat pada waktunya. b. c. Tidak dapat memenuhi pembayaran pajak tepat pada waktunya. Tidak dapat memenuhi pelaporan penghasilan dan pengurangannya secara lengkap dan benar d. e. Tidak dapat memenuhi kewajiban memelihara pembukuan Tidak dapat memenuhi menyetorkan pajak penghasilan para

karyawannya yang dipotong dan pajak-pajak lainnya yang telah dipungut. f. g. h. i. Tidak dapat memenuhi kewajiban membayar taksiran hutang pajak Transaksi ekspor fiktif, Melaporkan omset lebih kecil dari yang seharusnya, Menggelembungkan biaya perusahaan dengan membebankan biaya fiktif, j. Melakukan mark up nilai barang yang diimpor.

2.2

Penelitian Terdahulu
Obyek Nama dan dan tahun Subyek Ika Alfi Nur Objek : institusi di Izza, dan masyarakat sebagai Teknik pengorganisasian dan analisis data Teknik Pengorganisasian

No 1

Hasil Penelitian Menurut penggelapan Islam itu

pajak

15

Ardi Hamzah (2009)

sebuah komunitas yang , didalamnya terjadi interaksi antara individu dan struktur. Subjek : beberapa orang yang memahami mengenai pajak dan agama dalam hal ini adalah Bapak Jn (seorang ustadz sekaligus dosen di universitas swasta di Surabaya) serta ibu Ln (seorang Kristiani)

dan Analisis data: (1)Deskripsi fenomena; (2) Identifikasi tema-tema; (3)Mengembangkan noetic/noematic correlates; dan (4) Abstraksi intisari atau universals dari noetic/ noematic correlates.

Robert W. Subjek : sejumlah McGee wajib pajak dari (2006) beragam jenis budaya dan agama dengan mengambilnya bukan dengan wawancara namun dengan pengambilan kesimpulan dari jurnaljurnal yang ada hubungannya dengan jurnal yang ditulis oleh penulis (Robert W McGee) Objek : pandangan etika terhadap penggelapan pajak berdasar pada kejadian realitas pada subjek penelitian.

Pengorganisasian dan analisis data dengan menggunakan: 1)Deskripsi fenomena; (2) Analisis Bingkai (3)Mengembangkan noetic/noematic correlates; dan (4) Abstraksi intisari atau universals dari noetic/ noematic correlates. (5) analisis wacana dan penafsiran teks

tidak beretika dari segi peraturan yang sudah di buat oleh pemerintah, karena peraturan yang dibuat pemerintah tentang pajak sekarang sudah mendekati sempurna. Menurut Kristen penggelapan pajak itu kadang-kadang beretika karena wajib pajak mengetahui arti pajak dan pentingnya pajak tetapi kenyataanya masih banyak aparat melakukan korupsi sehingga masyarakat tidak mau untuk membayar pajak. Penelitian yang dilakukan oleh Robert W McGee melihat penggelapan pajak dari tiga pandangan, yaitu tax evasion is never ethical, Tax evasion is never unethical dan tax evasion may be ethical, ketiga hal ini melihat dengan sudut pandang yang berbeda, yang pertama melihatnya dari sudut pemerintah /politis dan agama, yang kedua melihat dari sudut pandang pemerintah pula namun lebih menjurus ke kewajiban dari wajib pajak tersebut untuk membayar pajak mereka dan yang ketiga melihat berdasarkan apa yang didapatkan itulah yang seharusnya dibayarkan

16

Philip M. J. Reckers, Debra L. Sanders, dan Stephen K. Roark (1994)

Subjek : Penduduk dengan berbagai lintas budaya di Arkansas yang tergabung dalam Arkansas Household Research Panel, sebuah program yang di mengatur di Universitas Arkansas Objek: sebuah kuisioner yang berisi instruksi, kasus pajak, ukuran bebas, pertanyaan dengan mengguanakan skala likert, dan kuesioner setelah eksperimen

Pengujian dilaksanakan dengan uji analisis regresi terhadapa kuesioner yang dibagikan. Penelitian dengan uji eksperimen ini menggunakan skala likert sebagai bentuk skala dalam kuesioner yang dibagikan kepada subjek penelitian

Elia Mustikasari (2007)

Subjek : karyawan bagian perpajakan di perusahaan industri pengolahan kelas menegah dan besar di Surabaya dengan membagikan kuesioner dengan metode random sederhana.

Pengujan analisis yang didasarkan pada hipotesishipotesis yang dibuat oleh peneliti ini mengguanakan analisis statistik dekriptif,

kepada pemerintah dalam bentuk pajak, dan adanya kebulatan suara pada etika penggelapan pajak bahwa tidak aka nada lagi masa mendatang, sehingga pajak harus dilihat berdasarkan sisi positif dan negatifnya dan bukan berdasarkan pandanganpandangan khusus (agama, suku) untuk menentang pembayaran pajak Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa adanya indikasi bahwa kepercayaan moral individu memiliki pengaruh yang signifikan positif pada keputusan kepatuhan pajak, ketika penggelapan pajak dilihar sebagai isu moral, wajib pajak kemungkinan kecil akan menghindari pajak tanpa memperhatikan keadaan pajak. Dilain pihak, wajib pajak yang ridak melihat penggelapan pajak sebagai isu etika dipengaruhi oleh framing factors Kesimpulan yang dapat diambil dari jurnal yang dibuat oleh peneliti ini antara lain tax professional yang memiliki sikap terhadap ketidakpatuhan positif, niat ketidakpatuhan pajaknya tinggi. Pengaruh

17

Objek : kuesioner yang dibagikan yang didalamnya berisi beberapa variabel seperti sikap terhadap ketidakpatuhan pajak, norma subjektif, kewajiban moral, kontrol keperilakuan yang dipersepsikan, persepsi tentang kondisi keuangan, persepsi tentang fasilitas perusahaan, persepsi tentang iklim organisasi, niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh , dan ketidakpatuhan pajak badan

orang sekitar yang kuat mempengaruhi niat tax professional untuk berperilaku patuh. tax professional yang memiliki kewajiban moral yang tinggi , niat ketidakpatuhan pajaknya rendah. Semakin rendah persepsi tax professional atas kontrol yang dimilikinya akan mendorong tax professopnal berniat patuh. Sedangkan untuk variabel persepsi tentang kondisi keuangan, persepsi tentang iklim organisasi, niat tax professional untuk berperilaku tidak patuh , dan ketidakpatuhan pajak badan memiliki pengaruh positif terhadap hipotesisnya sedangkan untuk variabel persepsi tentang fasilitas perusahaan hasil penelitian menyatakan memiliki negatif terhadap komponen variabel didalamnya Pengorganisasian dan analisis data dengan menggunakan: 1)Deskripsi fenomena; (2)Analisis wacana dan penafiran teks Dalam hasil penelitian ini tidak dapat dijelaskan secara eksplisit apakah Negara bagian telah meningkatkan sumber daya audit. Dalam hasilnya ternyata Negara bagian tersebut sudah meningkatkan denda dan

Dwight V. Dension, Ph.D. dan Robert J. Eger III (2000)

subjek: beberapa negara federal bagian selatan Amerika Serikat objek: kebijaksaan Negara bagian daerah selatan Amerika Serikat dalam menerapkan beberapa

18

aturan untuk mengurangi penggelapan pajak bahan bakar kendaraan bermotor dinegara bagian masing-masing dengan melihat dari aspek penerimaan pajak bahan bakar, penalti dan hukuman, kewajiban pajak bahan bakar , dan program bahan bakar celup

hukuman pada kejahatan sipil dan tindak pidana. Penggelapan pajak bahan bakar motor semakin meningkatkan perhatian Negara bagian, dan jurnal ini menguji empat tindakan inisiatif yaitu 1) Mengubah tempat penerimaan pajak bahan bakar dari dealer kepada rack. 2) Mengubah hukuman yang berhubungan dengan pajak bahan bakar motor dari hukuman pidana dengan hukuman ringan menjadi kejahatan tindak pidana golongan berat. 3) Mengadopsi perundangundangan yang menahan petugas perusahaan yang memiliki hutang untuk membayar hutang dan tunduk pada peraturan yang ada, dan 4) implementasi dari program bahan bakar celup.

19

2.3 Rerangka Konseptual


NILAI ETIKA KMK Nomor 235/KMK.03/2003 SPT DAN SSP TAHUNAN 2011 WAJIB PAJAK

PARADIGMA INTERPRETATIF KEPATUHAN WAJIB PAJAK

Dalam rerangka konseptual yang penulis gambarkan diatas , maka peneliti menggunakan KMK Nomor 235/KMK.03/2003 sebagai dasar penelitian ini, hal ini dikarenakan itu merupakan peraturan yang sampai saat ini mengatur mengenai kepatuhan perpajakan. Lalu hasilnya dari kepatuhan itu adalah SPT dan SSP yang disetorkan oleh wajib pajak kepada kantor pajak sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. SPT dan SSP yang disini ditekankan adalah SPT dan SSP Tahunan, bukan SPT dan SSP Masa 2011. Wajib pajak disini dapat wajib pajak badan maupun wajib pajak pribadi maupun wajib pajak bendaharawan asalkan memenuhi kriteria peneliti. Lalu untuk menjembataninya maka digunakanlah paradigma interpretatif sebagai pendekatan pada proposal ini , serta dengan memanfaatkan nilai-nilai etika sebagai fokus pada penelitian etika, dan yang terakhir dibantu dengan kepatuhan wajib pajak yang dilaksankan oleh wajib pajak sehingga membantu pemilihan subjek penelitian.

20

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian
Metode penelitian merupakan suatu pola yang digunakan oleh peneliti

untuk menjawab rumusan masalah yang diajukan. Metode penelitian menjadi sebuah hal yang fundamelntal dalam sebuah penelitian sebab berkaitan erat dengan bagaimana peneliti mengarahkan penelitiannya pada hal yang diteliti Penelitian Etika Penggelapan Pembayaran Pajak Perspektif Kepatuhan Pembayaran Pajak : Sebuah Studi Interpratif menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif karena penggunaan studi interpratif yang melihat pada interaksi antar manusia pada penelitiannya dan bukan pada angka dan statistik Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan setting tertentu yang ada dalam kehidupan riil dengan maksud menginvestigasi dan memahami fenomena apa yang terjadi, mengapa terjadi dan bagaimana terjadinya (Chariri, 2009) Penelitian kualitatif dipilih oleh peneliti selain dikarenakan karakteristik yang memang dibentuk dalam penelitian ini selain itu juga peneliti ingin melihat perilaku etika yang dilaksanakan oleh wajib pajak dalam upaya melaksanakan penggelapan pajaknya, sehingga etika merupakan sesuatu yang tidak dapat diukur dengan angka dan setiap wajib pajak memiliki pemikiran sendiri mengenai etika pajak sehingga pemahaman etika pajak dapat dilaksanakan dengan lebih baik dan pandangan tiap wajib pajak sama Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas sehingga

21

mampu bertanya, menganalisis, dan mengkontruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Paradigma Pendekatan kualitatif untuk penelitian ini adalah paradigma interpretif. Paradigma interpretif didasarkan pada kenyataan bahwa individu (manusia) merupakan mahluk yang secara sosial dan simbolik membentuk dan mempertahakan realita mereka sendiri (Berger dan Luckmann 1967; Morgan dan Smircich ; 1980 dalam Chariri 2009). Penelitian dengan pendekatan ini memfokuskan pada sifat subjektif dari dunia sosial dan berusaha memahaminya dari kerangkan berpikir objek yang sedang dipelajarinya. Jadi fokusnya pada arti individu dan persepsi manusia pada realitas bukan pada realitas independen yang berada diliuar mereka (Ghozali dan Chariri, 2007 dalam Chariri,2009) Ruang lingkup penelitian analisis adalah suatu batasan studi yang menjelaskan fokus studi agar tidak melebar pada masalah yang lain. Penelitian ini membatasi ruang lingkupnya pada wajib pajak kantor pajak pusat surabaya yang dapat dikreteriakan sebagai wajib pajak yang patuh.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian


Seperti yang telah penulis jelaskan pada latar belakang masalah,

penelitian ini akan dilaksanakan di Kantor Pajak Pusat Surabaya di Jalan Jagir Wonokromo No.100-104 Lt. VI dan VIII, Surabaya, penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan awal Desember 2011 . Kantor Pajak Pusat Surabaya dipilih menjadi tempat penelitian dikarenakan merupakan itu adalah kantor pusat pajak di surabaya sehingga mencakup banyak wajib pajak baik pribadi maupun badan serta bendaharawan yang memiliki omset yang besar ataupun laba yang besar pada pendapatannya wajib pajak tersebut. Selain itu alasan dipilihnya bulan September adalah pada bulan tersebut kegiatan pemeriksaan SSP dan SPT tidak sebanyak pada bulan April-Juni tahun ini dikarenakan pada bulan April-Juni fiskus pajak pasti sibuk

22

dengan penerimaan dari SPT dan SSP dari wajib pajak, lalu juga ada konsultasi sebelum penyetoran SPT dan penyerahan SSP kepada fiskus pajak, lalu juga fiskus pajak juga melakuakan pendataan wajib pajak mana saja yang tidak patuh dan mengirim surat kepada alamat dari wajib pajak tersebut, sehingga intensitas kegiatan pada bulan tersebut sangat padat

3.3

Objek dan Subjek Penelitian


Objek penelitian peneliti adalah kejadian realitas pada kantor pusat

pajak surabaya yang memiliki interaksi antara individu dan struktur, dan subjek penelitian adalah wajib pajak patuh yang pernah/telah melaksanakan penggelapan pajak namun selalu patuh peraturan, baik nantinya wajib pajak tersebut ketahuan ataupun tidak dari fiskus akibat tindakan penggelapan yang dilaksanakan tersebut. Subjek penelitian akan dipilih berdasarkan hasil SPT dan SSP yang telah diberikan wajib pajak kepada kantor pajak, dan subjek penelitian merupakan wajib pajak yang patuh dan berdasarkan hasil analisa yang dilaksanakan oleh peneliti, maka hasil SPT dan SSP yang diberikan ternyata ada bagian dari laporan tersebut yang ternyata sengaja digelapkan oleh wajib pajak tersebut, sehingga berdasarkan metode diatas maka peneliti menggunakan metode snowball sampling

3.4

Teknik Penggalian Data


Teknik dari penggalian data yang akan dilaksanakan oleh peneliti harus

sesuai dengan tujuan penelitian pada bab 1, tujuan penelitian ini sendiri adalah Untuk mengetahui pandangan petugas pajak mengenai kemampuan wajib pajak untuk menyetor SSP dan melapor SPT secara tepat waktu berdasarkan gender wajib pajaknya serta Untuk mengetahui pandangan pandangan etika kepatuhan pembayaran pajak terhadap pelaksanaan penggelapan pajak yang terjadi di

23

Kantor Pajak Pusat Surabaya. Sehingga metode-metode yang akan digunakan untuk melaksanakan pengumpulan data adalah: 1. Wawancara Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan informal dalam berbagai situasi dan dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam memberikan informasi, para informan tidak cenderung mengolah atau mempersiapkan informasi tersebut terlebih dahulu, serta dapat memberikan pejelasan apa adanya. Wawancara juga dilakukan secara mendalam dengan para informan 2. Metode dokumenter Selain metode wawancara, peneliti juga menggunakan metode dokumenter sebagai bentuk penelusuran data historis , yang nantinya peneliti akan menggunakan metode ini sebagai bahan pertimbangan peneliti untuk memiliki subjek penelitian yang dipilih, dokumen yang akan diteliti adalah berupa SPT dan SSP tahun 2010 yang diserahkan pada tahun 2011 lalu di kantor pajak pusat surabaya.

3.5

Teknik Pengorganisasian dan Analisis Data


Metode yang digunakan yaitu metode studi kasus/fenomenologi. Studi

kasus adalah salah satu strategi dan metode analisis data kualitatif yang menekankan pda kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. (Bungin ,2008). Keseluruhan data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder, akan diolah dan dianalisis dengan cara menyusun data secara sistematis, digolongkan dalam pola dan tema, dikategorisasikan dan diklasifikasikan, dihubungkan antara satu data dengan data lainnya. Proses analisis tersebut dilakukan secara terus menerus sejak pencarian data di lapangan dan berlanjut ters hingga pada tahap analisis.

24

Tahapan teknik analisis yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah sebagai beikut: 1. Melaksanakan deksripsi atas fenomena penggelapan pajak yang terjadi di kantor pusat pajak surabaya, dan melaksanakan identifikasi penyebab terjadinya. 2.Melaksanakan reduksi data dengan memilih SPT dan SSP tahunan tahun 2011 pada kantor pajak pusat surabaya 3.Mencari data-data tambahan selain dari SPT dan SSP wajib pajak , misalnya berupa catatan-catatan khusus akan subjek wajib pajak yang dipilih oleh peneliti 4.Membuat coding/kode terhadap tanda-tanda yang ada pada data-data yang diperoleh sebelumnya, sehingga dapat dengan mudah

menghubungkannya antara teori yang diperguanakan dengan hasil wawancara yang nantinya diperoleh serta data yang diperoleh dari kantor pajak. Pengkodean ini sebenarnya juga dilaksanakan pada wawancara, sehingga ketika peneliti sudah menyiapkan beberapa pertanyaan kepada subjek peneliti, maka hasil wawancara tersebut akan dihubungkan langsung dengan coding yang sudah disiapkan sebelumya 5.Mengumpulkan data dengan teknik-teknik pengumpulan data yang telah dijelaskan diatas dan sambil melaksanakan analisis terhadap data yang diperoleh dengan teori pendukung Dari hasil evaluasi tersebut, dapat ditarik kesimpulan dan rekomendasi. Penelitian kualitatif sebenarnya melaksanakan analisis data baik pada saat maupun setelah selesai pengumpulan data, sehingga analisis data dapat dilaksanakan ketika peneliti berada dilapangan, proses sistematik ini dimulai dengan adanya reduksi data atau mengurangi data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya (Chariri 2009), dalam hal ini yang akan direduksi adalah SPT dan SSP tahunan tahun 2011 pada kantor pajak pusat surabaya, penelitian kualitatif seharusnya meneliti seusatu
25

yang tulisan dan bukan angka, disini SSP dan SPT berisi angka dan tulisan, dalam hal ini SSP dan SPT dipilih sebagai bentuk pemilihan subjek penelitian selanjutnya, selain SPT dan SSP ada juga cacatan-cacatan tambahan yang dimiliki fiskus pajak mengenai wajib pajak tersebut, seperti apakah wajib pajak tersebut telah terkena hukuman , ataupun denda. Setelah reduksi data dilaksanakan, maka wawancara dengan subjek penelitian yang hasil wawancara tersebut akan jadikan dasar hasil penelitian, hasil wawancara tersebut nantinya akan diberi kode / coding oleh peneliti untuk memudahkan proses analisa data, setelah itu peneliti juga melaksanakan observasi tentang keadaan dan penglihatan terhadap aktivitas yang dilaksanakan wajib pajak ketika membuat SSP dan SPT masa pajak periode tersebut, sehingga semakin memperkuat hasil analisa yang akan dituliskan dalam hasil penelitian peneliti, setelah semua proses telah dilaksanakan maka hasil penelitian dapat dianalisa dengan memberikan kesimpulan yang benar.

3.6

Pengujian Kualitas Data


Pengujian kualitas data yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan

suatu hal yang wajib dilaksanakan supaya hasil dari penelitian yang dilakukan tersebut tidak memberikan hasil yang salah sehingga persepsi pembaca sehingga kesimpulan yang didapatkan juga salah. Pengujian yang dapat dilaksanakan untuk penelitian ini adalah transferability selain dikarenakan menggunakan pendekatan studi kasus, sebenarnya hasil penelitian ini dapat digeneralisasikan namun berupa analytical generalization . selain itu berdasarkan ( Creswell dan Miller (2000), dalam Chariri , 2009)) menjelaskan pula beberapa prosedur yang dapat digunakan untuk menilai kredibilitas hasil penelitian. Beberapa prosedur tersebut antara lain:

26

1. Triangulation Triangulation artinya menggunakan berbagai pendekatan dalam melakukan penelitian. Artinya, dalam penelitian kualitatif, peneliti

dapat menggunakan berbagai sumber data, teori, metode dan investigator agar informasi yang disajikan konsisten. Oleh karena itu, untuk memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian, peneliti dapat menggunakan lebih dari satu teori , lebih dari satu metode (inteview, observasi dan analisis dokumen) 2. Member Checking Member checking dilakuakan dengan cara kembali ke research setting untuk memverifikasi kredibilitas informasi. Langkah yang dilakukan prosedur ini adalah: a) Setiap temuan harus didiskusikan dan dicek validitasnya dengan orang dalam organisasi yang mengetahui fenomena yang diteliti b) Apakah data/ temuan tersebut benar dan diinterpretasikan sama baik oleh peneliti maupun orang lain 3. Prolonged Engagement In The Field Untuk meningkatkan kredibilitas hasil penelitian, peneliti dapat mengalokasikan waktu yang cukup lama di tempat penelitian (biasanya lebih dari 3 bulan, tergantung tujuan penelitian). Langkah ini dapat mengurangi kemungkinan munculnya: a) Observer-caused effect (kondisi yang muncul dilapangan karena keberadaan observer) b) Observer bias (misinterpretation karena keterbatasan data dan pengetahuan ) c) Kesulitan dalam memperoleh akses atas data yang diperlukan

27

DAFTAR PUSTAKA
Bungin,Burhan. 2009.Penelitian kualitatif.Jakarta.Predana Media Group Chariri,Anis. 2009. Landasan Filsafat dan Metode Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan Workshop Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kaulitatif. Laboratorium Pengembangan Akuntansi. 31 Juli 1 Agustus 2009 Christian, Ivan. Perbedaan Antara Penghindaran Pajak (Tax Avoidance), Penyelendupan Pajak (Tax Evasion) Dan Penghematan Pajak (Tax Saving) (Online).http://www.docstoc.com/docs/21572176.01 Juli 2011 Dension,Dwight V, Robert J. Eger III.2000.Tax Evasion from a Policy Pespective : The Case of the Motor Feuls Tax.Public Administration Review.tahun ke 2. No. 60. Hal 163-172 Izza ,Ika Alfi Nur, dan Ardi Hamzah. 2009. Etika Penggelapan Pajak Perspektif Agama : Sebuh Studi Interpretatif. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi XII. Simposium Nasional Akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia. 4-6 November 2009. Kementrian Keuangan RI.2011.Tabel APBN (Online).

www.kementriankeuangan.co.id. 12 Juni 2011 McGee, Robert.W. 2006.Three Views on the Ethics of Tax Evasion.Journal of Business Ethics. No.67.Hal 15-35 Mustikasari, Elia. 2007. Kajian Empiris Tentang Kepatuhan Wajib Pajak Badan di Perusahaan Industri Pengolahan di Surabaya. Makalah disajikan dalam Simposium Nasional Akuntansi X. Simposium Nasional Akuntansi. Ikatan Akuntan Indonesia. 26-28 November 2007 Reckers, Philip M.J, Debra L. Sanders, Stephen J. Roark.1994.The Influence of Ethical Attitudes on Taxpayer Compliance.National Tax Journal.tahun ke-4. Volume 47.Hal 825- 836

28

Republik Indonesia. KMK Nomor 235/KMK.03/2003 tentang Keputusan Kriteria Wajib Pajak Yang Dapat Diberikan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pembayaran Pajak. Jakarta: diperbanyak oleh ortax ---- . UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Keputusan Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta: diperbanyak oleh Salemba Empat Tarjo dan Kusumawati, Indra. 2006. Analisis Perilaku Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Pelaksanaan Self Asssessmnet System : Suatu Studi Di Bangkalan. JAAI.tahun ke-10. No,1. Hal 101-120. Wikipedia.2011. Etika (Online).wikipedia.com. 12 Juni 2011

29

You might also like