You are on page 1of 14

MAKALAH TAKHRIJUL HADITS

(Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Ulum al-Hadits)

Dosen: Misbahudin. M.Th.I

Disusun Oleh: Muhammad Latief Siti Barokah

PROGRAM STUDI TAFSIR HADITS FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SULTAN AMAI GORONTALO 2011

KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT., yang telah menciptakan segala sesuatu lalu

menyempurnakannya, yang kemudian mengutus Rasul-Nya Muhammad SAW. Dengan membawa agama Islam ini, yang tujuan utamanya adalah menyempurnakan dan menjelaskan dengan bahasa yang rasional, lalu kemudian beliau yang mengubah peradaban dari peradaban yang jahiliyah menjadi peradaban yang modern. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. utusan dan manusia pilihan-Nya. Yang dengan perjuangan beliaulah kita sebagai umatnya bisa menikmati dan merasakan keindahan ilmu pengetahuan yang beliau ajarkan kepada kita semua selaku umatnya yang selalu konsisten dan komitmen terhadap ajarannya. Pembahasan dalam makalah ini adalah menguraikan tentang bagaimana Metode-metode Penelitian Hadits, salah satunya adalah Takhrijul Hadits Yang mana mereka mampu membuat sebuah hasil yang sangat gemilang yang kemudian hasil kerja kerasnya dirasakan oleh kita semua. Dalam hal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan makalah ini, kepada seluruh teman pada umumnya dan pada khususnya kepada dosen mata kuliah Ulumul al-Hadits. Penulis sangat menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini. Oleh karena itu, saran dan kritik dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk perbaikan dihari-hari selanjutnya.

Gorontalo, 21 Desember 2011

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PE NGANTAR ........................................................................................... DAFTAR ISI .......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... A. Latar belakang ............................................................................................ B. Rumusan masalah .......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................

i ii 1 1 1
2 2 3 9 11 11

A. Pengertian Takhrij Hadits..........................................................................


B. C.

Metode Men-Takhrij Hadits.............................................................................. Faedah Men-takhrij Hadits................................................................................

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... A. Kesimpulan ..........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, dengan dua sumber hukum yang harus ditaati oleh setiap pemeluknya, yaitu Al-Quran dan Al-Hadist. Al-Quran adalah kalam Allah yang mengandung mujizat, diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., diriwayatkan secara mutawatir, tertulis dalam mushaf dan membacanya bernilai ibadah, diawali dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Al-Hadist adalah segala sesuatu yang berasal dari Nabi Muhammad saw. baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapanya atau persetujuannya yang mana ada sangkut pautnya dengan hukum syariat Islam. 1 Mengingat begitu pentingnya hadist sebagai sumber hukum Islam maka perlu adanya suatu ilmu yang bisa menjelaskan hadist, baik mengenai tentang sanadnya, kualitasnya maupun asal-usulnya. Karena hadits memiliki dua unsur yang secara integral tidak dapat dipisahkan yakni sanad dan matan. 2 Dalam perkembangan keilmuanya kitab-kitab hadist yang menjadi sumber hukum Islam kedua mengalami berbagai masalah terkait dengan sanad, kualitas (tingkatan), maupun asalusulnya. Dari sinilah muncul di antara para ulama yang mulai membicarakan hal ini. Mereka mengutip dalam kitab-kitab dengan merujuk kepada sumbernya, didalamnya juga menyebutkan tentang kualitas ke-shahih-annya. Yang kemudian munculnya kitab-kitab takhrij.3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas terkait dengan takhrij al-hadits, maka penulis dapat merumuskan suatu masalah yaitu sebagai berikut: 1. Apa pengertian dari Takhrij al-Hadits? 2. Bagaimana cara atau metode Mentakhrij Hadits? 3. Apa faedah Mentakhrij Hadits?

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ulumul Hadits, (Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010), h. 2. Ibid., h. 97. Dr. Utang Ranuwijaya, M.A., Ilmu Hadits, (Cet. I; Jakarta: CV. Gaya Media Utama, 1996), h. 111.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Takhrij Hadits 1. Pengertian menurut Bahasa Kata Takhrij, dari kata kharraja, yukharriju, yang secara bahasa mempunyai bermacam-macam arti. Menurut Mahmud ath-Thahhan, asal kata takhrij, ialah:

Berkumpulnya dua hal yang bertentangan dalam satu persoalan.4


Dari sudut pandangan kebahasaan ini, kata takhrij sering diartikan sebagai: a) al-istinbat (mengeluarkan dari sumbernya); b) al-tadrib (latihan); c) al-tawjih (pengarahan); at-taufih (pengarahan, menjelaskan duduk persoalan). 5 Dari sini takhrij al-hadits dapat diartikan yaitu mengeluarkan hadits. Menurut pengertian asal bahasanya, Ibnu manzur mengatakan bahwa takhrij ialah kumpulan dua perkara yang saling berlawanan dalam satu masalah. 6 2. Pengertian secara Terminologi Para ulama Hadits dalam hal ini mengemukakan beberapa definisi, yaitu sebagai berikut: a. Takhrij menurut ulama Hadits adalah sama dengan al-ikhraj, yaitu ibraz al-hadits li annas bidzikri mahrajih (mengungkapkan atau mengeluarkan Hadits kepada orang lain dengan menyebutkan para perawi yang berada dalam rangkaian sanadnya, sebagai yang mengeluarkan Hadits tersebut). Misalnya dikatakan : Hadza Hadits akhrajahu alBukhari (Hadits ini dikeluarkan oleh al-Bukhari). Arti takhrij menurut definisi ini banyak dipakai oleh para ulama dalam mengutip atau menyebutkan suatu Hadits.7 b. Takhrij menurut ulama Hadits yaitu mengungkapkan Hadits yang telah dikemukakan oleh para guru Hadits atau berbagai kitab yang disusun berdasarkan riwayat sendiri, para gurunya atau orang lain, dengan menerangkan periwayatnya dari para penyusun kitabnya dijadikan sumber pengambilannya. 8

Mahmud ath-Thahan, Ushul at-Takhrij wa Dirasah al-Asanid., dikutib oleh Dr. Utang Ranuwijaya, M.A., op. cit., h. 111.
5 6

Ibid., h. 112.

Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, M.A., Menembus Lailatul Qadr; Perdebatan Interpretasi Hadits Tekstual dan Kontektual, (Cet. I; Makassar: Melania Press, 2004), h. 36.
7

Dr. Utang Ranuwijaya, M.A., loc. cit. Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, M.A., loc. cit.

c. Menunjukan asal usul Hadits dan mengemukakan sumbernya dan berbagai kitab Hadits yang disusun oleh para mukharrijnya langsung yakni para periwayat yang juga sebagai penghimpun bagi Hadits yang mereka riwayatkan. 9 d. Takhrij menurut ulama Hadits yang lain yaitu menunjukan asal beberapa Hadits pada kitab-kitab yang ada (kitab induk Hadits) dengan menerangkan hukum atau kualitasnya. 10 Definisi ini dilakukan oleh penyusunnya atau orang lain ingin menyebutkan sumber pengambalin suatu Hadits, seperti diberbagai buku Hadits atau syarahnya. e. Menunjukan letak asal Hadits pada sumbernya, yakni berbagai kitab, yang didalamnya dikemukakan Hadits itu secara lengkap dengan sanadnya masing-masing, kemudian guna kepentingan penelitian maka dijelaskan kualitas Hadits yang bersangkutan. 11 Tampaknya pengertian Takhri al-Hadits yang relevan untuk kegiatan penelitian Hadits lebih lanjut adalah pengertian Hadits lebih lanjut adalah pengertian yang disebutkan terakhir (pada butir e). Bertolak dari pengertian itu, maka yang dimaksud dengan takhrij al-hadits dalam makalah ini adalah penelusuran atau pencarian Hadits pada berbagai kitab sebagai sumber asli dari Hadits, yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan sanad Hadits yang bersangkutan. D. Metode Mentakhrij Hadits Sebelum seseorang melakukan takhrij suatu Hadits, terlebih dahulu ia harus mengetahui metode atau langkah-langkah dalam takhrij sehingga akan mendapatkan kemudahankemudahan dan tidak ada hambatan. Pertama yang dimaklumi adalah bahwa teknik pembukuan buku-buku Hadits yang telah dilakukan oleh para ulama dahulu memang beragam dan banyak sekali macam-macamnya. Diantaranya ada yang secara tematik, pengelompokan Hadits berdasarkan pada tema-tema tertentu seperti kitab Al-Jami Ash-Shahih al-Bukhari dan Sunan Abu Dawud. Diantaranya lagi ada yang didasarkan pada nama perawi yang paling atas yakni para sahabat, seperti kitab musnad Ahmad bin Hambal. Buku lain lagi didasarkan pada huruf permulaan matan Hadits diurutkan sesuai dengan alpabet Arab seperti kitab Al-Jami AshShaghir karya As-Suyuthi dan lain-lain. Semua itu dilakukan oelh para ulama dalam rangka memudahkan umat islam untuk mengkajinya sesuai dengan kondisi yang ada. 12
9

Ibid. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., op. cit., h. 116-117. Prof. Dr. Muhammadiyah Amin, M.A., loc. cit. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., op. cit., h. 119.

10

11

12

Karena banyaknya teknik dalam mengkodifikasikan buku Hadits, maka sangat diperlukan beberapa metode takhrij, yang sesuai dengan teknik buku Hadits yang ingin diteliti. Paling tidak ada 5 metode takhrij dalam arti penelusuran Hadits dari sumber buku Hadits yaitu sebagai berikut.13 a. Takhrij dengan kata (bi al-lafzhi) Metode takhrij pertama ini penelusuran hadits melalui kata/lafal matan Hadits baik dari perlmulaan, pertengahan, atau akhiran. Kamus yang diperlukan metode takhrij adalah salah satunya yang paling mudah adalah kamus Al-Mujam Al-Mufahras li Al-fazh Al-hadits AnNabawi yang disusun oleh A.J. Wensinck dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid. Maksud takhrij dangan kata adalah takhrij dengan kata benda (kalimah isim) atau kata kerja (kalimah fiil) bukan kata sambung (kalimah huruf). Dalam bahasa Arab yang mempunyai asal akar kata 3 huruf. Kata itu diambil dari salah satu bagian dari teks Hadits yang mana saja selain kata sambung/kalimah huruf, kemudian dicari akar kata asal dalam bahasa Arab yang hanya 3 huruf yang disebut dengan fiil tsulatsi. Jika kata dalam teks Hadits yang dicari kata : misalnya, maka harus dicari asal akar katanya yaitu dari kata setelah itu baru membuka kamus bab bukan bab .Demikian juga jika kata yang dicari itu kata maka akar katanya adalah : kamus yang dibuka adalah pada bab bukab bab dan begitu seterusnya. 14 Kamus yang digunakan untuk mencari Hadits adalah kamus Al-Mujam Al-Mufahras li Al-fazh Al-hadits An-Nabawi yang disusun oleh A.J. Wensinck dan kawan-kawannya sebanyak 8 jilid. Beliau adalah seorang Profesor bahasa-bahasa semit termasuk bahasa Arab di Leiden Belanda. Timnya telah berhasil menyusun urutan dengan baik berkat kerja sama dengan Muhammad Fuad Abdul Baqi. 15 Untuk kegiatan takhrij dalam arti kegiatan penulusuran Hadits dapat diketahui melalui periwayatan dalam kitab-kitab yang ditunjuknya. Lafal-lafal Hadits yang dimuat dalam kitab Al-Mujam ini bereferensi pada kitab induk Hadits sebanyak 9 kitab yaitu sebagai berikut : a. Shahih Al-Bukhari dengan diberi lambing: b. Shahih Muslim dengan diberi lambang:

13

Ibid. Ibid. Prof. Dr. M. Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1992),

14

15

h. 49-50.

c. Sunan Abu Dawud dengan lambang: d. Sunan At-tirmidzi dengan lambang: e. Sunan An-Nasai dengan lambang: f. g. h. i. Sunan Ibnu Majjah dengan lambang: sunan Ad-Darimi dengan lambang: Al-Muwattha Malik dengan lambang: Musnad Ahmad dengan lambang: Contoh Hadits yang ingin di-takhrij adalah:


Pada penggalan teks diatas dapat ditelusuri melalui kata-kata yang digaris bawahi. Andaikata dari kata dapat dilihat bab dalam kitab Al-Mujam karena kata itu berasal dari kata .Setelah ditelusuri kata tersebut dapat ditemukan di Al-Mujam juz 1 hlm. 408 dengan bunyi : ,54 39 , 131 , Maksud ungkapan di atas adalah: a. 93 = Shahih Muslim kitab iman nomor urut hadits 93. b. 131 = Sunan Abu Dawud kitab Al-Adab nomor urut bab 131. c. 54 = Sunan At-Tirmidzi kitab sifat al-qiyamah nomor urut bab 54 dan kitab istidzan nomor urut bab I. Pengertian nomor-nomor dalam Al-Mujam secara ringkas dapat dikemukakan sebagai berikut : a. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab pada Shahih Al-Bukhari, Sunan Abu Dawud, Sunan At-Tirmidzi, Sunan An-Nasai, Sunan Ibnu Majah, dan Sunan AdDarimi menunjukan angka bab bukan angka Hadits. b. Semua angka sesudah nama-nama kitab atau bab Shahih Muslim dan Muwattha Malik menunjukan angka urut Hadits bukan angka bab. c. Dua angka yang ada pada kitab Musnan Ahmad angka lebih besar menunjukkan halaman. b. Takhrij dengan tema (bi al-mawdhui) Arti takhrij kedua ini adalah penelusuran Hadits yang didasarkan pada topik, misalnya bab Al-kalam, Al-khadim, Al-Ghusl, Ad-Dhahiyah, dan lain-lain. Seorang peneliti hendaknya sudah mengetahui topik suatu Hadits kemudian ditelusuri melalui kamus Hadits tematik. Salah satu kamus Hadits tematik adalah Miftah min Kunuz As-Sunnah oleh Dr. Fuad Abdul

Baqi, terjemahan dari aslinya bahasa inggris A Handbook of Early Muhammadan karya A.J. Wensinck pula. 16 Dalam kamus Hadits ini dikemukakan berbagai topik berkenaan dengan petunjukpetunjuk Rasulullah maupun berkaitan dengan nama. Untuk setiap topik biasanya disertakan subtopik dan untuk setiap subtopik dikemukakan data Hadits dan kitab yang menjelaskannya. Kitab-kitab yang menjadi referensi kamus Miftah tersebut sebanyak 14 kitab lebih banyak dari pada Takhrij bi Lafdzi diatas yaitu 8 kitab sebagaimana diatas ditambah 6 kitab lain. Masing-masing diberi singkatan yang spesifik yaitu sebagai berikut: a. Shahih Al-bukhari dengan diberi lambang: b. Shahih Muslim dengandiberi nama: c. Sunan abu Dawud dengan diberi lambang: d. Sunan At-Tirmidzi dengan diberi lambang: e. Sunan An-Nasai dengan diberi lambang: f. Sunan Ibnu Majah dengan diberi lambang:

g. Sunan Ad-Darimi dengan diberi lambang: h. Muwattha Malik dengan diberi lambang: i. j. Musnad Ahmad dengan lambang: Musnad Abu Dawud Ath-Thayalisi dengan diberi lambang: Sirah Ibnu Hisyam:

k. Musnad Zaid bin Ali: l. m. Maghazi Al-Waqidi: n. Thabaqat Ibnu Sadim: Kemudian arti singkatan-singkatan lain dipakai dalam kamus ini adalah sebagai berikut: a. Kitab : b. Hadits c. Jus : :

d. Bandingkan (Qabil): e. Bab : f. Shahifah : g. Bagian (qismun): Misalnya ketika ingin men-takhrij Hadits yaitu:


16

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., op. cit., h. 122.

Hadits tersebut temanya shalat malam. Dalam kamus Miftah dicari pada bab Al-Layl tentang shalat malam yaitu d halaman 403. Disana dicantumkan yaitu sebagai berikut: 17 a. 10 - 8 48, 541 1 , 91 b. c. 148-145 -6 26 -5

d. 204 - 2 e. 172 2 f. 21 2 551 g. 13 7 h h. 10 5 9 Diantara kelebihan metode ini, peneliti mengetahui makna Hadits saja tidak diperlukan harus menguasai asal-usul akar kata dan tidak perlu juga mengetahui sahabat yang meriwayatkan. Disamping itu peneliti terlatih berkemampuan menyingkap makna kandungan Hadits. Sedang diantara kesulitannya adalah terkadang peneliti tidak memahami isi kandungan Hadits atau kemungkinan Hadits memiliki topik berganda. 18 3. Takhrij dengan permulaan matan Takhrij dengan menggunakan permulaan matan dari segi hurufnya, misalnya awal suatu matan dimulai dengan huruf mim maka bab yang dicari adalah pada bab mim, ketika diawali dengan huruf ba maka yang dicari bab ba dan seterusnya. Takhrij seperti ini di antaranya dengan menggunakan kitab Al-Jami Ash-Shaghir atau Al-Jami Al-Kabir kitab ini adalah karangan ulama tafsir yaitu Imam Jalaludin Abdurrahman As-Suyuthi yang wafat pada tahun 91 H. 19 Dan Al-Mujam Jami Al-Ushul fi Ahadits ArRasul, karya Ibnu Katsir.20 Misalnya ketika kita ingin mencari hadits populer di tengah-tengah santri dan mahasiswa: Kita buka kitab Al-Jami bab kita temukan pada juz 2 hlm. 54 ada 4 tempat periwayatan disebutkan yaitu sebagai berikut:
17

Ibid., h. 122-123.

18

Abdul Muhdi, Thuruq Takhrij Hadits Rasulullah, yang dikutib oleh Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., Ibid. Drs. M. Agus Solahuddin, M.Ag., dan Agus Suyadi, Lc. M.Ag, Ulumul Hadits, (Cet. 1; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009), h. 195.
20 19

Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., op. cit., h. 118.

10

, ( ) ( ) () ) () () ( ) ( Keterangan lambang-lambang diatas adalah : a. b. c. d. e. : Ibnu Adi dalam kitab Al-Kamil. : Ath-Thabrani dalam kitabnya, Ash-Shaghir, : Al-Katib; : Ath-Thabrani dalam kitabnya Al-Uwsath, : Ath-Thabrani dalam kitab Al-Kabir, : Hadits Shahih.

Dari hasil Takhrij diatas ditemukan bahwa seluruh Hadits hanya menyebutkan sampai tidak ada yang menyebutkan akan tetapi yang beredar selalu menyebutkan seperti itu, mungkin ada rujukan asal dalam kitab Hadits yang dapat dipedomani. 21 4. Takhrij melalui sanad pertama. Takhrij ini menelusuri Hadits melalui sanad yang pertama atau yang paling atas yakni para sahabat atau tabiin. berart peneliti harus mengetahui terlebih dahulu siapa sanadnya dikalangan sahabat atau tabiin. dan dicari dalam kitab-kitab Musnad, seperti Musnad Ahmad bin Hambal, dan sebagainya. Kemudian bagaimana cara men-takhrij sebuah hadits dengan menggunakan metode ini?, berikut contoh Hadits dalam Musnad Ahmad: Sahabat perawi sudah diketahui yaitu Anas bin Malik, terlebih dahulu Anas bin Malik itu dilihat dalam daftar isi sahabat dalam kitab Musnad, maka didapati adanya sahabat Anas pada juz 3 h. 98. Bukalah kitab dan halaman tersebut didalam kitab Musnad Anas, dicari satu persatu hadits yang ingin dicari sampai ditemukan, maka ditemukan pada hlm. 103. Dari pentakhrijan ini dapat dikatakan : Hadits itu ditakhrij oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya Juz 3, h. 103. 22 5. Takhrij dengan sifat. Telah banyak disebutkan sebagaimana pembahasan diatas tentang metode takhrij. Seorang dapat memilih metode mana yang tepat untuk ditentukan sesuai dengan kondisi orang tersebut. Jika suatu Hadits sudah diketahui sifatnya, apakah dia maudu, shahih, hasan, dhaif, qudsi, mursal, dan lain-lain sebaiknya di-takhrij dengan melalui kitab-kitab yang telah menghimpun sifat-sifat tersebut.
21

Ibid., h. 125. Ibid., h.126.

22

11

Misalnya Hadits Maudhu akan lebih mudah di-takhrij dengan melalui kitab-kitab himpunan Hadits Maudhu seperti Al-Mawdhuat karya Ibnu Al-Jauzi, dan sebagainya.23 E. Faedah Men-takhrij al-Hadits Faedah dari pada men-takhrij adalah sebagai berikut: 1. Dapat diketahui kuat atau tidaknya periwayatan akan menambah kekuatan riwayat. Sebaliknya tampa dukungan periwayatanyang lain, kekuatan periwayatannya tidak bertambah.24 2. Mengetahui referensi beberapa buku Hadits. Dengan takhrij seseorang dapat mengetahui siapa perawi suatu Hadits yang diteliti dan di dalam kitab hadits apa saja Hadits tersebut didapatkan. 25 3. Dapat ditemukan status Hadits Shahih atau hasan, dan juga akan diketahui istilah Hadits mutawatir, masyhur, aziz, dan gharib-nya. 26 4. Menguatkan keyakinan bahwa suatu Hadits adalah benar-benar berasal dari Rasulullah yang harus diikuti karena adanya bukti-bukti yang kuat tentang kebenaran Hadits tersebut, baik dari segi sanad maupun matan. 27 5. Memberikan kemudahan bagi orang yang mengamalkan setelah mengetahui bahwa Hadits tersebut adalah makbul (dapat diterima). Sebaliknya, orang juga tidak akan mengamalkan apabila diketahui bahwa Hadits tersebut mardudu (ditolak).28

23

Ibid., h. 127. Drs. M. Agus Solahuddin, M.Ag., dan Agus Suyadi, Lc. M.Ag, op. cit., h. 192. Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., op. cit., h. 118.

24

25

Ahmad Zarkasyi Chumaidy, Takhrij al-Hadits ; Mengkaji dan Meneliti hadits, (Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1990), h. 7.
27

26

Drs. M. Agus Solahuddin, M.Ag., dan Agus Suyadi, Lc. M.Ag., op. cit., h. 192. Ibid.

28

12

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas terkait dengan materi Takhri al-Hadits, maka penulis dapat menyimpulkan yaitu sebagai berikut. Pertama, Kata takhrij memiliki beberapa arti, yaitu pertama, berarti al-istinbath (mengeluarkan dari sumbernya). Kedua berarti at-tadrib (latihan ) ketiga berarti at-taujih (pengarahan, menjelaskan duduk persoalan). Sedangkan menurut istilah Takhrij sama dengan Al-ikhraj yaitu Ibraz Al-Hadits li an-nas bidzikri mahrajih (mengungkapkan atau mengeluarkan Hadits kepada orang lain dengan menyebutkan para perawi yang berada dalam rangkaian sanadnya sebagai yang mengeluarkan hadits). Kedua, Dalam men-Takhrij Hadits dapat dilakukan dengan lima cara atau jalan untuk mentakhrij hadis, yaitu diantaranya: Melalui pengenalan nama sahabat perawi hadis, melalui pengenalan awal lafaz, melalui pengenalan kata-kata yang tidak banyak beredar atau dikenal dalam pembicaraan, melalui pengenalan topik yang terkandung dalam matan hadis dan melalui pengamatan tertentu terhadap apa yang terdapat dalam suatu hadis, baik matan atau sanadnya. Ketiga,yaitu manfaat dari Takhrijul Hadist antara lain memberikan informasi bahwa suatu Hadist termasuk hadist sahih, hasan, ataupun daif, setelah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya, memberikan kemudahan bagi orang yang mau mengamalkan setelah tahu bahwa suatu Hadist adalah hadist makbul (dapat diterima). Dan sebaliknya tidak mengamalkannya apabila diketahui bahwa suatu Hadist adalah mardud (tertolak). Dari uraian ini juga penulis memberikan tambahan terkait dengan manfaat Takhrij yang juga sangat relevan yaitu ketika melakukan Takhrij al-Hadits adalah untuk mengetahui bagaimana para Imam Hadits sangat ketat ketika menilai suatu kualitas Hadits, dan para Imam Hadits juga sangat berhati-hati ketika mengambil suatu Hadits untuk dijadikan pedoman.

13

DAFTAR PUSTAKA
Al-Bani, Muhammad Nashiruddin. Takhrij Kitab Sunnah. Cet. I; Melayu: Najla Press, 2003.

Al-khatib, Muhammad Ajaj. Ushul Hadits; Pokok-Pokok Ilmu Hadits. Cet. I: Jakarta, PT. Gaya Media Pratama, 1998.
Amin , Muhammadiyah. Menembus Lailatul Qadr; Perdebatan Interpretasi Hadits Tekstual dan Kontektual. Cet. I; Makassar: Melania Press, 2004. . Ilmu Hadits. Cet. I; Gorontalo: Sultan Amai Press, 2008. Chumaidy, Ahmad Zarkasyi. Takhrij al-Hadits ; Mengkaji dan Meneliti hadits. Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati, 1990. Ismail , Muhammad Syuhudi. Metodologi Penelitian Hadits Nabi. Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1992. Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadits. Cet. VI; Jakarta: CV. Amzah, 2010. Mudatsir. Ilmu Hadits. Bandung: CV. Pustaka Setia, 1999. Ranuwijaya, Utang. Ilmu Hadits. Cet. I; Jakarta: CV. Gaya Media Utama, 1996.

Rahman, Fazlur, dkk. Wacana Studi Hadits Kontemporer. Cet. I; Yogyakarta:PT. Tiara Wacana, 2002.
Solahuddin, M. Agus., dan Agus Suyadi. Ulumul Hadits. Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2009. Tasbih. Ilmu Hadits; Dasar-dasar Kajian Kontekstual Hadits Nabi SAW. Cet. I; Gorontalo: Sultan Amai Press, 2009.

14

You might also like