You are on page 1of 8

Anggrek hitam asli indonesia / BLACK Orchid (Coelogyne pandurata)

Dikenal dengan nama Anggrek Hitam atau Black Orchid, karena pada lidahnya terdapat warna hitam. Coelogyne pandurata Lindley tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan dan di Philipina di Mindanao, Luzon dan pulau Samar. Pada umumnya tumbuh pada pohon tua, didekat pantai atau di daerah rawa dataran rendah yang cukup panas. Anggrek Hitam ditandai dengan Kelopak bunganya yang berwarna hijau pupus dan lidah bunga yang berwarna hitam sungguh menampilkan sosok bunga anggrek yang eksotis, apalagi jika kita berhasil menjumpai sosok anggrek berbunga indah ini tepat di habitatnya, yaitu di jantung hutan Kalimantan. Warna hitam pada lidah bunga Anggrek Hitam merupakan pembawa sifat hitam yang langka, warna hitam ini menjadi sumber pembawa sifat warna hitam yang di butuhkan oleh para ahli pemuliaan tanaman untuk menghasilkan silangan baru dengan corak warna bunga yang menarik.

Bekantan (Nasalis larvatus) adalah satwa yang tergolong ke daIam ordo Primata, Famili Cercophithe Cidae, Subfamili Coleginae. Satwa ini hidup endemik di Tannan Nasional Gunung Palung dan hutan-hutan di kepulauan Kalmantan. Tidak heran, apabila satwa ini dan Orangutan (Pongo pygmaeus) menjadi satwa primadona Taman Nasional Gunung Palung, sehingga bekantan menjadi logo resmi dan narna buletin Balai Taman Nasional Gurtung Palung (Nasalis). Bekantan disebut sebagai Kera Belanda, karena memiliki hidung yang menonjol agak lebar menggantung kedepan seperti hidung orang belanda. Selain itu binatang ini disebut juga Bakara, Hakau, Rasung, Pika, Batangan atau dalam bahasa inggris biasa disebut Proboscis Monkey. Selain mempunyai hidung yang panjang, Bekantan juga mempunyai morfologi yang khas yaitu mempunyai selaput diantara jari kaki dan tangan serta sistem pencenaan yang sama dengan rusa, jerapah. sapi, domba. dan kambing yang disebut Rominansia, dan juga mempunyai sistem sosial yang unik dihabitatnya.

Tenun ikat Doyo merupakan salah satu kerajinan khas Dayak Benuaq, suku Dayak yang tinggal di Tanjung Isuy, Kalimantan Timur. Tenun ikat Doyo terbuat dari serat Doyo yang ditenun menggunakan alat tenun tradisional dari kayu. Doyo merupakan tanaman yang menyerupai palem dan tumbuh subur di daerah Tanjung Isuy. Karena serat daunnya cukup kuat, warga Dayak Benuaq mengolah serat Doyo ini menjadi benang. Dengan menggunakan alat tenun tradisional, benang itu kemudian ditenun menjadi tenun ikat Doyo. Jamnah, salah seorang pengrajin tenun ikat Doyo dari Kalimantan Timur mengatakan untuk membuat selembar kain tenun ikat Doyo tidaklah mudah dan membutuhkan proses yang cukup panjang. Pertama, daun Doyo yang panjangnya mencapai satu hingga satu setengah meter terlebih dahulu dipotong dan direndam di dalam air bersih selama beberapa waktu. Setelah daging daun Doyo itu hancur, barulah serat daunnya diambil dan dikeringkan. Setelah kering, barulah serat Doyo itu dipelintir menjadi benang kemudian ditenun dengan menggunakan alat tenun tradisional. Warga Dayak Benuaq di Tanjung Isuy menyebut alat tenun itu dengan nama Pemanyu. Satu persatu benang dari serta itu ditenun mengikuti motif tenun yang diinginkan.

Rumah Lamin Rumah Lamin berbentuk panggung setinggi 3 meter dari tanah dan dihui 25 hingga 30 kepala keluarga. Ujung atap rumah ini diberi hiasan kepala naga sebagai simbol keagungan, budi luhur, dan kepahlawanan. Halaman rumahnya diisi oleh patung-patung Blontang yang menggambarkan dewa-dewa sebagai penjaga rumah atau kampung. Rumah Lamin terbagi atas ruangan dapur, tidur, dan ruangan tengah guna menerima tamu atau pertemuan adat. Tangga untuk naik ke dalam rumah terbuat dari kayu pohon. Bentuk tangga ini tidak berbeda antara rumah para bangsawan dan rakyat biasa.
Dinding rumah lamin terbuat dari kayu yang diselingi daun rumbia. Sementara itu, kolong rumah panggung ini digunakan untuk memilihara ternak.

West Kalimantan
The nick name land of equtor earned by this province is contributed by the geographic position of its capital , Pontianak , which lies exactly on the equator . covering an area of 146,807 square km, the province has swampy low plains containing many .

Suku Dayak di Kalimantan Barat ini mulai mengenal pakaian yang disebut king baba (king = cawat; baba = laki-laki) untuk laki-laki, dan king bibinge untuk perempuan (bibinge = wanita). Pakaian tersebut terbuat dari kulit kayu yang diproses hingga menjadi lunak seperti kain. Kulit kayu yang bisa difungsikan sebagai kain untuk membuat cawat, celana, baju, clan selimut itu disebut kapua atau ampuro. Masyarakat Dayak pun mengenal teknik menenun untuk membuat busana. Bahkan hingga kini masyarakat Dayak dikenal sebagai penenun yang terampil. Dulu, yang ditenun adalah serat benang yang dihasilkan dari kulit pohon tengang. Warna dasar serat yang kuat yang dihasilkan adalah warna coklat muda. Untuk memperoleh warna hitam atau merah hati, warna yang dominan pada tenunan tradisional Dayak, serat tengang itu dicelup dengan getah pohon yang dilarutkan dalam air. Tenunan yang beredar sekarang dengan warna-warna kuning, merah muda, putih, dsb, dibuat dari benang kapas yang diperoleh dari luar daerah. Kini telah sangat jarang dijumpai tenunan yang dibuat dari serat tengang sehingga busana adat masyarakat Taman pun menggunakan tenunan benang kapas.

Taman Wisata Alam Bukit Kelam


Luas : 520 Ha Letak : Kabupaten Sintang Penunjukan kawasan : Tahun 1992 Taman Wisata Alam Bukit Kelam merupakan salah satu di antara dua kawasan konservasi yang berstatus Hutan Wisata Alam. Terletak di Kabupaten Sintang, 15 Km dari Kota Sintang. ASSESIBILITAS Pencapaian kawasan dapat dengan mudah dilakukan dengan menggunakan kendaraan umum (Bus) atau kendaraan pribadi. POTENSI WISATA

Sebagai kawasan Hutan Wisata, keberadaan obyek rekreasi dan wisata menjadi peranan penting untuk menghadirkan pengunjung. Beberapa obyek menarik tersebut adalah panorama alam yang menampakkan sebuah tebing terjal setinggi 600 meter yang diselingi hutan lebat di kaki gunung dan puncaknya, terdapat pula air terjun dan gua alam. Flora yang paling unik di dalam kawasan ini adalah terdapatnya jenis Kantong Semar Merah (Nephentes sp) yang merupakan tumbuhan endemik kawasan ini. FASILITAS WISATA Dalam rangka pengembangan dan pengadaan sarana wisata kawasan, Sub Balai Konservasi Sumber Daya bekerjasama dengan pihak Pemerintah Daerah Tingkat II Sintang, membangun beberapa fasilitas: 1. Jalur wisata permanen yang dapat dengan mudah dipergunakan oleh pengunjung untuk mencapai obyek-obyek di dalam kawasan. 2. Sebuah bangunan permanen yang telah disiapkan sebagai balai pertemuan dan pusat informasi kawasan. Dalam pengembangan kawasan ini lebih lanjut akan diupayakan penyediaan prasarana dan sarana pendukung kegiatan rekreasi dan wisata seperti Program Interpretasi Kawasan, papan petunjuk dan himbauan pelestarian kawasan dan pemandu yang akan membantu menghubungkan obyek dan pengunjung.

You might also like