You are on page 1of 39

BAB 1 PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan masa yang pasti akan dilalui oleh setiap manusia. Pada masa ini orang akan lebih banyak mengalami perubahan menuju masa degeneratif dan ini terjadi secara fisiologis dalam kehidupan, baik pada tubuhnya maupun fungsi kehidupannya dan ini bisa berupa psikis maupun fisik. Perubahan fisik yang terjadi antara lain pada seluruh sistem tubuh lainnya misalnya sistem penglihatan , kulit, sistem respirasi, sistem kardiovaskuler,dll. Perubahan psikis adalah perubahan proses pada mental. Perubahan tersebut tentunya akan membawa dampak baik positif maupun negatif. Jika perubahan ini tidak mendapatkan persiapan dengan baik dan tepat dapat membawa dampak negatif baik fisik maupun psikis. Beberapa kemungkinan yang terjadi secara fisik berupa timbulnya penyakit yaitu hipertensi, nyeri tulang/reumatik dll. Sedangkan pada psikisnya dapat mengalami sedih dan sengsara yang seharusnya lansia itu hidup tenang dan damai. Hal ini dapat diakibatkan karena faktor internal (berasal dari individu sendiri seperti merasa tidak dibutuhkan dan diasingkan). Faktor eksternalnya berasal dari stressor lingkungan (keluarga dan penyakit dari lingkungan). Lansia merupakan salah satu dari area dalam keperawatan dimana keperawatan pada lansia ditujukan agar lansia dapat hidup damai, bahagia, sejahtera baik fisik maupun mental dengan melakukan kegiatan positif bagio lansia. Misalnya di Kelurahan Merjosari 1 tahun yang lalu pernah terbentuk posyandu lansia yang diadakan 1 bulan sekali. Awalnya posyandu lansia didatangi kurang lebih 50 orang lansia, tetapi lambat laun jumlah posyandu lansia semakin berkurang dan akhirnya vakum sampai saat ini. Hal ini terjadi karena kurang efektifnya peserta dan kader posyandu lansia. Faktor lainnya karena jarak rumah dengan tempat diadakan posyandu lansia cukup jauh. 1.2 Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup keperawatan, keterbatasan pengetahuan dan waktu yang diberikan, maka penulis membatasi permasalahan pada Asuhan Keperawatan Keluarga.

1.3

Tujuan Penulisan Penulis mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan

1.3.1 Tujuan Umum keperawatan keluarga dengan lansia melalui pendekatan proses keperawatan. 1.3.2 Tujuan Khusus 1) Mampu melakukan pengkajian pada salah satu anggota keluarga dengan lansia. 2) Mampu menentukan masalah dan menentukan prioritas dari masalah keperawatan yang ditemukan. 3) Mampu menentukan intervensi dan melakukan tindakan perawatan sampai dengan tingkat masalah dari keluarga. 4) Mampu mengadakan evaluasi melalui catatan perkembangan agar dapat dipantau keberhasilan intervensi yang sudah dilakukan. 1.4 Manfaat Penulisan 1) Bagi STIKES, peningkatan upaya penerapan ilmu keperawatan dalam situasi nyata sebagai bentuk pengabdian bagi masyarakat. 2) Bagi Puskesmas, meningkatkan pencapaian program posyandu serta kesehatan ibu dan anak melalui Asuhan Keperawatan Keluarga. 3) Bagi mahasiswa, dapat melatih kemampuan melakukan perawatan keluarga dan menambah kompetensi dalam melakukan Asuhan Keperawatan Keluarga. 4) Bagi pembaca, dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam membuat Asuhan Keperawatan Pada Keluarga.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Konsep Keluarga Definisi Keluarga Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak, kakek dan nenek ( Reinser, 1980 ) Keluarga adalah sebuah sistem sosial dan sebuah kumpulan beberapa komponen yang saling berinteraksi satu sama lain ( Logans, 1979 ) Keluarga adalah sebagaimana sebuah kesatuan yang kompleks dengan atribut yang dimiliki tetapi terdiri dari beberapa komponen yang masing-masing mempunyai arti sebagaimana unit individu ( Gillis, 1983 ) Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang mempunyai hubungan darah yang sama atau tidak, yang terlibat dalam kehidupan yang terus menerus, yang tinggal dalam satu atap, yang mempunyai ikatan emosional dan mempunyai kewajiban antara satu orang dengan orang yang lainnya ( Johnsons, 1992 ) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dengan anaknya, atau ibu dengan anaknya ( BKKBN, 1992 ) 2.1.2 Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan / BKKBN (1996), tahapan keluarga sejahtera terdiri dari: 1. Prasejahtera Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB 2. Sejahtera I Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan transportasi 3. Sejahtera II Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan sosial psikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan

pengembangan, seperti kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi 4. Sejahtera III Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan berperan aktif dalam kegiatan masyarakat 5. Sejahtera III plus Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan pengembangan, dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi. 2.1.3 Ciri-ciri keluarga menurut Stanhope dan Lancaster (1995): 1. Diikat dalam suatu tali perkawinan 2. Ada hubungan darah 3. Ada ikata batin 4. Ada tanggung jawab masing-masing anggota 5. Ada pengambilan keputusan 6. Kerjasama diantara anggota keluarga 7. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga 8. Tinggal dalam satu rumah 2.1.4 Tipe / Bentuk Keluarga 1) 2) The Nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah. 3) Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan anak yang sudah memisahkan diri 4) The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah mengejar karier/pendidikan yang terjadi pada wanita 4 dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena

1. Tradisional

5)

The extended family Keluarga yang terdiri dari dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah, seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua (kakek-nenek), keponakan

6)

The single parent family Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hokum pernikahan)

7)

Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja di luar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pad saat weekend

8)

Multigenerational family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah.

9)

Kin-network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama (contoh: dapur, kamar mandi, televisi, telepon,dll)

10)

Blended family Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya.

11)

The single adult living alone/single adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (perceraian atau ditinggal mati)

2. Non-Tradisional 1) The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah 2) 3) The stepparent family Keluarga dengan orang tua tiri Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama. 5

4)

The nonmarital heterosexsual cohabiting family Keluarga yan ghidup bersamaberganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan

5)

Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana marital pathners

6)

Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan pernikahan karena beberapa alasan tertentu

7)

Group-marriage family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang saling merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu termasuk sexsual dan membesarkan anak.

8)

Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab membesarkan anaknya

9)

Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

10)

Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11)

Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

2.1.5

Struktur dan Fungsi Keluarga 1) 2) Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi) Struktur yang hangat, menerima dan toleransi 6

1. Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur :

3) 4) 5) 6) 7) 8) a.

Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity) Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturan Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes) Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar) Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman) Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional) Pola dan Proses Komunikasi Komunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah: 1). Karakteristik pengirim yang berfungsi

2. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas :

a. b. c. d.

Yakin ketika menyampaikan pendapat Jelas dan berkualitas Meminta feedback Menerima feedback 2). Pengirim yang tidak berfungsi a. Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif) b. Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya) c. Jugmental exspressions, yaitu yang ucapan tidak yang didasari memutuskan/menyatakan sesuatu

pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: kamu ini bandel, kamu harus d. e. a. b. c. Tidak mampu mengemukakan kebutuhan Komunikasi yang tidak sesuai 3). Karakteristik penerima yang berfungsi Mendengar Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman) Memvalidasi

4). Penerima yang tidak berfungsi a. b. c. d. e. a. b. c. d. a. b. c. d. e. f. g. h. b. Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar Diskualifikasi, contoh : iya dech..tapi. Offensive (menyerang bersifat negatif) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi) Kurang memvalidasi 5). Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira Komunikasi terbuka dan jujur Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga Konflik keluarga dan penyelesaiannya 6). Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi Kurang empati Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri Tidak mampu memfokuskan pada satu isu Komunikasi tertutup Bersifat negatif Mengembangkan gosip Struktur peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suami atau anak. Perilaku peran : 1) Peranan ayah : pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 2) Peranan ibu : mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, serta bisa berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga. 3) Peranan anak : melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual 8

c. Struktur kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif. Tipe struktur kekuatan : a. Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak) b. Referent power (seseorang yang ditiru) c. Resource or expert power (pendapat ahli) d. Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima) e. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya) f. Informational power (pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi) g. Affective power (pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual) Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti : a. Konsensus b.Tawar menawar atau akomodasi c.Kompromi atau de facto d.Paksaan d. Nilai-nilai keluarga Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu pedoman perilaku dan pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. B. Fungsi Keluarga Friedman (1992) menggambarkan fungsi sebagai apa yang dilakukan keluarga. Fungsi keluarga berfokus pada proses yang digunakan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga tersebut. Proses ini termasuk

komunikasi diantara anggota keluarga, penetapan tujuan, resolusi konflik, pemberian makanan, dan penggunaan sumber dari internal maupun eksternal. Tujuan reproduksi, seksual, ekonomi dan pendidikan dalam keluarga memerlukan dukungan secara psikologi antar anggota keluarga, apabila dukungan tersebut tidak didapatkan maka akan menimbulkan konsekuensi emosional seperti marah, depresi dan perilaku yang menyimpang. Tujuan yang ada dalam keluarga akan lebih mudah dicapai apabila terjadi komunikasi yang jelas dan secara langsung. Komunikasi tersebut akan mempermudah menyelesaikan konflik dan pemecahan masalah. Fungsi keluarga menurut Friedman (1992) adalah : 1) Fungsi afektif dan koping Keluarga memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk identitas dan mempertahankan saat terjadi stress. 2) Fungsi sosialisasi Keluarga sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping, memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah. 3) Keluarga 4) Fungsi reproduksi melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan. Fungsi ekonomi Keluarga memberikan finansial untuk anggota keluarganya dan kepentingan di masyarakat 5) Keluarga Fungsi fisik memberikan keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit. Fungsi keluarga menurut Allender (1998): 1. Affection 1). Menciptakan suasana persaudaraan/menjaga perasaan 2). Mengembangkan kehidupan seksual dan kebutuhan seksual 3). Menambah anggota baru 2. Security and acceptance 1). Mempertahankan kebutuhan fisik 2). Menerima individu sebagai anggota

10

3. Identity and satisfaction 1). Mempertahankan motivasi 2). Mengembangkan peran dan self image 3). Mengidentifikasi tingkat sosial dan kepuasan aktivitas 4. Affiliation and companionship 1). Mengembangkan pola komunikasi 2). Mempertahankan hubungan yang harmonis 5. Socialization 1). Mengenal kultur (nilai dan perilaku) 2). Aturan/pedoman hubungan internal dan eksternal 3). Melepas anggota 6. Controls 1). Mempertahankan kontrol sosial 2). Adanya pembagian kerja 3). Penempatan dan menggunakan sumber daya yang ada Fungsi keluarga menurut BKKBN (1992) : 1. Fungsi keagamaan : memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini. 2. Fungsi sosial budaya : membina sosialisasi pada anak, membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. 3. Fungsi cinta kasih : memberikan kasih sayang dan rasa aman, memberikan perhatian diantara anggota keluarga 4. Fungsi melindungi : melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman 5. Fungsi reproduksi : meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga 6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan : mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak, bagaimana keluarga mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik 7. Fungsi ekonomi : mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa datang 11

8. Fungsi pembinaan lingkungan Fungsi keluarga dengan usila Fungsi keluarga harus dimodifikasi untuk mengetahui kebutuhan yang spesifik pada usila dan memfokuskan pada : 1. Memperhatikan kebutuhan fisik secara penuh 2. Memberikan kenyamanan dan support 3. Mempertahankan hubungan dengan keluarga dan masyarakat 4. Menanamkan perasaan pengertian hidup 5. Manajemen krisis C. Sistem Keluarga Keluarga dipandang sebagai system sosial terbuka yang ada dan berinteraksi dengan sistem yang lebih besar (suprasistem) dari masyarakat (misal: plitik, agama, sekolah dan pemberian pelayanan kesehatan). System keluarga terdiri dari bagian yang saling berhubungan (anggota keluarga) yang membentuk berbagai macam pola interaksi (subsistem). Seperti pada seluruh sistem, sistem keluarga mempunyai dua tujuan baik impisit maupun eksplisit, yang berbeda berdasarkan tahapan dalam siklus hidup keluarga, nilai keluarga dan kepedulian individual anggota keluarga. Karakteristik dari sistem keluarga (sistem terbuka): a. Komponen: dalam suatu keluarga masing-masing anggota mempunyai sifat interdependensi, interaktif dan mutual. b. Batasan : dalam suatu keluarga pasti adanya batasan (filter) yang digunakan untuk menyeleksi informasi yang masuk dan keluar. Batasan masing-masing keluarga akan berbeda tergantung dari beberapa faktor seperti : sosial, budaya, ekonomi,dll. c. Keberadaan : keluarga merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yaitu masyarakat d. Terbuka (batas yang permeable) dimana di dalam keluarga terjadi pertukaran antar sistem e. Mempunyai : masing-masing keluarga mempunyai organisasi/struktur yang akan berpengaruh di dalam fungsi yang ada dari anggotanya. D. Tumbuh Kembang Keluarga Keluarga sebagaimana individu berubah dan berkembang setiap saat. Masingmasing tahap perkembangan mempunyai tantangan, kebutuhan, sumber daya

12

tersendiri, dan meliputi tugas yang harus dipenuhi sebelum keluarga mencapai tahap yang selanjutnya. Menurut Duval tahap perkembangan keluarga adalah sebagai berikut : a. Tahap pembentukan keluarga Dimulai dari pernikahan yang dilanjutkan dengan membentuk rumah tangga b. Tahap menjelang kelahiran anak Tugas utama untuk mendapat kan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan c. Tahap menghadapi bayi Keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini kehidupan bayi sangat tergantung pada kedua orangtuanya. d. Tahap menghadapi anak prasekolah Pada tahap ini anak mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebayanya, tetapi sangat rawan dengan masalah kesehatan. Anak sensitif terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, normanorma agama, norma-norma sosial budaya. e. Tahap menghadapi anak sekolah Tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak. f. Tahap menghadapi anak remaja Tahap ini paling rawan, karena pada tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan. g. Tahap melepas anak ke masyarakat Melepas anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga

13

h.

Tahap berdua kembali Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress.

i.

Tahap masa tua Tahap ini masuk ke tahap lansia, dan kedua orang tua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia fana ini. Mc Goldrick dan Carter (1985) mengembangkan model tahap

kehidupan keluarga yang didasari oleh ekspansi, kontraksi, dan penyusunan kembali (realigment) dari hubungan keluarga yang memberikan support terhadap masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Model ini diberikan dengan menggunakan aspek emosional, transisi, perubahan dan tugas yang diperlukan untuk perkembangan keluarga. Tahap lingkaran kehidupan keluarga : Proses emosional transisi, perubahan status keluarga yang dibutuhkan untuk perkembangan keluarga dengan anak dewasa yang belum menikah a. Menerima pemisahan dengan orang tua b. Mengembangkan hubungan saudara yang intim c. Pemisahan dengan keluarga d. Mampu bekerja sendiri Keluarga yang baru menikah Komitmen dengan sistem baru 1) 2) Membentuk sistem keluarga Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family dan teman-teman Keluarga dengan anak muda/anak yang masih kecil Menerima generasi baru dari anggota yang ada dalam sistem 1) 2) 3) Mengambil peran orangtua Menyusun kembali hubungan dengan ekstended family terhadap peran orangtua dan kakek nenek Menyediakan tempat untuk anaknya ketergantunga anak 1) Perubahan hubungan orang tua-anak dari masuk remaja ke arah dewasa 14 Keluarga dengan anak remaja Meningkatkan fleksibilitas keluarga dari

2) Memfokuskan kembali pada masa mencari teman dekat dan karir 3) Memulai perubahan perhatian untuk generasi yang lebih tua Keluar dan pindahnya anak-anak, Menerima sistem yang keluar dan masuk dalam jumlah yang banyak ke dalam kelurga 1) Membicarakan kembali sistem perkawinan sebagai keluarga 2) Mengembangkan hubungan orang dewasa ke orang dewasa diantara anak-anak yang sudah besar dengan orang tua 3) Menyesuaikan hubungan termasuk kepada menantu dan cucu 4) Menerima ketidakmampuan dan kematian dari orang tua (kakek/nenek) Keluarga lansia Menerima perubahan dari peran generasi 1) Mempertahankan diri sendiri dan atau pasangan dalam fungsi dan minat dalam menghadapi penurunan fisiologis, eksplorasi terhdap keluarga baru dan pilihan peran sosial 2) Mendukung pertengahan 3) Membuat ruang sistem untuk hal-hal yang bijaksana dan pengalaman pada saat dewasa akhir, mendukung generasi yang lebih tua tanpa memberikan fungsi yang berlebihan kepada mereka 4) Menerima kehilangan pasangan, sibling, dan teman sebaya dan mempersiapkan untuk kematian diri sendiri, menerima dengan pandangan dan keutuhan Tahap perkembangan keluarga menurut Spradley: 1 Pasangan baru (keluarga baru) 1) 2) 3) 4) 5) Membina hubungan dan kepuasan bersama Menetapkan tujuan bersama Mengembangkan keakraban Membina hubungan dengan kelaurga lain, teman, kelompok sosial Diskusi tentang anak yang diharapkan 1) Persiapan untuk bayi 2) Role masing-masing dan tanggung jawab 3) Persiapan biaya 15 lebih banyak peran sentral untuk generasi

2 Child bearing (menanti kelahiran)

4) Adaptasi dengan pola hubungan seksual 5) Pengetahuan tentang kehamilan, persalinan dan menjadi orang tua 3 Keluarga dengan anak pra-remaja 1) 2) 3) 1) 2) 3) 4) 5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan keluarga Merencanakan kelahiran anak kemudian Pembagian tanggung jawab dengan anggota keluarga Menyediakan aktivitas untuk anak Biaya yang diperlukan semakin meningkat Kerjasama dengan penyelenggara kerja Memperhatikan kepuasan anggota kelaurga dan pasangan Sistem komunikasi keluarga 1) Menyediakan fasilitas dengan kebutuhan yang berbeda 2) Menyertakan remaja untuk tanggung jawab dalam keluarga 3) Mencegah adanya gap komunikasi 4) Mempertahankan filosuf hidup dalam keluarga 6 Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan) 1) Penataan kembali fasilitas dan sumber-sumber 2) Penataan kembali tanggung jawab antar anak 3) Kembali suasana suami istri 4) Mempertahankan komunikasi terbuka 5) Meluasnya keluarga dengan pelepasan anak dan mendapatkan menantu 7 Keluarga dengan usia pertengahan 1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan 2) Tanggung jawab semua tugas rumah tangga 3) Keakraban pasangan 4) Mempertahankan kontak dengan anak 5) Partisipasi aktivitas sosial 8 Keluarga dengan usia lanjut 6) Persiapan dan menghadapi masa pensiun 7) 9) Kesadaran untuk saling merawat 8) Persiapan suasana kesepian dan perpisahan Pertahankan kontak dengan anak cucu 10) Menemukan arti hidup 11) Mempertahankan kontak dengan masyarakat 16

4 Keluarga dengan anak sekolah

5 Keluarga dengan anak remaja

9 Keperawatan Kesehatan Keluarga Health care activities, health beliefs, and health values merupakan bagian yang dipelajari dari sebuah keluarga. Sehat dan sakit merupakan bagian dari kehidupan, perilaku individu menunjukkan sebagaimana anggota keluarga yang harus dipelajari. Friedman (1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan yang terpusat pada keluarga (family-centered nursing care), yaitu : 1) Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya (interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit. 2) Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya, maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan keperawatan 3) 4) Tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikant dengan aktivitas di dalam promosi kesehatannya Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang sama di dalam anggota yang lainnya Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan, pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan superspesialisasi dalam pengobatan, maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara penyampaian berubah dari orientasi rumah sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit ke kesehatan dan dari orientasi pengobatan ke pencegahan dan peningkatan kesehatan. Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga dan tingkat community atau masyarakat.

17

Tingkat individu Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus tertentu, pasien dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan memperhatikan atau tanpa memberi perhatian kepada keluarga atau masyarakat dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan masalah. Tingkat keluarga Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang dimaksud keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka perawat akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan ayah berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll. Tingkat masyarakat Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat mengandung arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek perawatan adalah kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan kesehatan, misalnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera Beban kasus keluarga Beban kasus keluarga (family case load) adalah jumlah macam kasus dalam keluarga yang dipelihara/dibina oleh seorang perawat dalam jangka waktu tertentu. Pada umumnya keluarga yang ditangani oleh perawat adalah keluarga-keluarga yang mempunyai masalah dan kebanyakan keluarga ini adalah keluarga dengan penghasilan yang rendah. Hal ini akan dimengerti karena kebutuhan akan pelayanan dan bimbingan perawatan lebih tinggi pada kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah,. Dalam pemberian perawatan keluarga pengambilan keputusan tetap pada keluarga. Perawat hanya membantu keluarga dalam mendapatkan keterangan dan pandangan yang realistik terhadap masalah keunggulan dan kelemahan tiap tindakan 18

yang mereka hadapi. Sehingga semua penentuan kebijakan dan keputusan adalah hak, kewajiban dan tanggung jawab keluarga, dimana perawat hanya memfasilitasinya. Tugas kesehatan keluarga Seperti individu, keluargapun mempunyai cara-cara tertentu untuk mengatasi masalah kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit atau sakit terus menerus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan akan berkurang. Dalam perawatan kesehatan keluarga, kata-kata mengatasi dengan baik, diartikan sebagai kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatannya sendiri. Tugas kesehatan keluarga menurut Friedman adalah : 1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga. Ini ada hubungannya dengan kesanggupan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan pada setiap anggota keluarga. 2) 3) 4) 5) Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit, yang tidak dapat membantu diri karena cacat atau usianya terlalu muda Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan. Ini menunjukkan pemanfaatan dengan baik akan fasilitas-fasilitas kesehatan Peran perawat keluarga Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai berikut: 1) Pendidik 2) Koordinator 3) Pelaksana 4) Pengawas kesehatan 5) Konsultan 19

6) Kolaborasi 7) Fasilitator 8) Penemu kasus 9) Modifikasi lingkungan. 2.2 Konsep Lansia 2.2.1 Definisi Aging merupakan proses biologis yang tidak dapat dihindarkan. Dalam terminologi umum, menua (aging) mudah dimengerti oleh kebanyakan individu. Akan tetapi dalam terminologi biologi, aging sulit untuk didefinisikan, karena proses anging jauh lebih kompleks dari sekedar bertambahnya usia. Oleh sebab itu berbagai usaha telah dicoba untuk mendefinisikan aging dan berbagai teori mengenai aging telah dikemukakan oleh para sarjana. Menurut Paris Constantinides, 1994: Aging adalah hilangnya kemampuan jaringan tubuh kita secara graduil untuk dapat memperbaharui dirinya sendiri, mempertahankan struktur dan fungsinya secara normal. Ketahanannya terhadap injury (termasuk infeksi)dan untuk memperbaiki kembali kerusakan yang dialaminya tidak seperti pada saat kelahirannya. 2.2.2 Teori Proses Menua (Aging Proses) Menurut Kane RL. Aouslander JG & Abrass I, 1989, terdapat dua mekanisme yang merupakan dasar mekanisme utama pada proses penuaan seluler. Pertama adalah konsep yang berdasarkan ketidakstabilan genetik dan kedua kerusakan sel akibat pengaruh faktor interna dan eksterna. Kedua mekanisme ini berperan di dalam proses penuaan. I. Teori-teori Aging menurut Kane et al, 1989 TEORI Seluler Autoimun MEKANISME Ketidakstabilan genetik Kerusakan seluler Genetik Lingkungan Neuroendokrin Endokrin Kontrol neural/endokrin aktivitas Gene MANIFESASI Kesalahan mengkopi Wear and Tear toksin Cell mediated immunity Penyakit autoimun Keganasan Multiple end organ effects

2.2.3

Teori Biologis 20

1) Teori Genetik/Teori Clock Teori ini merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa di dalam tubuh terdapat jam biologis yang mengatur gen dan menentukan jalnnya proses penuaan. Setiap species mempunyai jam biologis sendiri dan masing-masing spesies mempunyai batas usianya. Teori genetik mengakui adanya mutasi somatik (somatic mutation) yang mengakibatkan kegagalan atau kesalahan di dalam penggandaan deoxyribonucleic acid (DNA). Sel tubuh sendiri membagi diri maksimal 50 kali (Haylick Limit) 2) Teori Non Genetik Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri dari berbagai teori seperti: a. Teori Radikal Bebas Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Harman, 1955 dan secara sederhana radikal bebas yang terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor, rokok, zat pengawet makan, radiasi sinar ultraviolet mengakibatkan kerusakan acak yang tidak spesifik pada makromolekul (enzim dan protein, asam lemak tidak jenuh, fosfolipid, DNA serta kerusakan seluler yang serupa dengan ciri-ciri aging) b. Teori Cross Link (Cross Link Theory) Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi jaringan, mengakibatkan terbentuknya jaringan yang kaku pada proses penuaan. c. Teori kekebalan (Immunologic Theory) Teori ini menjelaskan bahwa perubahan pada jaringan limfoid, mengakibatkan tidak adanya keseimbangan dalam T sel sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun. d. Teori Fisiologis Teori ini merupakan teori intrinsik dan terdiri dari teori stress oksidasi (oxidative stress theory) dan teori pakai dan aus (wear and tear theory). 2.2.4 Teori Kejiwaan Sosial pada penurunan jumlah kegiatan secara

1) Aktivitas (Activity Theory) a. Ketentuan akan meningkatnya langsung. Teori ini menyatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial. b. Ukuran optimum (pola hidup) dilanjutkan pada cara hidup dari lanjut usia. c. Mempertahankan hubungan antara sistem sosial dan individu agar tetap stabil dari usia pertengahan ke lanjut usia. 21

2) Kepribadian Berlanjut (Continuity Theory) Dasar kepribadian atau tingkah laku tidak berubah pada lanjut usia. Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Pada teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimilikinya. 3) Teori Pembebasan (Disengagement Theory) Putusnya pergaulan atau hubungan dengan masyarakat dan kemunduran individu dengan individu lainnya. Pada lanjut usia pertama di ajukan oleh Cumming and Henry, 1961. teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehinggan sering terjadi kehilangan ganda (Triple Loss), yakni: a. Kehilangan peran (Loss of Role) b. Hambatan kontak sosial (Restraction Of Contacts and Relationships) c. Berkurangnya komitmen (Reduced Commitment ti Social Mores and Values) BATASAN LANSIA Depkes RI membagi usia lanjut menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Masa Virilitas/menjelang usia lanjut : 45-54 tahun 2. Masa Prasenium/ usia lanjut 3. Masa Senium/usia lanjut : 55-64 tahun : 65 tahun

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) membagi kelompok umur lansia sebagai berikut: 1. Usia Lanjut 2. Usia Tua 3. Usia Sangat Lanjut sosial: 1. Usia Biologis : menunjuk kepada jangka waktu seseorang sejak lahirnya berada dalam keadaan hidup tidak mati. 2. Usia Pasikologis : menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi yang dihadapinya. 3. Usia Sosial : menunjuk kepada peran-peran yang diharapkan atau diberikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya. : 45-59 tahun : 60-70 tahun : > 70 tahun

Birren and Jenner membedakan usia biologis, usia psikologis dan usia

22

PERUBAHAN YANG TERJADI AKIBAT PENUAAN Seiring dengan proses menua, maka terjadi berbagai perubahan secara cepat dari semua sisi kehidupan usia lanjut. Perubahan tersebut dapat dirasakan pada sisi biologis/fisik/tubuh, psikologis/kejiwaan, sosial/hubungan kemasyarakatan, dan spiritual/keagamaan.

2.2.5

Perubahan Biologis

1) Tingkat Sel a. Ketidak teraturan jumlah sel b. Ketidak teraturan besar sel c. Perubahan pada sel-sel syaraf (otak, dll) 1) Tingkat Organ/Sistem a. Sistem Pernafasan (Paru-Paru) a) b) c) d) e) f) g) h) i) a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) Pengeroposan dan pengapuran tulang dinding dada Perubahan bentuk dan ukuran dada Kelemahan otot pernafasan Elastisitas/kelenturan paru-paru berkurang Pernafasan dangkal Timbul keluhan sesak nafas Kekuatan gerak bernafas menurun Gangguan distribusi/penyebaran udara ke paru-paru Gangguan keluar masuknya udara ke paru-paru. Elastisitas/kelenturan pembuluh darah menurun Penyempitan pembuluh darah Pembuntuan pembuluh darah oleh lemak, nikotin, dll. Pembesaran ukuran jantung Berkurangnya jumlah inti sel pembuluh darah jantung Pengapuran jaringan, katub dan pembuluh darah di jantung Ukuran katup jantung bertambah Penebalan katub jantung Penurunan berat jantung Ketidak teraturan irama jantung Denyut jantung setelah beraktivitas menjadi berkurang Daya cadangan jantung menurun Pengeluaran darah dari jantung menurun 23

b. Sistem Cardio Vaskuler (Jantung dan Peredaran Darah)

c. Sistem Persyarafan (Otak) a) b) c) d) e) f) g) h) i) Berkurangnya jumlah sel syaraf di otak Berkurangnya fungsi sel syaraf di otak Kematian sel syaraf otak Berkurangnya/menurunnya daya ingat Berkurangnya reaksi syaraf terhadap rangsangan panas, dingin, benda Gangguan pada syaraf pendengaran, penglihatan, pengecapan, Gangguan pada pembuluh darah otak dengan tertimbunnya flak atau Perubahan tingkat kesadaran dan derajat kewaspadaan Terganggunya proses berfikir Walaupun terdapat kemunduran, fungsi sistem ini dapat dipertahankan sebagaimana manusia sehat. Gangguan fungsi biasanya terjadi apabila terdapat proses penyakit pada organ tubuh tertentu atau bila terdapat stres yang memperberat beban organ tubuh yang sudah mulai menurun fungsinya. a) b) c) d) e) f) g) h) i) j) k) l) Gigi mulai banyak yang tanggal Kerusakan gigi Produksi air liur/ludah berkurang Berkurangnya fungsi ludah sebagai pelicin makanan Penurunan fungsi pengecap/perasa terutama asin. Kelemahan otot polos kerongkongan sehingga sulit menelan Berkurangnya produksi asam lambung Mengecilnya ukuran lambung sehingga daya tampung makanan Berkurangnya rasa lapar Penurunan fungsi usus Penurunan penyerapan usus terhadap makanan Berkurangnya fungsi hati untuk menetralkan racun, menyimpan

tajam, benda halus dan berbagai rangsangan perabaan, berbicara, bergerak, dll. penyempitan pembuluh darah otak.

d. Sistem Gastrointestinal (Perut)

berkurang

vitamin dan lain-lain m) Pergerakan usus besar berkurang/melemah n) Sangat rentan dengan masuknya kuman/virus melalui mulut

e. Sistem Urinaria (Kencing) 24

a. Fungsi ginjal untuk mengencerkan dan penyaringan menurun b. Jumlah otot ginjal berkurang c. Produksi ureum berkurang d. Otot perkencingan melemah e. Mudahnya terjadi kekurangan cairan f. Pembuntuan dan penyumbatan saluran kencing f. Sistem Muskuloskeletal (Kulit, Rambut dan Tulang) 1. Kulit a.Kulit kering b. d. Kulit kendor dengan kerutan dan garis yang jelas Menurunnya respon terhadap perlukan c.Permukaan kulit kasar dan bersisik e.Mekanisme penjagaan keamanan oleh kulit berkurang f. Respon peredaran darah menurun g. h. menurun j. Respon kekebalan berkurang k. m. n. 2. Rambut a.Pertumbuhan rambut menjadi lambat b. d. Rambut lebih halus Rambut pada alis, lubang hidung dan wajah sering c.Jumlah lebih sedikit tumbuh lebih panjang e.Rambut memutih f. Banyak yang rontok 3. Tulang a.Pertumbuhan kuku lebih lambat b. d. Kuku menjadi pudar, kurang bercahaya dan rapuh Kuku menjadi tebal dan keras 25 c.Warna kuku agak kekuningan Produksi kotoran kulit menurun Produksi kelenjar keringat berkurang/menurun Gangguan pewarnaan pada kulit l. Menurunnya kemampuan mengatur suhu (panas, dingin) Penurunan produksi vitamin D Persepsi/anggapan sensorik menurun

i. Daya pembersihan terhadap bahan kimia yang terserap

e.Pengeroposan dan pengapuran tulang f. Pergerakan sendi terbatas g. h. Pergerakan menjadi lambat Aktivitas berkurang

i. Mudah jatuh j. Keseimbangan berkurang k. g. Sistem Pendengaran a. Prebiakusis (gangguan pada pendengaran). Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam terutama terhadap bunyi atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65 tahun. b. Membrana timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya keratin d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa/stress h. Sistem Penglihatan a. sinar b. c. d. e. g. skala i. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh Pada pengaturan suhu, hipothalamus dianggap bekerja sebagai suatu termostat, yaitu menetapkan suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor yang mempengaruhinya. Yang sering ditemui antara lain: Kornea lebih berbentuk sferis (bola) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi karak, jelas Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi Hilangnya daya akomodasi Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau pada Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap Rahang mengecil

menyebabkan gangguan penglihatan terhadap kegelapan ebih lambatdan susah melihat dalam cahaya gelap. f. Menurunnya lapangan pandang: berkurang luas pandangannya

26

a.
0

Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologik 35 Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi

C ini akibat metabolisme yang menurun

b.

panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya aktivitas otot. j. Sistem Endokrin a. b. c. Produksi dari hampir semua hormin menurun Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah Pituitari: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan

hanya di dalam pembuluh darah; berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH d. e. Menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya BMR (Basal Menurunnya produksi aldosteron Metabolisme Rate) dan menurunnya daya pertukaran zat f. Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron, estrogen dan testoteron Beberapa perubahan fungsi organ sistem yang terjadi akibat proses penuaan dapat dilihat ringkasannya dari tabel dibawah ini. (1) Perubahan Akibat Penuaan ITEM Keseluruhan MORFOLOGI Berkurangnya TB dan BB Bertambahnya fat to lean body mass ratio. Kulit Sistem kardiovaskuler Berkurangnya cairan tubuh Bertambah kisut Atropi kelenjar lemak Bertambah panjang dan lekukan Berkurangnya cardiac arteria, termasuk aorta. media arteri. Sklerosis katub jantung. output heart rate terhadap respon stress. Berkurangnya kepatuhan Ginjal Bertambahnya abnormal. glumeruli pembuluh darah perifer. yang Berkurangnya creatine clearance. Berkurangnya blood dlow. 27 renal Intima bertambah tebal, fibrosis di Berkurangnya FUNCTION

Berkurangnya maximum Paru Berkurangnya elastisitas. Berkurangnya aktivitas cillia osmolity. Berkurangnya capacity. Berkurangnya maximal uptake. Berkurangnya refleks batuk. Gastrointestinal Rangka Tubuh Mata Berkurangnya asam lambung, aliran ludah, reseptor lidah. Osteoartritis. Hilangnya bone substance. Arkus senilis Berkurangnya ukuran pupil Lens tumbuh Berkurangnya akomodasi Hyperopia Berkurangnya penglihatan. Berkurangnya sensitivitas Pendengaran Perubahan degeneratif osikel Bertambahnya eustachii Sistem imun Sistem saraf. Berkurangnya berat otak obstruksi terhadap warna dan perception. Berkurangnya persepsi nada tinggi. tuba Berkurangnya discrimination. Berkurangnya aktivitas sel -T Bertambahnya waktu jawaban motorik Endokrine Berkurangnya sel kortikal Psikomotor melambat. Bertambahnya insulin, norefineprin, vasopresin. Berkurangnya triiodotironin. parathormon, pitch oxygen urine vital

2.2.6

Perubahan Psikologis

28

Pada umumnya, setiap orang usia lanjut menginginkan hal-hal sebagai berikut: panjang umur, menghemat tenaga, tetap berperan sosial, mempertahankan hak dan hartanya, tetap berwibawa, meninggal secara hormat dan masuk surga. Perubahan-perubahan yang dialami usia lanjut antara lain: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. 2.2.7 Keinginan-keinginan diatas Beban mental terhadap perubahan dan keinginan Kegusaran terhadap penyakit yang dialami Menjalani masa pensiun Ditinggal suami atau istri Kehilangan pekerjaan Kesedihan, kebingungan, perasaan tidak berdaya, tidak berguna Perubahan perasaan dan emosi terhadap perubahan fisik Merasa tidak senang dengan diri sendiri, orang lain, pekerjaan Motivasi berkurang

lagi dan merepotkan sekitarnya (kemunduran yang di alami) dan kehidupannya

Perubahan Sosial/Hubungan Kemasyarakatan Perubahan-perubahan sosial atau hubungan kemasyarakatan yang dialami

lansia meliputi: a. b. c. d. e. 2.2.8 Kehilangan pekerjaan Perubahan status dalam keluarga dan masyarakat Perubahan peran karena berubahnya kondisi fisik dan sikap Malas berinteraksi dengan sekitar Membentuk hubungan dengan orang yang seusai

sosial yang menganggap lansia tidak berguna

Perubahan Ekonomi Perubahan-perubahan dalam aspek ekonomi yang dialami lansia meliputi: 1. 2. 3. 4. Berkurangnya penghasilan Tidak berpenghasilan Kehilangan wewenang, kekuasaan dan kewibawaan Ketidak pastian jaminan/ekonomi

2.2.8

Perubahan Spiritual/Keagamaan 29

Perubahan-perubahan dalam aspek spiritual yang dialami lansia meliputi: Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Mengikuti ritual keagamaan Meningkatkan ibadah keagamaan Menolak takdir Tuhan akan perubahan yang dialami Apatis terhadap agama Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini dapat terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan Zentner, 1970). Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan. 2.2.9 Kunci Menuju Lanjut Usia Yang Bahagia, Berguna Dan Berkualitas Apa itu bahagia? B : Berat badan berlebihan supaya dihindarkan. A : Aturlah makanan hingga sesuai/kurangi lemak atau kolesterol H : Hindari faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik/koroner A : Agar terus merasa berguna dengan mempunyai kegiatan/hobi yang bermanfaat G : Gerak badan teratur wajib terus dilakukan I : Ikuti nasehat dokter dan hindari situasi tegang A : Awasi kesehatan dengan memeriksakan badan secara periodik. B: Berat badan (BB) berlebihan supaya dihindarkan. BB ideal seseorang adalah 0,9 x (TB 100). TB : tinggi badan dalam Cm. A: Aturlah makanan hingga sesuai/kurangi lemak atau kolesterol Cukup gizi lebih sehat, kelebihan gizi membahayakan jantung. Kurangi lemak hewani/lemak jenuh/kolesterol yang banyak terdapat dalam daging merah, seperti daging babi, daging kambing, daging kerbau, kuning telor, otak, jeroan dan sebagainya. Guna mencukupi kebutuhan protein makanlah daging putih, yaitu daging ayam, ikan, kelinci, putih telur dan sebagainya. Makanan-makanan yang mengandung serat-serat (selulosa) sangat dianjurkan untuk mencegah sembelit. 30

Susu skim juga sangat bermanfaat guna kesehatan para werdha. Juga disarankan, memakan makanan yang sederhana tetapi cukup gizi dan makan tiga kali pada waktu yang teratur. Jadi, perinsip makanan werda adalah tetap seperti anjuran 4 sehat, 5 sempurna. H: Hindari faktor-faktor resiko penyakit jantung iskemik/koroner. Diduga faktor-faktor dibawah ini menyebabkan gangguan-gangguan peredaran darah otot jantung. 1. Merokok 2. Tekanan darah tinggi 3. Penyakit gula 4. Kegemukan 5. Kurang gerak fisik 6. Tekanan batin. Hindari rokok karbon monoksida karena mengakibatkan cedera pada lapisan dalam pembuluh darah. Guna mencegah timbulnya penyakit-penyakit tersebut maka: 1. Hentikan rokok 2. berobat teratur bila ada penyakit tekanan darah tinggi. Usaha anda tersebut pada ad 1) dan 2) juga berguna untuk mencegah penyakit pembuluh darah otak sehingga anda dapat merangkuh dayung, dua, tiga pulau terlampaui. Juga tekanan darah, bila tekanan darah naik segera pergi ke dokter.

A: Agar terus merasa berguna dengan mempunyai kegiatan / hobi yang bermanfaat. Supaya anda tetap merasa berguna, lakukan kegiatan sesuai dengan hobi anda. Tentu saja hobi yang sehat dan bermanfaat. Pilih macam-macam kegiatan seperti dibawah ini: 1. membaca 2. mendengarkan ceramah agama. 3. Mengarang. 4. Melukis. 5. Kerajinan tangan. 6. Berkebun. 7. Beternak. 31

G: Gairah hidup anda akan tetap semarak, jika kegiatan yang dipilih, dilakukan bersama. Gerak badan teratur wajib terus dilakukan. Kurang gerak dapat menimbulkan kelesuan dan menurunkan kualitas fisik dan sebagai dampaknya datangnya berbagai penyakit. Oleh karena itu lakukan gerak badan secara teratur. Orangtua tetap dapat berolahraga hingga terjadi perbaikan atau kemajuan pada kapasitas kerja fisiknya. Bahkan kadang-kadang ada pula kemajuannya menyamai orang muda. Jadi tubuh orang lanjut usia dapat meneyesuaikan dengan olah raga yang dilakukannnya, asal dijalankan secara teratur, bertahap dan tidak lupa menjalankan pemanasan (warn up) sebelum latihan serta pendinginan (cool down) setelah latihan. Olah raga tipe isometrik atau olah raga dinamis yang dilakukan di atas pinggang kurang cocok untuk kaum lanjut usia karena dapat menaikkan tekanan darah, khususnya bagi penderita penyakit kardiovaskuler. Sebaliknya, olahraga yang tepat dapat memperbaiki kekuatan otot, menurunkan presentasi lemak badan, memperbaiki kelenturan sendi dan menurunkan kadar kolestrol serta triglyserida darah. Untuk mencegah terjadinya penyakit jantung koroner, sangat dianjurkan untuk berolah raga. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan olah raga bagi werda? Sebaiknya pada pagi hari, yaitu saat menjelang matahari terbit karena udara masih bersih dan segar, bila aerobik yang digemari maka pada saat lalu lintas belum ramai. Olah raga pada sore hari juga boleh asal di tempat/lapangan yang aman. Olah raga yang baik dapat mempengaruhi hal-hal sebagai berikut: a. Memperlambat proses degenerasi karena perubahan usia b. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi) c. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap bertambahnya tuntutan, misalnya sakit.

Prinsip-prinsip olahraga pada lanjut usia: 32

1. Komponen kesegaran jasmani yang paling mendasar untuk dilatih adalah: 1. Ketahanan kardiopulmonal 2. Kelenturan (fleksibilitas) 3. Kekuatan otot 4. Komposisi tubuh (lemak tubuh jangan berlebihan) 2. Selalu memperhatikan keselamatan 3. Latihan teratur dan tidak terlalu berat 4. Permainan dalam bentuk ringan sangat dianjurkan 5. Latihan dilakukan dengan dosis berjenjang (naik perlahan-lahan) 6. Hindari pertandingan 7. Perhatikan kontradiksi latihan, seperti: 1. Adanya penyakit infeksi 2. Hipertensi lebih dari 180 mmHg sistolik dan 120 mmHg diastolik. 3. Berpenyakit berat dan dilarang dokter I: Ikuti nasehat dokter dan hindari situasi tegang Saran-saran dokteryang diberikan kepada werda supaya tetap sehat dan umur panjang, seperti: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Berolah raga agar tetap sehat dan segar, 2-3 kali seminggu Jangan makan makanan berlemak secara berlebihan, seperti kue, susu, Makan sayur-sayuran yang banyak mengandung serat, seperti: buncis, Makan buah-buahan tetapi batasi makan buah alpukat, sawo, pisang, Biasakan sarapan pagi Miliki rasa humor Tidur yang cukup (6-8 jam) Hindari tekanan batin yang tidak perlu

risoles dan kroket koro, kecipir, kangkung dan selada dan durian, karena mengandung kalori yang tinggi.

A: Awasi kesehatan dengan memeriksakan kesehatan secara periodik Menurut Stiglitz (1954); pemeriksaan kesehatan berkala dan koonsultasi kesehatan merupakan kunci keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan werda. Dengan pemeriksaan berkala ditemukan penyakit-penyakit dalam waktu yang sedini mungkin, seperti: penyakit gula, tekanan darah tinggi, dan kelainan jantung.

33

2.2.10 Asuhan Keperawatan Lanjut Usia A. Tujuan Asuhan Keperawatan lanjut usia Tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan pada lansia meliputi: 1) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan: Peningkatan kesehatan (health promotion) Pencegahan penyakit Pemeliharaan kesehatan sehingga memiliki ketenangan hidup dan produktif sampai akhir hidup 2) Agar lanjut usia dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri dengan mempertahankan kesehatan serta kemampuan dari mereka yang usianya telah lanjut dengan jalan perawatan dan pencegahan 3) Membantu mempertahankan serta membesarkan daya hidup atau semangat hidup klien lanjut usia (life support) 4) Menolong dan merawat klien lanjut usia yang menderita penyakit dan mengalami gangguan tertentu (kronis maupun akut) 5) Merangsang para petugas kesehatan (dokter, perawat) untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini, bila mereka menjumpai suatu kelainan tertentu 6) Mencari upaya semaksimal mungkin, agar para klien lanjut usia yang menderita suatu penyakit/gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal) B. Fokus Keperawatan Lanjut Usia 1) Peningkatan kesehatan (helath promotion) 2) Pencegahan penyakit (preventive) 3) Mengoptimalkan fungsi mental 4) Mengatasi gangguan kesehatan yang umum C. Pengkajian Tujuan: 1) Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri 2) Melengkapi dasar-dasar rencana perawatan individu 3) Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien 4) Memberi waktu kepada klien untuk menjawab. Focus Pengkajian 1) Fisik / biologis a. Wawancara riwayat kesehatan 34

Pandangan lansia tentang kesehatannya 1. Kegiatan yang mampu dilakukan lansia 2. Kekuatan fisik lansia ( otot ,sendi , pendengaran dan penglihatan). 3. Kebiasaan lansia merawat diri sendiri . 4. Kebiasaan makan , minum , istirahat /tidur ,BAB / BAK . 5. Kebiasaan gerak badan / olah raga . 6. Perubahan perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan. 7. Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat 8. Masalah masalah seksual yang dirasakan . b. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh. Pendekatan yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah metode head to toe dan sistem tubuh yang meliputi: 1. Sistem intergumen / kulit 2. Muskuluskletal 3. Respirasi 4. Kardiovaskuler 5. Perkemihan 6. Persyarafan 7. Fungsi sensorik (penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman). 2) Psikologis 1. Dilakukan saat berkomunikasi untuk melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses fikir 2. Perlu dikaji alam perasaan, orientasi terhadap realitas , kemampuan dalam menyelesaikan masalah. 3. Perubahan umum yang terjadi meliputi: penurunan daya ingat, proses pikir lambat, adanya perasaan sedih dan merasakan kurang perhatian 4. Hal hal yang perlu dikaji meliputi a. b. c. d. e. f. g. Apakah mengenal masalah masalah utamanya Apakah optimas mengandung sesuatu dalam kegiatan Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan Apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak Bagaimana mengatasi , masalah atas stress yang dialami Apakah mudah untuk menyesuaikan diri Apakah usila untuk menyesuikan diri 35

h. i. 3) Sosial Ekonomi

Apakah usila menggali kegagalan Apakah harapan searang dan dimasa yang akan datang , dll.

a. Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungan dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organi sosial. b. Penghasilan yang diperoleh c. Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi d. Hal hal yang perlu dikaji ,antara lain : 1. Kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang . 2. Sumber keuangan . 3. Dengan siapa yang ia tinggal . 4. Kegiatan organisasi sosial yang diikuti 5. Pandangan lansia terhadap lingkungannya 6. Berapa sering lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah 7. Siapa saja yang bisa mengunjunginya 8. Seberapa besar ketergantungannya 9. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada 4) Spiritual 1. Keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat diterapkan. 2. Hal hal yang perlu dikaji antara lain : a. b. c. d. Kegiatan ibadah setiap hari, apakah secara teratur melakukan Kegiatan keagamaan, apakah secara teratur mengikuti atau Cara menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa Apakah terlihat sabar dan tawakal ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya. terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan, misalnya pengajian.

D. Masalah / Diagnosa Keperawatan A. Fisik / Biologis 1. Gangguan nutrisi (kurang/berlebihan dari kebutuhan tubuh s.d. intake yang tidak adekuat) 2. Gangguan persepsi sensorik b.d. gangguan pendengaran/penglihatan sampai dengan hambatan penerimaan dan pengiriman rangsangan.. 36

3. Kurangnya perawatan diri b.d. menurunnya minat dalam merawat diri. 4. Resiko cidera fisik (jatuh) b.d. penyesuaian terhadap penurunan fungsi tubuh tidak adekuat. 5. Perubahan pola eliminasi b.d. pola makan yang tidak efektif. 6. Gangguan pola tidur b.d. kecemasan atau nyeri. 7. Gangguan pola nafas b.d. penyempitan jalan nafas. 8. Gangguan mobilisasi b.d. kekakuan sendi. B. Spiritual 1. Reaksi berkabung / berduka b.d. ditinggal pasangan. 2. Penolakan terhadap proses penuaan b.d. ketidaksiapan menghadapi kematian. 3. Marah terhadap Tuhan b.d. kegagalan yang dialami. 4. Perasaan tidak tenang b.d. ketidakmampuan melakukan ibadah secara tidak tepat. C. Psikososial 1. Isolasi Sosial berhubungan dengan perasaan curiga 2. Menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu 3. Depresi berhubungan dengan isolasi sosial 4. Harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak 5. Koping tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengemukakan perasaan secara tepat. 6. yang terbatas 2.6.5 Rencana keperawatan Tujuan perencanaan : Membantu lansia berfungsi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis, dan sosial dengan tidak tergantung pada orang lain. Tujuan tindakan keperawatan : Tujuan tindakan keperawatan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar antara lain: a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi Intervensi : 1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering. 2) Berikan banyak minum dan kurangi makan. 3) Usahakan makanan banyak mengandung serat. Cemas berhubungan dengan sumber keuangan

37

4) Batasi makanan yang mengandung kalori (gula, makanan manis, minyak, makanan berlemak). 5) Kebutuhan kalori laki-laki 2100 kalori, wanita 1700 kalori: 6) KH 60% dari jumlah kalori 7) Lemak 15 20% 8) Protein 20 25% 9) Vitamin dan mineral > kebutuhan usia muda. 10) Air 6 8 gelas/hari. 11) Membatasi minum kopi dan teh. b. Meningkatkan keamanan dan keselamatan. Intervensi: 1) biarkan menggunakan alat bantu 2) latih untuk / mobilisasi 3) menggunakan kaca mata 4) menemani bila berpergian 5) ruangan dekat kantor 6) meletakkan bel dibawah bantal 7) tempat tidur tidak terlalu tinggi 8) menyediakan meja kecil dekat tempat tidur 9) lantai bersih, rata dan tidak licin / basah 10) Peralatan yang menggunakan roda dikunci 11) Pasang pengaman dikamar mandi 12) Hindari lampuyang redup dan yang menyilaukan ( sebaiknya lampu 70-100 watt) 13) Gunakan sepatu dan sandal yang beralat karet c. Memlihara kebersihan diri Intervensi : 1) Mengingatkan / membantu lanjut usia untuk melakukan upaya kebersihan diri 2) Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung minyak atau gunakan skin lotion. 3) Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata dan gunting kuku. d. Memelihara keseimbangan istirahat / tidur. 38

Intervensi : 1) Menyediakan tempat/waktu tidur yang nyaman 2) Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan 3) Melatih lanjut usia untuk melakukan latihan fisik yang ringan (berkebun, berjalan, dll) untuk melancarkan sirkulasi dan melenturkan otot. 4) Memberikan minum hangat sebelum tidur, misalnya susu hangat. e. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif. Intervensi: 1) Berkomunikasi dengan kontak mata 2) Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan. 3) Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lanjut usia. 4) Memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk mengekspresikan perasaan 5) Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia 6) Menghargai pendapat lansia 7) Melibatkan lansia dalam kegiatan seharihari sesuai dengan kemampuan.

39

You might also like