You are on page 1of 44

Yesus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Untuk kegunaan lain dari Yesus, lihat Yesus (disambiguasi). "Isa Almasih" dialihkan ke sini. Untuk arti kata al-masih, lihat Al-Masih. Untuk tokoh yang sama dari sudut pandang agama Islam, lihat Isa.
Bagian dari seri tentang

Yesus Kristus

Nama dan julukan Yesus Kristus Mesias Isa Almasih Juruselamat

Yesus Kristus dan Kekristenan Kronologi Kelahiran Silsilah Pembaptisan Pelayanan Mukjizat Perumpamaan Perjamuan Terakhir Penangkapan Pengadilan Penyaliban Kematian Penguburan Kebangkitan Kenaikan Kedatangan kedua Penghakiman

Ajaran utama Yesus Kristus Mesias Kotbah di Bukit Doa Bapa Kami Hukum Kasih Perjamuan Malam Amanat Agung

Pandangan terhadap Yesus Pandangan Kristen Pandangan Islam Pandangan Yahudi

Yesus dalam sejarah Yesus dalam karya seni


Kotak ini: lihat bicara sunting

Yesus (c. 6 SM-4 SM 29-33) atau Yesus dari Nazaret adalah seorang tukang kayu, pengkhotbah, guru, rabi, penyembuh, pembuat mukjizat, dan tokoh Yahudi yang berasal dari kota Nazaret, Israel. Yesus di dalam Kekristenan juga dikenal dengan sebutan Yesus Kristus. Orang Kristen percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah, Tuhan, Mesias, danJuru Selamat umat manusia. Sedangkan Agama Yahudi menolak anggapan bahwa Yesus adalah seorang Mesias yang telah dinubuatkan dalam kitab suci mereka.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Nama 2 Riwayat singkat


3 Ajaran

2.1 Yesus lahir 2.2 Pelayanan Yesus 2.3 Yesus mati 2.4 Yesus dikuburkan 2.5 Yesus bangkit dari kematian 2.6 Yesus naik ke sorga

4 Kekristenan

4.1 Hidup dan pengajaran seperti yang ditulis dalam Injil

4.2 Kesamaan dan perbedaan antara keempat Injil

4.3 Silsilah dan keluarga Yesus 4.4 Masa pelayanan Yesus 4.5 Tujuan hidup Yesus

4.6 Kronologi kehidupan Yesus 4.7 Gelar Yesus

5 Murid-murid Yesus 6 Pandangan agama Islam tentang Yesus Kristus 7 Interpretasi berbagai artis akan sosok Yesus 8 Lihat pula 9 Referensi 10 Pranala luar

[sunting]Nama

Nama "Yesus" adalah alihaksara dari bahasa Latin Iesus, yang berasal dari bahasa Yunani (Isos), yang pada gilirannya juga merupakan Helenisasi dari bahasa Ibrani ( Yhu,Yosua) atau bahasa Aram ( Y), yang berarti "Yahweh menyelamatkan".[1][2][3] Dalam Perjanjian Baru, di Lukas 1:31 seorang malaikat memberitahu Maria untuk menamakan anaknya Yesus, dan dalam Matius 1:21 malaikat memberitahu Yusuf untuk menamakan anaknya Yesus. Dalam teologi Kristen, Pernyataan dalam Matius 1:21 "engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka" mengasosiasikan atribut keselamatan dengan nama Yesus. "Kristus" adalah gelar yang berasal dari bahasa Yunani (Christs), yang berasal dari bahasa Ibrani "( Mesias", berarti "yang diurapi" atau "yang terpilih").[4][5]
[sunting]Riwayat

singkat

Walaupun masa kecilnya tidak diketahui (selain cerita kelahirannya dan kisah Yesus pada umur 12 tahun sedang mengajar di Bait Allah, Yerusalem), terdapat banyak informasi tentang tiga tahun terakhir hidupnya, khususnya minggu terakhir, dari keempat Injil di Alkitab serta tulisan-tulisan Paulus dan murid-muridnya yang lain. Yesus dihukum mati di Yerusalem oleh gubernur Kerajaan Romawi, Pontius Pilatus, karena ditekan oleh massa yang gelap mata, dan dieksekusi dengan disalibkan. Yesus wafat dan dimakamkan, orang Kristen percaya bahwa Yesus bangkit kembali dari alam maut pada hari ketiga. Inilah Paskah bagi orang Kristen.
[sunting]Yesus

lahir

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kelahiran Yesus

Matius mengatakan bahwa orang-orang majus dari Timur datang membawa hadiah berharga bagi bayi Yesus. dilukis oleh Giotto pada 1300.

Injil Matius dan Lukas mengatakan bahwa sebelum kelahiran Yesus, baik Maria ibunya, dan tunangannya, Yusuf, tahu bahwa Yesus akan menjadi Mesias atau Raja yang dijanjikan kepada orang-orang Yahudi, dalam kitab-kitab Yahudi kuno. Injil Lukas paling banyak menceritakan kisah ini. Pada waktu Yesus dilahirkan, Kekaisaran Romawi menguasai sebagian besar Eropa, Inggris, Timur Tengah dan Afrika Utara. Pemerintah ingin setiap keluarga untuk disensus sehingga setiap orang harus kembali ke tempat dari mana mereka berasal. Yusuf berasal dari kota kecil Betlehem, dekat Yerusalem, jadi meskipun Maria akan segera melahirkan, mereka harus melakukan perjalanan, dengan ribuan orang lainnya. Ketika mereka tiba di Betlehem, setiap kamar telah penuh. Tidak ada tempat bagi mereka untuk tinggal kecuali di sebuah kandang binatang yang pada saat itu diyakini sebagai kandang domba. Bayi Yesus lahir di kandang, dilampin, dan dibaringkan di jerami di dalam palungan. Lukas memberitahu kita bahwa gembala yang mengurus domba di lereng bukit datang untuk melihat bayi itu, karena mendapat kabar dari para malaikat, lalu mereka pergi bernyanyi dan memuji Tuhan atas Raja dan Juruslamat yang baru lahir. Dalam Injil Matius diceritakan bahwa orang-orang bijak dari Timur melihat bintang baru di langit dan datang untuk menemukan Yesus, karena mereka tahu bahwa Mesias itu akan lahir, dan bahwa bintang adalah tanda bahwa Yesus lahir untuk menjadi seorang Raja.

[sunting]Pelayanan

Yesus

Kedatangan Yesus dinubuatkan oleh Yohanes Pembaptis, yang membaptis Yesus di Sungai Yordan. Segera setelah pembaptisan, Roh Allah, seperti seekor merpati, hinggap pada Yesus, dan suara Allah terdengar. Menurut Alkitab, Roh membawa Yesus ke padang gurun di mana dia berpuasa selama 40 hari. Di sana, Ia dicobai Iblis, tetapi berhasil menangkal bahkan mengusir Iblis. Kemudian Yesus pergi ke Galilea, menetap di Kapernaum, dan mulai memberitakan tentang Kerajaan Allah, pada umur sekitar 30 tahun. Umumnya pengajaran Yesus disampaikan dengan bercerita. Dia mengajarkan bahwa Allah sendiri adalah Raja sejati, dan bahwa orang harus mengasihi Allah dan mengasihi sesamanya seperti yang diperintahkan oleh Alkitab Ibrani kepada mereka. Yesus melakukan mukjizat yang menunjukkan tanda-tanda sebagai Utusan Allah, seperti memberi makan pada orang lapar, mengubah air menjadianggur pada perkawinan di Kana,
[6]

menyembuhkan orang sakit, dan membangkitkan orang mati. Ia juga mengusir roh-roh

jahat dari orang yang kerasukan.

Yesus menunggang keledai ke Yerusalem, yang disambut oleh kerumunan orang-orang yang menghamparkan jubah mereka dan ranting-ranting bagiNya. Giotto, 1300

Yesus mempunyai dua belas orang, yang dikenal sebagai [[Kedua Belas Rasul|Dua Belas Rasul], yang dipilih dan dilatih untuk menyebarkan Injil. Dia mempunyai beberapa pengikut, termasuk beberapa perempuan, tapi karena adat Yahudi, para murid perempuan tidak bisa leluasa bepergian ke tempat yang jauh, meskipun mereka turut pergi ke Yerusalem pada akhir hidup Yesus.

Alkitab mengatakan Yesus menjadi terkenal. Dia pergi ke Yerusalem, di mana banyak orang mengunjungi kota itu untuk merayakan Hari Paskah. Ketika mereka mendengar bahwa dia akan datang, mereka menyambutnya seolah-olah dia adalah seorang raja. Mereka pikir mungkin ia akan membebaskan mereka dari kekuasaan Romawi, tapi Yesus pergi ke Yerusalem dengan menaiki seekor keledai muda, sebagai tanda bahwa Ia datang dalam damai.[7] Yesus melakukan banyak hal yang membuat iri dan kemarahan bagi para pemimpin agama Yahudi. Dia sering melakukan kritik terhadap kelakuanimam-imam Yahudi. Sebagai contoh, kritiknya terhadap imam Yahudi yang senang mengenakan jubah panjang dan suka berjalan di pasar, serta berdiri dengan doa-doa yang panjang, agar dihormati orang padahal suka menelan harta orang, Yesus menyebut mereka sebagai keturunan Ular Beludak. Yesus juga mengusir orang-orang yang berjual beli di Bait Allah, membalikkan meja-meja penukar uang, serta menyebut Imam Yahudi telah mengubah Bait Allah menjadi sarang penyamun. Disamping Yesus juga banyak melakukan penyembuhan orang sakit pada hari Sabat, yang dilarang oleh aturan para pemimpin agama saat itu.
[sunting]Yesus

mati

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kematian Yesus

Ibu Yesus, teman, dan saudara-saudaraNya berkabung atas kematian-Nya. oleh Giotto, 1300

Injil mengatakan bahwa para pemimpin Bait Allah marah dan ingin membunuhNya. Mereka mengatakan kepada Pemerintah Romawi bahwa Yesus ingin menjadi raja di negara ini dan mengambil alih kekuasaan. Gubernur Romawi berpikir bahwa Yesus harus dibebaskan.

Namun Para pemimpin Yahudi berkata, "Jika Anda melakukannya, maka Anda bukan sahabat Kaisar!" (Kaisar adalah penguasa Romawi.) Jadi Gubernur memvonisNya dengan hukuman mati, yakni dengan cara disalibkan. Ini adalah cara umum yang digunakan oleh orang-orang Romawi untuk menghukum mati pemberontak dan penjahat.
[sunting]Yesus

dikuburkan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penguburan Yesus Jenazah Yesus dikuburkan dalam sebuah makam milik salah satu pengikutnya, yaitu Yusuf dari Arimatea. Dia dimakamkan terburu-buru, karena sebentar lagi hari Sabat, dimulai ketika matahari terbenam, dan menurut aturan hukum agama tidak ada yang boleh bekerja.
[sunting]Yesus

bangkit dari kematian

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kebangkitan Yesus Pada hari sesudah hari sabat, pagi-pagi subuh, para wanita datang untuk mencuci tubuh dan meminyakiNya dengan ramuan dan minyak wangi. Tetapi Injil mengatakan bahwa mayat Yesus sudah lenyap, dan malaikat duduk di dekat kubur itu dan berkata "Dia telah bangkit dari antara orang mati!". Beberapa orang, seperti Tomas muridNya awalnya meragukan kebangkitan Yesus. Namun Alkitab mengatakan bahwa lebih dari 500 orang, termasuk Tomas, melihat Yesus yang hidup kembali. Ada banyak kisah dalam Injil tentang apa yang Yesus lakukan setelah Ia dibangkitkan.
[sunting]Yesus

naik ke sorga

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kenaikan Yesus Akhirnya, Injil Lukas mengatakan bahwa Yesus membawa murid-muridNya ke sebuah bukit, di mana Ia memberkati mereka dan menyuruh mereka untuk menyebarkan ajaranNya keseluruh dunia, dan kemudian awan turun, dan dia terangkat ke surga.
[sunting]Ajaran

Tindakan dan perkataan Yesus yang dicatat dalam Injil merupakan ajaran dasar Kekristenan. Yesus mengajar di Galilea dan Yudea, dengan pesan penyangkalan diri dan pengampunan dosa. Hukum utama yang Yesus ajarkan adalah hukum Kasih, bahwa manusia harus mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia.

Ajarannya pada awalnya disebarkan oleh keduabelas rasul Yesus, dan setelah Yudas digantikan oleh Matias. Paulus, seorang Farisi yang mula-mula menganiaya pengikut Yesus, namun akhirnya bertobat dan menjadi pengabar Injil yang masyhur. Mula-mula ajarannya disebarkan di daerah Israel kepada kaum Yahudi, namun akhirnya juga kepada bangsa-bangsa lain bukan Yahudi, dimulai dari panglima Romawi, Kornelius, hingga akhirnya merambah ke seluruh Asia Minor dan Afrika Utara, daratan Eropa Barat, Eropa Timur, Rusia, benua Amerika dan Australia, dan akhirnya ke Asia, sesuai dengan pesan terakhir Yesus untuk memberitakan Injil hingga ke ujung dunia.
[sunting]Kekristenan

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kekristenan Pandangan Kristen tentang Yesus berpusat pada keyakinan bahwa Yesus adalah Tuhan, seorang Mesias yang kedatangan-Nya telah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama, dan bahwa Ia bangkit pada hari ketiga setelah disalibkan. Umat Kristiani pada dasarnya percaya bahwa Yesus adalah "Anak Allah" (secara umum dapat diartikan bahwa Ia adalah Allah Anak, oknum kedua dalam Tritunggal), yang datang ke dunia untuk menebus dosa umat manusia dan memulihkan hubungan manusia dengan Tuhan melalui pengorbanan-Nya. Umat Kristiani juga percaya bahwa Yesus dilahirkan oleh seorang perawanMaria bunda Maria, mujizat yang dilakukan Yesus, kenaikan ke Surga, dan kedatangan Yesus ke bumi untuk kedua kali.
[sunting]Hidup

dan pengajaran seperti yang ditulis dalam Injil


[sembunyikan] Bagian dari seri artikel tentang

Kekristenan

Yesus Kristus

Kelahiran Kematian Kebangkitan Natal Jumat Agung Paskah

Dasar

Gereja Injil Kerajaan Rasul: Paulus Petrus

Alkitab

Perjanjian Baru Perjanjian Lama Kanon Deuterokanonika

Teologi

Allah Bapa Allah Putra Allah Roh Kudus Trinitas Keselamatan Baptisan Maria

Ajaran

Sepuluh Perintah Allah Hukum Kasih Amanat Agung Kotbah di Bukit: Ucapan Berbahagia Doa Bapa Kami

Sejarah Kekristenan

Gereja mula-mula Konsili Pengakuan iman Misi Skisma Timur-Barat Perang Salib Reformasi Kontra Reformasi

Denominasi Kristen
[tampilkan]Katolik

[tampilkan]Protestan

[tampilkan]Ortodoks

Topik terkait

Khotbah Doa Ekumenisme Gerakan Seni Musik Liturgi Kalender Simbol Kritik Portal Kristen
Kotak ini: lihat bicara sunting

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Garis waktu lengkap Yesus Keempat Injil kanonik, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes, adalah sumber utama biografi kehidupan Yesus. Kitab Injil (terutama Matius) menceritakan kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus sebagai penggenapan atas nubuat yang tertulis di Perjanjian Lama. Contohnya, kelahiran dari perawan, pelarian ke Mesir, dan nama Immanuel (Yesaya 7:14).[8]
[sunting]Kesamaan

dan perbedaan antara keempat Injil

Tiga dari empat injil, Matius, Markus, dan Lukas, dikenal sebagai injil sinoptik sebab ketiganya menampilkan banyak kesamaan dalam isi, penyusunan narasi, bahasa, dan struktur kalimat dan paragraf. Ketiga injil ini juga dianggap memiliki sudut pandang yang sama.[9] Injil kanonik keempat,Injil Yohanes, memiliki perbedaan dibandingkan ketiga injil terdahulu. Setiap Injil menggambarkan kehidupan Yesus dari sudut pandang yang berbeda.[10]
[11]

Secara khusus, Injil Yohanes bukanlah suatu biografi Yesus tetapi sebuah penjelasan

teologis mengenai Yesus dari segi KeTuhanan-Nya.[12]. Markus menjelaskan Yesus sebagai seseorang yang heroik, karismatik dan memiliki kekuasaan yang tinggi.[10] Matius menggambarkan Yesus khususnya sebagai pemenuhan nubuatan Yahudi.[10] Lukas menekankan perbuatan-perbuatan ajaib yang Yesus lakukan serta dukunganNya terhadap wanita dan kaum miskin.[10] Yohanes memandang kehidupan Yesus di bumi sebagai perwujudan Firman Tuhan.[10] Injil Yohanes dimulai dengan suatu sajak yang memperkenalkan Yesus sebagai perwujudan Firman Allah, yang membentuk alam semesta (Yoh 1:1-5;9-14).[13] Seluruh kehidupan Yesus di bumi adalah inkarnasi dari Firman Allah (Yoh 1:4)[13]
[sunting]Silsilah

dan keluarga Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Silsilah Yesus Kristus

Dari keempat Injil, hanya Matius[14] dan Lukas[15] yang menulis tentang silsilah Yesus. Silsilah Yesus dalam kedua Injil tersebut berbeda secara substansial,[16] dan para penelaah kontemporer biasanya melihat silsilah ini sebagai konstruksi teologi.[17]Secara lebih spesifik, beberapa ahli mengemukakan bahwa Matius ingin menitikberatkan kelahiran bayi Yesus pada garis keturunan keluarga kerajaan (menyebutkan nama Salomo), sementara silsilah Yesus menurut Lukas lebih difokuskan pada garis keturunan imam (menyebutkan Lewi).
[18]

Jika ditelusuri, kedua silsilah ini memiliki titik temu yaitu Raja Daud dan dari Daud dapat

ditelusuri lagi hingga Abraham. Kedua daftar silsilah ini identik dalam menyebutkan silsilah sejak Abraham hingga Daud, namun berbeda dalam silsilah sejak Daud hingga Yusuf. Matius memulai dengan Salomo dan dilanjutkan dengan keturunan raja Yudea, hingga raja terakhir, Yekhonya. Setelah Yekhonya, garis keturunan raja terhenti ketika bangsa Israel ditaklukan oleh Kerajaan Babilonia. Dengan demikian, Matius menggambarkan Yesus sebagai keturunan raja Israel. Silsilah Yesus menurut Lukas lebih panjang dibandingkan

menurut Matius; daftar ini menelusuri silsilah Yesus hingga Adam serta menyebutkan lebih banyak nama antara Daud dan Yesus. Yusuf, suami Maria, muncul dalam penjelasan mengenai masa kecil Yesus. Namun demikian, Yusuf tidak disebutkan selama masa pelayanan Yesus. Kitab-kitab dalam Perjanjian Baru seperti Matius, Markus, dan Galatia menceritakan mengenai relasi-relasi Yesus, termasuk kata-kata yang seringkali diterjemahkan sebagai "saudara laki-laki" dan "saudara perempuan".[19] Lukas juga menyebutkan bahwa Elisabet, ibu Yohanes Pembaptis, adalah "sepupu" atau "saudara" Maria [20], sehingga dengan demikian Yohanes adalah sepupu jauh Yesus.
[sunting]Masa

pelayanan Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pelayanan Yesus Yesus Kristus diyakini sebagai Domba Allah, seperti Yohanes Pembaptis pernah nyatakan (Yohanes 1:29). Domba Paskah yang terakhir ini harus berumur satu tahun dan tidak bercela, seperti yang tertulis di Taurat (Keluaran 12:5). Tentunya bukan Yesus Kristus yang berumur satu tahun yang dimaksudkan sebagaimana domba paskah sebelumnya dipilih dan dikurbankan, tetapi Yesus Kristus baru dianggap sebagai orang pada umur 30 tahun menurut kebudayaan Timur. Yesus Kristus mulai pelayanannya pada umur 30 tahun, dan masa pelayanannya kepada anak-anak Israel berakhir pada umur 31 tahun. Meskipun demikian, kebanyakan Kristen meyakini bahwa masa pelayanan Yesus Kristus bukan satu tahun. Yesus melayani di bumi sepanjang tiga sampai tiga setengah tahun.
[sunting]Tujuan

hidup Yesus

Markus mengatakan bahwa Yesus datang "untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang" (Markus 10:45); Lukas mengatakan bahwa Ia dikirim untuk "memberitakan Injil Kerajaan Allah" (Lukas 4:43); dan Yohanes menuliskan bahwa Yesus datang agar "supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal" (Yohanes 3:15).
[sunting]Kronologi

kehidupan Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kronologi Kehidupan Yesus Ada dua sudut pandang, yaitu sudut pandang menurut Alkitab yang paling sering digunakan dan sudut pandang Titianus, seorang sejarawan Yunani, yang jarang digunakan. Menurut sudut pandang Alkitab, kronologi kehidupan Yesus dibagi menjadi empat:

1. Kelahiran Hingga Mulai Pelayanan 2. Pelayanan Selama 3,5 Tahun 3. Minggu Terakhir Sebelum Penyaliban 4. Pasca Kebangkitan Yesus
[sunting]Gelar

Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gelar Yesus Ada beberapa gelar atau istilah yang bisa kita ambil dari Alkitab baik itu dalam kitab Perjanjian Lama maupun kitab Perjanjian Baru. Yang paling sering disebut adalah Kristus/Mesias, Juru Selamat, Anak Allah, Anak Daud, dan Anak Domba Allah
[sunting]Murid-murid

Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keduabelas rasul Semasa pelayanannya di bumi, Yesus memiliki ratusan, bahkan ribuan pengikut. Namun orang-orang yang disebutnya murid jumlahnya kurang dari seratus, yakni orang-orang yang benar-benar meninggalkan harta bendanya, mengikut, belajar dari Yesus, tidak hanya terpana oleh mujizat-mujizat yang diadakan oleh Yesus. Di dalam lingkaran pemuridan terluar, tidak pernah disebutkan tepat berapa total jumlah murid yang dimiliki oleh Yesus, namun di dalam Lukas 10:1, disebutkan bahwa Yesus pernah mengutus total 70 orang murid untuk mengusir setan-setan dan menyembuhkan penyakit dalam namaNya. Di dalam lingkaran pemuridan dalam, Yesus memiliki 12 orang murid, yang kemudian disebut rasul. Mereka adalah: Simon Petrus, Andreas, Yakobus, Yohanes, Filipus, Bartolomeus, Tomas,Yakobus anak Alfeus, Matius, Simon orang Zelot, Yudas Iskariot, dan Yudas anak Yakobus. Di antara keduabelas murid tersebut ada tiga orang murid yang lebih sering diajak oleh Yesus untuk menyaksikan dan belajar dari pelbagai mujizat yang diadakan oleh Yesus, yakni Simon Petrus, Yakobus dan Yohanes. Dan, dari ketiga murid tersebut, Yohanes merupakan murid yang paling dikasihi Yesus (Yohanes 21:20).
[sunting]Pandangan

agama Islam tentang Yesus Kristus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Nabi Islam dan Pandangan agama Islam terhadap Yesus

Berbeda dengan Kristen, menurut ajaran Islam, Yesus Kristus disebut Nabi Isa Al Masih.
[sunting]Interpretasi

berbagai artis akan sosok Yesus

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Yesus dalam karya seni
Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Yesus Kristus

Kehidupan dan pelayanan Yesus telah menjadi inspirasi bagi banyak orang yang mendorongnya untuk mengungkapkannya dalam berbagai bentuk seni, mulai dari seni lukis, seni pahat, hingga seni kontemporer seperti film layar lebar. Karya seni yang mulamula berkembang di lingkungan Gereja adalah pembuatan ikon orang-orang suci. Seni ikon ini berkembang sampai sekarang, khususnya di kalangan Gereja Ortodoks. Di barat, kehidupan Yesus diungkapkan dalam berbagai film, misalnya King of Kings, The Robe, Jesus Christ Superstar, Jesus of Nazareth, Jesus of Monteral, The Last Temptation of Christ, The Gospel of John, The Passion of the Christ, dll. Sebagian dari film-film ini, seperti "Superstar" dan "The Last Temptation" dianggap kontroversial karena memberikan penggambaran dan penafsiran yang berbeda dari yang lazim diterima khalayak. Sementara itu, "The Passion" dianggap kontroversial karena beberapa bagiannya dianggap memberikan tafsiran yang agak sensitif terhadap peranan orang Yahudi dalam kematian Yesus, sementara penggambaran siksaan yang dialami Yesus dianggap terlalu berlebihan.
[sunting]Lihat

pula
Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Kehidupan dan pengajaran Yesus

Isa Kristus/Mesias Kristen Alkitab Natal

[sunting]Referensi

Gambar pada pranala luar


(Indonesia)Peta interaktif Yerusalem pada zaman Yesus

(Indonesia)Peta interaktif pelayanan Yesus

1. ^ Brown Driver Brigges Hebrew and English Lexicon; Hendrickson Publishers 1996 ISBN 1-56563-206-0. 2. ^ Fausset's Bible Dictionary 3. ^ The catholic Encyclopedia 4. ^
"Origin of the Name of Jesus Christ". Catholic Encyclopedia. (1913). New York: Robert Appleton

Company.

5. ^ Vine, W.E. (1940). Expository Dictionary of New Testament Words. Old Tappan, New Jersey: Fleming H.
Revell Company. ISBN None.

6. ^ Yohanes 2 7. ^ Yesus dielu-elukan di Yerusalem 8. ^ ""What the Old Testament Prophesied About the Messiah"". Diakses pada 11 Oktober 2007. 9. ^ "synoptic". Oxford English Dictionary. Oxford University Press. 2nd ed. 1989. 10. ^ a b c d e Harris, Stephen L., Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield. 1985. 11. ^ Ehrman, Bart D.. Misquoting Jesus: The Story Behind Who Changed the Bible and Why. HarperCollins,
2005. ISBN 978-0-06-073817-4

12. ^ Durant, Will. Caesar and Christ. New York: Simon and Schuster. 1972 13. ^ a b Harris, Stephen L., Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield. 1985. "John" p. 302-310 14. ^ Matius 1:1-17 15. ^ Lukas 3:23-38 16. ^ Joseph A. Fitzmyer, The Gospel According to Luke I-IX. Anchor Bible. Garden City: Doubleday, 1981, pp.
499-500; I. Howard Marshall, The Gospel of Luke (The New International Greek Testament Commentary). Grand Rapids: Eerdmans, 1978, p. 158;

17. ^ Bienert, Wolfgang E. (2003). [9780664227210 "The Relatives of Jesus"]. di dalam Wilhelm
Schneemelcher, Robert McLachlan Wilson. New Testament Apocrypha: Gospels and Related Writings. Westminster John Knox Press. hlm. 487.

18. ^ Howard W. Clarke, The Gospel of Matthew and Its Readers, Indiana University Press, 2003, p.1 19. ^ Matius 13:55-56, Markus 6:3, dan Galatia 1:19 20. ^ Lukas 1:36
[sunting]

Pandangan Kristen tentang Yesus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Bagian dari seri tentang

Yesus Kristus

Nama dan julukan Yesus Kristus Mesias Isa Almasih Juruselamat

Yesus Kristus dan Kekristenan Kronologi Kelahiran Silsilah Pembaptisan Pelayanan Mukjizat Perumpamaan Perjamuan Terakhir Penangkapan Pengadilan Penyaliban Kematian Penguburan Kebangkitan Kenaikan Kedatangan kedua Penghakiman

Ajaran utama Yesus Kristus Mesias Kotbah di Bukit Doa Bapa Kami Hukum Kasih Perjamuan Malam Amanat Agung

Pandangan terhadap Yesus

Pandangan Kristen Pandangan Islam Pandangan Yahudi Yesus dalam sejarah Yesus dalam karya seni
Kotak ini: lihat bicara sunting

[sembunyikan] Bagian dari seri artikel tentang

Kekristenan

Yesus Kristus

Kelahiran Kematian Kebangkitan Natal Jumat Agung Paskah

Dasar

Gereja Injil Kerajaan Rasul: Paulus Petrus

Alkitab

Perjanjian Baru Perjanjian Lama Kanon Deuterokanonika

Teologi

Allah Bapa Allah Putra Allah Roh Kudus Trinitas Keselamatan Baptisan Maria

Ajaran

Sepuluh Perintah Allah Hukum Kasih Amanat Agung Kotbah di Bukit: Ucapan Berbahagia Doa Bapa Kami

Sejarah Kekristenan

Gereja mula-mula Konsili Pengakuan iman Misi Skisma Timur-Barat Perang Salib Reformasi Kontra Reformasi

Denominasi Kristen
[tampilkan]Katolik

[tampilkan]Protestan

[tampilkan]Ortodoks

Topik terkait

Khotbah Doa Ekumenisme Gerakan Seni Musik Liturgi Kalender Simbol Kritik Portal Kristen
Kotak ini: lihat bicara sunting

Pandangan Kristen tentang Yesus bervariasi di antara denominasi Kristen yang berbeda, tetapi hampir semua orang Kristen mendasarkan keyakinan mereka pada apa yang mereka yakini sebagai ajaran Yesus, dan percaya bahwa Yesus adalah sang Kristus (Mesias), Juru Selamat manusia seperti yang dinubuatkan dalam Perjanjian Lama. Kebanyakan juga percaya bahwa Dia adalah Anak Allah, dan inkarnasi dari Allah sendiri.

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Kepercayaan akan keilahian Yesus 2 Kehidupan

2.1 Kelahiran dan masa kecil 2.2 Pelayanan dan pesan Yesus 2.3 Penangkapan, pengadilan, dan penyaliban 2.4 Kebangkitan, Naik ke Surga, dan Kedatangan yang Kedua Kali

3 Mukjizat Yesus 4 Lihat pula 5 Pranala luar

[sunting]Kepercayaan

akan keilahian Yesus

Selain dari peran Yesus sebagai Mesias, kebanyakan orang Kristen juga menganggap bahwa keyakinan akan keilahian Yesus adalah bagian penting dalam agama Kristen. Menurut teologi Kristen arus utama setelah teologi itu disistematiskan pada abad-abad pertama Masehi, Yesus dipahami sebagai bagian dari Tritunggal, yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Roh Kudus diyakini sebagai tiga "pribadi" dengan satu hakikat metafisik yang sama, yang merupakan keberadaan Allah yang esa dan sempurna. Sebagian denominasi Kristen telah mengembangkan pemahaman-pemahaman metafisik yang lain tentang Yesus, termasuk gagasan bahwa Yesus, Bapa, dan Roh Kudus adalah satu "pribadi" dengan tiga atau lebih manifestasi (lihat Modalisme) atau bahwa ketiganya berbeda-beda bukan hanya dalam "pribadinya" tetapi juga dalam pengertian metafisik, dan hanya dipersatukan dalam "kehendak" atau "pikiran"nya. Banyak dari doktrin ini ditolak sebagai ajaran sesat oleh konsili-konsili ekumenis Gereja. Beberapa variannya (misalnya Mormonisme dan Saksi Yehuwa kadang-kadang juga ditolak dari payung Kekristenan khususnya oleh kaum evangelikal. Lihat Kristologi. Orang Kristen melihat berbagai ayat di dalam Kitab-kitab Injil dan bagian-bagian lain dari Perjanjian Baru memperdebatkan keilahian Yesus.

[sunting]Kehidupan [sunting]Kelahiran

dan masa kecil

Dari keempat Injil, kelahiran disebut hanya dalam Injil Matius dan Injil Lukas. Kedua kisah masa kecil Yesus mendukung doktrin tentang kelahiran Yesus dari perawan; di situ Yesus secara ajaib dikandung di dalam rahim ibunya oleh Roh Kudus, ketika ibunya masih seorang perawan. Menurut kisah-kisah ini, Yesus dilahirkan ketika Yusuf dan Maria, tunangan Yusuf, sedang mengunjungi Betlehem dari tempat kelahiran mereka Nazaret. Maria juga biasa disebut sebagai Perawan Maria atau, seperti yang disebut oleh orang Katolik Roma dan Ortodoks Yunani, "Bunda Allah" (lihat Theotokos).

Rincian dari kedua kisah ini berbeda-beda. Misalnya, Lukas melaporkan bahwa kedua orangtua Yesus tinggal di Nazaret, sementara menurut Matius, mereka menetap di Nazaret setelah mereka kembali dari Mesir, kejadian yang tidak disebutkan oleh Lukas. Lebih jauh, Matiusmenjelaskan bahwa Yusuf dan Maria lari dengan bayi Yesus ke Mesir setelah mendapatkan peringatan dari malaikat tentang rencana Herodes untuk membunuh anak-anak lelaki di bawah dua tahun di Betlehem. Beberapa ayat dalam Kitab-kitab Injil menyebutkan saudara-saudara Yesus. Sebagian orang Kristen berpendapat bahwa itu tidak berarti mereka itu saudara kandung Yesus. Dalam berbagai budaya di sepanjang sejarah manusia, dan bahkan sampai kini, saudara tiri pun disebut "saudara". Jadi, mereka berspekulasi bahwa Yusuf kemungkinan jauh lebih tua daripada Maria, seorang duda dengan sejumlah anak ketika ia bertunangan dengan Maria, sementara pernikahan mereka yang telah direncanakan terutama adalah sebuah pengaturan sosial untuk menjamin bahwa Maria mendapatkan cukup tunjangan hidup. Ini ditopang oleh kenyataan bahwa Yusuf tidak disebutkan belakangan dalam Kitab-kitab Injil, karena mungkin ia sudah meninggal. Beberapa pakar Alkitab, khususnya dari pihak Katolik Roma, mengatakan bahwa dalam bahasa Ibrani maupun bahasa Aram, kata "saudara" juga digunakan untuk saudara sepupu. Perjanjian Baru tidak banyak menceritakan masa kecil Yesus atau masa dewasanya sebelum ia memulai pelayanannya. Namun, pada saat ia mencapai usia 30 tahun, semua kitab Injil melaporkan bahwa ia telah dikenal sebagai guru agama.

[sunting]Pelayanan

dan pesan Yesus

Meskipun injil sinoptik memfokuskan terutama hanya pada tahun terakhir pelayanan Yesus, Injil Yohanes menunjukkan bahwa pelayanannya berlangsung selama paling tidak tiga Paskah Yahudi dari saat dia dibaptis oleh Yohanes Pembaptis sampai penyalibannya. Dalam pelayanannya, Yesus menjadi seorang rabi yang berkeliling ke mana-mana dan melakukan mukjizat. Yesus mengajarkan cinta-kasih universal antara manusia, dan ketaatan pada kehendak Allah. Pesannya mengajarkan bahwa cintakasih universal adalah sebuah cara yang lebih langsung untuk memenuhi kehendak Allah, dan bukan semata-mata dengan menaati hukum-hukum yang terdapat dalam Alkitab Ibrani. Seringkali, Yesus menyampaikan pesannya melalui penggunaan perumpamaan. Beberapa ajarannya kelihatan mengandung paradoks. Ia mengajarkan bahwa yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama. Ia juga mengajarkan bahwa "barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya." (Matius 16:25); dan bahwa kekerasan harus dihadapi dengan sikap anti-kekerasan. Yesus berkata bahwa ia membawa damai bagi mereka yang percaya kepadanya, namun ia pun memperingatkan bahwa ia membawa pertentangan kepada dunia, dan menyebabkan anggota-anggota keluarga saling bertentangan (karena ketidaksepakatan tentang kepercayaan kepadanya). Penggunaan paradoks adalah cara yang diakui untuk memecahkan cara berpikir yang mapan untuk memungkinkan suatu pemahaman baru. Misalnya, penggunaan koan dalam cabang Buddhisme tertentu, yang berusaha mengatasi cara berpikir yang berbahaya atau keliru. Yesus menyampaikan pesan apokaliptik, dan mengatakan bahwa dunia yang kita kenal akan berakhir tanpa terduga-duga. Karena itu ia mengajak para pengikutnya agar selalu waspada dan tetap setia. Para bapak gereja perdana lebih jauh mengembangkan pesannya, dan banyak bagian lainnya dari Perjanjian Baru berkaitan dengan makna kematian dan kebangkitan Yesus serta implikasinya bagi umat manusia. Sebuah gagsan yang tetap bertahan

sepanjang teologi Kristen adalah gagasan bahwa umat manusia ditebus, diselamatkan, atau diberikan kesempatan untuk mencapai keselamatan melalui kematian Yesus. "Yesus mati untuk dosa-dosa kita" adalah sebuah ajaran Kristen yang umum.

Namun gagasan tentang "keselamatan" telah ditafsirkan dalam banyak cara. Ada spektrum yang luas dalam pandangan Kristen tentang hal ini sejak dulu hingga sekarang. Sebagian peristiwa yang menonjol dalam pelayanan Yesus, yang dikisahkan kembali dalam Kitab-kitab Injil, antara lain adalah:

Ketika Yesus ditanyai manakah perintah yang terpenting dalam hukum Musa, Yesus menjawab bahwa perintah yang terbesar adalah ""Hukum yang terutama ialah: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." (Markus 12:29-30, menggemakan Kitab Ulangan 6:5), dan pada saat yang sama ia mengatakan bahwa perintah "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri" (terdapat dalam Kitab Imamat 19:18) pun sama pentingnya.

Yesus bertanya kepada murid-muridnya "Menurut katamu, siapakah Aku ini?" Petrus menjawab, "Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!" Yesus menjawab: "Berbahagialah engkau ... Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga."

Ketika melihat para pedagang melakukan penukaran uang di Bait Allah di Yerusalem, Yesus menagmbil cambuk untuk mengusir binatang-binatang yang dibawa dan dijual oleh para pedagang itu, melepaskan burung-burung dara, dan membalikkan meja-meja para penukar uang itu.

Pada hari Kamis malam menjelang Jumat Agung, Yesus mengadakan perjamuan Paskah bersama dengan para muridnya Perjamuan Terakhir. Pada waktu mereka makan, ia membeikan roti kepada murid-muridnya dan berkata, "Ambillan dan makanlah. Ini adalah tubuhku", dan kemudian memberikan mereka cawan anggur, serta mengatakan, "Minumlah, inilah darahKu, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa." Banyak denominasi Kristen yang menerima ucapan ini sebagai perintah untuk menyelenggarakan sakramenPerjamuan Kudus atau Ekaristi.

Sejumlah sarjana kontemporer memusatkan perhatian pada perumpamaan Yesus, suatu bentuk cerita pengajaran yang ditemukan dalam ketiga Injil Sinoptik. Banyak dari penelitian ini memperoleh tempat berpijak yang kuat di Amerika Serikat pada awal tahun 1980-an oleh sekolompok pakar Alkitab yang dikenal sebagai Seminar Yesus Setelah beberapa dasawarsa menurunnya keanggotaan Gereja di Eropa, muncul minat yang baru terhadap ajaran-ajaran Yesus. The Alpha Course telah memungkinkan banyak orang mempelajari pesan Yesus dalam suasana non-evangelistik.

[sunting]Penangkapan,

pengadilan, dan penyaliban

Menurut Kitab-kitab Injil, Yesus memasuki Yerusalem dengan menunggang seekor keledai, pada hari Minggu yang sekarang dirayakan sebagai Minggu Palma. Ia disambut oleh sekelompok orang yang melambaikan daun-daun palma, sambil berteriak Hosanna, atau "Kami mohon, selamatkanlah kami!" Pada Kamis minggu itu, dia mengadakan Perjamuan Terakhir, dan setelah itu pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sana dia merasa kesedihan dan penderitaan, dan berkata ""Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki." (Matius 26:39) Dan kemudian dia mengatakan, "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu!" (Matius 26:42). Dokter Lukas mencatat sisi manusiawi Yesus dalam Lukas 22:43-44dimana dinyatakan bahwa ada Malaikat dari langit yang menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepada-Nya, dan bahwa Yesus sangat ketakutan dan makin sungguh-sungguh berdoa sementara peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Yudas Iskariot, salah satu dari dua belas murid Yesus, yang pergi meninggalkan Perjamuan Terakhir, mengkhianati Yesus dengan memberitahu para pemimpin Yahudi tentang lokasi Yesus. Para pemimpin tersebut telah memutuskan untuk menangkap Yesus, karena beberapa dari mereka menganggap Yesus sebagai ancaman bagi kekuasaan mereka karena ia semakin populer, karena tafsirannya yang baru tentang Kitab Suci, dan karena mengungkapkan kemunafikan mereka. Yudas dan sekelompok orang yang bersenjata pedang dan tongkat pemukul kemudian muncul, dan Yudas membantu mengenali Yesus dengan menciumnya, sebuah tanda yang telah disepakati di antara mereka. Meskipun salah satu pengikut Yesus mengeluarkan pedang, dan memotong telinga dari salah satu pria bersenjata, Yesus menegurnya dan mengatakan "Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang." Kemudian para murid Yesus meninggalkan dia dan melarikan diri, kecuali Petrus yang mengikutinya dari kejauhan sampai ke halaman Imam Agung (di sana dia menyangkal Yesus tiga kali). Yesus dibawa ke hadapan para peimpin Yahudi, dan ditanyai apakah ia memang Anak Allah. Setelah menyimpulkan bahwa Yesus menjawab positif, ia diserahkan kepada Pontius Pilatus, gubernur setempat dari pemerintahan pendudukan Roma. Pilatus bertanya kepada Yesus, apakah ia menganggap dirinya "raja orang Yahudi", yang dapat dianggap sebagai upaya untuk menumbangkan kekuasaan Romawi. Pertanyaan Pilatus tidak dijawab Yesus, atau jawabannya, "Engkau sendiri mengatakannya." Pilatus lalu memberikan pilihan kepada kahalayak yang berkumpul, siapakah yang akan mereka bebaskan - Yesus ataukah seorang tahanan lain. Khalayak memutuskan bahwa Yesus tidak boleh dilepaskan, karena itu Pilatus mencoba memuaskan mereka, dengan memerintahkan agar Yesus dicambuk. Beberapa tentara Romawi membuat mahkota dari duri dan meletakkannya di kepala Yesus. Namun khalayak menuntut agar Yesus disalibkan, dan Pilatus menurut. Pada hari itu juga, setelah memikul salibnya sendiri, Yesus disalibkan di Golgota, dengan sebuah tanda yang berbunyi (dalam bahasa Ibrani, Latin, dan Yunani) "Yesus orang Nazaret, raja orang Yahudi", yang dipasang pada salib berdasarkan perintah Pilatus. Menurut Injil Lukas, sementara Yesus disalibkan, ia berkata, "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat." (Lukas 23:34). Sementara tergantung pada salib, Yesus diejek oleh orang-orang yang lewat, dan, menurut Injil Yohanes, ia dikunjungi oleh ibunya dan para perempuan lainnya, lalu meninggal dunia. Kematiannya dikukuhkan oleh seorang prajurit Romawi yang menusuk pingganggnya dengan tombak.

Ketika tergantung pada salib, Injil Markus melaporkan bahwa Yesus bertanya, "Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Banyak pembaca merasa hal ini membingungkan secara teologis, dan mereka percaya bahwa Allah telah membiarkan Yesus mati pada salib. Menurut tafsiran umum tentang Kitab Suci, Allah Bapa memalingkan diri dari Yesus pada saat ini karena Yesus sedang menderita sebagai ganti orang berdosa. Yang lainnya mengakui ini sebagai kutipan langsung dari Mazmur 22:1, sebuah cara yang lazim pada saat itu untuk mengacu kepada seluruh Mazmur. Mazmur itu dimulai dengan seruan keputusasaan, tapi berakhir dengan nada pengharapan dan percaya penuh akan kemenangan dan pembebasan Allah. Mazmur ini juga mengandung beberapa rincian yang dihubungkand engan penyaliban Yesus, seperti misalnya tentang tentara-tentara yang membuang undi untuk jubah Yesus dan membiarkan tulangnya tidak diremukkan. Yang lainnya lagi menganggap "Mengapa Engkau meninggalkan aku" sebagai terjemahan yang keliru dari aslinya dalam bahasa Aram: mereka berpendapat bahwa terjemahan yang lebih baik ialah "untuk inilah aku telah dijaka" atau "mengapa Engkau membiarkan aku hidup?" Injil Yohanes, di pihak lain, menggambarkan bahwa Yesus tetap berkuasa penuh dari atas salib, dan berkata, "Sudah selesai," pada saat kematiannya. Bukannya meminta "cawan pahit" disingkirkan daripadanya ketika ia berdoa di Taman Getsemani pada malam sebelumnya, menurut Yohanes, Yesus malah meminta cawan itu.

[sunting]Kebangkitan,

Naik ke Surga, dan Kedatangan yang Kedua Kali

Menurut Perjanjian Baru, Yesus bangkit dari kematian pada hari ketiga setelah penyalibannya dan menampakkan diri kepada murid-muridnya. Kisah para Rasul melaporkan bahwa 40 hari kemudian ia naik ke surga dan mempertahankan kedua hakikatnya, ilahi dan manusia. Surat Paulus kepada jemaat-jemaat Kristen di Roma, Efesus, dan Kolose, serta Surat Ibrani (yang secara tradisional dianggap ditulis oleh Paulus) mengklaim bahwa Yesus sekarang memiliki kuasa di surga dan di bumi demi Gereja, hingga seluruh bumi berada di bawah pemerintahannya melalui pemberitaan Injil. Berdasarkan Perjanjian Baru, orang Kristen percaya bahwa Yesus akan datang kembali dari surga pada akhir zaman, untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Dalam beberapa aliran dari Gereja Mormon (Mormonisme), Yesus diyakini telah menampakkan diri di belahan bumi barat setelah kebangkitannya dan mengajar kepada sejumlah orang Indian, yang menurut Kitab Mormon adalah keturunan bangsa Israel.

[sunting]Mukjizat

Yesus

Artikel utama: Mukjizat Yesus

Lazarus dibangkitkan oleh Yesus; lukisan oleh Duccio(1310).


Mukjizat-mukjizat yang dilakukan oleh Yesus, menurut Kitab-kitab Injil, antara lain adalah: Mengubah air menjadi anggur untuk sebuah pesta pernikahan. Menyembuhkan seorang anak yang sakit dan hampir mati. Menyembuhkan orang lumpuh, orang yang menderita penyakit kulit yang menular. Memberi makan kepada 5.000 orang dengan lima potong roti dan dua ikan.

Berjalan di atas air untuk menemui murid-muridnya yang sedang berada di perahu (dan juga memampukan Petrus berjalan di atas air).

Memulihkan penglihatan seorang yang buta. Membangkitkan Lazarus yang telah mati selama empat hari. Menampakkan diri kepada Petrus, Yakobus, dan Yohanes dalam keadaan dipermuliakan, dengan pakaian putih cemerlang bercahaya, bersama Elia dan Musa.

Mujizat Yesus Kristus


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa

Ada usul agar Mukjizat Isa digabungkan ke artikel atau bagian ini. (Diskusikan)

Bagian dari seri tentang

Yesus Kristus

Nama dan julukan Yesus Kristus Mesias Isa Almasih Juruselamat

Yesus Kristus dan Kekristenan Kronologi Kelahiran Silsilah Pembaptisan Pelayanan Mukjizat Perumpamaan Perjamuan Terakhir Penangkapan Pengadilan Penyaliban Kematian Penguburan Kebangkitan Kenaikan Kedatangan kedua Penghakiman

Ajaran utama Yesus Kristus Mesias Kotbah di Bukit

Doa Bapa Kami Hukum Kasih Perjamuan Malam Amanat Agung

Pandangan terhadap Yesus Pandangan Kristen Pandangan Islam Pandangan Yahudi Yesus dalam sejarah Yesus dalam karya seni
Kotak ini: lihat bicara sunting

Menurut Injil kanonikal, Yesus melakukan banyak mukjizat dalam masa pelayanannya, yang dapat dikategorikan ke menyembuhkan orang sakit, mengusir orang yang kerasukan setan, mengendalikan alam, membangkitkan orang mati, dan Yesus sendiri bangkit dari kematian. Bagi orang Kristen, mukjizat ini diakui sebagai kejadian nyata.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Jenis Mukjizat

1.1 Penyembu han

1.2 Pengusira n setan

1.3 Mengenda likan alam

1.4 Kuasa atas kematian

2 Mujizat yang dicatat

2.1 dalam Injil Matius

2.2 dalam Injil Markus

2.3 dalam Injil Lukas

2.4 dalam Injil Yohanes

3 Referensi 4 Pranala luar

4.1 Menduku ng

[sunting]Jenis

4.2 Kritik

Mukjizat

[sunting]Penyembuhan

Kebanyakan keajaiban yang tertulis dalam Perjanjian Baru adalah yang menyangkut penyakit dan cacat. Injil memberikan gambaran yang bervariasi dalam tiap episode, kadangkala Yesus menyembuhkan hanya dengan mengatakan beberapa kata, atau dengan meletakkan tanganNya, dan lainnya menggunakan benda lainnya (seperti ludah atau lumpur). Mereka dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik, tetapi tidak di Injil Yohanes.
[sunting]Pengusiran

setan

Menurut Injil Sinoptik, Yesus melakukan banyak pengusiran setan dari orang-orang yang kerasukan setan. Mereka dicatat dalam ketiga Injil Sinoptik, tetapi tidak di Injil Yohanes.
[sunting]Mengendalikan

alam

Injil mencatat beberapa kisah tentang kuasa Yesus terhadap alam, seperti memberi makan 5000 orang, menghentikan badai dan berjalan di atas air.
[sunting]Kuasa

atas kematian

Keempat kitab Injil dalam bagian Perjanjian Baru Alkitab Kristen melaporkan tiga kejadian di mana Yesus membangkitkan orang mati
1. anak perempuan Yairus, 2. anak laki-laki janda di Nain 3. Lazarus

Selain itu, Yesus sendiri bangkit dari kematian, yang merupakan mujizat terbesar, karena jika ketiga orang yang dibangkitkan itu kemudian mati lagi, kebangkitan Yesus tidak berakhir sampai selama-lamanya. Tidak ada lagi kematian kedua.

[sunting]Mujizat [sunting]dalam

yang dicatat

Injil Matius

Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Matius 8:1-4) Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Matius 8:5-13) Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Matius 8:14-17) Yesus meredakan angin ribut (Matius 8:23-27) Yesus menyembuhkan dua orang yang kerasukan (Matius 8:28-34) Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Matius 9:1-8) Yesus menyembuhkan anak kepala rumah ibadat dan perempuan yang sakit pendarahan (Matius 9:18-26) Yesus menyembuhkan mata dua orang buta (Matius 9:27-31) Yesus menyembuhkan seorang bisu (Matius 9:32-34) Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Matius 12:9-15a) Yesus menyembuhkan seorang yang kerasukan setan (Matius 12:9-15a) Yesus memberi makan lima ribu orang (Matius 14:13-21) Yesus berjalan di atas air (Matius 14:22-33) Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Matius 14:34-36) Yesus menyembuhkan anak perempuan seorang perempuan Kanaan (Matius 15:22-28) Yesus menyembuhkan banyak orang sakit (Matius 15:29-31) Yesus memberi makan empat ribu orang (Matius 15:32-39) Yesus menyembuhkan seorang anak muda yang sakit ayan (Matius 17:14-18) Yesus membayar bea untuk Bait Allah (Matius 17:27) Yesus menyembuhkan dua orang buta (Matius 20:29-34) Yesus mengutuk pohon ara (Matius 21:18-19) Kebangkitan Yesus (Matius 28:1-10)

[sunting]dalam

Injil Markus

Yesus mengusir roh jahat di Kapernaum (Markus 1:23-28) Yesus menyembuhkan ibu mertua Petrus dan orang-orang lain (Markus 1:29-34)

Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Markus 2:1-12) Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Markus 3:1-6) Yesus menyembuhkan banyak orang (Markus 3:7-12) Yesus meredakan angin ribut (Markus 4:35-41) Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Markus 5:1-20) Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Markus 5:21-43) Yesus memberi makan lima ribu orang (Markus 6:30-44) Yesus berjalan di atas air (Markus 6:45-52) Yesus menyembuhkan orang-orang sakit di Genesaret (Markus 6:45-52) Yesus menyembuhkan seorang tuli (Markus 7:31-37) Yesus memberi makan empat ribu orang (Markus 8:1-10) Yesus menyembuhkan seorang buta di Betsaida (Markus 8:22-26) Yesus mengusir roh dari seorang anak yang bisu (Markus 9:14-29) Yesus menyembuhkan Bartimeus (Markus 10:46-52) Kebangkitan Yesus (Markus 16:1-8)

[sunting]dalam

Injil Lukas

Yesus melepaskan diri dari orang-orang yang hendak mencelakakan Dia (Lukas 4:2830) Yesus menyembuhkan ibu mertua Simon Petrus dan orang-orang lain (Lukas 4:38-41) Yesus memanggil Petrus dan saudaranya (Lukas 5:1-11)*Yesus melakukan mujizat melalui
Simon

Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Lukas 5:12-16) Yesus menyembuhkan orang lumpuh (Lukas 5:17-26) Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat (Lukas 6:6-11) Yesus menyembuhkan hamba seorang perwira di Kapernaum (Lukas 7:1-10) Yesus membangkitkan anak muda di Nain (Lukas 7:11-17) Yesus meredakan angin ribut (Lukas 8:22-25) Yesus mengusir roh jahat dari orang Gerasa (Lukas 8:26-39)

Yesus membangkitkan anak Yairus dan menyembuhkan seorang perempuan yang sakit pendarahan (Lukas 8:40-56) Yesus memberi makan lima ribu orang (Lukas 9:10-17) Yesus mengusir roh dari seorang anak yang sakit (Lukas 9:37-43a) Yesus menyembuhkan perempuan bungkuk yang dirasuk roh (Lukas 13:10-17) Yesus menyembuhkan orang yang sakit busung air (Lukas 14:1-6) Yesus menyembuhkan sepuluh orang kusta (Lukas 17:11-19) Yesus menyembuhkan seorang buta dekat Yerikho (Lukas 18:35-43) Yesus menyembuhkan telinga Malkhus yang putus (Lukas 22:50-51) Kebangkitan Yesus (Lukas 24:1-12)

[sunting]dalam

Injil Yohanes

Yesus mengubah air menjadi anggur (Yohanes 2:1-10) Yesus menyembuhkan anak seorang pegawai istana (Yohanes 4:46-53) Yesus menyembuhkan seorang lumpuh di Betesda (Yohanes 5:1-9) Yesus mencelikkan mata seorang yang buta sejak lahir (Yohanes 9:1-12) Yesus membangkitkan Lazarus dari kematian (Yohanes 11:38) Kebangkitan Yesus (Yohanes 20:1-10) Yesus memberikan hasil tangkapan ikan yang luar biasa (Yohanes 21:4-6)

[sunting]Referensi

(Indonesia) Bob Phillips, "Find It in the Bible - Lists, Lsts, and more List", Immanuel,

Jakarta 2007

Trench, Richard Chenevix, Notes on the miracles of our Lord, London : John W. Parker, 1846 and many later editions Brown, Raymond E. An Introduction to the New Testament, Doubleday, 1997 ISBN 0385-24767-2 Brown, Raymond E. et al. The New Jerome Biblical Commentary Prentice-Hall, 1990 ISBN 0-13-614934-0 Kilgallen, John J. A Brief Commentary on the Gospel of Mark, Paulist Press, 1989. ISBN 0-8091-3059-9

Meier, John P. A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, v. 2, Mentor, Message, and Miracles, Doubleday, 1994, ISBN 0-385-46992-6 Miller, Robert J. Editor The Complete Gospels, Polebridge Press, 1994 ISBN 0-06065587-9

Yesus Menurut Injil Lukas (Yesus, Juruselamat Yang Ilahi Dan Manusiawi)
[sunting]

Injil Lukas adalah kitab pertama dari kedua kitab yang dialamatkan kepada seorang bernama Teofilus (Luk 1:1,3; Kis 1:1). Walaupun nama penulis tidak dicantumkan dalam dua kitab tersebut, kesaksian yang bulat dari kekristenan mula-mula dan bukti kuat dari dalam kitab-kitab itu sendiri menunjukkan bahwa Lukaslah yang menulis kedua kitab itu. Lukas menulis Injil ini kepada orang-orang bukan Yahudi guna menyediakan suatu catatan yang lengkap dan cermat "tentang segala sesuatu yang dikerjakan dan diajarkan Yesus, sampai pada hari Ia terangkat" (Kis 1:1-2). Lukas yang menulis dengan ilham Roh Kudus, menginginkan agar Teofilus dan para petobat bukan Yahudi serta orang-orang lain yang ingin mengetahui kebenaran akan mengetahui dengan pasti kebenaran yang tepat yang telah diajarkan kepada mereka secara lisan (Luk 1:34). Kenyataan bahwa tulisan Lukas ini ditujukan kepada orang-orang bukan Yahudi tampak dengan jelas di seluruh kitab Injil ini; misalnya, ia merunut silsilah Yesus sebagai manusia sampai kepada Adam (Luk 3:23-38) dan tidak hanya sampai Abraham seperti yang dilakukan oleh Matius (bd. Mat 1:1-17). Dalam kitab Lukas, Yesus dengan jelas terlihat sebagai Juruselamat yang ilahi-insani yang menjadi jawaban Allah bagi kebutuhan segenap keturunan Adam akan keselamatan. Injil Lukas mulai dengan kisah masa bayi yang paling lengkap (Luk 1:5-2:40) dan satusatunya pandangan sekilas di dalam Injil-Injil mengenai masa pra remaja Yesus (Luk 2:41-52). Setelah menceritakan pelayanan Yohanes Pembaptis dan memberikan silsilah Yesus, Lukas membagi pelayanan Yesus ke dalam tiga bagian besar: (1) pelayanan-Nya di Galilea dan sekitarnya (Luk 4:14-9:50), (2) pelayanan-Nya pada perjalanan terakhir ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27), dan (3) minggu terakhir-Nya di Yerusalem (Luk 19:28-24:43). Walaupun mukjizat-mukjizat Yesus dalam pelayanan-Nya di Galilea cukup mencolok di dalam tulisan Lukas, fokus utama Injil ini ialah pengajaran dan perumpamaanperumpamaan Yesus selama pelayanan-Nya yang luas dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem (Luk 9:51-19:27). Bagian ini mengandung himpunan materi terbesar yang unik dalam kitab Lukas, dan mencakup banyak kisah dan perumpamaan yang sangat digemari. Ayat terpenting (Luk 9:51) dan ayat kunci (Luk 19:10) dari Injil ini terdapat pada permulaan dan menjelang akhir materi Lukas yang khusus ini.

Delapan penekanan yang utama menandai Injil Lukas: (1) Injil ini adalah yang terlengkap catatannya mengenai peristiwa di dalam kehidupan Yesus sejak menjelang kelahiran sampai kenaikan-Nya, dan juga kitab yang terpanjang dalam PB. (2) Kitab ini mempunyai kesusastraan terbaik dari semua Injil, menunjukkan gaya penulisan dan isi yang luar biasa, kosa kata kaya dan penguasaan bahasa Yunani yang baik sekali. (3) Lukas menekankan cakupan universal dari Injil - bahwa Yesus datang untuk membawa keselamatan bagi semua orang, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi. (4) Perhatian Yesus terhadap orang yang serba kekurangan ditekankan, termasuk para wanita, anak-anak, orang miskin, dan kelompok yang dianggap sampah masyarakat; (5) Injil Lukas menekankan kehidupan doa Yesus dan pengajaran-Nya mengenai doa. (6) Gelar yang terutama untuk Yesus dalam kitab ini adalah "Anak Manusia". (7) Tanggapan sukacita menandai mereka yang menerima Yesus dan berita-Nya. (8) Roh Kudus diberikan peranan terpenting dalam kehidupan Yesus dan umat-Nya (mis. Luk 1:15,41,67; Luk 2:25-27; Luk 4:1,14,18; Luk 10:21; Luk 12:12; Luk 24:49).

Surat Kabar sering menempatkan gambar kartun di tempat yang menarik perhatian pembaca, yaitu di halaman editorial. Seniman menggoreskan garis-garis sederhana untuk membuat karikatur tentang situasi politik, sosial, atau ekonomi yang sedang kita hadapi. Melalui karikatur tersebut, ia dapat menyampaikan pesan yang begitu tajam dan tepat mengenai sasaran. Ketajaman dan ketepatan karikatur itu tidak dapat ditandingi oleh kefasihan bahasa seorang ahli bahasa. Yesus melukiskan gambaran verbal tentang dunia di sekitarnya melalui perumpamaanperumpamaan. Ia mengajar dengan menggunakan perumpamaan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi dalam kehidupan nyata. Dia menggunakan sebuah cerita yang diambil dari kehidupan sehari-hari. Ia mengajarkan pengajaran baru dengan menggunakan cerita tentang keadaan yang sudah dikenal dan diterima oleh pendengarNya. Pengajaran itu seringkali muncul di akhir cerita dan mempunyai pengertian yang dalam sehingga membutuhkan waktu untuk memahaminya. Ketika pendengar mendengar sebuah perumpamaan, ia akan menyetujuinya karen a cerita itu biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan ia dapat mengerti segala suatu yang diutarakan dalam perumpamaan terebut. Sedangkan yang berkaitan dengan aplikasi dari perumpamaan itu, sekalipun bisa didengar, tetapi aplikasinya tidak selalu dapat dimengerti. Kita dapat memahami suatu cerita yang dibeberkan kepada kita, tetapi kita bisa saja tidak dapat menangkap signifikansi dari cerita itu. [1] Kebenaran tetap tersembunyi sampai mata kita dibukakan dan dapat melihat dengan jelas. Pada sa at itu barulah pengajaran yang baru dari perumpamaan itu akan menjadi berarti. Hal itu dikatakan oleh Yesus kepada muridmurid-Nya,"Kepadamu telah diberikan rahasia Kerajaan Allah, tetapi kepada orang-orang luar segala sesuatu disampaikan dalam perumpamaan" (Markus 4:11).

Bentuk-bentuk Perumpamaan

Kata perumpamaan dalam Perjanjian Baru mempunyai konotasi yang luas, termasuk bentuk-bentuk perumpamaan yang secara umum dibagi ke dalam tiga kategori. [2]Ada perumpamaan-perumpamaan yang berupa kisah nyata, perumpamaan-perumpamaan yang berupa cerita dan ilustrasi. 1. Perumpamaan-perumpamaan berupa kisah nyata. Perumpamaan-perumpamaan ini menggunakan ilustrasi dari kehidupan sehari-hari yang sudah dikenal oleh para pendengar. Setiap orang mengakui kebenaran dari kisah itu, sehingga tidak ada dasar bagi para pendengar untuk mengajukan keberatan dan kritik. Semua orang telah melihat bahwa benih tumbuh dengan sendirinya (Markus 4:26-29); ragi mengkhamirkan seluruh adonan (Matius 13:33); anak-anak bermain di pasar (Matius 11:16-19; Lukas 7:31, 32); seekor domba yang meninggalkan kumpulannya (Matius 18:12-14); dan seorang wanita yang kehilangan dirham di rumahnya (Lukas 15:8-10). Perumpamaan-perumpamaan ini dan banyak perumpamaan yang lain bertitik-tolak dari gambaran kehidupan manusia maupun alam yang memang demikian pada kenyataannya. Perumpamaan-perumpamaan itu biasanya berkaitan dengan apa yang terjadi pada masa kini. 2.Perumpamaan-perumpamaan berupa cerita. Berbeda dari perumpamaan berupa kisah nyata, perumpamaan ini tidak berdasarkan pada kenyataan atau tata cara yang sudah diterima secara umum. Perumpamaan berupa kisah nyata dipaparkan sebagai kisah nyata yang sedang terjadi, sedangkan perumpamaan berupa cerita menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau. Biasanya berkenaan dengan pen gala man seseorang. Matius 13:24-30 menjelaskan pengalaman dari seorang petani yang menabur gandum dan kemudian mengetahui bahwa musuhnya telah menabur lalang di tempat yang sama. Lukas 16:1-9 menceritakan seorang kaya yang memiliki manajer yang telah menyia-nyiakan hartanya. Lukas 18:1-8 mencatat ten tang seorang hakim yang menjalankan keadilan setelah mendengarkan permohonan yang terus menerus dari seorang janda. Kehistorisan dari cerita-cerita ini tidak dipermasalahkan, karena yang penting bukan apakah peristiwa itu benar-benar terjadi atau tidak, tetapi yang penting adalah kebenaran yang terkandung di dalam cerita itu. 3. Ilustrasi. Cerita-cerita ilustrasi yang muncul di Injil Lukas biasanya dikategorikan sebagai cerita-cerita contoh. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati (Lukas 10:3037); perumpamaan orang kaya yang bodoh (Lukas 12:16-21); perumpamaan orang kay a dan Lazarus (Lukas 16:19-31); dan perumpamaan orang Farisi dan pemungut cukai (Lukas 18:9-14) termasuk dalam kategori ini. Pola dari ilustrasi-ilustrasi tersebut berbeda dari perumpamaan berupa cerita. Perumpamaan berupa cerita merupakan sebuah analogi, sedangkan ilustrasi memperlihatkan contoh-contoh yang harus ditiru atau yang harus dihindari. Ilustrasi langsung dipusatkan pada karakter dan tingkah laku seseorang, sedangkan perumpamaan berupa cerita juga melakukan hal itu hanya tidak secara langsung.

Mengkategorikan perumpamaan bukan merupakan hal yang sederhana. Beberapa perumpamaan menunjukkan karakteristik dari dua kategori, yaitu perumpamaan berupa kisah nyata dan perumpamaan berupa cerita, sehingga dimungkinkan untuk dimasukkan ke dalam kedua kategori di atas. Injil juga berisi banyak perkataan-perkataan parabol. Sulit untuk menentukan secara tepat bagian mana dari perkataan Yesus yang termasuk kategori perumpamaan berupa kisah nyata dan bagian yang mana merupakan perkataan parabola. Pengajaran Yesus tentang ragi (Lukas 13:20,21) diklasifikasikan sebagai perumpamaan berupa kisah nyata, tetapi pengajaran-Nya yang lebih panjang tentang garam (Lukas 14:34, 35) disebut sebagai perkataan parabol. Selain itu ada beberapa perkataan Yesus dinyatakan sebagai perumpamaan. Contohnya, "Yesus menceritakan pula suatu perumpamaan kepada mereka: " Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya akan jatuh ke dalam lubang?" (Lukas 6:39). Apakah perbedaan perumpamaan dengan alegori? John Bunyan dalam bukunya Pilgrim's Progress memberikan sebuah alegori ten tang perjalanan hidup orang Kristen. Namanama dan peristiwa-peristiwa di dalam buku itu adalah pengganti dari siapa dan apa yang ada dalam kenyataan. Setiap fakta, gambaran, dan nama adalah simbolis, dan harus diterjemahkan bagian demi bagian ke dalam kehidupan nyata supaya bisa dimengerti dengan benar. Sedangkan, sebuah perumpamaan benar terjadi dalam kehidupan dan umumnya mengajarkan hanya satu prinsip kebenaran. Dalam perumpamaan, Yesus menggunakan banyak gaya bahasa metafora, misalnya raja, hamba, perawan. Kata-kata metafora itu tidak pernah terlepas dari realita atau tidak pernah berhubungan dengan dunia fantasi atau fiksi. Cerita-cerita dan contoh-contoh itu diambil dari dunia di mana Yesus hidup. Perumpamaan diceritakan untuk menyampaikan kebenaran rohani dengan memakai satu bagian dari perumpamaan itu sebagai bahan perbandingan. Rincian dari cerita mendukung berita yang terkandung dalam perumpamaan yang disampaikan. Perumpamaan-perumpamaan tidak boleh dianalisa bagian demi bagian dan ditafsirkan secara alegoris, sebab hal itu akan mengakibatkan hilangnya signifikansi dari perumpamaan itu.

Komposisi
Meskipun secara umum benar bahwa sebuah perumpamaan mengajarkan hanya satu prinsip kebenaran, namun peraturan ini jangan ditekankan terlalu jauh. Beberapa perumpamaan Yesus mempunyai komposisi yang kompleks. Perumpamaan tentang penabur merupakan satu komposisi yang terdiri dari empat bagian, dan masing-masing bagian memerlukan sebuah penafsiran. Demikian juga, perumpamaan tentang pesta pernikahan bukan merupakan cerita tunggal, tetapi mempunyai bagian tambahan tentang seorang tamu yang tidak memakai pakaian pesta yang selayaknya. Dan kesimpulan dari perumpamaan tentang penyewa beralih dari perumpamaan kebun anggur ke perumpamaan tentang pembangunan. Kesadaran akan adanya kekompleksan ini, maka

seorang pengeksegesis yang bijaksana tidak akan memaksakan untuk memakai metode penafsiran satu prinsip kebenaran. Pada waktu kita membaca perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus, kita dapat bertanya mengapa banyak rincian yang seharusnya menjadi bagian dari cerita itu yang tidak diceritakan. Contohnya, dalam kisah ten tang seorang ternan yang mengetuk pintu tetangganya di tengah malam meminta tiga ketul roti, istri tetangga itu tidak disebutkan. Dalam perumpamaan tentang anak yang hilang, ayahnya adalah tokoh utama dalam kisah ini, tetapi tidak satu kata pun menyebutkan ten tang ibunya. Perumpamaan tentang sepuluh gadis hanya menyebutkan pengantin laki-laki, dan sarna sekali tidak menyebut tentang pengantin perempuan. Rupanya rincian-rincian ini tidak relevan untuk komposisi yang biasa digunakan dalam perumpamaan Yesus, khususnya jika kita mengerti gaya bahasa tiga serangkai yang sering digunakan di dalam perumpamaan Yesus. Di dalam perumpamaan tentang teman di tengah malam, terdapat tiga karakter: musafir, teman dan tetangga. Perumpamaan anak yang hilang juga terdiri dari tiga orang: ayah, anak bungsu, anak sulung. Dan dalam kisah sepuluh gadis terdapat tiga elemen: lima gadis bijaksana, lima gadis bodoh dan pengantin laki-laki. Selain itu, di dalam perumpamaan-perumpamaan Yesus yang penting bukan awal cerita tetapi akhir cerita. Penekanannya jatuh pada orang, perbuatan dan perkataan yang terakhir disebutkan. Sebutan "tekanan terakhir" di dalam perumpamaan adalah sebuah pola yang sengaja dibuat di dalam komposisinya[3]. Orang yang terluka itu bukan dibantu oleh ahli Taurat atau orang Lewi, tetapi oleh orang Samaria. Meskipun hamba yang mendapatkan tambahan lima talenta dan hamba yang menghadiahkan dua talenta kepada tuannya menerima pujian dan rekomendasi, tekanan dari kisah ini adalah pada perbuatan hamba yang menguburkan talenta satu-satunya di dalam tanah yang menyebabkan dia mendapatkan murka dan hukuman. Dan di dalam perumpamaan pemilik tanah yang sepanjang hari mempekerjakan orang-orang di kebun anggurnya dan pada pukul enam dia mendengar keluhan dari beberapa pekerja, penekanan yang penting adalah jawaban pemilik tanah: "Saudara, aku tidak berlaku tidak adil terhadap engkau ... Atau iri hatikah engkau, karen aku murah hati?" (Matius 20:13, 15). Seni menyusun dan menceritakan perumpamaan yang didemonstrasikan oleh Yesus tidak ditemukan persamaannya di dalam literatur. Perumpamaan yang mirip dengan perumpamaan Yesus yaitu perumpamaan rabi-rabi kuno di abad pertama dan kedua pada zaman kekristenan. Perumpamaan-perumpamaan rabinik biasanya diperkenalkan dengan formula sebagai berikut: "Sebuah perumpamaan: hal ini dapat diumpamakan sebagai?" Juga, dalam beberapa perumpamaan alat-alat literatur yang digunakan adalah tiga serangkai dan tekanan akhir. Contohnya: Sebuah perumpamaan: hal ini dapat diumpamakan sebagai? Ada seorang pria yang sedang mengadakan perjalanan dan dia bertemu dengan seek or serigala dan dia berhasil melarikan diri dari serigala itu, dan dia melanjutkan perjalanan sambil terus mengingat pen gala man dia bersama serigala itu. Kemudian dia bertemu dengan seekor singa dan berhasil lolos dari singa itu, dan dia melanjutkan perjalanan sambil terus mengingat

pengalaman dia dengan singa itu. Kemudian dia bertemu dengan seekor ular dan berhasil lolos dari ular itu, dan dia melupakan dua peristiwa sebelumnya dan dia melanjutkan perjalanan dengan hanya mengingat pengalamannya dengan ular itu. Demikian pula halnya dengan bangsa Israel: kesulitan yang yang terjadi kemudian membuat mereka melupakan kesulitan-kesulitan sebelumnya.[4] Namun demikian, kemiripan antara perumpamaan Yesus dan perumpamaan rabi hanya bersifat formal. Perumpamaan rabinik biasanya diperkenalkan untuk menjelaskan Hukum Taurat, ayat-ayat Alkitab atau sebuah doktrin. Perumpamaan-perumpamaan rabi tidak digunakan untuk mengajarkan kebenaran-kebenaran baru seperti perumpamaan Yesus. Yes us memakai perumpamaan untuk menjelaskan tema besar dari pengajaran-Nya: Kerajaan Surga; kasih; anugerah; dan kemurahan Allah; pemerintahan dan kedatangan kembali Anak Allah; keberadaan dan akhir nasib dari manusia.[5] Perumpamaanperumpamaan rabi tidak mengajarkan sesuatu di luar aplikasi Hukum Taurat, sedangkan perumpamaan Yesus merupakan bagian dari wahyu Allah untuk manusia. Di dalam perumpamaan-perumpamaan-Nya Yesus mewahyukan kebenaran-kebenaran baru, karena Dia diperintahkan Allah untuk menyatakan kehendak dan Firman Allah. Oleh karena itu, perumpamaan-perumpamaan Yesus adalah wahyu Allah, sedangkan perumpamaanperumpamaan rabi bukan wahyu Allah.

Tujuan
Perumpamaan-perumpamaan Yesus menunjukkan bahwa Yesus sepenuhnya mengenal keragaman seluk beluk kehidupan manusia. Dia mempunyai pengetahuan ten tang pertanian, menabur benih, mendeteksi lalang dan penuaian. Dia sangat mengenal tentang seluk beluk kebun anggur, sehingga Dia mengetahui saat memetik buah anggur dan buah ara, dan mengetahui upah yang harus dibayar untuk sehari bekerja. Dia bukan hanya mengenal kehidupan sehari-hari petani, nelayan, tukang bangunan, dan pedagang, tetapi Dia juga sangat mengenal seluk-beluk pengelola perumahan, menteri-menteri keuangan di pengadilan kerajaan, hakim di pengadilan hukum, orang-orang Farisi, dan para pemungut cukai. Dia mengerti kemiskinan Lazarus, namun demikian Dia juga diundang untuk makan malam bersama orang kaya. Perumpamaan-Nya menggambarkan kehidupan kaum lelaki, wanita dan anak-anak, miskin dan kaya, yang terbuang dan yang terhormat. Karena pengenalan-Nya yang luas akan kehidupan manusia, maka Dia dapat me lay ani semua strata so sial. Dia berbicara sesuai dengan bahasa mereka dan mengajar sesuai dengan keberadaan mereka. Yesus menggunakan perumpamaan-perumpamaan supaya pesan-Nya dapat diterima oleh para pendengar. Ia juga menggunakannya untuk mengajar Firman Tuhan kepada orang banyak, untuk memanggil pendengar-Nya bertobat dan beriman, untuk menan tang orang-orang percaya supaya mempraktekkan perkataan mereka di dalam perbuatan, dan untuk mengingatkan pengikut-Nya supaya waspada.

Yesus mengajarkan perumpamaan untuk mengkomunikasikan pesan keselamatan dengan cara yang jelas dan sederhana. Pendengar-Nya dapat mengerti dengan mudah kisah tentang anak yang hilang, dua orang yang mempunyai hutang, perjamuan makan yang besar, serta kisah tentang orang Farisi dan pemungut cukai. Di dalam perumpamaan, mereka bertemu Yesus sebagai Kristus, yang mengajar dengan otoritas tentang berita penebusan Allah yang didasarkan pada kasih-Nya. Dari catatan Injil, kelihatannya penafsiran terhadap perumpamaan-perumpamaan itu hanya diberikan kepada murid-murid Yesus. Yesus berkata kepada mereka, "Rahasia Kerajaan Allah telah diberikan kepadamu. Tetapi untuk orang luar segala sesuatu disampaikan dalam bentuk perumpamaan supaya, Sekalipun melihat, mereka tidak menanggap, Sekalipun mendengar, mereka tidak mengerti, Supaya mereka jangan berbalik dan mendapat ampun!" (Markus 4:11,12). Apakah ini berarti bahwa Yesus yang diutus oleh Allah untuk memberitakan pembebasan bagi orang berdosa yang telah jatuh, menyembunyikan pesan ini dalam bentuk perumpamaan-perumpamaan yang tidak dapat dipahami? Apakah perumpamaanperumpamaan itu semacam teka-teki yang dimengerti hanya oleh mereka yang dipilih? Kata-kata di dalam Injil Markus 4:11, 12 perlu dimengerti dalam konteks yang lebih luas sesuai dengan maksud dari penulis[6]. Di dalam bab sebelumnya, Markus menjelaskan ten tang pertemuan Yesus dengan orang-orang yang secara terang-terangan tidak percaya dan melawan Dia. Dia dituduh kerasukan Beelzebul dan Dia mengusir setan dengan kuasa dari penghulu setan (Markus 3:22). Yesus mengkontraskan an tara orang-orang percaya dan orang-orang tidak percaya, an tara pengikut dan penentang, an tara penerima dan penolak dari wahyu Allah. Mereka yang melakukan kehendak Allah menerima berita dari perumpamaan-perumpamaan itu, karena mereka masuk di dalam keluarga Yesus (Markus 3:35). Mereka yang berusaha untuk menghancurkan Yesus (Mrk 3:6) telah mengeraskan hatinya terhadap pengetahuan akan keselamatan. Hal ini merupakan masalah iman dan ketidak-percayaan. Orang-orang percaya mendengar perumpamaan, dan menerimanya dengan iman dan mengerti, meskipun pemahaman mereka secara penuh terjadi melalui sebuah proses. Orang-orang tidak percaya menolak perumpamaan karena bertentangan dengan pemikiran mereka[7]. Mereka menolak menangkap dan mengerti kebenaran Allah. Oleh karena mata mereka yang buta dan telinga mereka yang tuli, mereka menarik diri dari keselamatan yang Yesus beritakan, dan membawa diri mereka ke bawah penghukuman Allah. Tidak mengherankan kalau pada mulanya murid-murid Yesus tidak mengerti sepenuhnya perumpamaan tentang penabur (Markus 4:13). Pengikut-pengikut-Nya yang dekat dibingungkan oleh pengajaran perumpamaan ini karena mereka belum melihat signifikansi pribadi dan pelayanan Yesus dalam hubungannya dengan kebenaran Allah yang dinyatakan melalui perumpamaan. Hanya karen a iman mereka dapat melihat kebenaran yang disaksikan oleh perumpamaan-perumpamaan itu[8]. Yesus memberikan

penafsiran yang komprehensif untuk perumpamaan ten tang penabur dan perumpamaan gandum dan lalang. (Di bagian lain Dia kadang-kadang menambahkan klarifikasi dalam kesimpulan.) Murid-murid diberikan penjelasan tentang hubungan an tara kejadiankejadian yang digambar kan oleh Yesus dalam perumpamaan seorang penabur dengan perumpamaan tentang Kerajaan Surga yang datang dalam pribadi Yesus, sang Mesias[9].

Penafsiran
Di gereja mula-mula, bapak-bapak gereja mulai mencari arti yang tersembunyi dari kedatangan Yesus di kitab sud Perjanjian Lama. Sebagai konsekuensi logis dari trend di atas, bapak-bapak gereja mulai menemukan arti tersembunyi di dalam perumpamaanperumpamaan Yesus. Mungkin mereka dipengaruhi oleh apologetika orang-orang Yahudi dalam hal mengganti kesederhanaan Alkitab dengan spekulasi-spekulasi yang kabur. Dalam beberapa kejadian, hasil penafsiran terhadap perumpamaan-perumpamaan itu bersifat alegoris. Sehingga dari zaman bapak-bapak gereja sampai pertengahan abad ke sembilan belas, kebanyakan pengeksegesis menafsirkan perumpamaan secara alegoris. Contohnya, Origen percaya bahwa perumpamaan tentang sepuluh gadis dipenuhi dengan simbol-simbol yang tersembunyi. Origen mengatakan bahwa semua gadis-gadis itu adalah orang-orang yang telah menerima Firman Allah. Gadis-gadis yang bijaksana percaya dan hidup di dalam kehidupan yang benar; gadis-gadis yang bodoh juga percaya tetapi tidak hidup berdasarkan kepercayaannya. Lima lampu darigadis yang bijaksana melambangkan lima pancaindra yang kesemuanya dipelihara untuk penggunaan yang tepat. Lima lampu dari gadis yang bodoh gagal memberikan terang dan keluar menuju kegelapan dunia. Minyak melambangkan pengajaran firman Tuhan, dan penjual minyak itu melambangkan guru. Harga min yak yang mereka minta itu adalah ketekunan. Tengah malam adalah lambang kelalaian. Tangisan kerasberasal dari malaikat-malaikat yang membangunkan semua manusia. Dan pengantin laki-laki adalah Kristus yang datang menemui pengantin perempuan yaitu gereja. Demikianlah Origen menafsirkan perumpamaan tersebut. Para komentator abad ke sembilan belas masih mengidentifikasi rincian secara individu dari sebuah perumpamaan. Dalam perumpamaan sepuluh gadis, lampu yang menyala melambangkan pekerjaan baik dan minyak melambangkan iman orang percaya. Komentator lain melihat minyak sebagai simbol yang merepresentasikan Roh Kudus. Namun tidak semua pengeksegesis perumpamaan mengambil jalur alegoris. Pada zaman reformasi, Martin Luther mencoba mengubah arah penafsiran Alkitab. Dia memilih metode eksegesis alkitabiah yang memperhitungkan latar belakang historis dan struktur gramatikal dari sebuah perumpamaan. John Calvin lebih tegas dalam sikapnya terhadap penafsiran secara alegoris. Dia sarna sekali menghindari penafsiran perumpamaan secara alegoris, dan dalam penafsiran dia secara langsung berusaha untuk mencari pokok utama

dari pengajaran perumpamaan itu. Bila dia sudah mengetahui dengan pasti arti dari perumpamaan itu, dia tidak peduli dengan rincian-rinciannya. Calvin berpendapat bahwa rincian tidak ada kaitannya dengan tujuan pengajaran Yesus dalam perumpamaan yang diberikan-Nya. Setelah pertengahan abad ke sembilan belas, C.E. van Koetsveld, seorang sarjana Belanda, memberikan dorongan untuk pendekatan yang diprakarsai oleh para reformis. Dia menjelaskan bahwa penafsiran sebuah perumpamaan secara alegoris yang berlebihan dari beberapa komentator cenderung mengaburkan dan bukan memperjelas pengajaran Yesus[10]. Seorang pengeksegesis, untuk bisa menafsirkan sebuah perumpamaan dengan tepat, harus memegang arti dasarnya dan bisa membedakan antara mana yang dianggap esensial dan mana yang tidak. Van Koetsveld dilanjutkan oleh seorang teolog Jerman A. Jlicher di dalam pendekatannya terhadap perumpamaan-perumpamaan itu. Jiilicher menyatakan bahwa istilah perumpamaan seringkali digunakan oleh para penginjil, namun kata alegori tidak pernah ditemukan di dalam catatan Injil mereka[11]. Di akhir abad ke sembilan bel as, belenggu alegoris yang mengikat penafsiran perumpamaan dipatahkan dan sebuah era baru dalam penelitian perumpamaan muncul[12]. Jlicher melihat Yesus sebagai guru dari prinsip-prinsip moral, C.H. Dodd memandang Yesus sebagai pribadi historis yang dinamis yang dengan pengajaran-Nya menimbulkan masa krisis. Dodd mengatakan, "Tugas seorang pengeksegesis perumpamaan, kalau ia dapat, adalah menemukan latar belakang sebuah perumpamaan di dalam situasi yang dimaksudkan oleh Injil"[13]. Yesus mengajarkan bahwa Kerajaan Allah, Anak manusia, pengadilan, berkat telah memasuki situasi historis pada waktu itu. Menurut Dodd, kerajaan itu bagi Yesus berarti pemerintahan Allah yang ditunjukkan di dalam pelayanan-Nya. Karena itu, perumpamaan-perumpamaan yang diajarkan oleh Yesus harus dimengerti memiliki hubungan langsung dengan situasi nyata berkaitan dengan pemerintahan Allah di dunia. J. Jeremias melanjutkan karya Dodd. Dia juga mengharapkan bisa menemukan pengajaran parabolik yang kembali kepada Yesus sendiri. Tetapi, Jeremias mulai mencatat perkembangan historis dari perumpamaan-perumpamaan itu, dan dia percaya terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama menyinggung situasi nyata dari pelayanan Yesus, dan tahap yang kedua adalah refleksi dari cara perumpamaan-perumpamaan itu digunakan oleh gereja Kristen mula-mula. Tugas Jeremias sendiri adalah menggali kembali ben tuk asli dari perumpamaan-perumpamaan itu supaya dapat mendengar suara Yesus[14]. Dengan pengetahuannya yang mendalam ten tang tanah, kebudayaan, adat, bangsa, dan bahasa Israel, Jeremias dapat mengumpulkan kekayaan informasi dan menjadikan karyanya sebagai salah satu buku perumpamaan yang paling berpengaruh. Meskipun begitu, pertanyaan yang dapat diajukan adalah apakah bentuk aslinya dapat dipisahkan dari konteks historis tanpa jatuh pada penebakan. Sebaliknya, seseorang bisa juga mengambil sebuah teks tentang perumpamaan dan menerimanya sebagai presentasi yang benar dari pengajaran Yesus, yaitu teks Alkitab yang telah diberikan oleh para penginjil kepada kita yang merefleksikan konteks historis dari asal mula perumpamaanperumpamaan itu diajarkan. Kita harus bergantung kepada teks yang telah kita terima,

dan kita menerima perumpamaan-perumpamaan itu beserta latar belakang historisnya. Hal ini memang menuntut suatu kepercayaan, yaitu bahwa para penginjil di dalam mencatat perumpamaan-perumpamaan itu memahami tujuan Yesus mengajarkan perumpamaan-perumpamaan itu sesuai latar belakang yang mereka uraikan[15]. Pada saat perumpamaan-perumpamaan itu dicatat, saksi mata dan pelayan-pelayan Firman meneruskan tradisi lisan dari kata-kata dan perbuatan Yesus (Lukas 1:1, 2). Sehubungan dengan saksi mata inilah, kita bisa diyakinkan bahwa konteks di mana perumpamaanperumpamaan itu dituliskan menunjuk kepada waktu, tempat, keadaan pada saat Yesus pertama kali mengajarkan perumpamaan-perumpamaan itu. Akhir-akhir ini, wakil-wakil dari sebuah sekolah hermeneutik yang baru secara bertahap semakin mengeluarkan perumpamaan-perumpamaan itu dari latar belakang historisnya ke penekanan literatur yang lebih luas yang berkisar pada struktur eksistensialnya[16]. Para sarjana itu memperlakukan perumpamaan-perumpamaan itu sebagai literatur eksistensial, dengan cara mengeluarkan perumpamaan-perumpamaan itu dari konteks historisnya dan mengganti arti aslinya dengan pesan zaman sekarang. Mereka menyangkal bahwa arti dari sebuah perumpamaan dapat ditemukan di dalam kehidupan dan pelayanan Yesus[17]. Mereka tidak tertarik kepada sumber dan latar belakang perumpamaan itu, tetapi lebih tertarik kepada bentuk literatur dan penafsiran eksistensialnya[18]. Bagi mereka struktur literatur dari perumpamaan itu penting karena struktur itu membawa manusia modern kepada momen keputusan, di mana dia harus menerima atau menolak tantangan yang ada di hadapannya. Telah disetujui bahwa perumpamaan-perumpamaan itu mengajak manusia untuk bertindak. Pada bagian aplikasi dari perumpamaan orang Samaria yang baik hati, ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus diperintahkan, "Pergi dan perbuatlah demikian" (Luk 10:37). Meskipun demikian, eksistensialis di dalam menafsirkan perumpamaan itu mementingkan bentuk imperatif dan mengabaikan bentuk indikatif dari perumpamaan itu. Dia memisahkan perkataan Yesus dari latar belakang budayanya sehingga menghilangkan kuasa dan otoritas yang diberikan oleh Yesus dalam perumpamaanperumpamaan itu. Lagipula, oleh karena eksistensialis hanya melihat struktur literatur dari perumpamaan itu dan memisahkan perumpamaan itu dari konteks historisnya, maka eksistensialis harus memberikan konteks baru kepada perumpamaan-perumpamaan itu. Jadi dia menempatkan perumpamaan-perumpamaan itu di dalam konteks zaman sekarang. Metode ini tidak dapat disebut eksegesis, karena filsafat eksistensial dimasukkan ke dalam teks Alkitab. Ini adalah eisegesis bukan eksegesis. Sayangnya, orang Kristen awam yang mencari bimbingan ke wakil-wakil sekolah hermeneutik baru untuk memahami perumpamaan-perumpamaan ini pertama-tama harus belajar filsafat eksistensial, teologi neoliberal dan gaya bahasa literatur ten tang strukturialisme sebelum dia mendapatkan keuntungan dari pandangan mereka.

Prinsip-prinsip
Menafsirkan perumpamaan tidak memerlukan latihan teologi dan filsafat yang mendalam. Pengeksegesis harus memahami beberapa prinsip dasar penafsiran. Prinsipprinsip tersebut berhubungan dengan sejarah, tata bahasa, dan teologi teks Alkitab. Sedapat mungkin pengeksegesis hams belajar konteks historis dari perumpamaan. Studi ini meliputi analisa rind dari keadaan religius, sosial, politik dan geografis yang dinyatakan dalam perumpamaan. Misalnya, latar belakang perumpamaan orang Samaria yang baik hati menuntut pengenalan ten tang peraturan religius bagi seorang rohaniwan pada waktu itu. Seorang ahli Taurat datang kepada Yesus menanyakan apa yang harus dia lakukan untuk mewarisi kehidupan kekal, cetus an percakapan ini yang menimbulkan kisah orang Samaria yang baik hati. Berkenaan dengan perumpamaan orang Samaria yang baik hati, pengeksegesis seharusnya memahami asal, status dan agama orang Samaria tersebut; fungsi, kantor, dan tempat tinggal ahli Taurat dan orang Lewi; topografi wilayah antara Yerusalem dan Yerikho; konsep orang Yahudi tentang hidup bertetangga. Dengan memperhatikan konteks historis perumpamaan itu, pengeksegesis bisa melihat alasan Yesus mengajarkan cerita-Nya dan dia mempelajari tujuan pengajaran Yesus yang terkandung dalam perumpamaan itu[19]. Kedua, pengeksegesis harus memberi perhatian kepada literatur dan susunan gramatikal dari perumpamaan itu. Bentuk dan tensa yang dipakai oleh penulis Injil itu sangatlah penting, karen a akan memberi penerang atas pengajaran pokok dari kisah tersebut. Studi kata d alam konteks Alkitab maupun dalam penulisan ekstra kanonikal merupakan bagian yang penting dalam proses menafsirkan perumpamaan. Jadi, studi kata sesama di dalam konteks perintah, "Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri," seperti diberikan di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, terbukti menjadi studi yang bermanfaat. Pengeksegesis juga perlu untuk melihat pendahuluan dan kesimpulan dari perumpamaan itu, karena keduanya mungkin berisi bagian literatur seperti pertanyaan retorik, nasihat, atau sebuah perintah. Perumpamaan orang Samaria yang baik hati disimpulkan dengan sebuah perintah, "Pergi dan perbuatlah demikian" (Lukas 10:37). Ahli Taurat yang bertanya kepada Yesus tentang mewarisi kehidupan kekal tidak bisa lari dari perintah untuk mengasihi sesamanya seperti dirinya sendiri. Pendahuluan, dan khususnya kesimpulan, berisi tuntunan yang membantu pengeksegesis dalam menemukan bagian pokok dari perumpamaan itu. Ketiga, bagian pokok dari perumpamaan yang diberikan harus diperiksa secara teologis berdasarkan seluruh pengajaran Yesus dan seluruh Kitab Suci[20]. Bila pengajaran dasar perumpamaan itu telah digali secara penuh dan dimengerti secara benar, kesatuan Kitab Sud terekspresikan, arti yang tepat dari perikop itu dapat dikembangkan dalam semua kesederhanaan dan kejelasannya.

Akhirnya, penafsir perumpamaan harus menerjemahkan artinya ke dalam istilah-istilah yang relevan dengan kebutuhan sekarang. Tugasnya adalah untuk mengaplikasikan pengajaran pokok sebuah perumpamaan ke dalam situasi kehidupan dari orang yang mendengar penafsirannya. Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik hati, perintah untuk mengasihi sesamanya menjadi berarti ketika orang yang dirampok dan terluka sepanjang jalan Yerikho bulan lagi hanya sebagai sebuah gambaran di masa lampau. Sesama yang perlu dikasihi oleh kita adalah para tunawisma, orang miskin, dan pengungsi. Mereka bertemu dengan kita di jalan Yerikho yang dimuat di dalam surat kabar setiap hari dan dalam acara berita malam di TV.

Klasifikasi
Perumpamaan-perumpamaan Yesus dapat dikelompokkan dan diklasifikasikan dalam banyak cara. Perumpamaan tentang penabur, benih yang tumbuh dengan tersembunyi, gandum dan lalang, pohon ara yang tidak berbuah, pohon ara yang berserni termasuk ke dalam perumpamaan natur. Beberapa perumpamaan yang Yesus ceritakan berhubungan dengan pekerjaan dan upah. Beberapa di antaranya adalah perumpamaan pekerja di kebun anggur, penyewa, dan bendahara yang tidak jujur. Perumpamaan yang lain bertemakan pernikahan, dan perayaan-perayaan. Termasuk ke dalamnya adalah perumpamaan tentang anak-anak yang bermain di pasar, sepuluh gadis, perjamuan besar dan pesta perkawinan. Perumpamaan lain menunjuk pada tema umum mengenai yang hilang dan yang ditemukan kembali. Perumpamaan ten tang domba yang hilang, dirham yang hilang, dan anak yang hilang termasuk ke dalam kelompok ini. Tetapi pengkategorian perumpamaan-perumpamaan itu tidak selalu pasti. Apakah perumpamaan tentang jala ikan termasuk kategori perumpamaan natur atau termasuk kelompok perumpamaan tentang pekerja dan upah? Dan kategori apa yang cocok untuk perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati? Mudah untuk melihat bahwa dalam mengelompokkan perumpamaan-perumpamaan itu bisa dimasukkan ke mana saja dan pada saat tertentu sepertinya dipaksakan. Injil Sinopsis menyajikan perumpamaan-perumpamaan yang terdapat juga di dalam dua atau sering kali tiga Injil, namun ada juga perumpamaan-perumpamaan yang hanya terdapat dalam satu Injil. Injil Markus hanya mempunyai satu perumpamaan khusus bagi Injilnya (benih yang tumbuh tersembunyi), Injil Matius dan Lukas berisi beberapa perumpamaan khusus. Di dalam presentasi saya tentang perumpamaan, saya mengikuti urutan Injil yaitu pertama-tama mendiskusikan perumpamaan dari Injil Matius, dengan satu perumpamaan yang khusus yang diambil dari Injil Markus secara berurutan yaitu perumpamaan tentang penabur dan perumpamaan ten tang gandum dan lalang, kemudian satu perumpamaan yang diambil dari Injil Lukas. Di dalam perumpamaan yang terdapat juga dalam Injil yang lain, diambil perumpamaan yang hampir sama dari urutan Injil

Matius, Markus dan Lukas. Prosedur ini diberlakukan untuk membantu pembaca yang ingin melakukan penelitian berdasarkan keparalelan sinoptik. Contohnya, karya K. Aland yang berjudul Synopsis of the Four Gospels. [21] Di dalam studinya ten tang perumpamaan-perumpamaan, referensi dalam bahasa Yunani dan Ibrani jarang digunakan. Kalau referensi dalam kedua bahasa itu muncul, referensi itu diberi bentuk salinan huruf ke huruf abjad yang lain dan terjemahannya disertakan juga. Alkitab bahasa Inggris yang menggunakan cara ini adalah New International Version (dengan seijin dari Executive Committee). Keuntungan bagi pembaca adalah teks NIV dicetak penuh di bagian permulaan tiap-tiap perumpamaan. Perumpamaan-perumpamaan itu memiliki pararel di dalam ketiga Injil Sinopsis yang diberikan secara berurutan Matius, Markus dan Lukas. Empat puluh perumpamaan dan ucapan-ucapan parabolis didiskusikan di dalam buku ini. Semua perumpamaan pokok dan bagian yang lebih besar dari ucapanucapan parabolis didaftar di dalam buku ini. Tentu saja, ucapan-ucapan itu harus diseleksi, sehingga perumpamaan ten tang garam dimasukkan dan perumpamaan ten tang terang dihilangkan. Hanya ucapan-ucapan parabolis dari Injil Sinopsis yang sudah diteliti, Injil Yohanes belum diteliti. Literatur ten tang perumpamaan sangat banyak, seperti suatu aliran buku-buku dan artikel-artikel yang tidak berhenti. Akhir-akhir ini, hampir tidak ada perumpamaan yang diabaikan oleh sarjana-sarjana. Pandangan baru dari studi ten tang kebudayaan dan hukum Yahudi menjadi sangat berharga untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang pengajaran Yesus. Tujuan dari buku ini adalah untuk mempresentasikan dengan penjelasan yang cukup dan kontemporer kepada orang percaya yang mau belajar Alkitab dengan serius dan pendeta, ten tang perumpamaan tanpa hams dibingungkan oleh semua rinciannya. Catatan kaki dan bibliografi yang telah diseleksi akan membantu para teolog yang ingin studi lebih lanjut tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus secara lebih intensif. Dengan materi bibliografi dan indeks yang demikian, dia akan mendapatkan jalan masuk kepada literatur yang tersedia tentang perumpamaan-perumpamaan Yesus.

Catatan : [1] R. Schippers, "The Mashal-character of the Parable of the Pearl," dalam Studia Evangelica, ed. F.L. Cross (Berlin: Akademie-Verlag, 1964), 2:237. [2] 2. F. Hauck, Teological Dictionary of the New Testament, V:752. [3] A.M. Hunter, The Parables Then and Now (London: Westminster Press, 1971), 12. [4] I. Epstein, ed., "Seder Zeraim Berakoth 13a,"dalam The Babylonian Talmud (London: Soncino Press, 1948),73 [5] Hauck, Teological Dictionary of the New Testament, volume: 758. J. Jeremias, di dalam bukunya Die Gleichnisse Jesu edisi ke 8 (Gottingen: Vandenhoeck & Ruprecht,

1970) 8, mengatakan bahwa perumpamaan-perumpamaan Yesus mempunyai kontribusi terhadap perkembangan gaya literatur dari perumpamaan-perumpamaan rabi. [6] J. Jeremias, The parables of Jesus (New York: Scribner, 1963), 13-18, berpendapat bahwa kata-kata Yesus telah diletakkan secara salah dan berasal dari tradisi lain; katakata itu pasti ditafsirkan tanpa referensi dari konteks Injil Markus 4. Menurut Jeremias, penulis memasukkan perikop dari tradisi lain karena sloganparable (perumpamaan) asal mulanya berarti riddle (teka-teki), Jadi Jeremias menganggap ada dua arti untuk kata parable di dalam Markus 4, yaitu perumpamaan yang benar dan arti lain adalah teka-teki. Tetapi peraturan penafsiran, tidak mendukung penafsiran Jeremias, karena selain penginjil menunjukkan perbedaan dalam mengerti sebuah kata, juga harus mennyimpan arti yang sarna di seluruh perikop. [7] W. Lane, The Gospel According to Mark (Grand Rapids: Eerdmans. 1974), 158; W. Hendriksen, Gospel of Mark (Grand Rapids: Baker Book House, 1975), 145; H.N. Ridderbos, The Coming of the Kingdom (Philadelphia: Presbyterian & Reformed, 1962),124. [8] C.E.B. Cranfield, "St. Mark 4:1-34," Scot JT 4 (1951): 407. [9] Lane, Mark, 160. [10] CE. van Koetsveld, De Gelijkenissen van den Zaligmaker (Schoonhoven, 1869), volume 1,2. [11] A. Jlicher, Die Gleichnisreden Jesu (Tubingen: Buchgesellschaft, 1963), volume 1, 2. [12] Tanyakan ke karya studi yang menarik dari M Black, "The Parables of Allegory" dalam BJRL 42 (1960): 273-87; RE Brown, "Parable and Allegory Reconsidered" dalam NTS 5 (1962) : 36-45 [13] C.H. Dodd, The Parables of the Kingdom (London: Nesbit and Co., 1935),26. [14] Jeremias, Parables, 113, 114. [15] A.M. Brower, De Gelijkenissen (Leiden: Brill, 1946), 247; G.V. Jones, The Art and Truth of the Parables (London: S.P.C.K., 1964),38. [16] M.A. Tolbert, Perspectives on the Parables (Philadelphia: Fortress Press, 1979),20. [17] D.O. Via, Jr., dalam bukunya "A Response to Crossan, Funk, and Peterson," dalam Semeia 1 (1974): 222, menyatakan, "Saya sama sekali tidak tertarik bahkan kepada Pribadi Jesus di dalam sejarah."

[18] J.D. Crossan, dalam bukunya "The Good Samaritan: Towards a Generic Definition of Parable," dalam Semeia 2 (1974): 101, kelihatannya menunjukkan bahwa sebuah dalil yang menarik itu lebih penting daripada sebuah dalil yang benar. [19] L. Berkhof, Principles of Biblicallnterpretation (Grand Rapids: Baker Book House, 1952),100. [20] A.B. Mickelsen, Interpreting the Bible (Grand Rapids: Eerdmans, 1963),229. [21] K. Aland, Synopsis of the Four Gospels (Stuttgart: Wuttembergische Bibelanstalt, 1976).

Disalin dari : Simon Kistemaker, The Parables of Jesus, 1980, ISBN 979-9532-42-6

You might also like