You are on page 1of 25

1

MODUL V REMAJA DAN DEWASA Perkembangan Remaja


Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisii perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa. Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanakkanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputii perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanakkanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

Yang dimaksud dengan perkembangan adalah perubahan yang terjadi pada rentang kehidupan (Papalia & Olds, 2001). Perubahan itu dapat terjadi secara kuantitatif, misalnya pertambahan tinggi atau berat tubuh; dan kualitatif, misalnya perubahan cara berpikir secara konkret menjadi abstrak (Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan dalam kehidupan manusia terjadi pada aspek-aspek yang berbeda. Ada tiga aspek perkembangan yang dikemukakan Papalia dan Olds (2001), yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial. Selain aspek perkembangan, ada juga karakteristik atau sifat-sifat khas anak usia remaja yang mempengaruhi pola perilaku anak yang muncul di usia remaja . Adapun beberapa karakteristik dari anak usia remaja adalah: 1. Masa remaja merupakan periode penting artinya segala sesuatu yang terjadi baik

jangka pendek maupun panjang berakibat langsung terhadap sikap dan prilaku mereka 2. Masa remaja merupakan periode peralihan artinya anak beralih menjadi dewasa dan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

meniggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanakan dan mempelajari prilaku baru untuk menggantikan 3.

Masa remaja merupakan periode perubahan yang mencakup perubahan emosi,

perubahan proporsi tubuh, minat, perilaku dan nilai yang dianut 4. 5. Masa remaja merupakan masa mencari identitas Usia remaja merupakan usia yang menimbulkan ketakutan karena menimbulkan

beberapa pertentangan dengan orangtua 6. Masa remaja merupakan masa tidak realistik. Hal ini disebabkan sudut pandang

mereka terhadap sesuatu dan menjadikannya cermin. Semakin tidak realistic cita-citanya maka anak akan semakin menjadi marah dan akan sakit hati apabila semua harapan tidak berhasil dicapainya 7. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa artinya mereka akan merubah stereotif

baru menjadi remaja dewasa dengan melakukan peran baru menjadii sosok orang dewasa dalam hal prilaku dan sikap serta tindakan mereka sehingga memberikan citra yang mereka inginkan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

Aspek-aspek perkembangan pada masa remaja. Perkembangan fisik Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris dan ketrampilan motorik (Papalia & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia dan Olds, 2001). Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, dii mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001) mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (dalam Papalia & Olds, 2001). Tahap formal operations adalah suatu tahap dimana seseorang sudah mampu berpikir secara abstrak. Seorang remaja tidak lagi terbatas pada hal-hal yang aktual, serta pengalaman yang benar-benar terjadi. Dengan mencapai tahap operasi formal remaja dapat berpikir dengan fleksibel dan kompleks. Seorang remaja mampu menemukan alternatif jawaban atau penjelasan tentang suatu hal. Berbeda dengan seorang anak yang baru mencapai tahap operasi konkret yang hanya mampu memikirkan satu penjelasan untuk suatu hal. Hal ini memungkinkan remaja berpikir secara hipotetis. Remaja sudah mampu

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

memikirkan suatu situasi yang masih berupa rencana atau suatu bayangan (Santrock, 2001). Remaja dapat memahami bahwa tindakan yang dilakukan pada saat ini dapat memiliki efek pada masa yang akan datang. Dengan demikian, seorang remaja mampu memperkirakan konsekuensi dari tindakannya, termasuk adanya kemungkinan yang dapat membahayakan dirinya. Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu, dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan. Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat darii kemampuan seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulaii mempunyai pola berpikir sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001). Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001). Yang dimaksud dengan egosentrisme di sini adalah ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain (Papalia dan Olds, 2001). Elkind (dalam Beyth-Marom et al., 1993; dalam Papalia & Olds, 2001) mengungkapkan salah satu bentuk cara berpikir egosentrisme yang dikenal dengan istilah personal fabel. Personal fabel adalah "suatu cerita yang kita katakan pada diri kita sendirii mengenai diri kita sendiri, tetapi [cerita] itu tidaklah benar" . Kata fabel berartii cerita rekaan yang tidak berdasarkan fakta, biasanya dengan tokoh-tokoh hewan. Personal fabel biasanya berisi keyakinan bahwa diri seseorang adalah unik dan memiliki karakteristik khusus yang hebat, yang diyakini benar adanya tanpa menyadari sudut pandang orang lain dan fakta sebenarnya. Papalia dan Olds (2001) dengan mengutip Elkind menjelaskan personal fable sebagai berikut : Personal fable adalah keyakinan remaja bahwa diri mereka unik dan tidak terpengaruh oleh hukum alam. Belief egosentrik ini mendorong perilaku merusak diri [self-destructive] oleh remaja yang berpikir bahwa diri mereka secara magis terlindung dari bahaya. Misalnya seorang remaja putri berpikir bahwa dirinya tidak mungkin hamil [karena perilaku seksual yang dilakukannya], atau seorang remaja pria berpikir bahwa ia tidak akan sampai meninggal dunia di jalan raya [saat mengendarai mobil], atau remaja yang mencoba-coba obat terlarang [drugs] berpikir bahwa ia tidak akan mengalami kecanduan. Remaja biasanya

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

menganggap bahwa hal-hal itu hanya terjadi pada orang lain, bukan pada dirinya. Pendapat Elkind bahwa remaja memiliki semacam perasaan invulnerability yaitu keyakinan bahwa diri mereka tidak mungkin mengalami kejadian yang membahayakan diri, merupakan kutipan yang populer dalam penjelasan berkaitan perilaku berisiko yang dilakukan remaja (Beyth-Marom, dkk., 1993). Umumnya dikemukakan bahwa remaja biasanya dipandang memiliki keyakinan yang tidak realistis yaitu bahwa mereka dapat melakukan perilaku yang dipandang berbahaya tanpa kemungkinan mengalami bahaya itu. Beyth-Marom, dkk (1993) kemudian membuktikan bahwa ternyata baik remaja maupun orang dewasa memiliki kemungkinan yang sama untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku yang berisiko merusak diri (self-destructive). Mereka juga mengemukakan adanya derajat yang sama antara remaja dan orang dewasa dalam mempersepsi self-invulnerability. Dengan demikian, kecenderungan melakukan perilaku berisiko dan kecenderungan mempersepsi diri invulnerable menurut Beyth-Marom, dkk., pada remaja dan orang dewasa adalah sama.

Perkembangan kepribadian dan sosial. Yang dimaksud dengan perkembangan kepribadian adalah perubahan cara individu berhubungan dengan dunia dan menyatakan emosi secara unik; sedangkan perkembangan sosial berarti perubahan dalam berhubungan dengan orang lain (Papalia & Olds, 2001). Perkembangan kepribadian yang penting pada masa remaja adalah pencarian identitas diri. Yang dimaksud dengan pencarian identitas diri adalah proses menjadi seorang yang unik dengan peran yang penting dalam hidup (Erikson dalam Papalia & Olds, 2001). Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dibanding pada masa kanakkanak, remaja lebih banyak melakukan kegiatan di luar rumah seperti kegiatan sekolah, ekstra kurikuler dan bermain dengan teman (Conger, 1991; Papalia & Olds, 2001). Dengan demikian, pada masa remaja peran kelompok teman sebaya adalah besar. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001). Conger (1991) dan Papalia & Olds (2001) mengemukakan bahwa kelompok teman sebaya merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup. Bagi remaja, teman-teman menjadi sumber informasi misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang menarik, musik atau film apa yang bagus, dan sebagainya (Conger, 1991).

Ciri-ciri Masa Remaja. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadii perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja. 1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja

awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah. 2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. 3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

7
lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa. 4. 5. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa. yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.

Tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst dalam Gunarsa (1991) antara lain :
1.

memperluas hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa memperoleh peranan sosial menerima kebutuhannya dan menggunakannya dengan efektif memperoleh kebebasan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya
5. 6. 7. 8.

dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan


2. 3. 4.

mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup

Erikson (1968, dalam Papalia, Olds & Feldman, 2001) mengatakan bahwa tugas utama remaja adalah menghadapi identity versus identity confusion, yang merupakan krisis ke-5 dalam tahap perkembangan psikososial yang diutarakannya. Tugas perkembangan ini bertujuan untuk mencari identitas dirii agar nantinya remaja dapat menjadi orang dewasa yang unik dengan sense of self yang koheren dan peran yang bernilai di masyarakat (Papalia, Olds & Feldman, 2001). Untuk menyelesaikan krisis ini remaja harus berusaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat, apakah nantinya ia akan berhasil atau gagal yang pada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

akhirnya menuntut seorang remaja untuk melakukan penyesuaian mental, dan menentukan peran, sikap, nilai, serta minat yang dimilikinya.

PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya tentu makin bertambah besar. la tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis ataupun psikologis pada orang tuanya. Mereka justru merasa tertantang untuk membukukan dirinya sebagai seorang pribadi dewasa yang mandiri. Segala urusan ataupun masalah yang dialami dalam hidupnya sedapat mungkin akan ditangani sendiri tanpa bantuan orang lain, termasuk orang tua. Berbagai pengalaman baik yang berhasil maupun yang gagal dalam menghadapi suatu masalah akan dapat dijadikan pelajaran berharga guna mem-bentuk seorang pribadi yang matang, tangguh, dan bertanggung jawab terhadap masa depannya. Secara fisik, seorang dewasa muda {young adulthood) menampil-kan profil yang sempurna dalam arti bahwa pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis telah mencapai posisi puncak. Mereka memiliki daya tahan dan taraf kesehatan yang prima sehingga dalam melakukan berbagai kegiatan tampak inisiatif, kreatif, energik, cepat, dan proaktif. Secara umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young ) ialah mereka yang berusia 2040 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock (1999), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara fisik (physically trantition^ transisi secara intelektual (cognitive trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition).

PERKEMBANGAN FISIK DEWASA MUDA AWAL I.Dewasa Muda sebagai Masa Transisi A. Transisi Fisik Dari pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini, seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana layaknya seperti orang dewasa lain-

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

9
nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum (misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi. B. Transisi Intelektual Menurut anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia, Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner & Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas, mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya. Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan di lingkungan sosialnya. C. Transisi Peran Sosial Pada masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang bam, yakni ter-pisah dari kedua orang tuanya. Di dalam kehidupan rumah tangga yang baru inilah, masing-masing pihak baik laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa me-, ninggalkan tugas karier tempat mereka bekerja Namun demikian,
L

tak sedikit seorang wanita mau

meninggalkan kariernya untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

10
misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus RT/RW.

II.Aspek-aspek Perkembangan Fisik Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi: A. Kekuatan dan Energi Selepas dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh potensinya untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier, sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan pekerjaannya. B. Ketekunan Untuk dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established), seseorang harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya, mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerja-annya dengan baik, Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih pas-pasan, dengan alasan sulimya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi kegagalan. C. Motivasi

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

11
Maksud dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain, motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi lingkungan eksternal, arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri memperoleh hambatan atau rintang-an dari lingkungan eksternal.

III.Kesehatan Dewasa Muda A. Pengertian Kesehatan Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan dunia (WHO-M^or/t/ Health Organization), memberi definisi mengenai kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupirn sosial yang ditandai dengan udak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998; Sarafino, 1994). Kondlsi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang sehat, diperlukan kebiasaankebiasaan perilaku yang sehat pula. Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan seseorang, di antaranya (1) makan secara teratur (tiga kali: sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack); (2) perlu mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein, vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma; (3) melakukan aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan olahraga; (4) pola tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam; (5) membiasakan diri untuk tidak merokok; (6) membiasakan diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan); (7) tidak mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi {daging sapi/kambing, fast-food/sea food (udang, cumi). Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan tersebut, umumnya akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada individu yang tidak melakukannya. Para tokoh terkenal di dunia (dalam Liwijaya-Kuntaraf & Kuntaraf, 1995), yang hidup sehat dan berumur panjang, di antaranya Mahataia Gandhi (tokoh kemerdekaan India), Benyamin Franklin (tokoh keinerdekaan Amerika Serikat), Albert Einstein (penemu teori relativitas sehingga memunculkan bom atom), Martin Luther (reformator Gereja Protestan), Leonardo da Vinci (pelukis dan pemahat abad ke-13), Isac Newton (ilmuwan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

12
flsika dari higgris}, Charles Darwin (tokoh penemu teori evolusi), dan Francis Voltaire (filsuf dari Francis), umumnya menjalankan rahasia hidup sehat dengan membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-mayur (vegetarian) dan menghindari makan-makanan dari daging-dagingan.

B. Perilaku dan Status Kesehatan Status kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan perilaku orang tersebut Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb (dalam Sarafino, 1994) mengemukakan role behavior.

tiga

jenis

upaya

individu

untuk

mengatasi

suatu

penyakit

dan

menipertahankan taraf kesehatan, yakni (1} health behavior; (2) illness behavior; (3) sick-

Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit atau menanggulangi ganggu-an penyakitnya.

Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit, guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat kembali.

Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses penyembuhan dari rasa sakitnya.

Perkembangan Kognitif Dewasa Muda Awal Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup di mata orang lain.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

13
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, akan semakin mematangkan kualitas mentalnya. B. Teori Perkembangan Mental Menurut Turner dan Helms Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms (1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1) dimensi perkembangan mental kualitatif (qualitative mental dimensions] dan (2) dimensi perkembangan mental kuantitatif (quantitative mental dimensions}. 1. Dimensi Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions) Untuk mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang membedakan adalah bagaimana kemampu-an individu dalam memecahkan suatu masalah. Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara me-mahami suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu permasalahan yang tersurat pada tulisan dan belum memahami sesuatu yang tersirat dalam masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya. Sementara itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk memahami, menganalisis dan mencari titik temu dari ideide, gagasan-gagasan, teori-teori, pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikir-an yang saling kontradiktif (bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami masalah-masalan secara logis dan mampu mencari intisari dari hal-hal yang bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

14
Menurut seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal berikut ini. a. Shifting gears. Yang dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis. Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan ungkap-an seperti, This might work on paper but not in real life. b. Multiple causality, multiple solutions. Seorang individu mampu memahami suatu masalah udak disebabkan satu faktor, tetapi berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, Lets try it your way, if that doesnt work, we can try my way. c. Pragmatism. Orang yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun, dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara penyelesai- an masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, If you want the most practical solution, do this. If you want the quickest solution, do that. d. Awareness of paradox. Seorang yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks (kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan) untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, Doing this will give him what he wants, but it will only make kirn unhappy in the end. 2. Dimensi Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

15
Biasanya, menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan mental secara kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kuanntauf. Sebaliknya, individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosioekonomi yang mapan, berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik. C. Tipe-Tipe Intelektual Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis dan Baltes}, menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal (cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flexibility], dan visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995). 1. Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal. Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat teoretis-praktis (text book thinking). 2. Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain. Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

16
3.fleksibilitas Visuamotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan) 4.Visualisasi,yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses visual.misalnua,bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai yang lebih kompleks. Perkembangan Psikososial Dewasa Muda Awal Tugas-tugas Perkembangan Dewasa Muda Sebagian besar golongan dewasa muda telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks dibandingkan dengan masa remaja karena selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk keluarga baru, memelihara anak-anak, dan tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya. Havighurst (Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya (a) mencari dan menemukan calon pasangan hidup, (b) membina kehidupan rumah tangga, (c) meniti karier dalam rangka rnemantapkan kehidupan ekonomi rumah tangga, dan (d) menjadi warga negara yang bertanggung jawab. A. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup Setelah melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi persyaratan yang syah(perkawinan resmi) B. Membina Kehidupan Rumah Tangga Papalia, Olds, dan Feldman (1998; 2001} menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut, golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum), akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikan,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

17
umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina, dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaikbaiknya agar dapat mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harm dapat menyesuaikan diri dan bekerja sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan, membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara. C. Meniti Karier dalam Rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga Usai menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas, umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya. Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki, serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja. Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik), mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak (memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi. Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

18
D. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab Warga negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang, damai, dan baliagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi, telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3) menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar tidak ter-cela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong, kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan sebagainya).Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup sendu^ selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu mencari pasangan hidup dan bagian B membina kehidupan rumah tangga. Baik disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap orang dewasa muda akan melakukan tugas perkembangan tersebut dengan baik.

PERKEMBANGAN MASA DEWASA AKHIR Kita menyadari bahwa kehidupan kita berjalan kedepan akan tetapi dipahami dengan memandangnya kebelakang. Pada periode akhir dari rentang manusia ini, kita meninjau hidup kita, melihat kebelakang mengenai catatan-catatan perkembangan kita dan mengevaluasi seperti apa catatan catatan itu. Pada bab ini kita akan menjelaskan tentang teori-teori sosial mengenai penuaan, type orang dewasa lanjut, etnisitas, jender, kebudayaan, lingkungan dan interaksi sosial serta kesehatan dan kesejahteraan masa hidup.

B. TEORI-TEORI SOSIAL DEWASA LANJUT Sejak dulu terdapat kepercayaan bahwa cara terbaik untuk untuk penuaan adalah memisahkan diri, dibawah ini beberapa teori penuaan. 1. Teori Pemisahan (Disenggagement Theory)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

19

Yaitu teori yang mengatakan bahwa orang-orang dewasa lanjut secara perlahan-lahan menarik diri dari masyarakat (Cumming & Henry, 1961). Pemisahan merupakan aktivitas timbal balik dimana orang-orang dewasa lanjut tidak hanya menjauh dari masyarakat, tetapi masyarakat juga menjauh dari mereka. Menurut teori ini orang-orang dewasa lanjut mengembangkan kesibukan terhadap dirinya sendiri (self-preocupation), mengurangi hubungan emosional dengan orang lain, dan menunjukkan penurunan ketertarikan terhadap persoalan kemasyarakatan. Penurunan interaksi sosial dan peningkatan kesibukan terhadap diri sendiri dianggap mampu meningkatkan kepuasan hidup dikalangan orang-orang dewasa lanjut. Teori ini meramalkan bahwa rendahnya semangat juang akan mengiringi aktivitas yang tinggi, bahwa pemisahan tidak dapat dihindari dan bahwa pemisahan dicari-cari oleh orang dewasa lanjut. 2. Teori Aktivitas (Activity Theory) Semakin orang-orang dewasa lanjut aktif dan terlibat, semakin kecil kemungkinan mereka menjadi renta dan semakin besar kemungkinan mereka merasa puas dengan kehidupannya. Teori ini menyatakan bahwa individu-individu seharusnya melanjutkan peranperan masa dewasa tengahnya disepanjang masa dewasa akhir; jika peran-peran itu diambil dari mereka (seperti dalam PHK, misalnya), penting bagi mereka untuk menemukan peran-peran pengganti yang akan memelihara kestabilan aktivitas dan keterlibatan orang dewasa lanjut didalam aktivitas kemasyarakatan. 3. Teori Rekontruksi Gangguan Sosial (sosial breakdown-recontroction theory). Teori ini menyatakan bahwa penuaan dikembangkan melalui fungsi psikologis negatif yang dibawa oleh pandangan-pandangan negatif tentang dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan tidak memadainya penyediaaan layanan untuk mereka. Rekontruksi sosial dapat terjadi dengan merubah pandangan dunia sosial dari orang-orang dewasa lanjut dan dengan menyediakan sistem-sistem yang mendukung mereka. Gangguran Sosial (social Breakdown) dimulai dari pandangan dunia sosial yang negatif yang diakhiri dengan identifikasi dan pemberian label seseorang sebagai individu yang tidak mampu (incompetent) sebagaimana prosesnya dapat kita lihat pada Gambar. 01. demikian juga dengan proses rekontruksi sosial yang bisa dilakukan dengan membalikkan gangguan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

20
sosial. Baik teori aktivitas maupun teori rekontruksi gangguan sosial menyatakan bahwa kapasitas dan kompetensi orang-orang dewasa lanjut jauh lebih tinggi daripada pengakuan masyarakat pada masa lampau. Dorongan untuk partisipasi orang-orang dewasa lanjut dimasyarakat seharusnya meningkatkan kepuasan hidup dan perasaan positif mereka terhadap dirinya sendiri.

C. STEREOTIP ORANG DEWASA LANJUT Ageisme merupakan prasangka (prejudice) terhadap orang orang dewasa lanjut, ageisme ini merupakan salah satu dari kata-kata yang buruk dimasyarakat. Banyak orang dewasa lanjut yang menghadapai diskriminasi yang menyakitkan dan seringkali tersembunyi sehingga sulit untuk melawannya. Orang-orang dewasa lanjut mungkin tidak dipekerjakan pada pekerjaan-pekerjaan yang baru atau bahkan diberhentikan dari pekerjaan lama karena mereka dipandang terlalu kaku dan lemah pikiran. Mereka mungkin ditolak secara sosial, karena dipandang sudah pikun atau membosankan. D. SOSIOKULTURAL Orang dewasa lanjut biasanya akan kembali bekerja dalam pekerjaan berstatus rendah, dengan gaji rendah bahkan tampa tunjangan tambahan. Ada beberapa faktor yang terkait dengan penempatan orang dewasa lanjut dalam posisi status yang tinggi dalam suatu kebudayaan: 1. Memiliki pengetahui yang bernilai; 2. Mengontrol sumber-sumber penting keluarga; 3. Diperkenankan untuk terlibat didalam fungsi-fungsi yang berguna dan berharga bila mampu; 4. Kontinyuitas peran sepanjang hidup; 5. Perubahan peran terkait dengan usia melibatkan tanggungjawab yang lebih besar, otoritas dan kemampuan untuk memberi nasehat; 6. Dewasa lanjut terintegrasi dalam keluarga besar yang merupakan bentuk keluarga yang umum;

E. KELUARGA DAN HUBUNGAN SOSIAL

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

21
a. Pasangan Hidup Masa dewasa akhir akan mengubah gaya hidup dan membutuhkan adaptasi. Perubahan yang besar terjadi didalam keluarga tradisional, dimana suami bekerja untuk menafkahi keluarganya dan si isteri menjadi pengurus rumah tangga (home-maker). Sisuami mungkin tidak tau harus melakkukan apa dengan waktu yang ada, dan si isteri mungkin tidak tenang melihat suaminya nongkrong dirumah seharian. Didalam keluarga tradisional keduanya mungkin butuh bergerak kearah peran-peran yang lebih tepat. Suami harus menyesuaikan diri dari pencari dan pemberi nafkah yang baik menjadi pembantu yang baik dirumah; isteri berubah dari sekedar seorang pengurus rumah tangga yang baik menjadi lebih mencintai dan memahami. Kebahagiaan orang dewasa lanjut juga dipengaruhi oleh kemampuan masing-masing makanan untuk menghadapi konflik-konflik personal, termasuk penuaan dan sakit. Orang-orang yang menikah dimasa dewasa akhir biasanya lebih berbahagia dibandingkan orang-orang yang hidupnya sendiri. Kepuasan ini lebih besar pada wanita dibandingkan lakilaki. Kemungkinannya karena wanita lebih menekankan pada pencapaian kepuasan daripada laki-laki. Orang-orang dewasa lanjut yang belum pernah menikah tampaknya memiliki kesulitan paling sidikit menghadapi kesepian di dewasa lanjut. Kebanyakan dari mereka sudah lama menemukan bagaimana hidup mandiri tampa harus bergantung kepada orang lain. b. Kencan Terkandang kita membayangkan bahwa individu dewasa lanjut tidak tertarik lagi dengan yang namanya kencan dan sementara mereka lebih memilih untuk santai dan menyibukkan diri dengan aktivitasnya, kenyataannya banyak dewasa lanjut yang melakukan hubungan seksual, meningkatnya kesehatan dan harapan hidup bagi dewasa lanjut talah menghasilkan mereka lebih aktif, dalam posisi seperti ini mereka juga juga tidak terhindar dari penceraian, dan terus meningkat bagi dewasa akhir kelompok aktif ini. c. Persahabatan Seseorang dewasa lanjut nampaknya memberikan nilai lebih pada penggunaan waktu mereka untuk sahabat-sahabat mereka dan ternyata lebih besar digunnakan waktunya dengan sahabat ketimbang dengan sanak saudaranya, peristiwa-peristiwa kehidupan barangkali berpengaruh bagi persahabatan, penceraian baik penceraian hidup maupun

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

22
mati. Persahabatan biasanya memberi dukungan yang penting dalam periode ini. Seiring dengan menuanya individu mereka akan semakin sedikit tempat bergantung baik itu dukungan berupa emosional maupun finansial. Interaksi sosial orang dewasa lanjut lebih cenderung meningkatkan jarak dengan orangorang muda dan mereka lebih cenderung berinteraksi dengan sahabtnya dibandingkan dengan saudaranya. d. Menjadi kakek dan nenek Umumnya individu dewasa lanjut telah memiliki cucu dan kebanyakan dari mereka memiliki kontak yang reguler dengan cucu-cucu mereka, umumnya para nenek lebih merasa puas dengan statusnya dibandingkan dengan kakek, nenek dewasa lanjut lebih bersedia memberikan nasihatnya dan memikul tanggungjawab untuk mengawasi dan mendisiplinkan cucunya dibandingkan dengan sang kakek dan nenek yang telah lanjut usia. Kakek dan nenek dari pihak ibu lebih terasa dekat dengan cucunya dibandingkan kakek dan nenek dari pihak ayah. Ada tiga (3) makna dari peran kakek/nenek yang menonjol 1. Sumber ganjaran dan kontinuitas biologis; 2. Sumber pemenuhan emosional, membangkitkan perasaan persahabatan dan kepuasan yang mungkin pernah hilang pada relasi awal orang-orang dewassa dengan anak-anak; 3. Sebagian kakek/nenek merasa tidak ada pengaruh atau tidak penting dengan statusnya sebagai kakek/nenek. Peran kakek dan nenek mungkin memiliki fungsi yang berbeda-beda didalam kelompok etnik dan kultur yang berbeda-beda serta situasi yang berbeda-beda pula. Berikut ada beberapa gaya kakek dan nenek dalam berinteraksi dengan cucu-cucunya. a. Gaya formal : yaitu melakukan aya yang dianggap layak dan telah ditentukan; b. Pencarian kesenangan (fun-seeking) : yaitu gaya informal, dimana dalam beinteraksi penuh dengan canda tawa dan menjadikan cucu sebagai sumber aktivitas luang;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

23
c. Figur yang jauh : Dalam posisinya yang jauh biasanya kakek dan nenek penuh kebaikan hanya saja interaksi sosial yang kurang terjadi diantara mereka.

F. KESIMPULAN Pada masa dewasa akhir, kita melepaskan masa muda dan membiasakan diri untuk hidup sebagai orang dewasa lanjut, dalam mempelajari orang-orang dewasa lanjut tentunya kita tidak luput dari mempelajari teori-teorinya, ulasan kita mengenai perkembangan sosial terpusat pada pasangan dewasa lanjut, kencan, persahabatan dan menjadi kakek dan nenek. Dalam menghadapi individu dewasa lanjut kita juga harus banyak kesabaran, karena kemampuan dan kekuatan mereka tidak sebanding dengan yang kita bayangkan ketika dia masih energik. Dukungan sosial sangat membantu orang dewasa lanjut bagi kesehatan dan proses mentalnya, kemungkinan interaksi sosial dengan orang lain menyediakan dukungan sosial memberikan kepada kaum lanjut usia suatu pandangan terhadap diri sendiri yang lebih positif. Orang yang depresi memiliki hubungan sosial yang lebih kecil, mengalami masalah dengan anggota jaringan yang mereka miliki dan sering mengalami kehilangan dalam hidupnya. G. REKOMENDASI 1. Memberikan label positif kepada Dewasa lanjut, sehingga pada proses akhirnya mereka juga terpacu untuk melakukan yang terbaik sejauh kemampuan yang dimilikinya; 2. Sebagai makhluk sosial maka sewajarnya kita mengharhgai dan memberikan dukungan yang memadai bagi individu dewasa lanjut; 3. Memberikan dan menumbuh kembangkan kepercayaan kepada individu dewasa akhir baik itu berupa kesempatan dalam memberikan nasihat maupun dalam berbuat sejauh kemampuan mereka; 4. Sebagai pengasuh kita senantiasa memahami kondisi dan perkembangan dewasa lanjut mengingat mereka lebih sensitif;

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

24
5. Untuk menjaga keseimbangan emosional, kesehatan fisik dan mental dewasa akhir maka kita harus membangun hubungan yang baik dengan mereka; 6. Memberikan pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga merasa diperhatikan yang pada akhirnya akan melahirkan semangat baru serta dapat memunculkan pandangan positif terhadap diri mereka sendiri.

DAFTAR PUSTAKA Aaro, L.E. (1997). Adolescent lifestyle. Dalam A. Baum, S. Newman J. Weinman, R. West and C. McManus (Eds). Cambridge Handbook of Psychology, Health and Medicine (65-67). Cambridge University Press, Cambridge. Agoes Dariyo 2003, Psikologi Perkembangan Dewasa Muda, Jakarta;PT.Gramedia Widiasarana Indonesia Beyth-Marom, R., Austin, L., Fischhoff, B., Palmgren, C., & Jacobs-Quadrel, M. (1993). Perceived consequences of risky behaviors: Adults and adolescents. Journal of Developmental Psychology, 29(3), 549-563 Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins Deaux, K.,F.C,and Wrightman,L.S. (1993). Social psychology in the 90s (6th ed.). California : Brooks / Cole Publishing Company. Gunarsa, S.D. (1988). Psikologi remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Gunarsa, S.D. (1990). Dasar dan teori perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. (1990). Developmental psychology: a lifespan approach. Boston: McGraw-Hill. Hurlock, E. B. (1973). Adolescent development. Tokyo: McGraw-Hill Kogakusha. Kandau, Johan W, Drs. 1991, Psikologi Umum, Jakarta;PT.Gramedia Pustaka Utama Monks, F.J., Knoers, A. M. P., Haditono, S. R. (1991) Psikologi perkembangan : Pengantar dalam berbagai bagiannya (cetakan ke-7). Yogya: Gajah Mada University Press.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

25
Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Rice, F.P. (1990). The adolescent development, relationship & culture (6th ed.). Boston: Ally & Bacon Riyanti, D.B.P. dan Hendro Prabowo. 1998, Psikologi Umum, Jakarta;Universitas Gunadarma Press Santrock, J.W. (2001). Adolescence (8th ed.). North America: McGraw-Hill.Santrock W. John Life_ span development, University of Texas at Dallas, Erlangga 1995

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Sitawaty Tjiptorini MBA, M.PSi PSIKOLOGI UMUM II

You might also like