You are on page 1of 15

KIMIA KOLOID: SIFAT FISIKOKIMIA KOLOID LAHAN GAMBUT

5.1 PENDAHULUAN

5.1.1 Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid dan sistem koloid lahan gambut.

5.1.2 Latar Belakang Kita telah sering menjumpai koloid di kehidupan sehari-hari. Contoh-conntoh koloid yang sering kita temui seperti susu, tinta, agar-agar, shampoo, bahkan asap dan kabut termasuk koloid yang bisa kita jumpai tiap hari. Pada industri kimia, seperti pemutihan gula tebu yang masih berwarna. Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Maka partikel-partikel koloid akan mengabsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula berwarna putih. Pada industri kimia lainnya, koloid sering menjadi kajian tersendiri karena kepentingannya. Hal ini karena dalam industri tersebut diperlukan sistem koloid untuk pembuatannya, seperti pada industri keju, pasta gigi, sabun, deterjen, dan sebagainya. Selain dari itu, koloid juga berfungsi dalam penjernihan air, pemutihan gula, penggumpalan darah, dan lain sebagainya. Pada percobaan ini akan dipelajari tentang sifat-sifat fisik dan kimia dari koloid. Kemudian untuk mempelajari perbedaan antara koloid buatan dengan koloid alami. Pada percobaan ini akan dilakukan percobaan pada lahan gambut sebagai pengamatan tentang koloid alami, yang kemudian diamati sistem dan perbedaannya dengan koloid buatan.

5.2 DASAR TEORI

Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih partikelpartikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh dari sistem koloid adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang lain, seperti mayonais, hairspray, jelly, dan lain-lain (Nabilah,2008). Keadaan koloid merupakan keadaan antara suatu larutan dan suatu suspensi. Bila suatu bahan berada dalam keadaan subdifisi ini. Bahan itu memperagakan sifat-sifat yang menarik dan penting yang tidak merupakan cirri dari bahan dalam agregat yang lebih besar (Keenan,1984: 455). Larutan sejati, sistem koloid, dan suspensi kasar mempunyai perbedaan dalam beberapa hal. Pada jumlah fase,larutan sejati hanya mempunyai satu fase, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar mempunyai dua fase. Dalam distribusi partikel larutan sejati bersifat homogen, sedangkan sistem koloid dan suspensi kasar bersifat heterogen. Kemudian dalam

penyaringan,larutan sejati tidak dapat disaring, dan sistem koloid juga tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaring ultra, sedangkan suspensi kasar dapat disaring. Dan terakhir, dalam kestabilan larutan sejati dengan sistem koloid mempunyai kestabilan yang stabil (tidak memisah), sedangkan suspensi kasar memiliki kestabilan yang tidak stabil (memisah) (Elaine,2006). Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi cahaya tampak, ukuran partikelnya yang cocok untuk menyebabkan cahaya tersebar dengan sudut-sudut yang besar. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Jadi, cahaya tak diteruskan, contohnya susu. Sinar yang datang pada susu disebarkan oleh partikel-partikel koloid. Susu kemudian diadsorpsi, sehingga tak diteruskan. Bila konsentrasi lebih kecil, dispensi koloidnya kelihatan seperti awan dan bila diencerkan lagi bisa lebih terang (transparan) misalnya saja larutan kanji yang encer akan kelihatan terang (Syukri,1999: 456).

Baik zat terdispersi maupun pendispersi dapat berbentuk gas, cairan ataupun padatan (kecuali keduanya berbentuk gas, karena molekul gas tidaklah sebesar koloid), berikut jenis-jenis dari koloid: 1. Sol (Fase terdispersi padat)

a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi padat. Contoh: Paduan logam, gelas warna, intan hitam b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair. Contoh: Cat, tinta, tepung dalam air c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas. Contoh: Debu di udara, asap pembakaran 2. Emulsi (Fase terdispersi cair)

a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat. Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair. Contoh: Susu, mayonais, krim tangan c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas. Contoh: Hairspray, obat nyamuk 3. Buih (Fase terdispersi gas)

a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat. Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, styrofoam b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair. Contoh: Putih telor yang dikocok, busa sabun (Elaine,2006). Selain 1. Efek Tyndall Untuk menentukan apakah suatu campuran merupakan larutan sejati atau koloid, sering digunakan metode Efek Tyndall, jika cahaya melewati larutan sejati. Pengamat yang melihatnya dari arah tegak lurus terhadap sinar tidak melihat cahaya. Tetapi dalam suspensi koloid cahayanya dibaurkan ke segala arah dan dapat dilihat dengan mudah. Sifat ini mula-mula dipelajari oleh Tyndall pada tahun 1869, dan dikenal sebagai efek Tyndall. Contoh lain dari jenis-jenis koloid, terdapat juga sifat-sifat koloid:

mengenai pembauran ialah oleh partikel debu dalam cahaya dari proyektor film dalam ruang gelap (Petrucci,1987: 80). Efek Tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid cahaya akan dihamburkan. Hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati (Nabilah,2008). 2. Gerak Brown Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid di bawah mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zig-zag. Pergerakan zig-zag ini dinamakan Gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikelpartikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak zig-zag atau Gerak Brown (Nabilah,2008). Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat Gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat Gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa Gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energy kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya Gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka Gerak Brown semakin lambat (Nabilah,2008). 3. Adsorpsi Adsorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel (Catatan: Adsorpsi harus

dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Pada permukaan partikel koloid terdapat gaya Van der Waals terhadap molekul atau ion lain disekitarnya. Melekatnya zat lain pada permukaan koloid itu disebut adsorpsi. Suatu koloid umumnya hanya mengadsorpsi ion positif atau ion negatif saja. Ion yang teradsorpsi dapat membentuk satu atau dua lapisan. Contohnya koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+ dan koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2 (Nabilah,2008). 4. Muatan Koloid (Sifat Listrik) Partikel koloid yang telah mengadsorpsi ion akan bermuatan listrik sesuai dengan muatan ion yang diserapnya. Muatan koloid dapat diketahui dengan mencelupkan batang elektroda. Yang bermuatan positif akan tertarik (berkumpul) ke elektroda negatif, sedangkan yang bermuatan negatif tertarik ke elektroda positif (Syukri,1999: 458). 5. Koagulasi Koloid Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan (Nabilah,2008). 6. Koloid Pelindung, Dialisis dan Elektroforesis Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi. Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses dialisis. Elektroforesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik (Nabilah,2008). Jika suatu mikroskop optis difokuskan pada suatu dispensi koloid pada arah yang tegak lurus pada berkas cahaya dan dengan latar belakang gelap, akan Nampak partikel koloid. Bukan sebagai partikel dengan batas yang jelas, melainkan sebagai bintik yang berkilauan. Dengan mengikuti bintik-bintik cahaya yang dipantulkan ini, orang dapat melihat bahwa partikel koloid yang terdispersi ini bergerak terus-menerus secara acak menurut jalan yang berliku-liku. Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium pendispersi ini disebut Gerakan Brown, menurut nama seorang ahli Botani Inggris, Robert Brown yang mempelajari dalam tahun 1827. Sebab Gerakan Brown ini masih tak dimengerti sampai sekitar tahun 1905, ketika Albert Einstein menerbitkan analisis matematis mengenai gerakan ini. Einstein menunjukkan bahwa

suatu partikel mikroskopik yang melayang dalam suatu medium akan menunjukkan suatu gerakan acak karena banyakanya tabrakan oleh molekul-molekul pada sisi-sisi partikel itu tidak sama (Keenan,1984: 458). Koloid seperti pada larutan kopi dan pada perairan rawa/gambut, bila dibiarkan dalam waktu yang lama, tidak akan terjadi proses pemisahan ataupun pengendapan. Bahkan dengan proses penyaringan/filtrasi, terkecuali engan proses membran kolid sukar berdifusi krena ukurannya yang relatif besar. Larutan koloid biasanya keruh dan menyerakkan/memendarkan sinar yng mengenai larutan tersebut. Partikel-partikel koloid mempunyai luas permukaan yang sangat besar bila dibandingkan dengan larutan kasar dengan massa yang sama. Atas dasar ini koloid mempunyai daya adsorbsi yang besar. Partikel-partikel koloid mempunyai muatan listrik akibat penyerapan ion-ion dalam larutan. Muatan ini dapat positif atau negative (Tim Dosen Teknik Kimia, 2011:47).

5.3 METODOLOGI PERCOBAAN

5.3.1 Alat dan Rangkaian Alat Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:  Gelas piala 500 ml  Gelas piala 250 ml  Gelas piala 200 ml  Gelas piala 50 ml  Gelas ukur  Gelas arloji  Pipet tetes  Tabung reaksi  Pengaduk gelas  pH meter

 Mesin sentrifugal  Senter baterai  Sendok plastik 5.3.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:  Tepung kanji 15 ml  Larutan HCl pekat  Tawas 5 g  Air rawa yang keruh  Serbuk tanah/debu 5.3.3 Prosedur Kerja

5.3.3.1 Koloid Artifisial (Buatan) 1. Diambil gelas arloji, kemudian dimasukkan ke dalam neraca analitis, dan dikalibrasikan. 2. Diambil serbuk tanah 15 g, kemudian dimasukkan ke dalam neraca analitis, dan ditimbang di atas gelas arloji. 3. Dimasukkan serbuk tanah ke dalam gelas piala 500 ml, ditambahkan 400 ml air, diaduk dan diamati endapan. 4. Dipisahkan endapan dengan larutan dengan cara didekantir ke dalam gelas 500 ml. Larutan ini sebagai larutan induk. 5. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml. 6. Dilakukan penyinaran pada larutan (5) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya. 7. Diukur pH larutan (5), ditetesi HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan diamati perubahan yang terjadi. 8. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 50 ml, ditambahkan tawas 2,5 g. 9. Diaduk dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi. 10. Diukur kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk 100 ml dalam gelas piala 250 ml.

11. Dilakukan penyinaran pada larutan (9) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian,atau diserap seluruhnya. 12. Dimasukkan larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung reaksi. 13. Dilakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

5.3.3.2 Koloid Alami 1. Dimasukkan air rawa yang keruh sebanyak 500 ml ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan ini sebagai larutan induk. 2. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 200 ml. 3. Dilakukan penyinaran pada larutan (2) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya. 4. Diukur pH larutan (2), ditetesi HCl pekat sebanyak 2 tetes. Diamati penurunan pHnya dan diamati perubahan yang terjadi. 5. Dimasukkan larutan induk ke dalam gelas piala 100 ml, ditambahkan tawas 5 g. 6. Diaduk dan ditunggu 20 menit. Diamati perubahan yang terjadi. 7. Diukur kanji sebanyak 15 ml pada gelas ukur, dicampur dan diaduk dengan larutan induk 100 ml dalam gelas piala 250 ml. 8. Dilakukan penyinaran pada larutan (6) dengan senter baterai. Diamati jalannya sinar. Apakah sinarnya diteruskan, diserap sebagian, atau diserap seluruhnya. 9. Dimasukkan larutan induk pada 2 tabung reaksi, masing-masing hingga setengah tabung reaksi. 10. Dilakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit. Diamati perubahan yang terjadi.

5.4 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4.1 Data Hasil Pengamatan

5.4.4.1 Koloid Artifisial (Buatan) Tabel 5.4.4.1 Hasil Pengamatan Koloid Artifisial (Buatan) No. Langkah Percobaan 1. Membuat larutan koloid: - Menimbang serbuk tanah - Memasukkan dan menambahkan air ke dalam gelas piala 500 ml. 2. Memisahkan endapan dengan larutan - Volume larutan 400 ml dengan cara didekantir ke dalam gelas - Larutan berwarna coklat piala 500 ml. Larutan ini sebagai larutan induk. 3. 4. Mengambil larutan induk gelap di bagian bawah, dan coklat terang di bagian atas. Volume larutan induk= 200 ml. sinarnya diserap Hasil Pengamatan - Massa serbuk tanah =15 g. - Volume air = 400 ml.

Menyinari larutan induk dengan senter Cahaya baterai. seluruhnya.

5. 6.

Mengukur pH larutan induk. Menambahkan sebanyak 2 tetes. larutan HCl

pH larutan induk = 7,5 pekat pH turun menjadi = 5,15

7.

Mengambil

larutan

induk,

lalu - Volume larutan induk 50 ml.

memasukkan ke dalam gelas piala 50 ml, - Larutan tetap keruh dan di dan menambahkan tawas 2,5 g. bawah larutan terdapat endapan. Volume kanji 15 ml.

Mendiamkan selama 20 menit. 8. 9. Mengukur kanji pada gelas ukur.

Mencampur kanji dengan larutan induk Larutan berubah menjadi putih 100 ml ke dalam gelas piala 250 ml, susu. kemudian mengaduk larutannya.

10.

Menyinari larutan dengan senter baterai.

Cahaya

sinarnya

diserap

sebagian. 11. Memasukkan larutan induk pada 2 Air menjadi bening, dan

tabung reaksi masing-masing hingga endapan

terpisah

dengan

setengahnya. Memasukkan kedua tabung larutan ke bawah. reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan melakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit.

5.4.4.2 Koloid Alami Tabel 5.4.4.2 Hasil Pengamatan Koloid Alami No. 1. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan

Mengambil air rawa yang keruh dan Volume air rawa 500 ml. memasukkan ke dalam gelas piala 500 ml. Larutan ini induknya.

2.

Mengambil dan memasukkan larutan Volume larutan induk 200 ml. induk ke dalam gelas piala 200 ml.

3.

Menyinari larutan induk dengan senter Cahaya sinarnya diteruskan. baterai.

4. 5.

Mengukur pH larutan induk. Menambahkan sebanyak 2 tetes. larutan HCl

pH larutan induk = 7,20 pekat pH turun menjadi = 3,48

6.

Mengambil

larutan

induk,lalu - Volume larutan induk 100 ml

memasukkan ke dalam gelas piala 100 - Larutan tetap keruh, tetapi tak ml, dan menambahkan tawas 5 g. Mendiamkan selama 20 menit. 7. 8. Mengukur kanji pada gelas ukur. Volume kanji 15 ml. ada endapan.

Mencampur kanji dengan larutan induk Larutan berubah menjadi putih 100 ml ke dalam gelas piala 250 ml. susu. Cahaya sebagian. sinarnya diserap

9.

Menyinari larutan dengan senter baterai.

10.

Memasukkan larutan induk pada 2 Air

menjadi

bening,

dan

tabung reaksi masing-masing hingga endapan menghilang. setengahnya. Memasukkan kedua tabung reaksi ke dalam mesin sentrifugal dan melakukan sentrifuge pada 2000 rpm selama 15 menit.

5.4.2 Pembahasan

5.4.2.1 Koloid Artifisial (Buatan) Pada percobaan ini dilakukan pembuatan larutan koloid dengan menggunakan campuran dari serbuk tanah dan air. Setelah larutan dibuat, ketika dilakukan penyinaran pada larutan, ternyata sinar senter diserap seluruhnya. Hal ini terjadi karena adanya Efek Tyndall, yaitu sifat jika seberkas cahaya dilewatkan maka cahaya tersebut akan disebarkan atau dihamburkan. Pada larutan koloid buatan dari serbuk tanah tadi,akibat dari serbuk tanah maka larutannya berwarna coklat keruh, karena partikel-partikel pada serbuk tanah tadi masih tergolong relatif besar, sehingga cahaya yang iberikan diserap seluruhnya oleh larutan. Ketika pengukuran pH pada larutan koloid buatan tadi, angka pH yang ditunjukkan tidak tetap (selalu berubah-ubah). Hal tersebut terjadi karena sifat koloid yang biasa disebut Gerak Brown, yaitu partikel koloid yang selalu bergerak lurus ke segala arah, karena sifat koloid yang selalu bergerak ke segala arah tersebut pH yang ditunjukkan berubah-ubah. Dengan mencari pH stabilnya, akhirnya didapat pHnya adalah 7,5. pH tersebut menunjukkan bahwa larutan koloid buatan tersebut bersifat netral. Tapi, ketika larutan ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 tetes, pH larutan turun menjadi 5,15 dan larutan berubah menjadi bersifat asam. Penurunan pH tersebut terjadi karena adanya gaya adsorpsi dari larutan koloid. Larutan koloid tersebut menyerap ion H+ yang berasal dari larutan HCl, sehingga larutan menjadi bersifat asam. Pada penambahan tawas pada larutan koloid menghasilkan larutan koloid yang sedikit lebih jernih dan terbentuk endapan. Penambahan tawas tersebut membuat koloid menjadi tidak stabil. Tawas jika dilarutkan dalam air akan membentuk aluminium hidroksida yang dapat melepaskan ion Al3+ dalam air. Ion positif inilah yang akan menetralkan ion-ion negatif koloid

dalam larutan, sehingga penyerapan terhadap ion Al3+ akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan partikel koloid, atau yang biasa disebut peristiwa koagulasi. Akibat dari tidak adanya kestabilan ini, maka terjadilah endapan. Berikut reaksi yang terjadi: Al2(SO4)3 + 6H2O 2Al(OH)3 + 3H2SO4

Pada penambahan 15 ml kanji pada larutan koloid, larutan menjadi lebih kental dan pekat dan larutan berubah menjadi putih susu. Hal ini terjadi karena larutan kanji sudah merupakan koloid, sehingga ketika dicampurkan larutan koloid menjadi semakin koloid. Ketika dilakukan penyinaran terhadap larutan tersebut,cahaya diserap sebagian. Hal ini terjadi karena partikelpartikel larutan koloid sebelumnya relatif besar berkurang menjadi lebih kecil karena terjadinya penggumpalan antara larutan koloid dengan kanji. Kemudian pada tahap akhir, larutan koloid buatan dimasukkan dalam 2 tabung reaksi untuk dimasukkan dalam mesin sentrifugal yang kemudian disentrifuge dengan kecepatan 2000 rpm selama 15 menit. Fungsi dari mesin sentrifugal sendiri merupakan pemisahan berdasarkan gravitasi, memanfaatkan gaya sentrifugal dimana analit dalam sampel dapat dipisahkan dengan gaya gravitasi yang menarik endapan ke dasar tabung. Pada dasarnya prinsip sentrifuge yaitu memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah larutan koloid tadi disentrifuge, larutan menjadi sangat bening dan terdapat endapan di dasar tabung reaksi. Hal ini sesuai dengan prinsip kerja sentrifuge, yaitu partikel yang lebih berat jatuh ke dasar tabung reaksi dan akhirnya menjadi endapan.

5.4.2.2 Koloid Alami Pada percobaan ini,digunakan larutan koloid alami yaitu air rawa yang keruh. Untuk mengetahui ada atau tidaknya sistem koloid pada air rawa tersebut, maka diperlukan penyinaran. Saat dilakukan penyinaran, cahayanya ternyata diteruskan. Hal ini disebabkan konsentrasi fase terdispersi pada air rawa lebih kecil daripada koloid buatan. Selain itu, pada koloid buatan,partikel-partikelnya lebih besar dibanding koloid alami. Hal tersebut dikarenakan pada koloid buatan proses pada pengadukannya kurang sempurna, sehingga partikel-partikelnya masih terbilang besar. Berbeda dengan air rawa yang merupakan koloid alami, pada koloid alami terjadi pelarutan sempurna (alami), sehingga partikel yang dihasilkan lebih kecil. Ketika pengukuran pH pada air rawa tersebut, berbeda dengan koloid buatan, karena koloid alami telah mengalami pelarutan sempurna, maka Gerak Brown yang terjadi tidak terlalu

banyak, sehingga pH yang ditunjukkan tidak berubah-ubah, dan diperoleh pH sebesar 7,20. Ini berarti larutan bersifat netral seperti koloid sebelumnya yang pHnya belum diturunkan. Kemudian ketika larutan ditambahkan 2 tetes HCl, pH larutan menurun banyak menjadi 3,48. Terjadinya penurunan tersebut dikarenakan sifat adsorpsi koloid pada air rawa yang sangat kuat, sehingga pH larutan menurun banyak dan akhirnya menjadi bersifat sangat asam. Saat air rawa ditambahkan tawas, hal yang terjadi sama persis dengan yang terjadi pada koloid buatan pada saat ditambahkan tawas, yaitu larutan menjadi lebih jernih dan terbentuk endapan akibat dari penggumpalan partikel-partikel koloid. Kemudian, saat air rawa ditambahkan kanji, juga terjadi hal yang sama seperti pada koloid buatan, yaitu larutan menjadi lebih kental dan pekat. Berbedanya,karena partikel-partikel koloid alami dari awal lebih kecil, maka pada saat ditambahkan kanji menjadi lebih kecil lagi. Tapi, pada saat dilakukan penyinaran cahaya diserap sebagian seperti pada koloid buatan pada saat ditambahkan kanji. Seperti pada koloid buatan, larutan koloid air rawa juga dilakukan sentrifuge untuk mempercepat koagulasi dengan cara memisahkan partikel berdasarkan berat jenisnya. Setelah dilakukan sentrifuge pada larutan, hasil yang didapat yaitu larutan menjadi bening dan tak ada sedikitpun endapan. Tak adanya endapan dikarenakan koloid alami mengandung partikel tanah yang sangat sedikit karena telah terjadi pelarutan yang sempurna hingga partikel larut di dalam larutan koloid alami tersebut. 5.5 PENUTUP

5.5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah: 1. 2. 3. 4. Ada beberapa sifat koloid, yaitu seperti Efek Tyndall, Gerak Brown, adsorpsi, dan koagulasi. Pada koloid buatan, cahaya diserap seluruhnya, sedangkan pada koloid alami cahaya diteruskan. Pada koloid buatan ataupun koloid alami, saat ditambahkan tawas larutan menjadi bening. Jika ditambahkan HCl pekat baik pada koloid buatan atau koloid alami, pH keduanya mengalami penurunan. 5. Pada koloid buatan ataupun koloid alami, saat ditambahkan kanji larutan menjadi lebih kental dan pekat. 6. Untuk mempercepat proses koagulasi larutan maka bisa dilakukan dengan mesin sentrifugal.

5.5.2 Saran Dalam melakukan percobaan,sebaiknya praktikan lebih teliti dalam mengamati setiap perubahan yang terjadi pada setiap tahap. Praktikan juga harus hati-hati dalam penggunaan bahan yang tergolong berbahaya. Dan yang paling penting, seorang praktikan harus fokus terhadap percobaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Elaine.2006.Pengertian dan Jenis-Jenis Koloid. www.sistemkoloid11.blogspot.com diakses pada 29-09-2011.

Keenan,C.W,dkk.1984.Kimia Untuk Universitas.Erlangga: Jakarta.

Nabilah.2008.Koloid. www.nabilahfirest.multiply.com diakses pada 29-09-2011.

Petrucci,Ralph H.1987.Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern.

Syukri,S.1999.Kimia Dasar 2.ITB: Bandung.

Tim Dosen Teknik Kimia.2011.Pen

You might also like