You are on page 1of 20

1

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. JUDUL PENELITIAN Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas X7 SMA Negeri 02 Batu terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.

B. BIDANG KAJIAN Bidang kajian penelitian ini adalah tindakan kelas dengan fokus disain dan strategi pembelajaran.

C. LATAR BELAKANG

Persoalan dasar dan tujuan pendidikan merupakan masalah yang sangat fundamental dalam pelaksanaan pendidikan karena dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Tujuan pendidikan itupun akan menentukan ke arah mana anak didik akan dibawa. Pada Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 2 Tahun 1989, ditegaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia. Sementara dalam Tap MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN disebutkan bahwa pendidikan nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, diarahkan untuk meningkatkan kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas, mandiri sehingga mampu membangun dirinya dan masyarakat sekelilingnya, serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional, dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (Hasbullah, 2009). Dari paparan diatas, pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi perkembangan peradaban manusia dalam suatu bangsa karena dasar dan tujuan pendidikan tersebut merupakan karakteristik pendidikan suatu bangsa, yang membedakan dengan bangsa-

bangsa lainnya. Bangsa yang mempunyai peradaban maju adalah bangsa yang mempunyai sumber daya manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, agar bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, maka harus dilakukan suatu usaha untuk meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan. Masalah peningkatan mutu atau kualitas pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran. Mutu atau kualitas pendidikan akan meningkat, jika proses pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar di sekolah terutama di kelas-kelas dapat berjalan dengan lancar. Kelancaran proses kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat tergantung pada aktivitas siswa di kelas, kekreativitasan guru dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar dan dalam menerapkapkan strategi maupun metode yang digunakan dalam menyampaikan materi, fasilitas sekolah dan lain sebagainya. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dijelaskan dari hasil observasi dan wawancara lisan peneliti pada saat pelaksanaan Program Pengalaman Lapang (PPL) semester ganjil tahun pelajaran 20112012 di SMAN 02 Batu, pada tanggal 12 September-12 November 2011. Kegiatan pembelajaran di dalam kelas khususnya kelas X6 selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, guru masih saja menggunakan metode ceramah, dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya. Keaktifan siswa dalam mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan gagasannya masih sangat rendah meskipun guru sering memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif dan terkesan kaku sehingga siswa menjadi pasif, selain itu beberapa siswa menjadi bosan dan mengantuk mendengarkan ceramah guru. Alhasil, siswa kurang memahami isi dari materi yang telah disampaikan oleh guru dan berdampak pada hasil belajarnya terutama pada mata pelajaran Biologi yang masih belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang

belum mencapai ketuntasan belajar baik secara individu maupun secara kelompok. Hasil pengamatan awal ketuntasan belajar siswa mencapai 60%. Ketidak tuntasan hasil belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan fasilitas yang kurang memadai, sehingga berdampak pada rendahnya motivasi siswa dalam memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru atau dalam mengikuti proses belajar-mengajar di kelas. Pada umumnya kemampuan setiap siswa dalam menerima dan memahami materi pelajaran berbeda-beda. Ada siswa yang langsung dengan cepat memahami materi yang disampaikan guru, ada juga siswa yang butuh waktu cukup lama untuk memahami materi yang disampaikan guru. Materi biologi yang mayoritas berupa proses, konsep dan teori-teori, membuat siswa jenuh dalam menghafal atau membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memahami materi tersebut. Hal ini membuat kelancaran dan efektifitas proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah tidak berjalan dengan sempurna. Guru merupakan motor utama yang memiliki tanggung jawab langsung untuk menterjemahkan kurikulum ke dalam aktivitas pembelajaran dan bukan satu-satunya sumber utama pengetahuan. Hal tersebut dapat dilihat dari tugas dan peran guru, antara lain sebagai komunikator, fasilitator, motivator, model, evaluator, sumber belajar dan administrator. Berkaitan dengan tugas guru tersebut, maka seorang guru harus memiliki keterampilan untuk melaksanakan pembelajaran di kelas dengan sebaik-baiknya agar siswa mendapatkan hasil belajar yang optimal. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa akan memahami materi pelajaran dengan baik bila terjadi kerjasama antara guru dan siswa. Untuk itu, seorang guru harus mempunyai kreatifitas dan ide-ide baru untuk mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Dalam penyajian materi seorang guru harus pandai memilih model, pendekatan, strategi, dan media yang tepat serta cara penguasaan kelas yang sesuai dengan kondisi siswa agar siswa tidak merasa bosan tapi justru malah tertarik untuk belajar.

Penggunaan

model

pembelajaran

kooperatif

memungkinkan

terciptanya suasana interaksi siswa yang kooperatif. Antarsiswa akan memungkinkan menjadi sumber belajar bagi sesamanya, dan siswa akan merasa lebih mudah belajar sehingga guru dapat mengoptimalkan pencapaian tujuan belajar. Selain itu, model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktifitas siswa, meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran dan akan meningkatkan motivasi siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Slavin mengemukakan bahwa teknik pembelajaran kooperatif adalah berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan para siswa bekerja di dalam kelompok kecil saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi tertentu. Dalam pembelajaran para siswa diharapkan saling membantu, berdiskusi, berdebat, atau saling menilai pengetahuan dan pemahaman satu sama lain. Berdasarkan definisi tersebut karakteristik teknik pembelajaran kooperatif adalah: a) siswa belajar dalam kelompok, b) siswa memiliki rasa saling ketergantungan, c) siswa belajar berinteraksi secara kerjasama, d) siswa dilatih untuk bertanggung jawab terhadap tugas, e) siswa memiliki keterampilan komunikasi interpersonal. Ciri-ciri tersebut dapat memberikan dampak positif kepada siswa antara lain: 1) membangun sikap belajar kelompok/bersosialisasi, 2) membangun kemampuan bekerjasama, 3) melatih kecakapan berkomunikasi, 4) melatih keterlibatan emosi siswa, 5)

mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar, 6) meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok, 7) meningkatkan motivasi belajar, 8) memperoleh kepuasan belajar (Suprayekti, 2006). Salah satu model pembelajaraan kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan (Lie, A., 1994). Jadi, dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW siswa diharapkan dapat memahami materi yang telah

dipelajarinya, sehingga siswa dapat mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Nurhaeni (2011), dari hasil penelitiannya model pembelajaran koopertif tipe jigsaw dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pelajaran fisika pada konsep listrik yang dapat dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata prosentase hasil belajar siswa pada siklus I sampai siklus IV, yaitu kurang lebih 10-17% tiap siklus. Selain itu, dapat meningkatkan aktifitas siswa yang dibuktikan dengan kekompakan dalam kerja sama dan antusias siswa dalam mengikuti pelajaran. Penelitian lain yang berkaitan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Sulastri dan Diana (2009), hasil penelitiannya menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw cukup efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep Reproduksi Vegetatif Alami Tumbuhan di SMPN 2 Cimalaka. Hal ini ditunjukkan dengan uji Z rerata tunggal, bahwa pada kelas penelitian nilainya sudah memenuhi ketuntasan belajar dengan prosentase ketuntasan belajar sebesar 89,74%. Dari uraian diatas, akhirnya peneliti mempunyai ide untuk

memperbaiki pembelajaran tersebut dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW melalui penelitian yang berjudul Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas X6 SMA Negeri 02 Batu terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW.

D. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 SMA negeri 02 Batu terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem ?

2. Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 SMA Negeri 02 Batu terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem ? 3.

E. PEMECAHAN MASALAH Pemecahan masalah dalam penelitian ini difokuskan pada

memperbaiki kualitas pembelajaran Biologi pada konsep Ekosistem di kelas. Tahapan-tahapan yang dilakukan antara lain sebagai berikut : a. Identifikasi Tindakan Alternatif tindakan yang ditetapkan dalam pemecahan masalah penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW untuk materi pokok Ekosistem kelas X7 di SMA Negeri 02 Batu. Alternatif ini ditetapkan, karena sifat pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berpusat kepada siswa dan sistem belajar kelompok yang terstruktur yang meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Hasil penelitian sejenis yang dilakukan oleh Nurhaeni (2011), terbukti dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas IX SMPN 43 Bandung pada konsep listrik. b. Cara Pemecahan Masalah Cara pemecahan masalah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1) Menganalisis konsep-konsep materi pokok yang akan diajarkan, yaitu: aspek kesulitan, kompleksitas, relevansi media, dan ketersediaan fasilitas sekolah yang mendukung konsep yang dipelajari. 2) Mendesain materi pokok Ekosistem ke model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. 3) Menyusun kuesioner siswa, lembar observasi pembelajaran, instrumen pengukur pemahaman siswa.

4) Melaksanakan

pembelajaran

kooperatif

berdasarkan

disain

pembelajaran yang dikembangkan pada no 2. 5) Melakukan monitoring proses pembelajaran, dan refleksi siklus 1, serta mendisain ulang rencana tindakan untuk dilakukan perbaikan pada tindakan siklus 2 sampai dengan monitoring dan refleksi. c. Hipotesa Tindakan Hipotesa tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 SMA Negeri 02 Batu terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem. d. Indikator Keberhasilan Tindakan Untuk memperoleh gambaran keberhasilan tindakan yang

dilakukan dalam pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dapat dilihat dari indikator skor hasil belajar pada tiap-tiap siklus baik individu maupun diskusi. Skor hasil belajar siswa yang akan diukur adalah skor pengetahuan
awal yang diukur dengan tes. Tes dilakukan sebelum tindakan (sebagai tes awal), hasil tes pada setiap akhir tindakan, hasil pekerjaan siswa dalam pembelajaran, dan hasil tes akhir. Indikasi keberhasilan dalam hasil belajar didasarkan kepada peningkatan ketuntasan belajar secara klasikal yang menggunakan skor standar tuntas individu 75.

F. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 terhadap mata pelajaran Biologi pada konsep ekosistem melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW di SMA Negeri 02 Batu. 2. Mengetahui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW dalam meningkatkan pemahaman siswa kelas X7 terhadap Mata Pelajaran Biologi pada Konsep Ekosistem di SMA Negeri 02 Batu.

G. MANFAAT PENELITIAN

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi manfaat bagi beberapa pihak yang terkait, diantaranya : 1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu model pembelajaran yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. 2. Bagi siswa, melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW siswa dapat melatih kemampuannya untuk memahami materi pelajaran yang diberikan oleh guru. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif dalam mendukung kelancaran proses belajar mengajar di kelas. 4. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. H. DEFINISI ISTILAH 1. Pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya 2. Model pembelajaran atau model mengajar adalah sebuah perencanaan pengajaran yang menggambarkan proses yang ditempuh pada proses belajar mengajar agar dicapai perubahan spesifik pada perilaku siswa seperti yang diharapkan (Wahab, 2008). 3. Model pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. 4. JIGSAW adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan

bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).

I. BATASAN PENELITIAN Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada siswa kelas X7 SMA Negeri 02 Batu Tahun Pelajaran 2011-2012. 2. Materi pelajaran Biologi dalam penelitian ini hanya pada pokok bahasan Ekosistem Semester Genap Tahun Pelajaran 2011-2012. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW yang berpusat pada siswa, berupa kelompok kerja yang terstruktur dan masing-masing siswa dituntut untuk bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain, sehingga terdapat saling ketergantungan yang positif. 4. Aspek yang diteliti adalah kemampuan kognitif siswa terhadap keterlaksanaannya model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW.

J. KAJIAN PUSTAKA a Belajar Menurut James O. Whittaker, belajar dapat didefinisikan sebagai Learning may be defined as the process by which behavior originates or is altered through training or experience yang artinya belajar merupakan proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Sementara menurut Howard L. kingsley Learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or

changed through practice or training, artinya belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

10

Belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup tidak lain adalah hasil dari belajar. Kita pun hidup menurut hidup dan bekerja menurut apa yang telah kita pelajari. Belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses, dan bukan suatu hasil. Karena itu, belajar berlangsung secara aktif dan integrative dengan

menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan (Ahmadi dan supriyono, 2004). Menurut syah (2003), belajar merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. b Proses Belajar Sesuai dalam buku yang ditulis Syah (2003), Reber (1988), berpendapat bahwa dalam psikologi belajar proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Selain itu Chaplin (1972) berpendapat bahwa any change in any object or organism, particularly a behavioral or psychological change (proses adalah suatu perubahan khususnya yang menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dari pendapat para ilmuwan tersebut, proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikhomotorik yang terjadi dalam diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi kea rah yang lebih maju daripada keadaan sebelumnya. Menurut Rooijakers (1986), bahwa proses belajar merupakan jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelajar atau mahasiswa untuk mengerti suatu hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seseorang yang melakukan kegiatan belajar dapat disebut telah mengerti suatu hal, jika ia dapat menerapkan apa yang telah dipelajarinya.

11

Belajar

merupakan aktivitas

yang berproses,

sudah tentu

didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Perubahanperubahan tersebut muncul melalui tahapan-tahapan yang antara satu dengan lainnya bertalian secara berurutan dan fungsional. Menurut Jarome S. Bruner tahapan-tahapan dalam belajar terdiri atas tahap informasi (tahap penerima materi), tahap transformasi (tahap pengubahan materi) dan tahap evaluasi (tahap penilaian materi. Sementara menurut Arno F. Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of Learning, berpendapat bahwa setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahap, yaitu acquisition (tahap perolehan atau penerimaan informasi), storage (tahap penyimpanan informasi) dan retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi). Selain itu, Albert Bandura penemu teori social learning atau observational learning, berpendapat bahwa setiap proses belajar terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi tahap perhatian (attentional phase), tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase), tahap reproduksi

(reproduction phase) dan tahap motivasi (motivation phase) (Syah, 2003). c Pemahaman Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata Paham yang artinya mengerti benar tentang sesuatu hal. Sedangkan pemahaman siswa adalah proses, perbuatan, cara memahami sesuatu. J. Murshell mengatakan : Isi pelajaran yang bermakna bagi anak dapat dicapai bila pengajaran mengutamakan pemahaman, wawasan (insight) bukan hafalan dan latihan (Anonymous, 2011). Definisi di atas, tidak bersifat operasional, sebab tidak

memperlihatkan perbuatan psikologis yang diambil seseorang jika ia memahami. Maka arti pemahaman yang bersifat operasional adalah : 1) Pemahaman diartikan sebagai melihat suatu hubungan

Pemahaman disini mengandung arti dari definisi yang pertama, yakni pemahaman diartikan mempunyai ide tentang persoalan. Sesuatu itu dipahami selagi fakta-fakta mengenai persoalan itu dikumpulkan.

12

2) Pemahaman diartikan sebagai suatu alat

menggunakan fakta

Pemahaman ini lebih dekat pada definisi yang kedua, yakni pemahaman tumbuh dari pengalaman, disamping berbuat, seseorang juga menyimpan hal-hal yang baik dari perbuatannya itu. Melalui pengalaman terjadilah pengembangan lingkungan seseorang hingga ia dapat berbuat secara intelegen melalui peramalan kejadian. Dalam pengertian disini kita dapat mengatakan seseorang memahami suatu obyek, proses, ide, fakta jika ia dapat melihat bagaimana menggunakan fakta tersebut dalam berbagai tujuan. 3) Pemahaman diartikan sebagai melihat penggunaan sesuatu secara produktif. Dalam hal ini pemahaman diartikan bilamana seseorang tersebut dapat mengimplikasikan dengan suatu prinsip yang nanti akan diingat dan dapat digunakannya pada situasi yang lain. Pencapaian pemahaman siswa dapat dilihat pada waktu proses belajar mengajar. Sebagaimana kegiatan-kegiatan yang lainnya, kegiatan belajar mengajar berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan (pemahaman) siswa dalam mencapai tujuan yang diterapkan maka evaluasi hasil belajar memiliki saran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan yang diklasifikasikan menjadi tiga macam yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang berhubungan dengan ingatan atau pengenalan terhadap pengetahuan dan informasi serta pengembangan keterampilan intelektual, menurut taksonomi (penggolongan) ranah kognitif ada enam tingkat, yaitu: 1) Pengetahuan, merupakan tingkat terendah dari ranah kognitif berupa pengenalan dan pengingat kembali terhadap pengetahuan tentang fakta, istilah dan prinsip-prinsip dalam bentuk seperti mempelajari. 2) Pemahaman, merupakan tingkat berikutnya berupa kemampuan memantau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari tanpa perlu menghubungkannya dengan isi pelajaran lainnya.

13

3) Penggunaan atau penerapan, merupakan kemampuan menggunakan generalisasi atau abstraksi yang sesuai dengan situasi yang kongkret dan situasi baru. 4) Analisis, merupakan kemampuan menjabarkan isi pelajaran ke dalam struktur yang baru. 5) Sintesis, merupakan kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok ke dalam struktur yang baru. 6) Evaluasi, merupakan kemampuan menilai isi pelajaran untuk suatu maksud atau tujuan tertentu. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interaksi. Sedangkan ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan perseprual, keharmonisan (ketepatan), gerakan keterampilan kompleks, gerakan ekspresif dan interpretatif. Pemahaman adalah hasil belajar, misalnya anak didik dapat menjelaskan dengan susunan kalimatnya sendiri atas apa yang dibacanya atau didengarnya, memberi contoh lain dari yang telah dicontohkan guru atau menggunakan petunjuk penerapan pada kasus lain. Pemahaman dapat dibedakan menjadi tiga kategori : 1) Tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan mulai dari terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya: dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia. 2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian. 3) Tingkat ketiga (tingkat tertinggi) adalah pemahaman ekstrapolasi tertulis dapat membuat ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus atau masalahnya. d Model Pembelajaran Kooperatif Erman Suherman (2001: 218) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai

14

sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Anita Lie (2004:12), sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong atau pembelajaran kooperatif. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok kecil atau tim untuk saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi dalam menyelesaikansebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dalam pembelajaran. Muslimin Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan bahwa kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 7), model pembelajaran kooperatif setidak-tidaknya mempunyai tiga tujuan pembelajaran. Tujuan yang pertama yaitu meningkatkan hasil belajar akademik di mana siswa dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. Tujuan kedua yaitu pembelajaran kooperatif memberi peluang pada siswa yang berbeda latar belakang dan

15

kondisi untuk saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu samalain. Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain. Terdapat beberapa model pembelajaran yang berbeda dalam pembelajaran kooperatif, dan langkah-langkah pembelajarannya sedikit bervariasi bergantung pada model pembelajaran yang digunakan. Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 20-22), beberapa model pembelajaran kooperatif telah dikembangkan oleh para ahli, di antaranya adalah: 1. Student Teams-Achievement Divisions (STAD) 2. Teams-Games-Tournament (TGT) 3. Jigsaw 4. Penelitian Kelompok atau Group Investigation 5. Number Head Together (NHT) e JIGSAW Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Hubungan antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 1997) : Kelompok Asal

Kelompok Ahli Gambar. Ilustrasi Kelompok Jigsaw

16

Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut : y Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam tipe Jigsaw ini, setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran tersebut. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli (Counterpart Group/CG). Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan kepada temannya jika kembali ke kelompok asal. Kelompok asal ini oleh Aronson disebut kelompok Jigsaw (gigi gergaji).

Gambar Contoh Pembentukan Kelompok Jigsaw Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan. y Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual. y Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya. y Materi sebaiknya secara alami dapat dibagi menjadi beberapa bagian materi pembelajaran. y Perlu diperhatikan bahwa jika menggunakan Jigsaw untuk belajar materi baru maka perlu dipersiapkan suatu tuntunan dan isi materi yang runtut serta cukup sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

K. METODE PENELITIAN a. Subyek penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X7 SMA Negeri 02 Batu.

17

b. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini terletak di SMA Negeri 02 Batu kota Batu. c. Waktu penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester genap, yaitu pada tahun pelajaran 2011-2012. d. Prosedur Penelitian Penelitian ini adalah tentang efektifitas metode kooperatif tipe JIGSAW dengan melihat peningkatan pemahaman siswa melalui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Biologi konsep ekosistem. 1. Perencanaan Tindakan Tindakan yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah Mendisain lingkungan sebagai sumber belajar dalam disain

instruksional pembelajaran Biologi pada konsep ekosistem kelas X dan mengembangkannya dalam bentuk LKS.

2. Pelaksanaan Berdasarkan pada perencanaan tindakan yang dikemukakan di atas, maka hasilnya diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah oleh guru yang bersangkutan. Untuk memperoleh gambaran kesesuaian antara perencanaan tindakan dengan pelaksanaannya maka dalam proses pembelajaran yang dikembangkan akan dilakukan monitoring oleh peneliti dan guru terutama berkaitan dengan keterlaksanaan disain pembelajaran, kejelasan disain, suasana kelas, kesulitan siswa dalam melaksanakan kegiatan dan penguasaan konsep oleh siswa. Monitoring dilaksanakan selama penelitian berlangsung, yaitu terhadap dua kompetensi dasar pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012. Alat monitoring yang disiapkan, yaitu: pedoman pengamatan, tes dan angket. 3. Evaluasi Hasil Tindakan Evaluasi hasil tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:

18

1) Evaluasi terhadap kualitas disain pembelajaran yang dikembangkan guru. 2) Evaluasi terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW 3) Evaluasi terhadap kompetensi kognitif, yaitu penguasaan konsep dalam hal ini hasil belajar siswa. 4. Refleksi dan Pengambilan Keputusan dalam Rangka

Pengembangan Lebih Lanjut Berdasarkan implementasi tindakan dan monitoring yang direncanakan dalam penelitian ini maka hasilnya akan digunakan di dalam memperbaiki disain pembelajaran Biologi pada konsep ekosistem pada siklus berikutnya (dalam penelitian dilakukan dua siklus). Apabila diperoleh implementasi tindakan yang tidak sesuai dengan

perencanaan, maka ditempuh dengan cara melakukan perbaikanperbaikan seperti digambarkan dalam siklus proses penelitian tindakan. Akan tetapi sebaliknya apabila diperoleh implementasi tindakan yang sesuai dengan perencanaan tindakan, maka dapat digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran Biologi pada konsep ekosistem. Secara keseluruhan langkah-langkah yang dilakukan dalam metode penelitian ini dapat divisualisasikan ke dalam siklus kegiatan sebagai berikut : 4 3
siklus pertama

1 2

4 3

siklus kedua

1 2

Gambar 1. Proses Penelitian Tindakan (Mc Kernan dalam Depdikbud, 1999) Berdasarkan proses tersebut dapat dilihat bahwa pada proses siklus pertama akan dikembangkan kegiatan mulai dari perencanaan, tindakan, implementasi, dan refleksi. Dengan melakukan kegiatan pembelajaran koopertif tipe JIGSAW yaitu dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama

19

saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Setelah siklus pertama selesai maka kita akan melihat hasil yang dicapai oleh siswa apakah metode yang kita pakai tersebut dapat meningkatkan pemahaman siswa melalui skor hasil belajar di kelas baik individu maupun kelompok. Setelah itu kita akan melanjutkan ke proses siklus kedua dengan menggunakan kegiatan belajar yang sama pada materi yang berbeda. Pada siklus kedua ini lebih ditekankan pada pemahaman siswa mengenai materi yang telah disampaikan guru dengan mengerjakan LKS.

L.

JADWAL PENELITIAN

Tabel 1. Jadwal Rencana Kegiatan Penelitian No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Rencana Kegiatan Bimbingan proposal (Persiapan) Pelaksanaan siklus 1 Pelaksanaan siklus 2 Pembuatan laporan Seminar hasil Perbaikan hasil seminar Penggandaan dan penyerahan laporan akhir DAFTAR PUSTAKA Waktu Januari Februari Maret April 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

M.

20

Ahmadi, Abu dan supriyono, Widodo. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Anonymous. 2009. Model Pembelajaran Cooperative Learning Teknik Jigsaw. http://www.idonbiu.com/2009/05/model-pembelajaran-cooperativelearning.html. Diakses tanggal 1 November 2011. Anonymous. 2011. Artikel Pengertian Pemahaman Siswa.

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2137417-pengertianpemahaman-siswa/#ixzz1ePYrxr12. Diakses tanggal 20 November 2011.


Ibrahim, dkk. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : Universitas Negeri Malang.

Nurhaeni, Yani. 2011. Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Konsep Listrik melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw pada Siswa Kelas IX SMPN 43 Bandung. Jurnal Penelitian Pendidikan ISSN 1412-565X Vol. 12 No. 1. Rooijakkers, Ad. 1986. Mengajar dengan Sukses Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan pengajaran. Jakarta : PT. Gramedia. Suprayekti. 2006. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Jurnal Pendidikan Penabur - No.07/Th.V/Desember 2006. Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo persada. Wahab, Abdul Aziz. 2008. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung Alfabeta.

You might also like