You are on page 1of 63

Disamping itu penggunaan label seperti colloidal Gold yang amat sensitif dpt memperpendek waktu inkubasinya sehingga

menjadi 90 detik sampai 15 menit saja.  Keuntungan dari uji ICA adalah sebagai berikut. a. Format yang disukai oleh pemakai (teknisi laboratorium). b. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil test amat singkat c. Stabil untuk jangka panjang dan dalam rentangan iklim yang luas. d. Relatif tidak mahal untuk dibuat.
y

Karaksteristik tersebut diatas membuat strip test ini menjadi tes yang ideal untuk aplikasi spt utk pengujian dirumah,untuk sarana diagnostik yang cepat dalam pelayanan kesehatan, dan untuk pengujian di lapangan yaitu deteksi analit di berbagai jenis lingkungan hidup dan pertanian. Disamping itu,ICA merupakan uji laboratorium yang andal sehingga amat dibutuhkan di negara sedang berkembang.

Prinsip dasar asal imunokromatografik (uji strip) Seperti halnya dengan imunoasai yang lain,ICA dapat dipakai untuk melacak baik analit maupun antibodi dalam sampel. Dalam asai imunometrik ini, suatu legan yang spesifik terhadap analit yang akan dilacak (biasanya, tetapi tak selalu, suatu antibodi) diimobolisasi pada suatu membran (biasanya kertas nitroselulose) yaitu pada capture(Ab)line

Alur dari suatu uji strip imunokromatografi

Aliran sampel

Membran Aliran Lateral

Bantalan sampel

Garis Bantalan pengikat (Ab) konjugat

Garis kontrol

Garis akhir asai

Bantalan Absorban

Dengue Hemorraghic Fever (DHF) = Demam Berdarah Dengue (DBD) penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) Penyebaran vektor nyamuk Aedes aegypti & Aedes albopictus

Pemeriksaan laboratorium (imunologi/serologi):


Hemaglutination inhibition test (HI)

tes serologi standar WHO, tidak praktis karena memerlukan waktu yang lama & pengambilan sampel dilakukan pada saat yang berbeda Dengue blot, indirect ELISA, immunochromatographic test (ICT) relatif mudah, praktis, cepat dilakukan, sederhana (single test), sensitivitas & spesifisitas yang tinggi dalam membantu menegakkan diagnosa DHF

Tujuan Penggunaan Merupakan suatu rapid chromatography assay untuk mendeteksi secara kualitatif IgG dan IgM antibody terhadap virus dengue dalam whole blood, serum atau plasma manusia sebagai alat untuk diagnosis primer dan sekunder infeksi dengue.

Pada infeksi primer, Ab IgM terdeteksi pada

hari ke 3-5 setelah dimulainya demam dan IgM ini akan tinggi hingga hari ke 30-90. Pada daerah endemis dengue banyak terdapat pasien dgn infeksi sekunder shg tjd pe kadar IgG Ab. Oleh karena itu deteksi secara spesifik Ab anti-dengue IgM dan IgG dapat membantu membedakan antara infeksi primer dan sekunder. Dengue IgG/IgM Rapid Test Device merupakan suatu rapid tes yang menggunakan kombinasi Ag dengue yang dilapisi partikel berwarna untuk mendeteki Ab IgG dan IgM dengue pada whole blood, serum atau plasma manusia.

Merupakan suatu kualitatif membrane-based immunoassay untuk mendeteksi Ab dengue dalam whole blood, serum dan plasma. Tes ini mengandung 2 komponen (komponen IgG dan IgM). Pada komponen IgG, antihuman IgG dilapiskan di garis tes 1. Selama dilakukan tes, spesimen bereaksi dengan Ag dengue yang terlapis pada tes, campuran ini kemudian bergerak ke atas dan bereaksi dengan anti-human IgG pada garis tes 1.

Jika dalam spesimen mengandung Ab IgG terhadap dengue, akan timbul garis warna pada garis tes 1. Pada komponen IgM, anti-human IgM dilapiskan di garis tes 2. Selama tes spesimen akan bereaksi dengan antihuman IgM. Jika Ab IgM dengue terdapat dalam spesimen akan bereaksi dengan anti-human IgM dan Ag dengue-coated partikel dalam tes strip, kompleks ini akan ditangkap oleh anti ligand membentuk garis berwarna pada garis tes 2. Oleh karena itu jika dalam spesimen mengandung Ab IgG dengue, garis berwarna akan timbul pada garis tes 1 dan jika mengandung Ab IgM dengue akan timbul pada garis tes 2.

Jika dalam spesimen tidak terdapat Ab dengue, tidak muncul garis berwarna pada garis tes yang menunjukkan hasil (-). Untuk prosedur kontrol garis warna akan berubah dari merah menjadi biru pada garis kontrol.

Gunakan whole blood, serum atau plasma. Untuk fingerstick whole blood specimen,

gunakan dropper atau micropipette ukuran 10 l. Segera pisahkan serum/plasma dari sel-sel darah untuk mencegah hemolisis, gunakan spesimen yang bersih dan bebas dari hemolisis. Tes harus dilakukan segera setelah spesimen didapat. Jika tidak segera dilakukan, spesimen disimpan pada suhu 2-8C untuk 3 hari, untuk penyimpanan lebih lama pada suhu -20C.

Pada darah whole blood dapat disimpan pada

suhu 2-8C untuk 2 hari, jangan di freezer. Whole blood yang berasal dari fingerstick harus segera dilakukan tes.

Serum/plasma: teteskan 5 l pada sumur tes, kemudian tambahkan 3 tetes buffer (90 l). Whole blood (venipuncture/fingerstick): teteskan 1 tetes whole blood (10 l) ke dalam sumur tes, lalu tambahkan 3 tetes buffer (90 l). Baca hasilnya setelah 10 menit, jangan membacanya setelah 20 menit.

IgG (+) menandakan adanya infeksi sekunder dengue. IgM (+) menandakan adanya infeksi primer dengue IgG (+) dan IgM (+) menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Hanya C yang (+) menandakan hasil (-) Invalid ditandai dengan garis kontrol tetap berwarna merah, gagal untuk berubah menjadi biru.

IgG (+) infeksi sekunder dengue


T

IgM(+) infeksi primer dengue


T

IgG dan IgM (+)

Infeksi sekunder dengue

(-)
C
1

Invalid(grs kontrol warna merah gagal mjd biru) T T

Malaria penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium


Plasmodium falciparum

malaria tropika/malaria

falciparum (paling berat) Plasmodium vivax malaria tertiana/malaria vivax Plasmodium ovale malaria ovale (paling ringan) Plasmodium malariae malaria malariae/malaria quartana (jarang terjadi)

Penyebaran betina

vektor nyamuk Anopheles

Tujuan Penggunaan
Merupakan suatu kualitatif immunoassay yang mengandung whole blood manusia untuk mendeteksi Plasmodium falciparum Specific Histidine Rich Protein-2 (Pf HRP-2), Plasmodium vivax Specific PLDH dan Pan Malaria Specific PLDH. Pan Malaria Specific PLDH dapat digunakan untuk mendeteksi semua jenis plasmodium

Plasmotec Malaria-3 dapat mendeteksi adanya

P. falciparum berdasarkan kemampuan mendeteksi adanya Pf HRP-2 yang merupakan suatu protein water soluble dan dilepaskan dari eritrosit oleh parasit pada individu yang terinfeksi. Deteksi P. vivax berdasarkan adanya P. vivax Specific PLDH. Untuk mendeteksi infeksi malaria yang lain seperti P. ovale dan P. malaria berdasarkan adanya Pan Malaria Specific PLDH.

Berdasarkan prinsip immunochromatography. Sampel yang mengalir melalui membran setelah ditambahkan buffer, coloid gold conjugate yang berwarna dari monoclonal Ab antiHRP-2 (anti Pf HRP-2 MAbs), monoclonal Ab anti P. vivax Specific PLDH (anti Pv PLDH MAbs) dan monoclonal Ab anti Pan Specific PLDH (anti Pan PLDH MAbs) kompleks akan berkorespondensi dengan HRP-2 dan atau PLDH jika dijumpai dalam sampel.

Kompleks ini bergerak pada membran menuju daerah tes dimana daerah tes ini telah diimobilisasi dengan monoclonal Ab anti HRP-2, monoclonal Ab anti P. vivax Specific PLDH dan atau monoclonal Ab Pan Specific PLDH yang menyebabkan warna garis ungu kemerahan menandakan hasil tes (+) . Tidak adanya garis warna menunjukkan hasil (-).

Fresh whole blood yang diberi anti koagulan (heparin, EDTA, oxalate) digunakan pada tes ini. Jika tidak segera dilakukan pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu 2-8C untuk selama >2 jam. Sampel yang membeku atau terkontaminasi jangan digunakan pada tes ini. Darah dari finger puncture juga dapat digunakan.

Teteskan 5 l whole blood sampel ke dalam port A, atau jika menggunakan finger puncture sentuhkan sampel yang ada pada jari ke port A. Teteskan 3 tetes buffer ke dalam port B dan tunggu selama 1 menit, kemudian teteskan lagi 3 tetes buffer ke dalam port B. Baca hasilnya setelah 15-30 menit.

(+) P. falciparum C Pan Pv Pf T

(+) P. vivax C Pan Pv Pf


(+) jenis malaria yang lain C Pan Pv Pf T A B

(+) campuran infeksi malaria C Pan Pv Pf T A B

(-) C Pan Pv

Pf

Invalid bila tidak dijumpai warna pada garis setelah 15-30 menit

Penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhii (S. typhii) Penyebaran melalui makanan/minuman yang terkontaminasi S. typhii Gejala klinis:
Minggu I

demam, headache, myalgia, anorexia, nausea, vomitus, obstipasi, diare, stomach discomfort, batuk, epistaksis Minggu II demam, bradikardi relatif, lidah kotor, hepatosplenomegali, meteorismus, gangguan mental

Pemeriksaan laboratorium:
Tes penunjang x Darah lengkap (Hb, AL, AT, AE, Hmt, Diff) x Urinalisa (metode kimia kering) Tes serologis x Tes typhoid dipstick (metode carik celup/ICT) x Tes widal (metode slide & tabung) x Tes ELISA (metode double sandwich) Tes biakan (kultur) Deteksi DNA menggunakan metode tube nested

PCR

Tes typhoid dipstick


Preanalitik x Pengambilan sampel darah pasien sebaiknya dilakukan pada fase akut & konvalesen, sebelum pemberian antibiotik x Prinsip: terbentuknya ikatan antara Ab IgM spesifik typhoid dengan Ag spesifik typhoid Analitik x Normal (-) Pascaanalitik x Reaksi akan terbaca pada pita antigen x Intensitas warna dapat memberikan nilai semi kuantitatif, tidak berwarna (-), merah kabur (1+), merah sedang (2+/3+) & merah terang (4+)

Tes widal
Preanalitik x Pengambilan sampel darah pasien sebaiknya dilakukan pada fase akut & konvalesen, sebelum pemberian antibiotik x Prinsip: pembentukan aglutinasi Analitik x Normal x (-), tidak terbentuk aglutinasi x Peningkatan titer < 4x lipat (pemeriksaan serial) Pascaanalitik x (+) x Titer antibodi anti O 1:320/anti H 1:640 (pemeriksaan tunggal) x Peningkatan titer > 4x lipat (pemeriksaan serial)

Tujuan Penggunaan

Deteksi kuantitatif Ab Salmonella dalam serum untuk penggunaan epidemiologi dan diagnostic, terutama untuk investigasi adanya infeksi saluran pencernaan dan pyrexia.
Latar Belakang

Didasari adanya Ab dalam serum yang diproduksi akibat respon terhadap paparan Ag bakteri, akan mengaglutinasi suspensi bakteri. Untuk diagnosis penyakit demam, tes ini harus diparalelkan dengan teknik kultur dan identifikasi organisme penyebab.

Gunakan serum. Darah hasil pungsi vena dibiarkan menggumpal secara alamiah. Pastikan darah dalam sample telah menggumpal semuanya.

Prosedur Tes Rapid Slide Titration


x Teteskan suspensi masing-masing 1 tetes ke lempeng slide. x Teteskan 40 l serum pada setiap slide, campur dengan lidi, di goncang dengan shaker selama 1 menit. x Lihat ada aglutinasi atau tidak, jika (+) aglutinasi berarti (+) pada pengenceran 1/40.

x Suspensi Ag yang mengalami aglutinasi dilanjutkan, yang tidak mengalami aglutinasi tidak dilanjutkan lagi. x Lanjutkan suspensi Ag yang mengalami aglutinasi dengan meneteskan 1 tetes suspensi yang aglutinasi (+) dengan 20 l serum, di goncang dengan shaker selama 1 menit. x Lihat ada aglutinasi atau tidak, jika (+) aglutinasi berarti (+) pada pengenceran 1/80. x Ulangi seterusnya sampai pengenceran paling tinggi yang menyebabkan aglutinasi (+). x False (+) dapat terjadi jika hasil tes dibaca setelah melewati 1 menit setelah shaking.

a. b. c. d.

Nilai rujukan uji widal utk usia >10thn : Aglitinin O titer 1:160 Aglutinin H titer 1:160 Aglutinin PA titer 1:160 Aglutinin PB titer 1:160 Bila <10 thn atau org dewasa berasal dari daerah non endemik, hasil uji widal (+) terutama aglutinin O sudah mempunyai arti penting

Umumnya aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah penderita mengalami demam selama 1 mgg, biasanya di mulai dengan aglutinin O dan baru kemudian di susul oleh aglutinin H. Titer aglutinin mencapai puncaknya pada mgg ke lima atau keenam sejak mulai demam,kadang kala bahkan baru di jumpai setelah penderita sembuh terutama pada anak. Sebagai akibatnya, hasil uji widal yang negatif atau positif dengan titer rendah dengan stadium permulaan penyakit tidak dapat menyingkirkan diagnosis demam tifoid.

Bila kemudian karena pengobatan penderita sembuh, titer aglutinin didalam darah akan di pertahankan selama beberapa bulan dan selanjutnya akan menurun secara perlahanlahan.Biasanya aglutinin O menghilang terlebih dahulu yang diikuti oleh aglutinin vi dan H. Beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Dari hasil pemeriksaan uji widal satu kali saja belum dapat ditarik kesimpulan yang berarti kecuali titer amat tinggi .untuk dapat memberikan interpretasi yang baik, uji widal perlu diulangi beberapa kali(sedikitnya dua kali)dengan jangka waktu 5-7 hari.Kenaikan titer 4 kali (2 tabung tes)walaupun masih dalam batas normal sudah

Mempunyai arti klinis yang penting. b. Vaksinasi Vaksinasi dapat mempengaruhi titer aglutinin dari uji widal. Setelah vaksinasi titer aglutinin H dan O meningkat, akan tetepi titer aglutinin O akan menurun lebih dahulu,sedangkan titer aglutinin H biasanya dipertahankan selama beberapa tahun. c. Pemberian antibiotik. umumnya dikatakan oleh para peneliti bahwa pemberiaan antibiotik dapat memperlambat kenaikan titer uji widal. d. Febris Febris sendiri menurut beberapa peneliti, dapat

Memberikan kenaikan titer dari uji widal walaupun pendapat ini masih di pertentangkan. e. Narkotik pada beberapa kasus dapat memberikan hasil uji widal positif semu. f. Obat imunosupresif dapat menekan produksi aglutinin oleh sel plasma. g. Agamaglobulinemia dan keganasan dapat memberikan hasil uji widalyang negatif semu. h. Infeksi campuran dengan kuman lain dapat menekan pembentukan aglutinin dan memberikan hasil negatif semu.

S.typhi

S.Paratyphi A

S.Paratyphi B

S.Paratyphi C

S.typhi

S.Paratyphi A

S.Paratyphi A

S.Paratyphi A

Urutan jumlah ml serum dan suspensi yg digunakan


40 l serum + 1 tetes suspensi --- shaker 1 (+) ---- pengenceran 1/40 20 l serum + 1 tetes suspensi --- shaker 1 (+) ---- pengenceran 1/80 10 l serum + 1 tetes suspensi --- shaker 1 (+) ---- pengenceran 1/160 5 l serum + 1 tetes suspensi --- shaker 1 (+) ---- pengenceran 1/320 Dan seterusnya

Tes ELISA
Preanalitik x Pengambilan sampel darah pasien sebaiknya dilakukan pada fase akut & konvalesen, sebelum pemberian antibiotik x Prinsip: terjadinya reaksi antara Ag Ab yang telah dilabel enzim terbentuk kompleks Ag Ab + substrat memberikan intensitas warna yang sesuai dengan konsentrasi Ag/Ab yang dites dibaca menggunakan reader machine ELISA Analitik x Normal <0,350 Pascaanalitik x (+) >0,350

Virus hepatitis menyebabkan penyakit sistemik yang terutama menyerang hati Dikenal ada 5 macam virus hepatitis yaitu:
Virus hepatitis A (HAV) Virus hepatitis B (HBV) Virus hepatitis C (HCV) Virus hepatitis D (HDV) Virus hepatitis E (HEV)

Hepatitis A
Disebabkan oleh HAV, penularan melalui fekal

oral, menyerang anak-anak & dewasa muda Gejala klinis:

x Demam subfebril (<38C) x Malaise, myalgia, anorexia, nausea, vomitus x Ikterik bervariasi dari ringan berat
Pemeriksaan laboratorium:

x IgM anti HAV muncul pada fase prodromal dengan titer tinggi pada fase ikterik & menetap sampai beberapa bulan x IgG anti HAV dapat dideteksi sampai beberapa tahun setelah infeksi & mempunyai sifat protektif yang diperkirakan berlangsung untuk selamanya

Hepatitis B
Disebabkan oleh HBV, penularan secara

parenteral, menyerang usia remaja dewasa (dihubungkan dengan perilaku seksual & penggunaan obat-obatan terlarang), pasien yang mendapatkan transfusi darah, tenaga medis/paramedis & bayi (infeksi perinatal) Pemeriksaan laboratorium:

x HBsAg marker adanya HBV x HBeAg status infeksius x AntiHBs marker adanya kekebalan terhadap HBV x IgM anti HBc marker window period

Hepatitis C
Disebabkan oleh HCV, penularan secara

parenteral, cenderung menjadi kronik, banyak menyerang usia dewasa yang berhubungan dengan transfusi darah Pemeriksaan laboratorium:

x Anti HCV x Muncul lama setelah infeksi x Jika pasien sembuh dengan sendirinya maka anti HCV juga akan menghilang dari sirkulasi x Pada infeksi kronik anti HCV akan menetap dalam jangka waktu yang lama dengan kadar yang tinggi x RNA spesifik HCV dapat mendeteksi partikel HCV dalam sirkulasi pada fase akut

Hepatitis D
Disebabkan oleh HDV, penularan secara

parenteral, hanya menyerang orang yang terinfeksi HBV karena HDV merupakan virus yang tidak lengkap & membutuhkan HBsAg untuk dapat berreplikasi Pemeriksaan laboratorium:

x HBsAG x IgM anti HBc x IgM anti HDV x IgG anti HDV serial x RNA HDV

Hepatitis E
Disebabkan oleh HEV, penularan secara fekal

oral, gejala klinisnya mirip dengan Hepatitis A Pemeriksaan laboratorium:

x Peningkatan kadar bilirubin, kadang-kadang >20 mg/dL x Kadar ALT jarang melebihi 400 IU/L x Anti HEV

Tujuan

Penggunaan Merupakan suatu tes immunochromatography untuk mendeteksi secara kualitatif Ab dalam semua isotope (IgG, IgM, IgA) yang spesifik terhadap HIV-1 dan HIV-2 dalam serum/plasma manusia.

Tes ini mempunyai membran strip yang dilapisi dengan Ag pengikat HIV-1 rekombinan (gp41, p24) pada daerah pita 1 dan Ag pengikat HIV-2 rekombinan (gp36) pada daerah pita 2. Ag rekombinan HIV 1/2 (gp41, p24 dan gp36)-colloid gold conjugate dan sampel akan bergerak sepanjang membran ke daerah tes (T) dan membentuk garis yang dapat terlihat sebagai bentuk kompleks dari Ag-Ab-Ag gold partikel dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi.

Alat tes harus disimpan pada suhu 130C, tidak boleh disimpan di kulkas. Alat tes ini sensitif terhadap kelembaban dan panas. Lakukan pengetesan secara langsung setelah pembungkus tes dibuka.

Jika serum/plasma tidak segera di tes, harus disimpan di lemari es pada suhu 28C. Agar tahan 2 minggu dianjurkan disimpan di freezer. Sewaktu di tes harus pada suhu kamar (1-30C). Serum/plasma yang mengandung bahan-bahan presipitat harus dibersihkan terlebih dahulu dengan sentrifuge.

Teteskan 10 l serum/plasma ke dalam sumur spesimen. Teteskan 4 tetes (120 l) dari tabung assay diluents ke dalam sumur spesimen. Baca hasilnya setelah 5-20 menit. Jangan membaca hasil jika lebih dari 20 menit karena dapat memberikan hasil yang palsu.

(+) HIV-1 jika dijumpai 2 garis di garis kontrol (C) dan garis tes 1 (T1). (+) HIV-2 jika dijumpai 2 garis di garis kontrol (C) dan garis tes 2 (T2). (+) HIV-1 dan atau HIV-2 jika dijumpai 3 garis di garis kontrol (C), garis tes 1 (T1) dan garis tes 2 (T2). Jika intensitas warna di garis tes 1 (T1) lebih gelap daripada garis tes 2 (T2), dapat diinterpretasikan sebagai hasil positif HIV-1 dan sebaliknya.

Meskipun pada satu pasien jarang didapatkan HIV-1 (+) dan HIV-2 (+), tetapi bisa saja terjadi karena adanya kesamaan asam amino antara HIV-1 dan HIV-2. Untuk menentukan lebih lanjut atau keakuratan infeksi gabungan keduanya perlu dilakukan tes konfirmasi dengan Western Blot dan lain-lain. (-) jika hanya dijumpai garis di garis kontrol (C). Invalid jika tidak ada garis yang muncul, specimen harus di tes ulang.

(+) HIV-1

T
C

(+) HIV-2

(-) HIV

T
C

You might also like