You are on page 1of 61

No.

53, 1988

International Standard Serial Number: 0125 – 913X

Diterbitkan oleh :
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma

Daftar Isi :

2. Editorial

Artikel :

3. Arti Tidur dalam Kehidupan Sehari-hari


6. Patofisiologi Gangguan Tidur
10. Psikopatologi Insomnia
12. Terapi Medisinal pada Insomnia
Karya Sriwidodo 18. Ketergantungan dan Penyalahgunaan Obat Hipnotik
21. Peranan Akupunktur dalam Pengobatan Insomnia
24. Manfaat Relaksasi dan Meditasi terhadap Kesehatan Jiwa
28. Gangguan Tidur pada Usia Lanjut
Alamat redaksi:
Majalah CERMIN DUNIA KEDOKTERAN
P.O. Box 3105 Jakarta 10002 Telp.4892808
Penanggung jawab/Pimpinan umum: 31. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Obat
Dr. Oen L.H. Psikotropika pada Usia Lanjut
Pemimpin redaksi : Dr. Krismartha Gani,
Dr. Budi Riyanto W. 34. Diagnostik Tuberkulosis Paru
Dewan redaksi : DR. B. Setiawan, Dr. Bam- 38. Ophthalmia Sympathica
bang Suharto, Drs. Oka Wangsaputra, DR. 41. Efek Spermisid beberapa Fraksi Ekstrak Majakan pada Tikus Putih
Rantiatmodjo, DR. Arini Setiawati, Drs.
Victor Siringoringo. 44. Toksisitas Akut (LD 50) dan Pengaruh Beberapa Tanaman Obat
Redaksi Kehormatan: Prof. DR. Kusumanto terhadap Mencit Putih
Setyonegoro, Dr. R.P. Sidabutar, Prof. DR.
B.Chandra, Prof. DR. R. Budhi Darmojo,
Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo, Drg. I.
Sadrach.
No. Ijin : 151/SK/Dit Jen PPG/STT/1976,
48. Ruang Etika : Kode Etik
tgl.3 Juli 1976. 52. Kode Etik Kedokteran Indonesia
Pencetak : PT. Temprint.
53. Pengalaman Praktek Pengalaman Gempa di Larantuka
54. Humor Ilmu Kedokteran
56. Abstrak-abstrak
Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/ 58. R.P.P.I.K.
pendapat masing-masing penulis dan tidak selalu
merupakan pandangan atau kebijakan instansi/
59. Indeks Karangan Cermin Dunia Kedokteran 1988
lembaga/bagian tempat kerja si penulis.
Tidur merupakan salah satu hal yang tidak pernah dipermasalahkan,
sampai seseorang merasakan perubahan/gangguan polanya; padahal, prak-
tis sepertiga dari kehidupan kita lalui di tempat tidur. Lalu, apa yang sebe-
narnya kita alami selama tidur ? Hal-hal inilah yang kali ini merupakan
topik pembicaraan utama. Sebagian dari makalah ini telah dibacakan pada
Simposium Insomnia yang diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Ahli Jiwa
Indonesia (IDAJI) cabang Jakarta pada 27 Agustus 1988 yang lalu.
Juga dimuat dua artikel yang berkenaan dengan tanaman obat dan dua
artikel lain yang mudah-mudahan dapat menyegarkan kembali pengetahuan
sejawat mengenai Ophthalmia Symphatica dan Tuberkulosis Paru.
Pada edisi ini terdapat beberapa hal baru yang semoga bermanfàat bagi
para sejawat. Rubrik Etika akan membahas secara teratur berbagai hal/
masalah etika- Etika Kedokteran pada khususnya.
Selain itu, redaksi sangat mengharapkan umpan balik dari pada sejawat
pembaca setia CDK dalam bentuk kesudian untuk mengisi dan mengemba-
likan Angket Pembaca yang kami sisipkan - pendapat anda sangat berharga
bagi penyempurnaan majalah ini.
Sebagai penutup, di akhir halaman anda akan menjumpai Daftar Indeks Ka-
rangan yang mudah-mudahan bermanfaat bagi penelusuran kembali artikel-
artikel lama.
Akhir kata, SELAMAT HARI NATAL 1988 dan TAHUN BARU 1989.

REDAKSI

2 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Artikel

Arti Tidur Dalam Kehidupan


Sehari-hari
Dr. Tun Kurniasih Bastaman.
Psikiater, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

PENDAHULUAN poligrafik. Segera setelah seseorang jatuh tidur, gambaran


Kira-kira sepertiga bagian dan kehidupan manusia dilewat- gelombang otak yang direkam dengan EEG mengalami perubah-
kan dengan tidur, tetapi tidur jarang sekali dipersoalkan dan an yang khas yang digolongkan dalam fase tidur 1, 2, 3, dan 4;
baru dirasakan kepentingannya oleh orang-orang yang meng- setiap fase mempunyai gambaran EEG karakteristik. Tidur me-
alami gangguan tidur. Pengetahuan mengenai tidur baru ber- rupakan siklus yang berulang; setelah masuk dalam fase tidur 4,
kembang dalam tiga puluh tahun terakhir sebagai hasil berbagai akan kembali ke fase tidur 3, 2 dan 1, demikian seterusnya
penelitian yang dilakukan para ahli. sehingga selama tidur akan terjadi 4 - 5 siklus.
Dahulu tidur dianggap sebagai keadaan yang mirip sekali Ketika seseorang kembali memasuki fase tidur 1, selain
dengan kematian; dalam keadaan tidur tidak terjadi apa-apa, ditandai oleh gambanan EEG yang khas terdapat pula ciri-ciri
manusia kehilangan kesadarannya, juga kehilangan segala ke- rapid eye movement (REM) dan perubahan-perubahan fisiologik
mampuannya; bahkan dalam mitologi dikisahkan bahwa Dewa seperti denyut nadi, pernafasan dan tekanan darah yang tak
Tidur bersaudara dengan Dewa Kematian. Anggapan serupa itu teratur serta ereksi penis total maupun sebagian sedangkan
belakangan dibantah. Banyak fenomena terjadi dalam tidur. otot-otot tubuh lainnya mengalami atoni. Fase ini berbeda
Memang ada fase tidur tenang akan tetapi ada pula fase tidur dengan fase tidur 1 yang awal serta berbeda pula dengan fase
aktif. Akhir-akhir ini dicoba dibuat definisi tentang tidur sebagai fase tidur lainnya, dan sekarang disepakati bahwa ini adalah
berikut : tidur adalah suatu keadaan organisme yang regular, fase khusus yang dinamakan fase tidur-D (D dari desinkronisasi)
recurrent, reversible, dalam keadaan mana ambang rangsang dan fase lainnya disebut sebagai fase tidur-S, atau ada juga yang
terhadap stimuli dan luar lebih tinggi jika dibandingkan dengan menyebutnya sebagai fase tidur-REM dan fase tidur NREM.
pada keadaan jaga. Nama lainnya adalah fase tidur paradoksikal dan fase tidur
Mengapa manusia membutuhkan tidur? Dahulu, jawabnya tenang. Selama tidur seseorang akan mengalami antara 4 sampai
antara lain untuk menghindarkan diri dari musuh (manusia 5 fase tidur-D dan apabila dijumlahkan lamanya berkisar antara
purba mempunyai banyak musuh malam hari sedangkan panca 1½ jam atau sekitar 20% dari lama tidur seluruhnya. Fase tidur-D
indranya relatif buruk fungsinya waktu malam). Dengan per- yang pertama terjadi antara 7 sampai 120 menit setelah jatuh tidur
kataan lain, siang hari manusia dapat berfungsi lebih efektif. dan biasanya waktunya paling singkat yaitu 10 menit, fase
Itu menurut teori evolusi. Jawaban lain, tidur diperlukan untuk tidur-D berikutnya dapat berlangsung antara 15 sampai 40 menit.
penghematan energi; tak ada satu pun mahluk hidup yang dapat Apabila seseorang dibangunkan dalam fase tidur-D seringkali
bertahan dalam keadaan stres terus menerus, dan tidur merupa- melaporkan bahwa ia sedang bermimpi. Fase tidur-D ini disebut
kan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh terhindar dari tuntut- juga sebagai fase tidur dangkal, meskipun tidak sepenuhnya benar
an sehari-hari. Selain periode istirahat, selanjutnya tidur pun karena kalau dilihat dan gerakan otot justru pada fase ini potensi
merupakan periode pemulihan. Penelitian-penelitian yang di- gerakan otot paling rendah, bahkan otot lebih relaks dibanding-
lakukan kemudian, turut menunjang teori tensebut. kan dalam fase tidur-S.
Pencatatan perubahan fisiologik tubuh selanjutnya meng-
hasilkan gambaran sebagai berikut : pada fase tidur-S denyut nadi
FENOMENOLOGI TIDUR menurun sekitar 5-10 per menit di bawah denyut nadi dalam
Apa yang tenjadi dalam tidur diketahui melalui pencatatan keadaan jaga serta denyutnya sangat teratur, demikian pula per-

* Dibacakan pada Simposium Insomnia, Jakarta 27 Agustus 1988

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 3


nafasan dan tekanan darah, otot lebih relaks dibandingkan waktu dikembangkan, antara lain dengan dapat diketahuinya fase tidur-
jaga, tidak ada rapid eye movement dan tidak ada ereksi penis, D dan fase tidur-S, dapat dilakukan penelitian khusus mengenai
aliran darah ke otak dan ke jaringan tubuh juga berkurang. Fase kekurangan tidur pada fase tertentu itu. Tercatat bahwa orang
tidur-S ini mempunyai karakteristik yaitu apabila seseorang di- yang dikurangi tidurnya dengan cara sengaja membangunkannya
bangunkan dalam fase ini, ia akan mengalami disorientasi. pada fase tidur-S, akan mengeluh merasa letih, sedangkan yang
Beberapa gangguan seperti somnabulisme, enuresis dan mimpi dibangunkan pada fase tidur-D keluhannya lebih bersifat psiko-
buruk (nightmares) dicatat terjadi dalam fase tidur-S. logis yaitu, irritable dan mengalami kesulitan sosial.
Lama waktu tidur yang dibutuhkan oleh orang dewasa
normal bervariasi antara 4 - 10 jam sehari dan rata-rata berkisar Kebutuhan Tidur
antara 7-8 jam sehari. Makin muda usia, waktu tidur yang Penelitian tentang kebutuhan tidur dilakukan oleh Hartmann
dibutuhkan makin banyak dan makin berkurang pada orang dan kawan-kawan terhadap dua kelompok yang disebutnya se-
lanjut usia. Bayi-bayi tidur sepanjang 16–18 jam sehari dan bagai kelompok long-sleepers dan kelompok short-sleepers. Ke-
kira-kira setengahnya berlangsung dalam fase tidur-D. lompok long-sleepers adalah mereka yang mengaku berfungsi
adekuat bila lama tidurnya lebih dari 9 jam, sedangkan kelompok
FUNGSI TIDUR DALAM KEHIDUPAN MANUSIA short-sleepers adalah yang berfungsi adekuat walaupun tidurnya
Untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia membutuh- kurang dari 6 jam setiap malam. Secara fisik tidak ditemukan
kan tidur serta membuktikan teori yang menyatakan bahwa tidur perbedaan antara dua kelompok yang diteliti, akan tetapi pada
adalah periode istirahat dan pemulihan, telah dilakukan berbagai perekaman EEG ternyata ditemukan perbedaan yang bermakna
penelitian. Pada dasarnya ada dua metode penelitian mengenai dalam fase tidur-D, yaitu kelompok short-sleepers rata-rata fase
tidur yaitu; pertama- pelaporan yang sifatnya subyektif dari yang tidur-D-nya adalah 65 menit, sedangkan kelompok long-sleepers
diteliti, misalnya dengan pengisian seperangkat kuesioner, dan rata-rata 121 menit (dua kali lebih lama). Pada test psikologik
kedua: penelitian dengan cara melakukan observasi. Metode kuantitatif ternyata kelompok long-sleepers mempunyai nilai
observasi ini dapat dilakukan dengan cara yang sangat sederhana tinggi yang bermakna pada skala ansietas dan afek yang patologik
misalnya secara periodik melihat apakah orang yang diteliti (menurut Cornell Index). Sedangkan pada test MMPI (Minnesota
dalam keadaan tidur atau jaga. Cara lain yang tetap masih Multiphasic Personality Inventory) kelompok long-sleepers me-
sederhana yaitu memasang alat pada tempat tidur yang dapat nunjukkan nilai tinggi yang bermakna dalam skala introversi-
memantau gerakan-gerakan orang yang diteliti. Cara yang lebih sosial.
maju tetapi mahal adalah dengan melakukan perekaman EEG Setelah menemukan hasil seperti tersebut di atas, para pe-
sepanjang tidur. Adapun topik yang diteliti berkisar dua hal, neliti melanjutkan penelitiannya dengan melakukan wawancara
yaitu kekurangan tidur (sleep deprivation) dan kebutuhan tidur. psikiatrik yang mendalam. Ternyata diperoleh kesimpulan bahwa
kelompok short-sleepers adalah orang-orang yang efisien, penuh
Kekurangan tidur semangat,ambisius,mempunyai kemampuan adaptasi sosial serta
Banyak sekali penelitian yang telah dilakukan untuk merasa puas dengan kehidupannya. Mereka relatif bebas psiko-
keadaan kurang tidur. Perubahan fisiologik yang ditemukan patologi. Sedangkan kelompok long sleepers menunjukkan ber-
dalam keada-an kurang tidur antara lain perubahan gambaran bagai psikopatologi ringan seperti depresi ringan, ansietas dan
EEG serta denyut nadi dan pernafasan yang cenderung naik. pemalu. Mereka mengeluh merasa khawatir tentang kehidupan-
Efek psikologik kekurangan tidur agak sulit ditentukan nya dan tentang segala sesuatu sekitar dirinya.
karena dipengaruhi berbagai faktor sosial dan lingkungan. Per- Beberapa penelitian lain yang berkaitan dengan kebutuhan
cobaan yang terkenal misalnya, dilakukan oleh Peter Tripp, tidur menyimpulkan bahwa lama tidur yang dibutuhkan me-
seorang laki-laki, 32 tahun, asal New York, yang tidak tidur ningkat dalam kondisi-kondisi : perubahan pekerjaan, peningkat-
selama 200 jam (8 hari) terus menerus. Pada akhir percobaan an aktivitas mental, depresi atau perasaan kesal, serta periode
ia mengalami halusinasi dan delusi. Percobaan Tripp ini ditiru yang penuh stres. Sebaliknya kebutuhan tidur dirasakan
oleh Randy Gardner, seorang siswa SMA, yang terjaga selama mengurang jumlahnya pada keadaan bebas rasa cemas dan
264 jam (11 hari) dalam usahanya untuk memecahkan rekor khawatir (misalnya pada psikoterapi yang berhasil). Kebutuhan
tidak tidur. Hasil akhimya berbeda dengan Tripp, Gardner tidak tidur yang berkurang ini pun dilaporkan oleh orang-orang yang
mengalami halusinasi dan delusi. Beberapa hal yang dianggap berhenti dari pekerjaan yang membutuhkan kemampuan intelek-
dapat menerangkan perbedaan itu antara lain Gardner berusia tual serta menimbulkan stres emosional. Dengan ringkas di-
lebih muda dan kondisi fisiknya lebih baik, serta Gardner me- simpulkan bahwa lama tidur yang dibutuhkan kurang pada orang-
lakukan percobaan di rumahnya sendiri, dijaga bergantian oleh orang yang kehidupannya bahagia, cukup sibuk tetapi bebas
orang-orang yang mengenalnya, sedangkan Tripp melakukannya dan rasa khawatir. Sedangkan kebutuhan tidur meningkat pada
di sebuah hotel. Dahulu dianggap bahwa kekurangan tidur yang kondisi yang berkaitan dengan kekhawatiran, konflik, perubahan
berlangsung berkepanjangan akan berakhir dengan serangan dalam kehidupan yang memerlukan penataan kembali.
psikotik. Percobaan Randy Gardner membantah anggapan itu Dari kedua topik penelitian yang telah diuraikan di atas
dan Peter Tripp hanya membutuhkan waktu tidur 13 jam lama- akhimya dapat ditarik kesimpulan mengenai fungsi tidur, yaitu:
nya untuk memulihkan kondisinya. Sekarang, tidak tidur selama 1. tidur berfungsi memelihara kesegaran fisik
beberapa hari dianggap sebagai hal yang tidak rnembahayakan 2. tidur berfungsi pemulihan setelah mengalami berbagai
dan mudah untuk dipulihkan. peristiwa emosional seperti ansietas, perasaan khawatir,
Setelah ditemukan EEG, penelitian tentang tidur dapat lebih depresi maupun setelah melakukan aktivitas intelektual

4 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


PENUTUP secara dini diikuti dengan sikap yang tepat.

Dalam psikiatri keluhan yang berkaitan dengan gangguan KEPUSTAKAAN


tidur seringkali dijumpai, dapat merupakan keluhan sepintas 1. Hartmann EL. Sleep, in Comprehensive Textbook of Psychiatry, 4th ed.,
Kaplan HI, Sadock BJ. (eds.), Baltimore/London: Williams & Wilkins, 1985.
tanpa memerlukan terapi yang serius tetapi dapat pula merupakan 2. Kaplan PS, Stein J. Psychology of Adjustment. Wadsworth, Inc, Belmont,
gejala awal dan gangguan yang lebih berat seperti psikosis 1984.
misalnya. Berbekal pengetahuan tentang tidur yang normal 3. Roediger III HL et al : Psychology. Boston: Little Brown and Company,
mudah-mudahan kedua hal yang berbeda itu dapat ditemukan 1984.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 5


Patofisiologi Gangguan Tidur
Dr. Keja Musadik
Psikiater, Lembaga Psikiatri Biologik Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN an tidur yang berupa gambaran waxing dan gelombang Alfa.


Gangguan tidur dapat dibagi dalam 4 kelompok besar Gelombang Beta, dengan frekuensi 14 Hz atau lebih, dan ampli-
(menurut : Sleep Disorders Classification Committee, 1979) tudo gelombang kecil, rata-rata 25 mV. Gambaran gelombang
yaitu: Beta yang terjelas didapat pada daerah frontal. Gelombang ini
1. Gangguan Masuk Tidur dan Mempertahankan Tidur yang merupakan gelombang dominan pada keadaan jaga terutama bila
disebut insomnia. mata terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul gelombang
2. Gangguan yang berhubungan dengan tidur/mengantuk yang Beta.
berlebihan, yang disebut hipersomnia. Gelombang Teta, dengan frekuensi antara 4 - 7 Hz, dengan
3. Disfungsi yang berhubungan dengan kondisi tidur, stadium amplitudo gelombang bervariasi dan lokalisasi juga bervariasi.
tidur atau keadaan jaga yang berubah sifat, yang disebut Gelombang Teta dengan amplitudo rendah tampak pada keadaan
paramsomnia. jaga pada anak-anak sampai usia 25 tahun dan usia lanjut di
Misalnya: tidur berjalan, ngelindur dan lain-lain. atas 60 tahun. Pada keadaan normal orang dewasa, gelombang
4. Gangguan ritme tidur jaga. teta muncul pada keadaan tidur (stadium 1, 2, 3, 4).
Pada makalah ini akan dibahas mengenai insomnia yang Gelombang Delta, dengan frekuensi antara 0 - 3 Hz, dengan
berhubungan dengan psikiatri seperti Ansietas, Depresi, dan amplitudo serta lokalisasi bervariasi. Pada keadaan normal,
Gangguan Psikotik. gelombang Delta muncul pada keadaan tidur (stadium 2, 3, 4).
Dengan demikian stadium-stadium tidur ditentukan oleh
FISIOLOGI TIDUR persentase dan keempat gelombang ini dalam proporsi tertentu.
Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas Selain itu juga ditunjang oleh gambaran dari EOG dan EMG nya.
sel-sel otak selama tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam dalam
alat EEG. Untuk merekam tidur, cara yang dipakai adalah dengan STADIUM TIDUR
EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam
gambaran aktivitas sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak 1. Stadium Jaga (Stadium W = wake)
bola mata (EOG) dan tonus otot (EMG). Untuk EEG, elektroda EEG : Pada keadaan relaks, mata tertutup, gambaran di-
hanya ditempatkan pada dua daerah saja, yakni daerah fronto- dominasi oleh gelombang Alfa. Tidak ditemukan adanya
sentral dan oksipital. Gelombang Alfa paling jelas terlihat di Kumparan Tidur dan Kompleks K.
daerah frontal. EOG : Biasanya gerakan mata berkurang. Kadang-kadang
dapatkan 4 jenis gelombang, yaitu: terdapat artefak yang disebabkan oleh gerakan kelopak mata.
Gelombang Alfa, dengan frekuensi 8 - 12 Hz, dan amplitudo EMG: Kadang-kadang tonus otot meninggi.
gelombang antara 10 - 15 mV. Gambaran gelombang alfa yang 2. Stadium 1
terjelas didapat pada daerah oksipital atau parietal. Pada keadaan EEG: Biasanya terdiri dari gelombang campuran Alfa, Beta
mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa akan muncul, dan akan dan kadang-kadang Teta. Tidak terlihat adanya Kumparan
menghilang sesaat kita membuka mata. Pada keadaan me- Tidur, Kompleks K atau gelombang Delta.
ngantuk (drowsy) didapatkan gambaran yang jelas yaitu kumpar- EOG : Tak terlihat aktifitas bola mata yang cepat.

* Dibacakan pada Simposium Insomnia, Jakarta 27 Agustus 1988

6 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


EMG Tonus otot menurun dibandingkan dengan pada dijumpai adanya denyut nadi yang bertambah dan ereksi penis
Stadium W. pada laki-laki, walaupun tonus di bagian lain dan tubuh me-
3. Stadium 2 unjukkan relaksasi yang dalam. Pada stadium REM ini, dapat
EEG: Biasanya terdiri dan gelombang campuran Alfa, Teta dipastikan bahwa individu mengalami peristiwa mimpi dengan
dan Delta. intensitas yang tinggi, sehingga seolah-olah apa yang dimimpi-
Terlihat adanya Kumparan Tidur dan Kompleks K (Kompleks kan itu merupakan suatu yang riil yang dapat dirasakan pula
K : gelombang negatif yang diikuti oleh gelombang positif, oleh sistim panca indera kita. Seringkali begitu tinggi intensitas
berlangsung kira-kira 0,5 detik, biasanya diikuti oleh gelom- mimpi atau panca indera kita terangsang sehingga kita terbangun
bang cepat 12 - 14 Hz). Persentase gelombang Delta dengan dan langsung berbuat sesuatu yang sebenarnya terjadi pada
amplitudo di atas 75 mV kurang dari 20%. impian kita. Misalnya Iangsung bangun dan membuka pintu,
EOG : Tak terdapat aktivitas bola mata yang cepat. karena dalam mimpi kita mengalami ada suara ketokan di
EMG : Kadang-kadang terlihat peningkatan tonus otot secara pintu.
tiba-tiba, menunjukkan bahwa otot-otot tonik belum seluruh-
nya dalam keadaan relaks. Gambar 1: Hipnogram dari orang dewasa normal
4. Stadium 3
EEG : Persentase gelombang Delta berada antara 20 - 50%.
Tampak Kumparan Tidur.
EOO : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat.
EMG : Gambaran tonus otot yang lebih jelas dari stadium 2.
5. Stadium 4
EEG : Persentase gelombang Delta mencapai lebih dari 50%.
Tampak Kumparan Tidur.
EOG : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat
EMG : Tonus otot menurun dari pada stadium sebelumnya.
6. Stadium REM
EEG : Terlihat gelombang campuran Alfa, Beta dan Teta. Tak
tampak gelombang Delta., Kumparan Tidur maupun Kompleks
K.
EOG : Terlihat gambaran REM (Rapid Eye Movement) yang
khas.
EMG : Tonus otot sangat rendah. Dari gambaran EEG, EOG dan EMG sepanjang malam seorang
(lain-lain : frekuensi nadi tinggi, ereksi pada laki-laki). dewasa normal, dapat dibuat sebuah hipnogram yang melukiskan
kualitas dan kuantitas tidur orang tersebut. Pada kondisi
Tabel 1 : Gambaran EEG, EOG dan EMG pada stadium-stadium tidur. normal, seorang dewasa memasuki stadium 1 dan 2 dengan
EEG EOG EMG cepat dan mempunyai stadium tidur dalam (stadium 3 dan 4)
Stadium W A, B - yang berkisar antara 70 - 100 menit. Setelah itu timbullah
stadium REM yang gambaran EEG nya mirip dengan stadium
Stadium 1 A, B, T -
tidur yang dangkal. Kejadian atau siklus ini berulang dengan
Stadium 2 D<20% - interval waktu 90 menit. Semakin mendekat ke pagi hari, tidur
Stadium 3 D = 20-50% - yang dalam semakin berkurang dan tidur REM semakin
Stadium 4 D>50% - bertambah. Dalam kondsi normal, terjadi 4 – 6 kali periode
REM tidur REM. Secara keseluruhan periode tidur REM meliputi
A,B,T +-+
(Paradoxical Sleep) 25% dari keseluruhan tidur.
Pola hipnogram ini dipengaruhi oleh usia. Pada anak-anak,
Tidur ringan : stadium 1 dan 2 stadium 3 dan 4 meliputi jumlah yang lebih besar dari pada
Tidur dalam : stadium 3 dan 4
Mimpi : stadium REM
dewasa normal, dan makin berkurang lagi pada usia lanjut.
A : gelombang Alfa ; B : gelombang Beta
D : gelombang Delta ; T : gelombang Teta SIRKULASI DARAH DAN METABOLISME O2 Dl OTAK
WAKTU TIDUR
Peningkatan sirkulasi darah dan oksigen otak berkorelasi de-
Yang kita sebut sebagai tidur ringan adalah bila individu ngan gambaran gelombang EEG yang cepat dan tak teratur, dan
mencapai stadium 1 dan 2. Sedangkan tidur dalam tercapai bila sebaliknya. Tetapi hal ini tak sepenuhnya dapat diterima. Pada
individu telah masuk ke dalam stadium 3 dan 4. anak-anak normal, di mana terdapat dominasi gelombang
Stadium REM, ternyata merupakan suatu dimensi tersendiri. lambat pada EEG-nya, sirkulasi darah dan oksigen di otak lebih
Dan dalamnya tidur, ía dapat dikatakan sebagai tidur yang tinggi dan dewasa normal. Yang jelas, pada umumnya dalam
dalam. tetapi dari bentuk gelombang yang terekam, Ia mem- keadaan tidur, di mana timbul gelombang-gelombang yang
punyai gambaran tidur yang ringan. Karena itu stadium ini juga lebih lambat daripada dalam keadaan jaga, dijumpai adanya
disebut sebagai paradoxical sleep. Pada stadium REM ini juga penurunan sirkulasi darah dan O2 di otak.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 7


PERNAFASAN DAN SIRKULASI SISTEMIK PADA orang normal ditemukan sejumlah 20 - 30%, pada penderita
WAKTU TIDUR depresi menjadi jauh berkurang. Hal ini yang menyebabkan
Bulow (1963), seorang peneliti, mendapatkan bahwa tidur penderita depresi mengeluh tidurnya kurang pulas.
yang dalam akan diikuti oleh penurunan sensitivitas dan pusat Penelitian dari Zung menunjukkan bahwa pada sukarelawan
pernafasan terhadap CO2 di otak. Penurunan ini berjalan linier normal yang diberi rangsang suara-suara pada stadium Delta,
dengan keadaan dan tidur. tidak terbangun oleh hal itu. Tetapi pada penderita depresi sangat
Pada tidur REM, sensitivitas ini bertambah dan menetap mudah terbangun. Karena itu penderita depresi mudah sekali
sampai ambang seperti keadaan jaga. Hal ini sesuai dengan pe- terbangun oleh adanya perubahan suhu di dini hari, perubahan
nelitian secara klinis yang memperlihatkan adanya pernafasan sinar dan suara-suara hewan di pagi hari.
tak teratur selama periode REM. Peristiwa ini dapat meng- Pada fase awal penyakit, penderita. depresi akan mengalami
akibatkan timbulnya vasokonstriksi pembuluh darah. Dan Se- penurunan dari Tidur REM nya sebanyak 10%. REM menunjuk-
terusnya terjadi peninggian dan tekanan darah sistemik dan kan bahwa orang itu sedang bermimpi. Di laboratorium tidur,
frekuensi nadi. Sebagai kompensasi, sirkulasi darah dan oksigen 85% dan mereka yang dibangunkan pada waktu tidur REM,
ke otak meningkat, dan aktivitas neuron otakpun meningkat. mengaku sedang bermimpi. Penderita depresi biasanya meng-
Sebaliknya pada tidur non-REM, tekanan darah sistemik alami mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan sehingga mereka
mengalami penurunan, terutama pada awal tidur. Hal ini mula- terbangun karenanya. Dengan demikian tidur REM pun ber-
mula tidak mempengaruhi sirkulasi darah di otak karena adanya kurang karena seringnya terbangun di malam hari. Di samping
sistem auto-regulasi, yang akan mengadakan reaksi adaptasi itu, telah diterangkan bahwa pada mereka yang menderita
terhadap keadaan itu. Tetapi semakin. lama, terutama setelah ter- depresi, tidur REM lebih cepat datangnya.
jadi penurunan sirkulasi oksigen, terjadi dekompensasi, dan Secara fisiologik kekurangan tidur REM itu harus dibayar
akibatnya timbul gangguan perfusi jaringan secara perlahan- kembali. Dengan begitu, selang beberapa waktu, penderita
lahan. Karena itu pada usia lanjut, sering timbul gejala-gejala depresi akan mengalami tidur REM yang berlebihan, dan
eksaserbasi infark multipel demensia pada malam hari yang penderita akan lebih sering terbangun dan bermimpi buruk.
disertai adanya gejala-gejala kebingungan (confusion). Jadi jelaslah mengapa di laboratorium tidur, ditemukan gambar-
Hasil-hasil penelitian di atas masih berada dalam taraf awal, an hipnogram yang “acak-acakan” atau iregular dari perpindahan
karena masih diikuti oleh penemuan-penemuan lain yang satu stadium ke stadium yang lain pada penderita depresi; dan
kontroversial. tetapi dengan adanya kemampuan dan teknik pe- sering terbangun di malam hari.
mantauan otak, antara lain Positron Emission Tomography, di- Pada penderita ansietas, dan hipnogram ditemukan Sleep
harapkan pendalaman dan hal ini akan lebih memberikan hasil Latency yang memanjang. Sedangkan REM Latency dapat normal
yang positif terhadap gambaran faali tidur di otak. atau lebih panjang dari pada sukarelawan normal. Berbeda
dengan penderita depresi, pada penderita ansietas, tidur delta
PUSAT-PUSAT TIDUR DI OTAK
biasanya normal (20-30%), sedangkan tidur REM menjadi ber-
Irama tidur - jaga yang merupakan pola tingkah laku agaknya
tambah, terutama pada fase akhir dari tidur (di dini hari).
berhubungan dengan interaksi di dalam sistim aktivasi retikular
Pada hipnogram juga ditemukan adanya gambaran yang
Perangsangan daerah formasio retikularis akan menyebabkan
ireguler dari perpindahan satu stadium tidur ke stadium tidur
kondisi jaga/waspada pada hewan di laboratorium. Sedangkan
yang lain. Di bawah ini, digambarkan suatu skema perbedaan
perusakan pada daerah itu menyebabkan hewan mengalami kon-
dari insomnia karena kondisi depresi dan ansietas, dilihat dari
disi koma menetap. Kita mengetahui bahwa sistim aktivas
keluhan subyektif dan gambaran obyektif menurut hipnogram-
retikular bekerjanya diatur oleh kontrol dan nukleus raphe dan
nya.
locus coeruleus. Di mana sel-sel dan nucleus raphe mensekresi
serotonin dan locus coeruleus mensekresi epinephrine. Jika
nukleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat me-
nimbulkan kondisi tidak tidur/berkurangnya jam tidur pada
hewan percobaan yang mirip dengan kejadian insomnia. Sedang-
kan bila locus coeruleus yang dirusak, akan terjadi penurunan
atau hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non REM tak
berubah. Sistim limbik, yang kita kenal sebagai pusat emosi,
agaknya juga berhubungan dengan kewaspadaan/jaga. Mungkin
hal inilah yang menyebabkan mengapa kondisi ansietas dan
gangguan emosi lainnnya dapat mengganggu tidur, dan me-
nyebabkan insomnia.
INSOMNIA PADA PENDERITA DEPRESI DAN ANSIETAS
Penelitian tidur di laboratorium dengan alat EEG me-
nunjukkan adanya perbedaan antara sukarelawan yang normal
dengan penderita depresi dan ansietas.
Pada penderita depresi, ditemukan adanya Sleep Latency
yang bertambah atau dapat juga normal. Sedangkan REM
Latency jelas menjadi lebih pendek. Tidur Delta yang pada

8 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


PENUTUP
Ansietas Depresi
Telah dibicarakan fisiologi dan tidur dilihat dan keadaan
Jumlah tidur Normal Berkurang EEG, EOG dan EMG yang tergambar dalam rekaman Hipno-
Kwalitas tidur Dangkal-sedang Dangkal-sedang gram, serta gambaran Hipnogram pada pasien depresi dan
ansietas.
Mimpi Menakutkan Sendirian dan sepi
Masuk tidur Lebih dari 1 jam 15 – 60 menit KEPUSTAKAAN
Sering bangun malam Tidak Sering
1. Iskandar Y. Insomnia dan Depresi Dalam: Psikiatri Biologik Vol. II, ed.
Bangun pagi Sukar Dini hari Yul Iskandar dan R. Kusumanto Setyonegoro, Yayasan Dharma Graha,
Pagi hari Kurang segar Lesu Jakarta, 1985.
2. Iskandar Y. Insomnia, Ansietas dan Depresi, dalam: Psikiatri Biologik Vol. II,
Sleep Latency Memanjang Normal/memanjang ed. Yul Iskandar dan R. Kusumanto Setyonegoro, Yayasan Dharma Graha,
REM Latency Normal/memanjang Memendek Jakarta, 1985.
3. Priest RG, Pletscher A, Ward J. (Eds.): Sleep Research. MTLP Press Limited,
D Sleep Normal Memendek Basle, 1988.
REM Sleep Memanjang Memendek (kecuali 4. Moynihan SH, Marks J. Insomnia, Management in Good Medical Practice,
(terutama terjadi pada pada proses penyem- Editiones, Roche, Basle, 1988.
fase akhir dari tidur) buhan) 5. Iskandar Y. Tehnik Penelitian Tidur dengan EEG. Makalah pada: Simposium
Regularitas Ireguler Ireguler dan Psikiatri Biologik N, Jakarta, 1983.
broken sleep

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 9


Psikopatologi Insomnia
Dr. Satya Joewana
Psikiater, Rumah Sakit Ketergantungan Obat , Jakarta

PENDAHULUAN Mc Ghie dan Russell tersebut di atas terhadap 400 orang berusia
Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang paling sering 15 - 24 tahun, 5% diantaranya mengalami insomnia. Pada
dijumpai baik pada pasien dengan maupun tanpa gangguan penelitian di Jakarta tahun 1988 terhadap 2500 siswa SLTP
psikiatrik. Menurut penelitian di luar negeri, 70% pasien psikiatrik Negeri, sekitar 31% mengaku sering susah tidur.
yang dirawat di rumah sakit menderita insomnia. Di Inggris,
15% pasien yang mengunjungi dokter keluarga menderita
insomnia. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya SEBAB-SEBAB INSOMNIA
usia. Insomnia lebih sering dijumpai pada wanita daripada pria. Tidak semua insomnia didasari oleh adanya suatu kondisi
psikopatologik. Insomnia dapat pula disebabkan karena kondisi
DEFINISI atau penyakit fisik dan karena faktor ekstrinsik seperti suara atau
Insomnia adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak bunyi, suhu udara, tinggi suatu daerah, penggunaan bahan-bahan
dapat tidur seperti yang ia harapkan, atau suatu ketidak mampuan yang mengandung stimulansia susunan saraf pusat.
yang patologik untuk tidur. 1.Suara atau bunyi: biasanya orang dapat menyesuaikan dengan
Terdapat tiga tipe insomnia: suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Yang
1. Tidak dapat atau sulit masuk tidur (insomnia inisial) : penting sering bukan intensitasnya tetapi makna dan suara itu.
Keadaan ini sering dijumpai pada ansietas pasien muda, ber- Misalnya seorang yang takut diserang atau dirampok, pada
langsung 1 - 3 jam dan kemudian karena kelelahan ía tertidur malam hari ia terbangun berkali-kali hanya karena suara yang
juga. halus sekalipun. Bila intensitas rangsang cukup tinggi maka
2. Terbangun tengah malam beberapa kali: pasien ini dapat Arousal Promoting System akan membangunkan kita.
masuk tidur dengan mudah tetapi setelah 2-3 jam terbangun lagi, 2. Suhu udara : kebanyakan orang akan berusaha tidur pada
dan ini terulang beberapa kali dalam satu malam. suhu udara yang menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara
3. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini (insomnia rendah ia memakai selimut, bila suhu tinggi ia memakai pakaian
terminal): pasien ini dapat tidur dengan mudah dan tidur dengan tipis. Insomnia sering dijumpai di daerah tropik.
cukup nyenyak, tetapi pagi buta sudah terbangun lalu tidak 3. Tinggi suatu daerah: Insomnia merupakan gejala yang sering
dapat tidur lagi. Keadaan ini sering dijumpai pada keadaan dijumpai pada mountain sickness, terjadi pada pendaki gunung
depresi. yang lebih dan 3500 meter di atas permukaan laut. Hipoksia
hipobanik dapat mempengaruhi Sleep Promoting System secara
EPIDEMIOLOGI langsung. Demikian juga nafas yang lebih cepat merupakan
Mc Ghie dan Russell meneliti 2500 orang di Skotlandia yang tambahan rangsang terhadap Arousal Promoting System.
meliputi berbagai golongan, tingkat usia dan tingkat sosial. 4. Penggunaan bahan-bahan yang mengandung stimulansia
Mereka mendapatkan bahwa orang yang merasa tergolong susunan saraf pusat : Insomnia dapat terjadi karena penggunaan
bertemperamen nervous (gugup) juga merasa kurang tidur. bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau
Penelitian di berbagai negara menunjukkan hasil bahwa yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan yang
wanita lebih sering mengalami insomnia daripada pria (2 : 1). mengandung amfetamin atau yang sejenis.
Di Skotlandia, 45% dari wanita yang berusia lebih dari 75 tahun 5. Penyakit jasmani tertentu: misalnya arteriosklerosis, tumor
mempunyai kebiasaan makan obat tidur secara teratur. Penelitian otak, demensia presenil, tirotoksikosis, Sindrom Cushing,

* Dibacakan pada Simposium Insomnia, Jakarta 27 Agustus 1988

10 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


demam, kehamilan normal trimester ketiga, rasa nyeri, diabetes 6. Gangguan Kepribadian Sikiotimik (Afektif): Baik pada periode
melitus, ulkus duodeni, artritis reumatika, cacing keremi pada depresif maupun periode hipomanik dapat dijumpai adanya
anak, tuberkulosis paru yang berat, penyakit jantung koroner insomnia, walaupun pada periode depresif dapat pula terjadi
tertentu. hipersomnia.
6. Penyakit psikiatrik : beberapa penyakit psikiatrik ditandai 7. Gangguan Stres Pasca-trauma: Sesudah mengalami suatu
antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan trauma psikologik yang pada umumnya berada di luar batas-
afektif, gangguan neurotik, beberapa gangguan kepribadian, batas pengalaman manusia yang lazim terjadi, seringkali di
gangguan stres pasca-trauma dan lain-lain. jumpai penumpulan reaksi terhadap dunia luar, pengurangan
hubungan dengan dunia luar, disertai gambaran penyerta berupa
PSIKOPATOLOGI INSOMNIA
depresi dengan insomnia, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi,
1. Depresi Berat (Psikosa Depresi): Seringkali ditandai dengan
emosi labil dan nyeri kepala.
adanya insomnia walau ada pula kasus depresi berat yang
8. Gangguan Penyesuaian: Sering diwarnai afek depresi atau afek
ditandai dengan hipersomnia, di samping gejala-gejala lain seperti
cemas misalnya pada culture shock.
afek yang disforik, hilangnya minat atau rasa senang, perasaan
9. Delirium: Pada delirium kadang-kadang dijumpai gangguan
sedih, murung, putus asa, rasa rendah diri, anoreksia, berat
siklus tidur-bangun, berfluktuasi dan biasanya berlangsung untuk
badan turun, gerakan serba lambat, kurang bisa konsentrasi,
waktu yang singkat saja, dapat berupa insomnia atau hipersomnia
pikiran tentang mati atau bunuh diri.
atau berfluktuasi di antara keduanya.
2. Episode Manik (Psikosa Manik): Ditandai antara lain dengan
10. Sindroma Putus Zat: Insomnia sering kali merupakan gejala
adanya afek yang meningkat, peningkatan aktivitas dalam
yang cukup menonjol pada sindroma putus zat misalnya pada
pekerjaan, hubungan sosial maupun seksual, banyak bicara,
sindroma putus opioida, sindroma putus alkohol. dan sindroma
pikiran terbang (flight of ideas), grandiositas dan insomnia karena
putus sedativa-hipnotika.
kebutuhan tidurnya berkurang.
11. Intoksikasi Zat: Pada penyalahgunaan zat sering tenjadi ke-
3. Gangguan Skizofrenik (Skizofrenia): Tidak semua penderita
adaan intoksikasi yang ditandai antara lain dengan insomnia,
gangguan skizofrenik mengalami insomnia. Pada tipe furor kata-
misalnya pada intoksikasi kokain, amfetamin, dan PCP.
tonik, gangguan skizofreniform (episode skizofrenik akut) atau
12. Sindroma Postkontusio : Sesudah mengalami kontusio.
pada skizofrenika tipe paranoid dengan waham kejar dan halu-
orang sering mengalami insomnia di samping nyeri kepala.
sinasi berupa kejaran dapat terjadi insomnia.
pusing dan perasaan lelah.
4. Gangguan Cemas Menyeluruh (Neurosa Ansietas): Ditandai
13. Faktor psikik yang mempengaruhi kondisi fisik : Misalnya
dengan ketegangan motorik sehingga tampak gemetar, nyeri
nyeri psikogenik, poliuria psikogen, pruritus psikogenik.
otot, lelah, tak dapat santai, hiperaktivitas saraf otonom berupa
14. Mimpi buruk.
banyak berkeringat, berdebar-debar, rasa dingin. tangan yang
15. Mendengkur.
lembab, mulut kering, pusing, rasa kuatir berlebihan, sukar
konsentrasi dan insomnia. RINGKASAN
5. Gangguan Distimik (Neurosa Depresi): Sering ditandai de- Telah diuraikan bahwa insomnia dapat merupakan gejala
ngan adanya insomnia atau sebaliknya yaitu hipersomnia, di dari berbagai kondisi psikopatologik, namun tidak boleh dilupa-
samping gejala depresi lainnya walaupun tidak seberat pada kan sebab-sebab lain seperti penyakit jasmani dan faktor ekstrin-
Depresi Berat. Tidak ada ciri-ciri psikotik. sik seperti suara, suhu udara dan ketinggian suatu daerah.

Untuk segala surat-surat, pergunakan alamat:


Redaksi Majalah Cermin Dunia Kedokteran
P.O. Box 3105, Jakarta 10002

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 11


Terapi Medisinal Pada Insomnia
Dr. Rudi Salan
Psikiater, Pusat Penelitian Penyakit Tidak Menular. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan RI.

PENDAHULUAN bongkar-muat kapal, pemadam kebakaran, operator di kapal


Insomnia atau gangguan tidak bisa tidur merupakan suatu terbang, pilot pesawat terbang yang terbang Dalam rute inter-
fenomena yang sering dialami dalam praktek kedokteran umum nasional, sopir bis malam, pekerja di pabrik dengan suara mesin
maupun spesialistik, tetapi segi ilmiah selukbeluk insomnia yang gemuruh dan yang dijalankan 24 jam sehari, dan sebagainya.
belum banyak diketahui dan baru sejak tahun 60-70 an menjadi Akibat dari insomnia adalah bahwa kualitas pekerjaan esok hari-
topik penelitian yang intensif. Hal ini mengherankan, karena nya menjadi sangat menurun, sehingga dapat mempengaruhi
sepertiga dan masa kehidupan kita dilalui dengan tidur. Tidur keselamatan diri pekerja itu atau orang banyak. Insomnia acap
merupakan suatu kebutuhan esensiil dari semua makhluk hidup. kali dikaitkan dengan kehidupan di kota besar dengan banyak
Gangguan pada proses tidur akan dirasakan sekali oleh individu kesibukannya, ansietasnya dan frustrasi-frustrasinya. Namun
sebagai sesuatu yang sangat mengganggu. Sebagian dari kita pengalaman menunjukkan bahwa di Indonesia insomnia-pun
pernah mengalami betapa tidak enaknya perasaan tidak bisa tidur banyak pula dijumpai pada mereka yang hidup di daerah rural,
pada malam hari. Dan apabila kita sering mengalaminya, betapa di pedesaan atau di pinggiran kota. Insomnia merupakan suatu
irinya kita melihat orang lain dapat tidur dengan nyamannya. keluhan yang benar-benar memasyarakat, tetapi biasanya kurang
Kesepian pada malam hari yang mencekam para penderita yang dianggap penting oleh para petugas kesehatan. Ini dapat di-
terkena gangguan tidur benar-benar merupakan suatu penderita- mengerti, karena insomnia pada umumnya tidak merupakan
an. gangguan berakibat fatal dan lazimnya dokter memberikan terapi
Insomnia merupakan keluhan yang sering dijumpai pada kepada pasien setelah ditetapkan diagnosisnya. Obat-obatan di-
mereka yang berumur dari muda sampai tua, lelaki maupun tujukan terutama terhadap diagnosis itu. Pengobatan untuk
perempuan, mereka yang berada di lapisan sosial tinggi maupun menghilangkan gejala dalam ilmu kedokteran dianggap sebagai
rendah, mereka yang tampaknya sehat maupun sakit. Gangguan tindakan yang tidak rasional, walaupun diakui bahwa secara
ini sangat umum, sehingga beberapa sumber penelitian menyata- praktis merupakan tindakan yang bijaksana. Dalam mengikat
kan bahwa dalam setahun sebanyak 30 persen dan penduduk relasi dokter-pasien, insomnia yang oleh dokter cenderung untuk
menderita gangguan tidur dan sebagian dan mereka mencari dianggap tidak begitu penting, dilihat dan segi pemberian pe-
pengobatan untuk gangguan ini. Istilah lain yang digunakan layanan yang baik perlu diperhatikan juga, karena keluhan
untuk insomnia adalah Disorders of Initiating and Maintaining insomnia adalah penderitaan bagi pasien.
Sleep juga disebut DIMS. Dalam satu penelitian yang bersifat Insomnia merupakan gejala saja dan bukan penyakit, Oleh
nasional di Amerika Serikat pada tahun 1982 telah diambil karena itu secara nasional insomnia perlu ditangani melalui
suatu subsampel dari 5000 subyek dan ternyata 26% menderita upaya mencari penyebabnya terlebih dahulu. Insomnia bisa
DIMS. Sekitar 30 juta orang Amerika menderita insomnia dan terjadi pada orang yang esensiil normal, pada mereka yang mem-
l0 juta memakan obat tidur atau penenang. Di Nederland diduga punyai kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, pada orang dengan
bahwa 800.000 orang menderita gangguan tidur insomnia. gangguan fisik atau organik, dan mereka yang menderita ganggu-
Walaupun terdapat banyak variasi secara individual dalam masa- an mental-emosional. Bahkan para ahli mengatakan bahwa
lah tidur, namun ada beberapa pekerjaan khusus yang mempu- insomnia menupakan gangguan terringan dari gangguan jiwa
nyai risiko tinggi untuk insomnia. Dapat disebut sini pekerjaan- dan merupakan gejala yang perlu diperhatikan khusus. Bila tidak
pekerjaan yang sangat tidak teratur waktunya seperti, pekerjaan ada gangguan atau penyakit lain, maka adanya keluhan insomnia

12 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


kronik harus merangsang kita untuk berpikir kejurusan gangguan penyakit fisik). Biasanya insomnia yang demikian itu lamanya
mental-emosional.Berapa banyakkah keluhan insomnia yang ter- sampai tiga minggu dan akan pulih lagi seperti biasa.
dapat pada mereka dengan gangguan mental emosional dan Yang lebih serius adalah insomnia kronik, yaitu long-term
apakah ada perbedaan dibandingkan dengan mereka yang men- insomnia. Untuk dapat mengobati insomnia jenis ini maka
derita gangguan fisik? Beberapa data dapat membantu untuk tidak boleh dilupakan untuk mengadakan pemeriksaan fisik dan
memperoleh gambaran tentang meluasnya gangguan insomnia. psikiatrik yang terinci dan komprehensif untuk dapat menge-
Dalam proyek penelitian di Tambora, Jakarta Barat tentang tahui etiologi dari insomnia ini. Di luar negeri untuk kepentingan
frekuensi gangguan mental-emosional yang dilakukan pada ini telah didirikan beberapa klinik insomnia, yang antara lain
tahun 1985 terhadap pasien yang datang berkunjung pada mengkhususkan diri untuk menegakkan diagnosis yang terinci
Puskesmas Tambora (Tambora II) telah diadakan penilaian pen- dan sebab insomnia dengan pemberian terapi yang sesuai.
dahuluan terhadap semua subyek tentang ada atau tidaknya Insomnia ini dapat berlangsung berbulan-bulan bahkan ber-
gangguan mental-emosional. Caranya adalah dengan mengguna- tahun-tahun dan perlu diobati dengan cara yang tersedia kini
kan kuesioner yang memuat 25 pertanyaan yang dianggap relevan yaitu dengan teknik tertentu untuk tidur atau obat-obatan sesuai
untuk menentukan ada atau tidaknya dugaan gangguan mental- dengan gangguan utama yang diderita pasien.
emosional. Melalui penentuan suatu cut off score subyek dapat di-
BEBERAPA PANDANGAN TENTANG ETIOLOGI
masukkan kategori kemungkinan kasus psikiatrik dan bukan kasus
INSOMNIA
psikiatrik Kuesioner ini telah dibakukan oleh WHO dan dipakai
Selain upaya mengklasifikasi insomnia, pendekatan rasional
secara cukup luas di beberapa negara, terutama di negara yang
terhadap insomnia perlu memperhatikan pula faktor.faktor
sedang berkembang. Yang dimaksudkan di sini adalah Self
etiologik. Pengalaman menunjukkan bahwa faktor etiologik dari
Rating Questionnaire (SRQ) dari WHO (Lampiran 1). Pada suatu
insomnia sering majemuk dan merupakan kombinasi dari be-
subsampel yang terdiri dan 195 responden pasien dewasa yang
berapa faktor. Jarang kita menemukan hanya satu faktor saja
berkunjung ke Puskesmas terdapat 131 pasien dengan gangguan
sebagai penyebabnya. Sebagai faktor etiologik dikenal 4 kategori,
mental-emosional dan 64 pasien tanpa gangguan mental-
yaitu:
emosional tetapi menderita gangguan fisik lain. Dan 25 gejala
1. Faktor biologik dan psikologik.
yang dianggap penting untuk dapat membedakan antara mereka
2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif atau intoksikasi.
yang terganggu jiwanya dengan mereka yang hanya menderita
3. Faktor lingkungan atau kebiasaan yang kurang baik.
gangguan fisik, ternyata bahwa insomnia memegang urutan
4. Pengkondisian negatif (negative conditioning).
kedua setelah keluhan gugup, tegang dan merasa banyak pikiran.
1. Faktor biologik dan psikologik
Ini membuktikan bahwa di Indonesia insomnia juga merupakan
Dilihat dari segi anatomi, fisiologi dan biokimia dari otak
gejala yang dapat membedakan dengan cukup andal antara
dapat dikemukakan bahwa proses tidur dan bangun sangat erat
mereka dengan gangguan jiwa dan mereka dengan gangguan
hubungannya, bahkan diatur oleh sistem bangun (arousal system)
fisik atau orang yang normal.
dan sistem tidur (hypnagogic system) yang terdapat dalam otak.
Dari data epidemiologik yang telah dipaparkan di atas,
Pada umumnya dianggap bahwa dalam formatio reticularis
tampak bahwa insomnia memerlukan penanganan yang cukup
terdapat pengaturan tidur dan bangun. Bila formatio reticularis
serius dan terandalkan. Karena bila gangguan insomnia tidak
(ascending reticular system) berada dalam keadaan aktif, maka
diobati dan diatasi dengan baik dapat berlarut-larut dan me-
dikirimkannya isyarat-isyarat ke korteks yang menyebabkan sese-
ngurangi kualitas pekerjaan penderita.
orang bangun. Sebaliknya apabila dalam sistem retikuler terdapat
keadaan yang kurang aktif,maka impuls yang dikirim ke korteks
KLASIFIKASI DIAGNOSTIK INSOMNIA
dan pusat-pusat lain dan otak kurang, sehingga seseorang men-
Menurut klasifikasi diagnostik yang dikeluarkan oleh WHO, jadi mengantuk. Kedua sistem bangun dan tidur bersama-sama
yaitu lCD 9–CM insomnia dimasukkan dalam golongan Disor- bekerja untuk mencapai keseimbangan yang wajar. Namun, pada
ders of Initiating and Maintaining Sleep (DIMS), yang terdiri dari beberapa individu terdapat predisposisi, yaitu adanya sistem
sembilan kategori sebagaimana tampak dalam Lampiran 2. Na- bangun yang lebih peka atau sistem hipnagogik yang kurang
mun, untuk mudahnya pada umumnya insomnia dibagi dalam sempuma, sehingga padanya ada kecenderungan untuk bangun
tiga golongan besar, yaitu: pada rangsang yang sedikit saja. Diduga pada orang dengan
1. Transient insomnia insomnia kronik terdapat predisposisi individual ini. Sistem
2. Short-term insomnia bangunnya berada dalam kedaan keaktifan berlebih yang kronik.
3. Long-term insomnia Pada mereka dengan ciri-ciri ini tampak adanya denyutan jantung
Mereka yang menderita transient insomnia biasanya adalah yang lebih cepat dibandingkan dengan orang lain, begitupun
mereka yang termasuk orang yang tidur secara normal, tetapi di- suhu badannya yang lebih tinggi. Seseorang yang menderita ke-
karenakan suatu stres atau suatu situasi penuh stres yang ber- adaan keaktifan fisiologik yang berlebihan ini, dapat terangsang
langsung untuk waktu yang tidak terlalu lama (misalnya per- pula keadaan mentalnya menjadi cemas, tegang, frustrasi, se-
jalanan jauh dengan pesawat terbang yang melampaui zona hingga dapat memperkuat ketidakmampuan tidur.
waktu, hospitalisasi, dan sebagainya), tidak bisa tidur. Di samping predisposisi fisiologik ini terdapat pula kondisi-
Mereka yang menderita short-term insomnia adalah mereka kondisi atau penyakit fisik yang mempengaruhi tidur. Sebagai
yang mengalami stres situasional (kehilangan/kematian seorang contoh dapat disebut:
yang dekat, perubahan pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, (1) Rasa nyeri yang hebat dan terus menerus. Setiap jenis pe-
pemindahan dan lingkungan tertentu ke lingkungan lain, atau rasaan nyeri dapat menjadikan seseorang mengalami insomnia.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 13


Pada siang hari seseorang dapat melupakannya dan tidak merasa- waktu bangun pagi hari dia kurang segar, dan bahkan mengantuk
kan nyeri, tetapi di malam hari mulailah dirasakan nyeri tersebut, pada siang harinya. Jadi. penggunaan bir atau minuman alkohol
sehingga terganggulah tidurnya. Perasaan nyeri yang meng- lain sebagai zat untuk mempermudah masuk tidur bukan me-
ganggu dapat terjadi pada penyakit neuritis post-herpes, tumor rupakan tindakan yang bijaksana.
pada organ dalam, luka atau infèksi postoperatif, dan sebagainya. (6) Faktor psikologik.
(2) Apnoe sewaktu tidur. Dalam kategori ini dapat dimasukkan problem psikologik yang
Ini adalah kondisi dimana sewaktu tidur seseorang mendadak menjadi dasar dari adanya insomnia. Mereka yang menderita
berhenti bernapas. Karena penderita dengan gangguan ini sering ansietas biasanya sukar masuk tidur, sedangkan mereka yang
tidak tahu bahwa dia menderita kondisi ini, maka diagnosis menderita depresi acapkali bangun tengah malam dan tidak dapat
sebenarnya hanya dapat ditegakkan dengan observasi dalam tidur lagi, atau bangun terlalu pagi dengan perasaan yang tidak
laboratorium tidur. Tetapi dalam pemeriksaan anamnestis dapat segar. Di samping itu beberapa gangguan jiwa yang serius dapat
diperoleh informasi bahwa penderita merasa ngantuk yang ber- pula menyebabkan terjadinya gangguan tidur, seperti gangguan
lebihan pada siang hari dan mendengkur berlebihan sewaktu kepribadian dan skizofrenia.
tidur. Dengkuran ini sering mendadak berhenti karena ada pe- 2. Faktor penyalahgunaan zat/obat adiktif intoksikasi
nyumbatan pada alat pernapasan. Untuk menghindari ini pen- Sebagaimana tadi telah dikatakan, mereka yang menderita
derita bergerak banyak, kadang-kadang sampai bangun duduk insomnia sering berusaha mengobati dir sendiri dengan meng-
dan setelah dapat bernapas lagi, tidur kembali. Selama peng- gunakan alkohol atau obat-obat penenang, dengan akibat keter-
alaman ini pasien bisa saja tetap tidak sadar. Gangguan ini sering gantungan terhadap obat-obat itu. Walaupun pada mulanya
terjadi dan dapat berulang sampai puluhan kali semalam. Akibat- alkohol memperbaiki masuknya tidur, tetapi kualitas tidur itu
nya penderita tidak sempat mencapai stadium dan fase tidur sendiri adalah kurang dalam, sehingga mereka yang mengguna-
yang dalam. Apnoe sewaktu tidur ini dapat disebabkan oleh kan alkohol untuk tidur pada pagi harinya sering bangun dengan
kelainan patologik pada jalan pernapasan yang menyebabkan perasaan kurang segar. Pada penggunaan obat-obat penenang
obstruksi. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya ke- perlu diperhatikan adanya rebound phenomena yang dirasakan
gemukan yang berlebihan atau kelainan-kelainan endokrin se- oleh yang bersangkutan sebagai sesuatu yang tidak enak. Untuk
perti hipertiroidi dan akromegali. menghilangkan efek samping dari obat penenang, maka diguna-
(3) Mioklonus nokturnal. kan obat penenang lagi dan seterusnya, sehingga timbul ke-
Keadaan ini ditandai dengan adanya kontraksi-kontraksi otot tergantungan psikik yang dapat menjadi ketergantungan fisik.
mendadak, berulang dan yang biasanya terjadi pada kaki atau Perlu dipikirkan pula kemungkinan bahwa para penyalahguna
lengan. Lama kontraksi-kontraksi ini tidak melebihi 10 detik dan obat atau zat yang menimbulkan ketergantungan, ada kalanya
dapat berulang-ulang beberapa puluh kali selama beberapa menit melakukannya untuk mengobati diri sendiri, yaitu pada penyakit
sampai beberapa jam. Kontraksi-kontraksi ini hanya terjadi se- fisik atau gangguan psikiatrik. Ada pula obat-obat tertentu yang
lama tidur. Bila sewaktu jaga terjadi kontraksi sejenis juga, maka dapat menimbulkan insomnia, seperti derivat-derivat amfetamin,
perlu dipikirkan adanya gangguan lain. Dalam keadaan ini pun MAO inhibitors dan obat-obat untuk menguruskan tubuh.
penderita tidak dapat mencapai fase tidur yang dalam karena
sering terbangun. 3. Faktor Iingkungan atau kebiasaan kurang baik
(4) Faktor dietetik. Dalam kategori etiologik di sini dapat disebut tempat tidur
Salah satu penyebab insomnia adalah malnutrisi. Dalam keadaan yang kurang nyaman, kamar tidur terlalu terang atau terlalu
malnutrisi, zat-zat penting dalam tubuh tidak berada dalam berisik, iklim yang terlalu panas, dan sebagainya. Di samping
keadaan keseimbangan yang optimal, sehingga dapat mem- itu dapat pula disebut makan atau minum hal-hal yang me-
pengaruhi metabolisme neurotransmitters dalam otak. Makanan rangsang sebelum tidur, seperti kopi atau teh kental, makan ter-
yang terlalu monoton, seperti makan jagung yang kurang di- lalu banyak sebelum tidur, tidur terlalu lama pada hal-hal besar,
variasi dengan lauk lain dapat mengakibatkan insomnia. Dengan sehingga terjadi insomnia pada malam harinya yang juga dikenal
diet yang tidak seimbang ini maka sedikit sekali triptofan di- dengan Sunday night insomnia, melakukan usaha yang memerlu-
kirim ke otak dan ini mempengaruhi intesis dan serotonin. kan pikiran yang intensif sebelum tidur, seperti main bridge,
Kurangnya produksi serotonin akan mengganggu proses tidur catur, membuat hitungan akuntansi yang ruwet, dan sebagainya.
dan terjadilah insomnia. Diduga bahwa mineralpun mempunyai 4. Pengkondisian negatif
pengaruh terhadap proses tidur, tetapi hal ini masih dalam Keadaan ini terjadi apabila seseorang mengalami ketakutan
penyelidikan. untuk tidak bisa tidur dan untuk keperluan itu ia melakukan
(5) Efek obat dan efek putus obat. ritual-ritual atau perbuatan-perbuatan tertentu dengan maksud
Telah terbukti bahwa beberapa obat dapat mengubah pola tidur. bisa tidur. Namun ini mempunyai akibat sebaliknya, yaitu tidak
ini dapat direkam dengan EEG dan diskematisasi dalam hipno- bisa tidur. Penderita dengan gangguan ini begitu takut untuk
gram. Obat-obatan seperti monoaminoxydase inhibitors (MAO 1) tidak bisa tidur, sehingga akhimya apa yang ditakutkan itu ter-
atau zat-zat seperti alkohol, kopi dan teh, bisa mengakibatkan laksana benar-benar (self-fulfilling prophecy). Ada pula yang
insomnia. Seorang yang menderita insomnia cenderung sebelumnya adalah orang yang dapat tidur dengan normal, tetapi
minum alkohol sebelum tidur, dengan maksud agar proses masuk sewaktu mengalami suatu stres melakukan kebiasaan-kebiasaan
tidur mudah. Akan tetapi tidur yang dialaminya adalah tidur yang kurang baik untuk tidur. Setelah stres hilang, dia tetap
kurang nyaman, hal mana dapat dilihat dari hipnogram. Orang menderita insomnia. Keadaan ini juga disebut insomnia psiko-
tersebut mengalami tidur yang sangat dangkal, sehingga pada fisiologik.

14 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


PENGOBATAN MEDISINAL PADA INSOMNIA kan bunuh diri dengan fenobarbital, sedangkan derivat benzo-
Pada 15 November 1983 National Institute of Mental Health diazepin adalah obat yang aman dari kematian akibat benzo-
dan Office of Medical Applications of Research of the National diazepin jarang sekali terjadi. Andaikatapun ini terjadi biasanya
Institute of Health, USA telah bertemu untuk beberapa hari untuk karena derivat benzodiazepin dikombinasikan dengan zat lain.
menentukan beberapa prinsip praktis untuk diagnosis dan terapi Laju absorpsi dan waktu-paruh dan obat perlu diketahui untuk
dari insomnia. Panel ini terdiri dari sejumlah ahli, yaitu antara menentukan indikasinya. Obat terhadap insomnia yang paling
lain psikiater, ahli psikofarmakologi, ahli peneliti biologik, ahli ideal adalah yang bekerja cepat dan keluar cepat pula dan tubuh,
epidemiologi, dokter PHC dan awam. Dalam konsensus ini sehingga pasien keesokan harinya tidak mengalami gangguan
telah ditentukan bahwa beberapa pertanyaan perlu dijawab, yaitu: ngantuk. Namun, pasien yang mengalami gangguan tidur karena
1. Dalam keadaan apa pengobatan dengan obat tidur dapat di- mempunyai tingkat ansietas yang tinggi, mungkin lebih baik
berikan, pada gangguan-gangguan tidur apa saja obat tidur diberi obat dengan waktu-paruh yang panjang, sehingga efek
dianjurkan untuk diberikan. antiansietasnya masih berlangsung keesokan harinya.
2. Faktor-faktor farmakologik apakah yang perlu Bagaimanakah dengan strategi pengobatan terhadap insom-
diperhitungkan dalam memilih obat tidur. nia yang paling tepat? Sebagaimana tadi telah dikatakan, peng-
3. Strategi pengobatan yang paling sesuai manakah yang perlu obatan insomnia harus didahului dengan pemeriksaan fisik dan
dipakai dalam menggunakan obat tidur untuk jangka psikiatrik yang lengkap dan terinci. Apabila terdapat gangguan
pendek maupun panjang. fisik, atau kondisi fisik yang tidak memungkinkan pasien tidur
4. Dalam memberikan obat-obatan ini risiko apakah dan hal-hal dengan nyaman (nyeri yang hebat, misalnya neuritis post-herpes),
khusus apakah yang terutama harus diperhatikan. Apa yang maka kondisi itulah yang harus diatasi dahulu. Baru apabila
perlu diperhatikan secara khusus, mengingat keadaan status kondisi itu dikenal dan diobati dan masih terdapat gangguan
praesens pasien, umur, penggunaan obat yang bersamaan tidur, barulah dapat dipertimbangkan untuk memberikan hipno-
atau faktor-faktor lain. tika.
5. Bidang penelitian apakah yang perlu dikembangkan lebih Pada pasien dengan transient insomnia mungkin tidak di-
lanjut perlukan obat, akan tetapi apabila pasien memerlukannya dapat
diberikan derivat benzodiazepin yang bekerja cepat dan hilang
Untuk dapat menjawab pertanyaan pertama, yaitu dalam ke- cepat pula dari tubuh. Beberapa obat dapat disebut di sini,
adaan apa obat tidur dapat diberikan dan pada gangguan tidur seperti triazolam, lorazepam. Pasien cukup diberikan beberapa pil
apa saja obat tidak dianjurkan untuk diberikan, diperlukan pe- saja, sering tidak perlu diobati sampai seminggu.
nentuan diagnosis yang tepat dengan diagnosis diferensialnya. Pada pasien dengan short-term insomnia sebaiknya dianjurkan
Bagi dokter umum penting sekali untuk menentukan apakah untuk menjauhi zat-zat, seperti kafein, alkohol, nikotin, dan se-
terdapat gangguan fisik, psikiatrik atau kondisi-kondisi lain yang bagainya. Sebagai pengobatan dapat diberikan derivat benzo-
melatarbelakangi atau yang menyebabkan terjadinya gangguan diazepin yang bekerja cepat. Tergantung dan kondisi psikiatrik-
tidur. Anamnesis yang akurat tentang sejarah tidur (sleep history) nya pasien dapat diberi obat dengan waktu-paruh cepat atau
yang bila disertai dengan buku tentang tidur dapat sangat me- lambat. Biasanya pengobatan tidak melebihi tiga minggu. Dosis
nolong. Dapat ditanyakan secara terinci tentang keluhan insom- sebaiknya diturunkan dengan pelan-pelan untuk mencegah ter-
nia, kebiasaan tidur, perilaku rutin sebelum tidur, obat-obat jadinya rebound phenomena. Bila setelah tiga minggu pasien
lain yang dimakannya sebelum tidur, seperti obat asma, derivat masih menderita insomnia, maka perlu dilakukan evaluasi kem-
kortikosteroid, obat antihipertensi, dan sebagainya. Dari catatan bali dan dicari apakah tidak ada faktor-faktor lain yang me-
harian sering pula terungkap bahwa sebenarnya pasien hanya latarbelakangi insomnianya itu, seperti depresi atau gangguan
kadang-kadang saja menderita insomnia, misalnya sekali se- jiwa lain.
minggu, sedangkan pada hari-hari lain dia dapat tidur dengan Pada pasien dengan long-term insomnia diperlukan peng-
baik. Memang orang sering mengeluh tentang tidak bisa tidur, obatan yang lebih diarahkan terhadap sebab dan insomnia itu.
tetapi tidak menyampaikan informasi bila dia dapat tidur dengan Keadaan ini sering dijumpai pada pasien dengan gangguan jiwa
baik. Pengobatan kemudian ditujukan kepada kondisi fisik atau relatif berat, seperti skizofrenla dan depresi. Dalam keadaan ini
psikiatrik dan apabila terapi ini tepat, maka biasanya gangguan obat-obat yang lebih tepat adalah neuroleptika dengan efek
tidur akan menghilang. Perlu diperhatikan, bahwa pada keadaan hipnotik yang kuat, seperti klorpromasin, levomepromasin, klor-
yang disertai dengan rasa nyeri yang hebat, insomnia biasanya protiksen dan sebagainya untuk skizofrenia, sedangkan amitrip-
masih tetap berjalan. Dalam hal ini obat tidur dapat diper- tylin, mianserin atau maprotilin bila terdapat depresi. Bila ter-
timbangkan. dapat kelainan fisik, maka kelainan ini harus ditangani dahulu.
Untuk dapat menjawab pertanyaan kedua perlu diketahui Bagaimanakah sekarang dengan faktor-faktor risiko dan hal-
beberapa dasar farmakologik dan perangkat obat-obat hipnotik hal khusus yang perlu diperhatikan? Perlu diketahui, bahwa
yang digunakan dalam ilmu kedokteran. Di sini dapat disebut bagaimana pun baiknya suatu obat hipnotik, dia sedikit banyak
indeks terapeutik, laju absorpsi, dosis, distribusi dalam jaringan, mempengaruhi pekerjaan pada esok harinya. Risiko menjadi
waktu-paruh dari obat, clearance, interaksi dengan obat lain, besar pada mereka yang dalam pekerjaan memerlukan konsen-
dan sebagainya. Ada obat-obat yang efektif sekali, tetapi mem- trasi yang terus-menerus, seperti penerbang, pengawas menara di
punyai indeks terapeutik yang sempit. Derivat-derivat benzo- bandar udara, petugas-petugas yang memerlukan koordinasi
diazepin merupakan obat dengan indeks terapeutik yang aman visual-motorik yang baik. Perlu pula diperhatikan kepribadian-
sekali, sedangkan. derivat fenobarbital mempunyai indeks tera- kepribadian tertentu yang mudah terjerumus dalam penyalah-
peutik yang agak sempit. Orang dengan mudah dapat melaku- gunaan obat tidur, terutama para remaja.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 15


Insomnia sering pula terdapat pada orang yang lanjut usia- KEPUSTAKAAN
1. Consensus Conference - Drugs and Insomnia, JAMA(SEA-Edition) , 1985.
nya. Dosis di sini perlu disesuaikan secara cermat dan dimulai 1 (3) : 55-9.
dengan dosis yang terendah. Bisa saja seorang yang sudah lanjut 2. Forysthe J. Sleep - Stolen Moments, Psychology Today. July 1986; 16-7.
usianya yang diberikan hipnotika, mengalami vertigo atau 3. Hopson, JL. The Unraveling of Insomnia, Psychology Today, June 1986;
koordinasi motorik yang kurang baik., sehingga dia jatuh dengan 43-9.
4. Lader et al. Insomnia in the Elderly - An International Perspective, 1987.
segala akibat buruknya. Seorang dengan anamnesis ketergantung- 5. Mamelak M. Insomnia. Upjohn Company, 1987.
an obat sebaiknya tidak diberi derivat benzodiazepin atau 6. Settyonegoro K, Iskandar Y, Musadik K, Salan R. Obat-obat yang Dipakai
fenobarbital, karena potensi untuk ketergantungan dan toleransi Dibidang Kesehatan Jiwa. Yayasan Dharma Graha, 1984.
khusus untuk fenobarbital merupakan risiko potensial. Sebaiknya
diberikan neuroleptika dalam dosis kecil atau antidepresiva.
Gangguan lain yang memerlukan perhatian khusus bila ingin
diberi pengobatan dengan hipnotika adalah apnoe sewaktu tidur. Lampiran 1.
ANALISIS ITEM SELF RATING QUESTIONAIRE (SRQ)
Dengan memberikan hipnotika kepada pasien ini, ke-
DATA TAMBORA II – 195 KASUS PERTAMA 1985
mungkinan terjadinya apnoe berlebih dengan akibat kurangnya
jumlah zat asam. CHI
Bidang penelitian yang perlu dikembangkan Iebih lanjut Isi SRQ P«
Square
adalah memperoleh informasi epidemiologik tentang insomnia 1. Apakah Saudara sering sakit kepala? 6,279 0,0122
di Indonesia. Hingga kini tidak diketahui berapa banyak orang 2. Apakah napsu makan Saudara kurang? 9,890 1,1662 - 03
3. Apakah Saudara terganggu tidurnya? 26,721 2,351 - 07
yang menderita insomnia, walaupun kita sebagai dokter menge- 4. Apakah Saudara mudah terkejut (kaget) 15,072 1,035 - 04
tahui bahwa gangguan ini umum dijumpai di praktek sehari-hari. dan takut?
Lebih penting lagi diketahui dampak dari insomnia terhadap 5. Apakah tangan Saudara gemetar? 10,924 9,492 - 04
kegiatan sehari-hari dan sejauh mana kerugian ini dapat dikuan- 6. Apakah Saudara merasa gugup, tegang atau 43,965 1,089 - 10
“banyak pikiran”?
tifikasi dalam rupiah. Sejauh mana kecelakaan lalu lintas yang 7. Apakah pencernaan Saudara terganggu 2,492 0,1144
kian hari menaik disebabkan oleh penggunaan obat tidur malam (buang air besar tak teratur, rasa kembung,
sebelumnya. Di bidang farmakologik dan klinik masih perlu mencret dan sebagainya)?
diteliti tentang efek terapeutik dan efek samping yang terjadi 8. Apakah Saudara sulit berpikir dengan jelas 12,460 4,158 - 04
(pikiran butek, lambat, kosong, dan se-
pada penggunaan obat tidur; Dalam kepustakaan sering dike- bagainya)?
mukakan dosis dan informasi farmakologik yang diperoleh dari 9. Apakah Saudara merasa tidak bahagia? 6,960 8,334 - 03
percobaan pada orang barat, sedangkan pada orang yang hidup 10. Apakah Saudara menangis lebih dari biasa- 15,891 6,709 - 05
di daerah tropik dengan diit yang sangat berbeda dosis dan nya
11. Apakah Saudara tidak bergairah dalam ke- 18,343 1,845 - 05
farmakologi dapat sangat berbeda pula. Dalam literatur di- giatan sehari-hari?
kemukakan misalnya bahwa triazolam dianjurkan untuk diberi- 12. Apakah Saudara merasa sulit untuk meng- 8,525 5,503 - 03
kan dalam dosis 0,25–0,5 mg sebelum tidur. Tetapi menurut ambil keputusan?
pengalaman, dengan dosis 0,125 mg atau malahan setengah dari 13. Apakah pekerjaan Saudara sehari-hari di- 12,648 3,739 - 04
rasakan sebagai penderitaan?
itu efek sudah cukup baik, terutama bagi mereka yang insomnia- 14. Apakah Saudara tidak sanggup berperan 5,041 0,0274
nya tidak terlalu berat. Lebih-lebih pula dosis ini perlu diperhati- secara bermanfaat dalam hidup ini (merasa
kan, karena sebagian besar dari pasien yang menderita insomnia gagal, hidup tak berarti dan sebagainya)?
adalah pasien-pasien yang termasuk usia lanjut. 15. Apakah Saudara kehilangan minat terhadap 7,823 5,158 - 03
segala hal?
16. Apa Saudara merasa sebagai seorang yang 5,126 0,0236
BEBERAPA OBAT HIPNOTIKA tidak berguna?
Di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis obat hipnotika 17. Apakah Saudara pernah memikirkan untuk 10,285 1,342 - 03
yang sering digunakan dalam praktek sehari-hari. bunuh diri?
18. Apakah Saudara merasa letih setiap waktu? 10,275 1,349 - 03
19. Apakah Saudara merasa perut tidak enak? 7,099 7,714 - 03
Dosis Waktu-paruh Nama dagang 20. Apakah Saudara mudah letih? 9,014 2,680 - 03
Nama
(mg) (jam) 21. Apakah Saudara merasa bahwa seseorang 3,477 0,0622
Benzodiasepin sedang mencoba mencelakai diri Saudara
Triazolam 0,125 – 0,5 2,7 – 4,5 Halcion dengan cara tertentu?
Nitrazepam 5 – 10 15 – 18 Mogadon 22. Apakah Saudara merasa sebagai orang 1,117 0,2906
Flurazepam 15 – 30 40 – 150 Dalmadorm yang sangat penting dalam masyarakat?
Oxazepam 30 – 60 3 – 21 Serax 23. Apakah Saudara merasa ada hal yang aneh
Lorazepam 1–2 10 – 20 Ativan dan mempengaruhi pikiran Saudara?
24. Apakah Saudara pernah mendengar suara- 1,945 0,1632
Barbiturat suara tanpa mengetahui dari mana asalnya,
Amobarbital 25 – 60 8 – 24 Amytal yang tak dapat didengar oleh orang lain?
Pentobarbital 20 – 60 15 – 48 Nembutal 25. Apakah Saudara secara tiba-tiba pernah 0,055 0,8150
mendapat serangan kejang-kejang atau
Lain-lain ayan?
Kloral hidrat 500 4 – 9,5
Glutethimide 100 – 200 5 – 22 Doriden
Meprobamate 100 – 250 6 – 17 Miltown (Lihat Lampiran 2.)

16 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Lampiran 2

DIMS : Disorders of Initiating and Maintaining Recommended


Sleep (Insomnia) ICD9 – CM Code

1. Psychophysiological
a) Transient Situational 307.41
b) Persistent 307.42
2. Associated with Psychiatric Disorders (use appropriate
codes plus)
a) Symptom and Personality Disorders 307.42
b) Affective Disorders 307.42
c) Other Functional Psychoses 307.42
3. Associated with Use of Drugs Alcohol (use appropriate
drugs dependence, abuse and withdrawal codes plus)
a) Tolerence to or Withdrawal from CNS Depressants 780.52
b) Sustained Use of CNS Stimulants 780.52
c) Sustained Use of or Withdrawal from Other Drugs
d) Chronic Alcoholism
4. Associated with Sleep-induced Respiratory Impairment
a) Sleep Apnoea DIMS Syndrome 780.51
b) Alveolar Hypoventilation DIMS Syndrome 780.51
5. Associated with Sleep-related (Nocturnal) Myoclonus and
“Restless Legs”
a) Sleep-related (Nocturnal) Myoclonus DIMS Syndrome 780.52
– (781.0)
b) “Restless Legs” DIMS Syndrome – (333.99) 780.52
6. Associated with Order Medical, Toxic, and Environmental 780.52
Conditions
7. Childhood-Onset DIMS 780.52
8. Associated with Other DIMS Conditions
a) Repeated REM Sleep Interuptions 307.48
b) Atypical Polysomnographic Features 307.48
c) Not Otherwise Specified * - 780.52 (organic) 307.42
9. No DIMS Abnormality
a) Short Sleeper 307.49
b) Subjective DIMS Comlaint without Objective Findings. 307.49
Not Otherwise specified 307.40

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 17


Ketergantungan dan
Penyalahgunaan Obat Hipnotik
Dr. H. Sardjono O. Santoso
Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN tungan obat sebagai berikut:


Obat hipnotik adalah obat yang dapat mendepresi susunan a) Jenis (tipe) morfin
saraf pusat sedemikian rupa sehingga dalam dosis terapi me- Pada jenis ini ketergantungan psikik terjadi dengan hebat,
nimbulkan efek tidur. Dalam dosis yang lebih kecil umumnya ketergantungan fisik hebat dan timbul dengan cepat, toleransi
hanya menimbulkan efek sedasi saja. yang nyata, dan terdapat toleransi silang dengan obat yang
Ketergantungan obat oleh WHO (1969) didefinisikan se- segolongan (narkotik). Pemberian nalorfin dapat menyebabkan
bagai berikut: suatu keadaan yang bersifat psikik kadang- gejala putus obat.
kadang juga fisik, akibat adanya interaksi antara organisme b) Jenis barbiturat
hidup dan obat, terciri dengan respon perilaku dan respon Pada jenis ini terjadi ketergantungau psikik yang hebat,
lain yang selalu menyertakan tindakan kompulsif untuk ketergantungan fisik yang sangat hebat serta timbul lambat
menggunakan obat terus menerus secara periodik agar supaya pada dosis tinggi, toleransi yang kurang nyata bila dibanding-
mengalami efek psikik dan kadang-kadang untuk meniadakan kan dengan morfin, dan terjadi toleransi silang dengan alkohol,
rasa tidak enak dengan tidak adanya obat tersebut dalam kloralhidrat, paraldehid, meprobamat, glutetimid, metiprilon,
tubuhnya. klordiazepoksid, metakualon.
Toleransi dapat timbul atau tidak. Seseorang dapat meng- c) Jenis amfetamin
alarni ketergantungan terhadap satu obat atau lebih1 Pada jenis ini terjadi ketergantungan psikik yang hebat,
Oleh Laurence2 ketergantungan obat didefinisikan sebagai ketergantungan fisik yang ringan, terjadinya toleransi dan
berikut: keadaan yang timbul oleh karena penggunaan suatu pada waktu menggunakan obat dapat terjadi psikosis.
obat yang periodik dan terus-menerus sehingga merusak diri d) Jenis ganja (kanabis)
pengguna dan kadang-kadang masyarakat sekelilingnya. Pada jenis ini terjadi ketergantungan psikik yang nyata,
Pada keadaan ketergantungan obat akan timbul satu atau tidak ada ketergantungan fisik, dan tidak ada gejala putus
lebih fenomena di bawah ini: obat yang karakterisitik.
a)Ketergantungan psikik (emosional). Gejala ini biasanya e) Jenis kokain
timbul paling awal; penderita merasakan adanya kelainan Pada jenis ini terdapat ketergantungan psikik, tanpa ke -
psikik (emosional) bila berhenti menggunakan obat. tergantungan jasmani dan toleransi.
b)Ketergantungan fisik (jasmani). Dalam beberapa hal biasa- f) Jenis alkohol
nya gejala ini mengikuti gejala ketergantungan psikik. Bila Pada jenis ini ketergantungan psikik terjadi dengan hebat,
penggunaan obat dihentikan maka akan timbul gejala putus demikian juga ketergantungan fisik terjadi bila obat ini di-
obat (withdrawal symptoms); misalnya bila menggunakan pakai dalam waktu yang amat lama. Biasanya timbul toleransi
barbiturat dosis tinggl akan timbul kejang-kejang, delirium silang dengan obat-obat sedatif lain.
dan demam. g) Jenis tembakau
c)Toleransi. Gejala ini selalu timbul pada setiap ketergantung- Ketergantungan psikik timbul dengan kuat sedangkan
an obat. ketergantungan fisik terjadi ringan.
h) Campuran obat barbiturat amfetamin
JENIS KETERGANTUNGAN OBAT Campuran ini menimbulkan perubahan mood yang karak-
WHO telah menganjurkan penggolongan jenis ketergan- teristik yang tidak timbul pada pemberian masing-masing

18 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


komponen. Ketergantungan psikik kuat, terjadi ketergantung- Tabel 2. Tahun pengenalan klinik hipnotik sedatif dan laporan pertama
penyalahgunaanya *)
an fisik dan toleransi.
Nama generik Tahun pengenalan Laporan pertama pe-
Tabel 1. Ketergantungan yang dapat ditimbulkan oleh berbagai zat/
obat klinik nyalahgunaan obat
obat.
Ketergantungan Bromid 1838 Seguin, 1877
Jenis zat/obat
Fisik Psikik Toleransi Kloralhidrat 1869 Kelp, 1875
Morfin ++ ++ + Paraldehid 1882 Krafft Ebing, 1887
Barbiturat +++ ++ ± Barbiturat 1903 Fernandez & Clarke,
Amfetamin + ++ + 1904
Ganja - ++ Etinamat 1945 Brouschek & Feuerlein,
Kokain - + - 1956
Tembakau + ++ Etklorvinol 1955 Cahn, 1959
Kombinasi Glutetimid 1955 Battegay, 1957
Barbiturat amfetamin + ++ + Meprobamat 1955 Lemere, 1956
Metakualon 1955 Ewart & Priest, 1967
Keterangan : ± - tidak nyata Metiprilon 1955 Jensen, 1960
+ - ringan
Klometiazol 1959 Tengblad, 1961
++ - berat
Klordiazepoksid 1960 Guile, 1963
+++ - sangat berat
Diazepam 1962 Czerwenka-Wenkstetten,
Hofman & Krypsin
PENYALAHGUNAAN OBAT HIPNOTIK Exnec, 1965
Penyalahgunaan obat yang merupakan terjemahan drug Nitrazepam 1965 Johnson & Clift, 1968
abuse berarti penyelewengan penggunaan suatu obat. Sebagai Oxazepam 1965 Selig, 1968
contoh misalnya penggunaan narkotik, hipnotik, ganja dan Flurazepam 1970 Swanson et al, 1973
Lorazepam 1975 Kosgaard, 1976
sebagainya, untuk maksud non-terapi, yang oleh Laurence
Klorazepat 1972 Allgulander & Borg, in
disebut penggunaan obat yang bersifat kompulsif emosional.2,3 Press
Penyalahgunaan obat hipnotik rupa-rupanya cenderung
meningkat dari tahun ke tahun. Walaupun di Indonesia belum *) Sumber : Mendelson WB. The use and misuse of sleeping pills
tersedia data kongkrit mengenai hal ini kiranya laporan
Syamsudin dkk. dapat memperkirakan kecenderungan pe- bahwa 16% orang yang ditahan polisi di beberapa kota sedang
ningkatan penyalahgunaan obat ini. Survai tersebut menunjuk- menggunakan barbiturat pada saat itu1. Demikian pula,
kan bahwa keracunan akibat obat hipnotik menduduki tempat Tinklenberg dkk (1974) menyatakan bahwa dalam suatu
tertinggi sesudah keracunan makanan. Dalam tahun 1977 ter- studi terhadap remaja-remaja penyerang ternyata penyalah-
dapat 72 kasus keracunan akibat hipnotik yang dirawat di gunaan etanol dan ekobarbital dikaitkan dengan kelakuan
rumah sakit-rumah sakit di Jakarta, sedangkan pada tahun menyerang (assaultive behaviour)1.
1978 jumlah ini meningkat menjadi 87 kasus.4 Kelompok Penyalahgunaan obat hipnotik biasanya mempunyai
usia yang tersering menderita keracunan akut ialah golongan motif sosial atau para pemakainya mempunyai kelainan ke-
usia 20 – 29 tahun. Golongan usia ini merupakan usia remaja pribadian sehingga cenderung untuk melakukan tindakan
dan produktif. Motif terjadinya keracunan yang terbanyak bunuh diri. Namun dapat pula terjadi penyalahgunaan obat
karena bunuh diri (61,18%) diikuti kecelakaan keracunan hipnotik yang berdasar akibat pemakaian obat ini dalam
(29,10%) dan sisanya karena dosis berlebihan, serta usaha untuk praktek kedokteran. Dalam hal ini terdapat dua kemungkinan.
menarik perhatian. Menurut Martin WR (1977) di Amerika Pertama; penderita yang mencari obat untuk menyembuhkan
Serikat diperkirakan terdapat 200.000 sampai 2.000.000 orang keluhan tidak dapat tidur (insomnia), menggunakan obat
yang menyalahgunakan obat hipnotik.5 dengan dosis terlalu besar; hal ini menimbulkan suatu keada-
Dalam sejarah perkembangan obat hipnotik, setiap per- an self-perpetuating – dia tetap mengalami gangguan tidur
kenalan obat hipnotik baru selalu akan diikuti dengan lapor- meskipun sudah menggunakan dosis yang lebih besar dari-
an penyalahgunaan obat tersebut beberapa tahun kemudian pada yang dianjurkan. Yang kedua adalah mereka yang
(lihat tabel 2). menggunakan obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan
Dari tabel di atas dapat dilihat paling cepat mula obat tetapi dalam waktu yang berkepanjangan.
hipnotik disalahgunakan adalah satu tahun sejak obat tersebut
diperkenalkan dalam klinik. Mula terjadinya penyalahgunaan PENANGGULANGAN PENYALAHGUNAAN OBAT HIP-
obat bervariasi antara satu jenis obat dan obat yang lain. NOTIK
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam hal ini antara lain ada- Seperti halnya dengan penyalahgunaan narkotik, pe-
lah sifat-sifat kimiawi obat, dosis obat, keadaan psikologik nyalahgunaan obat hipnotik harus ditanggulangi secara ter-
pemakai obat, obat lain yang digunakan bersamaan sehingga padu. Kita harus mendekati masalah ini secara epidemiologik
menimbulkan interaksi obat, khususnya obat-obat yang ber- dan bukan hanya dari segi si pemakai saja, apalagi perlakuan
sifat mendepresi susunan saraf pusat. terhadap penyalahguna sebagai pesakitan atau pelaku ke-
Suatu hal yang perlu diperhatikan dan mencemaskan jahatan semata-mata.
adalah kemungkinan terkaitnya penyalahgunaan obat barbi- Faktor-faktor yang berpengaruh harus dipertimbangkan,
turat dan tindak kriminal. Eckerman dkk (1971) melaporkan misalnya lingkungan keluarga yang tidak harmonis harus

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 19


diupayakan menjadi harmonis kembali. Faktor kelainan Guide. New York & London: Plenum Medical Book Co. 1980;
kepribadian penderita harus ditanggulangi oleh seorang pp.127–39.
psikiater atau psikolog. 2. Laurence DR. Clinical Pharmacology, Drug Dependence, 4th ed.
Tersedianya obat atau upaya untuk mengadakan obat oleh London: Churchill–Livingstone, 1973; PP. 13.6–13.12.
3. Santoso SO. Penyalahgunaan Obat. Majalah Kedokteran Indonesia,
kelompok penyalahguna atau keluarganya harus dihindar- 1975; 5–6 : 641–49.
kan. 4. Sjamsudin U. Darmansjah I. dan Handoko T. Kasus Keracunan
Peran para pendidik, rohaniawan dan ahli sosial diperlu- yang Dirawat di Rumah sakit-rumah sakit di Jakarta 1977–1978.
kan pula dalam upaya merehabilitasi korban-korban penyalah- Majalah Kedokteran Indonesia 1981; 31:109–12.
gunaan obat hipnotik ini. 5. Martin WR. General Problems of Drug Abuse and Drug Dependence.
In: Martin WR (ed). Drug Addiction I, New York; Springer-Verlag,
l977; pp. 3–40.
KEPUSTAKAAN
6. Santoso SO. Penggunasalahan Obat (Drug Misuse) pada Masyarakat
1. Mendelson WB. The Use and Misuse of Sleeping Pills, Clinical Indonesia. Almanak Nubika 1976: pp. 547–55.

20 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Peranan Akupunktur Dalam
Pengobatan Insomnia
Dr. Dharma K. Widya
Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN dengan akupunktur5. Cecilia S. Sudarsono6 telah melakukan pe-


nelitian pengobatan insomnia dengan akupunktur di Unit
Insomnia merupakan suatu keluhan sukar tidur yang
Akupunktur RS Dr Cipto Mangunkusumo dengan hasil yang
berhubungan dengan kesukaran untuk masuk tidur, kesukaran
cukup memuaskan pula.
untuk mempertahankan tidur, terbangun pagi sangat dini, dan
konsekuensi diurnal seperti kelelahan, penampilan menurun PENGOBATAN INSOMNIA DENGAN AKUPUNKTUR
nervous dan somnolensi Diperkirakan sepertiga populasi me- Menurut ilmu Akupunktur, insomnia merupakan penyakit
laporkan adanya kesukaran tidur, wanita lebih sering daripada yang ditimbulkan oleh kelainan satu atau beberapa organ dalam.
pria. Prevalensi insomnia meningkat dengan bertambahnya usia : Kelainan utama umumnya terletak pada jantung karena jantung
terdapat 1,6% populasi di bawah usia 20 tahun yang menderita merupakan organ yang berhubungan erat dengan jiwa. Selain itu
insomnia dibandingkan dengan 11,9% populasi usia 30-40 insomnia dapat pula disebabkan oleh kelainan organ hati, ginjal,
tahun. Pada kelompok usia di atas 40 tahun, insidensi meningkat limpa dan lambung. Dasar pengobatan insomnia adalah pe-
lebih cepat pada wanita, 40% wanita usia 40-54 tahun mengeluh nenangan jiwa7.
insomnia dibandingkan dengan 20% pria pada kelompok usia Dudukgian5 mengobati insomnia berdasarkan neurofisiologi
yang sama. Kesukaran tidur mencapal puncaknya pada kelompok kedokteran. Titik-titik yang dipilihnya dikatakan dapat mem-
usia 65 - 69 tahun, yaitu terdapat pada 40 % wanita dan pengaruhi ketiga jaras umpan balik dan ARAS (jaras ke korteks
25% pria.1 serebri,jaras ke medula suprarenalis, dan jaras ke otot). Penelitian
Pengobatan insomnia umumnya dibagi atas dua kategori dilakukan pada 73 pasien dan didapatkan hasil memuaskan
yaitu psikoterapi dan kemoterapi2. Obat-obat yang dipakai dalam pada 61(83%) pasien. Hsueh8 mengobati 12 pasien insomnia
mengobati insomnia sering menimbulkan toleransi, keter- dengan mempergunakan stimulasi listrik dengan frekuensi
gantungan dan withdrawal effect Hal terakhir ini dapat me- 100 Hz selama 30 menit pada titik-titik akupunktur. Didapatkan
nyebabkan pasien menjadi lebih sukar tidur3. Obat hipno- hasil yang memuaskan pada 6 (50%) pasien. Sedangkan Lee9
tika dianjurkan dalam pengobatan insomnia transient dan short- mengobati 16 pasien insomnia dengan akupunktur yaitu dengan
term dengan memperhatikan jenis obat hipnotika yang diberikan penyuntikan Lidokain 1% pada titik akupunktur ditelinga. Di-
dan batasan waktu pemberian Namun obat hipnotika tidak dapat hasil 11 (68,7%) pasien menjadi normal tidurnya. Cecilia6
cocok untuk pengobatan insomnia kronik Karena banyak- melakukan penelitian pengobatan insomnia dengan akupunktur
nya faktor dalam insomnia kronik maka setiap pasien harus pada 23 pasien. Titik-titik yang dipilihnya adalah V,7 (Sen Men),
dievaluasi secara teliti sehingga cara pengobatan yang paling tepat VIII,3 (Tay Si), XII,3 (Tay Cung), N–HN--54 (An Mien). Peng-
dapat ditemukan.1 obatan diberikan tiga kali seminggu dan evaluasi dilakukan
Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan dengan pe- dengan memakai KSPBJ Insomnia Rating Scale. Didapatkan ke-
nusukan titik-titik tertentu di permukaan tubuh untuk mengobati berhasilan pada 83% pasien dan hasil pengobatan yang lebih baik
suatu penyakit dan telah dikenal sejak kira-kira empat–lima tercapai sesudah pasien mendapat 12 kali pengobatan.
ribu tahun yang lalu. Dinyatakan dalam laporan The New York Terdapat berbagai teori mengenai mekanisme kerja aku-
State Commission on Acupuncture (1974) bahwa akupunktur dapat punktur dalam pengobatan insomnia. Platt mengemukakan teori
mengobati insomnia4. Beberapa peneliti di luar negeri mendapat- mobilisasi pertahanan dan regenerasi jaringan; dan dinyatakan-
kan hasil yang cukup memuaskan dalam mengobati insomnia nya bahwa kerusakan jaringan akibat penjaruman akupunktur.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 21


menimbulkan produk antara lain : serotonin, histamin, bradi- Pasien mulai merasakan perbaikan setelah mendapat pengobatan
kinin, dan sebagainya10. Omura menemukan adanya peningkatan sebanyak tiga kali, yaitu telah dapat tidur lebih cepat, lama tidur
kadar serotonin sebesar 30- 40% dalam serum sesudah tindakan lebih panjang (± 5 jam), kesegaran badan bertambah dan
akupunktur11. Diperkirakan serotonin mempunyai peranan da- kembung perut berkurang. Setelah pengobatan ke delapan, pa-
lam proses tidur, sehingga dalam hubungan ini mungkin aku- sien menyatakan merasa dapat banyak perbaikan, yaitu telah
punktur berperanan dalam pengobatan insomnia. Selain itu di- dapat mulai tidur sekitar pukul 10 malam dan baru terbangun
ketahui pula bahwa akupunktur merangsang pelepasan senyawa pukul 3.30 pagi, kadang-kadang masih terbangun di tengah-
morfin endogen dalam tubuh yang dengan demikian akan me- tengah tidur namun dapat tertidur lagi, lama tidur menjadi
nimbulkan efek sedasi4. sekitar lima setengah jam, mimpi buruk banyak berkurang,
badan menjadi lebih segar, pusing kepala banyak berkurang,
ILUSTRASI KASUS
dan kembung perut pun banyak berkurang. Pengobatan terhadap
Seorang pria, usia 46 tahun, datang ke Poliklinik Akupunktur
pasien tetap dilanjutkan.
dengan keluhan sukar tidur. Keluhan ini telah diderita sejak 6-7
tahun sebelumnya. Pasien sukar untuk masuk tidur dan mudah
terbangun pada malam hari, serta sama sekali tidak dapat tidur PEMBICARAAN
pada siang hari. Kadang-kadang bermimpi buruk. Umumnya Insomnia merupakan suatu keluhan yang sering dijumpai
baru dapat tidur pada pukul 11.30 sampai pukul 12.00 malam hari dalam kehidupan sehari-hari Terdapat berbagai cara pengobatan
dan lama tidur berkisar antara 3 sampai 4 jam. Keluhan lain ada- insomnia, baik yang memakai obat-obatan maupun tanpa obat-
lah perut kadang-kadang perih dan kembung terutama setelah obatan. Pemakaian obat-obatan untuk pengobatan insomnia
makan pedas-pedas, badan terasa lesu dan kepala terasa tidak dalam jangka panjang sebaiknya dihindari. Akupunktur merupa-
enak. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran baik, tekanan kan salah satu cara pengobatan yang telah dikenal lama dan
darah 120/80, nadi 84/m, suhu tubuh afebril Terdapat nyeri dapat berperan pula dalam pengobatan insomnia.
tekan di daerah epigastrium, dan tidak ditemukan kelainan lain. Sesuai dengan prinsip Ilmu Akupunktur, maka insomnia
Pada pemeriksaan akupunktur didapatkan nyeri tekan pada titik dianggap merupakan manifestasi dan ketidakseimbangan yang
XIII,12 (Cung Wan), pemeriksaan nadi menunjukkan nadi jan- terjadi dalam tubuh, dalam hal ini ketidakseimbangan yang ter-
tung lebih lemah dan nadi limpa-lambung lebih kuat dibanding- dapat pada satu atau beberapa organ seperti jantung, limpa, ginjal,
kan dengan lainnya. Lain-lain tidak ditemukan kelainan. hati, lambung. Dengan pemeriksaan secara akupunktur, dapatlah
• Diagnosis: Insomnia disertai gastritis. ditentukan organ apa yang terganggu. Penusukan pada titik-titik
• Terapi: akupunktur yang berhubungan dengan kelainan organ tersebut
Alat yang dipakai adalah jarum akupunktur dan baja tahan karat bertujuan untuk merangsang tubuh agar bereaksi menyeimbang-
ukuran 1inci dan 1½ inci No. 32. kan kembali keadaan yang terganggu itu. Berbagai penelitian
Titik yang dipilih: telah mernbuktikan bahwa akupunktur mempunyai efek me-
1) V,7 (Sen Men), yang terletak pada sisi medial lipat ningkatkan kadar berbagai zat dalam tubuh seperti serotonin,
pergelangan tangan. senyawa morfin endogen dan sebagainya yang mungkin dapat
2) IX, 6 (Nei Kuan), yang terletak dua inci di atas pergelangan berperanan dalam pengobatan insomnia.
tangan, antara tendon M. palmaris longus dan m. fleksor Pada ilustrasi kasus di atas pasien telah menderita insomnia
karpi radialis. untuk waktu yang cukup lama yaitu sekitar 6 – 7 tahun dan
3) III, 36 (Cu San Li) yang terletak tiga inci di bawah patela, telah menerima pengobatan medikamentosa dengan hasil yang
satu jari lateral krista tibia. belum memuaskan. Pada pemeriksaan akupunktur didapatkan
4) IV, 6 (San Yin Ciao), yang terletak tiga inci di atas kelainan yaitu jantung dalam keadaan lebih lemah (defisien) dan
maleolus medialis, di tepi posterior tibia. limpa-lambung dalam keadaan lebih kuat (ekses) dibandingkan
5) N-HN-54 (An Mien), yang terletak di pertengahan lekuk antara dengan organ lainnya. Kedua hal ini dapat menimbulkan insom-
prosesus mastoideus-mandibula dengan lekuk pada per- nia, oleh karena itu keduanya harus diobati secara bersamaan.
tengahan ujung m. sternokleidomastoideus - m. trapesius. Alasan pemilihan titik-titik akupunktur pada kasus ini adalah
6) II,4 (He Ku), yang terletak di antara os metakarpal I dan II, sebagai berikut:
di pertengahan sisi radial os metakarpal II. 1) litik V, 7 (Sen Men) merupakan titik yang terletak pada
7) XII, 3 (Tay Cung), yang terletak distal dari pertemuan os meridian Jantung yang dengan demikian akan mempengaruhi
metatarsal I dan II. kondisi jantung dan merupakan titik yang bermanfaat untuk
Setelah dilakukan tindakan a/antiseptik, dilakukan penusukan pengobatan insomnia
pada titik-titik yang ditentukan sampai tercapai sensasi pen- 2) Titik IX 6 (Nei Kuan) merupakan titik yang terletak pada
jaruman, kemudian jarum dibiarkan selama 20 menit untuk ke- meridian Perikardium dan bermanfaat pula untuk pengobatan
mudian dicabut. Pengobatan diberikan dua kali seminggu sampai insomnia.
mencapai 12 kali (1 seri), kemudian dilanjutkan dengan seri 3) Titik III, 36 (Cu San Li) merupakan titik yang terletak pada
berikutnya sesudah interval 2 minggu. Sementara itu pasien meridian Lambung dan bermanfaat untuk mengobati kelainan
dianjurkan untuk menghindari makanan yang pedas-pedas atau lambung.
merangsang. 4) Titik IV, 6 (San Yin Ciao) rnerupakan titik yang terletak pada
• Hasil pengobatan: meridian Limpa dan bermanfaat untuk mengobati kelainan limpa

22 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


dan gangguan pencernaan. Stratton, 1977.
3. Wensel LO. Acupuncture for Americans. Virginia : Reston Publishing
5) Titik N–HN–54 (An Mien) merupakan titik simtomatik untuk Company, 1980.
pengobatan insomnia 4. Dharma K Widya. Akupunktur dan Perkembangannya. Cermin Dunia
6) Titik 11,4 (He Ku) dan XII, 3 (Tay Cung) merupakan titik-titik Kedokteran 1987; 44 : 3–5.
yang berfungsi untuk menenangkan mental. 5. Dudukgian E. Acupuncture Treatment of Insomnia. Am J Acup 1974; 2:
175–9.
Setelah pengobatan kedelapan pasien merasakan mendapat 6. Cecilia S. Sudarsono. Pengobatan Insomnia dengan Akupunktur (Makalah
banyak perbaikan walaupun pola tidumya belum sebagaimana Akhir Pendidikan Keahlian). Jakarta : Unit Akupunktur R.S. Dr. Cipto
yang diharapkan. Oleh karena itu pengobatan perlu tetap dilanjut- Mangunkusumo, 1987.
kan sampai dicapai hasil yang memuaskan. 7. Tse Q San et al. Ilmu Akupunktur. Jakarta: Unit Akupunktur R.S. Dr.
Cipto Mangunkusumo, 1985.
PENUTUP 8. Hsueh PJ. Electric Acupuncture Stimulation in the Treatment of Insomnia.
Akupunktur merupakan salah satu cara pengobatan insom- Am J Acup 1979; 7 : 335–8.
9. Lee TN. Lidocaine Injection of Auricular Points in the Treatment of
nia, terutama insomnia kronik yang kurang memberikan respons Insomnia. Dalam : Kao FF & Kao JJ. Recent Advances in Acupuncture
terhadap pengobatan medikamentosa. Agar pengobatan aku- Research. New York : Institute for Advanced Research in Asia Science
punktur dapat berhasil diperlukan kunjungan berulang kali se- and Medicine, 1979.
hingga didapat hasil yang memuaskan. 10. Platt HV Acupuncture: A New Rationale Defence Mobilization and Tissue
Regeneration Theory. Am J Acup 1974; 2:167 - 73.
KEPUSTAKAAN 11. Omura Y. Acupuncture (With Possible Roles of Serotonin and Melatonin)
1. Billiard M Insomnia. Upjohn Company, 1988. and Related Unorthodox Method of Diagnosis and Treatment Acup &
2. Wolberg LR. The Technique of Psychotherapy. New York: Grune & E1ectro Therapeut Res 1979; 4 :69- 89.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 23


Manfaat Relaksasi dan Meditasi
Terhadap Kesehatan Jiwa
Dr. S Handiono
Psikiater, Rumah Sakit Jiwa Jakarta, Jakarta

Kata pengantar
Kemajuan zaman lazimnya mempengaruhi kemajuan dalam 1) Bagian tubuh tertentu dibuat berat. Pasien mengangkat dan
berbagai aspek kehidupan manusia. Kemajuan teknologi mem- menegangkan lengan kanannya dan kemudian menjatuhkannya,
pengaruhi kemajuan di bidang ilnu kedokteran umumnya dan sampai dicapai hipotoni maksimal. Lengan tersebut terasa berat
ilmu psikiatri khususnya. Di zaman modem ini ilmu kedokteran sekali.
cenderung menggunakan peralatan canggih, baik dalam mem- 2) Bagian tubuh tertentu dibuat panas. Biasanya ini sudah terasa
bantu diagnosis maupun terapi. Hal ini tentunya membawa pada waktu bagian tubuh tersebut dibuat berat. Dengan cara
beberapa keuntungan di samping sekaligus juga membawa be- sugesti sederhana ditimbulkan rasa panas. Karena hipotoni,
berapa dampak negatif, seperti timbulnya high cost medicine dan peredaran darah menjadi lebih baik, sehingga lengan tersebut
bahwa kita menjadi terlalu tergantung pada peralatan canggih menjadi panas.
tersebut. Setelah lengan kanan, disusul lengan kiri, kemudian.kedua
Untuk mengurangi dampak negatif ini kita perlu tetap me- lengan. Sesudah itu tungkai kanan, tungkai kiri, kedua tungkai.
melihara dan mengembangkan prosedur terapi yang sifatnya Lalu kedua lengan dan tungkai berbarengan. Kemudian otot-
sederhana. Bila pasien dapat melakukan sendiri upaya peme- otot rahang. Secara spontan hipotoni dan rasa panas menyebar
liharaan dan pemulihan kesehatannya, hal ini akan memupuk ke seluruh tubuh, pernapasan juga menjadi lebih tenang.
kepercayaan diri yang tentunya merupakan suatu keuntungan Setelah latihan selarna beberapa bulan, maka pasien dengan
tersendiri. Contoh dan upaya tersebut antara lain : prosedur autosugesti dapat mengendorkan otot-otot tubuhnya agar
relaksasi dan meditasi yang dapat memelihara, memulihkan. keadaan-keadaan yang menimbulkan ketegangan seperti
dan bahkan meningkatkan kesehatan kita. fobia dapat dihadapi dengan lebih baik.
Neurosis yang berat tak dapat diatasi oleh cara ini. Metoda
AUTOGENIC TRAINING ini dapat berhasil pada keadaan neurosis yang ditandai ketegang-
Terapi relaksasi otot sistematik yang diperkenalkan oleh J.H an seperti: hipertensi esensiil, insomnia, keadaan stres dan
Schultz (1924). manager disease.
Dasar RELAKSASI DALAM
Banyak pasien neurotik disertai dengan ketegangan psikik Merupakan teknik untuk deep relaxation, self relaxation dan
yang memanifestasikan diri dalam ketegangan otot yang me- mengontrol stres secara volunter yang dikemukakan oleh Alan
ninggi. Dengan mengurangi ketegangan otot, ketegangan umum F. Rappaport
pasien juga berkurang, dan penderitaan neurotik pun juga ikut Pasien berbaring di kursi malas (reclining) secara nyaman,
berkurang. lingkungan (kamar) harus tenang, bebas dari suara-suara yang
Metoda berisik. Waktu latihan satu jam setiap hari secara tekun.
Karena kurang ada manfaatnya memberi nasehat pada pasien Dapat bermanfaat untuk gangguan-gangguan fungsional
untuk melemaskan (merelaksasikan) tubuhnya secara umum, yang disertai ketegangan, seperti ansietas, hipertensi, asma,
maka pada pasien diberikan nasehat positif, yang mula-mula tension headache, insomnia.
berhubungan dengan satu bagian badan. Nasehat ini terdiri dari Terdiri dari:
dua bagian: 1) Progressive relaxation, terutama untuk merelaksasikan tubuh.

* Revisi dari makalah “Manfaat Relaksasi dan Meditasi pada Pasien Insomina
yang dibacakan pada Simposium Insomnia, 27 Agustus 1988

24 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


2).Autogenic training untuk merelaksasikan pikiran dan mem- tungkai kiri (dua kali).
bebaskan seseorang dari kecemasan sehari-hari. 4) Dengan kedua tungkai terangkat lurus ke depan, tarik nafas
Pasien diminta menutup matanya perlahan-lahan dan mata panjang, pertahankan, lalu keluarkan nafas perlahan-lahan turun-
tetap tertutup selama seluruh session. kan kedua tungkai ke bawah dan relaks. Selanjutnya bernafas
Progressive relaxation biasa.
Instruksikan kepada pasien: Hingga saat ini otot-otot yang penting di seluruh badan
1) Tarik nafas panjang dan pertahankan - tegangkan - rasakan telah mengalami relaksasi, merasakan panas, berat dan kesemut-
ketegangan di daerah dada-tegangkan –. keluarkan nafas per- an, merasakan relaksasi yang dalam. Rasa relaksasi dirasakan di
lahan-lahan dan relaks – rasakan relaks sambil mengeluarkan lengan kanan, lengan kiri, bahu, tengkuk, daerah wajah, lalu
nafas perlahan-lahan, (lakukan dua kali). Lalu bernafas biasa turun ke bawah ke daerah dada, perut, tungkai atas, bawah dan
dengan tenang selama satu menit. kaki. Semua bagian badan merasakan relaksasi yang mendalam.
2) Angkat lengan kanan, tangan menggenggam, tegangkan Bila masih ada otot-otot tertentu yang masih terasa tegang,
rasakan ketegangan, tegangkan, rasakan ketegangan lalu relaks, maka tegangkan otot tersebut lalu relaks sehingga semua otot
lengan kanan dibiarkan jatuh di sisi tubuh dan rasakan relaksasi, merasakan relaks yang dalam sekali
rasa berat, rasa panas dan rasa kesemutan (lakukan dua kali). Rasakan damai dan ketenangan dari dalam. Perhatian di
3) Angkat lengan kiri, tangan menggenggam, tegangkan, rasakan fokuskan ke tubuh dan rasakan kedamaian di setiap bagian
ketegangan, tegangkan, rasakan ketegangan lalu relaks, lengan dengan makin merasa relaks sambil menghitung satu hingga
kiri dibiarkan jatuh di sisi tubuh dan rasakan relaksasi, rasa berat, sèpuluh, makin besar angkanya maka relaksasi akan makin me-
rasa panas dan rasa kesemutan (lakukan dua kali). ningkat. Satu. . . dua. . . tiga. . . empat. . . lima. . . enam...
4) Kedua lengan diangkat ke depan, kedua tangan meng- tujuh. . . delapan.. sembilan. . . makin relaks, rasa panas, berat
genggam, tegangkan, rasakan ketegangan, tegangkan dan relaks, dan kesemutan menyebar ke seluruh badan . . berbaring dan
kedua lengan dibiarkan jatuh ke sisi tubuh, fokuskan perhatian relaks . . . tak ada yang perlu ditakutkan, dicemaskan . . .
ke kedua lengan yang merasa relaks, berat, panas dan rasa relaks yang mendalam.
kesemutan. Autogenic training
5) Tarik nafas panjang dan pertahankan, rasakan ketegangan di Dengan tanpa menggerakkan bagian-bagian badan, pikirkan-
dada, pertahankan, lalu keluarkan nafas perlahan-lahan dan nafas lah pikiran sebagai berikut masing-masing dua kali:
biasa. 1) Lengan kanan yang merasa berat dan relaks, saya merasakan
6) Untuk relaksasi kedua bahu dan tengkuk, kedua bahu dinaik- panas di lengan kanan saya, ujung-ujung jari tangan kanan
kan, rasakan ketegangan pada bahu dan tengkuk, pertahankan saya merasa kesemutan dan panas.
dan relaks. Rasa relaks mulai dirasakan dan lengan kanan ke 2) Lengan kiri saya merasa berat dan relaks, saya merasakan
lengan kin, ke kedua bahu dan tengkuk, semua rasa ketegangan panas di seluruh lengan kiri saya, ujung-ujung jari tangan kiri
dan stres menghilang, meninggalkan badan. saya merasa kesemutan dan panas.
7) Selanjutnya untuk merelaksasikan daerah wajah, gigitkan 3) Kedua lengan saya merasa berat dan relaks.
gigi-geligi, tegangkan dan rasakan ketegangan, lalu tertawa lebar, 4) Tungkai kanan saya merasa berat dan relaks, saya merasakan
selebar-lebamya dan rasakan ketegangan lalu relaks, daerah panas di seluruh tungkai kanan saya, saya merasakan panas
wajah akan merasa relaks (dua kali), kemudian tutup dan pejam- dan kesemutan di seluruh jari-jari kaki kanan saya.
kan kedua mata kuat-kuat selama mungkin dan rasakan ke- 5) Tungkai kiri saya merasa berat dan relaks, saya merasakan
tegangan sekitar mata, lalu relaks (dua kali). berat dan panas di seluruh tungkai kiri saya, saya merasakan
Kerutkan otot-otot dahi sekuat mungkin dan relaks (dua kali). panas dan kesemutan di seluruh jari-jari tungkai kiri saya.
Tarik napas panjang dan pertahankan lalu keluarkan perlahan- 6) Kedua tungkai saya merasa berat dan relaks yang dalam sekali
lahan, otot-otot wajah tetap relaks. 7) Saya menemukan kedamaian.. ., saya merasakan kedamai-
Rasa relaksasi akan dirasakan dari tangan dan lengan kanan, an. . ., merasa ketenangan di seluruh tubuh. . . tenang. Pikiran
lalu ke tangan dan lengan kiri, ke daerah bahu, tengkuk dan saya tenang.. . tubuh saya merasa relaks yang dalam sekali. . .
daerah wajah. saya hayati rahmat Tuhan. Saya hayati rasa puas... Tarik napas
Latihan se1anjutnya adalah untuk merelaksasikan otot-otot dalam dan perlahan-lahan keluarkan. . . perlahan-lahan buka
badan. mata...
1) Tarik nafas panjang, rasakan ketegangan di daerah dada dan
perut, pertahankan ketegangan lalu relaks yang dalam (dua kali), TRANSCENDENTAL MEDITATION
lalu bernafas normal kembali. Rasakan relaksasi di daerah dada Meditasi adalah suatu momen di mana kita mengarahkan
dan perut, seperti juga di lengan kanan, lengan kiri, bahu, perhatian ke dalam dan bukan ke arah dunia luar atau lingkungan
tengkuk dan daerah wajah yang semuanya merasakan relaksasi kita. To Transcend secara harafiah berarti : melampaui batas.
yang dalam. Transcendental Meditation adalah suatu prosedur khusus (unik)
2) Angkat tungkai kanan lurus ke depan dengan jari-jari kaki di- di mana kita dapat mengalami lapisan-lapisan yang lebih halus
luruskan sejauh mungkin menjauhi tubuh, rasakan ketegangan dan pikiran kita, hingga pada suatu saat melampaui batas-batas
dan pertahankan, lalu relaks dan rasakan rasa panas di seluruh yang ada. Prosedur ini disingkat TM.
tungkai kanan (dua kali). Program TM
3) Angkat tungkai kiri lurus ke depan dengan jari-jari kaki Merupakan program yang sederhana, dengan sasaran pe-
diluruskan sejauh mungkin menjauhi tubuh, rasakan ketegangan gembangan diri. Dasarnya ialah meditasi sehari dua kali,
dan pertahankan, laIu relaks dan rasakan rasa panas di seluruh masing-masing dua puluh menit pada pagi dan sore hari. Dengan

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 25


demikian terjadilah ritme pergantian antara keadaan istirahat dan sini kita tidak merenungkan suatu buah pikiran, problem ataupun
aktivitas. kejadian yang lampau, melainkan merupakan teknik untuk me-
TM adalah teknik yang sederhana yang memungkinkan ngembangkan diri dan memperdalam penghayatan kehidupan ke-
pikiran kita mengalami lapisan pikiran yang makin lama makin agamaan. TM bertujuan untuk mencapai harmoni dalam ke-
halus, hingga akhimya lapisan pikiran tersebut dilampaui dan hidupan, suatu integrasi dan semua aspek kehidupan dengan
pikiran kita mengadakan kontak langsung dengan sumber pikiran aspek transenden yang sebenamya tidak lain dan dasar keberada-
itu sendiri. an (eksistensi) diri. Dengan TM eksistensi diri lebih dapat di-
Teknik TM adalah unik karena: sadari dan dihayati.
1) Alamiah karena sesuai dengan kecenderungan jiwa kita untuk Seseorang dapat melakukan TM dengan tujuan menambah
menuju ke lapisan pikiran yang lebih halus. energi, memperbaiki kesehatan, menambah kreativitas dan
2) Sederhana: tiap orang dapat melakukannya. inteligensi, membebaskan diri dan pelbagai macam gangguan
3) Mudah, tanpa upaya : setiap usaha untuk mencoba-coba psikosomatik, membebaskan diri dari ketegangan dan penderita-
konsentrasi akan menghambat prosesnya. an. Dari ketenangan batin dan stabilitas yang didapat orang
4) Meditasi memberikan keadaan istirahat dan ketenangan: ingin lebih mengenal dirinya sendiri dan mengalami keberadaan-
Keadaan istirahat ini berdaya menyembuhkan dan memberikan nya sendiri, sehingga dapat bertindak dengan berhasil dan dapat
energi. Kerja sama antara jiwa dan tubuh menjadi lebih baik. mengadakan relasi yang hangat dengan orang lain.
5) Memberikan pengaruh subyektif dan obyektif, yang akhir-
akhir ini dapat diperiksa, diteliti dan diukur.\ Meditasi dengan teknik TM
Kita gambarkan pikiran (mind) kita sebagai lautan. Pada
Bagaimana berlangsungnya meditasi
permukaan terdapat gerakan dan aktivitas (gelombang besar),
Meditasi berlangsung secara otomatis. Bila sekali telah di-
di kedalaman terdapat keadaan istirahat dan ketenangan (gelom-
mulai, selanjutnya berlangsung dengan sendirinya. Kita duduk di
bang makin kecil). Demikian juga di permukaan pikiran kita
kursi atau bersila dengan nyaman. Mata ditutup dan mulai
terdapat aktivitas daripada lapisan-lapisan lebih dalam terdapat
menerapkan teknik meditasi. ini dapat diibaratkan dengan orang
ketenangan. Lapisan paling atas adalah niveau kesadaran. Suatu
yang belajar menyelam dengan melakukannya sendiri. Orang
pikiran pada niveau tersebut dialami sebagai kesadaran.
paling baik belajar meditasi di bawah bimbingan seorang guru
Untuk belajar teknik ini guru akan memilihkan mantra yang
karena di sini orang mengalami stadia asal usul dari pikiran
cocok dengan yang bersangkutan (calon meditator). Kata mantra
kita. Pengalaman ini sifatnya abstrak dan subtil sekali. Setiap
berasal dan kata Sansekerta Man berarti berpikir dan tra berarti
orang memakai kata-katanya sendiri untuk melukiskan pikiran-
perantara. Jadi kata mantra dapat diartikan : alat pengangkut
nya.
pikiran atau alat dari jiwa. Mantra dipilih untuk nadanya dan
Bila proses meditasi telah dimulai terjadilah keadaan istirahat
sifatnya yang life supporting.
yang semakin dalam. Tanda yang jelas adalah pernapasan yang
Fungsi utama mantra ialah menenangkan jiwa dan tubuh.
tenang dan GSR (Galvanic Skin Resistance) yang meningkat,
Mantra di sini hanya dipikirkan dalam badan diulang-ulang.
yang menandakan adanya relaksasi. Keadaan tenang yang di-
Dengan perantaraan mantra ini maka pikiran kita mengalami
peroleh dalam meditasi ini lebih dalam sifatnya daripada selama
lapisan pikiran yang makin lama makin halus yang ditandai
tidur. Pada keadaan istirahat dan ketenangan yang lebih besar
dengan makin samar-samarnya mantra tersebut. Ada kalanya
tahanan listrik kulit (GSR) meningkat. GSR yang tinggi menunjuk-
mantra tersebut menghilang, yang berarti pikiran kita juga meng-
kan bahwa teknik TM membawa ketenangan yang amat dalam.
hilang. Lama kelamaan mantra tensebut makin sering meng-
Keadaan istirahat yang paling dalam dan sekaligus keadaan ke-
hilang. Ini berarti pikiran kita sudah hampir tiba di transcending
jernihan yang paling besar dapat dialami bila kita mengadakan
state. Selama proses transcending tersebut berlangsung seringkali
kontak Iangsung dengan transcendental state/unified field. Kita
ada pikiran lain datang dan pergi yang sama sekali jangan
melampaui keadaan aktivitas untuk sampai pada keadaan ke-
dihiraukan, karena akan menghalangi/menghambat atau bahkan
tenangan yang absolut dan melampaui keadaan berpikir untuk
menentang proses transcending tersebut.
sampai pada kesadaran yang murni. Pada saat kembali dari
keadaan tersebut, kita akan merasakan bahwa dari keadaan isti- Diagram : Empat keadaan kesadaran
rahat dan ketenangan itu kita membawa “sesuatu”, sehingga kita
menjadi lebih tenang dan energik : kita menjadi Iebih tabah. Kejernihan
Proses meditasi ini disebut Inward Movement rnenuju Unified
tidak ya
Field dan Outward Movement kembali menuju dunia kebendaan.
Kedua arah ini berlangsung secara alamiah dan otomatis. Istirahat tidak mimpi keadaan bangun
ya tidur TM
Apa yang perlu diketahui tentang TM.
TM merupakan teknik non-konsentrasi yang bersifat non
agama dengan metoda yang mudah, tidak perlu bersusah-payah Hasil-hasil penelitian (pengukuran) tentang TM menunjukkan
dengan usaha yang berat. Setiap orang dari berbagai macam adanya:
kebudayaan, tradisi dan cara hidup dapat ikut serta dalam 1) Perbaikan fisiologik berupa relaksasi dan penurunan tingkat
program TM tanpa harus mengikuti peraturan-peraturan atau metabolisme yang ditandai dengan : penurunan frekuensi per-
cara hidup tertentu. napasan dan kebutuhan Oksigen, penurunan kadar asam laktat
TM bukan merupakan suatu kontemplasi. Yang dimaksud di- darah, penurunan curah jantung dan peningkatan GSR

26 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


2) Perbaikan psikologik berupa peningkatan daya persepsi, kon- cara untuk memelihara kesehatan jiwa.
sentrasi dan kepercayaan diri. Kreativitas dan inteligensi juga Prosedur ini sederhana, mudah, alamiah, murah dan dapat
membaik disertai dengan stabilitas emosi. dilakukan sendiri.
3) Perbaikan perilaku yang ditandai dengan peningkatan gairah
kerja dan menurunnya kecenderungan penyalahgunaan obat dan
penggunaan alkohol atau rokok.
4) Perbaikan lingkungan akibat perbaikan kesehatan dan me- KEPUSTAKAAN
nurunnya tingkat kecelakaan dan tingkat kejahatan. 1. Alliance for Knowledge.
5) Berpengaruh positif terhadap kesehatan karena dapat me- 2. Global Research Programme. 1978.
ngurangi keluhan psikosomatik, asma bronkial, hipertensi dan 3. Bloomfield HH, Kory R. Geluk het TM Programma, Psychiatria en.
insomnia. Verlichting. MW Nederland Pers, 1978.
4. Bloomfield HH, Cain MP, Jeffe DT, Kory R. TM -Discovering Inner Energy
and Overcoming Stress. Dell Book.
Ringkasan 5. Wijngaards NM. Wat is Transcendente Meditatie..
Teknik relaksasi dan meditasi merupakan salah satu pilihan 6. vd Berg JH. Kleine Psychiatrie. UitgeverjGF Callenbach NV Nijkerk.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 27


Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut
Dr. Tony Setiabudhi
Lektor pada Laboratorium Psikiatri Fakultas Kedokteran Trisakti, dan staf pada Sub Departemen
RS. TNI-AL dr. Mintohardjo Jakarta

There is only one sure way to escape insomnia………......... not to be born.

PENDAHULUAN peroleh National Institute of Mental Health di Bethesda,


Tidur adalah fenomena biologik yang terkait erat dengan Maryland yang membandingkan pola tidur para lanjut usia
irama semesta. Semua makhluk hidup seperti hewan dan tum- dengan kelompok dewasa muda yang berusia antara 19-36
buh-tumbuhan mempunyai irama kehidupan tertentu, baik tahun. Luce dan Segal mengungkapkan bahwa faktor usia
yang mengikuti siklus tiap duapuluh empat jam, sebulan, tiga merupakan faktor yang terpenting yang berpengaruh terhadap
bulan atau setahun. Derap yang seiring dengan perputaran kualitas tidur. Mereka mengatakan bahwa keluhan terhadap
bumi disebut irama sirkadian yang bersiklus 24 jam, yang kualitas tidur akan seiring dengan bertambahnya usia. Apa-
antara lain mempunyai korelasi dengan terbit dan terbenam- bila dalam kelompok usia empatpuluh tahun hanya dijumpai
nya matahari. Hal tersebut ternyata seirama dengan segar dan 7% kasus yang mengeluh karena mereka hanya dapat tidur
layunya tanaman dan bahkan seirama dengan awas/waspada- tidak lebih dan lima jam sehari, hal yang sama dijumpai pada
nya binatang dan manusia pada siang hari serta tidurnya 22% kasus pada kelompok usia tujuhpuluh tahun. Demikian
mereka pada malam hari. pula, kelompok usia-lanjut lebh banyak mengeluh terbangun
Seorang akan mengatakan hidupnya bahagia, bila ia dapat lebih awal dari pk. 5.00 pagi. Selain itu terdapat 30% ke-
makan dan tidür dengan enak. Sedangkan mereka yang kaya lompok usia tujuhpuluhan tahun yang melaporkan bahwa
raya, akan menyatakan bahwa dirinya tidak bahagia bila ia mereka lebih banyak terbangun di waktu malam hari, angka
tidak dapat tidur. Karenanya salah satu tolok ukur untuk me- ini ternyata tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan ke-
ngetahui pasang-surutnya kesejahteraan fisik dan mental se- lompok usia duapuluh tahun.
seorang dapat dinilai melalui pola tidur individu tadi. Pengetahuan tentang tidur perlu diketahui oleh setiap
Walaupun sinyalemen di atas merupakan pendapat awam, dokter karena gangguan tidur tidak saja menunjukkan indikasi
tetapi beberapa penyelidikan tentang pola tidur menunjukkan akan adanya kelainan jiwa yang dini, tapi merupakan keluhan
adanya kaitan antara insomnia dengan gangguan psikiatrik, dan hampir 30% dan penderita yang berobat ke dokter.
bahkan insomnia dapat merupakan bentuk yang terringan dari
gangguan jiwa. Hampir semua gangguan jiwa seperti Sindrom BEBERAPA HAL TENTANG TIDUR
Otak Organik, Skizofrenia, Gangguan Afektif Berat, Neurosa Tidur ternyata merupakan salah satu kebutuhan yang
Depresi bahkan Anksietas sendiri tidak jarang bermanifestasi paling dasar bagi mamalia tingkat tinggi, termasuk manusia.
sebagai insomnia pada stadium dini. Sepertiga dan waktu hidup dipergunákan untuk tidur. Manusia
Hingga berusia satu bulan, neonatus memerlukan tidur Se- masih dapat mempertahankan hidupnya tanpa makan selama
lama lebih dari 20 jam sehari. Sesudah itu kebutuhan tidur tiga minggu, tetapi tanpa tidur selama waktu yang sama akan
akan berkurang secara bertahap, dan pada masa anak-anak mengakibatkan perilaku psikotik. Bila seseorang berusia enam-
dini, Ia masih membutuhkan tidur 10 – 12 jam sehari. Orang puluh tahun, duapuluh tahun telah dihabiskannya untuk
dewasa cukup tidur selama tujuh jam sehari, tergantung dari tidur, sedangkan seperlimanya, yakni empat tahun dialami
kebiasaan yang membekas semasa perkembangannya men- dalam keadaan mimpi.
jelang dewasa. Irwin Feinberg mengungkapkan bahwa sejak Penyelidikan tentang tidur dan mimpi ditujukan pada
seseorang meninggalkan masa remajanya, kebutuhan tidurnya usaha untuk mempelajari suatu Pola Tidur atau Sleep Pattern;
relatif tetap. Hal ini tidak berbeda dengan catatan yang di- yakni gambaran/corak tidur yang memperlihatkan konfigurasi

28 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


kualitas tidur. Sedangkan tahapan yang didapat selama fase Demikian pula kebiasaan yang terekam dalam setiap
tidur tersebut dibagi dalam: – tahap awal benak manusia dalam mengatasi kesulitan tidur mereka; yang
– tahap pertengahan satu mulai dengan menghitung dari satu sampai seribu; yang
– tahap akhir lain dengan menghitung eternit, yang lain lagi dengan memeluk
Pola tidur pernah diselidiki melalui berbagai cara, antara guling ke sisi tertentu, sambil mengèndurkan piyamanya. Ada
lain melalui: lagi yang bila terbangun waktu malam, langsung mencari
a) Skala tidur yang sederhana, yang digambarkan sebagai garis aktivitas tertentu seperti membaca buku, menuangkan inspirasi
lurus: A----------I------------ B dalam kertas kerja dan sebagainya. Perilaku semacam itu
Kemudian secara anamnestis penderita diminta mencatat umumnya akan tetap berlanjut, tapi seringkali tidak terlalu
dalam buku hariannya sebagai berikut : Apabila ia dapat banyak manfaatnya. Hal ini ternyata akibat pola tidur pada
tidur dengan sangat baik, tanpa gangguan dan mimpi yang pada usia anjut yang agak berubah.
aneh-aneh, Ia diminta untuk menskor dengan meletakkan Akibat kesulitan komunikasi di siang hari karena kurang
titik yang mendekati titik B. Bila Ia tidak dapat tidur malam teman, mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sedikit
itu, ia diminta untuk menskor dengan meletakkan titik di bergerak, lalu duduk, dan selama duduk itu biasanya mereka
dekat titik A. Antara A – B dapat dibagi dalam persentase terlelap – kebiasaan ini disebut naps yakni tidur-tidur kecil di
(100%). Bila seseorang telah memperoleh keterangan tentang siang hari, yang justru akan mempengaruhi kuantitas mau-pun
kegunaan garis tersebut, ia diminta untuk mencatatnya secara kualitas tidur malam harinya.
individual, dan sejak saat itu catatan tadi dapat digunakan Beberapa kebiasaan sehat yang dijumpai pada para usia
secara klinis apakah Ia menderita insomnia secara subyektif,. lanjut yang berada di berbagai panti ialah membiasakan diri
ataukah memang ia menderita gangguan tidur setelah diperiksa untuk hidup teratur dan masuk ke kamar pada jam-jam yang
dengan cara obyektif. sudah dijadwalkan (tidak terlampau malam). Mereka memulai
b) Dengan mencatat gerakan-gerakan individu selama tidur. dengan ritual tertentu; misalnya dengan ke kamar mandi untuk
Ternyata individu yang tidurnya terganggu akan bergerak buang air kecil sambil membersihkan diri dan mencuci kaki;
lebih banyak selama tidurnya dibandingkan dengan mereka mulai tidur dengan santai sambil membawa tasbih misalnya.
yang tidak mengeluh gangguan pola tidur. Temyata bagi mereka yang terbiasa dengan ritual tadi umum-
c) Studi Poligrafik, yang menggunakan elektroensefalograf nya tidak terlalu banyak mengeluh insomnia. Merekapun
untuk memeriksa aktivitas otak, elektromiograf untuk me- seringkali menghindari menonton film atau televisi yang
meriksa tonus otot, dan elektrookulograf yang mencatat mènegangkan sebelum tidur agar mereka terhindar dari kesulit-
gerakan bola mata sewaktu tidur berlangsung. an tidur.
Malah untuk studi tertentu, alat ini masih dilengkapi lagi PENGGUNAAN OBAT-OBATAN.
dengan elektrokardiograf untuk rekaman otot jantung, pen- Seperti telah diketahui, proses metabolisme pada para
catat respons kulit (GSR/galvanic skin resistance) àlat pencatat usia lanjut sangatlah berbeda dengan para dewasa muda.
fungsi pernafasan dan lain-lain. Tidak saja penyerapan – tapi juga pengolahan maupun eks-
d) Lain-lain, misalnya rating scale. Kelompok KSPBJ telah ber- kresi obat mengalami perlambatan. Karenanya perlu diperhati-
usaha membakukan suatu instrumen yang telah dikenal sebagai kan agar obat yang diberikan pada para usia lanjut selalu di-
KSPBJ Insomnia rating scale. mulai dengan dosis efektif terkecil sehingga tidak menimbul-
Walaupun instrumen ini dibuat untuk mengkuantifikasikan kan efek kumulatif yang berbahaya.
insomnia tapi telah diketahui bahwa alat tádi mempunyai Obat yang seringkali dipakai untuk meng”enak”kan tidur
nilai praktis untuk mengetahui adanya gangguan pola tidur. memang cukup bervariasi : mereka sendiri biasanya sudah
Instrumen ini dilengkapi dengan butir pertanyaan yang me- pernah mencobanya; mulai dan sayur tertentu, vitamin B1,
nyangkut: antihistamin, ansiolitik, antidepresan, hipnotik sampai neruo-
• Jumlah jam tidur leptik berat.
• Mimpi-mimpi Yang perlu diketahui adalah bahwa setiap obat tadi mem-
• Kualitas tidur punyai efek samping yang serlng timbul karena diminum
• Onset/latency dari tidur tanpa konsultasi dan/atau kurang teratur karena mulai pelupa,
• Gangguan tidur sehingga tidak jarang terjadi intoksikasi yang dapat menimbul-
• Kontinuitas tidur kan kegelisahan, coma ataupun gangguan kardiovaskuler.
• Bangun dini hari
• Perasaan segar setelah tidur PENUTUP
Walaupun telah sering dipublikasikan di luar negeri bahwa
jumlah jam tidur orang dewasa lebih sedikit dibandingkan
BEBERAPA HAL MENARIK PADA USIA LANJUT. dengan jam tidur pada anak-anak. Dan makin bertambah
Tidak dapat disangkal bahwa hampir setiap orang mem- usia, jumlah jam tidur seseorang juga akan berkurang, pe-
punyai kebiasaan tersendiri dalam mengawali kebiasaan tidur nyelidikan tentang hal tersebut masih belum dilakukan di
mereka. Peristiwa ritual semacam ini sebenarnya sudah di- Indonesia. (setidak-tidaknya belum dijumpai dalam kepustaka-
tanamkan oleh situasi masa kanak-kanak. Ada sementara anak an PDIN/LIPI sampal tahun 1987).
yang dengan piyama masuk ke kamar tidur. ada yang harus Kelompok KSPBJ memang telah memulai penelitian
memakai sarung, ada juga yang bertelanjang dada lalu tidur. tentang pola tidur, tapi belum menyentuh para lanjut usia.
Kebiasaan semacam ini akan berlanjut. Beberapa penelitian yang masih bersifat preliminer dan baru

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 29


dimulai oleh kelompok Setiabudhi dkk. di Sasana Tresna mendaal Psychiatrisch Centrum, 1980.
Werdha Ria Pembangunan Cibubur diperkirakan masih perlu 3. Gunadi H. Keadaan Emosional Para Lanjut Usia yang Mendapat
dikembangkan secara serius sebelum mencapai suatu makna Santunan Dan Home Care di Kelurahan Kwitang, 1983.
klinis di kemudian hari. Studi tersebut masih perlu dilanjut- 4. Iskandar Y, Setyonegoro K. Psikiatri Biologik Vol II dan III
Yayasan Dharma Graha, Jakarta, 1985.
kan dengan penyelidikan tentang pola tidur masyarakat di 5. Luce SS, .Segal J. Insomnia (the Guide for Troubled Sleeper),
Jakarta, yang dikaitkan dengan kebiasaan di kota-kota besar. London: Longman, 1970.
Tentunya gangguan tidur yang dikeluhkan oleh sebagian 6. Prayitno A. Usia Lanjut dan Aspek Psikososialnya di Indonesia.
besar penderita usia lanjut perlu dibandingkan dengan pola Diskusi Panel Dewan Harian 1945, Jakarta, 1982.
tidur yang normal, sehingga kita dapat mengetahui jenis 7. Setiabudhi T.Kelainan Fisik dan Mental yang sering dijumpai
insomnia mana yang diderita oleh orang tersebut. Hal ini pada Usia Lanjut. Simposium Usia Lanjut Yang Bahagia, Jakarta,
akan mempunyai arti yang penting bila dihubungkan dengan 1982.
kemajuan pengobatan di masa mendatang. 8. Setiabudhi T. Masalah Psikogeriatrik Yang Perlu Diketahui. Sim-
posium Geniatri, FK Udayana, Denpasar, 1987.
9. Setiabudhi T.Perbedaan Pola Tidun Para Lanjut Usia di Jakarta
Yang Tinggal di Panti Dibandingkan Dengan Yang Tinggal di
Luar Panti. Tugas Akhir Adaptasi Pendidikan Keahlian. FKUI.
KEPUSTAKAAN
1987.
10. Sidharta P. Gangguan Tidur. Dalam : Neurologi Klinis dalam
1. Cony N, et al : Lecture Notes on Geriatrics, Blackwell Scientific Praktek Umum, Dian Rakyat, 1982.
Publ, 1977. 11.Yayasan IDAYU. Manusia Usia Lanjut (Manula). Inti Idayu Press.
2. v.Dijk C. Handleiding voor Psychogeniatrische Assistenten, Bloe- Jakarta, 1984.

30 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam Penggunaan Obat
Psikotropika Pada Usia Lanjut
Ellen Wijaya
Pusat Penelitan dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

Kelainan psikiatrik nampaknya lebih sering diderita oleh Distribusi


para usia lanjut dibanding usia muda. Hasil penelitian di Nilai distribusi obat psikotropika mengalami perubahan
Amerika mengungkapkan bahwa 25% jenis obat yang diguna- pada usia lanjut. Diketahui bahwa pada usia lanjut terjadi
kan para usia lanjut adalah golongan psikotropika1,2. Penyakit pengecilan massa tubuh dan penyusutan cairan tubuh. Cairan
psikiatris pada usia lanjut tidak hanya akibat menuanya organ- tubuh total menurun dan 25% pada usia 20 tahun menjadi
organ tubuh dan penyakit-penyakit sistem serebrovaskuler, 18% pada usia 60 tahun. Sebaliknya jumlah lemak tubuh
tetapi juga akibat tekanan hidup atau gangguan somatik yang meningkat dan 10% pada usia 20 tahun menjadi 24% pada
lain3 usia 60 tahun. Dengan demikian konsentrasi obat yang larut
Dalam penggunaan obat, para usia lanjut lebih sering meng- dalam air meningkat sedang obat larut lemak kadarnya
hadapi problema, hal ini disebabkan kecenderungan mengguna- menurun. Jumlah serum albumin menurun sekitar 15–25%
kan obat secara bersamaan akibat majemuknya jenis penyakit pada usia lanjut yang menyebabkan jumlah obat total dalam
yang diderita. Keadaan fisiologi tubuh para usia lanjut telah sirkulasi dan aktivitas farmakologiknya meningkat.
mengalami kemunduran sehingga farmakokinetik dan farma
kodinamik obat mengalami perubahan. Demikian pula dengan
kondisi patologik dan interaksi obat yang banyak berperan Eliminasi
pada usia lanjut. Oleh sebab itu para usia lanjut mempunyai Biotransformasi obat-obat psikotropika terutama ber-
risiko dua kali lebih tinggi untuk mendapatkan efek samping langsung di hepar. Telah diketahui bahwa umumnya berat
maupun interaksi obat1,4. hepar para usia lanjut telah mengalami penurunan, demikian
Berikut ini akan dibahas beberapa hal yang perlu men- pula dengan aliran darah hepar yang menurun sebesar 40-45%.
dapat perhatian pada penggunaan obat psikotropika oleh Hal ini terutama berpengaruh pada obat-obat yang kecepatan
usia lanjut. biotransformasinya bergantung pada aliran darah hepar, Se-
PERUBAHAN FISIOLOGIS DAN FARMAKOKINETIS perti imipramin, desipramin, amitriptilin dan nortriptilin
PADA USIA LANJUT1,3,4 yang mengalami perpanjangan waktu paruh obat (t½ plasma).
Perubahan fungsi fisiologis tubuh erat hubungannya Pada usia lanjut juga telah terjadi penurunan klirens yang
dengan meningkatnya usia. Hal ini berpengaruh terhadap per- berhubungan dengan penurunan fungsi organ eliminasi. Klirens
ubahan farmakokinetik obat baik absorpi, distribusi mau- obat tidak hanya berhubungan dengan t½ plasma tetapi di-
pun eliminasi obat. tentükan pula oleh volume distribusi obat. Hal ini terlihat
pada antidepresan trisiklik, bila volume distribusi tetap atau
Absorpsi berkurang maka t½ plasma ákan memanjang disertai dengan
Absorpsi obat pada usia lanjut hanya sedikit mengalami penurunan klirens. Akibatnya kadar obat dalam plasma me-
perubahañ, dengan demikian efeknya terhadap farmakokinetik ningkat sampai dua kali.
obat tidak dapat ditentukan. Perubahan biasanya terjadi Pengaruh meningkatnya usia pada biotransformasi obat tidak
pada peningkatan pH lambung yang dapat rnenambah kelarut- seragam. Hal ini bergantung pada jalur enzim metabolisme
an dan ionisasi beberapa obat, juga dapat mengurangi peng- hepar. Pada usia lanjut nampak bahwa obat-obat yang meng-
rusakan beberapa obat. Namun sampai saat ini belum terbukti alami biotransformasi oleh enzim mikrosom hepar, kecepatan-
hal ini dapat mempengaruhi absorpsi obat. nya menurun. Sedangkan yang non mikrosom tetap.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 31


BEBERAPA KEADAAN MENTAL EMOSIONAL USIA ping pengobatan dihentikan.
LANJUT3,5. Penggunaan antiansietas seperti benzodiazepin dapat
Ada tiga jenis keadaan mental abnormal yang sering di- menimbulkan efek yang cukup besar pada susunan saraf pusat
derita usia lanjut: depresi, demensia dan delirium. Ke tiga ke- karena meningkatnya sensitivitas target organ pada usia lanjut,
adaan di atas -seringkali terjadi tumpang tindih (bersamaan). disamping terjadi penyimpangan disposisi obat. Penggunaan
Depresi merupakan kelainan mental yang paling sering semua jenis benzodiazepin secara berulang akan diakumulasi
diderita oleh para usia lanjut karena mempunyai berbagai sampai derajat tertentu, sehingga dapat menyebabkan: sedasi
alasan psikososial sebagai pencetus. Sècara biologik penurun- berlebih, berkurangnya gairah seks dan berkurangnya tingkat
an jumlah neurotransmitter aminergik yang berhubungan energi secara umum. Gejala-gejala tersebut dapat dianggap
dengan peningkatan aktivitas monoaminoksidase merupakan bukan sebagai gejala akibat penggunaan benzodiazepin tetapi
dasar terjadinya depresi. Manifestasi depresi pada usia lanjut merupakan proses normal pada usia lanjut.
mirip dengan yang teijadi pada penderita gangguan jiwa Efek samping lain yang perlu diperhatikan yaitu penggunaan
umumnya, seperti kemundüran sosial, kebingungan, hipo- benzodiazepin pada depresi ataü demensia ringan/subklinis,
kondria berat, rasa khawatir berlebihan dan hostilitas. Se- karena diperkirakan dapat memperberat keadaan dan sering
benarnya ciri-ciri tersebut lebih disebabkan oleh sindroma menimbulkan florid delirium.
otak organik daripada oleh depresi. Efek samping sebenamya dapat dikurangi dengan meng-
Demensia diderita oleh lebih kurang 10% para usia tanjut. atur dosis dan frekuensi pemberian sesuai dengan waktu paruh
Perubahan patologiknya mirip dengan penyakit Alzheimer. obat. Derivat benzodiazepin yang mempunyai waktu paruh
Perubahan yang paling dini terjadi pada fungsi kognitif berupa panjang, seperti: flurazepam, diazepam, klordiazepoksid,
kerusakan pada bagian memori singkat. Perubahan tingkah klorazepat, prazepam dan halozepam dianjurkan diberikan
laku ditandai dengan iritasi, labilitas emosi, penurunan moti- dalam dosis kecil dengan interval pemberian yang panjang.
vasi, inisiatif dan kebersihan diri. Demensia reversibel dapat Derivat dengan waktu paruh pendek, seperti: oxazepam,
terjadi akibat kesalahan pengobatan maupun pembedahan. lorazeparu dan aiprazolam juga memerlukan pengurangan
Usia lanjut yang menderita rasa takut dan ansietas dapat dosis walaupun tidak banyak berpengaruh pada usia lanjut.
diobati dengan benzodiazepin sehingga tidak memerlukan Sedativa–hipnotika sering pula digunakan oleh usia lanjut
antipsikotik yang walaupun lebih poten tetapi bahaya efek dengan indikasi gangguan pola tidur. Biasanya terapi diberi-
sampignya lebih besar. kan bila gangguan tidur cukup serius, dalam hal ini perlu
Delirium ditandai dengan meningkatnya kecemasan, dilakukan evaluasi selama pengobatan.
tremor, kebingungan, halusinasi visual dan gangguan tidur.
Sebaliknya penatalaksanaan didasarkan pada penyebabnya. KESIMPULAN
3,5 • Perubahan farmakokinetik obat yang dialami para usia
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
lanjut perlu diperhatikan, mengingat hubungan yang sangat erat
1) Apakah penyakit yang diderita dapat menampakkan gejala
dengan risiko efek samping maupun interaksi obat terutama
kelainan jiwa.
dalam penggunaan psikotropika.
2) Apakah obat yang digunakan dapat menimbulkan gejala efek
samping psikiatrik.
3) Apakah penderita mempunyai riwayat gangguan psikiatrik,
kalau ya bagaimana evaluasi pengobatannya.
4) Apakah penderita mempunyai riwayat kelainan neurologik,
ginjal, hepar atau riwayat penyakit lainnya yang dapat me-
ningkatkan efek samping obat terutama pada usia lanjut.
5) Apakah penderita menunjukkan gejala kambuh dari pe-
nyakit.psikiatrik.
6) Apakah penderita mempunyal dasar deirium/demensia.
7) Apakah ada bukti-bukti mengenai penurunanfungsi sintesa
hepar seperti penurunan serum albumin atau penurunan fungsi
ginjal seperti penurunan klirens kreatinin.
8) Interaksi apakah yang mungkin terjadi bila psikotropika di-
gunakan bersama obat lain.
BEBERAPA PETUNJUK PENGGUNAAN1,2,5,6
Variasi biologik dan patologik usia lanjut sangat luas.
Oleh. sebab itu pada penggunaan obat psikotropika, walaupun
dimulai dengan dosis rendah diikuti dengan kenaikan dosis
secara bertahap, pada akhir terapi besar dosis mungkin 30-50%
lebih tinggi dan dosis umumnya. Bila perbaikan telah dicapai,
terapi dilanjutkan selama 1–2 bulan, kemudian dosisnya di-
turunkan perlahan-lahan selama beberapa bulan. Dosis pe-
meliharaan diberikan sebesar 1/3 – 1/2 dosis terapi untuk
menghindari timbulnya efek samping. Bila timbul efek sam-

32 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


• Tiga jenis keadaan mental yang sering terjadi pada usia interaksi yang mungkin terjadi bila psikotropika digunakan
lanjut yaitu: depresi, demensia dan delirium. Ketiganya bersama dengan obat lain.
dapat terjadi tumpang tindih (bersamaan).
• Besar dosis psikotropika yang digunakan untuk para usia KEPUSTAKAAN
lanjut perlu lebih diperhatikan mengingat variasi biologik 1. Troy LT, Michael GM, Alan SM. Psychotropic Drug Use in the
dan patologik pada usia lanjut sangat kompleks. Dosis awal Elderly. New EngI J Med 1983; 308 (3): 115.
dimulal dengan dosis rendah diikuti dengan kenaikan secara 2. Michael AJ. Treating Anxiety in Elderly Patients. Geriatrics 1983;
38(10): 115–9.
bertahap, walaupun dosis akhir dapat 30–50% lebih tinggi dari 3. Sardjono OS. Penggunaan Psilcotropika pada Usia Lanjut. Dalam:
dosis umumnya. Suharti KS dkk. eds. Obat pada Usia Lanjut. IKAFI, 1983; 41-52.
• Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dan diperhatikañ 4. Arini Setiawati. Respons Penderita Usia Lanjut terhadap Obat.
dalam penggunaan psikotropika oleh usia lanjut seperti. gejala Dalam: Suharti KS dkk. eds. Obat pada Usia Lanjut. IKAFI, 1983:
psikiatrik dan penyakit, efek samping obat tertentu yang 1 - 34.
dapat berupa gejala psikiatrik, riwayat penderita baik pe- 5. Trevor MS. Avery Drug Treatment, Principles and Practice of
nyakit maupun keadaan fungsi organ penting seperti hepar, Clinical Pharmacology and Therapeutics, 3rd.ed. AdisPress, 160-93,
ginjal dan lain-lain. 1192–3.
• Hal penting yang juga perlu rnendapat perhatian yaitu 6. Sardjono OS. Psikotropika Dalam: Sulistia Gan (ed.), Farmakologi
dan Terapi edisi 3. Bagian Farmakologi FKUI, 1987: 130–41.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 33


Diagnosis Tuberkolosis Paru

Dr. Faisal Yunus


Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Persahabatan, Jakarta

PENDAHULUAN paru, perlu dilakukan berbagai upaya baik dan tenaga ke


Tuberkulosis adalah penyakit yang sudah dikenal sejak sehatan maupun dan masyarakat sendiri. Salah satu upaya
dahulu kala, dan telah melibatkan manusia sejak zaman purba- adalah menemukan kasus tuberkulosis dan memberikan
kala seperti terlihat pada peninggalan sejarah. Di Jerman pengobatan yang tepat. Untuk itu perlu ditingkatkan usaha
tulang-tulang manusia yang berasal dari masa prasejarah menegakkan diagnosis dengan tepat.
(8.000 SM), menunjukkan dengan jelas adanya penyakit ini.
Dan fosil yang berasal dari tahun 2500 – 1000SM di Mesir
terlihat bukti-bukti penyakit ini pada tulang spinal. Catatan- MASALAH DALAM MENEGAKKAN DIAGNOSIS TUBER-
catatan kuno di India dan Cina menunjukkan bahwa penyakit KULOSIS PARU
ini juga dikenal di sana1. Sejak kuman penyebab tuberkulosis ditemukan oleh
Penyakit ini adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh Koch dan ditemukannya sinar X oleh Röntgen, usaha untuk
hasil Mycobacterium tuberculosis yang secara khas ditandai menegakkan diagnosis penyakit ini tidaklah terlalu sulit.
oleh pembentukan granuloma dan menimbulkan nekrosis Dengan berkembangnya ilmu dan teknologi di bidang radio-
jaringan. Infeksi ini dapat mengenai berbagai organ di dalam logi dan mikrobiologi diagnosis pasti tuberkulosis makin
tubuh, yang paling sering terkena adalah jaringan paru-paru2. mudah ditegakkan. Tetapi kuman tuberkulosis tidak selalu
Sebelum masa Perang Dunia II tuberkulosis paru dapat ditemukan pada dahak penderita, di samping itu be-
merupakan penyakit yang sangat ditakuti, karena dianggap berapa penderita yang terinfeksi oleh kuman tuberkulosis
sebagai penyakit yang tidak dapat disembuhkan, dan kalaupun tidak selalu menunjukkan gejala. Kalaupun menimbulkan
sembuh akan memberikan kecacatan. Dengan ditemukannya penyakit, sebagian akan sembuh dengan spontan tanpa atau
obat-obat anti tuberkulosis (OAT) terutama yang bersifat dengan meninggalkan kelainan yang dapat dilihat dengan
bakterisid, pengobatan terhadap penyakit ini mengalami foto rontgen.
kemajuan pesat. Banyak kasus yang dapat disembuhkan bahkan Masalah akan timbul apabila fasilitas penunjang seperti
secara sempurna3. Walaupun penyakit ini sudah dapat laboratoriurn mikrobiologi dan alat foto rontgen tidak ter-
disembuhkan dengan OAT, tetapi di negara yang sedang sedia, karena diagnosis tuberkulosis sering tidak dapat di-
berkembang penyakit ini masih tetap merupakan masalah tegakkan semata-mata dari gejala klinik saja. Banyak pe-
kesehatan yang utama. nyakit yang memberikan gejala mirip tuberkulosis paru.
Di Indonesia penyakit tuberkulosis paru menduduki urutan Tumor paru dan bronkiektasis dapat memberikan gejala
ke empat untuk angka kesakitan, setelah influenza, infeksi batuk-batuk, demam, penurunan berat badan, batuk darah dan
saluran napas akut dan bronkitis, serta merupakan penyebab kelemahan umum seperti yang sering ditemukan pada
kematian nomor empat setelah infeksi saluran napas bawah, tuberkulosis paru.
diare dan penyakit jantung koroner. Tingginya angka kesakitan Gejala klinis seperti batuk-batuk, sesak napas bahkan batuk
dan kematian akibat penyakit ini disebabkan oleh berbagai darah dapat terus berlangsung meskipun penderita telah
faktor antara lain: rendahnya penghasilan, kepadatan penduduk, mendapatkan pengobatan yang teratur dan adekuat. Hal ini
tingkat pendidikan yang rendah serta pengetahuan kesehatan bukanlah disebabkan oleh penyakit tuberkulosis yang terus
yang kurang dari masyarakat. berlangsung, tetapi dapat disebabkan oleh kerusakan paru yang
Untuk menurunkan prevalensi penyakit tuberkulosis telah menetap dan biasanya cukup luas.

34 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Gambaran radiologik saja kadang-kadang tidak dapat pleura terkena, gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik5.
digunakan untuk menegakkan diagnosis tuberkulosis paru,
2) Pemeriksaan Fisik
karena sering didapatkan gambaran yang menunjukkan proses
Pada permulaan penyakit umumnya pemeriksaan fisik tidak
penyakit yang masih aktif walaupun penderita telah mendapat-
banyak membantu. Pada stadium ini penemuan yang utama
kan pengobatan secara teratur dan adekuat. Selain itu beberapa
adalah ronki basah halus waktu inspirasi dalam yang diikuti
penyakit dapat memberikan gambaran radiologik seperti
dengan ekspirasi dalam, terdengar di daerah lesi. Tanda
tuberkulosis.
tersebut didapatkan terutama di daerah puncak paru. Pada
Penemuan kuman tuberkulosis dan biakan dahak penderita
stadium lebih lanjut dimana proses penyakit makin meluas,
merupakan petunjuk diagnosis pasti, tetapi pemeriksaan
kelainan yang ditemukan juga akan makin jelas5.
bakteriologis ini tidak selalu dapat dikerjakan karena berbagai
faktor. Di samping itu tidak semua penderita tuberkulosis 3) Gambaran Radiologik
mempunyai dahak yang mengandung kuman tuberkulosis. Tuberkulosis dapat memberikan gambaran yang ber-
macam-macam pada foto rontgen toraks, tetapi ada beberapa
DASAR-DASAR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU gambaran yang karaktenistik untuk tuberkulosis paru yaitu8:
Untuk menegakkan diagnosis TB paru perlu diketahui • Apabila lesi terdapat terutama di lapangan atas paru.
gambaran klinik, pemeriksaan fisik, gambaran radiologik, • Bayangan berawan atau berbercak.
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan uji tuberkulin. • Terdapat kavitas tunggal atau multipel.
1) Gambaran KlinIk • Terdapat kalsifikasi.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi atas dua golongan, • Apabila lesi bilateral terutama bila terdapat pada lapangan
yaitu gejala sistemik dan gejala respiratonik5. atas paru.
Gejala sistemik adalah: • Bayangan abnormal yang menetap pada foto toraks setelah
a) Demam foto ulang beberapa minggu kemudian.
Demam merupakan gejala pertama dan TB paru, biasanya Lesi pada orang dewasa mempunyai predileksi di segmen
timbul pada sore dan malam hari disertai dengan keringat mirip apikal dan posterior lobus atas serta segmen apikal lobus
demam influenza yang segera mereda. Tergantung dari daya bawah. Umumnya lesi tuberkulosis bersifat multiform, yaitu
tahan tubuh dan virulensi kuman, serangan demam yang terdapat gambaran beberapa stadia pada saat yang sama
berikut dapat terjadi setelah 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan misalnya terdapat infiltrat, fibrosis dan kalsifikasi bersama-
(multiplikasi 3 bulan). Demam seperti influenza ini hilang an5,9.
timbul dan makin lama makin panjang masa serangannya, Gambaran yang tampak pada foto toraks tergantung dari
sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. Demam stadium penyakit. Pada lesi baru di paru yang berupa sarang
dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40 – 41°C2,3,5. pnemonia terdapat gambaran bercak seperti awan dengan batas
b) Malaise yang tidak jelas. Kemudian pada fase berikutnya bayangan
Karena tuberkulosis bersifat radang menahun maka dapat akan lebih padat dan batasnya lebih jelas. Apabila lesi diliputi
tenjadi rasa tidak enak badan, pegal-pegal, nafsu makan oleh jaringan ikat maka akan terlihat bayangan bulat berbatas
berkurang, badan makin kurus, sakit kepala, mudah lelah dan tegas disebut tuberkuloma. Apabila lesi tuberkulosis meluas
pada wanita kadang-kadang dapat terjadi gangguan siklus maka akan terjadi perkijuan, yang bila dibatukkan akan
haid2,5,6. menimbulkan kavitas. Kavitas ini dapat bermacam-macam
Gejala Respiratorik adalah: bentuknya "multi loculated" dinding tebal dan skierotik. Bisa
a) Batuk juga ditemukan atelektasis pada satu lobus bahkan pada satu
Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan paru, kadang-kadang kerusakan yang luas ditemukan pada
bronkus. Batuk mula-mula terjadi oleh karena iritasi bronkus; kedua paru. Gambaran fibrosis tampak seperti garis garis yang
selanjutnya akibat adanya peradangan pada bronkus batuk akan padat, sedangkan kalsifikasi terlihat sebagai bercak dengan
menjadi produktif. Batuk produktif ini berguna untuk densitas tinggi. Sering juga ditemui penebalan pleura.
membuang produk-produk ekskresi peradangan. Dahak dapat Gambaran milier terlihat sebagai bercak-bercak halus yang
bersifat mukoid atau purulen2,5,6. tersebar merata di kedua paru. Gambaran efusi pleura, dan
b) Batuk Darah pneumotonaks juga sering menyertai tuberkulosis paru2,9.
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat Foto toraks PA dan lateral biasanya sudah cukup mem-
dan ringannya batuk darah yang timbul tergantung dari besar berikan gambaran. Kadang-kadang diperlukan pemeriksaan
kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu radiologik khusus seperti foto top lordotik, tomogram dan
timbul akibat pecahnya aneurisma pada dinding kavitas, juga bronkografi. Penting sekali melakukan evaluasi foto dan
dapat terjadi karena ulserasi pada mukosa bronkus. Batuk darah membandingkan hasilnya, untuk mengetahui apakah ada
inilah yang paling sering membawa penderita berobat ke kemajuan, perburukan atau terdapat kelainan yang menetap9.
dokter2,5,6,7.
c) Sesak Napas 4) Pemeriksaan Laboratorium
Gejala ini ditemukan pada penyakit yang lanjut dengan Pemeriksaan bakteriologik untuk menemukan kuman
kerusakan paru yang cukup luas. Pada awal penyakit gejala ini tuberkulosis mempunyai arti yang sangát penting. Diagnosis
tidak pernah didapatkan5,6. pasti ditegakkan bila pada biak ditemukan kuman tuber-
d) Nyeri Dada kulosis. Tidak selalu kuman tuberkulosis ditemukan pada
Gejala ini timbul apabila sistim persarafan yang terdapat di pemeriksaan langsung dahak penderita, hal ini disebabkan

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 35


oleh beberapa keadaan seperti diagnosis sebagai berikut11,12.
• Proses penyakit belum melibatkan bronkus, terutama pada 1) TB Paru
fase awal penyakit. a) Mencakup semua kasus TB aktif, dimana prosedur
• Jumlah kuman yang sangat sedikit dalam dahak akibat cara diagnostik sudah lengkap.
pengambilan bahan yang kurang baik. b) Semua kasus yang sedang menyelesaikan pengobatan
• Cara pemeriksaan bahan yang kurang adekuat. (sampal pengobatan selesai), walaupun pemeriksaan
• Pengaruh obat-obat anti tuberkulosis. bakteriologik negatif
Tidak ditemukannya kuman tuberkulosis tidak c) Semua kasus yang pernah mempunyai riwayat TB paru,
menyingkirkan penyakit tuberkulosis. Pada fase awal penyakit dan mengalami kekambuhan.
dimana belum ditemukan kuman dalam dahak, pengobatan d) Pendenita dengan bakteriologik negatif, tetapi jelas ada
akan memberikan kesembuhan yang sempurna3,10. perbaikan klinik maupun radiologik setelah pembenian
Pemeriksaan laboratorium lain adalah pemeriksaan laju obat anti TB.
endap darah, jumlah lekosit dan hitung jenis lekosit. Pada 2) Bekas TB Paru
keadaan aktif atau eksaserbasi terdapat peninggian jumlah a) Bakteriologik (–) M/B
lekosit dengan pergeseran ke kiri dan limfosit lebih rendah dan b) Radiologik: • Ro (–)
normal serta terdapat peningkatan laju endap darah. Pada fase • Ro (+) stabil pada serial foto.
penyembuhan atau regresi, jumlah lekosit akan kembali c) Kilnik (–), mungkin ada riwayat TB di waktu lampau.
normal, limfosit akan meningkat jumlahnya dan laju endap d) Pengobatan: • tidak ada.
darah akan menurun kembali6. • adekuat.
5) Pemeriksaan Uji Tuberkulin • tidak adekuat.
Pemeriksaan uji tuberkulin masih merupakan pemeriksaan • tidak teratur.
paling murah dan penting untuk mengetahui dan mendeteksi 3) TB Paru Tersangka
infeksi tuberkulosis. Hal ini terutama berarti pada penduduk Termasuk golongan ini adalah semua kasus dengan ke-
yang tinggal di daerah dengan prevalensi tuberkulosis mungkinan TB paru belum dapat disingkirkan, tetapi belum
rendah1,2. Di Indonesia dengan prevalensi tuberkulosis yang dapat dengan tegas dimasukkan dalam kelas TB paru atau
tinggi, pemeriksaan uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik bekas TB paru.
agak kurang artinya, terutama pada orang dewasa. Uji ini akan 1) Bakteriologik M (–), B belum ada hasil atau belum ada
mempunyai makna bila didapatkan konversi dan tes yang pemeniksaan kuman.
dilakukan, atau apabila kepositifan uji yang didapat besar 2) Radiologik (+) dengan atau tanpa kavitas.
sekali. 3) Klinik (+).
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU 4) Pengobatan dapat (+) atau (–).
Diagnosis pasti TB paru ditegakkan bila ditemukan kuman Diagnosis TB paru tersangka bersifat sementara. Paling
tuberkulosis di dalam dahak atau jaringan paru pen denita. lambat dalam tiga bulan harus sudah bisa dipastikan apakah
Tetapi pada kenyataannya lebhh dan separuh penderita yang diagnosis akan menjadi TB paru atau bekas TB pacu. Di
diobati oleh karena TB paru aktif tidak pernah dibuktikan samping itu perlu juga dipertimbangkan kemungkinan penyakit
secara bakteriologik11. bukan tuberkulosis.
Untuk memperkecil kemungkinan kesalahan diagnosis dan Selama melaksanakan usaha diagnostik, penderita dibagi
mempermudah pemberian pengobatan, di RS Persahabatan dua golongan:
dibuat klasifikasi dengan melihat faktor-faktor berikut: 1) Golongan yang diobati, yaitu:
1) Hasil Pemeriksaan Bakteriologik • Penderita-penderita dengan gejala-gejala radiologik dan
• Pemeriksaan mikroskopik langsung (M). klinik sangat berat menjurus pada TB paru.
• Hasil biakan (B). • Penderita-penderita dengan tanda-tanda komplikasi, seperti:
2) Gambaran Radiologik batuk darah, efusi pleura (untuk Indonesia masih berlaku
• Radiologik (Ro) + : yaitu yang dianggap relevan dengan aturan, bahwa efusi pleura yang tidak dapat ditentukan
TB paru. etiologinya, harus dianggap dan diobati sebagai tuberkulosis),
• Radiologik (Ro) - : yaitu yang dianggap tidak relevan diabetes mellitus yang tidak terkontrol, dan sebagainya.
dengan TB paru. 2) Golongan yang tidak diobati, yaitu:
3) Keadaan Klinik Penderita • Penderita-penderita dengan gejala radiologik dan klinik
• Klinik (+) : didapatkan tanda-tanda yang dianggap tidak kuat menjurus pada TB paru.
relevan dengan TB paru.
• Klinik (-) tanda-tanda yang ada dianggap tidak relevan KESIMPULAN
1) Tuberkulosis adalah penyakit yang sudah lama diketahui,
dengan TB paru.
4) Riwayat Pengobatan dan pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT) telah
banyak menurunkan angka kesakitan dan kematian, tetapi di
• Sedang mendapat pengobatan.
Indonesia penyakit ini masih tetap merupakan masalah
• Selesai mendapat pengobatan.
kesehatan nasional.
• Pengobatan adekuat atau tidak. 2) Usaha untuk menegakkan diagnosis secara tepat perlu di
• Belum pemah mendapat pengobatan. tingkatkan untuk mengurangi masalah kesehatan yang di
Berdasarkan faktor-faktor tersebut maka dibuat kiasifikasi sebabkan oleh tuberkulosis.

36 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


3) Diagnosis pasti TB paru ditegakkan dengan ditemukannya 5. Mayock RL, Rossman M. Pulmonary Tuberculosis. In : Tuber-
kuman tuberkulosis, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan. culosis. Ed. Schlossberg D. Praeger Pubi., New York, 1983; 99 -
Klasifikasi TB paru merupakan suatu upaya untuk mengurangi 116.
kesalahan diagnosis, sehingga penatalaksanaan TB paru akan 6. Rasmin R. Gambaran Kilnik dan Diagnostik Tuberkulosis Paru.
Dalam : Kursus Penyegar PLD 1982, FKUI, Jakarta, 1982.
lebih baik. 7. Faisal Y. Hernoptisis. Majalah Kedokteran Indonesia 1987; 37 :
527 –31.
KEPUSTAKAAN 8. Crofton Y, Douglas A. Respiratory Diseases. 2nd ed. Blackwell
Scientific Publications, Oxford, 1975 : 218–56.
1. Stead WW, Dutt AK. Epidemiology and Host Factors; Dalam 9. Wibowo S. Gambaran Radiologis Tuberkulosis Paru. Dalam
Tuberculosis. Ed. Schlossberg D. Praeger Pubi., New York, 1983; Tuberkulosis Paru. Ms. Anwar Y dan Aryatmo T. Fakultas
3–20. Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985 : 21–5.
2. Hinshaw HC, Murray JF. Tuberculosis. Dalam : Diseases of the 10. ErwIn P. Arti Pemeriksaan Bakteriologis pada Tuberkulosis Paru.
Chest. WB Saunders Co, Philadelphia, 1980; 298–355. Dalam : Tuberkulosis Paru. Eds. Anwar Y dan Aryatmo T. Fakul-
3. Rasmin R. Diagnostik dan Kiasifikasi Tuberkulosis Paru. Dalam tas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985: 13–9.
Simposium Pengobatan Mutakhir Tuberkulosis Paru. Ed. Fand M 11. Hadiarto M. Pedoman Diagnosis dan Pengobatan Tuberkulosis
dan Menaldi R, IDPI Cabang Jakarta, Jakarta 1987; 1–9. Paru. Dalam : Tuberkulosis Paru. Ms. Anwar Y dan Aryatmo T.
4. Abdul M. Pelaksanaan Program Pemberantasan TB Paru oleh Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1985 :
Pemerintah di Puskesmas. Dalam : Simposium Pengobatan 27 - 31.
Mutakhir Tuberkulosis Paru. Ed. Farid M dan Menaldi R, IDPI 12. Rasmin R. Upaya Klasifikasi TB Paru di RS Persahabatan Jakarta.
Cabang Jakarta, Jakarta 1987 : 51–61. Paru, 1985; 5 : 39–42.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 37


Ophthalmia Sympathica

Dr. Jarot Hariyanto


Rumah Sakit Pertamina Lap. Rantau, Aceh Timur

PENDAHULUAN dasarkan kedalamannya, yaitu trauma mekanis non penetrasi


dan trauma mekanis penetrasi. Trauma mekanis non penetrasi
Dengan kemajuan teknologi manusia mampu mencipta-
misalnya laserasi, kontusio, korpus alienum superfisial, kom-
kan alat pelindung bagi tubuhnya. Termasuk juga alat pe-
bus. Trauma mekanis penetrasi misalnya korpus alienum
lindung untuk mata, suatu alat tubuh yang cukup penting.
intraokular.
Ada beberapa jenis alat pelindung mata yang sudah baku.
Menurut kejadiannya trauma mekanis bisa karena di
Meskipun demikian masih juga terjadi kecelakaan yang me-
sengaja atau tidak. Yang disengaja misalnya tindakan operasi
ngenai mata, terutama dalam bidang industri. Hal ini di-
mata. Yang tidak disengaja misalnya kecelakaan malpraktek
sebabkan karena rendahnya kesadaran akan pentingnya pe-
pada tindakan operasi.
makaian alat pelindung mata, atau alat pelindung itu sen-
Trauma mekanis penetrasi bisa membayakan mata yang
diri kurang praktis atau kurang nyaman bila dikenakan selama
terkena (exciting eye) juga bisa rnembahayakan mata yang
bekerja. Di samping itu juga ada faktor ketidaktahuan akan
tak terkena (sympathizing eye). Keadaan di mana terjadi
bahaya yang mungkin terjadi. Karena itu informasi tentang
kebutaan pada mata yang sehat (tak terkena trauma) beberapa
pentingnya penggunaan alat pelindung matã pada karyawan
waktu setelah mata yang lain terkena trauma yang ditandai
yang kemungkinan terkena kecelakaan cukup tinggi, perlu
dengan inflamasi kedua mata dikenal sebagai ophthalmia
diperluas dan diperbanyak, seperti karyawan pabrik pembuat
sympathica.1,4 Meskipun kasus ini jarang terjadi5,7 namun
gelas, pengecoran logam, tukang las, tukang bubut.
perlu diketahui karena akibat fatal dan kasus ini dapat di-
Menurut Vaughn, kecelakaan mata pada anak-anak di-
hindari dengan pencegahan dini secara tepat.
karenakan alat-alat mainan seperti anak panah, goini senapan
angin, pedang-pedangan dan lain sebagainya. Demikian pula
OPHTHALMIA SYMPATHICA
dengan lidi, pensil, rumpüt atau ranting kayu kering bisa
Trauma tembus mata bisa bervariasi, bisa sesuai dengan
pula menyebabkan perlukaan pada mata, secara sengaja atau
aksis bola mata, sesuai dengan aksis penglihatan, tangensial
tidak.
terhadap bola mata, hanya mengenai kornea atau hanya
Trauma (perlukaan) pada mata bisa disebabkan oleh
menembus konjungtiva, atau lebih dalam lagi hingga uvea
beberàpa penyebab, seperti trauma mekanis, trauma fisik dan
terlibat, atau bahkan sampai ke papilla n. optici. Varian ini
trauma kimiawi. Semua bentuk trauma tersebut bisa mem-
tergantung dan cara, kekuatan, arah serta macam benda pe-
bahayakan mata yang terkena dan bagian mata lainnya.
nyebab trauma tersebut
Bentuk kelainan pada mata yang terkena trauma bisa hanya
Trauma tembus (penetrasi) tak mesti menyebabkan
berupa kelainan ringan saja sampai kebutaan. Kebutaan
buta, baik terhadap mata yang terkena ataupun mata yang
pada golongan profesi tertentu bisa menyebabkan hilangnya
satunya. Trauma yang superfisial tak akan menyebabkan
pekerjaan.
kebutaan- Akan tetapi bila trauma penetrasi sampai me-
Dalam tulisan ini hanya dibicarakan trauma mekanis
ngenai corpus ciliare ataupun dekat dengan corneoscieral
dan akibat-akibatnya.
junction mungkin bisa menyebabkan kebutaan pada mata
yang terkena (exciting eye) ataupun pada mata yang satunya
TRAUMA MEKANIS
(sympathizing eye) meskipun mata yang satu ini tidak ikut
Trauma mekanis mempunyai dua bentuk trauma ber- terkena trauma.2,6,7 Atau mengenai jaringan uvea1,4 bisa

38 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


juga corpus alienum masuk ke dalam. intra okuler, dibarengi dengan eksudat yang mengalir ke
Sebenarnya kasus ini jarang terjadi. Sekitar 1 – 3 kasus corpus vitreum, menyebabkan kontraksi corpus ciliare. Hal
dalam 1000 kasus trauma mekanis penetrasi.7 Namun daerah ini menurunkan aliran darah sehingga corpus ciliare tidak
corpus ciliare yang hanya merupakan pita pericorneal yang mengeluarkan eksudat, akibatnya tekanan intra okuler akan
besarnya 6 mm adalah daerah berbahaya2 terutama pada turun menyebabkan atropie bulbi yang bisa membawa ke-
tindakan operatif yang melibatkan daerah ini, seperti operasi butaan.
ekstraks katarak ekstrakapsular.5,9 Gambaran histologis
Menurut Fuch terlibatnya daerah ini 31% karena pro- Patologi anatomis terlihat adanya ranuloma infiltrat
sedur bedah, 21% setelah ekstraksi katarak, 8% karena operasi pada iris, corpus ciliare dan choroid7,10,11 yang merupakan
glaukoma. Winter menyebutkan bahwa ophthalmia simpatika plastis inflamasi granuloma kronik1,4 dan jaringan uvea.
ini 54% karena trauma dan 43% karena tindakan operasi.
Timbulnya kelainan pada mata yang tak terkena trauma, Gejala klinis.
dan saat terjadinya trauma mekanis penetrasi pada mata yang Gejala yang ditimbulkan dibagi menjadi dua:
satu adalah antara 5 haru sampai 42 tahun2 setelah 2 ming- a) Gejala iritasi simpatis yang berupa fotofobi, epifora,
gu4,7 2 minggu sampai 2 bulan1,10 5 sampai 8 minggu3,11 neuralgic pain, sensasi terhadap cahaya dan warna menurun.
namun biasanya setelah 3 minggu3,5 meskipun ada yang baru Pada mata yang terkena trauma tampak gejala uveitis atau
timbul setelah 20 – 30 tahun Menurut Allen 65% timbul iridosiklitis dari yang ringan sampai berat.
setelah 2 bulan dari saat perlukaan, 80% setelah 3 bulan dan b) Gejala inflamasi simpatis yang bisa langsung atau setelah
90% setelah satu tahun. Namun saat yang kritis adalah antara uveitis tenang, baik itu akut atau perlahan-lahan, namun
Mekanisme timbulnya xxxx umumnya akan berlanjut menjadi buta. Gejala yang ada
minggu ke 2 sampai minggu ke 12 setelah perlukaan.7 adalah fotofobi, epifora, penurunan penglihatan10,11 pe-
ngerasan regio ciliaris, infeksi perikorneal, punctate deposit
Mekanisnie timbulnya kelainan
pada posterior kornea, kamera okuli yang semakin dalam,
Meskipun kelainan ini sudah dikenal sejak tahun 1905,
kontraksi pupil, tekanan intraokuler yang meningkat, dan
namun mekanisme yang pasti masih belum diketahui. Nedden
akhirnya akan terjadi ablasio retinae, bola mata mengisut dan
(1905) menyebutkan bahwa timbulnya kelainan pada mata
terjadilah atropia bulbi2,4,8 Kadangkala gejalanya seperti
yang tak terkena trauma penetrasi pada kasus trauma mekanis
iridosikiltis pada tahap awal atau muncul kemudian setelah
penetrasi mata adalah proses virogenik. Pendapat ini tak se-
adanya eksudat pada corpus vitreum dan adanya infeksi pada
penuhnya diterima oleh sarjana yang lain yang menyebutkan
koroid.8 Uveitis yang terjadi ditandai dengan eksudat fibrinous
bahwa proses terjadinya kelainan itu karena alergi dan proses
yang padat pada kamera okuli anterior, keratoprekisipitat
infeksi1. Sarjana lain mengatakan bahwa proses yang terjadi
yang kuat, opasitas corpus vitreum yang hiperemis, retina
adalah proses immunologis10,11 yang mungkin oleh virus7
mengabur dan diskus yang hiperemis7,8.
seperti pendapat Nedden, dan bukan proses infeksi. May dan
Worth (1934) mengajukan teori yang menyebutkan bahwa
Profilaksis.
proses yang terjadi kemungkinan disebabkan:
a) Enukleasi mata yang terkena trauma1,2,10,12 dengan
a. Perluasan infeksi lewat selubung nervus II pada sisi yang
indikasi:
menuju ke chiasma nervi Optici.
– Mata yang terkena trauma mekanis penetrasi rusak berat.
b. Toksin yang meluas ke limphonodi.
– Terdapat jaringan uvea yang prolaps.
c. Alergi fokal pada jaringan uvea.
– Epifora dan injeksi perikorneal yang tetap ada setelah
d. Metastasis lewat darah oleh mata yang terkena trauma
14 tahun tanpa perubahan atau perbaikan.
penetrasi.
– Adanya benda asing4
Bentuk kelainan yang terjadi Jika enukleasi dilakukan dalam dua minggu setelah trauma,
Allen (1968) menyebutkan bahwa timbulnya kelainan tak ada kesempatan untuk munculnya. opthalmia sympathica.
pada sympathizing eye adalah reaksi autoimun terhadap Namun bila sudah terlihat adanya tanda-tanda inflamasi, maka
pigmeni uvea, khususnya pada yang homolog yang bisa ber - sebaiknya tidak dilakukan enukleasi.
akibat kebutaan. b) Pada waktu melakukan operasi mata hanya sedikit me-
Rose (1976) menyebutkan bahwa kebutaan pada opthal- manipulasi janingan iris dan corpus ciliare9.
mia sytnpathica didahului dengan uveitis. Adanya exudat Kausal : tidak ada.
imfiamaroir pada uveal tract bisa menimbulkan adhesi iris,
yang mana terjadi perlekatan antara bagian belakang kornea Simptomatis
dengan uvea dan synechia anterior, sehingga timbul iris adheren. Pemberian kortikosteroid secara sistemik kemudian diterus-
Beberapa tahun kemudian pupil akan mulai mengecil dan kan dengan kortikosteroid maintenance dengan tapering
kerusakan pada corpus ciliare mungkin menyebabkan ganggu- off9,10,12. Pemberian preparat ini bisa menekan inflamasi11
an drainage yang nantinya bisa menyebabkan glaukoma namun pada pemakaian jangka panjang bisa menyebabkan
sekunder, dan pada lensa bisa timbul katarak dan akhirnya kenaikan drainase yang bisa menimbulkan katarak posterior.
makula terlibat sehingga timbul koroiditis yang menyebabkan Pemakaian secara topikal bisa menaikkan tekanan intraokular
kebutaan. sehingga bisa menyebabkan terjadinya glaukoma sekunder13
Wolff (1.951) menyebutkan adanya occlusio dan seclusio Untuk profilaksis steroid tidak dapat diberikan, bahkan
pupillae yang memungkinikan timbulnya kenaikan tekanan kadangkala malah merupakan kontraindikasi apabila ada

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 39


Uveitis5 Sehingga pemakaian perlu pengawasan yang St Louis: The CV Mosby Co., 1951.
intensif9. Penggunaan preparat ini pada beberapa pasien 5. Coper PDT Lecture Notes on Opthalmology, 2nd ed, London
memperbaiki keadaan dalam waktu beberapa minggu. Jika Blackwell Scientific, 1965.
tidak ada perbaikan bisa diganti dengan obat-obát immuno- 6. Dunlop EA. Gordon’s Medical Management of Ocular Disease,
2nd ed, Hagerstown: Marper and Row Publishers, 1976.
supresif6. Untuk keluhan lain secara lokal bisa diberikan 7. Herman S. Basic Opthalmology. New York : McGraw Hill Book
midriatik, sildoplegis atau secara lokal dan subconjuctival Co., 1966.
diberikan methylprednisolone selama 3 minggu9. Untuk 8. Wolff E. A Pathology of The Eye, London : HK Lewis and Co.,
mengurangi keluhan yang ada bisa diberikan kompres hangat. 1951.
9. Theodore FH. Complications After Cataract Surgery 1st ed,
Prognosa Boston: Little Brow Co, 1965.
Prognosa dan trauma mekanis penetrasi yang mendapat 10. Vaughn D, Asbury T. General Opthalmology 9th ed, Singapore :
penanganan dini umumnya baik. Namun apabila sudah terjadi Maruzen Asia Edition, 1980.
opthalmia sympathica maka prognosanya buruk, karena ad 11. Newell FH. Opthalmology 4th ed, St Louis : The CV Mosby Co,
1978.
sanam buruk. Asal saja tak ada komplikasi ke otak maka ad 12. Krupp MA, Chatton Ml (ed). Current Medical Diagnosis and
vitam baik. Treatment. Singapore : Maruzen Asia Edition, 1984.
13. Rose FC. Medical Opthalmology. London : Chapman and Hall,
1976.
KEPUSTAKAAN 14. Elder SD, Goldsmith AJB. Recent Advance in Opthalmology,
4th ed, St Louis : The CV Mosby Co, 1951.
1. Adler FH. Textbook of Opthalmology, 7th ed., Philadelphia :
WB Saunders Co, 1963.
2, Allen JH. May’s Manual of The Disease of The Eye, 4th ed, Ucapan terima kasih.
Baltimore : The William and Wilkin Company, 1968. Ucapan terima kasih kepada Dr Djati S Pratignja yang telah mem-
3. May CH, Würth C. Manual Disease of The Eye. London: Bailiere, bimbing kami sehingga tersaji tulisan ini Juga kepada Sdr Tasmi bagian
Tindal and Cox, 1934. Perpustakaan RSI Pertamina Pangkalan Brandan yang banyak mem-
4. Neame H, Noble FAW. A Handbook of Opthalmology 7th ed. bantu menyediakan bahan rujukan.

40 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Efek Spermisid Beberapa Fraksi
Ekstrak Majakan Pada Tikus Putih

B. Wahjoedi*, Farida Ibrahim**, J. Setiawan**


* Pusat Penelitan dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta
** Peneliti Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Indonesia, Depok.

PENDAHULUAN Larutan pengencer sperma yang terdiri dan:


R/ Na2HPO4. 12H2O 10,2 g
Majakan berasal dari tanaman Querqus lusitanica LAMK.
KH2PO4 0,4 g
Majakan terbentuk karena serangga Cynips gallae-tintoriae
Glukosa 16,0 g
meletakkan telurnya ke dalam jaringan muda tanaman Querqus
Aguadest ad 500 ml
lusitanica LAMK. Tempayak yang menetas dari telur
mengeluarkan sekret yang dapat mengiritasi dan merangsang
Cara
pertumbuhan sel-sel tanaman di sekitarnya. Jaringan sel-sel
1) Pembuatan fraksi-fraksi ekstrak majakan (lihat bagan).
ini menjadi kaya akan tanin dibandingkan bagian lainnya.
Mula-mula majakan yang terbentuk lunak, kemudian me- • Majakan dikeringkan dan dijadikan serbuk, kemudian di-
ayak dengan ayakan mesh 48, pengeringan bahan dilakukan
ngeras. Akhirnya majakan berbentuk agak bulat dengan
dalam oven pada suhu 40°C sampai kering.
diameter antara 12–20 mm.
Secara tradisional majakan digunakan dalam bentuk • Siapkan alat perkolator, masukkan serbuk yang telah di-
ramuan untuk pengobatan beberapa penyakit, antara lain: basahi etanol 80%, kemudian tambahkan etanol 80% sampai
datang haid tidak teratur, wasir, keputihan dan lain-lain1,2, permukaannya satu sentimeter di atas serbuk. Diamkan se-
juga dikaitkan sebagai bahan tradisional yang dapat digunakan lama 48 jam.
untuk membatasi konsepsi3 • Lakukan perkolasi dengan kecepatan aliran 1 ml setiap
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk melihat pe- menit, perkolasi dihentikan bila 500 mg perkolat yang keluar
ngaruh larutan suspensi (infus) serbuk majakan. Di antaranya terakhir di tidak meninggalkan sisa.
terlihat bahwa majakan mempunyai efek spermisid pada • Perkolat yang diperoleh diuapkan sehingga diperoleh
tikus3 dan dapat mengakibatkan reaksi radang di dalam ekstrak kental (beratnya 60% dan berat serbuk kering).
mukosa vagina kelinci4, demikian juga toksisitas akut (LD-50) Bagian ini disebut Fraksi I.
cukup aman5. • Sebagian ekstrak kental dibasahi dengan amoniak sampai
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah dalam pH 10, kemudian sari dengan kloroform sampai 500 mg
bentuk fraksi-fraksi dan ekstrak majakan masih mempunyai sari CHCL3 jika diuapkan tidak meninggalkan sisa. Sari
efek spermisid dan bagaimana toksisitas akutnya. kloroform diuapkan sari kering, dan ini disebut Fraksi II.
Sedangkan bagian yang tidak tersari oleh klorofom dikering-
BAHAN DAN CARA kan dan disebut Fraksi III. Pengua ketiga fraksi dilakukan
Bahan pada temperatur tidak lebih dari 60O C. (Lihat Bagan).
Majakan diperoleh dari pasar Jatinegara, Jakarta dan 2) Percobaan toksisitas akut dan spermisid
determinasi dilakukan oleh Herbarium Bogoriensis, Lembaga a) Percobaan toksisitas akut (LD–50) dilakukan menurut cara
Biologi Nasional di Bogor. Weil,6 menggunakan mencit putih.
Mencit putih jantan strain Australia diperoleh dari Perum b) Percobaan efek spermisid menggunakan cara Dhawan7
Biofarma Banduñg, berat sekitar 17–25 g. dengan hewan percobaan tikus putih jantan. Sperma diambil
Tikus putih jantan strain LMR/Wistar derived diperoleh dari saluran epididimidis tikus yang telah dibunuh dengan
dan Puslitbang Gizi, Badan Litbangkes Jakarta, berat sekitar eter. Sperma diencerkan dengan larutan pengencer. Satu tetes
155–220g. larutan percobaan dicampur dengan tiga tetes campuran

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 41


Tabel 3. Hasil extraplasi harga LD-50 fraksi ekstrak majakan dari mencit,
intraperitoneal menjadi tikus, per oral.
Serbuk
LD-50 mencit, i.p LD-50 tikus, oral
etanol 80% Bahan Ket.
(mg/kg b.b) (mg/kg b.b)
perkolasi Fraksi I 249 17.290 PNT
Fraksi II 1.877 127.890 PNT
Fraksi III 2.073 145.110 PNT
Perkolat cair
Keterangan : PNT = Practically Non Toxic.
Extrapolasi menggunakan cara Paget dan Barnes (1964).
uapkan kurang dari 60o C

Ekstrak kental Fraksi I gunakan patokan menurut kriteria Gleason8, dikatakan bahwa
apabila harga LD–50 suatu zat kimia yang diberikan pada tikus
kloroform secara oral di atas 15.000 mg/kg bb., digolongkan ke dalam
amoniak sampai pH 10 Practically Non Toxic Substance (PNT).
Ekstraksi
Apabila hasil LD–50 ke tiga fraksi ekstrak majakan di extra-
polasikan menurut cara Paget dan Barnes9 yaitu dari mencit
Sari kloroform Bagian tak larut dalam kloroform intraperitoneal ke tikus oral (lihat Tabel 3), terlihat bahwa
ketiganya dapat digolongkan Practically Non Toxic Substances.
uapkan < 60o C uapkan > 60o C
Namun demikian dalam Tabel 2 terlihat bahwa dosis efektif
Fraksi II Fraksi III
(ED–SO) antara fraksi I dan fraksi II tidak berbeda nyata dan
lebih baik daripada fraksi III. Padahal LD–50 fraksi I lebih
kecil dibandingkan dengan fraksi II, sehingga dapat disimpul-
kan bahwa fraksi II adalah yang terbaik.
sperma dan langsung diobservasi di bawah mikroskop. Sebagai Dzulkarnain dkk2 dalam penelitiannya menunjukkan
kontrol digunakan tanin (Tannic acid). Efek spermisid disebut bahwa infus serbuk majakan pada pH 2–4 (asam) menunjuk-
positif, bila sperma langsung mati setelah pencampuran/pe- kan efek spermisid. Salah satu mekanisme kerja dari spermisid
ngadukan. Efek spermisid negatif,bila masih ada sperma hidup. adalah suasana asam yang dapat menggumpalkan protein10.
Penentuan harga dosis efektif (ED–50) efek spermisid dilaku- Sebagaimana diketahui salah satu kandungan majakan
kan menurut cara Weil. adalah tanin11, yang mungkin menyebabkan penggumpalan
protein cairan sperma sehingga pergerakan spêrma dihambat/
HASIL PERCOBAAN mati. Dalam penelitian ini terlihat bahwa fraksi I yang ber-
Hasil percobaan untuk melihat daya racun dan efek sifat asam, menunjukkan efek spermisid.
spermisid beberapa fraksi ekstrak majakan dapat dilthat dalam Lalu bagaimana dengan frâksi II yang pH nya netral,
Tabel 1, 2 dan 3 di bawah ini. tetapi memperlihatkan efek spermisid.
Menurut Claus11 kandungan kimia majakan selain tanin juga
Tabel 1. Hasil perhitungan LD–50 fraksi ekstrak majakan pada mencit terdapat beberapa di antaranya turunan fenol, sedangkan
secara intraperitoneal. pada penggolongan spermisid di antaranya terdapat golongan
fenol dan turunannya10,12. Apakah benar senyawa turunan
LD-50 Rentang LD-50 fenol dari majakan ini yang bersifat sebagai spermisid, masih
Bahan
(mg/10 g bb ) (mg/10 g bb ) perlu diuji dengan penelitian lebih lanjut.
Fraksi I 2,49 1,81 – 3,38
Fraksi II 18,77 17,48 – 20,16 KESIMPULAN DAN SARAN
Dari percobaan untuk melihat efek spermisid fraksi-
Fraksi III 20,73 18,62 – 23,07
fraksi ekstrak majakan, apabila dihubungkan dengan toksisitas
akut (LD–50}-nya dapat disimpulkan bahwa yang terbaik
Tabel 2. Hasil perhitungan ED–50 efek spersimid dari fraksi ekstrak adalah Fraksi II.
majakan pada tikus.
Disarankan untuk meneliti lebih lanjut zat apa yang sebenar-
Bahan ED-50 (%) Rentang ED-50 pH Bahan
nya berkhasiat sebagai spermisid dari majakan tersebut melalui
cara isolasi dan identifikasi kimia.
Fraksi I 1,01 0,74 – 1,39 asam
Fraksi II 1,26 0,92 – 1,74 netral KEPUSTAKAAN
Fraksi III 21,47 20,15 – 22,86 netral
1. Burkill IH. A Dictionary of The Economic Products of The Malay
Tanin 1,13 0,74 – 1,72 asam
Peninsula. London: 1935;49 –55.
2. Sudarman M, Harsono R. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang.
PEMBAHASAN Cetakan II. PT Karya Wreda. 1968.
3. B Dzulkarnain, Nurendah P, B Wahjoedi, S Bakar. Pengaruh
Untuk melihat apakah suatu bahan bersifat toksik bisa di- Beberapa Komponen Sediaan Intravaginal Tradisional terhadap

42 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Sperma dan Semen Tikus serta PutIh Telur Ayam. Risalah Simpo- 9. Paget, Barnes. dalam Laurence DR. Bacharach AL. Evaluating
sium Peneitian Tumbuhan Obat III, Yogya: 1983; 188–97. Drug Activities. Pharmacometrics. London Academic Press,
4. B Dzulkainain, B Wahjoedi, Nurendah P., S. Bakar. Pengaruh 1964; 160–2.
Majakan, Majakan + Pulosari dan Pulosari terhadap Vagina Kelinci. 10. Holzaepfel JH. Screening of Organic Compounds for Spermicidal
Risalah Simposium Penelitian Tumbuhan Obat HI, Yogya: 1983; Activity. Fertil. Steril. 1959; 10 (3) : 272–83.
198–204. 11. Claus EP, Tyler yE., Brody LR. Pharmacognosy, Lea & Febiger,
5. Santosoatmodjo. LD–50 Beberapa Tanaman Obat Asli. Seminar Philadelphia: 1974.
Nasional Obat-Obat Asli Indonesia. Yogyakarta: 1974. 12. JacksonMD et al. Vaginal Contraception. Mass. 1981.
6. Weil CS. Tables for Convenient Calculations of Median Effective
Dose (ED–SO or LD–50) and Instructions in Their Use. Bio-
metrics: 1952; 8 : 149–263.
7. Dhawan, BN et al Screening of Indian Plants of Biological Activity, UCAPAN TERIMA KASIH
Part VI. Indian J Experiment. Biol. 1977; 15 : 208–19. Ditujukan kepada Kepala Puslitbang Farmasi, Badan Litbangkes.
8. Gleason MN. et al. Clinical Toxicology of Commercial Products. Dep. Kes. R.1. di Jakarta dan Ketua Jurusan Farmasi, FMIPA – UI di
Baltimore: William & Wilkins Co. 1969; 3–4. Jakarta atas bantuannya .sehingga penelitian ini terlaksana.

ABSTRAK

Telah diteliti efek spermisid tiga macam fraksi ekstrak


Majakan pada tikus putih strain LMR ( Wistar derived). Bahan
percobaan diperoleh dan pedagang jamu di pasar Jatinegara
dan telah diadakan determinasi oleh Herbarium Bogoriensis,
LBN, Bogor. Percobaan spermisid menggunakan cara Dhawan
(1977).
Untuk mengetahui daya racunnya dilakukan pemeriksaan
toksisitas akut (LD–50) dan ke tiga fraksi menurut cara Weil
(1952) dan menggunakan mencit putih strain Australia yang
diperoleh dan Perum Biofarma Bandung.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa fraksi II dan ekstrak
Majakan adalah yang terbaik di antara fraksi-fraksi yang lain
(dilihat dari hubungan antara LD–50 dan ED–50).

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 43


Toksisitas Akut (LD 50) dan
Pengaruh beberapa Tanaman Obat
Terhadap Mencit Putih

Pujiastuti, B. Dzulkarnain, Budi Nuratmi


* Pusat Penelitan dan Pengembangan Farmasi, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta

PENDAHULUAN dari Puslit Penyakit Menular, Badan Litbangkes Dep.Kes. R.I.


Keamanan merupakan salah satu syarat bagi penggunaan Berat mencit antara 20 – 25 gram.
obat tradisional yang empiris. Meskipun banyak bahan me- Pada percobaan ini digunakan hewan betina untuk me-
rupakan bagian dari rempah dapur atau makanan segar, syarat nentukan pengaruh terhadap perilaku. Sebelum percobaan
keamanan selalu ditanyakan oleh mereka yang ingin mengguna- mencit diadaptasikan dahulu pada keadaan laboratorium.
kannya sebagai obat. Dalam rangka ini untuk membantu
memperoleh bayangan tentang keamanan dilakukan penentuan Cara Percobaan
LD 50 (toksisitas akut), dan untuk melengkapi informasi telah Bahan dlberikan secara i.p. dan LD 50 dihitung dengan
dicoba untuk menentukan pengaruh terhadap perilaku (gela- cara Weil2. Percobaan ini dilakukan beberapa kali hingga men-
gat). Dalam percobaan ini telah dipilih tanaman sebagai ber- dapatkan hasil yang tepat untuk dapat menggunakan tabel.
ikut: Untuk percobaan perilaku digunakan tiga kelompok
1. Alpina galanga SW lengkuas rimpang masing-masing terdiri dari dua ekor mencit yaitu jantan dan
2. Annona reticuleta LINN srikaya buah betina. Besar semua dosis lebih kecil dani LD 50. Observasi
3. Coleus amboinicus LOUR jintan hitam daun dilakukan dengan cara Campbeli dan Richter3. Gejala yang
4. Curcuma xanthorrhiza ROXB temuluwak buah diperhatikan ialah adanya piloereksi, salivasi, lakrimasi,
5. Garcinia mangostana LINN manggis kulit buah midria-sis, ptosis, respons Straub, ataksia, perubahan pada
6. Yasminum sambac AIT melati daun righting reflex, pada reaksi sakit, pada aktivitas motor, juga
7. Kaempheria galanga LINN kencur rimpang adanya perubahan pada suhu normal.
8. Persea gratissima GEARTN apokat daun
9. Zingiber americana BL lempuyang rimpang HASIL PERCOBAAN
emprit Hasil percobaan dari toksisitas (LD 50) dapat diihat pada
10. Zingiber aromaticum VAHL lempuyang rimpang Daftar I dan Daftar II.
wangi Pengaruh bahan terhadap suhu normal dapat dilihat pada
11. Zingiber zerumbet SM lempuyang rimpang Daftar III. Terlihat pada percobaan bahwa semua bahan dapat
gajah menurunkan suhu normal, dan hal ini sudah terlihat pada
dosis kecil yang dicoba. Annona reticulata LINN, Coleus
BAHAN DAN CARA amboinicus LOUR, Curcuma xanthorrhiza ROXB, Garcinia
Bahan Percobaan mangostana LINN, Persea gratissima GAERTN, menurunkan
Bahan percobaan diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman suhu lebih dari 2°C (mulai pada dosis kecil yang dicoba).
Obat Tawamangu Solo. Setelah dikeringkan pada suhu tidak Persea gratissima GAERTN menurunkan suhu sampai se-
lebih dan 60°C bahan dibuat serbuk dan diayak dengan ayak- banyak 5°C pada dosis 7,5 mg/b gram dan Curcuma xan-
an mesh no 48. Bahan percobaan dibuat infus dengan cara thorrhiza ROXB menurunkan sebanyak 4,4°C pada dosis 5
seperti tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi III1. Pem- mg/l0 gram.
berian bahan dilakukan secara intra penitoneal. Bahan-bahan menyebabkan midriasis (lihat Daftar IV),
dan hal ini sudah terlihat pada dosis kecil. Piloereksi tidak ter-
Hewan Percobaan jadi pada Annona reticulata LINN, Yasminum sombac AIT,
Hewan percobaan yang digunakan adalah mencit berasal Zingiber americana BL dan Zingiber zerumbet SM. Lakrimasi

44 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Daftar I : LD 50 dalam mgr/10 gram pada mencit secara i.p pun khasiatnya, hingga dianggap tidak perlu diperiksa daya
racunnya atau toksisitasnya. Oleh karenanya tidaklah meng-
No. Nama Famili LD 50
herankan apabila tanaman yang diperiksa sekarang dapat di-
1 Alpina galanga SW Zingiberaceae 61,90 (55,50 – 69,00) golongkan ke dalam bahan-bahan yang practically non toxic
2 Annona reticulata LINN Annonaceae 88,00 (83,60 – 92,10) didasarkan penggolongan Gleason4. Setelah dthitung secara
3 Coleus Amboinicus LOUR Labiatae 65,70 (62,80 – 70,40) matematik maka dapat dibandingkan dosis yang biasanya di-
Curcuma xanthorrhiza gunakan terhadap LD5O, terlihat bahwa LD5O-nya jauh lebih
4 Zingiberaceae 21,60 (19,26 – 24,24)
ROXB besar dan dosis yang biasa digunakan (lihat Daftar II).
5 Garcinia Mangostana Guttiferae 67,02 (59,20 – 73,00) Selain itu, dengan petunjuk pada percobaan terhadap
LINN susunan saraf otonom dan pengaruh terhadap behaviour
6 Yasminum Sambac AIT Oleaceae 46,34 (44,36 – 48,43)
profile dapat direncanakan penelitian selanjutnya. Hampir
7 Kaempheria galanga Zingiberaceae 23,40 (20,40 – 26,40) semua tanaman kelihatan mengakibatkan piloereksi yang mem-
LINN
Persea gratissima Oxalydaceae berikan kesan ada daya adrenergik, kecuali Annona reticulata
8 30,49 (23,50 – 39,55)
GAERTN LINN, Yasminum sambac AIT, Zingiber americana BL dan
9 Zingiber americana BL Zingiberaceae 48,88 (45,61 – 53,59) Zingibei- zerumbet SM, pada dosis kecil (sekitar LD 50).
10 Zingiber aromaticum Zingiberaceae 29,90 (27,90 – 32,00) Kemungkinan sifat adrenergik dalam hal ini tak banyak ber-
VAHL kaitan dengan pengaruh terhadap susunan saraf pusat (meski-
11 Zingiber zerumbet SM Zingiberaceae 26,90 (21,78 – 31,49) pun adanya pembebasan adrenalin karena adanya gejala
midriasis). Dosis besar pada percobaan menyebabkan midriasis,
hal ini mungkin disebabkan dosis yang sudah mendekati dosis
Daftar II : Dosis lazim dan LD50 dalam mgr/kg oral pada mencit toksik. Terlihat bahwa semua bahan menurunkan aktivitas
No. Nama Dosis lazim LD 50 Keterangan motor mulai pada pemberian dosis kecil yang dicoba. Mungkin
ini disebabkan adanya pengaruh terhadap susunan saraf motor
1 Alpina galanga SW 1200 61900 PNT
di sumsum tulang belakang, kecuali Alpinia galanga SW, Yas-
2 Annona reticulata 400 88000 PNT
minum sambac AlT, Zingiber americana BL, dan Zingiber
LINN
3 Coleus Amboinicus 533,4 15700 PNT
DAFTAR III : Pengaruh bahan terhadap suhu normal mencit
LOUR
Dosis Perubah-
4 Curcuma xanthorrhiza 600 21600 PNT No. Nama LD50
Mg/10gr an suhu
ROXB
5 Garcinia Mangostana 1600 67020 PNT 1 Alpina galanga SW 61,9 15 -1,4
LINN 30 -2,8
6 Yasminum Sambac AIT 240 46340 PNT 45 -2,25
2 Annona reticulata LINN 88,00 25 -3,12
7 Kaempheria galanga 200 23400 PNT 50 -3,75
LINN 75 -4,37
8 Persea gratissima 400 30490 PNT 3 Coleus Amboinicus LOUR 65,7 15 -4,6
GAERTN 30 -7
9 Zingiber americana BL 240 48880 PNT 45 -4,35
10 Zingiber aromaticum 225 29900 PNT 4 Curcuma xanthorrhiza ROXB 21,6 5 -4,4
VAHL 10 -4,9
11 Zingiber zerumbet SM 300 26700 PNT 15 -3,35
5 Garcinia Mangostana LINN 67,02 10 -4,15
30 -5,85
Keterangan : 50 -4
Perhitungan hanya didasarkan atas berat badan. 6 Yasminum Sambac AIT 46,34 15 -1,55
PNT = Practically Non Toxic menurut pedoman Gleason4 30 -1,65
45 -1,90
7 Kaempheria galanga LINN 23,4 7.5 -2,45
15 -4,35
berlebih terjadi pada pemberian Yasminum sambac AIT. 22,5 -3,85
Semua bahan menurunkan aktivitas motor (lihat Daftar V) 8 Persea gratissima GAERTN 30,49 7.5 -5
dan pada Alpinia galanga SW, Garcinia mangostana LINN 15 -6,05
terlihat adanya ptosis Reaksi sakit terlihat kecuali pada 22,5 -6
9 Zingiber americana BL 48,88 15 -2,1
pemberian Yasnunum sambac AIT, Zingiber aromaticum 30 -3,1
VAHL. Semua bahan tidak mempengaruhi righting reflex dan 45 -3,45
tidak rnenyebabkan ataksia. Terlihat ada reaksi Straub pada 10 Zingiber aromaticum VAHL 29,9 7.5 -1,15
mencit yang menerima Alpinia galanga SW, Yasminum sambac 15 -3,25
22,5 -2,55
AIT, dan Zingiber americana BL. 11 Zingiber zerumbet SM 26,9 7.5 -2,55
15 -2,15
PEMBAHASAN 22,5 -2,85
Tanaman obat yang merupakan bagian terbesar dari obat Keterangan :
LD50 dalam mg/10 gram i.p
tradisional, sebenarnya sudah tertapis (screened), selama ber- Tanda – menyatakan penuruna
puluh bahkan beratus tahun dilihat dari segi toksisitas mau- Angka pada kolom 5 adalah dalam O C

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 45


Daftar IV : Pengaruh bahan terhadap profil otonom mencit Daftar V : Pengaruh bahan terhadap perilaku mencit

No. Nama Dosis Pil Sal Lak Mid No. Nama Dosis Ptos Stra Atak rigr Pain actm
1 Alpinia ga langa SW 15 + 0 0 + 1 Alpina galanga SW 15 + + 0 0 0 t
30 + 0 0 + 30 + + 0 0 0 t
45 + 0 0 + 45 + + 0 0 0 t
2 Annona reticulita LINN 25 0 0 0 + 2 Annona reticulata 25 0 0 0 0 0 t
50 0 0 0 + LINN 50 0 0 0 0 0 t
75 0 0 0 + 75 0 0 0 0 0 t
3 Coleus Amboinicus LOUR 15 + 0 0 + 3 Coleus Amboinicus 15 0 0 0 0 0 t
30 + 0 0 + LOUR 30 0 0 0 0 0 t
45 + 0 0 + 45 0 0 0 0 0 t
4 Curcuma xanthorrhiza 5 + 0 0 + 4 Curcuma 5 0 0 0 0 0 t
ROXB 10 + 0 0 + xanthorrhiza ROXB 10 0 0 0 0 0 t
15 + 0 0 + 15 0 0 0 0 0 t
5 Garcinia Mangostana LINN 10 + 0 0 + 5 Garcinia 10 + 0 0 0 0 t
30 + 0 0 + Mangostana LINN 30 + 0 0 0 0 t
50 + 0 0 + 50 + 0 0 0 0 t
6 Yasminum Sambac AIT 15 0 0 + + 6 Yasminum Sambac 15 0 + 0 0 + t
30 0 0 + + AIT 30 0 + 0 0 + t
45 + 0 + + 45 0 + 0 0 + t
7 Kaempheria galanga LINN 7.5 + 0 0 + 7 Kaempheria galanga 7.5 0 0 0 0 0 t
15 + 0 0 + LINN 15 0 0 0 0 0 t
22,5 + 0 0 + 22,5 0 0 0 0 0 t
8 Persea gratissima GAERTN 7.5 + 0 0 + 8 Persea gratissima 7.5 0 0 0 0 0 t
15 + 0 0 + GAERTN 15 0 0 0 0 0 t
22,5 + 0 0 + 22,5 0 0 0 0 0 t
9 Zingiber americana BL 15 0 0 0 + 9 Zingiber americana 15 0 + 0 0 0 t
30 + 0 0 + BL 30 0 + 0 0 0 t
45 + 0 0 + 45 0 + 0 0 0 t
10 Zingiber aromaticum VAHL 7.5 + 0 0 + 1 Zingiber aromaticum 7.5 0 0 0 0 + t
15 + 0 0 + 0 VAHL 15 0 0 0 0 + t
22,5 + 0 0 + 22,5 0 0 0 0 + t
11 Zingiber zerumbet SM 7.5 0 0 0 + 1 Zingiber zerumbet 7.5 0 0 0 0 0 t
15 0 0 0 + 1 SM 15 0 0 0 0 0 t
22,5 + 0 0 + 22,5 0 0 0 0 0 t

Keterangan : Keterangan :
Dosis dinyatakan dalam mg/10 gram Dosis dinyatakan dalam mg2/10 gram
Pil = piloreksi Ptos = ptosis
Sal = salivasi Stra = Straub reaction
Lak = lakrimasi Atak = ataksia
Mid = midriasis Rigr = righting reflex
+ = terlihat gejala piloreksi, salivasi, lakrimasi, atau midriasis. Pain = pain reaction
0 = tidak terlihat gejala tersebut di atas. Actm = aktivitas motor
+ = ada gejala atau dinaikan
t = gejala terlihat menurun
aromaticum VAHL karena terlihat adanya reaksi Straub, dan atau 0 = gejala tidak terpengaruh atau tidak ada
peningkatan reaksi sakit. Belum dapat diterangkan hubungan
antara turunnya aktivitas motor dan gejala Straub pada Alpinia belum diketahui apakah damarnya yang bersifat antipiretik5
galanga SW dan Yasminum sambac AIT. Demi-kian pula masih perlu dibuktikan.
hubungan antara peningkatan reaksi sakit dan pe-nurunan
aktivitas motor pada Zingiber aromaticum VAHL. KESIMPULAN DAN SARAN
Melihat Daftar III semua bahan mempunyai pengaruh ter-
hadap suhu ialah menurunkan suhu normal, jadi selain aktivi- • Semua bahan yang diperiksa tergolong bahan yang prac-
tas motor juga terlihat penurunan suhu. Hal ini terlihat pada tically nontoxic (PNT).
pemberian Annona reticulata LINN, Coleus amboinicus • Semua bahán mungkin bersifat adrenergik kecuali Annona
LOUR, Curcuma xanthorrhiza ROXB, Garcinia mangostana reticulata LINN, Yasminum sambac AIT, dan Zingiber zerum
LINN, Kaempheria galanga LINN, Persea gratissima GAERTN, bet SM.
Zingiber americana BL, dan Zingiber zerumbet SM. Penurunan • Yasminum sambac AIT mungkin bersifat merangsang
suhu normal mungkin akibat dari penekanan susunan saraf susun-an saraf pusat.
pusat sebagai hasil dari perubahan aktivitas metabolisme; • Mungkin menarik untuk melanjutkan penelitian pada Yas-
adanya kaitan dengan aktivitas prostaglandin masih perlu minum sambac AIT karena adanya reaksi Straub dan pening-
dibuktikan. katan kepekaan rasa sakit atau Garcinia mangostana LINN
Zat-zat yang aktif yang terkandung di dalam tanaman yang karena adanya ptosis dan penurunan aktivitas motors
diperiksa belum banyak terungkap. Tetapi beberapa tanaman • Perlu juga diteliti daya antipiretik Persea gratissima
mengandung alkaloida, damar, minyak atsiri. Apa-kah GAERTN dan Curcuma xanthorrhiza ROXB karena banyak
alkaloida, yang biasanya bersifat keras berpengaruh, menurunkan suhu, disamping Annona reticulata LINN, Coleus

46 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


amboinicus LOUR, Garcinia mangostana LINN yang juga me- field USA : 1971.
nurunkan suhu normal. 4. Gleason MN. Clinical Toxicology of Commercial Products Baltimore
William & Wilkins Co, 1961 hal. 3–4.
5. Clause PT et al. Pharmacognocy. 6th edition 1970.
KEPUSTAKAAN 6. Paget GE, Barnes JM. Dalam: Laurence DR, Bacharach AL.
Evaluation of Drug Activities. Pharmacometrics Vol 1. London:
1. Departemen Kesehatan RI. Farmakope Indonesia edisi III. 1970. Academic Press.
2. Weil CS. Tables for Convenient Calculation of Median Effective 7. Sudarman M, Harsono R. Cabe Puyang Warisan Nenek Moyang.
Dose (LD5O or ED5O) and Instruction in Their Use. Biometrics PT. KaryaWerda. 1975.
1952.8 249–63. 8. Van Steenis – Kruseman JM. Bulletin 18. Organization
3. Domer FR. Animal Experiments. Pharmacological Analysis. Spring- forScientific Research in Indonesia. 1953.

ABSTRAK

Toksisitas akut (LD 50) tanaman : Alpinia galanga SW


(lengkuas), Annona reticulata LINN (srikaya); Coleus amboini-
cus LOUR (jintan hitam), Curcuma xanthorrhiza ROIB (te-
mulawak), Garcinia mangostana LINN (manggis), Yasminum
sambac AlT (melati), Kaempheria galanga LINN (kencur),
Persea gratissima GEARTN (apokat), Zingiber ameilcana BL
.(lempuyang emprit), Zingiber aromaticum VAHL (lempuyang
wangi), Zingiber zeruinbet SM (lempuyang gajah), yang ber-
asal dari Balai Penelitian Tanaman Obat Tawamangu Solo, di-
tentukan dengan cara Weil2. Tanaman di atas masih banyak di-
gunakan sebagai bahan obat tradisional.
Menggunakan batasan Gleason4 semua tanaman dapat di-
golongkan dalam bahan yang practically non toxic. Selain itu
diperiksa juga pengaruh tanaman terhadap perilaku (gelagat)
pada mencit putih dengan cara Campbell dan Richter3.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 47


ETIKA
Dr. Drs. Rachmatsyah Said.

Pengantar Redaksi.

Dimulai pada edisi nomor ini, Cermin Dunia Kedokteran akan membuka rubrik baru
– Rubrik Etika – yang akan membahas berbagai aspek Etika Kedokteran.
Rubrik ini akan diisi oleh pengarang tamu - Dr. Drs. Rachmatsyah Said - seorang
psikiater yang sekaligus juga sarjana ilmu filsafat dan mempunyai perhatian khusus
dalam bidang Etik Kedokteran, bidang yang sampai saat ini belum terlalu banyak di-
bicarakan.
Masalah Etika ini sesungguhnya sudah harus mulai diperhatikan karena dengan
kemajuan teknologi kedokteran masa kini, banyak hal yang semula tak terpikirkan,
kini menjadi mungkin. Masalah transplantasi organ, bayi tabung dan penentuan saat
kematian akan menjadi makin aktual untuk dibicarakan: belum lagi masalah kemung-
kinan tuntutan masyarakat yang makin tinggi akan standar dan mutu pelayanan ke-
sehatan. Semuanya menuntut agar profesi kedokteran selalu tanggap dan dapat mem-
pertahankan mutu pelayanannya.
Harapan kami adalah bahwa rubrik ini dapat menyumbangkan sesuatu yang dapat
memperluas wawasan para sejawat, sekaligus mengharapkan tanggapan dan komentar
yang bermanfaat bagi kita semua.

Redaksi

Kode Etik

KODE ETIK leding, tukang listrik dan keahlian lain, padahal sekarang kita
“Apa sih, kode etik?” demikian tanya seorang sejawat sangat tergantung kepada tukang dengan keahilan tertentu itu.
saya pada satu kesempatan, padahal kawan itu sudah belasan Makin lama, kebutuhan pelayanan atau penyediaan ke-
tahun yang lalu dilantik sebagai dokter. Terlintas dalam benak butuhan dirasakan makin meningkat, di lain pihak ada ke-
saya, pada saat itu, apakah selama sekian waktu ia tidak mau terbatasan kemampuan manusia untuk menyediakan dan
tahu atau memang benar-benar tidak tahu tentang hal itu? menyelenggarakan semua kebutuhan itu sendiri. Maka sedikit
Saya hanyá berharap, mudah-mudahan tidak banyak dan para demi sedikit masing-masing kebutuhan itu diselenggarakan
sejawat seperti sang kawan itu. Tulisan ini disusun dengan oleh orang tertentu. Sehingga, kebutuhan masyarakat ini di-
maksud untuk sekedar menyegarkan kembali pengertian selenggarakan oleh orang yang mengkhususkan diri dalam
tentang hal tersebut. bidang tertentu untuk kesejahteraan bersama. Dengan spesia-
lisasi kita akan mendapatkan pelayanan yang lebih tinggi
SPESIALISASI DAN INTERDEPENDENSI kualitasnya yang dilakukan oleh tenaga-tenaga yang lebih
Pada suatu waktu, pada saat tatanan masyarakat masih ahli. Kita mampu meningkatkan standar hidup dan mendapat-
sederhana sekali, setiap orang mengerjakan segala sesuatu kan kelonggaran yang tidak didapatkan sebelumnya. Dengan
untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing. Mereka me- spesialisasi dan saling tukar pelayanan, kita mampu menyedia-
nanam tanaman untuk sumber makanan sendiri, membangun kan lebih banyak pelayanan dan barang-barang, lebih banyak
rumah sendiri, dan mendidik anak-anak mereka di rumah. waktu luang yang tersedia untuk seluruh anggota masyarakat.
Jika seseorang sakit, akan diobati di rumah dengan obat- Tanpa spesialisasi maka mustahil akan terwujud masyarakat
obatan buatan sendiri. Jika ada sedikit kelebihan dari ke- yang modern.
butuhan mereka, akan disimpan untuk keperluan yang akan Tetapi, di samping spesialisasi ini membawa manfaat bagi
datang atau ditukar kepada tetangga yang terdekat. Beberapa perkembangan peradaban manusia, juga dapat berkembang hal-
generasi yang lalu orang-orang tidak memerlukan tukang hal yang tidak menguntungkan bagi kepentingan masyarakat

48 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


secara keseluruhan. Para spesialis itu, akhirnya, melihat masa- memenangkan kasusnya. Ia akan memberikan pelayanan
lah manusia secara segmentaris hanya dari bidangnya saja. kepada penawar yang tertinggi dan akan membantu pelaku
Mereka hanya sedikit, atau sama sekali tidak, mengaitkan tindakan kriminal untuk melarikan diri jika ia sanggup mem-
tugasnya dengan nilai moral bahwa pada hakekatnya bidang- bayar.
nya itu adalah untuk kesejahteraan umat manusia, bukan Pada sisi lain, jika anggota profesi tersebut memang
hanya demi bidangnya saja. Pandangan seperti ini kadang- pada dasarnya mempunyai motivasi untuk mengembangkan
kadang menimbulkan sikap yang meremehkan masalah kesejahteraan sosial dan masyarakat, dan Ia menerima dan
masalah sosial dan hubungan sosial. Para spesialis ini dapat berusaha hidup sesuai dengan standar moral yang tinggi,
mengembangkan sikap yang melihat semua masalah hanya maka Ia akan merencanakan hidupnya dalam tugas sesuai
dan pandangan bidang spesialisasinya saja. Kecenderungan dengan kemanusiaan. Jika Ia seorang dokter, ia memberi-
bersikap segmentaris ini akan menimbulkan akibat yang tidak kan pelayanan yang efisien dan akan melayani orang tidak
menguntungkan bagi masyarakat Pertama kelompok-kelom- mampu sama ramahnya dengan melayani orang kaya. Jika
pok tersebut dapat menyatakan bahwa bidangnya otonom ia seorang ahli hukum, akan bertekad bahwa hukum harus
dan independen, terlepas dan masyarakat. Di samping mereka ditegakkan dan kriminalitas harus diberantas.
mengembangkan kebutuhan yang wajar, mereka dapat me-
ngembangkan aturan aturan atau prinsip pnnsip yang mungkin KELOMPOK PROFESI
bertentangan dengan kebutuhan masyarakat Kedua sikap Kelompok profesi terdiri dari kelompok orang tertentu
mereka dapat bertentangan atau tidak memperhatikan kritik- yang mempunyai ketrampilan khusus, dan dengan ketrampil-
kritik dari luar kelompoknya, baik yang datang dari per- annya itu ia dapat melakukan fungsi tertentu dalam masya-
seorangan atau dari pemerintah Para guru akan berpikir rakat yang lebih baik dan anggota masyarakat lain. Atau dapat
karena mereka adalah spesialis dalam metode metode dan juga dikatakan, kelompok profesi adalah kelompok tertentu
kebutuhan pendidikan maka kebijaksanaan pendidikan adalah yang anggota-anggotanya mempunyai pengetahuan khusus,
urusan mereka Kelompok dokter cenderung menolak saran dan dengan kemampuannya itu maka dapat memberi nasehat atau
atau tekanan dari pasiennya dan dan pelayanan kesehatan pelayanan kepada orang lain dalam bidang tersebut. Pengetahu-
masyarakat tentang metode pencegahan yang baru Para ahli an khusus itu mereka dapatkan melalui pendidikan, atau pe-
hukum berpikir hanya mereka sajalah yang mempunyai ke- ngalaman, atau pendidikan dan pengalaman bersama-sama.
khususan dalam mengatur masalah aturan aturan lembaga Ada beberapa karakteristik dari kelompok-kelompok
peradilan dan mereka biasanya menganggap bahwa keinginan- profesi, yaitu:
keinginan perubahan yang berasal dari luar adalah idealisme • Persiapan atau pendidikan khusus. Persiapan ini termasuk
yang tidak tepat. Kelompok ini biasanya lupa, bahwa pelayan- pengetahuan yang akurat yang merupakan dasar bagi tindakan
an mereka bermakna hanya jika dikaitkan dengan kesejahtera- profesi tersebut, dan kemampuan menerapkan pengetahuan-
an masyarakat secara keseluruhan. Kadang-kadang mereka nya itu dalam praktek. Misalnya, seorang dokter harus me-
tidak ingat, bahwa institusi atau bagian dan masyarakat ngetahui prinsip-pninsip ilmiah yang mendasari praktek ke-
tidak dapat menyusun keistimewaan khusus dalam menyusun dokteran dan mempunyai ketrampilan untuk mengenal gejala-
standar mereka tanpa memperhatikan kepentingan atau gejala penyakit tertentu dan dapat memberikan terapi yang
tuntutan yang berada dalam masyarakat. Masyarakat ditandai tepat.
adanya interdependensi. • Keanggotaan yang tetap dan jelas. Semua kelompok profesi
Perkembangan yang terburuk, kelompok profesi dapat berusaha untuk menyingkirkan anggota amatir, seperti dokter
berkembang menjadi “persekongkolan yang melawan masya- gadungan. Keanggotaannya adalah selalu orang-orang yang
rakat”. Yang terbaik, kelompok ini dapat meningkatkan ke- bermaksud melakukan fungsinya atau tugasnya untuk men-
sejahteraan umat manusia dan selanjutnya mengembangkan capai kehormatan dan tidak menghadapinya sebagai suatu
peradaban manusia. paksaan. Jika batas antara anggota amatir dan anggota profesi
Makin tinggi tingkat spesialisasi suatu pengetahuan, tidak jelas. maka standar profesi itu akan terancam sangat
makin tinggi ketrampilan, dan makin sedikit yang diketahui serius. Untuk menentukan hal ini, maka setiap anggota profesi
masyarakat tentang kualitas dan aspek tèknik dari kegiatan harus mempunyai lisensi atau surat keterangan yang meng-
tersebut, maka makin besar kemungkinan timbulnya pe- izinkannya untuk praktek.
nyalahgunaan. Konsekuensinya, perlu dikembangkan dan • Motif kesediaan untuk bertugas. Kesediaan ini, yang ber-
dipelihara suatu standar perilaku yang tinggi dalam cara beda dengan motif untuk menumpuk uang, adalah khas bagi
berhubungan dengan masyarakat. Standar tersebut bukan setiap profesi. Tujuan suatu pnofesi bukanlah untuk meng-
hanya mengatur hubungan antara anggota profesi itu saja, hasilkan uang, tetapi untuk meningkatkan kesehatan atau
tetapi yang lebih penting, bagaimana hubungannya demi pengetahuan atau hukum yang baik. Sudah barang tentu
untuk kesejahteraan masyarakat. kegiatan profesi juga adalah suatu mata pencaharian. Anggota
Jika ia seorang yang hedonis-egoistik, misalnya, maka profesi tersebut memerlukan dan dibenarkan untuk men-
motivasi tindakannya adalah untuk kepuasan pribadi dan dapatkan kompensasi yang memungkinkannya untuk dapat
memenuhi kebutuhan dirinya saja. Jika ia seorang dokter, hidup layak, berpakaian cukup baik, mampu membeli buku
Ia akan memberikan pelayanan yang hanya akan meningkat- dan berlangganan majalah serta koran, dan melengkapi alat
kan pendapatannya saja. Mungkin ia akan bertindak ber- alat agar ia dapat menjalankan profesinya dengan baik se-
tentangan dengan prinsip kedokteran yang akan menurun- hingga dapat memberikan pengabdiannya kepada masya-
kan angka mobilitas dalam masyarakat. Jika ia seorang rakat dengan baik. Tanpa hal ini. maka sulit bagi mereka
ahli hukum, ia akan menggunakan berbagai taktik untuk untuk mencapai sukses.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 49


Puluhan tahun yang lalu, Profesor Banting menemukan insulin satu segi, melainkan sebagai manusia. Apakah seseorang
yang dapat dipakai untuk mengobati pasien diabetes. Jika ia adalah penjahit yang baik, warga negara yang selalu taat dan
merahasiakan penemuannya itu dan hanya mengobati atau selalu bicara sopan belum mencukupi untuk menentukan
memberikannya hanya kepada orang-orang kaya saja, maka apakah ia betul-betul seorang manusia yang baik. Barangkali
ia akan dapat menumpuk kekayaannya. Tetapi, justru se- ia seorang yang munafik. Atau ia mencari keuntungan. Apa-
baliknya, ia mengungkapkan penemuannya itu yang me- kah kita ini baik atau buruk itulah yang menjadi permasalah-
mungkinkan dipakai oleh para dokter di seluruh penjuru an bidang moral.
dunia. ini yang menunjukkan bahwa motif untuk melayani Etika profesi memperhatikan masalah ideal dan praktek-
masyarakat adalah berbeda sekali dengan motif untuk me- praktek yang berkembang karena adanya tanggung jawab
ngumpulkan uang, yang sebenarnya mungkin jika dilakukan dan hak-hak istimewa dan anggota profesi tersebut. Etika
oleh kelompok profesi tersebut. profesi ini merupakan ekspresi dan usaha untuk menjelas-
kan keadaan yang belum jelas dan masih samar-samar. Etika
MORAL, HUKUM DAN ETIKA PROFESI profesi merupakan penerapan nilai-nilai moral yang umum
Kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia dalam bidang khusus ini. Dan ini lebih dikonkritkan lagi
sebagai manusia. Jadi bukan mengenai baik-buruknya begitu dalam kode etik. Kode etik merupakan hasil karya yang
saja, misalnya sebagai dosen, tukang masak, pemain bulu menyatakan kesadaran moral dan anggota profesi tersebut
tangkis atau penceramah, melainkan sebagai manusia. Bidang dalam masalah-masalah khusus. Kode etik merupakan kris-
moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dan segi talisasi dan pandangan moral dan mejelaskan sikap perilaku
kebaikannya sebagai manusia. Norma-norma moral adalah dalam bidang tersebut.
tolok ukur untuk menentukan betul-salahnya sikap dan
tindakan manusia dilihat dan segi baik-buruknya sebagai
manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu dan ter- KODE ETIK
batas. Suatu kode adalah suatu , kumpulan (=codex; bahasa
Itulah kekhususan norma moral. Ada banyak macam Latin) peraturan dan, oleh dan untuk suatu kelompok orang
norma yang harus kita perhatikan. Ada norma-norma khusus yang berkarya dalam bidang tertentu. Untuk anggota profesi
yang hanya berlaku dalam bidang atau situasi khusus. Misal- yang bekerja di lapangan, kode etik menjadi kekuatan pe-
nya, aturan bahwa bola tidak boleh disentuh dengan tangan, nuntun. Terutama untuk profesi kedokteran dan hukum
hanya berlaku kalau dan sewaktu kita main bola dan kita yang telah menyusun standar yang tetap untuk dipakai oleh
bukan kiper. Begitu kita berhenti main, aturan itu dapat para anggotanya atau mereka akan kehilangan status profesi-
kita lupakan. Begitu pula aturan agama hanya berlaku bagi nya.
anggota agama itu. Peraturan tata tertib di kampus universitas Ada beberapa hal yang menyebabkan perlunya kode
hanya berlaku selama kita berada di kampus itu. Norma- etik itu ditulis. Pertama, kode etik penting sebagai kontrol
norma ini semua bersifat khusus. sosial. Ini yang akan menegaskan kepada. anggota baru bagai-
Norma umum ada tiga macam: norma sopan santun, mana seharusnya bertindak sesuai dengan profesi dan untuk
norma hukum dan norma moral. Norma-norma sopan santun anggota lama agar tetap bertindak sesuai dalam batas garis
menyangkut sikap lahiriah manusia. Meskipun sikap lahiriah yang seharusnya. Semakin kompleks masyarakat dan semakin
dapat mengungkapkan sikap hati dan karena itu mempunyai banyak spesialisasi akan menimbulkan kesulitan untuk me-
kualitâs moral, namun sikap lahiriah sendiri tidak bersifat nentukan, apakah anggota profesi yang bersangkutan men-
moral. Orang yang melanggar norma kesopanan karena kurang jalankan tugasnya dengan baik atau tidak. Kemudian, se-
mengetahui tata krama di daerah itu, atau karena dituntut andainya timbul pertentangan antar anggota profesi tersebut
oleh situasi (misalnya kita mendorong ibu bupati sampai jatuh atau antara anggota profesi dengan anggota masyarakat, yang
ke sawah supaya tidak tertabrak oleh truk yang remnya manakah yang harus dimenangkan?
blong) tidak melanggar norma-norma moral Ke dua, kode etik profesi mencegah campur tangan
Begitu pula halnya norma-norma hukum. Setiap masya- masyarakat atau pemerintah terhadap masalah-masalah khusus
rakat mengenal hukum. Norma-norma hukum adalah norma- dalam profesi tersebut. Jika dibutuhkan tingkat standar ter-
norma yang dituntut dengan tegas oleh masyarakat karena tentu, siapakah yang berhak menentukan batas tindakan yang
dianggap perlu demi keselamatan dan kesejahteraan umum. baik itu? Apakah hukum akan berusaha mengatur secara ter-
Norma, hukum adalah norma yang tidak dibiarkan dilanggar. perinci tentang tindakan dokter dalam melayani pasien atau
Orang yang melanggar norma hukum, pasti akan dikenai dalam hubungannya dengan dokter lain? Ada tindakan ter-
hukuman sebagai sangsi. Tetapi norma hukum tidak sama tentu dan manusia yang tidak memungkinkan hukum menjadi
dengan norma moral. Dapat terjadi bahwa demi tuntutan alat kontrol yang bermanfaat, juga prinsip moral yang umum
suara hati, jadi demi kesadaran moral, kita harus melanggar sukar untuk diterapkan, sehingga diperlukan standar-standar
hukum. Kalaupun kita kemudian dihukum, hal itu tidak dan perjanjian-perjanjian tertentu. Anggota profesi yang ber-
berarti bahwa kita ini orang buruk. Hukum tidak dipakai sangkutanlah yang harus mengorganisir dan memantapkan
untuk mengukur baik-buruknya seseorang sebagai manusia, standardisasi dan kelompoknya. Kode etik ini diperlukan
melainkan untuk menjamin tertib umum. untuk melindungi anggota tersebut dan sekaligus juga untuk
Norma-norma moral adalah tolok-ukur yang dipakai melindungi anggota masyarakat dan tindakan anggota profesi
masyarakat untuk mengukur kebaikan seseorang. Maka dengan yang tidak tepat.
norma-norma moral kita betul-betul dinilái. Itulah sebabnya Ke tiga, kode etik profesi penting untuk memelihara dan
penilaian moral selalu berbobot. Kita tidak dilihat dari salah meningkatkan standar sikap dan tindakan anggota-anggotanya.

50 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Kode etik disusun berdasarkan sesuatu yang dianggap sebagai yang terkenal, yang juga menyusun tentang tugas seorang
sikap dan prosedur yang tepat. Dan ini lebih mudah lagi di- dokter. Dari waktu ke waktu kode etik itu selalu diperbaiki
fahami dan lebih efektif lagi dijalankan oleh anggota profesi dan ditambah.
itu jika telah ditetapkan dan diperinci dengan jelas. Kode etik Vereniging van Jndische Artsen, cikal bakal Ikatan Dokter
merupakan hasil kristalisasi pendapat dan keputusan yang Indonesia (IDI), berdiri pada tahun 1911. Organisasi ini terus
dianggap terbaik dalam profesi tersebut. ini akan menghilang- berkembang, sedangkan Muktamar IDI yang pertama di-
kan salah faham atau pertentangan-pertentangan. ini juga langsungkan di Jakarta pada tahun 1950. Kode Etik Kedokter-
memungkinkan kelompok tersebut untuk menekan anggota an Indonesia disusun oleh Musyawarah Kerja Susila Kedokter-
yang akan menurunkan martabat atau mencemarkan nama an Nasional pada tahun 1969, dan mengalami perbaikan pada
baik kelompok profesi tersebut. tahun 1983.
Jadi, tampaklah bahwa kelompok profesi itu sendiri Sumpah Hippokrates yang menjadi acuan dan kode etik
sebenarnya yang paling mengetahui tentang standar yang kedokteran di berbagai negara dan tingkat internasional berisi
paling tepat, baik dalam hubungan antar anggota atau pun kewajiban-kewajiban moral, yang berdasarkan prinsip moral
antara anggota profesi dengan anggota masyarakat. Jika timbul berbuat baik (beneficence), prinsip moral tidak merugikan
suatu pelanggaran terhadap kode etik ini, maka persatuan (nonmaleflcence), dan prinsip kesetiakawanan. Kewajiban-
profesi itu sendirilah yang harus menindaknya. Sehingga kewajiban moral itu dibebankan kepada para dokter secara
dalam organisasi profesi itu harus ada badan kehormatan sukarela atas diri mereka sendiri, yang diperkuat dengan
yang mempunyai wewenang untuk mengoreksi penyimpang- sumpah profesi mereka.
an-penyimpangan seperti itu. Kode-kode etik kedokteran tersebut mengatur. hubungan
antara dokter dengan pasiennya sebagai hubungan antara dua
insan. Yang satu (pasien) dengan keluhan penyakit yang
KODE ETIK KEDOKTERAN membutuhkan pertolongan, dan yang lain (dokter) yang ber-
Profesi kedokteran, secara langsung atau pun tidak, ter- usaha memberi pertolongan pengobatan. Karena menyadari,
ikat erat dengan keinginan-keinginan dan kesejahteraan masya- bahwa dalam hubungan ini si penderita adalah pihak yang
rakat. Untuk dapat menjadi anggota profesi ini harus disah- lemah dan tidak berdaya sedangkan si dokter adalah pihak
kan dengan surat izin dari pemerintah, tetapi masyarakat yang kuat dan berkuasa, maka untuk mengimbangi keadaan
kedokteran ikut berperanan dalam menjaga standar dan yang tidak seimbang ini disusunlah berbagai peraturan ke-
mencegah orang-orang yang tidak memenuhi kualifikasi untuk wajiban dan larangan untuk sejauh mungkin melindungi si
berpraktek sebagai anggota profesi tersebut. Secara individual, penderita terhadap kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan
yang paling mengenal dokter-dokter adalah kelompok dokter- oleh si dokter, jika sang dokter hanya berusaha untuk ke-
dokter di daerah tersebut. pentingan pribadinya dengan merugikan kepentingan pen-
American Medical Association (AMA) didirikan pada derita.
1847. Setahun kemudian mereka mensahkan kode etik.
Kode etik ini, dengan sedikit perubahan, merupakan kode KEPUSTAKAAN
yang ditulis Dr. Thomas Percival dan dipublikasikan di Inggris
sekitar 1803. Percival menulis kode ini sebagai serangkaian 1. Gani KS, K Bertens. Mengapa Etika Biomedis Itu Perlu? Diktat
petunjuk untuk anaknya yang akan memasuki profesi ter- PPE Atma Jaya. Jakarta, 1986.
2. leuken A dkk. Ensikiopedi Etika Medis, Jakarta 1979.
sebut. Kode ini mengandung ide-ide yang sudah berkembang 3. Magnis-Suseno F. Etika Dasar, Masalah-masalah pokok Filsafat
sejak ribuan tahun, seperti hukum Hammurabi – kumpulan Moral. Jakarta; 1987. hal. 18–20.
hukum tertua (2100 SM) yang masih bertahan – yang meng- 4. Panitia Redaksi Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Nasional.
ungkapkan masalah imbalan untuk dokter dan sangsi jika Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta, 1969.
timbul cedera, dan Sumpah Hippokrates (460–359 SM?) 5 Titut H. Ethics For Today, New York: 1957; hal. 278–306.

RALAT:
Dalam penerbitan Cermin Dunia Kedokteran No. 52, Tahun 1988, halaman 16, kolom
penulis naskah, terdapat kesalahan cetak.
Dr Soenarto, Laboratorium UPF THT Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro/
Rumah Sakit Dr Kariadi, Semarang.
Seharusnya berbunyi:
Dr Soenarto, Laboratorium/UFF ilmu Pen vakit Dalam Fakultas Kedokteran Univer-
sitas Dipo Sakit Dr Kariadi, Semarang.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 51


KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi.
PasaI 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh per-
timbangan keuntungan pribadi.
Pasal 4
Perbuatan berikut dipandang bertentangan dengan etik :
a. Setiap perbuatan yang bersifat memuji diri sendiri..
b. Secara pribadi atau bersama-sama menerapkan pengetahuan, dan keterampilan kedokteran
dalam segala bentuk, tanpa kebebasan profesi.
c. Menerima imbalan selain dan pada yang layak sesuai dengan jasanya, kecuali dengan keikhlasan,
sepengetahuan dan atau kehendak penderita.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkm melemahkan daya tahan makhluk insani, baik jasmani
maupun rohani, hanya diberikan untuk kepentingan penderita.
Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan penemuan
teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.
Pasal 7
Seorang dokter hanya memberi keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.
Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus mengutamakan/mendahulukan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif), serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang
sebenarnya.
Pasal 9
Setiap dokter dalam bekerjasama dengan para pejabat di bidang keschatan dan bidang lainnya
serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.
Pasal 10
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya meindungi hidup makhluk insani.
Pasal 11
Setiap dokter wajib bersikap tulus lkhlas dan mempergunakan segala ilmu dan keterampilannya
untuk kepentingan penderita. Dalam hal ini tidak mampu melakukan suatu pcmeriksaan atau
pengobatan, maka ia wajib merujuk penderita kepada dokter yang mempunyai keahilan dalam
penyakit tersebut.
Pasal 12
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat atau dalam masalah lainnya.
Pasal 13
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang penderita,
bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
Pasal 15
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 16
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawat, tanpa persetujuannya.
Pasal 17
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18
Setiap dokter hendaklah senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tetap setia
kepada cita-citanya yang luhur.

52 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


PENGALAMAN PRAKTEK
PENGALAMAN GEMPA DI LARANTUKA
Tahun pertama di Flores Timur, saya merayakan Natal di desa tempat tugas
(Lewolaga). Jadi tak heran pada tahun kedua saya turun gunung untuk merayakan
Natal di Larantuka, ibukota kabupaten Flotim. Biasanya di sana saya tinggal di rumah
“kakak” yang letaknya di tepi pantai dan berhadapan dengan pulau Adonara.
Pada tanggal 25 Desember 1982 sore, setelah selesai ke gereja untuk merayakan
misa Natal, telah menunggu seorang pasien yang membutuhkan pertolongan men-
desak, sehingga makan malam kami agak terlambat. Pada saat asyik menikmati makan
malam, terdengar suarä atap seng seperti ada sesuatu yang berjalan, piring dan gelas
berjatuhan dan meja, demikian pula kue-kue Natal berserakan di lantai. Terasa pula
runtuhan dinding semen tembok rumah dan terdengar teriakan orang-orang sambil
berlari. Belum sempat mengerti dan tahu pasti apa yang terjadi,saya diseret ke luar
rumah melalui pintu jendela yang bentuknya seperti pintu rumah, dan menghadap ke
pantai. Belum sempat bertanya, saya diseret lagi ke jalan raya setelah para tetangga
mengatakan: “Awas air laut pasang”. Baru menarik nafas, orang-orang berlari dan ber-
kata “Jangan di situ nanti tertimpa pohon dan tiang-tiang listrik”, berlarilah kami
mengikuti mereka ke suatu lapangan. Di tempat itu semua menjadi jelas, melihat
sendiri batu-batu dan gunung runtuh dan tampak abu seperti asap akibat tanah longsor
karena gempa. Gempa tersebut terjadi setiap 5 – 15 menit cukup kuat, dan berlang-
sung lebih dan sebulan lamanya. Kekuatan gempa pertama adalah 6,5 skala Richter
dan diikuti oleh gempa kecil-kecil dengan pusat gempa terletak di pulau Adonara.
Semua aparat pemerintahan dan keamanan turun memberi pertolongan,
menenangkan masyarakat dan menganju tidur di luar rumah karena masih terjadi
gempa tektonik yang berkelanjutan.
Setelah sadar dari shock gempa, saya bergabung dengan teman-teman sejawat
yang bertugas di Larantuka, membagi tugas, ada yang langsung ke lokasi bencana, dan
kami bertugas menenangkan dan mengungsikan pasien-pasien Rumah Sakit Umum
untuk tidur di tenda darurat karena Rumah Sakit rusak cukup berat. Kita bermarkas di
rumah Dokabu yang kebetulan letaknya berhadapan dengan RSU.. Trauma gempa,
kelelahan, stres, tidur di alam terbuka, membuat saya akhirnya kena malaria dan pen-
deritaan ini ditambah dengan phobi masuk rumah, sehingga terpaksa tidur dalam
mobil Puskesmas Keliling, yang bila terjadi guncangan seolah-olah berjalan di daerah
yang berbatu-batu. Walaupun sakit cukup berat, bersamaan dengan teman-teman
sejawat, dan perasaan senasib memberi kekuatan untuk tetap tegar bertahan, sampai
kita lupa merayakan Tahun Baru 1983.
Wilayah kerja Puskesmas saya mengalami kerusakan sedikit kecuali Puskesmas
dan rumah dokter rusak cukup berat yaitu dinding tembok retak-retak tetapi tak ada
korban. Oleh sebab itu setelah sembuh dan sakit dan relatif keadaan Larantuka
tenang, saya kembali naik gunung. Pada suatu waktu istirahat (tidur siang) karena
kelelahan yang sangat, mimpi buruk muncul kembali, dalam tidur seolah-olah terjadi
gempa kuat, sehingga Secara refleks bangun dan langsung lari ke luar rumah, yang
sebenarnya tidak terjadi apa-apa, hanya getaran-getaran kecil. Akhirnya saya tinggal
sementara bersama staf di rumah yang terbuat dari atap daun kelapa dan bambu,
dengan pertimbangan kalaupun terjadi gempa hebat tidak berakibat fatal. Selama
seminggu kami tidur di sana sampai shock hilang.
Begitu banyak hikmah yang didapat pada kejadian tersebut, saya mensyukuri
dapat “menikmati” gempa yang sukar dan tak pernah saya peroleh di Jakarta. Rupa-
nya Puskesmas Keliing sangat berjasa bagi saya sebagai tenda darurat, di samping
sebagai kendaraan operasional. Demikian pula rumah gedek jauh lebih aman dari
rumah permanen pada saat atau di daerah gempa.
Larantuka, kota kenangan dengan alamnya begitu indah, tenang dan damai,
pantas sekali menjadi tempat saya Inpres untuk memperkaya pengalaman yang sulit
didapat. Terima kasih kepada semua yang telah menyumbang untuk “Korban Gempa
Bumi di Flores Timur”. Dr. Emiliana Tjitra, MSc
Jakarta
Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 53
HUMOR
ILMU KEDOKTERAN

SEBAGAI GANTINYA HIDUP LAMA


Pada suatu hari seorang ibu datang Seorang yang sudah termasuk manula, bertanya pada dokternya. “Apa saran
berkonsultasi kepada dokter keluarga- dokter agar saya bisa hidup lebih lama ± 25 tahun lagi ?“
nya dengan keluhan takut hamil lagi “Apakah anda merokok ?“ tanya dokter.
oleh karena cara-cara KB yang “Tidak dok! “jawabnya.
sekarang diikutinya tidak 100 persen Dokter : “Apakah suka minum-minuman keras ?“
sempurna. Perlu diketahui wanita ini Pasien : “Tidak, dok !“
tidak tahan obat-obat kontrasepsi Dokter : “Apakah anda masih melakukan aktivitas seks ?“
berbentuk steroid baik yang dimakan Pasien : “Tidakjuga, dok !“
maupun yang disuntikkan, sedangkan Dokter : “Lha untuk apa, anda ingin hidup lama-lama ?“
sang suami berkeberatan divasektomi.
Setelah berpikir sejenak dokter itu Adhi P.
berkata: “Coba, ibu minum secangkir Semarang
susu. Pasti tak akan hamil”.
Dengan suara yang menunjukkan BEBAS 3 BUTA
rasa heran bercampur girang atas cara Sebagai dokter Puskesmas kami termasuk anggota Satgas PLS (Satuan Tugas Pen-
baru yang sedemikian mudah dan enak didikan Luar Seko1ah dalam rangka B3B, yang mempunyai wilayah binaan desa ter-
ini, ibu tadi bertanya: “Bagaimana tentu. Suatu saat kami mengontrol warga belajar, yang tutornya kebetulan belum
caranya dok???. Sebelum atau sesudah- datang.
nya???”. Dengan kalem dokter men- Dokter(D): “Warga belajar yth, kami akan mencoba dengan mata pelajaran Bahasa
jawab: “Bukan sebelum atau sesudah- Indonesia.
nya, bu . . . . akan tetapi sebagai ganti- Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian
nya!!”. Bersakit-sakit dahulu, ber……………………”.
Ibu: ??????????????? Warga belajar(WB) : “Bersakit-sakit dahulu, berobat kemudian.”
Metta .S.S (D) : “Air beriak, tanda……………”
Stockholm, Swedia (WB): “Air beriak, tandanya batuk pilek.”
(D) : “Yah, Yaaaaah semua buetuuuuul.
OOO, BEGITU Sekarang matematika. Tiga kali satu sama dengan…………"
Suatu ketika istri seorang dokter (WB): Sama dengan sehari. Tepatnya sehari, tiga kali satu tablet.”
ahli anak-anak dengan keheran-heran- (D) : “Hari Selasa ada kunjungan dari tim kabupaten, para warga belajar dipersilah-
an menanyakan pada suaminya: kan membawa SRSB”.
“Saya perhatikan setiap anak kita me- (WB): “Jangan kuatir Pak, kami sekarangpun telah membawa STSB”
nangis, mas buru-buru ke luar rumah (D) : “Wah, waaah, saya jadi pusing, saya mau pulang saja.”
dan malah duduk di taman depan,
mengapa ?“ Dr. Farida Pudjiastuti
“Biar tetangga kita tahu, anak-anak Puskesmas Kaliangkrik
menangis bukan karena sedang saya
obati………….!!”
Juvelin
Jakarta

54 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


TELEGRAM KANADA
Pada saat bencana alam gempa bumi Hari pertama bertugas di Puskesmas, seorang staf saya masuk ke ruang dokter dan
di Larantuka, kami para dokter yang berkata :
bertugas di sana mendapat 2 telegram Paramedis : “Dok, saya minta ijin untuk ke Kanada”.
yang berbunyl sebagai berikut: Dokter : “Kanada ??? Berapa lama?”
Telegram I : Selamat jadi orang kaya, Paramedis : “Tergantung selesainya tugas”.
teman-teman NIT. Dokter : ???? (melihat tas kecil yang dibawa dengan heran).
Telegram II : Apakah sumbangan kami Paramedis : (mengetahui kebingungan dokter): ‘Saya dipanggil untuk menolong
sudah diterima? teman-teman NTT. seorang ibu yang akan melahirkan di sub desa yang bernama Kanada”.
Rupanya begitu cara teman-teman Dokter : “Oh , saya kira ke negara Kanada”.
sejawat di NTT ingin menyatakan Paramedis : (tersenyum kemenangan): “Bukan Kanada–Amerika, tetapi Kanada
simpatinya dengan membuat kami Flores Timur”.
di Flotim surprise. Setelah mem- Dokter : “Ya, nanti saya akan sering ke Kanada (siapa berminat ikut ?)“.
baca kedua telegram tersebut baru-
lah kami mengerti yaitu mereka Dr. Emiliana Tjitra
menyumbang untuk korban bencana Jakarta
gempa bumi yang “diwakili diterima
oleh kami sebagai warga yang kena LEM MENGHILANGKAN GATAL-GATAL
bencana”, sehingga mereka mengucap- Seorang kolega yang sedang sibuk dengan pekerjaannya di meja, tiba-tiba sela-sela
kan selamat menjadi orang kaya, jari kakinya terasa gatal. Dengan tergesa-gesa disabetnya salah satu botol obat yang
karena kami telah “menerima” banyak ada di depannya tanpa memperhatikan isinya, kemudian dioleskannya ke sela-sela
sumbangan. jari kakinya. Keesokan harinya kejadian ini terulang lagi, tapi kali ini kebetulan salah
Dr. Emiliana Tjitra seorang kolega yang duduk di seberang meja memperhatikannya.
Jakarta “Apa yang kamu ambil itu ?“
“Ini obat gatal” jawabnya dengan yakin.
Setelah kolega tadi memperhatikannya dengan teliti memang label botol tersebut
adalah salah satu merek obat gatal tapi isinya telah diganti dengan 1em, maklum
APA INI? belakangan ini ada larangan untuk memberi’sample obat kepada dokter-dokter. Yang
Suatu ketika seorang ibu membawa mengherankan mengapa kemarin rasa gatalnya bisa hilang? Jadi 1em juga berkhasiat
anaknya ke psikiatri. menghilangkan gatal-gatal. Dengan tersenyum malu botol obat diletakkan kembali
Oleh dokter anak tersebut ditunjuki di mejanya.
gambar nol besar, dan ditanya: “Gam- Dr. Putu Sumantra
bar apa ini ?“ Lab. His rologi F.K. UNUD, Denpasar
“Gambar wanita mandi,” jawab si
anak. BISA SEUMUR HIDUP TIDAK PERCAYA
Kemudian ditunjuki gambar nol Seorang istri ngomel kepada suaminya.
agak kecil : “Kalau ini ?” “Kemarin kawan saya cerita, suaminya nyeleweng”.
“Gambar wanita berbaring di pantai.” “Tidak diduga bahwa suaminya yang nampaknya kalem sampai hati berbuat begitu”.
jawabnya makin melantur. “Begitulah seorang istri, satu kali saja suami ketahuan nyeleweng maka seumur hidup
“Pikiranmu yang bukan saja!”. istri tidak percaya kepada suami!” “Demikian pula saya, kalau bapak nanti ketahuan
“Bukan salah saya, habis pak dokter nyeleweng!”
menunjukkan gambar porno me- Dengan penuh emosi si istri terus ‘nyerocos’ ngomong tanpa hentinya. Karena
lulu…………” kesalnya, si suami menjawab: “Sebenarnya kemarin saya juga nyeleweng dengan
?????????? gadis lain, tapi saya tidak memberitahu kamu.
Juvelin Istri: “Aaapa ?“.
Jakarta Dr Putu Sumantra
Lab. Histologi. FK - UNUD, Denpasar.

BEDANYA DENGAN YANG SEHAT


Dua orang sedang searah sejalan, tapi tiba-tiba harus terbirit-birit dan berteduh
karena datang hujan dengan derasnya.
Mereka berdua menjadi terkejut sekali karena melihat kilat cahaya petir yang terang
benderai maka kata yang seorang : “AstaqFirrrrruuuuuuullllah !!!!!“ sambil menutup
telinganya rapat-rapat. Sedang seorang yang lain, yang ternyata gila, malah ketawa
keras-keras sambil berkata: “Assssyyiiiiik , saya……… difoto !!!!!“.

Juvelin
Jakarta

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 55


ABSTRAK-ABSTRAK
TRANSIENT GLOBAL AMNESIA
Penggunaan triazolam untuk menghindari jet-lag telah mengakibatkan transient
global amnesia pada sedikitnya tiga kasus.
Tiga orang neuroscientist menggunakan triazolam pada penerbangan mereka
dari New York ke Eropah bersama dengan sedikit alkohol. Sesampainya di tujuan,
mereka mengalami episoda amnesia anterograd yang berlangsung selama beberapa
jam. Meskipun pada saat episoda amnesia tersebut mereka tidak menunjukkan per-
ubahan tingkah laku maupun melakukan tindakan yang tidak dapat dipertanggung-
jawabkan, hal ini patut mendapat perhatian.
Amnesia tersebut dapat disebabkan oleh triazolam atau kombinasi triazolam
dengan alkohol.
JAMA SEA 1988, 4 (1) : 50 – 2
Hk

ZAT BESI DAN PENUAAN


Teori baru sedang dikembangkan mengenai proses penuaan yang dikaitkan dengan
kelebihan zat besi dalam tubuh yang menyebabkan destruksi membran sel. Komponen-
komponen lemak pada membran akan teroksidasi bila terdapat terlalu banyak zat besi
bebas. Secara normal, sel-sel melindungi dirinya dengan memproduksi feritin, suatu
protein yang dapat mengikat zat besi bebas.
Peneliti pada Departemen Pertanian AS saat ini sedang melakukan penelitian
untuk menentukan apakah proses penuaan dipercepat oleh adanya zat besi bebas, dan
apakah penuaan akan mengurangi kemampuan tubuh dalam memproduksi feritin,
atau mengubah ferritin menjadi tidak berfungsi.
The Futurist Jan – Feb 1987
VSR

PERUBAHAN IKLIM DI ABAD MENDATANG


Cuaca bumi kita di abad XXI mungkin akan jauh berbeda dengan apa yang kita
alami sekarang. Tetapi yang menjadi pertanyaan: Apakah akan menjadi lebih panas,
lebih dingin, lebih kering ataukah lebih basah? Dengan melihat data masa lalu dan data
geologi baru-baru ini, pada ahli berpendapat bahwa bumi kita ini menjadi lebih panas
sedikit demi sedikit. Panasnya bumi ini nampaknya semakin dipercepat oleh per-
buatan penghuni bumi sendiri, seperti kebakaran-kebakaran, penggunaan energi
dan semakin menjamurnya industri.
Polusi udara dapat pula mengakibatkan cuaca menjadi semakin panas. Karbon dioksida
dan polutan lainnya dapat menghambat hilangnya panas di udara.
Sejumlah ahli yakin bahwa bila temperatur bumi naik sedikit saja, maka lapisan es
di kutub akan mencair dan hal ini akan mengakibatkan naiknya permukaan laut dan
kota-kota pantal di seluruh dunia akan dilanda banjir yang hebat.
Jatuhnya hujan akan mengalami perubahan dan akan menyebabkan kekeringan yang
berkepanjangan di bagian Selatan dan Barat Tengah Amerika Serikat, Amerika
Tengah, Afrika Utara, India dan Asia Tenggara. Untuk memenuhi kebutuhan pangan
dunia di perlukan perubahan-perubahan besar dalam cara pertanian dan pengolahan
makanan. Hal yang sebaliknya akan terjadi apabila sampai meletus perang nuklir,di
mana bumi tidak akan menjadi lebih panas, tetapi malahan akan lebih dingin (yang
sering disebut dengan Nuclear Winter). Musim dingin tersebut tentunya akan
berakibat jauh lebih buruk dan harus dihindari agar tidak terjadi.
TPO

56 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


ABSTRAK-ABSTRAK
AIDS
Pada bulan November 1987 WHO – Speciat Programme on AIDS telah mengeluar-
kan edaran yang menyangkut beberapa hal mengenai AIDS.
Edaran tersebut berisi hal-hal berikut:
• Apa itu AIDS?
AIDS (Acquired Immunodeficiency Disease Syndrome) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus yang merusak sistim kekebalan tubuh sehingga memudahkan
timbulnya penyakit-penyakit mfeksi yang fatal dan beberapa jenis kanker tertentu.
• Apakah seseorang harus memperhatikan AIDS?
Ke manapun anda pergi, di manapun anda tinggal, anda perlu mengetahui AIDS
karena AIDS telah merupakan problem dunia.
Dengan mengetahui dan menaati beberapa aturan sederhana, anda dapat terhindar dan
AIDS.
• Bagaimana cara penyebaran AIDS?
Virus AIDS terutama menyebar melalui aktivitas seksual, baik homo – maupun
heteroseksual; tetapi juga disebarkan melalui darah yang terkontaminasi – pada
transfusi, jarum suntik atau benda apapun yang menembus kulit.
Ibu yang terinfeksi AIDS dapat menulakan ke bayinya, baik sebelum, pada saat
ataupun sesaat setelah melahirkan.
• Apakah juga ditularkan melalui kontak biasa?
Tidak. AIDS tidak ditularkan melalui aktivitas sehari-hari yang rutin seperti
duduk berdampingan, berjabatan tangan dan bekerja satu kantor. Juga tidak melalui
kolam renang, transportasi umum, makanan dan alat makan, air, udara, batuk atau-
pun bersin.
• Bagaimana mencegah penyebaran seksual?
Jangan berhubungan seksual dengan pelacur (pria maupun wanita) baik amatir
maupun profesional – meskipun di negara-negara yang menyatakan diri bebas AIDS.
Orang-orang yang terinfeksi AIDS bisa tampak sehat.
Bila akan berhubungan seksual dengan seseorang yang rnungkin terinfeksi, per-
hatikan hal-hal berikut ini:
= Pria harus menggunakan kondom setiap saat, dari awal sampai akhir; bila wanita,
pastikan bahwa partner anda menggunakannya.
= Ingat bahwa vaginal, anal maupun oral sex dapat menularkan AIDS.
= Mengurangi partner seks akan mengurangi kemungkinan terinfeksi.
• Bagaimana dengan transfusi darah?
Meskipun AIDS dapat ditularkan melalui transfusi darah yang terinfeksi, di
banyak tempat darah yang akan diberikan telah. terlebih dahulu diperiksa; bila ragu-
ragu, tanyakan pada petugas.
Anda dapat menghindari kebutuhan transfusi darah dengan berhati-hati terhadap
kemungkinan cedera.
• Bagaimana dengan suntikan?
Hindari suntikan sedapat mungkin; bila memang harus disuntik, gunakan jarum
dan semprit yang benar-benar steril – yang masih terbungkus steril atau yang telah
dibersihkan dan dididihkan selama 20 menit.
Bila anda menyuntik, jangan menggunakan peralatan orang lain.
• Bagaimana dengan peralatan lain?
Seperti halnya dengan jarum suntik dengan sempritnya, alat lain – seperti alat
tattoo, alat tindik telinga, jarum akupunktur dan alat kedoktéran gigi – harus tetap
steril.
Hindari prosedur yang melukai menembus kulit, kecuali benar-benar perlu.
• Bagaimana bila telah terinfeksi AIDS?
Hubungi segera dokter yang.berwenang.
Pencegahan merupakan hal yang utama karena sampai saat ini belum terbukti ada
vaksin yang dapat mencegah atau obat yang dapat menyembuhkan AIDS.
Hk

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 57


RUANG PENYEGAR DAN

PENAMBAH ILMU KEDOKTERAN


Dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini ???

1. Yang tidak termasuk dalam gangguan tidur : d) Keadaan psikologik pemakai


a) Insomnia e) Jenis obat.
b) Hipersomnia 8. Faktor yang dapat mempengaruhi pencemaran mikroba
c) Hiposomnia pada preparat kosmetik ialah hal-hal sebagai berikut,
d) Parasomnia kecuali :
e) Semua termasuk gangguan tidur. a) pH
2. Jenis gelombang yang tidak tampak pada EEG selama b) Suhu,.
stadium REM ialah : c) Adanya oksigen
a) Gelombang Alfa d) Adanya karbondioksida
b) Gelombang Beta e) Tanpa kecuali.
c) Gelombang Delta 9. Gambaran klinik pada tuberkulosis paru adalah hal-hal
d) Gelombang Teta di bawah ini, kecuali:
e) S gelombang dapat tampak. a) Demam
3. Insomnia dapat disebabkan oleh : b) Penurunan berat badan
a) Situasi lingkungan c) Amenore
b) Penyakit jasmani tertentu. d) Nyeri kepala
c) Penggunaan obat-obat tertentu. e) Tanpa kecuali.
d) Suhu udara. 10. Gambaran radiologik di bawah ini dapat disebabkan
e) Semua benar. oleh tuberkulosis, kecuali:
4. Orang mengaku sedang bermimpi bila dibangunkan a) Lesi berbentuk awan
dalam stadium : b) Kalsifikasi
a) Stadium 1 c) Adanya kavitas
b) Stadium 2 d) Adanya bayangan infitrat
c) Stadium 3 e) Tanpa kecuali.
d) Stadium 4
e) Stadium REM.
5. Faktor yang harus diperhatikan dalam pengobatan insom-
nia : 5. E 10.E
a) Usia pasien 4. A 9. E
b) Lama kerja obat 3. E 8. D
c) Obat lain yang digunakan bersama 2. C 7. B
d) Jenis obat 1. C 6. B
e) Semuabenar. Jawabam R.P.P.I.K
6. Obat yang dapat menyebabkan ketergantungan fisik yang
berat ialah obat-obat golongan :
a) Morfin
b) Barbitürat
c) Amfetamin
d) Ganja Ralat CDK 52
e) Tembakau. Pada Ruang Penyegar dan Penambah Ilmu Kedokteran, ter-
7. Faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan dapat beberapa salah cetak yang mengganggu, yaitu seharusnya:
obat ialah hal-hal berikut ini, kecuali :
a) Sifat kimiawi obat Pada soal no. 8 : Jawaban : a) cukup satu kali.
b) Usia penderita Pada soal no. 10 : Jawaban : a) Serebrum.
c) Dosis obat b) Serebelum.

58 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988


Indeks Karangan
Cermin Dunia Kedokteran
1988
Untuk memudahkan para sejawat menelusuri kembali karangan-karangan yang
pernah dimuat dalam majalah Cermin Dunia Kedokteran selama tahun 1988, maka
pada edisi yang merupakan edisi terakhir tahun 1988 ini, redaksi memuat kembali
daftar karangan yang telah diterbitkan pada edisi-edisi terdahulu.
Daftar ini masih disusun secara sederhana, sesuai dengan daftar isi tiap penerbit-
an; belum dikelompokkan menurut topik bahasan tertentu. Meskipun demikian
mudah-mudahan tetap bermanfaat.

• CDK 48. USIA LANJUT. Marnansyah Daini Rachman, Sudarmo S. Purwohudoyo, 27 – 29


Yaumil Agoes Achir : Memahami Usia Lanjut. 3–5 Iwan Ekayuda : Penelitian Bidang Radiologi di Indonesia.
Basyroel Shah & Asroel Aboet : Pendengaran pada Usia 6–8 Usman Suwandi : Aktivitas lodium sebagai Germisida 30 – 32
Senja. Sarkoidosis.
Diana Nasution : Kulit pada Usia Senja. 9 – 11 Husein Albar, P. Palada : Taman Penitipan Anak. 33 – 36
Kunto Raharjo : Pertimbangan Anestesi untuk Usia Lanjut. 12 – 15 Candra K. Siregar, JMCh Pelupessy : Kelainan Jantung 37 – 40
Tony Setiabudhi : Usia Lanjut dan Seksualitas. 16 – 18 pada Penyakit Kawasaki.
Hario Tilarso : Latihan Fisik dan Usia Tua. 19 – 21 Bachtiar Azhari : Ilmu Kedokteran Pencegahan dalam Upaya 41 – 43
Nani Suksediati : Beberapa Pertimbangan Pemberian Teo- 22 – 24 Pemberantasan Diare di Puskesmas Kabupaten Malang.
filin pada Usia Lanjut. Emiliana Tjitra : Malaria Berat. 44 – 46
Kunto Raharjo : Perubahan.Fungsi Paru pada Usia Lanjut. 25 – 26 Suharyono Wuryadi : Pengamatan Virus Dengue di Beberapa 47 – 48
Umi Kadarwati Suyono : Pelayanan Obat untuk Usia Lanjut 27 – 29 Kota di Indonesia, 1988.
di Apotek. Edhie Sulaksono : Peranan, Pengelolaan dan Pengembang- 49 – 54
Hertiana Ayati : Masalah Usia Lanjut Dalam Praktek 30 – 31 biakan Hewan Percobaan.
Kedokteran Gigi. Abstrak
Misnadiarly : Beberapa Informasi dan Masalah Penyakit 32 – 34 Air susu ibu tidak selalu yang terbaik 60
Infeksi Pernapasan. Med. Progress Oct. 1987
Jarot Hariyanto: Batu Ginjal. 35 – 37 Pakistan melarang injeksi multidosis Scrip 1277, 1988 60
Ellen Wijaya, Retno Gitawati, SR Muktiningsih : Pola 38 – 41 Trankuiliser dari jamu tradisional Cina Scrip 1278, 1988 60
Preskripsi Psikotropika pada Beberapa Apotek Swasta di • CDK 50. SEMINAR PENELITIAN PENYAKIT
DKI Jakarta, Tasikmalaya dan Serang. TIDAK MENULAR (BAGIAN II).
Siti Sundari Yuwono, Liliana, Harun, Basundari Sri 42 – 44 Kartari DS : Review Hipertensi di Indonesia, tahun 1980 3–5
Utami: Perjalanan dan Perkembangan Larva Necator ke atas.
Americanus pada Hamster. Soetedjo, Boedhi Darmojo, Budhi Setianto, Andradi, Lucia 6–8
Nurdin Badollah, Syarifuddin Rauf: Transplantasi Ginjal 45 – 49 T., Kuswojo, Munawar : Survai Prevalensi Penyakit Jan-
pada Anak. tung pada suatu Masyarakat Pedesaan di Kabupaten Se-
Hastini, Indah YP, Liliana Kurniawan : Pengembangan 50 – 52 marang.
ELISA untuk Pemeriksaan Filariasis dengan Mengguna- Umar Fahmi Achmadi Kecelakaan di Bidang Pertanian. 9 – 12
kan Ekstrak Mikrofilaria sebagai Antigen. Utoyo Sutopo Kegiatan Penelitian di Lingkungan Direk- 13 – 15
Perkembangan torat Kesehatan Gigi Departemen Kesehatan.
Obat AIDS yang Pertama FDA Consumer 1987 53 Djunaedi Hidayat, Syarif M Wasitaatmadja, A. Kosasih: 16 – 20
Abstrak Sarkoidosis.
Laser untuk Membersihkan Arteri Kaki yang Tersumbat 59 Roswita Hasyimi, Robert Widjaja, Liliana Kurniawan : 21 – 23
FDA Consumer Kadar IgG dan IgM pada Bentuk Tuberkuloid dan
Langkah-langkah untuk mengurangi risiko terkena AIDS 59 Lepromatous dari Penyakit Lepra.
FDA Consumer Misnadiarly : Perkembangan di dalam IImu Pengetahuan 24 – 26
Antidot untuk overdosis obat jantung FDA Consumer 59 – 60 tentang Tuberkulosis.
Pengaruh rokok terhadap anak-anak ibu perokok 60 Nurdin Badollah, Satriono : Hipoglikemia pada Anak. 27 – 32
The Futurist Pratorno Dirdjowasito : Metoda-metoda Pengendalian Pe- 33 – 35
Polimiksin B mencegah syok insulin pada hewan 60 nyakit Menular Wabah.
• CDK 49. SEMINAR PENELITIAN PENYAKIT Tjandra Yoga Aditama: Pengetahuan Penderita Tuberkulosis 36 – 37
TIDAK MENULAR (BAGIAN I). Paru tentang Penyakit Tuberkulosis.
Suriadi Gunawan : Masalah Penyakit Tidak Menular serta 3–7 Muljati Prijanto,Eko Suprijanto, Ferdy P Harahap, Syawitri 38 – 40
Kebijaksanaan Penanganannya dalam Pelita IV. Siregar, Corry Matondang : Antitoksin pada Penderita
Marwoto Partoatmodjo : Registrasi Kanker. 9 – 12 Difteri yang Dirawat Sebelum dan Sesudah Pengobatan.
Iwan T Budiarso: Karsinogen Kimiawi dan Mikokarsinogen. 13 – 17 Gendrowahyuhono, Suharyono Wuryadi, Mulyono Adi, 41 – 43
Reflinar Rosfein : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan 18 – 21 Merrryani Girsang : Status Kekebalan Anak terhadap
Terjadinya Kanker Payudara pada Wanita di Beberapa Polionsielitis di Mataram.
Rumah Sakit di Jakarta. Eko Rahardjo : Penelitian Virus Entero dan Anak-anak Usia 44 – 47
Wasono Sumosastro, Mulyadi Rachmad : Pengukuran 22 – 24 Balita di Kotamadya Banjarmasin.
Output Radiasi Pesawat Radioterapi pada Rumah Sakit di Emiliana Tjitra : Perkembangan Vaksin Dengue – 2. 48 – 52
Seluruh Indonesia. Iwan T. Budiarso,Frans Sukardi,Roedyanto Tjokrosapoetro: 53 – 55
CJ Sugiarto Danusupadmo: Penelitian Radiasi dan Kesehatan. 25 – 26 Keracunan Akut Kliokinol pada Kera (Macaca Fascicularis)

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 59


Abstrak Sriana Azis : Makanan Dapat Mencegah Kanker. 32 – 33
Sick Building Syndrome 60 60 Dyah W. lsbagio, Dewi Parwati, Eko Suprijanto, Mulyati 34 – 36
Dua kali sepuluh tidak selalu sama dengan duapuluh. 60 Prijanto, Adelina Roswita : Pengaruh Cara Penyimpanan
Med. Progress Oct. 1987 Vaksin BCG terhadap Hasil Uji Viabilitasnya.
Kunto Rahardjo, Hertiana Ayati : Pencegahan dan Penang- 37 – 41
• CDK 51. SEMINAR PENELITIAN PENYAKIT gulangan Efek Samping serta Toksisitas dan Anestetika 45 – 47
TIDAK MENULAR (BAGIAN III). Lokal.
Rudy Salan : Penelitian di Bidang Kesehatan Jiwa. 3–5 Tony Setiabudhi : Kesehatan Jiwa Okupasional. 42 – 44
W. Edith Humris : Penelitian di Bidang Kesehatan Jiwa di 7 – 10 Magdarina Destri Agtini : Fluor Sistemik dan, Kesehatan 45 – 47
Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indo- Gigi.
nesia antara 1980–1987. Husein Albar, P. Nara : Gerakan Involunter pada Anak. 48 – 51
Risnawati Aminah : Pcngaruh Pemanasan pada Minyak 11 – 14 Yuyus Rusiawati : Gambaran Karies Gigi di Rumah Sakit 52 – 53
Goreng yang Diobservasi pada Tikus Putih. Tugu Ibu daerah Cimanggis.
Geertruida Sihombing : Sakarin sebagai Pemanis 15 – 19 Rochestri Sofyan : Tcknik Imaging dalam Kedokteran 54 – 55
Cornelis Adimunca : Keadaan Fisiologis Hati Tikus Putih 20 – 24 Nuklir.
Strain LMR yang Diberi Ransom Biji Saga Pohon (Ade- Abstrak
nanthera pavonina Linn). Kesehatan Anak di Tahun 2000.
Kunto Rahardjo : Transfusi darah : Beberapa Segi yang Pen- 25 – 30 World Health Forum 1988; 8: 480 60
ting untuk Klinikus. Risiko Epilepsi setelah Kejang Demam.
Rudy Satan : Perilaku Kesehatan, Perilaku Kesakitan dan 31 – 34 Drugs 1988; 36: 111–20 60
Pcranan Sakit (Suatu lntroduksi). Risiko Stroke di Kalangan Perokok.
Suharyono Wuryadi : Pengamatan Penderita Demam Ber- 35 – 37 JAMA 1988:250: 1025–9 60
darah Dengue di Indonesia 1985 – 1986. Merokok dan Pneumotoraks Chest 1987; 92: 1009–12 60
Eko Rahardjo, Gendrowahyuhono, Mulyono Adi,Suharyono 38 – 41
Wuryadi : Penelitian Antibodi Anak-anak Usia Balita
terhadap Dua Macam Vaksin Polio Oral (VPO) di Treng-
galek, Jawa Timur.
A. Salim : Hepatik Amebiasis. 42 – 44
Margret M. Baltes : Succesful Aging The Product of Bio- 45 – 52 • CD 53. INSOMNIA
logical Factors, Environmental Quality and Behavioral Tun Kurniasih Bastaman : Arti Tidur Dalam Kehidupan
Competence. Sehari-hari. 3–5
Abstrak Keja Musadik : Patofisiologi Gangguan Tidur.
Beberapa hal mengenai tekanan darah. 59 Satya Joewana : Psikopatologi Insomnia. 6–9
Arch Intern Med (May) 1988; 148: 1023–38 Rudy Satan : Terapi Medisinal Pada Insomnia. 10 – 11
CT Scan pada penderita stroke BMJ 1988; 197:126–8 59 Sardjono O. Santoso : Ketergantungan dan Penyalahgunaan 12 – 17
AIDS BMJ 1988; 297: 99–104 59 Obat Hipnotik. 18 – 20
Jarum suntik dan semprit 60 Dharma K. Widya : Peranan Akupunktur dalam Pengobatan
Penggunaan obat di kalangan anak-anak 60 Insomnia. 21 – 23
BMJ 1998; 297: 445 – 7 S. Handiono : Manfaat Relaksasi dan Meditasi Terhadap
Bahaya prolonged breast-feeding. 60 Kesehatan Jiwa. 24 – 27
Lancet 1988; 2: 416–8 Tony Setiabudhi : Gangguan Tidur pada Usia Lanjut.
Ellen Wijaya : Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Peng- 28 – 30
• CDK 52. TUMOR-TUMOR Dl KEPALA DAN gunaan Obat Psikotropika. pada Usia Lanjut. 31 – 33
LEHER. Faisal Yunus : Diagnostik Tuberkulosis Paru.
Nurtrisno, Achadi IS, Nietje ML, Samsudin, Soetomo : 3 – 6 Jarot Hariyantó. :Ophthalmia Sympathica. 34 – 37
Tumor Hidung yang Berdarah di Rumah Sakit Dr. B. Wahjoedi, Farida Ibrahim, J. Setiawan: Efek Spermisid 38 – 40
Kariadi Semarang. Beberapa Fraksi Ekstrak Majakan Pada Tikus Putih. 41 – 43
Djoko Kuntoro, Aminuddin Toto, Sumartono Kartiko, 7–9 Pujiastuti, B. Dzulkarnain, Budi Nuratmi : Toksisitas Akut
Dullah Aritomoyo, Herry Soepardjo : Tumor Ganas (LD 50) dan Pcngaruh Beberapa Tanaman Obat Tcrhadap 44 – 47
pada Tclinga. Mencit Putih.
R. Rahadi, Karsin I., Mihardjo D., Pandji U., Wiratno, 10 – 13 Etika.
Bambang SS. : Karsinoma Laring di Rumah Sakit Dr. Rachmatsyah Said : Kode Etik. 48 – 51
Kariadi Semarang. Kode Etik Kedokteran Indonesia 52
Soendjoto : Terapi Karsinoma Laring. 14 – 15 Abstrak.
Soenarto: Protokol Limfoma Malignum. 16 – 19 Transient Global Amnesia 56
Usman Suwandi : Uji Pirogenitas dengan Kelinci dan 20 – 22 JAMA SEA, 4(1) : 50-2
Limulus Amebocyt Lysate. Zat Besi dan Penuaan 56
Tjandra Yoga Aditama : Tumor Ganas Paru pada Anak. 23 – 26 The Futurist Jab-Feb 1987
Iwan T. Budiarso, R. Anggarodi: Pertumbuhan Tumor pada 27 – 31 Perubahan Iklim di Abad Mendatang 56
Tikus yang Diberi Makan Protein Hydrocarbon Yeast. AID 57

60 Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988

You might also like