Professional Documents
Culture Documents
Pertama-tama marilah kila panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan ridho-Nya kita dapat bertemu dan berkumpul bersama pada Pem-
bukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) ini. Seminar ini saya anggap
penting karena akan membahas peningkatan kemampuan dan pengetahuan para penge-
lola rumah sakit termasuk tentang manajemen keuangan rumah sakit dan manajemen
mutu pelayanan rumah sakit.
Tema yang dipilih yakni: Pemantapan Manajemen dalam Upaya Peningkatan Pe-
layanan Rumah Sakit sangat relevan dengan upaya Departemen Kesehatan yang tengah
berusaha meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan
guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia. Ini berarti PERSI sebagai
ikatan profesi ikut melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap kemajuan pem-
bangunan kesehatan.
Saudara-saudara,
Kini kita telah memasuki tahun ketiga Repelita V yang merupakan Repelita terakhir
dalam pembangunan jangka panjang pertama.
Selama dua puluh tahun terakhir ini telah banyak hasil yang dicapai dalam
pembangunan kesehatan. Perilaku hidup sehat telah semakin berkembang dalam masya-
rakat, peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan semakin luas,
kesehatan lingkungan dan tempat pemukiman juga telah bertambah baik. Di samping itu,
prasarana dan sarana pelayanan kesehatan telah semakin banyak dan lebih merata.
Kesemuanya ini telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat hingga manusia
Indonesia dapat hidup lebih sejahtera dan produktif.
Kemajuan lain yang patut dicatat adalah bertambahnya rumah sakit dan jumlah
tempat tidurrumah sakit di Indonesia. Pada awal tahun 1970-an kita hanya memiliki 1.116
RS dengan 81.753 tempat tidur dan pada tahun 1990 kita telah memiliki 1.532 RS dengan
118.565 tempat tidur. Sebagian dari rumah sakit tadi dimiliki oleh swasta (termasuk RS
milik penanam modal). Pada awal tahun 1970-an hanya terdapat 113 RS Swasta dan pada
tahun 1990 jumlah tadi meningkat menjadi 325 RS. Pada umumnya RS-RS Swasta tadi
dibangun di kota-kota besar.
Saudara-saudara sekalian,
Pertambahan jumlah rumah sakit Swasta pada akhir-akhir ini cukup menggem-
birakan.
Dengan peningkatan jumlah rumah sakit swasta terbukalah kesempatan yang lebih
baik kepada masyarakat untuk dapat memilih rumah sakit sesuai dengan keinginannya.
Namun, perlu saya ingatkan bahwa setiap pengelola dan karyawan rumah sakit harus tetap
berpegang pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain tetap melaksanakan
fungsi sosialnya dan etika rumah sakit.
Kerjasama antar rumah sakit perlu dibina sedemikian rupa terutama dalam pengadaan dan
pemanfaatan alat-alat canggih dan pemenuhan tenaga khususnya tenaga medis dan
paramedis.
Dalam mendirikan rumah sakit swasta baru, saya menghimbau agar perencanaan
dibuat secara cermat semenjak jauh hari, termasuk perencanaan ketenagaan. Dengan
perencanaan yang baik akan terhindar tindakan-tindakan merekrut tenaga yang berasal
dari rumah sakit lain yang akhirnya dapat mengganggu operasional rumah sakit tersebut
dan mengganggu hubungan baik sesama anggota PERSI.
Akhirnya, saya ingin mengemukakan mengenai peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan yang merupakan salah satu tujuan pokok Repelita V.
Peningkatan kualitas ini diperlukan karena dalam duapuluh tahun terakhir kita telah
berhasil meletakkan investasi sarana yang secara geografis telah menjangkau hampir
seluruh wilayah tanah air. Karenanya sarana itu harus diisi dengan kegiatan dan pelayan-
an yang lebih bermutu agar dampaknya juga lebih tinggi.
Peningkatan mutu pelayananpun diperlukan karena masyarakat Indonesia sudah lebih
kritis dan menuntut mutu pelayanan yang lebih baik.
Untuk mengetahui bahwa pelayanan yang diberikan lebih bermutu, dibutuhkan
standa-standar. Standarisasi ini harus segera dirumuskan dan ditetapkan sebagai ke-
Saudara-saudara sekalian,
Kepada para pengelola rumah sakitbaik pemerintah maupun swasta yang ikut serta
dalam seminar ini saya harapkan akan banyak mendapat masukan yang nantinya dapat
diterapkan di rumah sakit masing-masing. Dalam pengelolaan rumah sakit, khususnya
rumah sakit swasta, harus tetap memperhatikan fungsi sosial rumah sakit.
Bagi pihak swasta yang bermaksud untuk mendirikan rumah sakit baru, pelak-
sanaannya harus benar-benar berdasarkan studi kelayakan, survei evaluasi lingkungan
dan analisa dampak lingkungan agar di kemudian hari mempunyai dampak yang positif
terhadap semua pihak.
Saudara-saudara sekalian,
Demikianlah sambutan saya pada pembukaan seminar upaya peningkatan pe-
layanan rumah sakit yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia ini.
Semoga seminar ini dapat mencapai tujuan guna perbaikan pengembangan rumah sakit
di Indonesia.
Selamatberseminar. Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim secara resmi Seminar
ini saya buka.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Menteri Kesehatan,
Dr Adhyatma, MPH
Hidajat Hardjoprawito
Pertama-tama marilah kita menaikkan Puji dan Syukur kita kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa atas perlindungan dan anugerah-Nya sehingga pada malam hari ini kita dapat
menghadiri Acara Pembukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan RS.
Perkenankan kami atas nama Panitia menyampaikan terima kasih kam i atas kesediaan
Bapak Menteri Kesehatan menghadiri Acara Pembukaan Seminar ini.
Seminar ini diselenggarakan dari tanggal 4 s/d 6 Agustus 1991 bertempat di Hotel
Bukit Raya Cipanas, mengambil thema : "Pemantapan Manajemen Dalam Upaya Pe-
ningkatan Pelayanan RS".
Tujuan Umum Seminar ini adalah : Meningkatkan kemampuan para pengelola RS
dalam rangka peningkatan pelayanan RS.
Sedangkan Tujuan Khususnya adalah :
1. Meningkatkan pengelahuan para pengelola RS tentang manajemen keuangan RS.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang manajemen mutu pelayanan RS.
Seminar yang dilaksanakan PERSI ini terselenggara berkat kerjasama dengan PT.
Kalbe Farma yang pada tahun ini berulang tahun yang ke 25.
Mengenai materi Seminar dan Diskusi Panel terdapat 4 kelompok materi yang akan
diperoleh para peserta, yaitu :
1. Sambutan Pengarahan Menteri Kesehatan.
2. Presentasi DirJen Yan Med tentang : Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada
tahap tinggal landas.
3. Materi Seminar tentang Pelayanan RS dan Keuangan RS oleh 8 Pembicara.
4. Diskusi Panel dengan topik : "Profil RS di Indonesia menjelang tahap tinggal landas
pembangunan nasional", akan disorot dari 4 aspek :
Diselenggarakan oleh :
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
Bersama
SUSUNAN PANITIA
Artikel :
PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya ke-
mampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat komponen atau aspek rumah sakit itu sebagai suatu sistem.
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, se- Klasifikasi aspek-aspek ini yang mungkin paling terkenal adalah
bagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Na- menurut Prof. Ayerdis Donabedian seorang profesor kesehatan
sional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas masyarakat dari Universitas Michigan , yaitu penggolongan dalam
dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat de- komponen struktur, proses dan outcome.
ngan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Struktur adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan,
Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosial organisasi dan manajemen , keuangan, tenaga, saran dan prasarana
budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan lainnya.
teknologi kedokteran maka sistim nilaipun berubah. Masyarakat Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi
semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang lainnya dalam interaksi profesional dengan pasien. Sehingga
canggih. Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan proses adalah merupakan apa dan bagaimana kegiatan pro-
mempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemulihan. Rumah fesional tersebut.
sakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur rujukan di- Output adalah hasil-akhir dari kegiatan dan tindakan dokter
harapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan paripuma dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
bagi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan ma- Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hasil akhir interaksi
antara struktur, proses dan output sehingga mutu pelayanan yang
syarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan rumah
sakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik sebagian besar tergantung dari mutu struktur dan mutu
efisien, sehingga dapat menampung rujukan dari puskesmas dan proses yang baik pula di rumah sakit. Sedangkan output yang
sarana kesehatan lainnya. buruk adalah disebabkan struktur atau proses yang juga buruk.
Sehubungan hal tersebut maka perlu ada kebijaksanaan Dalam makalah ini akan diuraikan tentang Kebijaksanaan
Departemen Kesehatan tentang peningkatan mutu dan upaya- Departemen Kesehatan dalam upaya peningkatan mutu pelayan-
upaya yang dijalankan, namun sampai saat ini nampaknya belum an dengan sistematika sebagai berikut :
ada kesepakatan tentang apa yang dimaksud dan belum ada I. Pendahuluan.
konsensus nasional dengan mutu pelayanan rumah sakit. II. Analisis situasi perumahsakitan.
iSemn-tar ni Departemen Kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu III. Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan Repelita V.
pelayanan rumah sakit lebih diarahkan kepada peningkatan IV. Kebijaksanaan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.
kemampuan pelayanan rumah sakit. V. Penutup.
Mutu pelayanan suatu rumah sakit merupakan hasil akhir
dari interaksi dan ketergantungan yang kompleks antaraberbagai ANALISIS SITUASI PERUMAHSAKITAN
a. Gambaran umum rumah sakit.
Pada tahun 1990 ada 938 rumah sakit umum dengan 108.133
PENGANTAR sarjana, teknisi, manajer dan pekerja Jepang. Waktu itu Jepang
Ada tiga orang Amerika yang dianggap sebagai pemiki: dan baru mulai membangun kembali industrinya yang hancur beran-
pemuka ulama dalam upaya meningkatkan mutu produk industri takan sebagai akibat Perang Dunia ke dua. Jepang harus mulai
manufaktur; mereka adalah : DR W. Edwards Deming, Philip B kembali dari nol. Produk industri Jepang sebelum perang ter-
Crosby dan DR. Joseph M Juran. kenal murah tapi bermutu buruk, barang Jepang waktu itu ter-
Deming terkenal dengan Deming's 14 points for managers; kenal sebagai imitasi murahan; sehingga Jepang ingin menghi-
;
Crosby mengajarkan 14 langkah untuk meningkatkan mutu langkan citra negatif ini tentang industrinya yang baru. Mereka
Juran memperkenalkan konseptrilogimutu : perencanaan mutu, ingin menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan dapat ber-
pengendalian mutu dan peningkatan mutu. Ketiga guru ter-
" "
saing. Deming, yang waktu itu di Amerika sendiri tidak dikenal,
sebut di atas sependapat mengenai pentingnya peran dan ke- dianggap oleh orang-orang Jepang dapat memberikan konsultasi
terlibatan manajemen dalam meningkatkan mutu. ten tang itu, berkatkeahliannya tentang statistik dan fisika. Dalam
Di tahun-tahun terakhir, falsafah dan ajaran mereka tentang rangka konsultasi itulah Deming mengembangkan falsafah 14
manajemen mutu sudah diterapkan juga dalam industri jasa, butirnya, seperti yang akan dirinci lebih lanjut nanti.
seperti bank, hotel, rumah sakit. Orang-orang Jepang dengan sungguh-sungguh mempelajari
Makalah ini akan mendiskusikan peran dan keterlibatan ajaran Deming, menerapkannya dan kemudian mengembang-
manajemen seperti yang dianjurkan oleh Deming, diterapkan kannya dalam industri mereka, disesuaikan dengan sifat-sifat
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. nasionalnya. Dari ajaran itu mereka mengembangkan falsafah
KAIZEN, yaitu falsafah manajemen praktek yang berkiblat
W EDWARDS DEMING DAN MANAJEMEN MUTU pada perbaikan proses yang berkesinambungan terus menerus
DALAM INDUSTRII JEPANG (Kai = perubahan, Zen = baik/perbaikan, Kaizen = perubahan
Deming adalah seorang ahli statistik yang menyandang menjadi lebih baik, continuous improvement). Kaizen sebagai
gelar PhD dalam ilmu fisika dari Universitas Yale. Dalam tahun falsafah dan strategi manajemen melahirkan beberapa konsep,
1940 ia bekerja pada Biro Sensus Amerika, dan pada tahun 1947 sistem dan perangkat kerja, antara lain :
ia diminta oleh Komando Tertinggi Pasukan Amerika (di bawah – Orientasi pada konsumen
Jenderal McArthur) yang waktu itu menguasai Jepang untuk - Pengendalian Mutu Terpadu (TQC, Total Quality Control)
membantu menyiapkan pelaksanaan sensus di negeri yang — Gugus Kendali Mutu (QCC, Quality Control Circles)
diduduki itu. Karena tugas ini ia dikenal olch banyak orang — Sistem saran karyawan
Jepang. – JIT (Just In Time)
Dalam tahun 1950 ia kembali ke Jepang atas undangan – Zero Defects
Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE). Selama – Otomatisasi, robotisasi
kunjungan ke dua ini ia memberikan serangkaian ceramah ten- – Pengembangan produk
tang metoda statistik dalam pengendalian mutu kepada para – Hubungan industrial, dll
dan
Bab I
Pendahuluan
Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit yang menggunakan Instrumen hasil kerja sama antara Dinas Kesehatan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan tahun 1984, telah dikaitkan
pengertiannya dengan Stratifikasi Rumah Sakit.
Hal ini disebabkan karena penyusunan Instrumen Penelitian Penampilan KerjaRumah Sakit memang sengaja diperuntukkan bagi
pelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit, dan karena pada pelaksanaan penilaian penampilan kerja Rumah Sakit terlebih dulu
dilakukan homogenisasi (pengelompokan) Rumah Sakit ke dalam Strata I, II, III.
Stratifikasi Rumah Sakit, yang di Jawa Timur dikerjakan sejak 1979 dengan Instrumen Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dr. Edwin
Soetjahja dan kawan-kawan),semula bertujuan untuk mendapatkan potret tentang keadaan Rumah Sakit, yang akan digunakan
sebagai masukan untuk perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang terarah dan sistimatis.
Unsur pembinaan walaupun ada, lebih dirasakan setelah digunakan Instrumen Penilaian Penampilan Kerja yang memunculkan
unsur manajemen. Jelas dirasakan pengaruh pembinaan ini, manakala dilakukan penilaian untuk 3 tahun berturut-turut dan secara
nyata dibuktikan bahwa persyaratandari indikator telah dilampaui,padahal pada tahun pertama persyaratan itu belum atau baru
diadakan.
Hal ini telah diantisipasi sejak semula, dengan menetapkan metodologi untuk diadakanpembaharuan instrumen setiap3tahun.
Kesempatan pembaharuan itu dimanfaatkan pula untuk perkembangan baru dari perumah sakitan, serta hal-hal yang diprogramkan
saat itu.
Dengan mengikuti kebutuhan dalam rangka fungsi pembinaan ini, maka dari Instrumen I (1984—1986) setelah mengalami
perubahan I (1987) menjadi Instrumen II (1987—1989). Jumlah indikatornya telah berkembang dari 83 menjadi 206.
Fungsi pembinaan ini, yang semakin dirasakan manfaatnya menyebabkan pula Instrumen III (1990—1992) hasil penyusunan Tim
Pembaharuan II (1990) mempunyai 194 indikator.
Pemanfaatan instrumen ini sebagai kegiatan lomba dapat tetap dilaksanakan, bila tersedia cukup waktu untuk melaksanakannya,
sedangkan untuk kelengkapan kriteria lomba dapat ditambah dengan hal yang sesuai dengan tema lomba.
Diluar keperluan lomba, Instrumen ini adalah alat bina atau alat mawas diri.
Bab II
Pengertian Stratifikasi Rumah Sakit
Seperti telah dikemukakan istilah Stratifikasi Rumah Sakit digunakan karena dalam pelaksanaan Penilaian Penampilan
Kerja Rumah Sakit dikelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkan biaya Operasionalnya, sebagai berikut :
Bab III
Ruang lingkup
Dengan penjelasan dalam bab I dan bab II, dapat disimpulkan bahwa Stratifikasi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan menilai
penampilan kerja Rumah Sakit sebagai output atau performancenya, dengan cara melakukan evaluasi mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan, tingkat efisiensi serta keadaan mutu lingkungan kebersihan dan penanganan limbah Rumah Sakit melalui sistim
homogenisasi (pengelompokan) berdasarkan keadaan inputnya (Darwis Hartono 1987 : Analisa penampilan kerja Rumah Sakit;
H. Sutedjo 1984 Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit Kabupaten/Kotamadya).
Sebagai sistim homogenisasi sampai sekarang digunakan biaya operasional, diharapkan untuk 1992 dapat digunakan hasil
penerapan sistim akreditasi Rumah Sakit.
Bab IV
Pelaksanaan
Pelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit dilakukan oleh pengelola program bersama Direktur Rumah Sakit atau Tim dari
Propinsi danTim dari Rumah Sakit. Bagi Direktur Rumah Sakit penilaian dapat menjadi cara mawas diri dan dapat dilakukan tiap
6 bulan 1 kali. Bagi pengelola program di Propinsi penilaian dapat diikuti komparasi antarRumahSakit denganmemperhatikan
homogenisasinya, dan merupakan masukan untuk pelaksanaan pembinaan menuju kepada peningkatan kegiatan ini dilakukan
setiap tahun.
Bab V
Petunjuk Pelaksanaan
A. Umum
1. Homogenisasi.
Penilaian diawali dengan penapisan (homogenisasi) dengan cara mengelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkan
Biaya Operasional tanpa obat.
2. Petunjuk Umum
a. Indikator
Materi penilaian merupakan penampilan kerja atau performance sebagai luaran (output) dari sarana yang menjadi
input dan proses dari kegiatan Rumah Sakit, sedangkan input dan sebagian dari proses tersebut dinilai oleh Instrumen
Akreditasi yang disusun pada waktu yang sama dan dengan kerja sama antara kedua Tim Penyusun.
Kategori Penggolongan kemampuan berdasarkan minimal pemeriksaan yang dilakukan oleh RSUD
Pemeriksaan
A ( 3 kombinasi) B (3 kombinasi) C (3 kombinasi) D (3 kombinasi) E (2 kombinasi)
Sederhana 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar
2. Sebagian besar 2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti
3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti
Sedang 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti
2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Sebagin besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil
3. Sebagian besar 3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti
Canggih 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti
2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti 2. Tak berarti 2. Tak berarti
3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil
Keterangan : Kemampuan pelayanan pemeriksaan akan dinyatakan golongan A, bila mampu dan telah melaksanakan :
1. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian kecil canggih (A.1.1.1.), atau
2. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian kecil sedang ditambah sebagian besar canggih (A.2.2.2.), atau
3. Sebagian kecil sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian besar canggih (A.3.3.3.).
Demikian juga untuk golongan berikutnya :
B. adalah B. 1.1.1. atau B. 2.2.2. atau B. 3.3.3.
C. adalah C. 1.1.1. atau C. 2.2.2. atau C. 3.3.3.
D. adalah D. 1.1.1. atau D. 2.2.2. atau D. 3.3.3.
E. adalah : E. 1.1.1. atau E. 2.2.2.
Dengan sistim kearsipan yang baik diharapkan dapat memperoleh informasi yang cepat, tepat dan mudah mencari kembali data
kepegawaian baik data pribadi/perorangan maupun data yang menyangkut laporan ketenagaan, perencanaan ketenagaan, beban
kerja maupun pemecahan masalah ketenagaan.
Untuk sistim kearsipan ini ditunjang dengan penggunaan map/file perorangan, di dalam penggunaannya diatur sebagai
berikut :
I. Isi file perorangan.
II. Pemberian kode file perorangan.
III. Penyimpanan file perorangan.
IV. Buku register / index.
Penjelasan :
I. Isifile perorangan adalah :
Kartu induk pegawai beserta lampiran (satu map untuk satu orang pegawai), sedang petunjuk pengisian kartu induk pegawai
(terlampir).
II. Pemberian kode :
Ditulis pada sisi bawah map dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Golongan pegawai yang bersangkutan dinyatakan dengan angka romawi (I, II, III, IV) yang ditulis di atas warna dasar
dari jenis pegawai.
2. Jenis tenaga dinyatakan dengan warna dasar :
DPK : Warna merah
DPB I : Warna biru
Lampiran 3.1
PROSEDUR KERJA TETAP UPF GIGI DAN MULUT
PERAWATAN PULPITIS.
1. AKUT.
— Lakukan Pemeriksaan :
Visuil : Karies profunda, pulpa terbuka.
EPT : Tidak bereaksi.
Panas : Sakit bertambah.
Dingin : Sakit berkurang.
Perkusi : Sakit.
— Lakukan drainage (dengan anestesi).
— Lakukan pulpektomi.
2. KHRONIS.
— Lakukan Pemeriksaan :
Visuil : Karies profunda.
Panas : Hampir tak bereaksi.
Dingin :. Hampir tak bereaksi.
Jarum Miller : Bereaksi.
X Ray : Perforasi.
Perubahan periodontium.
Tulang sekeliling apex - - - - - - - - - - - - - radioopaque.
4. FRAKTUR RAHANG.
— Lakukan anamnesa untuk mengetahui :
* Macam trauma.
* Waktu terjadinya.
* Kesadaran penderita pada waktu terjadi trauma.
– Lakukan pemeriksaan klinis :
* Keadaan umum.
* Keadaan dalam mulut.
— Lakukan pembuatan X Ray Photo.
— Lakukan perawatan :
* Reposisi dengan Close Reduction, bila tidak memungkinkan/hasilnya tidak memuaskan - - - - - - - lakukan dengan
Open Reduction.
* Immobilisasi, dengan Splinting.
— Lakukan pemberian analgesik dan antibiotik.
PERAWATAN TUMOR.
5. PERAWATAN TUMOR-TUMOR JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT.
— Lakukan pemeriksaan klinis.
— Lakukan pembuatan X Ray Photo, bila diperlukan.
— Lakukan biopsi, bila mengarah pada keganasan.
— Lakukan eksisi, bila diagnosisnya tumor jinak.
— Lakukan pengiriman penderita, bila diagnosisnya tumor ganas.
Lampiran 4.
MACAM TINDAKAN DILUAR TINDAKAN MEDIK DASAR
YANG DAPAT DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT KLAS C
Lampiran 5
Lampiran 8
KATEGORI TINDAKAN BIDANG KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN
Lampiran 9
Immunisasi
Pemantauan Wilayah Setempat (Pws)
— Tujuan Pws adalah memanfaatkan data yang paling minimal dengan mengembangkan indikator yang cukup sensitif bagi
pemantauan penyelenggaraan program Immunisasi.
Dengan prinsip-prin sip kesederhanaan dan berorientasi pada tindakan, Pws diarahkan untuk mengetahui secara cepat wilayah
mana yang maju dan mana yang belum, serta tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Indikator Pws yang digunakan :
1. Untuk mengukur jangkauan program (pemerataan pelayanan) :
RS.
Untuk DPT 1 , Polio—3, di RS dimonitor jumlah bayi lahir dalam 1 tahun dapat diganti dengan jumlah kunjungan baru bayi umur 0—11
bulan di RS / lahir di RS.
Lampiran : 10.1
Nama :
Alamat :
DAFTAR INVENTARISASI ALAT
No. Telp. :
Lampiran : 11.3
Lampiran : 13
Penjelasan :
1. Kartu ini diisi cukup satu helai saja, sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik dan kemudian diikatkan pada tiap-tiap alat
sebagai kartu badan (body card / body tag).
2. Setiap alat harus memiliki kartu pemeliharaan sendiri (satu alat satu kartu).
3. Semua alat yang diberikan kartu catatan pemeliharaan alat juga harus diberikan kartu pemeliharaan.
4. Untuk pengisiannya :
a. Tanggal kegiatan diisikan pada kolom " tanggal ".
b. Kolom kegiatan diisi perbaikan kalau alat tersebut diperbaiki atau perawatan kalau alat tersebut mendapat perawalan rutin.
5. Uraian lengkap kegiatan yang dilakukan diisikan pada kartu catatan pemeliharaan alat dari alat yang bersangkutan.
Halaman
Lampiran 1
Pengelompokan anggaran operasional
Lampiran 2
RUMAH SAKIT........................................
PROYEKSI LAPORAN HASIL USAHA
PERIODE...................................................
Pada umumnya Laporan Keuangan merupakan laporan yang LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT
menggambarkan hasil usaha dan keadaankeuangan rumah sakit Sebelum pembahasan alat-alat analisa perlu diketahui dulu
kepada berbagai pihak, baik pihak yang ada di dalam rumah Laporan Keuangan Rumah Sakit. Laporan Keuangan Rumah
sakit maupun pihak di luar rumah sakit. Karena itu Laporan Sakit sama seperti halnya perusahaan yang profit oriented
Keuangan ini harus disusun atas dasar suatu ketentuan yang mempunyai laporan keuangan sebagai berikut :
e Laporan Laba/Rugi (LaporanHasil Usaha) yaitu laporanyang
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Atas dasar ketentuan ini maka Laporan Keuangan yang menunjukkan perincian pendapatan dan biaya rumah sakit
harus ada adalah Laporan Hasil Usaha, Laporan Perubahan selama periode tertentu.
Modal, Laporan Neraca dan sebaiknya dilengkapi dengan La- • Laporan Perubahan Modal yaitu suatu laporan tentang
poran Sumber dan Penggunaan Dana serta Laporan Arus Kas. perubahan modal.
Laporan-laporan tersebut tentunya belum cukup memberikan • Laporan Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan posisi
informasi secara terperinci mengenai performance maupun harta, kewajiban dan modal rumah sakit pada tanggal tertentu.
situasi/kondisi keuangan rumah sakit. Laporan tersebut masih • Laporan Sumber dan Penggunaan Dana serta laporan arus
perlu diuraikan lebih lanjut, diinterpretasikan dan dianalisis kas, yaitu suatu laporan yang berisikan tentang pemenuhan dan
dengan jalan mengkaitkan atau menghubungkan unsur yang satu penggunaan dana.
dengan yang lain, sehingga bisa dihasilkan berbagai informasi Untuk mengevaluasi performance rumah sakit sebaiknya
mengenai keadaan Perusahaan (Rumah Sakit) kepada berbagai selain laporan Hasil Usaha Rumah Sakit yang mencerminkan
pihak khususnya pengelola rumah sakit. laporan hasil usaha secara keseluruhan (konsolidasi) sebaiknya
Bagi pengelola rumah sakit, Laporan Keuangan dapat juga dibuat laporan pendapatan dan biaya untuk setiap unit/sub
dipakai untuk membantu manajemen dalam melaksanakan unit kegiatan sebagai unit profit centre. Laporan Pendapatan dan
fungsi perencanaan dan pengendalian kegiatan rumah sakit Biaya ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
serta membantu untuk memecahkan persoalan likuiditas dan 1. Laporan Pendapatan dan Biaya Poliklinik (Rawat Jalan)
protitabilitas, selain itu dapat juga digunakan sebagai pedoman 2. Laporan Pendapatan dan Biaya Penunjang Medis, bisa dibagi
untuk menyusun Rencana Keuangan (Anggaran) serta memberi- lagi :
kan informasi yang relevan untuk mengambil keputusan- 1) Laporan Pendapatan dan Biaya Laboratorium.
keputusan yang efektif. 2) Laporan Pendapatan dan Biaya Rontgen/Radiologi.
KESIMPULAN KEPUSTAKAAN
1. Dana yang dikeluarkan masyarakat untuk obat di Indonesia 1. Iglehart JK. Health Policy Report, Germany's health care system. N Engl J
cukup besar dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan Med, June 13, 1991; p. 1750-1756.
pelayanan yang memadai. 2. Source. International Monetary Fund, Government Finance Statistics Year-
2. Di masa-masa yang akan datang peranan rumah sakit dalam book 1987 and World Bank Staff Estimates.
3. World Almanac and Book of Facts 1991. U.S. Health Expenditures 1960-
sistim pelayanan kesehatan akan semakin besar, terutama di 1988, 200 Park Avenue, New York, NY 10166. A Scrippes Howard
kota dan masyarakat akan menuntut pelayanan yang lebih Company, p. 844.
baik. 4. Smith, Lee. A cure for what asks medical care. Fortune July 1, 1991; p. 36-
3. Rumah sakit sebaiknya menaruh perhatian utama dalam usaha 39.
5. Smith MC, Knapp DA. Pharmacy, Drugs and Medical Care, 428 E. Preston
peningkatan pelayanan kesehatan pada medical care dan Street, Baltimore, Md 21202, USA. The Williams & Wilterms Company,
bukan pada hotel care. 1976; p 51.