You are on page 1of 140

Sambutan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia


pada Pembukaan Seminar Upaya
Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit
Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia
di Cipanas, 4 Agustus 1991

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Hadirin yang saya hormati

Pertama-tama marilah kila panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena dengan ridho-Nya kita dapat bertemu dan berkumpul bersama pada Pem-
bukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) ini. Seminar ini saya anggap
penting karena akan membahas peningkatan kemampuan dan pengetahuan para penge-
lola rumah sakit termasuk tentang manajemen keuangan rumah sakit dan manajemen
mutu pelayanan rumah sakit.
Tema yang dipilih yakni: Pemantapan Manajemen dalam Upaya Peningkatan Pe-
layanan Rumah Sakit sangat relevan dengan upaya Departemen Kesehatan yang tengah
berusaha meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi dan efektifitas pelayanan kesehatan
guna mencapai tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia. Ini berarti PERSI sebagai
ikatan profesi ikut melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap kemajuan pem-
bangunan kesehatan.

Saudara-saudara,
Kini kita telah memasuki tahun ketiga Repelita V yang merupakan Repelita terakhir
dalam pembangunan jangka panjang pertama.
Selama dua puluh tahun terakhir ini telah banyak hasil yang dicapai dalam
pembangunan kesehatan. Perilaku hidup sehat telah semakin berkembang dalam masya-
rakat, peran serta masyarakat dan swasta dalam pembangunan kesehatan semakin luas,
kesehatan lingkungan dan tempat pemukiman juga telah bertambah baik. Di samping itu,
prasarana dan sarana pelayanan kesehatan telah semakin banyak dan lebih merata.
Kesemuanya ini telah meningkatkan status kesehatan dan gizi masyarakat hingga manusia
Indonesia dapat hidup lebih sejahtera dan produktif.
Kemajuan lain yang patut dicatat adalah bertambahnya rumah sakit dan jumlah
tempat tidurrumah sakit di Indonesia. Pada awal tahun 1970-an kita hanya memiliki 1.116
RS dengan 81.753 tempat tidur dan pada tahun 1990 kita telah memiliki 1.532 RS dengan
118.565 tempat tidur. Sebagian dari rumah sakit tadi dimiliki oleh swasta (termasuk RS
milik penanam modal). Pada awal tahun 1970-an hanya terdapat 113 RS Swasta dan pada
tahun 1990 jumlah tadi meningkat menjadi 325 RS. Pada umumnya RS-RS Swasta tadi
dibangun di kota-kota besar.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 i


Meskipun sudah banyak kemajuan-kemajuan yang bermakna, namun RS-RS di
Indonesia khususnya RS Pemerintah, masih menghadapi banyak masalah yang kompleks.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut saya ingin mengingatkan amanat GBHN 1988
yang antara lain mengemukakan: Dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kese-
hatan, perlu terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lembaga-lembaga
pemeliharaan kesehatan, pusat-pusat kesehatan masyarakat serta lembaga-lembaga ke-
sehatan lainnya.
Untuk itu, perlu ditempuh langkah-langkah seperti: Peningkatan efisiensi pe-
manfaatan dana, tenaga dan sarana, antara lain dengan deregulasi dan debirokratisasi
manajemen program-program kesehatan termasuk sistem pengelolaan sumber dananya.
Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan seperti yang saya kutip tadi, Departe-
men Kesehatan tengah mengembangkan secara berangsur-angsur rumah-rumah sakit
pemerintah menjadi Lembaga Swadana. Pengembangan Lembaga S wadana ini bukanlah
swastanisasi karena rumah sakit pemerintah tetap merupakan asset pemerintah. Subsidi
bagi Lembaga Swadana tetap akan ada, tetapi lambat laun secara bertahap akan dikurangi
untuk kemudian subsidi tadi direalokasi kepada institusi pelayanan kesehatan lain yang
lebih membutuhkannya.
Perubahan status rumah sakit men jadi Lembaga Swadana akan berakibat perubahan
sistem manajemen di rumah sakit dengan implikasi penataan dan perubahan yang luas.
Perubahan-perubahan tadi antara lain dalam hal: reneana tahunan yang integratif, sistem
akuntansi, struktur organisasi, sistem pengawasan dan lain sebagainya. Disamping itu di-
butuhkan pula tenaga-tenaga yang lebih profesional yang dapat mengelola rumah sakit
sebagai suatu unit sosio-ekonomi. Pengembangan rumah sakit pemerintah menjadi
Lembaga Swadana bukanlah hal yang mudah. Dibutuhkan perangkat peraturan per-
undang-undangan tersendiri.
Disamping itu diperlukan pula persiapan yang cermat berdasarkan analisa yang akurat
agar di kemudian hari Lembaga tadi dapat berjalan mulus.

Saudara-saudara sekalian,
Pertambahan jumlah rumah sakit Swasta pada akhir-akhir ini cukup menggem-
birakan.
Dengan peningkatan jumlah rumah sakit swasta terbukalah kesempatan yang lebih
baik kepada masyarakat untuk dapat memilih rumah sakit sesuai dengan keinginannya.
Namun, perlu saya ingatkan bahwa setiap pengelola dan karyawan rumah sakit harus tetap
berpegang pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain tetap melaksanakan
fungsi sosialnya dan etika rumah sakit.
Kerjasama antar rumah sakit perlu dibina sedemikian rupa terutama dalam pengadaan dan
pemanfaatan alat-alat canggih dan pemenuhan tenaga khususnya tenaga medis dan
paramedis.
Dalam mendirikan rumah sakit swasta baru, saya menghimbau agar perencanaan
dibuat secara cermat semenjak jauh hari, termasuk perencanaan ketenagaan. Dengan
perencanaan yang baik akan terhindar tindakan-tindakan merekrut tenaga yang berasal
dari rumah sakit lain yang akhirnya dapat mengganggu operasional rumah sakit tersebut
dan mengganggu hubungan baik sesama anggota PERSI.
Akhirnya, saya ingin mengemukakan mengenai peningkatan kualitas pelayanan
kesehatan yang merupakan salah satu tujuan pokok Repelita V.
Peningkatan kualitas ini diperlukan karena dalam duapuluh tahun terakhir kita telah
berhasil meletakkan investasi sarana yang secara geografis telah menjangkau hampir
seluruh wilayah tanah air. Karenanya sarana itu harus diisi dengan kegiatan dan pelayan-
an yang lebih bermutu agar dampaknya juga lebih tinggi.
Peningkatan mutu pelayananpun diperlukan karena masyarakat Indonesia sudah lebih
kritis dan menuntut mutu pelayanan yang lebih baik.
Untuk mengetahui bahwa pelayanan yang diberikan lebih bermutu, dibutuhkan
standa-standar. Standarisasi ini harus segera dirumuskan dan ditetapkan sebagai ke-

ii Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


bijaksanaan operasional, sedangkan standar yang sudah selesai dibuat harus segera di-
pedomani dengan penuh rasa tanggung jawab. Standar yang sudah dibuat tetapi tidak
dimanfaatkan atau tidak dipedomani akan menjadi tidak berguna dan menjadi sia-sia. Hal
ini sangat tidak saya inginkan.
Saya harapkan Saudara-saudara para peserta Seminar sebagai pengelola rumah sakit
harus mampu dan mau untuk secara bersama-sama memperhatikan pelaksanaan berbagai
standar yang sudah atau akan dibuat. Standar ini akan berperanan penting karena kita
sudah mulai melaksanakan persiapan untuk melakukan akreditasi bagi semua rumah sakit
di Indonesia.

Saudara-saudara sekalian,
Kepada para pengelola rumah sakitbaik pemerintah maupun swasta yang ikut serta
dalam seminar ini saya harapkan akan banyak mendapat masukan yang nantinya dapat
diterapkan di rumah sakit masing-masing. Dalam pengelolaan rumah sakit, khususnya
rumah sakit swasta, harus tetap memperhatikan fungsi sosial rumah sakit.
Bagi pihak swasta yang bermaksud untuk mendirikan rumah sakit baru, pelak-
sanaannya harus benar-benar berdasarkan studi kelayakan, survei evaluasi lingkungan
dan analisa dampak lingkungan agar di kemudian hari mempunyai dampak yang positif
terhadap semua pihak.

Saudara-saudara sekalian,
Demikianlah sambutan saya pada pembukaan seminar upaya peningkatan pe-
layanan rumah sakit yang diselenggarakan oleh Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia ini.
Semoga seminar ini dapat mencapai tujuan guna perbaikan pengembangan rumah sakit
di Indonesia.
Selamatberseminar. Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim secara resmi Seminar
ini saya buka.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Menteri Kesehatan,

Dr Adhyatma, MPH

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 iii


Sambutan
Ketua Perhimpunan Rumah Sakit
Seluruh Indonesia (PERSI)

Ass. Ww. Wb.


Yth. Bapak Menteri Kesehatan, Bapak dr. Adhyatma, MPH.
Yth, Bapak Direktur Jenderal Pelayanan Medik, Bapak dr. Broto Wasisto, MPH.
Yth. Bapak Kepala Kanwil Dep. Kes. Jawa Barat.
Yth. Bapak Pimpinan P.T. Kalbe Farma.
Yth. Para Kolega, para pimpinan Rumah Sakit peserta Seminar.
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah memberikan rahmat dan ridhonya sehingga kita semua dapat berkumpul di
ruangan ini dalam keadaan sehat wal ' afiat dalam rangka upacara pembukaan "Seminar
Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit " .
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga kami sampai-
kan kepada Bapak Menteri Kesehatan, yang telah berkenan hadir untuk memberikan
sambutan dan pengarahan dan sekaligus secara resmi membuka seminar ini.
Bapak Menteri Kesehatan serta hadirin sekalian yang saya hormati,
Rumah sakit adalah suatu Instansi Pelayanan Kesehatan yang sangat majemuk, oleh
karena di rumah sakit di samping terkumpul banyak ahli dari berbagai disiplin ilmu, juga
terkumpul berbagai alat yang canggih.
Di Indonesia, rumah sakit menjadi lebih majemuk lagi, oleh karena pada saat ini
keadaan di Indonesia sedang pada masa transisi, antara lain yang terpenting :
1. Transisi epidemiologi. Kim pada saat ini masih harus menghadapi berbagai penyakit
infeksi, kurang gizi di samping itu juga harus mengatasi berbagai penyakit degene-
ratif, penyakit keganasan, penyakit akibat kecelakaan kerja dan lain-lain yang se-
makin meningkat.
2. Transisi sosial budaya yang mengakibatkan rumah sakit harus menyediakan fasilitas
untuk masyarakat yang tuntutannya sudah seperti tuntutan masyarakat negara maju,
dan sekaligus juga harus menyediakan fasilitas untuk masyarakat yang tuntutannya
masih sangat sederhana.
Bapak Menteri Kesehatan serta para hadirin sekalian yang saya hormati,
Akibat berbagai faktor, di seluruh dunia pada saat ini rumah sakit sedang berkembang
secara cepat.

iv Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


Di Indonesia, perkembangan rumah sakit didorong lebih cepat lagi oleh karena adanya
beberapa kebijakan pemerintah di bidang kesehatan pada umumnya dan kebijakan di
bidang perumah sakitan pada khususnya.
Kebijakan tersebut yang mempunyai dampak penting terhadap perkembangan pe-
rumah sakitan antara lain adalah :
1. Diijinkannya penanaman modal baik modal dalam negeri maupun modal asing untuk
menanamkan modalnya di bidang perumah sakitan.
2. Rencana pemerintah untuk menjadikan rumah sakit pemerintah sebagai lembaga
swadana.
3. Akan dilaksanakannya kebijaksanaan untuk menjadikan dokter yang bekerja di
Puskesmas sebagai Pegawai tidak tetap, sehingga banyak tenaga dokter yang diberi
kesempatan untuk bekerja di sektor swasta.
4. Penggunaan obat generik di rumah sakit pemerintah.
Semua kebijakan tersebut akan mendorong rumah sakit, baik swasta, terlebih-lebih
rumah sakit milik pemerintah untuk berkembang lebih cepat, dalam rangka meningkat-
kan efisiensi untuk mewujudkan pelayanan yang lebih baik.
Bapak Menteri Kesehatan serta para hadirin sekalian yang saya horrnati,
Perkembangan berbagai faktor yang mempengaruhi perkembangan perumah sakit-
an yang begitu cepat, akan mendorong dan mengakibatkan rumah sakit berkembang
dengan cepat pula. Agar rumah sakit dapat berkembang dengan baik sesuai perkem-
bangan lingkungan, diperlukan pimpinan rumah sakit yang cakap, inovatif menguasai
bidang manajemen, serta mampu mengantisipasi setiap perkembangan yang terjadi di
sekitamya untuk kepentingan pengembangan rumah sakitnya masing-masing dalam
rangka meningkatkan mutu pelayanan.
Dalam rangka untuk menambah bekal pengetahuan dan kemampuan para pimpinan
rumah sakit sesuai harapan tersebut, Persi menyelenggarakan Seminar "Upaya Pe-
ningkatan Pelayanan Rumah sakit", yang pada malam ini secara resmi akan dibuka oleh
Bapak Menteri Kesehatan.
Kepada Bapak Menteri, sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih dan peng-
hargaan yang setinggi-tingginya atas kesediaan Bapak untuk memberikan sambutan
pengarahan dan sekaligus secara resmi membuka Seminar ini. Kepada para peserta
Seminar, saya ucapkan selamat datang di Cipanas dan selamat mengikuti Seminar ini
dengan harapan mudah-mudahan hasil Seminar ini akan bermanfaat bagi rumah sakit
Saudara masing-masing, dan kepada Pimpinan P.T. Kalbe Farma, saya ucapkan terima
kasih atas kerjasamanya untuk menjadi sponsor tunggal Seminar ini dalam rangka
peringatan 25 tahun P.T. Kalbe Farma, dengan harapan mudah-mudahan P.T. Kalbe
Farma dapat tumbuh lebih besar untuk mengabdi kepada masyarakat dan bangsa.
Sekian terima kasih atas perhatian Bapak-bapak sekalian.
Wassalam.

Hidajat Hardjoprawito

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 v


Sambutan
Ketua Panitia Seminar
Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

Yth. Menteri Kesehatan RI.


Yth. Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan.
Yth. Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen Kesehatan.
Yth. Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan.
Yth. Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Yth. Pimpinan PT Kalbe Farma Presiden Komisaris & Presiden Direktur.
Yth. Ketua Umum PERSI.
Para undangan dan Para Peserta Seminar yang kami hormati.

Pertama-tama marilah kita menaikkan Puji dan Syukur kita kehadapan Tuhan Yang
Maha Esa atas perlindungan dan anugerah-Nya sehingga pada malam hari ini kita dapat
menghadiri Acara Pembukaan Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan RS.
Perkenankan kami atas nama Panitia menyampaikan terima kasih kam i atas kesediaan
Bapak Menteri Kesehatan menghadiri Acara Pembukaan Seminar ini.
Seminar ini diselenggarakan dari tanggal 4 s/d 6 Agustus 1991 bertempat di Hotel
Bukit Raya Cipanas, mengambil thema : "Pemantapan Manajemen Dalam Upaya Pe-
ningkatan Pelayanan RS".
Tujuan Umum Seminar ini adalah : Meningkatkan kemampuan para pengelola RS
dalam rangka peningkatan pelayanan RS.
Sedangkan Tujuan Khususnya adalah :
1. Meningkatkan pengelahuan para pengelola RS tentang manajemen keuangan RS.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang manajemen mutu pelayanan RS.
Seminar yang dilaksanakan PERSI ini terselenggara berkat kerjasama dengan PT.
Kalbe Farma yang pada tahun ini berulang tahun yang ke 25.
Mengenai materi Seminar dan Diskusi Panel terdapat 4 kelompok materi yang akan
diperoleh para peserta, yaitu :
1. Sambutan Pengarahan Menteri Kesehatan.
2. Presentasi DirJen Yan Med tentang : Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada
tahap tinggal landas.
3. Materi Seminar tentang Pelayanan RS dan Keuangan RS oleh 8 Pembicara.
4. Diskusi Panel dengan topik : "Profil RS di Indonesia menjelang tahap tinggal landas
pembangunan nasional", akan disorot dari 4 aspek :

vi Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


— Kebijaksanaan pengembangan RS
— Pengembangan SDM RS
— Pengembangan Teknologi RS
— Pengembangan Farmasi RS
Seminar ini dengan akreditasi IDI, maka Peserta mendapat nilai kredi t sebesar 7 SKP,
sedangkan Pembicara 3 SKP, Moderator dan Panitia 2 SKP.
Pendaftaran untuk Seminar dibuka sejak awal Juni 1991 yang lalu, dan telah mendaftar
sejumlah hampir 300 orang, namun karena keterbatasan ruangan Seminar maka peserta
dibatasi 200 orang. Pada saat ini tercatat 218 peserta yang berasal dari 179 RS dan berasal
dari 20 Propinsi.
Selain acara ilmiah, juga terdapat Pameran Mini peralatan RS oleh perusahaan-
perusahaan di lingkungan Kalbe Farma.
Sore hari tadi telah diadakan suatu pertandingan Tenis antar PERSI/peserta dan PT Kalbe
Farma, dengan skor 4 — 3.
Kemudian pada hari Senin malam akan diadakan pertunjukan kesenian serta hiburan.
Seminar ini akan ditutup pada hari Selasa siang setelah Diskusi Panel.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada PT Kalbe
Farma atas kerjasama penyelenggaraan Seminar ini dan kami mengucapkan Selamat
berulang tahun yang ke 25.
Akhirnya kami memohon kiranya Bapak Menteri Kesehatan berkenan memberikan
Kata Sambutan Pengarahan dan sekaligus berkenan meresmikan Seminar Upaya Pe-
ningkatan Pelayanan RS ini.
Demikian laporan kami dan terima kasih atas perhatian yang diberikan.

Dr. Nico A. Lumenta

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 vii


Seminar :
Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit
Hotel Lembah Bukit Raya, 4 - 6 Agustus 1991

Pembukaan dan Pengarahan oleh :


Menteri Kesehatan R.I. Dr. Adhyatma MPH

Diselenggarakan oleh :
Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia

Bersama
SUSUNAN PANITIA

Pelindung Dr. H. Sumardi K


Dr. Hidajat Hardjoprawito
Ketua Dr. Nico A. Lumenta
Sekretaris I Bambang Soetomo
Sekretaris II Dr. Jan Takasihaeng
Bendahara Dra. Ny. Suharsini

Komite Pengarah (Steering Committee) :


Ketua Dr. Samsi Jacobalis
Anggota - Dr. A.W. Budiarso, SKM
- Dr. H. Poernomo Sidi
- A.O. Handriono
- Irawan Soelistyo

Komite Pelaksana (Organizing Committee) :


Ketua Johnny Tular
Wakil Ketua : Dr. Darwis Hartono, MHA
Anggota : - Dr. Robert Imam Sutedja
- Bambang Soetomo
- Dr. Dady Tirtono

2 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Daftar Isi :
Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit

i. Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia – Dr Adhyatma,


MPH
iv. Sambutan Ketua Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
Karya Sriwidodo
(PERSI) – Hidajat Hardjoprawito
vi. Sambutan Ketua Panitia – Nico A Lumenta

Artikel :

5. Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan pada Tahap Tinggal


Landas dan Aspek Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit –
Brow Wasisto
11. Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI dalam Upaya Peningkat-
an Mutu Pelayanan Rumah Sakit – Soemarja Aniroen
17. Peranan Manajemen dalam Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah
Sakit – Samsi Jacobalis
20. Indikator Penilaian Penampilan Rumah Sakit – Darwis Hartono
24. Petunjuk Penilaian Kerja Rumah Sakit
78. Peranan Pelayanan non Profesi Kesehatan di Rumah Sakit —
Yos E Susanto
80. Struktur Pembiayaan Rumah Sakit –Amal C. Sjaaf
83. Prinsip - prinsip Penyusunan Rencana Anggaran Tahunan Rumah
Sakit – A.W. Boediarso
89. Prinsip - prinsip Akuntansi Rumah Sakit — Catharina Dartini
98. Jenis-jenis Laporan Keuangan Rumah Sakit dan Teknik Evaluasi
oleh Pengelola Rumah Sakit — Sismadi Partodimulyo
124. Aspek Pengembangan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit –
Hidayat Hardjoprawito.
126. Peran dan Masalah Teknologi Tinggi dalam Upaya Peningkatan
Pelayanan Rumah Sakit – Samsi Jacobalis
130. Aspek Pengembangan Farmasi Rumah Sakit—Boenjamin Setiawan
REDAKSI KEHORMATAN
KETUA PENGARAH
Dr Gen L.H. - Prof. DR. Kusumanto Setyonegoro - Prof. Dr. B. Chandra
KETUA PENYUNTING Gum Besar Emu Kedokteran Jiwa Guru Besar Emu Penyakit Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Dr Budi Riyanto W Jakarta Surabaya
PEMIMPIN USAHA - Prof. DR. R. Budhi Darmojo
Dr Hari Tanudjaja - Prof. Dr. R.P. Sidabutar Guru Besar Emu Penyakit Dalam
Guru Besar llmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
PELAKSANA SubBagian Ginjal dan Hipertensi Semarang
Sriwidodo Bagian Emu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, - Drg. I. Sadrach
ALAMAT REDAKSI Lembaga Penelitian Universitas Trisakti,
Jakarta
Majalah Gamin Dunia Kedokteran Jakarta
P.O. Box 3105 Jakarta 10002
- DR. Arini Setiawati
Telp. 4892808 - Prof. Dr. Sudarto Pringgoutomo
Guru Besar Emu Patologi Anatomi Bagian Farmakologi
NOMOR IJIN Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
151/SK/DITJEN PPG/STT/1976 Jakarta
Jakarta
Tanggal 3 Juli 1976
PENERBIT
Grup PT Kalbe Farms
PENCETAK DEWAN REDAKSI
PT Midas Surya Grafindo-
_ DR. B. Setiawan _ Drs.Victor S Ringoringo,SE,MSc.
_ Dr. P.J. Gunadi Budipranoto
- Drs. Oka Wangsaputra
_ DR. Ranti Atmodjo _ DR. Susy Tejayadi

PETUNJUK UNTUK PENULIS


Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pemah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuscripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore, London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984. Hal 174-9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah medis sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr, Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974 : 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. 1990; 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di alas kertas putih berukuran kuarto! PO Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan Iembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.

Tulisan dalam majalah ini merupakan pandangan/pendapat masing-masing penulis


dan tidak selalu merupakan pandangan atau kebijakan instansi/lembaga/bagian tempat
kerja si penulis.
Artikel

Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan


pada Tahap Tinggal Landas dan Aspek
Kebijaksanaan Pengembangan Rumah Sakit
Broto Wasisto
Direktur Jendral Pelayanan Medis, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN berarti juga Indonesia memasuki masa Pembangunan Jangka


Pembangunan Kesehatan bertujuan agar setiap penduduk Panjang Kedua, yang pelaksanaannya perlu dipersiapkan ber-
mampu untuk hidup sehat sehingga dapat mewujudkan derajat sama-sama secara matang. Mengingat sumber daya yang dapat
kesehatan masyarakat yang optimal, yang merupakan salah satu dimanfaatkan dalam pembangunan kesehatan sangat terbatas,
unsur kesejahteraan umum dari tujuan Pembangunan Nasional. perlu digali dan dikembangkan berbagai pola pemikiran serta
Pola Umum Pembangunan Jangka Pan jang Pertama merupakan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang baru, yang akan mampu
bagian integral dari Pembangunan Nasional. Pembangunan mencari terobosan-terobosan baru untuk mengatasi keterbatasan
Jangka Panjang Pertama yang meliputi jangka waktu 25 tahun tersebut dan sekaligus mempercepat laju pertumbuhan pem-
telah dilaksanakan sejak 1968 dengan pentahapan lima tahunan, bangunan kesehatan, selaras dengan meningkalnya kesejahtera-
yang dikenal dengan Pelita, dan yang kini telah memasuki an.
tahun-tahun terakhir Pelita V. Makalah ini bertujuan untuk membahas berbagai dimensi
Pelita I lebih menekankan kepada pembangunan sarana kesehatan dalam pembangunan jangka panjang yang akan da-
kesehatan, Pelita II telah meningkat kepada pembangunan tang. Secara singkat dibahas hubungan timbal balik antara kese-
kesehatan, sedangkan sejak Pelita III strategi pembangunan hatan dan pembangunan, kecenderungan keadaan dan masalah
kesehatan menjadi lebih jelas dengan diterimanya pendekatan kesehatan serta kecenderungan kebijaksanaannya pada waktu
Primary Health Care (PKMD). Upaya pelayanan kesehatan mendatang. Perkiraan-perkiraan yang dibuat bagi 25 tahun yang
yang semula hanya berupa upaya penyembuhan telah berkem- mendatang sangat kualitatif karena keterbatasan waktu untuk
bang menjadi kesatuan upaya kesehatan untuk seluruh masya- membuat analisis. Oleh karenanya, angka-angka yang disajikan
rakat, serta dengan peran serta masyarakat yang meliputi upaya- di sinipun masih akan diperbaiki lagi kelak. Apa yang disajikan
upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan serta pemulihan hanya memuat pokok-pokok saja dan banyak hal masih belum
secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Penyeleng- sempat dikemukakan. Perkiraan yang dilakukan menggunakan
garaan upaya kesehatan yang sangat luas dan rumit ini dirasa- gabungan prinsip-prinsip kontinuitas, analogi dan kecenderung-
kan perlu dikelola secara berhasil guna dan berdaya guna. Untuk an keadaan. Dalam banyak hal, kesehatan dipandang sebagai
itu, pada tahun 1982 telah diberlakukan Sistem Kesehatan bagian dari kesatuan sistem.
Nasional (SKN), yang memberikan kejelasan arah dan tujuan
pembangunan kesehatan. KESEHATAN DAN PEMBANGUNAN
SKN telah memuat rencana pembangunan kesehatan Pembangunan di Indonesia mulai berlangsung secara sis-
sampai akhir Repelita VI. Pada saat itu, diharapkan bahwa kita tematik sejak 1968. Tujuannya adalah untuk mewujudkan suatu
akan berada dalam tahap tinggal landas, yang kebetulan saatnya masyarakat yang adil dan makmur serta merata melalui pe-
sesuai dengan cita-cita Kesehatan Bagi Semua pada Tahun 2000 ningkatan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh
yang dicanangkan WHO pada tahun 1978. Memasuki Pelita VI, masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan pem-

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4–6 Agustus 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 5
bangunan dilaksanakan di segala bidang kehidupan yang tanian, perikanan, kehutanan dan lain-lain. Ini semua membawa
meliputi bidang sosial, ekonomi, politik, kebudayaan dan lain dampak di segala aspek kehidupan masyarakat serta lingkungan.
sebagainya. Karena keterbatasan biaya, pembangunan biasa- Perkembangan transportasi dan komunikasi memudahkan para
nya menetapkan prioritas-priorilas yang dapat berubah sesuai petugas menanggulangi masalah kesehatan, di samping memu-
dengan perkembangan keadaan. dahkan penyebaran penyakit. Pada segi lain, kemajuan transpor-
Berbagai data empirik di dunia menunjukkan bahwa tingkat tasi dan industri juga telah menyebabkan bertambahnya jenis dan
kesehatan (yang diukur dengan indikator-indikator crude death, jumlah kecelakaan akibat kerja dan lalu lintas yang semakin
child mortality, infant mortality dan life expectancy) mempunyai rumit sifatnya. Kemajuan industri dan perdagangan tidak hanya
korelasi positif terhadap tingkat GNP per kapita. Dapat diper- dinikmati hasilnya, akan tetapi juga dampak limbahnya dapat
kirakan bahwa suatu kenaikan GNP sebesar 10% akan meng- mengancam kehidupan. Bertambahnya lingkungan pemukiman
akibatkan naiknya harapan hidup sebesar 1 tahun, turunnya juga berdampak luas terhadap penyediaan air bersih, pembuang-
angka kematian bayi sebanyak 8,3%, menurunnya angka ke- an sampah serta air limbah, dan berkurangnya lahan pertanian
matian anak sebesar 14,2%, dan menurunnya angka kematian dan kehutanan yang merubah keseimbangan ekologi. Polusi air,
kasar sebanyak 1,5%. sampah, udara dan bunyi, serta kasus-kasus keracunan sebagai
Besarnya pengaruh pendapatan per kapita sebagai akibat akibat sampingan meluasnya pemukiman, berbagai proses
pembangunan terhadap keadaan kesehatan dapat dipahami ka- industri, transportasi maupun pertanian modern turut memper-
rena penduduk akan semakin mampu menyisihkan pendapatan- sulit keadaan.
nya untuk pangan, pendidikan, tempat tinggal, sanitasi dan lain- Kesimpulannya adalah bahwa kesehatan dan pembangunan
lain, yang kesemuanya berdampak positif terhadap peningkatan mempunyai hubungan yang erat dan saling mempengaruhi. Hasil
keadaan kesehatan. Harus diakui pula bahwa pendapatan yang yang optimal dari keterkaitan tersebut dapat diperkirakan bila
tinggi saja tidak secara otomatis menyebabkan status kesehatan kita membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan pembangunan yang
penduduk menjadi lebih baik. Agaknya pemerataan peningkatan diperhitungkan dengan cermat. Hal ini menjadi salah satu sebab
pendapatan di antara penduduk jauh lebih penting dari sekedar mengapa jajaran kesehatan perlu mengkaji kembali ketepatan
kenaikan nilai absolutnya. serta hasil dan kegunaan pelayanan kesehatan yang selama ini
Tidak dapat disangkal bahwa kesehatan memberikan andil telah diselenggarakan, serta menetapkan pola pelayanan yang
yang bermakna terhadap pembangunan karena penduduk yang perlu dipersiapkan menjelang masa pembangunan jangka pan-
sehat, secara ekonomi akan lebih produktif, dan begitu pula jang ke dua.
anak-anak sekolah yang sehatakan memiliki prestasi yang lebih
baik. Penelitian lain menunjukkan bahwa dengan membaiknya KECENDERUNGAN DETERMINAN KESEHATAN
keadaan kesehatan, masyarakat akan cenderung untuk memilih Determinan kesehatan atau faktor-faktor yang dapat ber-
ukuran keluarga yang lebih kecil. Hal ini pada gilirannya akan pengaruh terhadap tingkat derajat kesehatan penduduk adalah
memungkinkan pendapatan yang diperoleh untuk dimanfaatkan faktor-faktor sosial, ekonomi, demografi, lingkungan, upaya
secara lebih optimal bagi kesejahteraan keluarga. kesehatan dan faktor genetik. Dari sekian banyak faktor yang
Banyak sekali contoh klasik di mana upaya kesehatan dapat dapat berpengaruh tadi, empat faktor pertama mempunyai peran
meningkatkan ekonomi keluarga dan masyarakat. Pencegahan yang lebih penting. Pada hakekatnya determinan kesehatan
dan pemberantasan malaria di daerah endemik malaria akan tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi serta dapat
mencegah orang-orang dewasa kehilangan hari kerja sebanyak berubah-ubah.
14 hari selama 1 tahun. Pemberian pil sulfas ferrosus kepada para Keadaan sosial masyarakat Indonesia terutama tingkat
pemetik teh dapat meningkatkan hasil petikannya. Imunisasi pendidikannya akan terus membaik. Bila pada tahun 1980 hanya
memungkinkan keluarga menggunakan pendapatannya untuk 85% anak umur-sekolah (7 – 12 th) dapat memasuki sekolah
hal-hal yang berkaitan dengan kesejahteraan, karena banyak dasar, maka pada tahun 1990 ia telah meningkat menjadi lebih
anak dapat terhindar dari berbagai penyakit yang mahal peng- dari 95%. Diduga bahwa pada tahun 2015 rata-rata tingkat
obatannya. pendidikan masyarakat Indonesia sudah mencapai SLTA, se-
Pembangunan Nasional yang telah dilaksanakan selama dangkan buta huruf di kalangan wanita dewasa dapat dikatakan
hampir 25 tahun ini telah menyebabkan perkembangan pesat tidak ada lagi. Tingkat pendidikan yang meningkat ini me-
pada hampir semua bidang industri, transportasi serta pertanian, nyebabkan masyarakat Indonesia menjadi lebih berpengetahuan
dan dengan demikian secara umum telah mampu meningkatkan dan lebih pandai memilih altematif yang baik bagi dirinya serta
kesejahteraan masyarakat. Akan tetapi, perkembangan yang lebih mudah menyerap informasi.
pesat ini juga telah membawa dampak yang luas kepada berbagai Walaupun tingkat pendidikan menjadi lebih baik, dikhawa-
aspek kehidupan masyarakat, termasuk kesehatan, yang menye- tirkan bahwa pada sebagian masyarakat akan timbul sikap hidup
babkan pergeseran pola penyakit, dan kebutuhan serta tuntutan yang tak menguntungkan seperti misalnya kenakalan remaja,
masyarakat akan pelayanan kesehatan. kecanduan obat, alkoholisme, merokok, permissiveness dan lain
Kemajuan pembangunan di Indonesia telah memacu per- sebagainya. Keadaan ini dapat meluas dengan semakin tingginya
kembangan industri, transportasi, komunikasi, mekanisasi per- tingkat urbanisasi yang tak seimbang dengan tingkat pertum-

6 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


buhan ekonomi masyarakat tadi. rata-rata harapan hidup waktu lahir pada tahun 2015 akan lebih
Keadaan ekonomi Indonesia dalam 20 tahun terakhir telah dari 70 tahun. Angka ketergantungan (dependency ratio) pada
semakin membaik. Dalam tahun 1984 dan 1990 Indonesia tahun 1990 adalah 66% dan angka ini menurun terus sehingga
mengalami pertumbuhan ekonomi lebih dari 7% pertahunnya. pada tahun 2000 akan menjadi 46,6%. Mulai tahun 1990–1995
Pertumbuhan ini termasuk yang paling tinggi di dunia. Hal ini jumlah anak sekolah SD dan SLTP akan menurun terus. Dengan
tidak lepas dari tersedianya sumberdaya alam yang melimpah, demikian beban dan pola pelayanan kesehatan akan sangat
penduduk yang semakin mampu mengolah dan mengelola sum- berubah.
berdaya alam tadi dan perkembangan tehnologi serta kebijak- Urbanisasi akan meningkat. Pada tahun 2000, sekitar 40%
sanaan pembangunan. Meskipun mengalami krisis pada tahun penduduk Indonesia tinggal di kota-kota dan pada tahun 2015
1982 dan 1987, GNP dan pendapatan per kapita terus meningkat. meningkat sampai sekitar 50%. Akan timbul kantong-kantong
Begitu pula pemerataan pendapatan semakin membaik walaupun kumuh di banyak kota. Migrasi penduduk dari Jawa masih akan
dirasakan agak lambat. terjadi terutama menuju pulau-pulau Kalimantan, Sulawesi dan
Kecenderungan membaiknya keadaan ekonomi tadi akan Irian. Migrasi keluar pulau Jawa masih lebih besar dari pada
tetap berlangsung dalam 25 tahun mendatang. Krisis ekonomi imigrasi, tetapi lebih dari 50% penduduk Indonesia masih
dunia masih dapat terjadi tetapi dampaknya terhadap Indonesia tinggal di pulau Jawa yang kepadatannya mungkin akan men-
mungkin akan terbatas. Pada dekade 90-an ini, Indonesia akan eapai 1000 per km2. Kota metropolitan dengan penduduk lebih
masuk dalam kelompok negara-negara industri baru (NIC). dari 1 juta akan semakin banyak dan Jakarta akan menjadi mega
Timbul nya konglomerasi akan tetap berlangsung karena keadaan metropolitan.
pasar dan kebijaksanaan ekonomi yang memungkinkannya. Lingkungan hidup khususnya lingkungan fisik mempunyai
Namun demikian gerakan koperasi yang timbul dari bawah akan arti penting bagi kelangsungan keadaan kesehatan dan ke-
dapat semakin memperkuatketahanan ekonomi masyarakat strata sejahteraan manusia. Persediaan air minum bersih semakin tinggi
menengah ke bawah. Harus diakui kantong-kan tong kemiskinan cakupannya dalam 25 tahun mendatang. Sebagian besar pen-
masih akan dijumpai terutama di kota-kota dan daerah terpencil. duduk yang hidup di kota-kota akan menikmati air minum yang
Women labor participation akan meningkat. Pasangan suami- lebih layak, namun demikian di beberapa tempat air minum
istri muda yang kedua-duanya bekerja akan meningkat jumlah- bersih masih menjadi masalah. Pulau Jawa dapat mengalami
nya. Hal ini dapat menimbulkan dampak luas terhadap perkem- kesulitan air minum bila pengelolaan sumber-sumber yang ada
bangan kesehatan jiwa anak-anak yang ditinggalkan di rumah. tidak cermat. Pemanfaatan jamban keluarga akan lebih mening-
Perbaikan ekonomi yang menggembirakan tadi akan me- kat.
mungkinkan bangsa dan negara Indonesia memobilisasi lebih Industrialisasi yang akan berkembang cepat pada masa
banyak dana untuk upaya kesehatan. Penduduk akan semakin mendatang dapat menyebabkan timbulnya polusi udara, air,
mampu untuk membeli pelayanan yang tersedia terulama melalui suara dan thermal. Polusi limbah rumah tangga terhadap air
sistim asuransi. Meningginya tingkat pendapatan per-kapita, sungai akan tetap terjadi meskipun sudah diambil langkah-
tingkat employment rate serta pemerataan yang lebih baik dapat langkah program kali bersih. Pengelolaan sampah akan semakin
lebih mendorong berkembangnya asuransi kesehatan. baik tetapi pengotoran kimiawi yang berasal dari insektisida
Jumlah penduduk dan strukturdemografi sangat erat kaitan- pupuk dan bahan lain dapat lebih sering terjadi.
nya dengan kesehatan karena ia akan mempengaruhi volume Krisis energi yang terjadi menyebabkan Indonesia harus
pelayanan dan pola pelayanan kesehatan. Dalam 30 tahun mencari sumber energi alternatif. Pada dekade 90-an Indonesia
akhir jumlah penduduk Indonesia meningkat sangat cepat yakni akan memiliki sebuah Pembangkit Tenaga Listrik Nuklir (PLTN).
dari 97 juta pada tahun 1961, menjadi 119 juta pada tahun 1971, Walaupun PLTN sebenarnya sangat aman namun kewaspadaan
146,8juta pada tahun 1980 dan 179,3 juta pada tahun 1990. Yang akan bencana tetap akan harus dipersiapkan. Ada kemungkinan
cukup menggembirakan adalah bahwa angka pertumbuhan PLTN akan bertambah lagi menjelang tahun 2015, begitu juga
menurun dengan pesat yakni dari 2,31% pada dekade 70-an turun penggunaan zat-zat radioaktif akan meningkat, baik untuk ke-
menjadi 1,9% pada dekade 80-an. Angka kematian yang menu- butuhan industri maupun kesehatan.
run Iebih cepat dari angka kelahiran menyebabkan Indonesia Bertambah baiknya komunikasi dan transportasi akan
mengalami ledakan penduduk antara tahun-tahun 60 – 80. mempunyai dampak positif maupun negatif terhadap keadaan
Dalam 25 tahun mendatang jumlah penduduk Indonesia kesehatan.
masih akan bertambah dengan tingkat pertumbuhan yang se-
makin menurun . Pada tahun 2015 diduga jumlah penduduk KECENDERUNGAN PELAYANAN KESEHATAN
Indonesia sekitar 245 juta dengan angka pertumbuhan yang akan Pelayanan kesehatan di Indonesia dalam 20 tahun terakhir
mendekati 1%. Menurunnya angka kelahiran dan angka kema- berkembang sangat pesat sehingga pada tahun 1990 telah ter-
tian serta mengecilnya jumlah anggota keluarga menyebabkan dapat 15.000 Puskesmas Pembantu, sekitar 6000 Puskesmas dan
struktur umur penduduk Indonesia menjadi lebih tua, mereka 1500 R.S. swasta dan pemerintah, serta peningkatan jenis-jenis
yang berumur lebih dari 16 tahun jumlahnya akan lebih banyak pelayanan lain yang diselenggarakan oleh pihak swasta. Ma-
daripada yang berumur kurang dari 15 tahun. Persentase kelom- syarakat secara bersama-sama telah berhasil membangun lebih
pok lanjut usia (> 65 th) semakin lama semakin tinggi, sedangkan dari 200.000 Posyandu. Sarana tersebut telah tersebar lebih

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 7


merata sampai ke kabupaten, kecamatan dan desa-desa. Pada spesialisasi lainnya akan lebih banyak dibutuhkan. Tenaga kese-
umumnya sarana-sarana ini telah dilengkapi dengan tenaga dokter, hatan wanita akan melebihi pria sedangkan penyebarannya akan
dokter spesialis; dokter gigi, apoteker, paramedis perawatan, cenderung mengelompok di kota-kota. Ketimpangan distribusi
paramedis non perawatan dan tenaga non medik. Kesemuanya tenaga tetap akan terjadi sedangkan rasio tenaga terhadap po-
tadi telah dijalin dalam sistem rujukan tintbal balik dari bawah pulasi akan membaik.
Bila dilihat kualifikasi pendidikan, tenaga kesehatan lulusan
ke atas.
Dalam 25 tahun mendatang jumlah dan jenis pelayanan D3, S 1 dan S2 jumlahnya akan lebih dominan pada masa menda-
kesehatan akan sangatberkembang karena jumlah populasi yang tang baik pada sarana pemerintah maupun swasta. Tenaga
meningkat, permintaan (demand) yang meninggi, transportasi fungsional pada rumah sakit pemerintah akan semakin banyak
dan komunikasi yang mudah, berubahnya pola penyakit dan lain jumlah dan ragamnya, sedangkan golongan II dan III akan
sebagainya. Pelayanan kuratif akan semakin menonjol karena merupakan kelompok yang paling besar jumlahnya. Kantor
permintaan akan pelayanan preventif sudah menyatu (ter- administrasi kesehatan (Depkes, dll.) akan lebih banyak diisi
integrasi) dalam kehidupan sehari-hari. oleh tenaga fungsional yang profesional sedangkan tenaga pen-
Majunya ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran serta dukung akan minimal jumlahnya. Desentralisasi kepada Daerah
derasnya arus informasi menyebabkan timbulnya sofistikasi Tingkat II akan lebih luas. Career planning tenaga kesehatan
pada banyak rumah sakit dan sarana pelayanan. Akan timbul menjadi lebih terbuka antara swasta dan pemerintah serta antara
fenomena seperti home-care, day-care, diagnostic center, dan sektor yang satu dengan yang lainnya. Keadaan tadi semuanya
mungkin abortion center (dalam arti positif) dan lain-lain. Rumah menyebabkan berubahnya sistem pendidikan dan latihan tenaga
sakit yang spesialistik akan lebih banyak jumlahnya. Perkem- serta sistem rekrutmen.
bangan ini dapat mengubah fungsi Puskesmas menjadi semacam Teknologi kedokteran akan tetap meningkat kemajuannya,
consultative center, sedangkan Posyandu secara alamiah akan tetapi kemajuan dalam teknologi diagnostik akan jauh melebihi
berkurang sampai tidak ada lagi. Puskesmas yang berada pada kemajuan dalam teknologi terapeutik. Bioteknologi semakin
tempat dengan lingkungan sosial ekonomi yang sangat berkem- berperan terutama dalam produksi vaksin, hormon, obat dan
bang, dapat berubah menjadi rumah sakit. prosedur diagnostik. Penggunaan obat juga cenderung meningkat
Pelayanan kesehatan swasta akan Iebih banyak dari pada baik jumlah maupun jenisnya. Obat-obatan baru untuk penyakit-
pemerintah menjelang tahun 2000 nanti, dan rumah sakit pe- penyakit menahun akan semakin banyak jenisnya. Penggunaan
merintah akan cenderung menjadi swadana. Rumah sakit peme- analgetika, vitamin dan obat adjuvant (penguat) akan terus me-
rintah akan tampil bersaing terhadap swasta dalam artian pe- ningkat, sedangkan penggunaan antibiotika relatif akan men urun
nampilan fisik, pelayanan (service) dan kualitas. Perlunya pela- atau menetap sesudah tahun 2000. Namun demikian antibiouka
yanan yang bermutu dan persaingan yang ketat mengakibatkan baru tetap akan bermunculan dan yang lama ditinggalkan. Bio-
rumah sakit harus dikelola oleh direktur-direktur yang pro- teknologi akan meningkat peranannya dalam produksi obat-
fesional yang didukung oleh staf middle-management yang obatan. Kapasitas produksi obat jadi dan bahan baku obat Indo-
tangguh. nesia akan meningkat terus, sesuai dengan kemajuan ekonomi
Ongkos-ongkos umum yang meningkat dan introduksi secara umum dan kenaikan permintaan akan obat-obatan. Mutu
teknologi baru menyebabkan ongkos pelayanan kesehatan akan produk akan bertaambah bail dan kompetetif di dunia inter-
semakin mahal. Keadaan ini dapat mempercepat tumbuhnya nasional. Arus globalisasi ekonomi yang masuk Indonesia
asuransi kesehatan. Namun demikian perlu diperhatikan pula menyebabkan harga obat-obatan akan temp meningkat.
bahwa asuransi kesehatan yang tidak dikelola dengan baik akan Distribusi obat di Indonesia akan tetap bertambah baik
mendorong ongkos-ongkos pelayanan untuk meningkat pula. sehingga cakupannya lebih merata. Konsumsi obat per kapita
Tingkat employment-rate pada sektor formal yang meninggi dan juga akan meningkat karena pola penyakit yang berubah dan
pendapatan per kapita yang semakin meningkat serta kesadaran masyarakat yang lebih mampu membelinya. Dikhawatirkan
akan perlunya jaminan yang pasti di masa mendatang akan penjualan obat di pasar gelap akan bertambah begitu pula obat
menumbuhkan asuransi kesehatan yang dapat menjangkau lebih tentengan dan selundupan. Dengan demikian incidence dari
banyak penduduk. Pada saatnya, asuransi kesehatan harus di- intoksikasi dan efek samping obat dapat meningkat, karenanya
tetapkan menjadi suatu kewajiban dan dampaknya terhadap dibutuhkan pusat informasi obat untuk mengatasi hal ini.
kesehatan akan menjadi bermakna. Obat-obat tradisional masih temp akan dikonsumsi oleh
Masalah pelayanan kesehatan yang dapat lebih rumit pada sebagian masyarakat Indonesia tetapi jumlahnya tak akan
25 tahun mendatang adalah hal-hal yang berhubungan dengan meningkat dan relatif mungkin menurun. Kedokteran alternatif
pelanggaran etik, malpractice serta tuntutan di pengadilan ter- dapat timbul.
hadap para dokter.
Berkembangnya pelayanan kesehatan akan diikuti oleh KECENDERUNGAN DERAJAT KESEHATAN
berkembangnya tenaga kesehatan yang jumlah dan jenisnya akan Keadaan serta masalah kesehatan yang dihadapi jajaran
meningkat dalam 25 tahun mendatang. Dokter dan perawat yang penyelenggara pelayanan kesehatan senantiasa mengalami per-
spesialistik, sarjana elektromedik, hospital pharmacist, clinical ubahan dari masa ke masa. Faktor lingkungan, perilaku dan
epidemiologist, ahli industrial health, occupational health, dan pelayanan kesehatan saling berkaitan dan mempengaruhi se-

8 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


hingga sangat menentukan tinggi rendahnya derajat kesehatan
yodium).
masyarakat. Derajat kesehatan yang tinggi membantu Berbagai penyakit menahun atau penyakit tidak menular
meningkatkan produktivitas masyarakat yang pada gilirannya akan sangat meningkat seperti penyakit kanker, penyakit kardio-
membawa nilai ekonomi bagi masyarakat sendiri. vaskuler, gangguan endokrin, artritis rematoid, gangguan jiwa,
Derajat kesehatan penduduk yang biasanya dinilai melalui
gangguan akibat rudapaksa/kecelakaan dan lain-lain. Pada tahun
indikatormorbidilas, mortal has, status gizi, telah membaik dalam
2015, kanker dan penyakit kardiovaskuler akan menjadi penye-
25 tahun terakhir. Berbagai penyakit menular telah hilang atau
bab utama kematian. Penyakit akibat gizi-lebih (overnutrition)
mulai menghilang, begitu pula keadaan gizi masyarakat yang
dan obesitas dapat pula meningkat.
membaik. Kurang kalori protein telah turun prevalensinya,
Pada masa 25 tahun yang terakhir, dunia telah mengenal
kebutaan karena kurang Vitamin A sudah sangat rendah begitu
paling sedikit tiga penyakit baru yang mewabah, yakni Demam
pula gondok karena defisiensi yodium.
Berdarah Dengue, Legionnaire ' s Disease serta AIDS. Dalam 25
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indika-
tahun mendatang dapat pula timbul wabah penyakit baru yang
tor yang peka dan spesifik untuk mengukur derajat kesehatan dan
disebabkan oleh virus. Penyakit karena toksoplasmosis akan
yang secara tak langsung juga mampu menunjukkan tingkat
mendapat perhatian lebih besar.
kesejahteraan masyarakat. AKB di Indonesia yang tinggi telah
Penambahan jumlah penduduk sangat berpengaruh terhadap
mengalami penurunan yang cukup tajam antara tahun 1975 –
beban kerja pelayanan kesehatan, dan struktur umur masyarakat
1985, dari 107 menjadi 70 kematian bayi per 1000 kelahiran
mempengaruhi jenis pola pelayanan kesehatan. Pola pelayanan
hidup '). Akan tetapi angka ini masih cukup tinggi bila di-
kesehatan orang dewasa dan lanjut usia akan menjadi lebih
bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Sebagai
penting di masa mendatang karena struktur penduduk Indonesia
contoh, pada tahun 1987 AKB di Malaysia adalah 24, Singapura
yang menjadi lebih tua. Prioritas pelayanan kesehatan yang
9, Thailand 40 dan Filipina 46 per 1000 kelahiran hidup(2) . semula terhadap bayi dan anak akan bergeser menjadi terhadap
Penurunan AKB di Indonesia tidak merala dan cukup ber- usia dewasa dan usia lanjut.
variasi di antara propinsi dan juga di antara daerah perkotaan dan Perbaikan derajat kesehatan yang berbeda antar berbagai
pedesaan. AKB di DI Yogyakarta pada tahun 1985 merupakan daerah akan berdampak lu a s bagi pelayanan kesehatan. Pada
yang terendah, yaitu 29 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan daerah yang sudah Iebih baik dan maju telah berkembang pe-
Nusa Tenggara Barat memiliki AKB tertinggi yakni 144(3). nyakit tak menular dan khronis serta penyakit pada usia lanjut,
Diperkirakan AKB di daerah perkotaan adalah 57 dan untuk dan penyakit-penyakit infeksi serta gangguan gizi menurun. Se-
daerah pedesaan 76 per 1000 kelahiran hidup. Karena tingkat baliknya pada daerah yang belum sedemikian maju akan tetap
kesehatan antar berbagai propinsi yang belum merata, prioritas didominasi oleh pola penyakit infeksi dan gangguan gizi. Oleh
penanggulangan masalah kesehatan di masing-masing propinsi karena itu, transisi epidemiologi ini akan menimbulkan beban
tentunya akan berbeda. ganda yang cukup berat bagi pelayanan kesehatan di masa
Menurunnya AKB mengakibatkan meningkatnya Angka mendatang.
Harapan Hidup (AHH). AHH yang pada tahun 1970 diperkira-
kan 48.2 tahun untuk wanita dan 45 lahun untuk pria telah KECENDERUNGAN KEBIJAKSANAAN JANGKA
berubah menjadi masing-masing 61 tahun dan 58 tahun pada PANJANG
tahun 1985(4 ). Kebijaksanaan dapat diartikan sebagai petunjuk-petunjuk
Angka kematian ibu karena kehamilan, melahirkan dan umum bagi kegiatan atau pengambilan keputusan lebih lanjut.
masa nifas (MMR) juga akan menurun tetapi tingkat penurunan- Kebi jaksanaan, termasuk kebijaksanaan pembangunan kesehatan,
nya akan lamban. Untuk ini dibutuhkan sistem rujukan yang biasanya dipengaruhi oleh political commitment yang lebih tinggi,
mantap dan dukungan rumah sakit terhadap upaya kesehatan aspirasi masyarakat, permasalahan yang dihadapi dan potensi
masyarakat. kemampuan yang ada. Struktur kebijaksanaan menyangkut
Menurunnya angka kematian yang kemudian disusul tujuan, strategi atau langkah pokok, prioritas dan lain sebagai-
dengan menurunnya angka kelahiran telah mengubah struktur nya.
umur penduduk Indonesia (transisi demografi). Keadaan ini Dalam memasuki tahap proses tinggal landas mulai Pelita
ditambah dengan perubahan lingkungan, perubahan gaya hidup, VI sampai dengan Pelita X, kebijaksanaan pokok sebagaimana
dan menurunnya morbiditas penyakit menular menyebabkan tertera dalam pemikiran dasar Sistem Kesehatan Nasional tetap
pola penyakit di Indonesia berubah (transisi epidemiologi). berlaku. Tahap Tinggal Landas pembangunan kesehatan adalah
Perubahan-perubahan nyata akan semakin nampak menjalang suatu tahap dim ana ban gsa Indonesia telah mampu untuk tumbuh
tahun 2000 nanti. Penyakit-penyakit menular yang akan hilang kembang melanjutkan pembangunan kesehatan, dengan sandar-
menjelang tahun 2000 nanti antara lain morbilli, pertussis, an utama kekuatan sendiri, menuju tercapainya kemampuan
poliomielitis, tetanus neonatorum, difteria, frambusia dan kusta. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan
Berbagai penyakit menular lainnya dapat juga menurun morbi- derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kese-
ditas dan mortalitasnya. Begitu pula penyakit karena gangguan jahteraan umum. Diperlukan kemampuan-kemampuan untuk
kurang gizi sudah akan sangat menurun sampai tidak ada lagi dapat tinggal landas, yakni :
(PCM, Xerophthalmia, anemia kurang besi serta defisiensi 1. Kemampuan masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 9


yang optimal; dijalankan karena mekanismenya sudah baik. Peranan BUMN
2. Kemampuan masyarakat dan swasta untuk memikul pem- dalam produksi obat harus tetap dipertahankan, khususnya dalam
biayaan kesehatan melalui program asuransi Jaminan Pe- produksi obat generik. Karena semakin luasnya penggunaan
meliharaan Kesehatan; obat, perlu dikembangkan drug intoxication center, khususnya
3. Kemampuan sarana kesehatan, termasuk rumah sakit untuk pada rumah sakit-rumah sakit pendidikan.
berfungsi efisien dan efektif. Perbaikan gizi akan lebih ditekankan kepada pendidikan
Dari penjelasan-penjelasan sebelumnya, nampak bahwa atau penyuluhan untuk mencegah overnutrition atau mencegah
dalam 25 tahun mendatang, Indonesia akan mengalami per- risiko timbulnya penyakit-penyakit menahun. Penganekaragam-
ubahan-perubahan yang besar, termasuk pada bidang kesehatan. an menu makanan sehat terus dikembangkan. Monitoring keada-
Karena itu perlu diadakan penyesuaian kebijaksanaan agar an lingkungan ditingkatkan untuk mencegah timbulnya polusi,
Indonesia dapat memanfaatkan peluang yang ada serta meng- dengan prioritas utama diberikan kepada pencemaran air.
atasi masalah dan kendala yang mungkin menghadang. Ke- Manajemen pembangunan kesehatan menitikberatkan ke-
bijaksanaan-kebijaksanaan penting di bidang kesehatan yang pada desentralisasi pelaksanaan yang lebih luas kepada daerah
perlu diperhatikan adalah sebagai berikut : tingkat II. Sesuai dengan pengembangan tenaga, jabatan-jabatan
1. Upaya kesehatan; fungsional tetap di tingkatkan jumlah dan jenisnya. Otonomi juga
2. Ketenagaan; diberikan secara luas kepada unit-unit pelaksana sehingga dapat
3. Obat-obalan; beroperasi secara mandiri tanpa meninggalkan fungsi sosial dari
4. Gizi dan Lingkungan; pelayanan kesehatan. Penyederhanaan organisasi dilakukan ter
5. Manajemen dan hukum; serta utama pada tingkat pusat dan propinsi. Kegiatan limas sektoral
6. Pembiayaan. tetap diintensifkan untuk mengatasi hal-hal yang berkaitan
Upaya kesehatan, prioritas dan sasarannya akan bergeser dengan lingkungan, gizi, obat, makanan dan tenaga kesehatan.
pada kelompok remaja dan usia produktif, sedangkan upaya Peraturan perundang-undangan yang ada perlu ditelaah lagi
promotif dan kuratif akan lebih meningkat. Organisasi dan dan disesuaikan dengan perkembangan keadaan. Dengan de-
kegiatan rumah sakit-rumah sakit perlu ditata untuk disesuaikan mikian pelayanan kesehatan dan konsumsi akan lebih terlin-
guna perawatan dan penanggulangan penyakit tidak menular. dungi. Pembinaan dan pengaturan penggunaan teknologi ke-
Guna mendukung industrialisasi perlu dikembangkan kegiatan- dokteran dilaksanakan demi keuntungan dan kesejahteraan
kegiatan yang berkaitan dengan industrial and occupational masyarakat.
health. Jumlah rumah sakit dan tempat tidurnya perlu ditingkat- Pembiayaan kesehatan ditingkatkan terutama melalui sis-
kan terutama di kota-kota dengan tingkat pertumbuhan yang tem asuransi kesehatan yang dapat menjamin pelayanan yang
tinggi. Pelayanan bagi penduduk miskin di kota-kota juga akan layak dan menghindarkan dari peningkatan ongkos-ongkos
diperhatikan. Kesemuanya ini terutama melibatkan peran serta pelayanan. Bersamaan dengan itu unit-unit swadana terus dikem-
masyarakat termasuk swasta. Rujukan pelayanan ditingkatkan bangkan secara bertahap. Premi asuransi pegawai negeri di-
dengan mengaitkannya dengan swadana, akreditasi, mutu, dan naikkan sesuai dengan perkiraan ongkos pelayanan. Untuk
sistem asuransi kesehatan. menjamin terlindunginya mereka yang tak mampu dan ter-
Guna menjamin dukungan tenaga kesehatan yang memadai, eapainya azas pemerataan, subsidi kesehatan oleh pemerintah
jumlah sekolah dan ragam sekolah perlu ditambah. Pendidikan temp diberikan. Sarana-sarana pelayanan hendaknya diorgani-
dan pelatihan untuk sebagian besar agar dialihkan kepada pihak sasi sehingga dana-dana yang ada dapat digunakan secara lebih
swasta dan ikatan profesi. Pendidikan dan latihan tenaga di- efisien.
arahkan terutama untuk menghasilkan tenaga-tenaga fungsional
yang lebih profesional dalam rangka peningkatan mutu pela-
yanan kesehatan. Ikatan kerja harus lebih luwes tetapi yang KEPUSTAKAAN
memungkinkan dikembangkannya jaminan sosial hari depan. 1. Perkiraan dengan cara Trussell, West Model, dihitung oleh Sumantri.
Sistem karir yang terbuka dapat dikembangkan dengan 2. Situasi Anak-anak di Dunia 1989, laporan James P. Grant, Direktur Unicef.
mengaitkannya dengan sistem penggajian yang sama adilnya. 3. Analisa Situasi Derajat Kesehatan, disusun dalam rangka Penyusunan
Produksi obat harus ditingkatkan jumlah dan jenisnya se- REPELITA V Kesehatan.
4. Djuhari Wirakartakusumahcs."MasalahKependudukan dan Prospek Jangka
suai dengan pola penyakit yang ada dan tuntutan akan pelayanan Panjang, kaitannya dengan pembangunan di Indonesia 1989–2005" disam-
kesehatan. Sistem distribusi hendaknya disederhanakan se- paikan pada Seminar Penyusunan Kerangka Landasan Pembangunan Jangka
dangkan sistem penatalaksanaan resep yang sudah ada tetap Panjang Tahap Kedua 17 Februari 1989,

10 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Kebijaksanaan Departemen Kesehatan RI
dalam Upaya Peningkatan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Dr. Soemarya Aniroen, MHA
Kepala Direktorat RS Khusus & Swasta Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN
Tujuan Pembangunan Kesehatan adalah tercapainya ke-
mampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat komponen atau aspek rumah sakit itu sebagai suatu sistem.
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal, se- Klasifikasi aspek-aspek ini yang mungkin paling terkenal adalah
bagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari Tujuan Na- menurut Prof. Ayerdis Donabedian seorang profesor kesehatan
sional. Untuk itu perlu ditingkatkan upaya untuk memperluas masyarakat dari Universitas Michigan , yaitu penggolongan dalam
dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat de- komponen struktur, proses dan outcome.
ngan mutu yang baik dan biaya yang terjangkau. Struktur adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan,
Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, perubahan sosial organisasi dan manajemen , keuangan, tenaga, saran dan prasarana
budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan dan lainnya.
teknologi kedokteran maka sistim nilaipun berubah. Masyarakat Proses adalah semua kegiatan dokter dan tenaga profesi
semakin menuntut pelayanan yang bermutu dan kadang-kadang lainnya dalam interaksi profesional dengan pasien. Sehingga
canggih. Rumah sakit sebagai mata rantai pelayanan kesehatan proses adalah merupakan apa dan bagaimana kegiatan pro-
mempunyai fungsi utama penyembuhan dan pemulihan. Rumah fesional tersebut.
sakit ini bersama dengan puskesmas melalui jalur rujukan di- Output adalah hasil-akhir dari kegiatan dan tindakan dokter
harapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan paripuma dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
bagi masyarakat. Dengan semakin meningkatnya tuntutan ma- Mutu pelayanan rumah sakit merupakan hasil akhir interaksi
antara struktur, proses dan output sehingga mutu pelayanan yang
syarakat akan mutu pelayanan maka fungsi pelayanan rumah
sakit secara bertahap perlu ditingkatkan agar menjadi lebih baik sebagian besar tergantung dari mutu struktur dan mutu
efisien, sehingga dapat menampung rujukan dari puskesmas dan proses yang baik pula di rumah sakit. Sedangkan output yang
sarana kesehatan lainnya. buruk adalah disebabkan struktur atau proses yang juga buruk.
Sehubungan hal tersebut maka perlu ada kebijaksanaan Dalam makalah ini akan diuraikan tentang Kebijaksanaan
Departemen Kesehatan tentang peningkatan mutu dan upaya- Departemen Kesehatan dalam upaya peningkatan mutu pelayan-
upaya yang dijalankan, namun sampai saat ini nampaknya belum an dengan sistematika sebagai berikut :
ada kesepakatan tentang apa yang dimaksud dan belum ada I. Pendahuluan.
konsensus nasional dengan mutu pelayanan rumah sakit. II. Analisis situasi perumahsakitan.
iSemn-tar ni Departemen Kesehatan dalam upaya meningkatkan mutu III. Kebijaksanaan Pembangunan Kesehatan Repelita V.
pelayanan rumah sakit lebih diarahkan kepada peningkatan IV. Kebijaksanaan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan.
kemampuan pelayanan rumah sakit. V. Penutup.
Mutu pelayanan suatu rumah sakit merupakan hasil akhir
dari interaksi dan ketergantungan yang kompleks antaraberbagai ANALISIS SITUASI PERUMAHSAKITAN
a. Gambaran umum rumah sakit.
Pada tahun 1990 ada 938 rumah sakit umum dengan 108.133

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11


jumlah tempat tidur. Dari jumlah rumah sakit tersebut 36% menurun. Untuk kurun waktu lima tahun (1982–1987) persen-
adalah rumah sakit swasta, 44,4% rumah sakit pemerintah, tase biaya kesehatan terhadap PDB berturut-turut adalah 2,78%,
11,9% rumah sakit ABRI dan 7,7% rumah sakit milik BUMN. 2,48%, 2,23%, 2,39% dan 2,51%. Angka tersebut belum pernah
b. Tenaga mencapai 3% PDB, apalagi mencapai 5% PDB seperti direko-
Pendayagunaan tenaga medik dan paramedik diprioritaskan mendasikan oleh WHO. Di Thailand pengeluaran untuk kese-
untuk puskesmas-puskesmas. Maka di rumah sakit terutama hatan mencapai 5,1% GNP (1985), RRC mengeluarkan 3,1%
rumah sakit kelas C dan D sating timbul masalah ketenagaan (1985), Korea 4,3% (1986), dan Philipina 2,4% (1985).
yaitu jumlah, mutu dan distribusinya. Tenaga yang merisaukan Bila dirinci lebih jauh mengenai penggunaan biaya-biaya
jumlahnya adalah tenaga paramedis. Secara umum dokter yang yang ada, maka untuk rumah sakit sekitar 45%, biaya tersebut
bekerja di sarana-sarana pelayanan kesehatan jumlahnya sudah hampir 95% untuk kegiatan kuratif.
cukup memadai, hanya distribusinya masih timpang. Hampir Sistem pembayaran di rumah sakit kebanyakan masih fee for
70% dokter bertugas di Pulau Jawa - Bali dan 23% di DKI. service dan out of pocket, sedangkan pembayaran melalui sistem
Tenaga perawat penyebarannya lebih baik, DKI 17,5% dan asuransi masih terbatas.
Jawa-Bali 58%. Khusus mengenai biaya yang berasal dari pemerintah,
Dari pengkajian diagnosis rumah sakit oleh HSF USAID dikeluarkan melalui jalur yang cukup banyak dan terpecah-
secara umum dapat dikemukakan rumah sakit kelas A dan B pecah, sehingga terjadi kurangnya koordinasi dan integrasi dalam
memiliki tenaga cukup (paramedik perawatan dan non medik) perencanaan dan pelaksanaannya, sehingga pengggunaan tidak
sedangkan tenaga medik nampaknyaberlebihan. Di rumah sakit efisien, sedangkan di rumah sakit swasta mungkin lebih efisien.
kelas C dan D pada umumnya kurang untuk semua katagori, Di samping itu terjadi pula ketidak seimbangan antara biaya
namun standar kepegawaian yang digunakan sekarang masih pembangunan dan biaya operasional dan pemeliharaan. Biaya
perlu dievaluasi kembali dan komposisi tenaga medik masih operasional dan pemeliharaan 50% dari yang dibutuhkan untuk
kurang serasi. Temuan lainnya adalah banyaknya tenaga dokter rumah sakit kelas A dan B dan untuk rumah sakit kelas C dan D
rumah sakit pemerintah yang bekerja sebagai tenaga part timer di sekitar 30%. Subsidi pemerintah untuk rumah sakit pemerintah
rumah sakit swasta dan banyaknya tenaga honorer di semua telah di ambang batas, namun tarif terlalu rendah.
rumah sakit. Hal ini tentunya mempengaruhi mutu pelayanan. d. Fasilitas
Mutu pelayanan tentunya tak terlepas dari mutu kepera- Gedung rumah sakit pemerintah maupun swasta kebanyak-
watan, dimana masih banyak permasalahan yang dijumpai. an dirancang tidak tuntas dan belum mengikuti kaidah-kaidah
Sampai saat kini belum ada standarisasi tenaga perawat yang rumah sakit, sehingga tidak efisien.
sesuai dengan peran dan fungsinya. Upaya peningkatan ke- Selain itu, lingkungan rumah sakit banyak yang masih kotor
mampuan dan ketrampilan tenaga perawat melalui penataran-pe- terutama di rumah sakit pemerintah, sehingga menurunkan citra
nataran belum mampu mengatasi kesenjangan antara tuntutan pelayanan rumah sakit pemerintah. Diharapkan secara bertahap
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan kemajuan Iptek citra itu akan menjadi lebih baik.
kesehatan/keperawatan. Pengembangan karier tenaga perawat Alat-alat di rumah sakit sangat bervariasi. Perubahan sosial
kearah profesionalisme, melalui penyelenggaraan pendidikan ekonomi akan mempengaruhi rumah sakit dan berpengaruh pula
berjenjang belum terarah jelas. Tanpa melalui pendidikan men- terhadap penyediaan faslitas di rumah sakit. Semakin jauh dari
dasar, pengembangan profesionalisme sulit diwujudkan. ibukota propinsi semakin buruk keadaannya.
Pemahaman terhadap etika profesi dirasakan kurang, ter- Dengan berkembangnya iptek kedokteran, maka banyak
bukti antara lain perilaku perawat dalam melaksanakan tugas ditemukan alat-alat canggih. Walaupun alat canggih tersebut
(tidak ramah). Selain itu uraian tugas, peran dan fungsi setiap dapat meningkatkan mutu pelayanan, namun banyak masalah
katagori perawat berdasarkan jenjang pendidikan belum di- yang dihadapi dengan banyaknya alat canggih yang ada. Biaya
tetapkan secara jelas dankualifikasi tenaga perawat untuk jen jang kesehatan akan meningkat. Selain itu diperlukan tenaga yang
dan jenis keperawatan tertentu belum ada kejelasan. profesional untuk dapat menerapkan teknologi tersebut. Dan
Disadari mutu asuhan keperawatan masih belum baik. Be- juga sistem pencatatan peralatan yang benar (adekuat) sehingga
berapa penyebab antara lain belum adanya pembakuan mutu pe- sistem rujukan bisa berjalan sesuai yang diharapkan. Alateanggih
layanan kesehatan yang dapat dijadikan tolok ukur. Di samping macam dan jenisnya sangat banyak. Departemen Kesehatan
itu perawat dalam melaksanakan peran dan fungsinya masih meneoba menginventarisir alat-alat canggih dan didapatkan data
secara rutin dan tradisional belum secara profesional. Manajerial sementara (tahun 1990) bahwa alat canggih lebih banyak di
skill dan technical skill juga masih kurang. rumah sakit swasta dari pada rumah sakit pemerintah. Di rumah
c. Dana sakit pemerintah MRI =1, CT scan= 5 dan ES WL = 1, sedangkan
Beberapa masalah yang dihadapi dalam pembiayaan kese- di rumahsakitswasta MRI = 2, CT scan = 10, ESWL = 9.
hatan antara lain adanya keterbatasan biaya, penggunaan biaya Pengkajian diagnosis rumah sakit oleh HSF USAID men-
yang kurang efisien dan distribusi kurang merata. dapatkan data bahwa pada umumnya rumah sakit telah memiliki
Dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto(PDB), maka perangkat kemampuan maupun pengetahuan teknis untuk dapat
total biaya kesehatan tersebut menunjukkan kecenderungan memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kelasnya,

12 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


kelasnya, meskipun perangkat di rumah sakit tersebut masih Pada tahun 1985, di beberapa tempat telah dilakukan eva-
sederhana. luasi pemanfaatan rumah sakit oleh penduduk didapatkan angka
Pelayanan tersebut sering terganggu karena : hari rawat penduduk per tahun adalah 80 hari rawat per 100
— Pemeliharaan sarana tidak memadai; di antara rumah sakit penduduk. Sebagai perbandingan di Sri Lanka adalah 161 hari
yang dikaji, tidak satupun yang melaksanakan preventive rawat, di Cina 576 hari rawat, dan di Inggris 2000 hari raw at per
maintenance. 1000 penduduk. Rendahnya pemanfaatan rumah sakit di banyak
— Keterpaduan antara tenaga dan peralatan kurang serasi. tempat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kemampuan mem-
— Alatpembantu seperti reagensia tidak tersediapada waktunya. bayar dari masyarakat, sikap dan perilaku penduduk, mutu pe-
Pengkajian ini juga menemukan bahwa kemampuan manajemen layanan rumah sakit, sikap dan perilaku petugas rumah sakit dan
sangat menentukan mutu pelayanan. Contohnya ialah lama pe- lain sebagainya.
rawatan pra-bedah yang di rumah sakit kelas B ditemukan Pada pengkajian diagnosis rumah sakit ditemukan bahwa di
berkisar antara 5,8 dan 9,4. Lama perawatan pra-bedah ini Jawa Timur dan Bali tingkat kepuasan terhadap dokter pada
menun jukkan kurangnya koordinasi antara pelayanan penun jang penderita asuransi kesehatan lebih rendah dibanding tingkat
seperti laboratorium, radiologi, ruang rawat dan ruang bedah. kepuasan penderita non peserta asuransi kesehatan. Sedangkan
Selain itu pengkajian diagnosis rumah sakit juga men- di Sumatera Barat ditemukan bahwa penilaian masyarakat ter-
dapatkan data bahwa kelengkapan catatan medik masih terbatas hadap citra rumah sakit pemerintah lebih rendah dibanding
sekali. Misalnya catatan mengenai penyakit terdahulu yang dengan rumah sakit swasta. Kesemuanya ini tentunya mem-
pemah diderita dan working diagnosis sering tidak ada. Telah pengaruhi pemanfaatan rumah sakit.
dicoba untuk menilai mutu pelayanan terhadap penyakit-penya- f. Peraturan
kit tertentu (tracer conditions). Upaya ini tidak berhasil karena Beberapa peraturan menyebabkan pula terjadinya inefisiensi
tidak lengkapnya catatan medik. dalam pengelolaan biaya-biaya yang ada. Sebagai contoh per-
Berdasarkan tern uan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu aturan ICW mengharuskan agar semua penerimaan dari fasilitas
catatan medik belum memadai untuk dapat digunakan sebagai kesehatan milik pemerintah disetorkan ke kas negara dan ke-
alai penilai mutu pelayanan medik di rumah sakit. mudian akan dikembalikan lagi ke fasilitas termaksud dalam
e. Pemanfaatan bentuk anggaran rutin pemerintah. Cara ini memakan waktu dan
Pemanfaatan rumah sakit masih rendah. Hal ini ditunjukkan birokrasi yang cukup rumit. Belum lagi biaya yang akan diterima
dengan angka tingkat pemanfaatan tempat tidur yang masih kembali jumlahnya lebih kecil dari yang disetorkan, di samping
rendah, secara keseluruhan di bawah 55%, baik untuk rumah jadwal waktunya terlambat.
sakit pemerintah maupun swasta. Lima tahun terakhir rumah
sakitpemerintah sekitar 57%, swasta 54%, sedangkan ABRI dan
KEBIJAKSANAAN PEMBANGUNAN KESEHATAN
Departemen lain sangat rendah yaitu 45 — 50%. Hasil penelitian REPELITA V.
Bank Dunia di Indonesia (1988) menunjukkan bahwa salah saw
penyebab rendahnya pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat Arah dan kebijaksanaan pembangunan kesehatan sebagai
disebabkan mutu pelayanan yang rendah. Khususnya bilamana petunjuk pokok pembangunankesehatan telah ditetapkan dalam
hal ini dikaitkan dengan ketenagaan yang tersedia dan pelayanan Garis-Garis Besar Haluan Negara. Arah dan kebijaksanaan ini
spesialistik yang ada. lebih lanjutdijabarkan ke dalam petunjuk yang lebih operasional
Data menunjukkan bahwa rumah sakit yang memberikan yaitu dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang mulai
pelayanan bedah angka pemanfaatannya 42% lebih tinggi jika berlaku tahun 1982 dan Rencana Pokok Program Pembangunan
dibandingkan dengan rumah sakit yang tingkatannya sama tetapi Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RP3JPK).
tidak memberikan pelayanan bedah. Penempatan seorang dokter Arah dan kebijaksanaan selanjutnya dari pembangunan te-
ahli meningkatkan angka pemanfaatan sebesar 83%. Hasil ter- lah ditetapkan dalam GBHN antara lain :
sebut menyimpulkan bahwa mutu pelayanan yang rendah me- — Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mempertinggi de-
rupakan faktor yang menonjol penyebab rendahnya tingkat pe- rajat kesehatan termasuk keadaan gizi masyarakat dalam
manfaatan rumah sakit di Indonesia. rangka peningkatan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan
Penempatan seorang dokter spesialis dan penyedaian fasili- dan kesejahteraan rakyat pada umumnya. Sehubungan de-
tas bedah di rumah sakit kelas rendah dapat meningkatkan secara ngan itu perlu dikembangkan sistem kesehatan nasional yang
bermakna mutu dan juga kuantitas pelayanan. Total biaya dapat terpadu yang dapat mendorong partisipasi masyarakat ter-
meningkat tetapi satuan biaya dapat menjadi rendah oleh karena masuk swasta.
pemanfaatan meningkat. — Pembangunan kesehatan terutama ditujukan pada golongan
Selama kurun waktu lima Pelita LOS dan NDR mengalami masyarakat yang berpenghasilan rendah, baik di pedesaan
penurunan. Pada akhir Pelita I LOS = 10 dan NDR = 50 dan pada maupun di perkotaan. Pelayanan kesehatan kepada masya-
tahun I Pelita V LOS = 6 dan NDR = 21. Dengan semakin rakat akan lebih ditingkatkan dengan mutu yanglebih baik dan
rendahnya LOS dan NDR dapat diartikan bahwa mutu pelayanan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
bertambah baik. — Dalam rangka lebih meningkatkan pelayanan kesehatan, perlu

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 13


terus ditingkatkan mutu pelayanan rumah-rumah sakit, lem- menuju tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
baga-lembaga pemulihan kesehatan, pusat-pusat kesehatan penduduk agar dapat mewujudkan derajatkesehatan masyarakat
masyarakat serta lembaga-lembaga kesehatan lainnya. yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.
Selanjutnya perlu ditingkatkan pula penyediaaan dan peme- Pada tahap itu ada tiga kemampuan yang telah dimiliki yaitu:
rataan tenaga medis, paramedis dan tenagakesehatan lainnya, a. Kemampuan untuk meneegah, menolak dan menghindari
serta pen yediaan obat yang makin merata dan terjangkau oleh timbul dan berkembangnya permasalahan di bidang kese-
rakyat. Disamping itu perlu terus ditingkatkan pengadaan dan hatan yang mungkin terjadi serta dapat membahayakan ke-
pemanfaatan sarana dan prasarana kesehatan lainnya. langsungan hidup bangsa Indonesia.
Kebijaksanaan pembangunan kesehatan tersebut dilak- b. Kemampuan untuk mempertahankan dan memelihara pres-
sanakan secara serasi, terarah dan terpadu dengan bidang-bidang tasi dan hasil-hasil pembangunan kesehatan yang telah di-
pembangunan lainnya, dan dengan peran serta aktif masyarakat capai.
termasuk swasta antara lain melalui program upaya kesehatan c. Kemampuan untuk meningkatkan dan mengembangkan apa
rujukan. yang telah dicapai oleh pembangunan kesehatan agar dapat
Tujuan program upaya kesehatan rujukan ialah : memenuhi tuntutan kemajuan dan perkembangan zaman.
1. Peningkatan mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan Kemampuan atas prakondisi penting yang harus diketahui
medik dan rujukan kesehatan secara terpadu. oleh lembaga kesehatan swasta antara lain :
2. Peningkatan dan pemanfaatan manajemen rumah sakit yang a. Dihayati dan diterimanya pendekatan PHC (Primary Health
meliputi kegiatan-kegialanperencanaan,penggerakan-pelak- Care) sebagai pendekatan utama dalam pembangunan kese-
sanaan dan pengawasan-pengendalian. hatan oleh lembaga kesehatan swasta.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran program upaya kese- b. Dihayatinya wawasan kesehatan masyarakat oleh setiap peng-
hatan rujukan, ditetapkanlah kebijaksanaan seperti di bawah ini: ambil keputusan, perumus kebijaksanaan maupun perencana
a. Upaya kesehatan rujukan diarahkan agar rumah sakit mampu program kesehatan.
memberikan dukungan kepada pelayanan puskesmas dan c. Tercapainya pemerataan pelayanan kesehatan dasar diseluruh
mengutarnakan kegiatan yang mempunyai cakupan luas, Indonesia, khususnya bagi kelompok sasaran berisiko tinggi
dengan memperhatikan kepentingan golongan masyarakat seperti ibu dan anak.
yang tidak mampu. d. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan sesuai dengan ke-
b. Upaya kesehatan pengobatan dan pemulihan harus selalu butuhan yang nyata. Peningkatan mutu pelayanan merupakan
disertai dengan upaya peningkatan kemampuan pencegahan prioritas, terutama di Rumah Sakit Kelas C.
dalam rangka mencapai keadaan hidup sehat bagi setiap pen- e. Mulai berkembangnya Dana Upaya Kesehatan Masyarakat
duduk. terutama di daerah pedesaan.DUKM ini sebagai dukungan
c. Upaya peningkatan efisiensi dana, sarana dan tenaga untuk akses masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan di
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan optimal di rumah sakit.
rumah sakit dan rujukannya. f. Mulai berfungsinya sistem rujukan medik dan rujukan ke-
d. Dalam rangka lebih mengggalakkan peran serta lembaga sehatan.
swadaya masyarakat dan pengusaha swasta untuk g. Makin meningkatnya efisiensi dan efektifitas manajemen
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit dan kesehatan. Kemajuan dalam kemampuan manajemen rumah
rujukannya, akan diadakan penyederhanaan pengaturan yang sakit termasuk perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
akan lebih memudahkan peran serta tersebut. h. Telah berkembangnya mekanisme kerjasama lintas sektoral
Dalam Pelita V, Sistem Kesehatan Nasional akan torus maupun kerjasama dengan lembaga-lembaga swadaya ma-
dikembangkan dan dimantapkan untuk menjadi pedoman bagi syarakat termasuk perhimpunan profesi dalam pembangunan
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik dilaksanakan kesehatan.
oleh pemerintah maupun masyarakat termasuk swasta. Di- i. Makin meningkatnya keterlibatan masyarakat dalam me-
harapkan pada akhir Pelita V telah terwujud kondisi dan pra- ngatur kesehatan sendiri, bail dalam pengambilan keputusan,
syarat kesehatan guna mendukung tahap tinggal landas pada perencanaan maupun pelaksanaannya.
Pelita VI. Pada akhir-akhir ini Departemen Kesehatan melaksanakan
Tinggal landas pembangunan kesehatan adalah suatu ke- beberapa kebijaksanaan lain sebagai upaya terobosan dalam
adaan dimana Sistem Kesehatan Nasional dapat berfungsi de- mempercepat peningkatan pelayanan kesehatan untuk
ngan efektif dan efisien. Hal ini berarti makin meluasnya pema- meningkatkan efisiensi dan efektifitas serta meningkatkan citra
haman, penghayatan dan pengamalan , perilaku hidup sehat rumah sakit.
oleh masyarakat secara mandiri. Program-program yang merupakan kebijaksanaan tersebut
Dengan perkataan lain tahap tinggal landas pembangunan ada yang masih dalam konsep, rencana persiapan maupun yang
kesehatan adalah suatu tahap di mana bangsa Indonesia telah sudah dilaksanakan ataupun sudah dalam tahap monitoring dan
mampu untuk tumbuh dan berkembang melanjutkan pemba- evaluasi.
ngunan kesehatannya dengan sandaran utama kekuatan sendiri Kebijaksanaan ini meliputi antara lain :

14 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


1. Rumah sakit pemerintah sebagai Unit Swadana milyard rupiah untuk OPRS.
Pada prinsipnya perubahan ini merupakan perubahan yang 6. Peningkatan kualitas pelayanan
fundamental, yang berkaitan dengan pengaturan, pengelolaan, Pada hakekatnyakualitas atau mutu pelayanan dapatdiukur.
pembinaan dan evaluasi rumah sakit, namun bukan merupakan Untuk mengukur dibutuhkan adanya indikator yang sederhana
swastanisasi rumah sakit pemerintah. Unit swadana menurut dan dapat dipergunakan oleh tiap rumah sakit dalam menilai
Departemen Kesehatan adalah pemberian otonomi lebih luas penampilannya. Pengembangan dan penetapan standar sedang
kepada RS Pemerintah termasuk dalam pengelolaan keuangan dikerjakan dan diharapkan peningkatan kemampuan dan pe-
dan penggunaan langsung penerimaan rumah sakit bersangkutan. nampilan rumah sakit dapat dimonitor dan dievaluasi secara
Salah satu tujuan konversi ini adalah untuk meningkatkan ke- pasti.
mandirian rumah sakit sehingga nantinya diharapkan dapat
meningkatkan mutu pelayanannya. KEBIJAKSANAN DALAM UPAYA PENINGKATAN
Dalam rangka konversi rumah sakit pemerintah menjadi MUTU PELAYANAN
unit swadana akan dilakukan intervensi di sembilan bidang yaitu:
- Peraturan Dengan akan berakhirnya Repelita V, di mana kita me-
- Struktur Organisasi masuki tahap tinggal landas pembangunan salah satu prakondisi
- Rekam Medis yang harus dipenuhi adalah meningkatnya mutu pelayanan ke-
sehatan sesuai dengan kebutuhan yang nyata. Peningkatan mutu
- Sistem Manajemen Informasi
- Sistem Akuntansi pelayanan merupakan prioritas, terutama di Rumah Sakit Kelas
- Sistem Pembaiayan C.
- Pola Penyusunan Tarif Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut, Departemen
- Standar Pelayanan RS Kesehatan semen jak Pelita I hingga sekarang, telah melaksanakan
- Standar Pelayanan Farmasi. upaya peningkatan mutu pelayanan secara bertahap. Upaya ter-
sebut dilaksanakan melalui pembangunan sarana, prasarana, pe-
2. Pemantapan penggunaan obat generik di rumah sakit
ngadaan peralatan dan ketenagaan serta perangkat lunak lainnya,
Obat generik adalah obat dengan mutu yang sama tetapi
sejalan dengan pembangunan rumah sakit pada umumnya.
harga lebih rendah. Sebagai tindak lanjut dari Permenkes No.
Namun demikian, disadari pula masih adanya beberapa
085/1989 dalam rangka pemantapan penggunaan obat generik
kendala yang dihadapi, terutama yang berkaitan dengan standar
diambil beberapa kebijaksanaan antara lain :
kebutuhan dan tuntutan sistem pelayanan yang masih belum
- Pembentukan komite farmasi dan terapi rumah sakit.
selaras dengan perkembangan iptek kedokteran yang semakin
- Pembentukan komite nasional farmasi dan terapi.
pesat di mana pelayanan spesialistik dan subspesiali stik cenderung
- Pembentukan formularium rumah sakit dan standar terapi.
semakin berkembang.
Dengan dimantapkannya penggunaan obat generik diharap-
Mengingat masih adanya kendala dalam peningkatan mutu
kan dapat meningkatkan efisiensi sehingga diharapkan mutu
pelayanan rumah sakit dan berdasarkan Kebijaksanaan Repelita
pelayanan dapat meningkat.
V Departemen Kesehatan dan Program Upaya Kesehalan Rujukan
3. Penanaman modal di bidang perumahsakitan Repelita V, maka dalam upaya meningkalkan mutu pelayanan
Dengan keterbatasan kemampuan pemerintah dan sesuai rumah sakit, perlu dilakukan langkah-langkah kebijaksanaan
dengan SKN untuk mengikutsertakan masyarakat dalam pelayan- sebagai berikut :
an kesehatan dipandang perlu lebih mengikutsertakan pemilik 1. Pendidikan dan pelatihan
modal dalam penyelenggaraan rumah sakit, Hal ini mengingat Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk tenaga medis
pula rumah sakit adalah suatu institusi yang padat modal serta maupun paramedis perawatan dan non perawatan. Pendidikan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran dan pelatihan tersebut meliputi managerial skill dan technical
dengan pembiayaan yang tinggi. skill. Misalnya: HMT, PKMRS, infeksi nosokomial, medical
Diharapkan dengan diberinya kesempatan kepada para surgical, ICCU, PICU, UGD, koroner, cancer unit, perawatan
pemilik modal (investor), mereka mampu untuk mendirikan ortopedi, AS I, hematologi, dialisis, teknik kamar bedah, dan lain-
rumah sakit dengan pelayanan yang bermutu. lain.
4. Gerakan rumah sakit bersih dan tertib 2. Perizinan
Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan citra rumah sakit - Sesuai dengan PP no. 1 tahun 1988 dan Permenkes 385/
di mala masyarakat. Evaluasi terhadap gerakan ini akan dikaitkan 1988 tentang pelaksanaan masa bakti dan izin praktek bagi
dengan evaluasi penampilan manajemen rumah sakit. dokter dan dokter gigi, tenaga medis dalam melaksanakan
5. Anggaran Operasional dan Pemeliharaan (OPRS) tugas harus mempunyai Surat Penugasan (SP) dan Surat
Diberikan subsidi khusus kepada rumah sakit pemerintah Izin Praktek (SIP). SP ini merupakan pengganti dari SID.
dengan tujuan adanya dana tambahan yang dapat dipergunakan - Sesuai dengan Permenkes 920/1986 dan SK Dirjen 098/87
untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk tentang penyelenggaraan pelayanan medik spesialistikmaka
tahun anggaran 1991/1992 pemerintah telah mengalokasikan 50 untuk mendirikan rumah sakit harus mempunyai izin

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 15


mendirikan dan setelah rumah sakit tersebut mulai mem- dengan tenaga paramedik perawatan dan paramedik non pera-
berikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka watan sesuai dengan kebutuhan.
harus mempunyai izin penyelenggaraan yang setiap 5 7. Sarana, prasarana dan peralatan
(li ma) tahun diperbaharui. Rumah sakit Pemerintah dilengkapi dengan sarana, pra-
3. Ijasah dan Sertifikat sarana dan peralatan sesuai dengan kebutuhan.Misalnya: per-
Pemberian ijasah bagi dokter yang baru lulus dan brevet alatan mata dan THT untuk RS Kelas C.
keahlian kepada dokter spesialis yang telah lulus merupakan Untuk meningkatkan citra rumah sakit Pemerintah maka rumah
salah satu program menjaga mutu. Sedangkan untuk dokter sakit Pemerintah mendapat biaya operasional dan pemeliharaan.
lulusan luar negeri harus melakukan adaptasi dulu dan untuk 8. Penilaian penampilan rumah sakit
dokter dari Fakultas Kedokteran Swasta harus ikut ujian negara Untuk meningkatkan penampilan rumah sakit maka setiap
dulu sebelum dapat ijasah. Sedangkan sertifikat diberikan kepada memperingati Hari Kesehatan Nasional diadakan lomba penilaian
tenaga meths dan paramedis yang telah selesai mengikuti pe- penampilan rumah sakit pemerintah maupun rumah sakit swasta.
nataran, seminar dan latihan-latihan lainnya. Dalam tahun anggaran 1991/1992 lomba tersebut ditambah
dengan lomba Gerakan Rumah Sakit Bersih yang akan diber-
4. Standarisasi
lakukan kepada rumah sakit kelas B, C dan D.
Telah ditetapkan standar pelayanan rumah sakit yang me-
rupakan integrasi dari standar pelayanan medik dan terapi, stan- PENUTUP
dar ketenagaan, standar sarana,-prasarana dan keperawatan.
Selain itu juga akan ditetapkan peraturan, pedoman dan prosedur Peningkatan mutu pelayanan rumah sakit merupakan salah
yang belum ada dan pemutakhiran yang sudah tidak sesuai satu tujuan program upaya rujukan. Dengan meningkatnya mutu
sehingga memungkinkan pelaksanaan akreditasi. rumah sakit diharapkan dapatmeningkatkan cakupan dan efisiensi
pelaksanaan rujukan.
5. Akreditasi Perlu kita sadari bahwa upaya peningkatan mutu merupakan
Untuk meningkatkan mutu pelayanan telah dipersiapkan never ending process dan perlu didukung oleh sumber daya dan
standar dalam rangka akreditasi rumah sakit dan dipersiapkan amber dana yang memadai.
instrumen dan uji coba. Sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah yang baru untuk
Direncanakan rumah sakit yang akan dikonversikan ke dalam mengkonversikan rumah sakit menjadi unit swadana maka pe-
unit swadana harus melalui akreditasi terlebih dahulu atau se- luang rumah sakit umum untuk meningkatkan mutu pelayanan
tidak-tidaknya menggunakan dasar-dasar akreditasi. akan terbuka bahkan akan menjadi lebih besar terutama bilamana
6. Ketenagaan dikaitkan dengan otonomi yang akan diberikan kepada direktur
Untuk meningkatkan mutu pelayanan maka dokter spesialis rumah sakit untuk mengelola dana swadana dan kemungkinan
4 dasar kelasnya menjadi RSU kelas C. Juga dilakukan penem- mengadakan inovasi-inovasi di bidang manajemen dan orga-
patan tenaga dokter spesialis radiologi, patologi klinik, patologi nisasi rumah sakitnya.
anatomi dan forensik, anestesi dan tenaga apoteker. Selain itu Keberhasilan upaya peningkatan mutu pelayanan rumah
dokter spesialismata, THT, saraf, gigi ortotik prostetik, rehabili- sakit sangat tergantung dari jalinan kerja sama yang baik antara
tasi medik ditempatkan untuk melengkapi RSU kelas C, disertai Departemen Kesehatan, ikatan profesi terkait, Persi dan direktur
rumah sakit.

16 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Peran Manajemen dalam Peningkatan
Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Dr. H. Samsi Jacobalis
Direktur RS Husada, Jakarta

PENGANTAR sarjana, teknisi, manajer dan pekerja Jepang. Waktu itu Jepang
Ada tiga orang Amerika yang dianggap sebagai pemiki: dan baru mulai membangun kembali industrinya yang hancur beran-
pemuka ulama dalam upaya meningkatkan mutu produk industri takan sebagai akibat Perang Dunia ke dua. Jepang harus mulai
manufaktur; mereka adalah : DR W. Edwards Deming, Philip B kembali dari nol. Produk industri Jepang sebelum perang ter-
Crosby dan DR. Joseph M Juran. kenal murah tapi bermutu buruk, barang Jepang waktu itu ter-
Deming terkenal dengan Deming's 14 points for managers; kenal sebagai imitasi murahan; sehingga Jepang ingin menghi-
;
Crosby mengajarkan 14 langkah untuk meningkatkan mutu langkan citra negatif ini tentang industrinya yang baru. Mereka
Juran memperkenalkan konseptrilogimutu : perencanaan mutu, ingin menghasilkan produk yang bermutu tinggi dan dapat ber-
pengendalian mutu dan peningkatan mutu. Ketiga guru ter-
" "
saing. Deming, yang waktu itu di Amerika sendiri tidak dikenal,
sebut di atas sependapat mengenai pentingnya peran dan ke- dianggap oleh orang-orang Jepang dapat memberikan konsultasi
terlibatan manajemen dalam meningkatkan mutu. ten tang itu, berkatkeahliannya tentang statistik dan fisika. Dalam
Di tahun-tahun terakhir, falsafah dan ajaran mereka tentang rangka konsultasi itulah Deming mengembangkan falsafah 14
manajemen mutu sudah diterapkan juga dalam industri jasa, butirnya, seperti yang akan dirinci lebih lanjut nanti.
seperti bank, hotel, rumah sakit. Orang-orang Jepang dengan sungguh-sungguh mempelajari
Makalah ini akan mendiskusikan peran dan keterlibatan ajaran Deming, menerapkannya dan kemudian mengembang-
manajemen seperti yang dianjurkan oleh Deming, diterapkan kannya dalam industri mereka, disesuaikan dengan sifat-sifat
untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. nasionalnya. Dari ajaran itu mereka mengembangkan falsafah
KAIZEN, yaitu falsafah manajemen praktek yang berkiblat
W EDWARDS DEMING DAN MANAJEMEN MUTU pada perbaikan proses yang berkesinambungan terus menerus
DALAM INDUSTRII JEPANG (Kai = perubahan, Zen = baik/perbaikan, Kaizen = perubahan
Deming adalah seorang ahli statistik yang menyandang menjadi lebih baik, continuous improvement). Kaizen sebagai
gelar PhD dalam ilmu fisika dari Universitas Yale. Dalam tahun falsafah dan strategi manajemen melahirkan beberapa konsep,
1940 ia bekerja pada Biro Sensus Amerika, dan pada tahun 1947 sistem dan perangkat kerja, antara lain :
ia diminta oleh Komando Tertinggi Pasukan Amerika (di bawah – Orientasi pada konsumen
Jenderal McArthur) yang waktu itu menguasai Jepang untuk - Pengendalian Mutu Terpadu (TQC, Total Quality Control)
membantu menyiapkan pelaksanaan sensus di negeri yang — Gugus Kendali Mutu (QCC, Quality Control Circles)
diduduki itu. Karena tugas ini ia dikenal olch banyak orang — Sistem saran karyawan
Jepang. – JIT (Just In Time)
Dalam tahun 1950 ia kembali ke Jepang atas undangan – Zero Defects
Japanese Union of Scientists and Engineers (JUSE). Selama – Otomatisasi, robotisasi
kunjungan ke dua ini ia memberikan serangkaian ceramah ten- – Pengembangan produk
tang metoda statistik dalam pengendalian mutu kepada para – Hubungan industrial, dll

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rwnah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 17
Pelaksanaan Kaizen tentu dilandasi juga oleh disiplin, kerja 8) Hilangkan rasa takut, sehingga semua orang dapat bekerja
keras dan semangat Samurai yang terluka dan terhina karena efektif.
kalahperang. Hasilnya, dua puluh tahun kemudian Jepang menjadi 9) Hilangkan penghambat-penghambat antar-departemen.
negara industri terkuat di dunia, mengalahkan negara yang telah 10) Janganlah membuat obyektif, poster atau slogan dengan
menakluknya. Orang tidak lagi mengejek mutu barang "made in angka kuantitatif, tanpa upaya penyempurnaan terus menerus;
Japan " . Produk industri Jepang menguasai seluruh dunia. Produk misalnya jangan dibuat poster di rumah sakit :
Jepang makin lama makin besar pangsa pasarnya di Amerika Tujuan kita adalah BOR 90%
sendiri. Banyak industri Amerika bangkrut atau dalam kesukaran Tingkatkan jumlah pasien 5% tahun 1991.
untuk bertahan. Orang-orang Amerika tersentak. Mengapa ? Hal-hal seperti itu tidak akan menghasilkan apa-apa, kecuali
Ternyata mutu barang Jepang jauh lebih baik dari mutu barang frustrasi dan ejekan. Yang perlu diciptakan adalah penyempur-
Amerika; kekalahan mereka bersaing bukan karena kelicikan naan sistem dan faktor-faktor lain yang berpengaruh.
orang-orang Jepang. Kemudian terjadi arus balik; orang-orang 11) Janganlah membuat standarkerjadengan kuota, tanpa upaya
Amerika mempelajari cara-cara manajemen industri Jepang. penyempurnaan terus menerus; misalnya apabila di pabrik garmen
Baru mereka mengenal nama Deming dan tahu bahwa Deming ditentukan seorang pekerja harus menyelesaikan 30 potong sehari,
itu orang Amerika; jasa konsultasinya mulai dicari oleh per- yang akan ia hasilkan adalah kuota, bukan mutu.
usahaan-perusahaan besar seperti General Motors, Ford Motor 12) Hilangkan hambatan yang mencegah karyawan menjadi
Company, Nashua Corporation dan lain-lain, juga oleh per- bangga dengan pekerjaannya.
usahaan-perusahaan jasa seperti kerelaapi, penerbangan, telkom, 13) Adakanlah program-program pendidikan dan pelatihan yang
badan-badan pemerintah, rumah sakit. Perusahaan-perusahaan intensif dan berkesinambungan.
di Amerika dan di seluruh dunia mulai ikut menerapkan TQC, 14) Ciptakanlah struktur dan kondisi yang memungkinkan
QCC dan lain-lain. Juga di Indonesia. pelaksanaan butir 1 s/d 13 di atas secara terus-menerus sehari-
Sementara itu orang Jepang menghargai Deming dengan hari.
meneiptakanDemingPrize, hadiah tahunan yang diberikan kepada Intisari falsafah Deming adalah :
perusahaan yang paling berhasil meningkatkan mutu produknya. Harus ada keterlibatan (commitment) yang kuat dari pihak
Pemenang hadiah yang sangat didambakan ini antara lain adalah manajemen terhadap perspektif dan risalah (mission) jangka
raksasa-raksasa seperti Nissan, Toyota, Hitachi, Nippon Steel. panjang. Empat belas butir di atas hendaknya di jadikan pedoman
Perusahaan Amerika pertama yang memenangkan Deming Prize bagi manajemen untuk membimbing setiap karyawan dalam
adalah Texas Instruments dalam tahun 1985. Penghargaan ter- menjalankan tugasnya sehari-hari.
tinggi berupa bintang The Second Order Medal of the Sacred Mutu harus menjadi titik sentral bagi perusahaan. Mutu
Treasure diterima Deming dari Kaisar Hirohito untuk sum- harus diperbaiki secara terus menerus dengan memperbaiki
bangannya bagi perkembangan ekonomi Jepang. proses.
Orientasi kerja harus dirubah dari inspeksi menjadi pre-
EMPAT BELAS BUTIR FALSAFAH MUTU MENURUT vensi.
DEMING Pelatihan dan pelatihan ulang terhadap karyawan adalah
Empat belas butir yang akan dirinci di bawah ini adalah kunci keberhasilan perusahaan. Pendidikan dan pelatihan adalah
anjuran Deming kepada manajemen untuk meningkatkan mutu investasi sumberdaya manusia. Manajemen harus menganggap
dan produktivitas. Butir-butir ini telah beberapa kali direvisi, bahwa sumberdaya manusia adalah aset perusahaan yang paling
namun intisarinya tetap sama. berharga. Karyawan hams bangga dengan pekerjaannya.
1) Ciptakan tujuan yang konsisten untuk memperbaiki produk
dan pelayanan, dengan maksud memperkuat posisi kompetitif
dan agar dapat bertahan dalam bisnis. PENERAPAN FALSAFAH DEMING UNTUK ME-
2) Ambillah falsafah baru. Kita berada dalam era ekonomi NINGKATKAN MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT
baru. Kita tidak dapat lagi menerima keterlambatan, kesalahan, Banyak orang sudah melihat bahwa falsafah Deming (dan
material yang buruk dan hasil kerja yang buruk seperti sebelum- Kaizen) juga absah untuk diterapkan dalam produksi jasa rumah
nya. sakit.
3) Jangan tergantung pada inspeksi masal (mass inspection). Dalam manajemen mutu di rumah sakit Amerika lambat
Manajemen mutu hendaknya built in, sehingga tidak perlu laun sudah terjadi pergeseran orientasi dari QA (Quality
Assurance) ke QI (Quality Improvement). Dengan QA seperti
inspeksi masal.
yang dipraktekkan selama ini, yang dicari adalah bad guy atau
4) Jika membeli material atau jasa janganlah karena harga yang "
apel busuk" , yaitu penyimpangan dari standar atau kriteria yang
ditawarkan paling murah. Hendaknya mutu material yang
dijadikan patokan. sudah ditentukan. Sedangkan dengan QI fokus adalah pada
perbaikan mutu yang dilakukan secara tetap dan terus-menerus
5) Sempurnakan sistem produksi dan pelayanan secara terus
oleh pelaku sendiri. Dengan orientasi QI orang sekarang berbi-
menerus, untuk meningkatkan mutu dan produktivitas.
cara tentang konsep Total Quality Management (TQM). Mudah
6) Adakan on the job training yang modern.
ditarik analogi bahwa TQM ini adalah sama dengan konsep Total
7) Adakan cara supervisi yang modem.

18 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Quality Control (TQC) dalam industri manufaktur yang lahir terlambat memulangkan pasien. Dokter menyalahkan pihak lain
dari falsafah Deming dan Kaizen. lagi. Kejadian seperti itu terjadi sehari-hari, jika tidak ada upaya
TQC (dan TQM) adalah konsep manajemen yang meli- perbaikan sistem. Yang seharusnya terjadi adalah bukan salah-
batkan setiap fungsi dan lapisan organisasi (=setiap karyawan) menyalahkan antar-departemen atau antar-petugas. Yang se-
dalam upaya perbaikan mutu. Quality is everybody 's business. harusnya terjadi adalah pemecahan masalah dengan perbaikan
Ambil saja contoh sehari-hari di rumah sakit. Seorang dokter sistem kerja secara terus menerus. Hal ini dapat dicapai jika butir-
menginstruksikan agar pasien diberi obat tertentu. Kelihatannya butir falsafah Deming diterapkan.
hal itu sederhana dan rutin, tapi nyatanya prosesnya cukup rumit. Demikian juga banyak masalah lain di rumah sakit yang
Rangkaian kegiatan dalam proses itu adalah : Perawat membuat menyangkut pelayanan diagnostik, terapi, perawatan, konsul-
bon permintaan obat; ia harus menulis dengan benar nama obat tasi, administrasi, gizi, logistik, teknik dan lain-lain yang dapat
dan dosis yang diinstruksikan dokter. Bon permintaan harus disempurnakan terus menerus apabila manajemen menerapkan
dibawa oleh petugas lain ke farmasi rumah sakit pada waktu yang falsafah seperti yang dirumuskan oleh Deming.
tepat. Petugas farmasi menerimabon permintaan obat, obat yang
tepat harus disiapkan dan kemudian diantar ke ruang perawatan KESIMPULAN
(atau diambil dari farmasi) oleh petugas lain pada waktu yang Falsafah Deming dan falsafah Kaizen telah terbukti berhasil
tepat pula. Obat diserahkan kepada perawat, perawat lain ber- meningkatkan mutu produk industri manufaktur dan jasa.
tugas menyampaikan atau memberikan obat kepada pasien yang Falsafah itu sangat menekankan pada pentingnya keterlibatan
tepat dengan dosis yang tepat pada waktu yang ditentukan. manajemen dan partisipasi aktif setiap karyawan dalam proses
Jadi proses antara instruksi dokter dan sampainya obat produksi barang atau jasa yang bermutu.
kepada pasien menyangkut banyak orang dari berbagai profesi. Rumah sakit adalah sangat padat karya. Manajemen rumah
Mudah sekali terjadi,hambatan pada proses ini, sehingga terjadi sakit untuk bagian terpenting adalah manajemen manusia yang
kesalahan atau keterlambatan, yang berarti mutu pelayanan yang terdiri dari beraneka ragam profesi dan tingkat pendidikan. Di
tidak baik. Untuk meningkatkan mutu, kerja sama yang baik rumah sakit berinteraksi beraneka ragam sistem dan proses yang
harus diciptakan. Hambatan antar-departemen harus dihilang- secara langsung atau tidak Iangsung berhubungan dengan pe-
kan. Petugas-petugas yang bersangkutan harus terus menerus layanan dan asuhan pasien. Manajemen mutu di rumah sakitkita
dididik, dilatih dan dilatih ulang agar mutu pelayanan terus umumnya masih sangat lemah. Dalam kaitan itulah kiranya
menerus menjadi lebih baik. Harus diadakan evaluasi secara empat belas butir falsafah mutu menurut Deming dan konsep-
teratur. Masalah-masalah harus dipecahkan, supervisi yang baik konsep yang dipayungi oleh falsafah Kaizen (antara lain Pe-
dan modem harus dikembangkan. Hubungan dengan pemasok ngendalian Mutu Terpadu dan Gugus Kendali Mutu) perlu di-
obat harus dibina agar persediaan selalu terjamin dan mutu obat kenal, dipelajari dan diuji-coba di rumah sakit kita. Peran dan
yang diserahkan adalah selalu baik. Karyawan kita sendiri harus keterlibatan manajemen rumah sakit sangat menentukan keber-
merasa bangga jika tugas dijalankan dengan sempurna. Setiap hasilan meningkatkan mutu pelayanan.
petugas yang terkait dalam proses yang pan jang itu, misalnya
asisten apoteker yang menyiapkan obat, harus menyadari sepe- KEPUSTAKAAN
nuhnya bahwa apa yang ia lakukan itu adalah bagian dari total
quality. Jika ia tidak acuh atau ceroboh seluruh mutu pelayanan 1. Chu S. Understanding Quality Circles, Singapore: Hillview Publ, 1990.
2. Crosby PB. Quality Without Tears, International Ed, Singapore: Mc Graw-
obat kepada pasien akan menjadi buruk. Malahan dapat terjadi Hill Book Co, 1986.
hash yang tidak diinginkan, misalnya kematian pasien karena 3. Crosby PB. Let's talk Quality, Singapore: Mc-Graw Hill Book Co, 1989.
obat yang diberikan ternyata salah atau salah takaran. 4. Gitlow HS, Gitlow SJ. The Deming Guide to Quality and Competitive
Contoh lain yang juga lazim adalah keterlambatan proses Position, Inglewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall Inc., 1987.
5. PQM Consultants. Seminar Kaizen, Jakarta, Oktober 1990.
pasien masuk rawat. Kantor administrasi pasien (admitting 6. Sahney VK, Warden GL. Quest for Quality and Productivity in Health
office) menyalahkan perawatkarena tidak tepatmelaporkan ada- Service, Managing Quality Leadership. Makalah untuk Frontiers of Health
nya tempat tidur kosong. Perawat menyalahkan dokter karena Services Management, 1991.

Cermin Dunia Kedakteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 19


Indikator Penilaian Penampilan
Rumah Sakit

Dr. Darwis Hartono, MHA


Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta

PENDAHULUAN INDIKATOR PENILAIAN PENAMPILAN KERJA


Seperti kita ketahui rumah sakit merupakan suatu organisasi RUMAH SAKIT
yang sangat kompleks, kekompleksan ini dapat dibuktikan se- Seperti telah diuraikan di atas, indikator penilaian pe-
perti pada pasien rawat nginap; pasien ini tidak hanya menapat- nampilan kerja rumah sakit adalah mengukur hasil kerja (out-
kan pelayanan medik saja, sebagian perlu mendapatkan pelayan- come) dari layanan, baik itu berupa layanan kelompok pro-
an perawatan, pelayanan penunjang termasuk penunjang medis fesional maupun layanan yang diberikan oleh kelompok
ataupun penunjang non-medis. Pelayanan-pelayanan ini juga manajerial.
perlu dibantu oleh kelompok administrasi yang sifat kerjanya Model indikator yang telah dikembangkan di luar negeri
untuk memperlancar seluruh pelayanan yang dibutuhkan. Sifat antara lain indikator yang dikembangkan oleh Scott dan Shortell
kerja kelompok kedua ini tak lain adalah mengelola bentuk- (1983), yang menilai kelompok manajerial dan kelompok pro-
bentuk pelayanan untuk dipadukan dengan saran, prasarana dan fesional, untuk kelompok manajerial mereka hanya menilai dari
tenaga yang dimiliki oleh rumah sakit, dengan demikian aspek penampilan keuangan dan aspek pengembangan kepe-
seyogyanya hasil kerja rumah sakit dapat dicapai seoptimal gawaian saja sedangkan penilaian kelompok profesional juga
mungkin. hanya meliputi penilaian mutu pelayanan pasien. Model peng-
Pada dasarnya rumah sakit memiliki 2 kelompok tenaga ukuran ini mengikuti pokok-pokok pikiran dari Donabedian
kerja yaitu Kelompok Profesional dan Kelompok Manajerial. yang berupa ukuran terhadap struktur, proses dan outcome dari
Kelompok profesional yang sifat kerjanya terutama adalah ber- ketiga aspek yang tersebutdi atas dan tampaknya model ini cocok
upaya menyembuhkan pasien yang dirawat; ataupun meringan- dipakai untuk kepentingan intern rumah sakit.
kan penderitaan pasiennya di rumah sakit. Kelompok ini terdiri Rincian model dapat dijabarkan sebagai berikut(2) :
dari dokter ahli, dokter umum, dokter gigi, perawat, ahli gizi, 1. Ukuran SIruktur
psikolog, apoteker, ahli laboratorium, ahli radiologi dan lain- a. Penampilan keuangan :
lain. Sedangkan kelompok lainnya adalah kelompok manajerial – Penggunaan akuntansi aktual
yang sifat kerjanya adalah membantu memperlancar pekerjaan – Pendidikan dan kualifikasi staf keuangan dan akuntansi
kelompok profesional, kelompok manajerial ini terdiri dari – Keberadaan komisi lengkap untuk penghematan biaya
akuntan, ahli perencana RS, ahli teknik bangunan, ahli teknik – Adanya perencanaan program dan sistem anggaran
elektro dan lain-lain, sifat kerja kelompok ini terhadap upaya b. Mutu layanan penderita :
penyembuhan pasien adalah secara tidak langsung. – Presentasi dokter penuh waktu dengan board certified
Untuk menilai penampilan kerja rumah sakit seyogyanya – Akreditasi dari komisi bersama untuk akreditasi rumah
menilai hasil kerja dari kedua kelompok, yaitu hasil kerja ke- sakit
lompok profesional yang berupa hasil layanan pasien (kualitas – Jumlah dokter yang sedang melaksanakan residensi
pelayanan) sedangkan untuk kelompok manajerial yang dinilai c. Pengangkatan dan pengembangan pegawai :
adalah tingkat kemampuan untuk mengolah sumber-sumber – Pendidikan dan kualifikasi pegawai administrasi
dana, tenaga, peralatan dan teknologi yang dimiliki dalam – Adanya sistem penyesuaian gaji dan upah
memberikan layanan kepada pasien (efisiensi pelayanan). – Adanya sistem pengawasan kedudukan dan jabatan

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

20 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


2. Ukuran Proses proses akan dikembangkan dalam instrumep pengukuran ke-
a. Penampilan keuangan : mampuan rumah sakit. Indikator-indikator yang tersebut di atas
– Pemeriksaan budget variance dipergunakan untuk memilih rumah sakit terbaik dalam rangka
– Rasio kekayaan lanear (current assets) terhadap kewajiban peringatan HKN. Dalam proses pemilihan rumah sakit terbaik
lanear (current liabilities) seyogyanya seleksi dilakukan di antara rumah-rumah sakit yang
– Rasio tagihan bersih (net account receivable) terhadap memiliki kemampuan yang sama. Nyatanya sekarang ini masih
penghasilan harian dari operasional (average daily operat- banyak rumah sakit yang digolongkan dalam satu kelas memiliki
ing revenue) kemampuan yang berbeda, misalnya rumah sakit kelas C yang
b. Mutu layanan penderita : ada di luar pulau Jawa akan berbeda kemampuannya dibanding-
– Angka kesalahan pengobatan kan dengan rumah sakit kelas C yang ada di pulau Jawa. Sambil
– Angka infeksi pasca bedah menunggu penyempumaan instrumen mengukur kemampuan
– Persentasi perlakuan petunjuk kerja dalam menegakkan rumah sakit itu, untuk sementara waktu rumah sakit dikelom-
diagnosis tertentu pokkan berdasarkan biaya operasional, dengan pengertian bahwa
c. Pengangkatan dan pengembangan pegawai : rumah sakit dengan biaya operasional yang tinggi akan memiliki
– Kualitas program pendidikan dan latihan kemampuan yang lebih tinggi, meskipun tidak semua rumah
– Penilaian kepuasan kerja sakit demikian halnya.
– Penilaian dinamika organisasi Besarnya batas biaya operasional diuraikan sebagai berikut:
3. Ukuran luaran Kemampuan I : Biaya operasional < Rp. 309.728.134
a. Penampilan keuangan : Kemampuan II : Biaya operasional antara Rp. 309.728.134 –
– Rasio pendapatanoperasional (operating income) terhadap 444.154.124
pengeluaran untuk operasional (operating expenses) Kemampuan III : Biaya operasional > Rp. 444.154.124.
- Rasio hutang jangka panjang (long term debt) terhadap Biaya operasional sendiri dapat dihitung dengan komponen-
kekayaan tetap (fixed assets) komponen biaya sebagai berikut :
– Rasio pendapatan dari operasional (operating income) 1. Gaji/Upah pegawai
ditambah bunga (interest) terhadap kekayaan total (total 2. Lauk-pauk pasien
assets) 3. Pembayaran jasa langganan: listrik, air, telepon, radio medik
– Pangsa pasar (market share) 4. Bahan tenun dan biaya penjahitannya
b. Mutu layanan penderita : 5. Bahan bakar untuk dapur, kamar bedah, kendaraan
– Angka kematian menurut kegawatan penyakit (stan- 6. Pemeliharaan gedung, peralatan medik dan non medis serta
dardized case severity adjusted mortality rates) kendaraan
– Angka kesakitan menurut kegawatan penyakit (stan- 7. Peralatan dan bahan tulis menulis (stationaries).
dardized case severity adjusted morbidity rates)
e. Pengangkatan dan pengembangan pegawai : Rincian aspek-aspek yang dinilai beserta jumlah indikator
– Angka turn over pegawai penilaiannya diuraikan sebagai berikut :
– Angka absensi pegawai 1. Kelompok Manajemen (27 indikator)
– Biaya pengangkutan per pegawai. – Unit ketenagaan (7)
– Unit keuangan (4)
Model berikutnya adalah model yang dikembangkan oleh – Pelayanan medik (7)
Departemen Kesehatan bersama dengan P4K dan Dinkes Jatim; – Penyusunan program dan logistik (6)
instrumen penilaian penampilan kerja rumah sakit ini, telah – Lingkungan (3)
dipergunakan untuk menilai penampilan rumah sakit-rumah 2. Kelompok Pelayanan Medik (108 indikator)
sakit terbaik, dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional a. Pelayanan medik I.
setiap tahunnya. Instrumen ini dipakai sejak tahun 1986, dan – Unit rawat jalan (7)
telah diperbaharui/disempurnakan pada tahun 1987 dan 1989. – Unit gawat darurat (5)
– Gigi dan mulut (6)
Model Indikator-indikator ini lebih komprehensif diban-
– Pelayanan spesialistik dan rujukan (10)
dingkan dengan model Scott dan Shorten, model ini menilai
b. Pelayanan medik II.
Pelayanan medik, Penunjang medik dan Aspek penunjang pe-
— Penyakit dalam (15)
meliharaan & pelayanan. Tiap aspek memiliki pembobotan
— Bedah (14)
yang berbeda sesuai dengan tujuan rumah sakit; aspek manaje-
— Kesehatan anak (16)
men, pelayanan medik, penunjang medik dan penunjang pe-
– Kebidanan dan kandungan (15)
meliharaan dan pelayanan beturut-turut diberi pembobotan se- c. Pelayanan Integrasi.
bagai = 2 : 6 : 3 : 2. Indikator-indikator itu berupa pengukuran – PKBRS (6)
terhadap outcome dari masing-masing aspek tersebut, sedangkan — Immunisasi (9)
indikator-indikator yang berupa ukuran terhadap struktur dan — PKMRS (5)

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 21


3. Kelompok Penunjang Medik (28 indikator) – UPF Penyakit Dalam :
– Laboratorium (8) – Nosocomial infection rate (kasus penyakit dalam)
– Radio diagnosis (6)
– Farmasi (6) 2. Indikator-indikator penilaian efisiensi pelayanan
– Gizi (4) Untuk menilai efisiensi rumah sakit, pada dasarnya menilai
– Catatan medik (6) efisiensi pelayanan medik yang berkaitan dengan pemanfaatan
4. Kelompok penunjang pemeliharaan & pelayanan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit, serta efisiensi peman-
– Higiene sanitasi (17) faatan penunjang medik rumah sakit.
– Pemeliharaan sarana (12) Untuk menilai efisiensi rumah sakit, dapat dipergunakan
Setiap indikator akan dinilai dengan 5 tingkatan skor, sesuai grafik Barber Johnson. Dalam grafik ini terdapat suatu daerah
dengan tingkat pemenuhan persyaratan dari tiapindikator. Nilai- yang disebut dengan daerah efisiensi. Daerah ini terletak di
nilai dijumlahkan dalam kelompok-kelompok dan kemudian sumbu x angka 1 – 3 (TOI 1–3) dan garis miring terletak pada
nilai dari tiap kelompok dikalikan dengan pembobotan dari garis miring BOR 75%. Dalam grafik ini mudah terbaca bagaimana
masing-masing kelompok yang telah ditentukan sebelumnya, pemanfaatan tempat tidur oleh manajemen rumah sakit dan
sehingga nilai akhir dari masing-masing rumah sakit dapat di- kecenderungan dari pola penyakitnya.
bandingkan, kemudian memilih penampilan rumah sakit yang Indikator-indikator yang dipergunakan dalam grafik Barber
terbaikdengan skor yang tertinggi. (rincian indikator lihatInstru- Johnson adalah sebagai berikut :
men Penilaian Penampilan Kerja Depkes). – Bed Occupancy Rate (BOR)
Model ketiga adalah berupa indikator-indikator yang sedang – Bed Turn Over (BTO)
dikembangkan oleh Depkes, dengan tujuan untuk menilai ke- – Length of Stay (LOS)
berhasilan program. Indikator-indikator ini untuk menilai ke- – Turn over Interval (TOI)
berhasilan program dalam hal peningkatan mutu, efisiensi dan Sedangkan untuk menilai efisiensi pemanfaatan tenaga di
cakupannya, dalam rangka pelaksanaan rujukan medik dan rumah sakit, dapat dimanfaatkan rumus ISN (Indicator of Staff
rujukan kesehatan secara terpadu. Need).
Contoh :
1. Indikator-indikator Penilaian Mutu Pelayanan
Untuk menilai mutu pelayanan, dipilih indikator-indikator Rumus ISN : Kebutuhan Dokter THT =
yang berkaitan dengan pelayanan medik yang dilaksanakan pada
masing-masing rumah sakit atau masing-masing UPF di rumah
sakit. Dalam hal ini kapasitas individual untuk dokter THT per
Indikator penilaian terhadap mutu pelayanan rumah sakit tahun adalah 7800. Jika diketahui beban kerja di UPF THT yang
berupa : berupa jumlah hari perawatan dan jumlah pasien rawat jalan dan
– Net Death Rate
jumlah spesialis THT-nya, maka dapat dihitung kapasitas indi-
– Prosentase kematian < 48 jam
vidualnya. Jika hasil hitungan IK > 7800, berarti kapasitas
– Nosocomial infection rate
individual dari dokter THT rumah sakit tersebut telah melampaui
– Prosentase pelayanan spesialistik
kapasitas individual yang tercantum dalam rumus ISN. Dapat
– Rasio pasien intensif yang dirujuk terhadap pasien rawat
dikatakan dokter THT-nya telah over-utilized. Menurut peng-
intensif
alaman, kapasitas individual di rumah sakit swasta pada umum-
– Prosentase pasien rawat jalan yang dirujuk
nya telah melampaui IK, bahkan dua kali lipatnya.
– Prosentase pasien rawat nginap yang dirujuk
Dengan berpedoman pada rumus ISN ini, pengambilan ke-
Indikator-indikator penilaian mutu pelayanan UPF rumah
putusan di rumah sakit mudah memantau efisiensi jenis tenaga di
sakit :
rumah sakitnya.
– UPF Bedah atau kamar bedah :
– Post operative death rate Untuk menilai efisiensi pemanfaatan tenaga di UPF dan
– Post operative clean infection rate instalasi dapat dipergunakan indikator-indikator sebagai
– Post operative length of stay (kasus tertentu) berikut :
– Anestesi death rate – Rasio kunjungan dengan tenaga perawat rawat jalan
– Normal tissue removal rate – Rasio jumlah hari perawatan dengan jumlah tenaga perawat
– UPF Kebidanan dan Kandungan : rawat nginap
– Maternal death rate – Rasio jumlah pasien UGD dengan tenaga perawat yang me-
– Perinatal death rate layani
– Sectio caesaria rate – Rasio jumlah pasien intensif dengan jumlah tenaga perawat
– Foetal death rate yang melayani
– UPF Kesehatan Anak : – Rasio hari perawatan bedah terhadap tenaga perawat bekerja
– Neonatal death rate di UPF Bedah

22 . Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


– Rasio persalinan dengan tenaga bidan yang melayani. – Prosentase penyediaan makanan khusus.
Untuk menilai efisiensi pemanfaatan penunjang medik b. Indikator-indikator penilaian cakupan pelayanan rumah sakit
dan instalasi, indikator-indikator dapat dipergunakan sebagai terhadap penduduk di catchmenI area, yang dapat diper ,
gunakan, sebagai berikut :
berikut :
– Rasio pemakaian bahan X-ray terhadap jumlah pemeriksaan – Rasio pasien rawat jalan terhadap jumlah penduduk dalam
catchment area
X-ray photo.
– Prosentase pemeriksaan yang tidak menemui adanya kelain- – Rasio pasien rawat nginap terhadap jumlah penduduk
an (di Iuar rujukan) dalam catchment area
– Rasio pemakaian bahan pemeriksaan laboratorium terhadap – Admission rate
_ Hospitalization rate
jumlah pemeriksaan sejenis
– Prosentase pemeriksaan tidak menemui adanya kelainan (di
luar rujukan langsung) PENUTUP
– Index cost per ambulance service Telah diuraikan beberapa model indikator penilaian pe-
– Index cost per laundry service. nampilan kerja rumah sakit, yang dipergunakan di dalam dan di
luar negeri, pemilihan indikator-indikator penilaian sangat ter-
3. Indikator-indikator penilaian cakupan pelayanan gantung dari tujuan penilaian. Model yang dikembangkan oleh
Pelayanan terhadap cakupan pelayanan ini, dapat kita bagi Scott dan Shortell lebih cocok untuk menilai intra rumah sakit
menjadi cakupan pelayanan rumah sakit dan cakupan pelayanan secara mikro, model yang dikembangkan oleh Depkes, P4K dan
rumah sakit terhadap penduduk di sekitarnya. Jatim untuk pemakaian inter rumah sakit, sedangkan model
a. Indikator-indikator cakupan pelayanan rumah sakit : terakhir untuk kepentingan penilaian kemajuan program. Namun
– Rata-rata kunjungan per hari demikian indikator-indikator tersebut di atas dapat dipergunakan
– Rata-rata kunjungan baru per hari sesuai dengan kebutuhan masing-masing rumah sakit.
– Rasio kunjungan baru dengan total kunjungan
– Jumlah rata-rata pasien UGD per hari
– Rata-rata pasien intensif per hari
KEPUSTAKAAN
– Prosentase pasien rujukan rawat jalan
– Prosentase pasien rujukan rawat nginap 1. Penilaian penampilan kerja RSU, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
– Rasio pasien Askes terhadap jumlah pasien Departemen Kesehatan RI, P4K dan DinKes I Jatim.
2. Sjaaf, AC. Indikator penilaian kerja sebagai acuan dalam usaha diagnosis
– Rata-rata operasi per hari masalah rumah sakit. Medika 1990; 16(3).
– Prosentase operasi darurat 3. Milani Wiguno. Penilaian penampilan kerja rumah sakit. Bahan penataran
– Rata-rata persalinan per hari MHT PERSI Jatim.
– Rata-rata pemeriksaan radiologi per hari 4. Darwis Ilartono. Penilaian penampilan kerja rumah sakit. Bahan penataran
Hospital Management Training Lanjutan, Dit Jen Pelayanan Medik, DepKes
– Prosentase pemeriksaan thorax photo
RI.
– Prosentase pemeriksaan radiologi dari luar rumah sakit 5. Darwis Hartono. Hospital Information System. Bahan penataran IIMT
– Prosentase R/yang dilayani RS terhadap R/RS PERSI Jatim.
– Prosentase item obat tersedia terhadap item obat-obat 6. Program Upaya Kesehatan Rujukan Repelita V Dit Jen Yan Med. Jakarta
April 1989.
dalam formularium
7. Sistem Kesehatan Nasional, Departemen Kesehatan RI.
– Jumlah pelayanan ambulan 8. Avedis Donabedian. The Definition of Quality and Approaches to its
– Rasio banyaknya cucian dengan pasien rawat nginap Assessment. Michigan: Vol I Health Administration Press, Ann Arbor.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi KhususNo. 71, 1991 23


Petunjuk
Penilaian Penampilan Kerja
Rumah Sakit

dan

Penilaian Penampilan Kerja


Rumah Sakit

24 Cermin Dania Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Petunjuk
Penilaian Penampilan Kerja
Rumah Sakit

Bab I
Pendahuluan

Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit yang menggunakan Instrumen hasil kerja sama antara Dinas Kesehatan Daerah
Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan tahun 1984, telah dikaitkan
pengertiannya dengan Stratifikasi Rumah Sakit.
Hal ini disebabkan karena penyusunan Instrumen Penelitian Penampilan KerjaRumah Sakit memang sengaja diperuntukkan bagi
pelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit, dan karena pada pelaksanaan penilaian penampilan kerja Rumah Sakit terlebih dulu
dilakukan homogenisasi (pengelompokan) Rumah Sakit ke dalam Strata I, II, III.
Stratifikasi Rumah Sakit, yang di Jawa Timur dikerjakan sejak 1979 dengan Instrumen Dinas Kesehatan Jawa Timur (Dr. Edwin
Soetjahja dan kawan-kawan),semula bertujuan untuk mendapatkan potret tentang keadaan Rumah Sakit, yang akan digunakan
sebagai masukan untuk perencanaan pengembangan Rumah Sakit yang terarah dan sistimatis.
Unsur pembinaan walaupun ada, lebih dirasakan setelah digunakan Instrumen Penilaian Penampilan Kerja yang memunculkan
unsur manajemen. Jelas dirasakan pengaruh pembinaan ini, manakala dilakukan penilaian untuk 3 tahun berturut-turut dan secara
nyata dibuktikan bahwa persyaratandari indikator telah dilampaui,padahal pada tahun pertama persyaratan itu belum atau baru
diadakan.
Hal ini telah diantisipasi sejak semula, dengan menetapkan metodologi untuk diadakanpembaharuan instrumen setiap3tahun.
Kesempatan pembaharuan itu dimanfaatkan pula untuk perkembangan baru dari perumah sakitan, serta hal-hal yang diprogramkan
saat itu.
Dengan mengikuti kebutuhan dalam rangka fungsi pembinaan ini, maka dari Instrumen I (1984—1986) setelah mengalami
perubahan I (1987) menjadi Instrumen II (1987—1989). Jumlah indikatornya telah berkembang dari 83 menjadi 206.
Fungsi pembinaan ini, yang semakin dirasakan manfaatnya menyebabkan pula Instrumen III (1990—1992) hasil penyusunan Tim
Pembaharuan II (1990) mempunyai 194 indikator.
Pemanfaatan instrumen ini sebagai kegiatan lomba dapat tetap dilaksanakan, bila tersedia cukup waktu untuk melaksanakannya,
sedangkan untuk kelengkapan kriteria lomba dapat ditambah dengan hal yang sesuai dengan tema lomba.
Diluar keperluan lomba, Instrumen ini adalah alat bina atau alat mawas diri.

Bab II
Pengertian Stratifikasi Rumah Sakit

Seperti telah dikemukakan istilah Stratifikasi Rumah Sakit digunakan karena dalam pelaksanaan Penilaian Penampilan
Kerja Rumah Sakit dikelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkan biaya Operasionalnya, sebagai berikut :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 25


Strata I 309.728.134
Strata II 309.728.134 — 444.154.124
Strata III 444.154.124
Penetapan penggunaan biaya Operasional sebagai dasar pembatasan strata adalah sesuai dengan pemikiran pada waktu awal mula
penggunaan instrumen ini (1984) ialah karena dipandang biaya operasional dapat mewakili unsur input yang pada gilirannya
menghasilkan performance (penampilan kerja) sebagai outputnya, yang akan dinilai itu.
Berbeda dengan pelaksanaan penilaian dengan Instrumen I (1984—1986) dan Instrumen II (1987—1989), untuk pelaksanaan
penilaian dengan Instrumen III, sebagai biaya operasional tidak dimasukkan komponen biaya obat, sehingga hanya terdiri dari 7
komponen biaya itu :
1. Gaji / Upah pegawai.
2. Lauk-pauk pasien.
3. Pembayaran jasa langganan : Listrik, Air, Telepon, Radio medik.
4. Bahan tenun dan biaya penjahitannya.
5. Bahan bakar untuk dapur, kamar bedah, kendaraan.
6. Pemeliharaan gedung, peralatan medis dan non medis serta kendaraan.
7. Peralatan dan bahan tulis menulis (Stationaries).
Hal ini untuk menghilangkan kerancuan antara Rumah Sakit Kabupaten yang menerima obat Inpres lebih banyak daripada Rumah
Sakit Kodya, sedangkan Rumah Sakit Kodya tidak bersusah payah menyediakannya sehingga penderita membeli sendiri-sendiri
diluar.
Setelah 1992 sebagai batas strata dapat digunakan hasil penerapan akreditasi yang menyimpulkan keadaan input Rumah Sakit ke
dalam Strata I, II, III.

Bab III
Ruang lingkup

Dengan penjelasan dalam bab I dan bab II, dapat disimpulkan bahwa Stratifikasi Rumah Sakit adalah suatu kegiatan menilai
penampilan kerja Rumah Sakit sebagai output atau performancenya, dengan cara melakukan evaluasi mutu pelayanan kesehatan
yang diberikan, tingkat efisiensi serta keadaan mutu lingkungan kebersihan dan penanganan limbah Rumah Sakit melalui sistim
homogenisasi (pengelompokan) berdasarkan keadaan inputnya (Darwis Hartono 1987 : Analisa penampilan kerja Rumah Sakit;
H. Sutedjo 1984 Penilaian penampilan kerja Rumah Sakit Kabupaten/Kotamadya).
Sebagai sistim homogenisasi sampai sekarang digunakan biaya operasional, diharapkan untuk 1992 dapat digunakan hasil
penerapan sistim akreditasi Rumah Sakit.

Bab IV
Pelaksanaan

Pelaksanaan Stratifikasi Rumah Sakit dilakukan oleh pengelola program bersama Direktur Rumah Sakit atau Tim dari
Propinsi danTim dari Rumah Sakit. Bagi Direktur Rumah Sakit penilaian dapat menjadi cara mawas diri dan dapat dilakukan tiap
6 bulan 1 kali. Bagi pengelola program di Propinsi penilaian dapat diikuti komparasi antarRumahSakit denganmemperhatikan
homogenisasinya, dan merupakan masukan untuk pelaksanaan pembinaan menuju kepada peningkatan kegiatan ini dilakukan
setiap tahun.

Bab V
Petunjuk Pelaksanaan

A. Umum
1. Homogenisasi.
Penilaian diawali dengan penapisan (homogenisasi) dengan cara mengelompokkan ke dalam strata I, II, III berdasarkan
Biaya Operasional tanpa obat.
2. Petunjuk Umum
a. Indikator
Materi penilaian merupakan penampilan kerja atau performance sebagai luaran (output) dari sarana yang menjadi
input dan proses dari kegiatan Rumah Sakit, sedangkan input dan sebagian dari proses tersebut dinilai oleh Instrumen
Akreditasi yang disusun pada waktu yang sama dan dengan kerja sama antara kedua Tim Penyusun.

26 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


b. Instrumen ini terdiri dari 4 kelompok indikator, dan tiap kelompok terbagi dalam unit yang menunjukkan suatu fungsi
tertentu.
Kelompok A = Manajemen Kelompok C = Penunjang Malik
Kelompok B = Pelayanan Medik Kelompok D = Penunjang Pemeliharaan & Pelayanan
c. Disebelah kanan dari penulisan indikator ada 5 kotak yang berisi 5 kemungkinan persyaratan yang dicapai pada
indikator dengan 5 kotak yang tidak perlu dinilai.
Nilai pencapaian dituliskan pada kotak di bawah tahun penilaian. Dibawah penulisan indikator disebutkan sumber data
yang diperlukan. Ada kalanya diperlukan rujukan pada lampiran.
Pencapaian yang dipersyaratkan adalah sesuai dengan " Analisis Penampilan Kerja Rumah Sakit" oleh Dr. Darwis
Hartono, MHA yang direkomendasikan dalam Hospital Management Training oleh Departemen Kesehatan pada
Angkatan IV Pebruari 1990.
Disamping itu syarat-syarat ideal yang menjadi arahan dalam pembinaan, sesuai yang tercantum dalam buku-buku
petunjuk dari Departemen Kesehatan dengan kelengkapan lampiran dari RS Dr. Soetomo dan dari Dokter Spesialis
dari Daerah Tingkat II di Jawa Timur.
3. Pembobotan dan Sistim Skoring
Untuk memberi penekanan pada fungsi dan tugas pokok Rumah Saki t, sertakadar dari pelaksanaan kerja di keempat
bidang pekerjaan tersebut dilakukan pembobotan nilai pada kelompok-kelompok, yaitu :
Kelompok A; Kelompok B; Kelompok C; Kelompok D = 2 : 6 : 3 : 2
Nilai maksimal kelompok ditetapkan sebagai berikut :
A = 20.000 C = 30.000
B = 60.000 D = 20.000
Sistim Skoring :
a. Tiap indikator dinilai pencapaiannya menurut ke 5 skala syarat yang disebut dalam indikator ( Nilai Dasar ).
0 = Pencapaian RS adalah minimal atau tidak ada sama sekali dari persyaratan yang ditentukan.
1 = Pencapaian RS hanya sebagian kecil dari persyaratan yang ditentukan.
2 = Pencapaian RS lebih kurang setengah dari persyaratan yang ditentukan.
3 = Pencapaian RS adalah sebagian besar dari persyaratan yang ditentukan.
4 = Peneapaian RS memenuhi persyaratan yang ditentukan.
b. Jumlah pencapaian semua indikator dalam tiap unit dihitung dalam nilai dasar, disebut jumlah pencapaian unit (nilai
maksimal unit tergantung dari jumlah indikator dalam unit itu (n) Pembobotan langsung pada unit tidak ada, karena
unit hanya mewadahi indikator yang terkait dalam fungsi yang sama.
c. Jumlah pencapaian semua unit dalam tiap kelompok dihitung dalam nilai dasar, disebut jumlah pencapaian kelompok
( X ).
d. Nilai Pencapaian Kelompok ( Y ) dihitung sebagai berikut :

N = Jumlah indikator yang dinilai dalam kelompok


= Jumlah indikator dari semua unit ( n l , n 2, n 3, dan seterusnya )
e. Penampilan Kerja Kelompok ( Z ) dihitung sebagai berikut :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 27


28 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 29
30 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 31
'
32 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
KEMAMPUAN PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN RADIOLOGI RSUD
( Indikator : C.1.6 ; C.1.7 ; C.1.8 ; C.2.6 )

Kategori Penggolongan kemampuan berdasarkan minimal pemeriksaan yang dilakukan oleh RSUD
Pemeriksaan
A ( 3 kombinasi) B (3 kombinasi) C (3 kombinasi) D (3 kombinasi) E (2 kombinasi)

Sederhana 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar
2. Sebagian besar 2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti
3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti

Sedang 1. Sebagian besar 1. Sebagian besar 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti
2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil 2. Sebagin besar 2. Sebagian kecil 2. Sebagian kecil
3. Sebagian besar 3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Tak berarti

Canggih 1. Sebagian kecil 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti 1. Tak berarti
2. Sebagian besar 2. Sebagian kecil 2. Tak berarti 2. Tak berarti 2. Tak berarti
3. Sebagian besar 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil 3. Sebagian kecil

Keterangan : Kemampuan pelayanan pemeriksaan akan dinyatakan golongan A, bila mampu dan telah melaksanakan :
1. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian kecil canggih (A.1.1.1.), atau
2. Sebagian besar sederhana ditambah sebagian kecil sedang ditambah sebagian besar canggih (A.2.2.2.), atau
3. Sebagian kecil sederhana ditambah sebagian besar sedang ditambah sebagian besar canggih (A.3.3.3.).
Demikian juga untuk golongan berikutnya :
B. adalah B. 1.1.1. atau B. 2.2.2. atau B. 3.3.3.
C. adalah C. 1.1.1. atau C. 2.2.2. atau C. 3.3.3.
D. adalah D. 1.1.1. atau D. 2.2.2. atau D. 3.3.3.
E. adalah : E. 1.1.1. atau E. 2.2.2.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 33


JUMLAH JENIS PEMERIKSAAN YANG TELAH DILAKUKAN OLEH RSUD

34 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Lampiran 1.1

PETUNJUK PELAKSANAAN DALAM PENGGUNAAN FILE PERORANGAN

Dengan sistim kearsipan yang baik diharapkan dapat memperoleh informasi yang cepat, tepat dan mudah mencari kembali data
kepegawaian baik data pribadi/perorangan maupun data yang menyangkut laporan ketenagaan, perencanaan ketenagaan, beban
kerja maupun pemecahan masalah ketenagaan.
Untuk sistim kearsipan ini ditunjang dengan penggunaan map/file perorangan, di dalam penggunaannya diatur sebagai
berikut :
I. Isi file perorangan.
II. Pemberian kode file perorangan.
III. Penyimpanan file perorangan.
IV. Buku register / index.
Penjelasan :
I. Isifile perorangan adalah :
Kartu induk pegawai beserta lampiran (satu map untuk satu orang pegawai), sedang petunjuk pengisian kartu induk pegawai
(terlampir).
II. Pemberian kode :
Ditulis pada sisi bawah map dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Golongan pegawai yang bersangkutan dinyatakan dengan angka romawi (I, II, III, IV) yang ditulis di atas warna dasar
dari jenis pegawai.
2. Jenis tenaga dinyatakan dengan warna dasar :
DPK : Warna merah
DPB I : Warna biru

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 35


DPB II : Warna coklat
Otonom Warna kuning
Inpres : Warna hijau
3. Lokasi dari tempat pegawai bekerja :
– Kantor Dinas Kesehatan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jatim / UPT.
– Kantor Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten / Kodya Dati II se Jatim.
– Rumah Sakit Umum Daerah se Jawa Timur.
– Puskesmas se Jawa Timur.
Dianjurkan memakai kode Kabupaten/Kodya/RSUD Puskesmas yang telah ada.
4. Nama:
Ditulis huruf pertama nama pegawai yang bersangkutan jika huruf depan ada yang sama maka untuk membedakan
digunakan huruf pertama diikuti huruf kedua. Misal : Ahmad - - AH.
Ali -- AL
Untuk nama kecuali di depan map harus ditulis lengkap huruf cetak beserta NIP-nya.
III. Penyimpanan file perorangan.
– Disimpan dalam rak dengan posisi bediri dengan kode terlihat dari depan.
– Dikelompokkan menurut lokasi masing-masing tempat pegawai bekerja.
– Disusun dari kiri ke kanan menurut abjad sesuai dengan nama pegawai.
– Penyimpanan kembali disesuaikan dengan urutan kode semula yang telah ditentukan.
IV. Buku register / index.
– Buku disesuaikan dengan lokasi tempat pegawai bekerja diisi sebagai berikut :

36 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Lampiran: 2

TATA LAKSANA URUSAN PENYIMPANAN DAN PENYALURAN BARANG

Lampiran 3.1
PROSEDUR KERJA TETAP UPF GIGI DAN MULUT

PERAWATAN PULPITIS.
1. AKUT.
— Lakukan Pemeriksaan :
Visuil : Karies profunda, pulpa terbuka.
EPT : Tidak bereaksi.
Panas : Sakit bertambah.
Dingin : Sakit berkurang.
Perkusi : Sakit.
— Lakukan drainage (dengan anestesi).
— Lakukan pulpektomi.

2. KHRONIS.
— Lakukan Pemeriksaan :
Visuil : Karies profunda.
Panas : Hampir tak bereaksi.
Dingin :. Hampir tak bereaksi.
Jarum Miller : Bereaksi.
X Ray : Perforasi.
Perubahan periodontium.
Tulang sekeliling apex - - - - - - - - - - - - - radioopaque.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 37


– Lakukan pemotongan polip. (dengan anasthesi/diulas dengan Trichlorazynzuur), bila ada polip.
— Lakukan pulpektomi.

PERAWATAN DARURAT BEDAH.


3. Trauma pada Gigi.
a. Fraktura Gigi.
– Lakukan pemeriksaan klinis untuk mengadakan klasifikasi fraktur.
Klas I . Fraktur enamel.
Klas II . Fraktur enamel + dentil.
Klas III . Fraktur enamel + dentil dan melibatkan pulpa.
Klas IV . Fraktur akar.
– Lakukan pembuatan X Ray Photo - - - - - - - - - - -terutama pada klas IV.
– Lakukan perawatan :
* Konservatif (tumpatan biasa) untuk klas I & IV.
* Endodontik untuk klas III.
* Endodontik + Apicoectomy (apex reseksi)/bila tidak memungkinkan - - - - - - - lakukan pencabutan pada Mas
IV.
b. Gigi goyang (kerusakan jaringan periodontal).
— Lakukan pemeriksaan Minis :
* Gigi goyang derajat 1 s.d 4.
* Pada ketukan (perkusi) & tekanan - - - - - - - - Sakit.
— Lakukan pemberian obat analgesik dan antibiotik.
— Tidak dilakukan sesuatu tindakan lanjutan (dibiarkan), bila gigi goyang derajat 1 dan 2.
— Lakukan immobilisasi dengan splinting, bila gigi goyang derajat 3 dan 4.

4. FRAKTUR RAHANG.
— Lakukan anamnesa untuk mengetahui :
* Macam trauma.
* Waktu terjadinya.
* Kesadaran penderita pada waktu terjadi trauma.
– Lakukan pemeriksaan klinis :
* Keadaan umum.
* Keadaan dalam mulut.
— Lakukan pembuatan X Ray Photo.
— Lakukan perawatan :
* Reposisi dengan Close Reduction, bila tidak memungkinkan/hasilnya tidak memuaskan - - - - - - - lakukan dengan
Open Reduction.
* Immobilisasi, dengan Splinting.
— Lakukan pemberian analgesik dan antibiotik.

PERAWATAN TUMOR.
5. PERAWATAN TUMOR-TUMOR JARINGAN LUNAK RONGGA MULUT.
— Lakukan pemeriksaan klinis.
— Lakukan pembuatan X Ray Photo, bila diperlukan.
— Lakukan biopsi, bila mengarah pada keganasan.
— Lakukan eksisi, bila diagnosisnya tumor jinak.
— Lakukan pengiriman penderita, bila diagnosisnya tumor ganas.

Lampiran 4.
MACAM TINDAKAN DILUAR TINDAKAN MEDIK DASAR
YANG DAPAT DILAKUKAN DI RUMAH SAKIT KLAS C

1. Topikal Aplikasi 3. Gingivoplasti. 5. Pulpektomi. 7. Inlay. 9. Geligi tiruan lepasan


2. Root Planing. 4. Curretage. 6. Tumpatan Composit. 8. Geligi Tiruan Cekat. sebagian/penuh.

38 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


10. Odontectomi. 15. Alveolectomi.
11. Reposisi. 16. Kistektomi.
12. Banded. 17. Pengangkatan tumor jinak rongga mulut.
13. Splinting. 18. Biopsi.
14. Pengelolaan fraktur tulang rahang. 19. Perawatan Orthodonsi dengan alat lepas.

Lampiran 5

KATEGORI TINDAKAN BIDANG PENYAKIT DALAM

Lam piran 6.1


KATEGORI TINDAKAN BIDANG BEDAH

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 39


Lampiran 7
KATEGORI TINDAKAN BIDANG KESEHATAN ANAK

Lampiran 8
KATEGORI TINDAKAN BIDANG KEBIDANAN DAN PENYAKIT KANDUNGAN

Lampiran 9
Immunisasi
Pemantauan Wilayah Setempat (Pws)
— Tujuan Pws adalah memanfaatkan data yang paling minimal dengan mengembangkan indikator yang cukup sensitif bagi
pemantauan penyelenggaraan program Immunisasi.
Dengan prinsip-prin sip kesederhanaan dan berorientasi pada tindakan, Pws diarahkan untuk mengetahui secara cepat wilayah
mana yang maju dan mana yang belum, serta tindakan yang diperlukan untuk memperbaikinya.
Indikator Pws yang digunakan :
1. Untuk mengukur jangkauan program (pemerataan pelayanan) :

Jumlah bayi lahir dalam 1 tahun


2. Untuk mengukur tingkat perlindungan (efektifitas program) :

40 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


3. Untuk mengukur manajemen program (efisiensi program) :
Drop out ( Drop out )

Sasaran (target) dalam Repelita V


Pada akhir tahun 1990 cakupan pertama (DPT—1 )
Minimal 90 % dan cakupan lengkap ( Polio -3 )
Universal Child Immunization (U C I )

RS.
Untuk DPT 1 , Polio—3, di RS dimonitor jumlah bayi lahir dalam 1 tahun dapat diganti dengan jumlah kunjungan baru bayi umur 0—11
bulan di RS / lahir di RS.

Lampiran : 10.1

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 41


42 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Lampiran : 11.1

Nama :
Alamat :
DAFTAR INVENTARISASI ALAT
No. Telp. :

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 43


Lampiran : 11.2
DAFTAR PERALATAN MEDIS RUMAH SAKIT

Lampiran : 11.3

DAFTAR PERALATAN NON MEDIS RUMAH SAKIT

44 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Lampiran : 12.2
PETUNJUK PENGISIAN DAFTAR INVENTARIS ALAT

PETUNJUK PENGISIAN KARTU CATATAN PEMELIHARAAN ALAT

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 45


6 : Diisi dengan tanggal mulai pekerjaan.
7 : Diisi dengan tanggal selesai pelaksanaan pekerjaan.
8 : Diisi sesuai dengan keluhan pemilik alat.
9 : Diisi dengan tindakan-tindakan yang dilakukan dalam proses perbaikan termasuk penggantian
suku cadang.
10 : Diisi dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama perbaikan.
11 : Diisi dengan hasil tindakan.

Lampiran : 13

( Harap digantungkan pada alat )

Penjelasan :

1. Kartu ini diisi cukup satu helai saja, sebaiknya dimasukkan dalam kantong plastik dan kemudian diikatkan pada tiap-tiap alat
sebagai kartu badan (body card / body tag).
2. Setiap alat harus memiliki kartu pemeliharaan sendiri (satu alat satu kartu).
3. Semua alat yang diberikan kartu catatan pemeliharaan alat juga harus diberikan kartu pemeliharaan.
4. Untuk pengisiannya :
a. Tanggal kegiatan diisikan pada kolom " tanggal ".
b. Kolom kegiatan diisi perbaikan kalau alat tersebut diperbaiki atau perawatan kalau alat tersebut mendapat perawalan rutin.
5. Uraian lengkap kegiatan yang dilakukan diisikan pada kartu catatan pemeliharaan alat dari alat yang bersangkutan.

46 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


DAFTAR ISI

Halaman

1. Kelompok A : Manajemen .................................................................................................................................... 48


1.1. Unit 1. Ketenagaan .................................................................................................................................... 48
1.2. Unit 2. Keuangan ....................................................................................................................................... 49
1.3. Unit 3. Pelayanan Medik ........................................................................................................................... 49
1.4. Unit 4. Penyusunan Program dan Logistik ................................................................................................ 50
1.5. Unit 5. Lingkungan .................................................................................................................................... 51
* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok A .................................................................................................... 52

2. Kelompok B1: Pelayanan Medik ........................................................................................................................... 52


2.1. Unit 1. Rawat Jalan................................................................................................................................... 52
2.2. Unit 2. Gawat Darurat ............................................................................................................................... 53
2.3. Unit 3. Gigi dan Mulut.............................................................................................................................. 54
2.4. Unit 4. Pelayanan Spesialis dan Rujukan .................................................................................................. 55

3. Kelompok B2: Pelayanan Medik........................................................................................................................... 57


3.1. Unit 1. Penyakit Dalam............................................................................................................................. 57
3.2. Unit 2. Bedah ............................................................................................................................................. 59
3.3. Unit 3. Kesehatan Anak ............................................................................................................................ 61
3.4. Unit 4. Kebidanan dan Kandungan ........................................................................................................... 62

4. Kelompok B3 : Pelayanan Terintegrasi .................................................................................................................. 64


4.1. Unit 1. P.K.B.R.S ...................................................................................................................................... 64
4.2. Unit 2. Imunisasi ....................................................................................................................................... 65
4.3. Unit 3. P.K.M.R.S ..................................................................................................................................... 66
* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok B..................................................................................................... 67

5. Kelompok C : Penunjang Medik .......................................................................................................................... 68


5.1. Unit 1. Laboratorium ................................................................................................................................. 68
5.2. Unit 2. Radio Diagnostik ........................................................................................................................... 69
5.3. Unit 3. Farmasi .......................................................................................................................................... 69
5.4. Unit 4. Gizi ................................................................................................................................................ 70
5.5. Unit 5. Catatan Medik ............................................................................................................................... 71
* Rekapitulasi : Penampilan Kerja Kelompok C..................................................................................................... 72

6. Kelompok D : Penunjang Pemeliharaan & Pelayanan .......................................................................................... 72


6.1. Unit 1. Hygiene Sanitasi............................................................................................................................ 72
6.2. Unit 2. Pemeliharaan Sarana dll................................................................................................................ 74
* Rekapitulasi . Penampilan Kerja Kelompok D 76

* Rekapitulasi . Penampilan Kerja Rumah Sakit 76

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 47


Penilaian Penampilan Kerja
Rumah Sakit

48 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 49
50 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 51
52 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 53
54 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 55
56 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 57
58 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 59
60 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 61
62 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 63
64 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus N o. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 65
66 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 67
68 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 69
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 71
72 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 73
74 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 75
76 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 77
Peranan Pelayanan non Profesi
Kesehatan di Rumah Sakit
Dr. Yos E. Susanto Ph.D
Rumah Sakit Mitra Keluarga, Jakarta

PELAYANAN POKOK DAN TAMBAHAN


Hotel, rumah rawat, dan rumah sakit : Secara teoritis, pelayanan oleh non profesi kesehatan dapat
Hotel, rumah rawat (nursing home), dan rumah sakit mem- dibedakan antara pelayanan pokok dan pelayanan tambahan.
punyai persamaan-persamaan dan tentu perbedaan-perbedaan. Pelayanan pokok dapat didefinisikan sebagai pelayanan yang
Salah satu persamaannya ialah bahwa ketiganya memberikan minimum yang harus diberikan kepada pasien karena merupakan
jasa pelayanan bagi pelanggan untuk menginap. Perbedaannya kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Contoh: kebersihan harus
adalah bahwa masing-masing mempunyai " primadona" yang dijaga, penerangan harus cukup, makanan layak untuk dimakan
berbeda. "Primadona" di hotel ialah pelayanan oleh non profesi dan memenuhi kebutuhan kalori. Pelayanan tambahan ialah
kesehatan, di rumah rawat ialah pelayanan oleh perawat, sedang pelayanan yang termasuk di luar pelayanan pokok; misalnya
di rumah sakit adalah pelayanan medis. boleh memilih makanan yang akan disajikan, dapat menelpon
Di antara ketiganya, rumah sakit merupakan pelayanan yang dari kamar, dan mendapat surat kabar setiap pagi.
paling rumit. Pelayanan di rumah sakit mencakup baik unsur Karena kriteria kebutuhan dasar biasanya sangat dipenga-
pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, pelayanan oleh ruhi oleh norma dan kebiasaan yang berlaku di masyarakat
perawat, dan pelayanan oleh non profesi kesehatan. Contoh setempat, maka sering batas antara pelayanan pokok dan pela-
pelayanan oleh non profesi kesehatan, ialah pelayanan front yanan tambahan menjadi kabur. Apa yang dianggap pelayanan
office, pelayanan oleh bagian housekeeping, pelayanan oleh tambahan bagi segolongan masyarakat, dapat dianggap sebagai
bagian dapur, dan pelayanan administrasi keuangan. pelayanan pokok bagi golongan masyarakat lain.
Berdasarkan detinisi, maka pelayanan pokok memberikan
Primadona bukan berarti segalanya sumbangan yang penting dalam proses penyembuhan pasien.
Meski merupakan "primadona", pelayanan medis bukan Pelayanan tambahan mempunyai gradasi, dari yang cukup ber-
berarti segalanya. Sang " primadona " hanya dapat " bersinar " jika manfaat untuk proses penyembuhan sampai yang sebenarnya tak
didukung oleh unsur-unsur lainnya. Pada kenyataannya, dalam bermanfaat.
sehari pasien bertemu dokter hanya selama beberapa menit;
pasien lebih banyak didampingi oleh petugas-petugas lain seperti EMPAT PERANAN
perawat dan pekarya; selain itu pelayanan oleh non profesi Tadi dikatakan bahwa pelayanan non profesi kesehatan
kesehatan juga memegang peranan yang cukup menentukan. mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam proses
Pelayanan, baik oleh profesi kesehatan maupun oleh non profesi pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Peranan apa yang
kesehatan, mempunyai keterkaitan yang erat, sehingga idealnya sebenarnya dipegang oleh pelayanan non profesi kesehatan ter -
merupakan suatu kesatuan, bukan berjalan sendiri-sendiri.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Aguslus 1991.

78 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


sebut? yang besar terhadap aksesibilitas. Prosedur yang bertele-tele,
Ada empat buah peranan yang akan dibicarakan. Pertama, pelayanan yang lamban, pasien yang tidak diperhatikan, sering
peranan sebagai acuan untuk menilai kualitas pelayanan rumah membuat pasien "mundur" ataupun terlambat untuk mendapat
sakit. Kedua, sebagai faktor yang mempengaruhi aksesibilitas pelayanan medis.
pelayanan medis. Ketiga, sebagai faktor yang mempengaruhi
kualitas pelayanan medis. Dan keempat, faktor yang mem- Kualitas pelayanan medis
pengaruhi persepsi pasien pada proses penyembuhan. Mutu pelayanan oleh profesi non kesehatan, jelas mem-
n pengaruhi mutu pelayanan medis. Kebersihan, misalnya, aka
Acuan kualitas, penting untuk pemasaran mempengaruhi kemungkinan infeksi nosokomial. Makanan
Pelayanan kesehatan bukan merupakan sesuatu yang mudah yang tak memenuhi selera, jelas akan mempengaruhi kondisi
dinilai, apalagi oleh orang awam. Kualitas barang-barang seperti pasien.
buku tulis atau pakaian, lebih mudah untuk dinilai atau dicek
kebenarannya. Sebelum membeli, konsumer dapat dengan mudah Persepsi pasien
melihat atau memeriksa barang tersebut, sehingga barang-ba- Pelayanan oleh non profesi kesehatan, juga mempengaruhi
rang tersebut dikatakan sebagai barang yang mempunyai search persepsi pasien yang penting untuk penyembuhan. Pasien yang
properties. Sedangkan pelayanan kesehatan biasanya dikatego- puas, tentu diharapkan akan lebih cepat sembuh.
rikan termasuk barang yang mempunyai experience properties,
yang berarti umumnyakonsumer harus mengalami dulu sebelum
dapat mcnilai. Bahkan sering, setelah mengalamipun, masih sulit STANDARD
bagi pasien untuk menilai kualitas pelayanan medis yang telah Untuk menjaga mutu pelayanan oleh non profesi kesehatan,
dialaminya (credence properties). maka perlu suatu standard. Standard itu dapat berupa standard
Maka menurut Lynch dan Schuler (1990), pasien sering dalam struktur, standard dalam proses, maupun standard dalam
memakai pelayanan oleh non profesi kesehatan (seperti ke- outcome. Standard dalam struktur, misalnya mengenai syarat
bersihan, makanan, housekeeping, front office dan sebagainya) pendidikan bagi pegawai front office. Standard dalam proses,
sebagai acuan kualitas, karena lebih mudah membandingkan misalnya mengenai prosedur yang haus dilakukan, jika me-
kebersihan, makanan, dan pelayanan front office antara rumah nerima pasien. Sedang, standard dalam outcome, misalnya
sakit daripada membandingkan kualitas pelayanan medis. Hal- maksimum berapa lama pasien harus menunggu, dan sebagainya.
hal seperti ini, perlu diperhatikan dalam strategi pemasaran.
Jangan terlalu berlebihan
Aksesibilitas Segala yang berlebihan pada umumnya tidak baik; demikian
Akses ke pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik , jika juga jika terlalu berlebihan mementingkan pelayanan oleh non
pelayanan tersebut mudah didapat dan juga mudah untuk di- profesi kesehatan. Salah-salah, rumah sakit akan menjadi lebih
teruskan. Pelayanan front office sering mempunyai pengaruh tepat disebut hotel, daripada sebagai tempat merawat orang sakit.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 79


Struktur Pembiayaan Rumah Sakit

Dr. Amal C. Sjaaf, DR.PH.


Jurusan Administrasi Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitds Indonesia, Jakarta

PENDAHULUAN Kebutuhan pembiayaan terhadap kegiatan investasi akibat


Rumah sakit sebagai suatu organisasi sosio-ekonomi, se- dari hal di atas sering memerlukan dana yang relatif besar. Dana
perti organisasi ekonomi lainnya, memerlukan pembiayaan ini harus dicari dari sumber yang tersedia baik di dalam maupun
untuk dapat menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatannya. (umumnya) di luar rumah sakit.
Mengacu kepada hal tersebut maka dapat dipahami di sini bahwa Terdapat beberapa jenis sumber dana dengan karakteris-
yang dimaksud dengan pembiayaan sebetulnya adalah pen- tiknya yang dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan kegiatan
danaan (financing) untuk kegiatan. Secara umum, di rumah sakit investasi, yaitu :
hal ini biasanya dikaitkan dengan pembiayaan dua kegiatan • Hutang jangka pendek tanpa bunga
pokok yaitu: investasi dan operasional. • Hutang jangka pendek dengan bunga
Dari kedua kegiatan pokok tersebut, pembiayaan kegiatan • Hutang jangka menengah
operasional umumnya dapat dilakukan dengan menggunakan • Hutang jangka panjang
dana yang berasal dari kegiatan layanan penderita. Tetapi tidak • Equity
jarang pula terjadi hal di mana kegiatan operasional rumah sakit Adanya karakteristik masing-masing itulah yang kemudian
memerlukan pendanaan yang relatif tidak sedikit. Dalam hal ini, akan membuat pimpinan rumah sakit harus menentukan pilihan
pembiayaan kegiatan biasanya dilakukan dengan menggunakan pemanfaatan sumber dana yang paling efisien. Untuk itu, berikut
sumber di luar rumah sakit. Di lain pihak, kegiatan investasi akan diuraikan secara ringkas kelima sumber tersebut.
umumnya memerlukan pembiayaan yang relatif besar dan tidak
Hutang jangka pendek tanpa bunga
selalu dapat ditunjang dari penghasilan operasional. Untuk hal
Jenis dana seperti ini biasanya memang tidak menunjukkan
ini jelas dibutuhkan sumber pendanaan dari luar rumah sakit.
secara eksplisit adanya bunga bila dana ini dimanfaatkan. Se-
Dari bahasan di atas dapat dipahami bahwa pembicaraan betulnya dana ini secara implisit tetap mengandung pengertian
mengenai struktur pembiayaan rumah sakit, baik untuk kegiatan 'bunga' yaitu dalam bentuk pemahaman terhadap opportunity
investasi dan operasional, harus dikaitkan dengan jenis sumber cost-nya. Di rumah sakit, jenis dana seperti ini ditemukan dalam
pembiayaan yang ada di dalam dan di luar rumah sakit. bentuk: pembayaran di muka dari penderita dan pembayaran
kredit kepada pemasok (supplier). Pembayaran di muka dapat
PEMBIAYAAN KEGIATAN INVESTASI
berasal dari: uang mukapenderita, pembayaran layanan di muka
Kegiatan investasi di rumah sakit yang biasanya terjadi
tanpa potongan dan dengan potongan (discount). Dasar perhi-
dalam bentuk pengadaan alat kedokteran pada umumnya terkait
tungan dari efisiensi pemanfaatan dana ini terkait dengan be-
dengan beberapa hal antara lain :
berapa hal penting yaitu :
a. Perluasan spesialisasi tenaga dan peralatan
– Lamanya hari uang telah diterima atau masih ditahan
b. Obsolesensi alat yang relatif cepat
– Suku bunga bank yang berlaku pada saat itu
c. Penambahan jumlah layanan
– Besarnya rate ofreturn dari kegiatan yang menggunakan dana
d. Perluasan jenis layanan
tersebut.
Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama
PERS1 dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

80 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Hutang jangka pendek dengan bunga
Umumnya didapat dalam bentuk pinjaman dari bank atau
lembaga keuangan bukan bank yang jatuh temponya di bawah
satu tahun dengan membebani peminjam dengan suku bunga
yang relatif tinggi. Pada dasarnya pinjaman jangka pendek se-
perti ini membutuhkan adanya jaminan atau agunan dalam ben-
tuk yang relatif likuid dan adanya kepercayaan terhadap debitur.
Dikenal dalam bentuk beberapa antara lain :
• Pinjaman rekening koran
• Pinjaman dengan agunan SPK/kontrak kerja
• Pinjaman dengan agunan deposito
• Penjualan surat berharga
Tidak berbeda dengan hutang jangka pendek tanpa bunga,
dalam memanfaatkan dana ini secara efisien juga harus mengacu
kepada besarnya suku bunga yang berlaku dan besarnya rate of
return dari kegiatan yang akan didanai.
Hutang jangka menengah
Setiap dana yang tersedia dari hutang dengan tempo selama
1 sampai 10 tahun biasanya dimasukkan dalam kelompok ini.
Hutang jenis ini umumnya memiliki tingkat suku bunga yang Equity
lebih rendah dari hutang jangka pendek dan jenis agunan yang Terdapat 3 jenis sumber dana yang berasal dari equity yang
tingkat likuiditasnya tidak terlalu tinggi. Janis agunan yang dapat dapat digunakan untuk pembiayaan kegiatan investasi di rumah
diterima antara lain adalah peralatan, sarana fisik (gedung atau sakit nirlaba yaitu :
tanah). Kelompok keuangan seperti bank, asuransi dan yayasan • sumber filantrofis
dana pensiun umumnya memberikan kesempatan kepada rumah • subsidi pemerintah
sakit yang memerlukan pendanaan untuk investasi jangka pendek. • pemasukan rumah sakit
Bentuk lain yang sering dijumpai adalah leasing yang relatif Kedua jenis sumber yang pertama sering diasumsikan se-
cepat pengadaannya dan biasanya tidak memberikan beban biaya bagai sumber pembiayaan yang bebas biaya (zero cost), sebetul-
di muka bagi leasor. Walaupun demikian, kemudahan cara nya ini merupakan suatu kesalahpahaman. Untuk mendapatkan
leasing ini perlu dikaji secara cermat dengan bandingan terhadap dana tersebut ternyata diperlukan biaya administratif yang dalam
cara pendanaan lainnya yang mirip. perhitungan efisiensi pemanfaatannya tidak bisa diabaikan be-
gitu saja.
Hutang jangka panjang Untuk rumah sakit laba, sumber pembiayaan untuk investasi
Hutang jenis ini umumnya dim anfaatkan untuk pembiayaan yang berasal equity jelas dapat dilihat dalam bentuk saham utama
pembangunan atau sarana fisik rumah sakit dan alat kedokteran dan biasa dari pemilik modal. Perlu diperhatikan di sini bahwa
yang relatif canggih. Karena waktu jatuh tempo yang lebih lama saham utama memiliki tingkat prioritas yang lebih tinggi dari
dari 10 tahun dan tingkat suku bunga yang relatif rendah umum- saham biasa. Hal ini hanya berlaku untuk penguangan saham
nya hanya bank pemerintah yang dapat menyediakannya. tersebut bila terjadi kebangkrutan usaha, tetapi tidak berlaku
Dengan demikian dapat dipahami bahwa jenis dana seperti ini dalam pembagian keuntungan.
akan wajar bila diprioritaskan bagi rumah sakit yang dibantu atau Sebagai ilustrasi,Tabel lberikut ini menggambarkan kom-
secara filantrofis membantu pemerintah dalam pelayanannya. posisi struktur pembiayaan kegiatan investasi rumah sakit
Adanya struktur pembiayaan kegiatan investasi yang berasal khususnya konstruksi di Amerika Serikat :
dari hutang-hutang di atas menimbulkan istilah yang dikenal
sebagai financial leverage. Istilah ini pada dasarnya menjelaskan Tabel 1. Struktur Pembiayaan Investasi Menurut Sumber Dana
tentang hubungan antara hutang dengan besarnya keseluruhan
kekayaan di suatu rumah sakit. Apabila dipahami bahwa pem-
biayaan investasi juga dilakukan dengan menggunakan sumber
equity maka financial leverage juga terkait dengan equity. Se-
buah rumah sakit dikatakan memiliki financial leverage tinggi
apabila terdapat proporsi hutang yang relatif tinggi dibandingkan
equity sebagai sumber pembiayaan investasi.
Untuk dapat memahami hubungan tersebut secara lebih
dalam, berikut ini digambarkan model Return on Equity dari Du Informasi ini menunjukkan adanya pergeseran yang me-
Pont : narik pada sumber dana dari pemasukan operasional dan equity

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 81


yang cenderung meningkat. Sedangkan sumber dana berasal dari ini masih relatif kecil. Pada rumah sakit tertentu didapat data
pemerintah yang semula menurun akhir-akhir ini tampak naik bahwa penderita yang dibiayai oleh perusahaan tempat bekerja
lagi dan sumber yang berasal dari hutang menunjukkan gejala ternyata jauh lebih besar dari kelompok yang dibiayai asuransi
penurunan. kesehatan. Secara rinci hal ini dapat dilihat pada Tabe12 berikut
ini :
PEMBIAYAAN KEGIATAN OPERASIONAL
Seperti telah disebutkan sebelumnya, pembiayaan kegiatan Tabel 2. Pola Pembiayaan Penderita di beberapa Rumah Sakit di Jakarta
1990.
operasional biasanya berasal dari pemasukan yang didapat dari
kegiatan operasional itu sendiri. Berdasarkan hal ini maka pim- RSA RS B RS C
pinan rumah sakit khususnya manajer keuangan harus mema- a. Bayar sendiri 43% 8335 71%
hami dengan cermat pola pembiayaan dari penderita yang b. Dibayar perusahaan 40% 109'0 14%
menggunakan fasilitas rumah sakit. c. Dibayar ASKES/PHB 7% — 6%
Dari sudut ini, pemakai jasa rumah sakit yang dapat dibagi d. Dibayar ASKES Swasta 10% 7% 9%
atas penderita rawat jalan dan rawat inap yang memiliki pola
pembiayaan tertentt, Pola pembiayaan ini pada umumnya ter- Catatan :
a. Tingkat akurasi data masih perlu dipertajam akibat terbatasnya data ke-
bagi atas : uangan yang tersedia.
a. Penderita yang membayar sendiri b. RS A, B dan C adalah rumah sakil swasta.
b. Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan peme-
rintah
Data tambahan menunjukkan bahwa umumnya tagihan
c. Penderita yang ditanggung oleh asuransi kesehatan swasta
yang diajukan ke perusahaan rata-rata dilunasi dalam waktu 2
d. Penderita yang ditanggung oleh perusahaan tempat dia
bulan sedangkan ASKES/PHB dilunas sekitar 2-4 bulan. Ada-
bekerja
nya kesenjangan waktu seperti ini merupakan suatu hal yang
Penderita yang membayar sendiri ditandai dengan tingkat
patut diperhatikan oleh manajer keuangan rumah sakit karena :
ketidak pastian pembayaran yang relatif lebih tinggi dari ketiga
• secara implisit mengandung biaya (opportunity cost).
golongan lainnya. Hal ini berarti bahwa secara ekonomis kelom-
• terkait dengan likuiditas yang diperlukan untuk melunasi
pok ini sebetulnya tergolong kelompok yang memiliki risiko
kewajiban jangka nendek.
tinggi untuk menyebabkan bad debt. Dengan demikian, rumah
sakit yang memiliki pola pembiayaan penderita dengan dominasi Tanpa memperhatikan kedua hal penting ini maka pem-
biayaan kegiatan operasional dengan dana dari hasil kegiatan
kelompok a. secara teoritis akan cenderung untuk mempunyai
rumah sakit akan mengarah kepada tingkat efisiensi yang rendah.
masalah dalam pembiayaan kegiatan operasionalnya.
Sejauh ini, bagaimanakah keadaan yang terjadi di dunia
Penutup
nyata dikaitkan dengan hal diatas? Ternyata hal yang terjadi tidak
Bahasan singkat di atas menunjukkan bahwa pada dasarnya
selalu seperti yang diuraikan di atas. Di negara maju yang pem-
pembiayaan kegiatan operasional dan investasi di rumah sakit
biayaan kesehatannya didasarkan atas penggantian pihak ketiga,
bertolak dari pemanfaatan sumber secara efisien dengan acuan
kelompok pembayar sendiri ini memang merupakan masalah
pokok kepada nilai uang dikaitkan dengan waktu dan nilai suku
dalam pembiayaannya. Oleh karena itu, pihak rumah sakit akan
bunga. Hal ini pada dasarnya akan dipengaruhi oleh kebijak-
berusaha sebanyak mungkin menjaring penderita yang memiliki
sanaan keuangan yang (sedang) berlaku pada suatu saat.
asuransi kesehatan. Lebih jauh, hal penting lain yang harus
Dengan demikian, kemampuan pemahaman akan ekonomi
diamati dari kelompok ini adalah lamanya waktu pelunasan
makro perlu dimiliki oleh seorang pimpinan rumah sakit, dis-
tagihan dari pihak asuransi kesehatan.
amping yang mikro, khususnya bagi mereka yang bertanggung
Data terbatas di Jakarta menunjukkan bahwa pola pem-
jawab terhadap kegiatan manajemen keuangan. Tanpa hal terse-
biayaan penderita masih didominasi oleh pembayar sendiri de-
but maka penggunaan dana yang berasal dari berbagai sumber
ngan kemungkinan menimbulkan bad debt sekitar 5% - 20%.
bukan hanya akan mengarah kepada tingkat efiensi yang rendah
Dengan belum berkembangnya asuransi kesehatan (swasta)
tetapi juga memungkinkan terjadinya inefisiensi.
maka dapat dipahami kalau pembiayaan penderita dengan cara

82 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Prinsip-prinsip Penyusunan
Rencana Anggaran Tahunan
Rumah Sakit
A.W. Boediarso
Direktur RS Pelni, Jakarta

PENDAHULUAN seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan dan dinyatakan dalam


Perkembangan dunia perumahsakitan di Indonesia cukup uang selama jangka waktu tertentu (periode). Rencana kegiatan
pesat. Perkembangan ini terjadi karena para pengelola rumah tersebut dilaksanakan terutama guna menghadapi ketidakpastian
sakit sadar maupun tidak sadar mengikuti kecenderungan pe- di masa mendatang serta menentukan alternatif tindakan yang
layanan kesehatan di Indonesia menjelang tahun 2000. Ke- diperlukan. Ada beberapa perencanaan di rumah sakit yang tidak
eenderungan tersebut pada umumnya mengakibatkan kenaikan termasuk anggaran, misalkan: rencana lalu lintas penderita,
biaya dalam penanganan masalah kesehatan baik secara kasus rencana sistim keamanan dan lain-lain.
per kasus maupun secara umum; di bidang keuangan, kecende- 2) Dinyatakan dalam unit moneter (Rupiah), yaitu suatu ukuran
rungan ini mengarah kepada makin banyaknya biaya yang yang dapat diterapkan pada seluruh kegiatan rumah sakit yang
digunakan dalam upaya kesehatan. Jumlah rumah sakit akan beraneka ragam. Dengan menggunakan ukuran tersebut kegiatan
meningkat dengan cepat, juga cakupan pelayanannya. Sebagai rumah sakit yang beraneka ragam dapat dibandingkan dan di-
konsekuensi dari masalah ini ialah keharusan bagi para pengelola analisa lebih lanjut.
rumah sakit untuk lebih memahami masalah keuangan, agar 3) Jangka waktu tertentu (satu periode) yang akan datang; ini
tercapai efisiensi yang maksimal dalam penggunaan sumber menunjukkan bahwa anggaran memuat taksiran-taksiran (fore-
cast) yang akan terjadi dan reneana kegiatan untuk mengantisi-
daya rumah sakit guna meningkatkan daya saing.
Untuk mencapai efisiensi tersebut dibutuhkan penerapan pasi kejadian tersebut.
Dalam kaitan dengan periode tersebut terdapat dua jenis
manajemen yang lebih baik, antara lain bidang perencanaan dan
pengendalian penggunaan sumberdayayang tersedia. Salah satu anggaran yaitu: anggaran strategis untuk jangka panjang dan
alat yang dibutuhkan organisasi guna mewujudkan perencanaan anggaran taktis untuk jangka pendek. Dalam kaitan dengan
waktu anggaran taktis dibagi dalam anggaran periodik untuk
dan pengendalian yang optimal ialah adanya anggaran (budget)
periode satu tahun penuh (periode akuntansi) atau kurang dari
yang tersusun dengan baik dari lahun ke tahun.
satu tahun yang disebut anggaran bertahap.
Mengingat penyusunan anggaran memerlukan biaya dan
PENGERTIAN ANGGARAN RUMAH SAKIT
waktu, penyusunan anggaran jangka panjang lebih disukai. Untuk
Yang dimaksud dengan anggaran (budget) Rumah Sakit
ini diperlukan kemampuan penaksiran yang lebih akurat tentang
ialah rencana kegiatan yang disusun secara sistimatis dan me-
liputi seluruh kegiatan clan dinyatakan dalam bentuk uang serta kejadian masa yang akan datang, sehingga tidak semua rumah
berlaku untuk jangka waktu tertentu yang akan datang. sakit mampu melaksanakan. Dalam pembahasan lebih lanjut
Penyusunan anggaran tcrsebut selalu memproyeksikan akan disampaikan anggaran jangka pendek dalam satu periode
adanya keuntungan, oleh karena itu sering pula disebut sebagai akuntansi atau anggaran tahunan.
rencana laba (profit planning). Manfaat Anggaran Rumah Sakit
Anggaran mempunyai 3 unsur yaitu : Secara garis besar manfaat anggaran sebagai berikut :
1) Rencana, yang tersusun secara sistimatis dan mencakup 1) Sebagai pedoman kerja, anggaran dapat memberikan arah
Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama
PERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 83


kegiatan yang dilaksanakan dan sasaran-sasaran yang harus akan berguna bagi penyusunan anggaran yang menyajikan taksir-
dicapai oleh kegiatan tersebut di rumah sakit. an untuk masa datang. Secara ringkas hubungan akuntansi
2) Alat koordinasi; dengan diketahuinya arah kegiatan serta dengan anggaran sebagai berikut :
sasaran yang akan dicapai, setiap bagian di rumah sakit dapat 1) Akuntansi menyajikan data historis yang akan bermanfaat
melaksanakan koordinasi yang baik agar dapat saling menunjang pada penyusunan anggaran, sedangkan anggaran memuat taksir-
tercapainya sasaran yang telah ditentukan. Dapat diharapkan an (forecasting) untuk masa datang.
bahwa pelaksanaan kegiatan tersebut akan lebih baik. 2) Akuntansi akan melaksanakan pencatatan yang teliti dan
3) Alat pengawasan dan pengendalian; dalam menilai realisasi sistematis tentang pelaksanaan rencana anggaran dari waktu ke
kegiatan yang dilaksanakan, anggaran dapat digunakan sebagai waktu. Dengan demikian akuntansi menyajikan data realisasi
tolok ukur atau pembanding. Dapat dinilai penyimpangan yang pelaksanaan anggaran. Dengan membandingkan data akuntansi
terjadi antara realisasi kegiatan dengan anggaran, sehingga dapat dengan data anggaran yang berkaitan dapat diketahui penyim-
diketahui apakah dalam pelaksanaan kegiatan yang direncana- pangan yang terjadi. Jadi akuntansi dapat bermanfaat untuk
kan rumah sakit tersebut sukses atau gagal. Segala hal yang menunjang fungsi pengawasan kerja dari rencana anggaran.
menyangkut kelemahan pelaksanaan kegiatan dapat diketahui Hubungan Anggaran dengan Manajemen Rumah Sakit
dan dijadikan acuan penyusunan rencana anggaran tahun Fungsi (kegunaan) anggaran yang berhubungan erat dengan
berikutnya. manajemen ialah fungsi perencanaan, fungsi koordinasi dan
Faktor yang Berpengaruh pada Penyusunan Anggaran pengawasan. Anggaran merupakan alat bagi manajemen, se-
S uatu anggaran yang baik dapat dilihat dari besarnya pen yi m- hingga kehadiran pengelola (manager) yang trampil dan ber-
pangan yang terjadi antara rencana kegiatan dan realisasinya. bakat sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan apa yang
Untuk dapat menyusun rencana anggaran yang baik diperlukan tertuang dalam anggaran.
berbagai data dan informasi yang lengkap disertai pengalaman Beberapa kelemahan dari anggaran berkaitan dengan pe-
pelaksana yang cukup. Data atau informasi yang lengkap sangat laksanaan di lapangan ialah :
membantu penaksiran-penaksiran yang akurat sebagai dasar 1) Penyusunan anggaran sclalu berdasar atas taksiran-taksiran
penyusunan anggaran. (forecast) yang dibuat sebelumnya. Suatu penaksiran terhadap
Secara garis besar faktor-faktor yang berpengaruh antara keadaan mendatang selalu mempunyai kemungkinan adanya
lain : kesalahan yang menyebabkan kurang tepatnya penyusunan
1) Faktor dalam rumah sakit sendiri (intern), meliputi penjualan anggaran dihadapkan pada saat pelaksanaan kegiatan, sehingga
jasa rumah sakit tahun yang telah lalu (rawat inap, rawat jalan, perlu penyesuaian-penyesuaian.
penunjang diagnostik, tindakan bedah dan lain-lain), kemam- 2) Berhasil tidaknya realisasi anggaran sangat tergantung pada
puan rumah sakit yang tersedia, keadaan personil (jumlah dan kualitas pelaksanaannya. Penyusunan anggaran yang baik tidak
kualifikasi), modal kerja yang ada, fasilitas yang dimiliki dan selalu dapat direalisasi tergantung adanya pelaksana yang
lain-lain. Faktor intern tersebut dalam batas tertentu dapat di- mempunyai kecakapan dan ketrampilan yang memadai.
tingkatkan atau dikurangi agar selaras dengan rencana kegiatan Hubungan Anggaran dengan Ilmu Matematik dan Statistik
yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran tersebut. Karena Statistika dan matematika sangat diperlukan dalam penyu-
dapat disesuaikan maka faktor intern tersebut juga disebut faktor sunan anggaran, di samping tersedianya data dan informasi yang
yang dapat diatur (controllable). lengkap. Ini berkaitan dengan penetapan taksiran-taksiran yang
2) Faktor dari luar rumah sakit (ekstern), yang tidak dapat harus ditetapkan mendahului penyusunan anggaran, demikian
diatur oleh pengelola rumah sakit. Dalam hal ini pengelola harus pula dalam melaksanakan evaluasi pelaksanaan. Dengan de-
menyesuaikan rencana kegiatannya agar dapat berhasil dengan mikian maka ilmu statistik dan matematik akan berfungsi se-
baik. bagai alat penunjang bagi penyusunan, maupun evaluasi pe-
Faktor ekstern yang tidak dapat diatur (uncontrollable) laksanaan kegiatan dalam rumah sakit sesuai anggaran.
tersebut antara lain: keadaan pesaing, kecenderungan upaya
kesehatan (dari aspek penduduk, teknologi, keuangan, personil, Jenis Anggaran
ketentuan pemerintah dan lain-lain), keadaan perekonomian Secara umum jenis anggaran dapat dibagi sebagai berikut :
nasional, penghasilan masyarakat dan lain-lain. 1) Appropriation budget; anggaran ini memberikan batas-batas
tertinggi dari biaya yang dapat digunakan untuk pelaksanaan
Hubungan Anggaran dengan Akuntansi Rumah Sakit program tertentu dalam satu periode yang ditetapkan. Macam
Akuntansi diartikan sebagai cara yang sistematis dalam pen- anggaran ini terdapat pada instansi pemerintah. Karena batas
catatan, penggolongan-penggolongan, peringkasan, pengana- biaya telah ditentukan untuk satu kegiatan tertentu, biasanya
lisaan dan melakukan interpretasi terhadap semua kegiatan pelaksana cenderung menggunakan seluruh biaya yang tersedia,
transaksi yang menyangkut keuangan dan dilakukan di rumah sehingga tidak efektif untuk maksud perencanaan dan peng-
sakit. awasan.
Dari pengertian tersebut, akuntansi menyajikan data yang 2) Performance budget, ialah anggaran yang penyusunannya
telah terjadi. Ketepatan dan ketelitian penyajian data tersebut didasarkan kepada fungsi dan aktivitas rumah sakit.

84 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


Pada pelaksanaan dapat dibedakan : kungan biaya untuk setiap kegiatan operasional selama tahun
a) Fixed budget, ialah anggaran yang penyusunannya anggaran misalkan biaya pengadaan obat, makanan, pemelihara-
berdasar atas satu tingkat kegiatan rumah sakit selama jangka an, penyusutan dan lain-lain.
waktu tertentu. Bila anggaran disusun atas dasar pemakaian b) Anggaran cash, berkaitan dengan rencana penerimaan dan
tempat tidur tertentu (BOR), maka anggaran tersebut direnca- pengeluaran kas yang dinyatakan secara kuantitatip untuk
nakan untuk mendukung kegiatan setiap unit dalam rumah sakit periode yang akan datang. Anggaran ini dipergunakan sebagai
dalam mencapai BOR tersebut. Dalam keadaan BOR lebih alat kendali arus keluar masuk uang kas sehingga selalu dapat
rendah atau lebih tinggi dapat dievaluasi efisiensi yang terjadi dijaga agar rumah sakit dapat memenuhi kewajiban jangka
pada unit-unit tersebut. pendeknya.
Dalam menilai efisiensi tersebut dipertimbangkan adanya c) Anggaran investasi, berkaitan dengan pengembangan
biaya tetap dan biaya yang bersifat tidak tetap (variable). rumah sakit untuk memelihara kesinambungan pelayanan.
b) Flexible budget; pada keadaan ini ditentukan norma- Anggaran ini disusun setelah diketahui surplus yang terjadi pada
norma biaya pada setiap tingkat kegiatan rumah sakit. anggaran cash dan kemungkinan penerimaan dari lain-lain
misalkan; pinjaman bank, donatur.
Pengertian Penganggaran (budgeting)
Dari pengertian anggaran yang telah diutarakan maka Penyusunan anggaran operasional
anggaran merupakan hasil kerja (output) yang berupa taksiran. Secara garis besar anggaran operasional rumah sakit terbagi
taksiran yang akan dilaksanakan di masa mendatang dan atas anggaran pendapatan dan anggaran biaya. Anggaran pen-
dinyatakan dalam satuan Rupiah. Anggaran dituangkan dalam dapatan usaha dapat dikelompokkan sesuai jenis usaha masing-
suatu naskah tulisan yang teratur dan sistematis. Sedangkan masing rumah sakit, antara lain : anggaran pendapatan usaha
penganggaran merupakan proses kegiatan dalam rangka rawat inap, rawat jalan, jasa dokter, laboratorium, radiologi,
menyusun anggaran. farmasi dan lain-lain. Perkiraan pendapatan tersebut dapat di-
Secara garis besar proses kegiatan dalam penyusunan susun berdasarkan estimasi kegiatan yang diajukan setiap unit
anggaran sebagai berikut : rumah sakit dalam menyusun anggaran periode yang ber-
– Pengumpulan data dan informasi selengkap mungkin. sangkutan.
– Pengolahan dan penganalisaan data dan informasi tersebut Anggaran biaya kegiatan rumah sakit disusun untuk men-
untuk mengadakan penaksiran-penaksiran sebagai dasar pe- dukung semua kegiatan di rumah sakit guna mencapai sasaran
nyusunan anggaran. penjualan yang telah ditentukan. Oleh karenaitu dalam menyusun
– Menyusun anggaran secara teratur dan sistematis. anggaran biaya kegiatan rumah sakit harus ditentukan terlebih
– Pengkoordinasian pelaksanaan anggaran. dahulu besarnya produksi jasa kesehatan yang akan terjual selama
– Pengumpulan data dan informasi untuk melaksanakan peng- tahun anggaran tersebut, sebagai dasar penentuan angka-angka
awasan (evaluasi) terhadap pelaksanaan anggaran. dalam anggaran.
– Pengolahan data tersebut untuk keperluan interpretasi dan Langkah-langkah penyusunan sebagai berikut :
memperoleh kesimpulan dalam penilaian (evaluasi) pelaksanaan a) Pimpinan rumah sakit membuat perkiraan tentang produk
kegiatan sesuai anggaran serta menetapkan kebijaksanaan- jasa kesehatan yang akan dihasilkan rumah sakit selama periode
kebijaksanaan sebagai tindak lanjut kesimpulan tadi. tahun anggaran yang akan disusun. Biasanya pimpinan rumah
Dari uraian tersebut, guna menjamin keberhasilan suatu sakit hanya menyampaikan perkiraan hari perawatan (BOR)
anggaran perlu beberapa dasar-dasar sebagai berikut : selama periode tersebut serta angka kunjungan rawat jalan yang
1) Anggaran harus didukung penuh oleh manajemen. akan terjadi. Setiap unit rumah sakit akan membuat perkiraan
Organisasi rumah sakit harus menganggap anggaran se- produk jasa masing-masing guna mendukung terlaksananya
bagai alat manajemen dan bukan hanya sebagai accounting perkiraan tersebut dengan menggunakan data dan informasi
device. tahun-tahun sebelumnya. Misalkan: bagian perawatan setelah
Dalam pelaksanaan program anggaran harus disadari bahwa mengetahui bahwa perkiraan BOR selama tahun anggaran ter-
anggaran bersifat menyoroti prestasi setiap bagian yang berkait- sebut sebesar X %, akan mampu membuat perkiraan penggunaan
an dengan pelaksanaan program tersebut. Oleh karena itu para ruangan (hari perawatan) setiap kelas, sehingga dia akan mampu
pengelola rumah sakit harus yakin betul akan manfaat anggaran. menyusun biayaruangan yang diperlukan. Demikian jugabagian
2) Harus ditentukan dengan jelas tanggung jawab persiapan, Gizi akan mampu menyusun kebutuhan anggaran dapur yang
pelaksanaan dan pengawasan anggaran dan dinyatakan secara diperlukan. Dengan cara yang sama setiap bagian di rumah sakit
formal. tersebut akan mampu menyusun biaya masing-masing.
b) Pimpinan rumah sakit membentuk komisi anggaran yang
terdiri dari pejabat staf senior rumah sakit. Bila pejabat keuangan
JENIS-JENIS ANGGARAN TAHUNAN RUMAH SAKIT mempunyai kedudukan setingkat wakil direktur/kepala divisi,
Beberapa jenis anggaran tahunan yang dipersiapkan oleh maka pejabat tersebut ditunjuk sebagai ketua komisi.
rumah sakit ialah : c) Dengan mendasarkan kepada arahan pimpinan rumah sakit
a) Anggaran operasional/rutin yang berkaitan dengan du - tentang produk jasa kesehatan yang akan dihasilkan, komisi

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 85


anggaran merencanakan kebutuhan biaya untuk mendukung a) Menyusun pola penerimaan yang berasal baik dari penjualan
tercapainya sasaran produksi kesehatan tersebut yang terdiri 5 secara tunai maupun secara kredit, sesuai waktu penjualan jasa
kelompok yaitu : kesehatan yang direncanakan. Untuk penjualan kredit (misal
1) Kelompok kebutuhan farmasi, perlengkapan, makanan dan perusahaan langganan) diperhatikan ketentuan pembayaran yang
lain-lain. Ini akan menimbulkan rencana biaya guna pembelian telah disepakati antara perusahaan langganan dan rumah sakit.
obat, perlengkapan, makanan dan lain-lain. Penerimaan dapat pula berasal dari jasa giro, subsidi, bunga
2) Kelompok kebutuhan tenaga dokter, perawat, tenaga medis deposito dan lain-lain.
dan non medis yang lain. Rencana biaya yang akan timbul ialah b) Menyusun pola pengeluaran sesuai dengan periode pe-
biaya tenaga/pegawai. laksanaan kegiatan operasional dari masing-masing sektor
3) Kelompok kebutuhan penggunaan dan pemeliharaan alat. pengeluaran, misalkan :
Ini akan menimbulkan rencana biaya pemeliharaan danpemakai- I) Pembelian secara tunai atau tempo.
an gedung dan biaya penyusutan. 2) Pembayaran hutang atau bunga bank.
4) Kelompok biaya administrasi dan akanmenimbulkanbiaya 3) Pembayaran gaji pegawai.
administrasi umum. 4) Pengeluaran lain-lain.
S) Kelompok biaya lain-lain. c) Dari perkiraan penerimaan dan pengeluaran tersebut dapat
d) Komisi anggaran menilai setiap ajuan kebutuhan biaya disusun anggaran cash (cash budget) setiap bulan sebagai
tersebut apakah dapat dipertanggung jawabkan sesuai dengan berikut :
rencana produksi jasa kesehatan masing-masing unit. Biasanya Saldo awal Rp. xx
perlu dilakukan negosiasi dengan setiap unit yang mengajukan Penerimaan (bulan tersebut) Rp. xx
rencana biaya tersebut. Pengeluaran(bulan tersebut) _________
Rp. xx
Selisih penerimaan dan pengeluaran Rp xx
_________
e) Dalam penyusunan anggaran biaya, tidak boleh melebihi
Saldo akhir Rp. xx
reneana seluruh penerimaan rumah sakit pada tahun anggaran
tersebut. Oleh karena itu komisi anggaran harus meneliti dengan Saldo akhir ini akan menjadi saldo awal bulan berikut-
cermat semua kebutuhan biaya. nya.
Keputusan tentang anggaran berada di tangan Pimpinan d) Perkiraan saldo akhir ini akan menunjukkan posisi ke-
uangan yang diperkirakan akan terjadi pada permulaan bulan
Rumah Sakit. Demikian pula penyusunan biaya dari unit terkecil
berikutnya. Dengan informasi ini pimpinan rumah sakit akan
ke atas diajukan secara hirarkhi, sehingga setiap kepala ber-
mampu merencanakanpembiayaan untuk kegiatan investasi atau
tanggung jawab atas besarnya biaya yang diajukan.
membayar kewajiban lain bila saldo tersebut surplus terhadap
Setelah anggaran tersusun dengan baik, bagian keuangan
dapat menyusun Proyeksi Laporan Hasil Usaha selama pelak- safety balance atau mencari dana tambahan dari sumber lain bila
sanaan anggaran tersebut. Dari proyeksi ini dapat diperkirakan minus.
Sisa Hasil UsahaRumah Sakit selama periode anggaran tersebut.
Penyusunan anggaran investasi
Proyeksi keuangan lain yang dapat dibuat ialah Proyeksi Neraca
Kegiatan investasi dilaksanakan dalam rangka memelihara
Rumah Sakit pada periode akhir pelaksanaan anggaran. sekaligus meningkatkan kemampuan rumah sakit sebagai upaya
Penyusunan anggaran cash memenuhi kebutuhan konsumen akan pelayanan kesehatan. Dari
Anggaran cash disusun dalam rangka mengendalikan ke- sudut anggaran, harus direncanakan dengan baik kemampuan
uangan rumah sakit. Pengendalian ini dimaksudkan agar rumah rumah sakit untuk membiayainya.
sakit selalu mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dan Sumber keuangan yang dapat digunakan sebagai patokan
tidak jatuh dalam kesulitan keuangan. Oleh karena itu setelah dalam menyusun anggaran investasi antara lain :
anggaran ini disusun harus selalu di monitor setiap bulan, se- a) Perkiraan sisa hasil usaha yang akan dicapai rumah sakit
hingga dalam penyajiannya anggaran cash akan merupakan pada tahun anggaran tersebut.
tulisan yang tersusun secara sistematis yang menunjukkan b) Penggunaan kembali biaya penyusutan.
perkiraan situasi keuangan rumah sakit dari bulan ke bulan. c) Bantuan dari instansi atasan atau donatur.
Guna membiayai kebutuhan operasionalnya, biasanya d) Pinjaman dari lembaga keuangan atau lain-lain.
rumah sakit menentukan besarnya uang cash yang secara mi- Pelaksanaan kegiatan investasi yang sudah direneanakan
nimal harus tersedia dalam kas rumah sakit setiap bulan (safety harus memperhatikan anggaran cash guna dikaitkan dengan
cash balance). Bila dalam penyusunan anggaran cash terdapat pembiayaan yang diperlukan sehubungan dengan adanya ke-
perkiraan kas yang kurang dari jumlah minimal tersebut harus tidakpastian di masa mendatang.
sudah dipikirkan cara-cara untuk mengatasinya; misalkan Penyusunan kebutuhan investasi dapat berasal dari unit
dengan melakukan pinjaman dan lain-lain. Sebaliknya bila pelaksana terbawah yang diajukan ke atas secara berjenjang
terdapat surplus dapat digunakan untuk merencanakan pem- maupun berdasarkebijaksanaan pimpinan dalam mengantisipasi
biayaan investasi yang akan dilaksanakan atau membayar tantangan maupun kesempatan pada masa mendatang. Peranan
angsuran hutang. pimpinan rumah sakit sangat menentukan apakah investasi
Penyusunan anggaran cash sebagai berikut :

86 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


tersebut efisien atau tidak. 2. Hodgeus RM, Cascio DM. Modem Health Care Administration. London:
Academic Press Inc. 1983.
3. Munandar M. Budgeting Edisi 1, Yogyakarta: BPFE, 1986.
KEPUSTAKAAN 4. Flood AB, Scott WR. Hospital Structure and Performance. Baltimore,
London: John Hopkins University Press, 1987.
1. Rakich JS, Darr K. Iospital Organizations and Management. Ohio: Halsted 5. Umbdenstock RJ, Hageman WM. Hospital Corporate Leadership. Ohio:
Press, John Wiley & Sons, 1978. American Hospital Publ Inc, 1990.

Lampiran 1
Pengelompokan anggaran operasional

1. Anggaran pendapatan c. Biaya dokter


1. Pendapatan Usaha : d. Biayalaboratorium, farmasi, radiologi
a. Rawat inap e. Biaya dapur
b. Rawat jalan f. Biaya lain-lain jasa
c. Jasa dokter 2. Anggaran biaya pegawai :
d. Radiologi a. Gaji dan tunjangan
e. Laboratorium b. Biaya kesehatan
f. Farmasi c. Biaya lembur, kesejahteraan, pendidikan dan lain-
g. Jasa lain-lain. lain.
2. Pendapatan Lain-lain : 3. Anggaran biaya barang dan jasa :
a. Parkir a. Biaya pemeliharaan
b. Kantin dan lain-lain. b. Biaya administrasi dan umum
II. Anggaran Biaya c. Biaya rumah sakit lain-lain.
1. Anggaran biaya langsung usaha : 4. Anggaran biaya lain-lain :
a. Biaya ruangan a. Biaya penyusutan aktiva tetap
b. Biaya poliklinik b. Biaya-biaya lain yang dibebankan.

Lampiran 2

RUMAH SAKIT........................................
PROYEKSI LAPORAN HASIL USAHA
PERIODE...................................................

Biaya Administrasi & Umum


Pendapatan Usaha Biaya pegawai Rp. xx
Rawat inap Rp. xx Biaya asuransi Rp. xx
Rawat jalan Rp. xx Biaya pemeliharaan Rp. xx
Penunjang diagnostik Rp. xx Biaya alat tulis kantor Rp. xx
Farmasi Rp. xx
_______ +/+ Biaya listrik, air dll Rp. xx
Jumlah Pendapatan Usaha Rp. xx Biaya penyusutan Rp. xx
Biaya penghapusan piutang Rp. xx
Biaya Langsung Usaha
Biaya umum d11 Rp. xx
________
Biaya ruangan Rp. xx
Biaya dokter Rp. xx Rp. xx
_______ -/-
Biaya poliklinik Rp. xx Rp. xx
Hasil Usaha
Biaya obat-obatan/farmasi Rp. xx Pendapatan dan Biaya lain
Biaya radiologi Rp. xx Pendapatan lain-lain Rp. xx
Biaya dapur Rp. xx
_______ + Biaya lain-lain Rp. xx
_______ -/-
Jumlah biaya langsung Rp. xx
_______ -/- Selisih Pendapatan &
Hasil Usaha Kotor Rumah Sakit Rp. xx Biaya lain-lain Rp. xx
_______ +/-
I Hasil Usaha Bersih Rp. xx

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 87


Lampiran 3 Rumah Sakit........................................................
Anggaran Biaya : Ruangan
Rumah Sakit .................................. Tahun anggaran ..................................................
Anggaran Pendapatan Poliklinik Ruangan ................................................................
Tahun Anggaran ..........................
No. Jenis Biaya Jumlah Indeks Biaya Jumlah Biaya
No. Jenis Poli Jumlah Pasien Tarip Jumlah
1 Perawat x orang Rp. xx/Bulan 12xRp xx = Rp. YY
1 Poli Anak z x Rp. xz 2 Makanan x HP Rp. xx/HP 12 x X x Rp. XX
2 Poli Jantung zl x1 Rp. xlzl 3 Linen Y Set Rp. YY/Set 12 x Y x Rp. YY
3 dst dst dst dst 4 dst

Jumlah Rp. xx Jumlah Rp...........

Catatan : Untuk memudahkan penilaian dimasukkan seluruh


biaya langsung yang menyangkut perawatan.
Lampiran 4
RUMAH SAKIT : .............................................
PROYEKSI NERACA
PER TANGGAL : ..........................................

HARTA KEWAJIBAN DAN MODAL


HARTA LANCAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
Kas Rp. xx Uang muka pasien Rp. xx
Bank Rp. xx Hutang usaha. Rp. xx
Surat-surat Kredit jangka
berharga Rp. xx pendek Rp. xx
Piutang pasien Rp. xx Biaya masih
Taksiran tidak harus dibayar Rp. xx
tertagih Rp. xx
_______ – Hutang pajak Rp. xx
Hutang lain-lain Rp. xx
Rp. xx _______ +
Piutang lain-lain Rp. xx Jumlah kewajiban
Persediaan Rp. xx jangka pendek Rp. xx
Biaya yang dibayar
dimuka Rp. xx KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Rp. xx
Harta lancar ________
lain-lain Rp. xx Jumlah Kewajiban Rp. xx

Jumlah harta lancar Rp. xx

HARTA TETAP NILAI BUKU MODAL DAN SUMBANGAN/DONASI


Modal Rp. xx
Donasi Rp. xx
Tanah Rp. xx Sisa hasil
Bangunan Rp. xx usaha yang lalu Rp. xx
Alat Kesehatan Rp. xx Hasil Usaha
Alat Angkutan Rp. xx tahun berjalan Rp. xx
_______
Peralatan Lain-lain Rp. xx +
________
Jumlah Rp. xx
Jumlah Harta Tetap Rp. xx

HARTA LAIN RD. xx


________ ________

JUMLAH HARTA Rp. xx


________ JUMLAH KEWAJIBAN & MODAL Rp. xx
________
________ ________

88 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Prinsip-prinsip
Akuntansi Rumah Sakit
Dra. Catharina Dartini
PK. Sint Carolus, Jakarta

PENDAHULUAN pengalaman lapangan (teknis) penulis dalam pengembangannya,


Pada saat ini, kiranya sudah cukup disadari bahwa rumah agar dapat memberikan gambaran mengenai akuntansi sebagai
sakit merupakan suatu usaha pelayanan kesehatan yang perlu suatu kesatuan dan prinsip akuntansi sebagai tolok ukur kebe-
dikelola dengan secara profesional karena menyerap banyak naran dalam pembuatan laporan keuangan.
tenaga kerja, dana dan sarana; seiring dengan hal tersebut maka Sehingga secara garis besar makalah ini terdiri dari :
cukup disadari pula bahwa akuntansi merupakan alat yang efek- I. Arti Prinsip Akuntansi.
tif untuk membantu pimpinan rumah sakit (manajemen) dalam II. Hubungan antara struktur organisasi, sistim akuntansi dan
melaksanakan tugas sehari-hari. Untuk memimpin suatu rumah prinsip akuntansi.
sakit dengan baik, manajer pada masing-masing tingkat mem- III. Prinsip Akuntansi Rumah Sakit sebagai suatu pengembang-
butuhkan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk an dari Prinsip Akuntansi Indonesia tahun 1984.
membuat keputusan-keputusan, baik mengenai persoalan rutin IV. Kesimpulan dan Penutup.
di tingkat bawah maupun mengenai persoalan-persoalan policy
di tingkat atas. Salah satu sumber yang penting (jika bukan yang ARTI PRINSIP AKUNTANSI
terpenting) untuk mendapatkan informasi tersebut adalah la- Prinsip Akuntansi merupakan himpunan prinsip, sistim dan
poran-laporan dan data yang disediakan oleh bagian akuntansi. prosedur, metodedan teknik akuntansi yang mengatur penyusun-
Oleh karena itu, akuntansi sering disebut sebagai tool of an Laporan Keuangan khususnya yang ditujukan kepada pihak
management. Laporan-laporan dan data akuntansi tentu saja luar seperti : pemegang saham, kreditur, fiskus dan sebagainya.
hanya dapat membantu manajemen jika para manajer tahu Di Indonesia Prinsip Akuntansi secara umum sudah ada dan
bagaimana menggunakannya. James D. Kiners, seorang konsul- dikenal dengan sebutan Prinsip Akuntansi Indonesia dan yang
tan manajemen, pada majalah Management Accounting edisi terakhir Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang telah disetujui
Juli 1988 mengatakan bahwa seorang manajer yang efektif secara bulat dalam rapat Komite Prinsip Akuntansi Indonesia
hendaknya tidak enggan menghadapi tugas-tugas administrasi, pada tanggal 19 September 1984 dan telah disahkan oleh rapat
karena ada sejumlah pekerjaan tulis-menulis dan pencatatan Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 22 De-
yang termasuk juga dalam memimpin dan mengelola perusaha- sember 1984 dan berlaku efektif selambat-lambatnya untuk
an. Manajer yang baik harus yakin tentang angka-angka, apa penyusunan Laporan Keuangan Ekstern (untuk pihak luar) mulai
artinya dan bagaimana menggunakannya; oleh sebab itu perlu tahun buku yang berakhir pada tangga1 31 Desember 1985. Pada
sekali bagi manajer untuk menguasai akuntansi. Salah satu dasar buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 tersebut dibatasi pada
dari asal usul terjadinya angka-angka dalam laporan keuangan hal-hal yang berhubungan dengan akuntansi keuangan dan
adalah prinsip akuntansi itu sendiri. diungkapkan secara garis besarnya saja dan bersifat umum
Cara pendekatan yang diambil penulis dalam makalah ini artmya tidak mencakup praktek akuntansi untuk industri-industri
adalah tidak hanya terbatas pada masalah Prinsip-Prinsip Akun- tertentu seperti perbankan, asuransi, rumah sakit dan lain-lain.
tansi Rumah Sakit tetapi akan dikaitkan dengan hal-hal yang Sehingga penulis mencoba untuk mengembangkan prinsip
berhubungan erat dengan prinsip-prinsip akuntansi tersebut serta akuntansi untuk rumah sakit tetapi tetap tidak akan bertentangan

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama


PERS1 dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khasus No. 71, 1991 89


Sistim Akuntansi Manajemen
dengan praktek akuntansi yang lazim dan didasarkan atas pertim-
bangan yang what dan tetap mengacu pads Prinsip Akuntansi Disusun terutama untuk menghasilkan informasi yang ber-
Indonesia yang telah ada (Prinsip Akuntansi Indonesia atau PAI). guna bagi pengambilan keputusan oleh manajemen untuk peren-
canaan dan pengendalian kegiatan operasionil serta perhitungan
biaya. Dengan kata lain informasi yang dihasilkan dibutuhkan
pimpinan untuk melaksanakan fungsi-fungsi managerial.
Contoh laporan-laporan yang termasuk akuntansi manajemen
Rumah Sakit (Pelayanan Kesehatan) adalah :
1. Laporan kegiatan dan keuangan unit-unit perawatan, pe-
nunjang medis, Balai Kesehatan Masyarakat.
2. Laporan manajemen keuangan (Kas, Bank, realisasi inves-
tasi, piutang).
Sistim Akuntansi yang cukup dikenal yaitu :
Sistim Akuntansi Pertanggung Jawaban (Responsibility Account-
ing atau Activity Accounting atau Responsibility Center).
Sistim akuntansi jenis ini merupakan suatu sistim akuntansi yang
dalam penyusunannya disesuaikan dengan struktur organisasi
dengan maksud agar dapat dilakukan pengawasan dengan baik
karena dalam sistim ini informasi selalu dikaitkan dengan
tanggung jawab kepala bagian/manajer dengan biaya atau peng-
hasilan yang dapat diawasi (controllable), yang dapat berbeda
sesuai dengan tingkat manajemen di mana manajer yang ber-
sangkutan ditempatkan.
Contoh : Sistim Akuntansi Pertanggung Jawaban Pelayanan
Kesehatan dibagi dua :
1. Revenue Center/Pusat-Pusat Pendapatan (Producing
Keduanya dalam penyusunannya harus berpedoman pada Prinsip Akuntansi Cost Center dan Revenue Center); terdiri dari :
yang berlaku; (di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesia yang – Unit-unit Rawat Nginap
disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia)
– Unit-unit Rawat Jalan Spesialistik dan Umum
– Unit-unit Penunjang Medik
ARTI DAN RUANG LINGKUP SISTIM AKUNTANSI – Unit-unit Balai Kesehatan Masyarakat
Istilah Sistim Akuntansi itu sendiri mempunyai beberapa 2. Cost Center (Non Producing Cost Center); terdiri dari :
pengertian : • Direct Departmental Charge (Pelayanan Jasa Umum); me-
A) Jika ditinjau dari sudut sistim akuntansi yang menghasilkan rupakan pusat biaya yang melayani langsung (dapat dibebankan
output berupa laporan tentang data dan informasi keuangan langsung) pada revenue center maupun cost center termasuk
maka sistim akuntansi dibagi menjadi 2 : pada dirinya sendiri, yang meliputi pelayanan :
1. Sistim Akuntansi Keuangan (Financial Accounting) 1. Pelayanan Makanan Pasien
2. Sistim Akuntansi Manajemen (Managerial Accounting) 2. Pelayanan dan Pemeliharaan Tekstil.
3. Pelayanan Teknik dan Pemeliharaan Bangunan.
Sistim Akuntansi Keuangan
• Indirect Departmental Charge (Biaya Operasional Tak
Disusun terutama untuk menghasilkan informasi biasanya
Langsung);adalah pusat biaya yang tidak dapat dibebankan
dalam bentuk Laporan Keuangan, yang ditujukan pada pihak-
langsung pada revenue center maupun cost center. Pembebanan
pihak di luar perusahaan, misal bank, pajak, pemegang saham
biaya didasarkan prosentase (%) dengan dasar pertimbangan
dan lain-lain. Umumnya Laporan Keuangan yang dihasilkan
luasnya fasilitas.
oleh Usaha Pelayanan Kesehatan (rumah sakit) terdiri dari :
– Neraca Dalam sistim akuntansi keuangan dan sistim akuntansi
– Laporan Pendapatan dan Biaya manajemen ini perlu digaris bawahi bahwa meskipun dihasilkan
– Laporan Perubahan Posisi Keuangan. 2 macam sistim akuntansi bukan beranti nantinya dihasilkan dua
yang terdiri dari : tipe laporan keuangan yang diperoleh dari dua proses pem-
– Laporan Sumber dan Penggunaan Dana bukuan yang berbeda. Laporan Keuangan yang dihasilkan tetap
– Laporan Perubahan Susunan Modal Kerja satu dengan berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang
– Laporan Sumber dan Penggunaan Kas. berlaku. (di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesia
Laporan-laporan keuangan ini harus disusun disajikan ber- yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia)
dasarkan prinsip akuntansi yang lazim dan di Indonesia dikenal B) Jika ditinjau dari segi pembukuan sistim akuntansi, di-
dengan PAI 1984. bedakan atas :

90 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


1. Sistim Akuntansi Cash Basis. akuntansi adalah bahwa penyusunan sistim akuntansi seyogyanya
2. Sistim Akuntansi Accrual Basis. harus disesuaikan dengan struktur organisasi, dan sistim akun-
Sistim Akuntansi Cash Basis tansi itu sendiri menghasilkan informasi berupa laporan keuan-
Peneatatan hanya dilakukan pada saat " penerimaan dan
" gan yang dalam penyusunannya harus berpedoman/mengacu
" pada Prinsip Akuntansi.
"pengeluaran uang (kas) dan telah dapat dibuatkan fakturnya,
jadi yang terlihat adalah Flow of Cash.
PRINSIP AKUNTANSI RUMAH SAKIT SEBAGAI
Sistim Akuntansi Accrual Basis
SUATU PENGEMBANGAN DARI PRINSIP AKUN-
Pencatatan dilakukan pada saat produk atau service diberi-
TANSI INDONESIA 1984
kan pada pemakai jasa atau saat kegiatan dilakukan walaupun
Sudah dijelaskan bahwa Prinsip Akuntansi merupakan him-
uang (kas) belum diterima atau dikeluarkan dan dapat dibuatkan
punan prinsip, sistim dan prosedur, metode dan teknik akunlansi
fakturnya, dengan demikian yang terlihat adalah Flow of Re-
sources. yang mengatur penyusunan Laporan Keuangan khususnya yang
Sistim Akuntansi Rumah Sakit (Pelayanan Kesehatan) harus ditujukan kepada pihak luar (extern).
berdasarkan Accrual Basis.
KONSEP DASAR DAN KETERBATASAN AKUNTANSI
C) Jika ditinjau dari segi Sistim Akuntansi sebagai sistim dan
KEUANGAN
prosedur maka :
1. Sistim Tujuan Akuntansi Keuangan dan Laporan Keuangan
adalah suatu kerangka dari prosedur yang saling berhubungan a. Tujuan Umum :
yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh untuk 1) Untuk memberikan informasi keuangan secara kuantitatif
melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama perusahaan. mengenai usaha rumah sakit guna memenuhi keperluan para
2. Prosedur pemakai laporan dalam mengambil keputusan-keputusan eko-
adalah suatu urutan-urutan pekerjaan kerani yang disusun untuk nomi.
menjamin adanya perlakuan yang seragam terhadap transaksi- 2) Menyajikan informasi yang dapat dipercaya mengenai
transaksi perusahaan yang terjadi. perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu
Definisi di atas menekankan pada pengertian teknis; yaitu usaha rumah sakit yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka
pengertian mengenai langkah-langkah yang tereakup dalam sis- memperoleh sisa hasil usaha.
tim maupun prosedur untuk mencapai tujuan dan melaksanakan 3) Menyajikan informasi keuanganyang dapat membantu para
kegiatan dan fungsi utama dari perusahaan yang terdiri dari : pemakai laporan dalam menaksir kemampuan (potensi) usaha
1. Fungsi penjualan rumah sakit dalam mendapatkan sisa hasil usaha.
2. Fungsi penerimaan uang 4) Menyajikan informasi penting lainnya mengenai perubahan
3. Fungsi pembelian dalam aktiva dan kewajiban suatu usaha rumah sakit seperti
4. Fungsi pengeluaran uang, produksi dan lain-lain. informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.
Sehingga jika ditinjau sistim akuntansi sebagai sistim dan 5) Menyajikan mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain
prosedur maka dapat dibedakan atas : yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk
1. Sistim Akuntansi Pokok. kebutuhan pemakai laporan seperti informasi mengenai ke-
2. Sistim Akuntansi Pendukung dari sistim akuntansi pokok. bijakan akuntansi yang dianut perusahaan.
Sistim Akuntansi Pokok terdiri dari : b. Tujuan Kualitatif :
a. Klasifikasi rekening atau Chart of Account, baik untuk reke- 1) Relevan.
ning neraca maupun pendapatan dan biaya 2) Jelas dan dapat dimengerti.
b. Buku besar dan buku pembantu 3) Dapat diuji kebenarannya.
c. Buku jurnal 4) Netral.
d. Formulir-formulir dan dokumen-dokumen akuntansi. 5) Tepat waktu.
Sistim Akuntansi Pendukung terdiri dari : 6) Dapat diperbandingkan.
a. Pesanan Penjualan dan Penerimaan uang 7) Lengkap.
b. Sistim Pembelian dan Pengeluaran uang
c. Sistim Pencatatan Waktu Kerja dan Penggajian Konsep-Konsep Dasar Akuntansi
d. Sistim Produksi dan Biaya produksi. Prinsip Akuntansi disusun didasarkan pada beberapa
Masing-masing prosedur dalam suatu sistim biasanya anggapan atau konsep dasar antara lain :
mempunyai hubungan erat dan saling mempengaruhi sehingga 1) Kesatuan Akuntansi.
kadang-kadang sulit dipisahkan. Keadaan ini akan berakibat jika 2) Kesinambungan.
salah satu prosedur itu diubah maka biasanya prosedur lainnya 3) Periode Akuntansi.
akan terpengaruh sehingga perlu juga untuk dipertimbangkan. 4) Pengukuran dalam nilai uang.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan yang jelas 5) Harga Pertukaran.
antara struktur organisasi dengan sistim akuntansi dan prinsip 6) Penetapan beban dan pendapatan.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 91


Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Aktiva .
1) Laporan keuangan bersifat historis yaitu merupakan laporan – Aktiva Lancar
atas kejadian yan telah lewat. Karenanya laporan keuangan tidak – Investasi
dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam – Aktiva Tetap
proses pengambilan keputusan ekonomi. – Aktiva Tetap Tidak Berwujud
2) Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan – Aktiva lain-lain.
untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Kewajiban :
3) Proses penyusunan laporankeuangan tidak luput dari peng- – Kewajiban Lancar
gunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. – Kewajiban Jangka Panjang
4) Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. – Kewajiban lain-lain.
Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta Modal dan dana :
atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal ini tidak – Modal Awal
menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan lapor- – Dana Pembangunan
an keuangan. – Surplus minus tahun lalu
5) Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi – Surplus minus tahun berjalan.
ketidakpastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan Penyajian di atas merupakan pencerminan dari klasifikasi
yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya di- lazim pos neraca sebagai berikut :
pilih alternatif yang menghasilkan pendapatan bersih atau nilai – Aktiva diklasifikasikan menurut likuiditas.
aktiva yang paling kecil. – Kewajiban diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo.
6) Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekono- – Modal diklasifikasikan berdasarkan sifat kekekalan.
mis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (for- Perkiraan lawan(offseticontra account) atas pos neraca ter-
malitas). tentu disajikan sebagai unsur pengurang atas pos neraca yang
7) Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah- bersangkutan :
istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami 1. Penyisihan piutang yang diragukan/cadangan kerugian piutang
bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. sebagai pengurang terhadap jumlah piutang usaha.
S) Adanya pelbagai alternatif metode akuntansi yang dapat 2. Akumulasi penyusutandisajikansebagai pengurang terhadap
digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber- jumlah aktiva tetap.
sumber ekonomis dan tingkat kesuksesan antara berbagai usaha.
9) Informasi yang bersi fat kualitatif dan fakta yang tidak dapat Perhitungan Pendapatan dan Biaya
dikuantifikasikan umumnya diabaikan. Perhitungan pendapatan dan biaya harus disusun sedemikian
rupa agar dapat memberikan gambaran mengenai pendapatan
PRINSIP LAPORAN KEUANGAN dan biaya usaha pelayanan kesehatan (rumah sakit) dalam pe-
Laporan Keuangan harus disusun sesuai dengan Prinsip riode tertentu.
Akuntansi Indonesia. Cara penyajian pendapatan dan biaya adalah sebagai berikut:
Pengertian Laporan Keuangan 1. Harus memuat secara terperinci unsur-unsur pendapatan dan
Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses biaya.
pencatatan, yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi- 2. Seyogyanya disusun dalam bentuk urutan ke bawah (stafel).
transaksi keuangan yang terjadi pada tahun buku yang ber- Komponen-komponen pendapatan dan biaya usaha pelaya-
sangkutan. nan kesehatan adalah sebagai berikut :
Laporan Keuangan Usaha Pelayanan Kesehatan (Rumah Pendapatan Operasional :
Sakit) terdiri dari : • Biaya Operasional Langsung (Harga Pokok)
1. Neraca.
Pendapatan Kotor :
2. Pendapatan dan Biaya atau Hasil Usaha. • BiayaOperasionalTak Langsung (Biaya Usaha)
3. Laporan perubahan posisi keuangan.
4. Catatan atas Laporan keuangan. Pendapatan Operasional Bersih :
• Pendapatan dan Biaya Non Operasional.
Neraca Pendapatan bersih sebelum kumulatif pengaruh dari per-
Neraca adalah laporan yang menunjukkan keadaan ke- ubahan Prinsip Akuntansi.
uangan usaha pelayanan kesehatan pada tanggal tertentu (saat • Pengaruh kumulatif dari perubahan Prinsip Akuntansi.
tertentu). Pendapatan bersih.
Neraca harus disusun secara sistimatis sehingga dapat
memberi gambaran mengenai posisi keuangan suatu unit usaha Laporan Perubahan Posisi Keuangan
pelayanan kesehatan pada suatu saat tertentu. Tujuan penyusunan Laporan Perubahan Posisi Keuangan
Komponen-komponen neraca dapat digolongkan sebagai adalah :
berikut : (untuk usaha pelayanan kesehatan). 1) Untuk mengikhtisarkan aktivitas pembiayaan dan investasi

92 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


suatu usaha pelayanan kesehatan, termasuk seberapa jauh usaha Penentuan Pendapatan dan Masalah Pisah Batas (Cut off)
pelayanan kesehatan telah menghasilkandana dari usaha selama Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurun-
periode yang bersangkutan. an kewajiban suatu badan usaha yang timbul dari penyerahan
2) Untuk melengkapi pengungkapan mengenai perubahan barang dagang/jasa atau aktivitas usaha lainnya di dalam suatu
dalam posisi keuangan selama periode tertentu. periode.
Dana dapat diinterprestasikan sebagai kas atau dapat juga Tidak termasuk pengertian pendapatan adalah peningkatan
diartikan sebagai modal kerja netto yaitu aktiva lanear dikurangi aktiva perusahaan yang timbul dari pembelian harta, investasi
kewajiban lanear. oleh pemilik, pinjaman atau koreksi laba rugi lalu.
Contoh Laporan Perubahan Posisi Keuangan : Pendapatan dalam usaha pelayanan kesehatan terdiri dari :
– Laporan Sumber dan Penggunaan Dana. 1) Pendapatan Operasional :
– Laporan Perubahan Susunan Modal Kerja. adalah merupakanpendapatan daripenjualanbarang dagang/
– Laporan Sumber dan Penggunaan Kas. jasa pelayanan kesehatan yang merupakan kegiatan utama pela-
Catatan atas Laporan Keuangan yanan kesehatan yang terdiri dari :
Ikhtisar kebijakan akuntansi yang penting yang dianut usaha – Pendapatan Rawat Nginap
– Pendapatan Rawat Jalan Spesialistik dan Umum
pelayanan kesehatan harus disajikan tersendiri sebelum catatan
– Pendapatan Sarana Penunjang Medik
atas Laporan Keuangan atau sebagai bagian dari catatan atas
– Pendapatan Balai Kesehatan Masyarakat.
Laporan Keuangan. Ikhtisar tersebutmemuatpenjelasanmengenai
2) Pendapatan Non Operasional/Lain-lain
kebijakan-kebijakan akuntansi yang mempengaruhi posisi ke-
adalah merupakan rupa-rupa pendapatan yang timbul dari
uangan dan hasil usaha suatu pelayanan kesehatan.
aktivitas di luar kegiatan utama pelayanan kesehatan yang
Contoh :
terdiri dari anlara lain :
– metode penyusutan aktiva tetap.
– Jasa giro
– metode penilaian persediaan.
– Bunga deposito
– penjabaran mata uang asing.
– Laba dari penjualan aktiva tetap
Perubahan Akuntansi – Laba beda kurs
Bila terjadi perubahan dalam prinsip akuntansi yang dianut – lain-lain usaha di luar kegiatan utama pelayanan kesehatan.
suatu usaha pelayanan kesehatan maka harus diambil langkah- Pendapatan dan sisa hasil usaha Pelayanan Kesehatan tidak
langkah sebagai berikut : boleh diantisipasikan atau secara material dinyatakan terlampau
1) Pengaruh kumulatif dari perubahanke akuntansi yang baru besar atau terlampau kecil. Mengingat adanya perbedaan antara
dilaporkan dalam perhitungan pendapatan dan biaya pada saat dilakukannyapersetujuan untuk menjual dengan saatpenye-
periode berjalan. rahan barang/jasa, maka perlu diadakan pisah batas secara layak
2) Untuk perubahan penilaian persediaan di mana pengaruh dan konsisten pada awal dan akhir periode, agar perhitungan
kumulatif umumnya sulit ditentukan, maka persediaan awal pendapatan bersih (sisa hasil usaha) menggambarkan pendapatan
dalam tahun dianutnya metode baru dijadikan sebagai persedia- dan biaya yang sewajarnya untuk periode tersebut.
an tahun dasar untuk seluruh perhitungan berikutnya. 3) Pendapatan Usaha Pelayanan Kesehatan
3) Alasan dan sifat dilakukannya perubahan dalam kebijakan 1) Pendapatan operasional usaha pelayanan kesehatan
akuntansi harus diungkapkan dalam catatan atas laporan ke- dicatat atau dibukukan/diakui pada saat penyerahan barang atau
uangan periode terjadinya perubahan. jasa yang telah dilakukan dan dapat dibuatkan fakturnya.
Akuntansi untuk Transaksi dan Pen jelasan Mata Uang Asing 2) Pendapatan non operasional pelayanan kesehalan di-
1) Transaksi dalam mata uang asing dijabarkan dengan meng- akui/dicatat pada tanggal penjualan barang/jasa.
gunakan kurs pada saat terjadinya transaksi.
2) Pos aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing
dijabarkan ke dalam mata uang rupiah dengan menggunakan Perawatan/pelayanan cuma-cuma/potongan tunai
kurs tanggal neraca. 1) Potongan tunai yang diambilkan dari dana (bagian dari
3) Selisih penjabaran tersebut pada bu!ir 2 danlaba (rugi) kurs modal dan dana) khusus untuk potongan tunai dengan jumlah
yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikredit tertentu.
(dibebankan) pada perhitungan pendapatan dan biaya periode Pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya, potongan tunai
berjalan. juga dinilai sebesar potongan yang diberikan dan dicatat sebagai
pengurang dana khusus.
PRINSIP PENDAPATAN DAN BEBAN 2) Potongan tunai dicatat langsung sebagai pengurang pen-
Menurut Prinsip Akuntansi Penjualan, harga pokok pen- dapatan.
jualan, laba rugi wajib diperhitungkan sedemikian rupa agar Pendapatan dicatat sebesar nilai brutonya, potongan tunai
memberikan gambaran yang layak mengenai hasil usaha per- juga dinilai sebesar jumlah potongan dan dicatat sebagai pengu-
usahaan untuk periode tertentu. rang langsung terhadap pendapatan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 93


Penentuan beban dihubungkan dengan pendapatan 3. Biaya Departemen Logistik.
Istilah beban dapat dinyatakan sebagai biaya yang secara Pendapatan dan Beban Lain-lain
langsung telah dimanfaatkan dalam usaha menghasilkan pen- Yang termasuk dalam kelompok ini adalah rupa-rupa pen-
dapatan dalam suatu periode, atau yang sudah tidak memberikan dapatan (beban) yang timbul dari aktivitas di luar kegiatan
manfaat ekonomis untuk kegiatan masa berikutnya. utama pelayanan kesehatan, seperti : pendapatan dan biaya non
Yang dimaksud dengan biaya adalah pengorbanan eko- operasional.
nomis yang diperlukan untuk memperoleh barang dan jasa.
Untuk memperoleh penetapan sisa hasil usaha (pendapatan Pengaruh kumulatif atas Perubahan Prinsip Akuntansi
bersih) yang wajar, seyogyanya dilakukan pisah batas (cut off) Pengaruh kumulatif akibat perubahan dari suatu prinsip
yang layak atas beban pada awal dan akhir periode yang ber- akuntansi yang la.:im ke prinsip lainnya yang juga sesuai dengan
sangkutan. Prinsip Akuntansi Indonesia harus dilaporkan dalam perhitung-
Secara umum beban suatu usaha pelayanan kesehatan dapat an pendapatan dan biaya periode terjadinya perubahan dan
diklasifikasikan sebagai berikut : disajikan di antara pos Pendapatan Bersih sebelum pengaruh
1) Beban yang dapat dihubungkan langsung dengan pendapatan. kumulatif dari perubahan prinsip akuntansi dan pendapatan
Beban yang termasuk dalam kelompok ini harus dilaporkan bersih.
dalam periode diakuinya pendapatan.
Contoh : PRINSIP AKTIVA
Biaya Operasional Langsung (Harga Pokok) Aktiva harus dinyatakan sedemikian rupa sehingga bila
– Biaya Rawat Nginap dihubungkan dengan komponen neraca lainnya akan tergambar
– Biaya Rawat Jalan Spesialistik danUmum posisi keuangan perusahaan secara layak baik pada awal maupun
– Biaya Sarana Penunjang Medik periode tertentu.
– Biaya Balai Kesehatan Masyarakat. Pengertian dan Dasar Pencatatan Aktiva
2) Beban yang berhubungan dengan periode terjadinya. 1) Aktiva merupakansumber ekonomis perusahaanyang juga
Beban ini tidak mempunyai hubungan langsung dengan meliputi biaya-biaya yang telah terjadi yang diakui berdasarkan
produk jasa/barang usaha pelayanan kesehatan., Pembebanan ini periode akuntansi prinsip Akuntansi yang berlaku.
pada periode terjadinya dilakukan mengingat beban tersebut 2) Aktiva yang dibeli dicatat berdasarkan harga perolehan
memberi manfaat pada periode berjalan atau karena beban ter- (cost) yang meliputi seluruh pengorbanan ekonomis yang diukur
sebut sudah tidak memberi manfaat untuk masa yang akan dalam satuan uang untuk memperoleh aktiva tersebut.
datang. 3) Sesuai dengan dasar pencatatan/penilaian aktiva, neraca
Dalam usaha pelayanan kesehatan yang termasuk dalam tidak dimaksudkan untuk mencerminkan besarnya nilai kontan
Biaya adalah Biaya Operasional Tak Langsung (biaya usaha). dari aktiva atau jumlah yang bisa diperoleh pada waktu likuidasi.
Contoh :
1. Biaya Direksi dan Administrasi Aktiva Lancar
2. Biaya Departemen Personalia Istilah aktiva lancar digunakanuntuk menyatakan kas/bank
3. BiayaDepartemen Logistik. dan sumber-sumber lain yang dapat diharapkan dicairkan menjadi
Termasuk dalam kelompok ini juga adalah beban yang kas/bank,, dijual atau dipakai habis dalam satu tahun atau dalam
ti mbul dari alokasi biaya secara sistimatis sepanjang periode siklus kegiatan normal perusahaan.
Dengan demikian aktiva lancar usaha pelayanan kesehatan
yang memperoleh manfaat seperti : beban penyusutan aktiva
tetap. (rumah sakit) mempunyai karakteristik sebagai berikut :
– Kas, rekening giro di bank dan aktiva lain yang dapat
Harga Pokok Penjualan disamakan dengan kas yang tersedia untuk kegialan umum
Harga Pokok Penjualan dalam usaha pelayanan kesehatan rumah sakit.
adalah: Beban biaya yang dapat dihubungkan langsung dengan – Surat berharga yang segera dapat dijual.
pendapatan, yang termasuk dalam kelompok ini yaitu Biaya – Deposito berjangka.
OperasionalLangsungyang terdiri dari : – Piutang penderita.
– Biaya Rawat Nginap – Piutang lain-lain.
– Biaya Rawat Jalan Spesialistik dan Umum – Persediaan.
– Biaya Sarana Penunjang Medik – Panjar uang muka/biaya dibayar di muka.
– Biaya Balai Kesehatan Masyarakat. Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai aktiva
Beban Usaha lancar :
Beban usaha adalah beban yang tidak mempunyai hubung- • KasBank maupun sumber lain yang dibatasi penggunaannya,
an langsung dengan produk jasa/usaha pelayanan kesehatan; seperti dana yang disisihkan untuk memperoleh aktiva tetap atau
contoh : pelunasan jangka panjang.
1. Biaya Direksi dan Administrasi • Piutang lain-lain yang timbul dari transaksi di luar kegiatan
2. Biaya Departemen Personal ia utama perusahaan yang tidak diharapkan pencairannya dalam

94 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


jangka waktu satu tahun. perusahaan jika lebih dari satu tahun) yang meliputi jumlah
• Aktiva yang dapat disusutkan maupun aktiva tetap lainnya. material harus disajikan secara terpisah sebagai bagian dari
Kas dan Bank aktiva lain-lain dan dinilai secara layak sesuai dengan manfaat
1) Yang dimaksud dengan Kas adalah alat pembayaran yang ekonomis yang diberikan.
siap dan bebas digunakan untuk membiayai kegiatan per- 3) Persediaan dinyatakan dalam neraca sebesar harga pokok
usahaan. atau harga perolehan yang besangkutan, yang meliputi seluruh
2) Yang dimaksud Bank adalah sisa rekening giro rumah sakit biaya yang secara langsung atau tidak langsung terjadi untuk
yang dapat digunakan secara bebas untuk membiayai kegiatan mendapatkan persediaan tersebut pada keadaan dan tempat se-
umum rumah sakit. bagaimana adanya.
3) Pos-pos berikut tidak dapat digolongkan sebagai bagian dari 4) Harga Pokok Persediaan dapat ditentukan dengan metode-
Kas dan Bank pada Neraca : metode sebagai berikut :
– Dana yang disisihkan untuk tujuan tertentu. • L.I.F.O (Last-In-First-Out).
– Persediaan perangko atau meterai. • F.I.F.O (First-In-First-Out).
– Cek mundur. • Harga Rata-rata.
– Cek kosong dari pihak ketiga. 5) Dasar penilaianpersediaan harus dilaksanakansecara kon-
– Rekening giro pada bank luar negeri yang tidak dapat segera sisten.
dipakai. 6) Hal-hal berikut ini harus diungkapkan dalam catatan atas
Surat-surat berharga yang segera dapat dijual Laporan Keuangan :
1) Surat-surat berharga yang segera dapat dijual merupakan • dasar penilaian persediaan.
bentuk penyertaan sementara dalam rangka pemanfaatan dana • persediaan yang dijaminkan.
yang tidak digunakan. • sifat perubahan dan pengaruhnya atas hasil usaha dalam hal
2) Bentuk penyertaan sementara ini harus mempunyai sifat diadakan perubahan-perubahan atas dasar penilaian persediaan.
sebagai berikut : Biaya dibayar di muka (Panjar/Uang Muka)
– mempunyai pasaran dan dapat diperjualbelikan dengan Biaya dibayar di muka dimaksudkan sebagai biaya yang
segera. telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan
– dimaksudkan untuk dijual dalam jangka waktu dekat bila yang akan datang, misal : premi asuransi, bunga dan lain-lain.
terdapat kebutuhan dana untuk kegiatan umum perusahaan. Bagian dari biaya dibayar di muka yang akan memberikan
– tidak dimaksudkan untuk menguasai perusahaan lain. manfaat untuk beberapa periode kegiatan diklasifikasikan se-
Piutang bagai aktiva tidak lancar.
1) Piutang Penderita Investasi Jangka Panjang
adalah piutang penderita yang timbul sebagai hasil dari Investasi jangka panjang merupakan bentuk penyertaan
kegiatan utama rumah sakit yaitu hasil perawatan dan peng- jangka panjang atau dimaksudkan untuk menguasai perusahaan
obatan yang telah diakui, tetapi belum diterima pembayarannya. lain seperti :
2) Piutang lain-lain • penyertaan dalam bentuk saham, obligasi dan surat berharga
adalah piutang yang timbul dari transaksi di luar kegiatan lainnya.
utama rumah sakit. • dana untuk melunasi hutang jangka panjang atau dana khusus
3) Piutang dinyatakan sebesar jumlah bruto tagihandikurangi lainnya.
dengan taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. • aktiva lain-lain seperti pembelian tanah dengan reneana
Jumlah bruto piutang harus tetap dapat disajikan pada neraca penggunaan di masa yang akan datang.
diikuti dengan penyisihan untuk piutang yang diragukan atau Investasi dalam surat berharga atau aktiva lain-lain dinyata-
taksiran jumlah yang tidak dapat diterima. kan sebesar harga beli ditambah biaya-biaya yang terjadi dalam
4) Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan transaksi pembelian.
atas Laporan Keuangan.
Persediaan Aktiva Tetap
1) Istilah persediaan digunakan untuk menyatakan barang Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam
berwujud yang : bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang
• tersedia untuk dijual (barang dagang/barang jadi). digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk
• masih dalam proses produksi untuk diselesaikan kemudian dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai
dijual. manfaat lebih dari satu tahun.
• akan dipergunakan untuk produksi barang-barang jadi yang Aktiva tetap meliputi aktiva yang tidak dapatdisusutkan dan
akan dijual (bahan baku dan bahan pembantu) dalam rangka aktiva yang dapat disusutkan mencakup tanah/hak atas tanah,
kegiatan normal perusahaan. bangunan, mesin serta peralatan lainnya. Aktiva tetap lazimnya
2) Persediaan yang tidak dapat dijual atau digunakan dalam dicatat sejumlah harga perolehannya.
produksi selama satu tahun (atau selama kegiatan normal Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 95


sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan 1. Hutang Usaha
mengkredit perkiraan modal yang berasal dari sumbangan.. Pada prinsipnya hutang-hutang kepada leveransir atau
Penilaian kembali/reevaluasi aktiva tetap pada umumnya supplier barang atau jasa keperluan pelayanan kesehatan di-
tidak diperkenankan karena Prinsip Akuntansi Indonesia meng- masukkan dalam rekening ini. Dikredit pada waktu penerimaan
anut penilaian aktiva berdasarkan harga perolehan atau harga barang atau jasa (terjadinya hutang) dan didebet dengan pem-
pertukaran. Penyimpangan dari ketentuan ini mungkin dilakukan bayaran angsuran/pelunasannya.
berdasarkan ketentuan pemerintah. Dalam hal ini laporan ke- 2. Uang Muka Perawatan
uangan harus menjelaskan mengenai penyimpangan dari konsep Uang muka perawatan dari pasien yang baru masuk atau
harga perolehan di dalam penyajian aktiva tetap serta pengaruh selama masa perawatan dicatat dalam rekening ini. Dikredit
dari pada penyimpangan tersebut terhadap gambaran keuangan waktu diterima, dan didebet setelah diperhitungkan sebagai
perusahaan. biaya perawatan waktu pasien pulang/meninggalkanrumah sakit.
Selisih antara nilai revaluasi dengan nilai buku aktiva tetap 3. Hutang Pajak
dibukukan dalam perkiraan modal dengan nama "selisih penilaian Adalah pajak pendapatan karyawan pelayanan kesehatan
kembali aktiva tetap". yang disetor ke Kas Negara. Dikredit atas jumlah yang harus
Dasar penilaian, metode penyusutan dan ikatan/penggunaan disetor (telah dipotong gaji), didebet atas jumlah-jumlah yang
aktiva tetap sebagai jaminan harus diungkapkan dalam catatan disetor.
atas Laporan Keuangan. Hutang lancar dari transaksi pembelian dengan kemungkinan
memperoleh potongan tunai dalam periode tertentu dapa<.m ; catat
Aktiva lain-lain sebesar nilai jatuh tempo tanpa memperhatikan besarnya ~ ~-
Pos-pos yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
tongan (metode bruto) atau sebesar nilai jatuh tempo setelah
aktiva lancar, investasi/penyertaan, aktiva tetap ataupun aktiva dikurangi potongan yang akan didapat (metode netto). Dengan
yang tidak berwujud seperti : aktiva yang tidak digunakan, metode bruto, potongan diperoleh dilaporkan sebagai pendapat-
piutang kepada pemegang saham, beban yang ditangguhkan dan an lain-lain. Sebaliknya dengan metode netto, potongan yang
aktiva tidak lancar lainnya dalam kelompok aktiva lain-lain.
tidak dimanfaatkan dilaporkan sebagai beban lain.
Bagian hutang jangka panjang yang akan jatuh tempo dalam
PRINSIP KEWAJIBAN (HUTANG) waktu satu tahun setelah tanggal neraca disajikan dalam neraca
Kewajiban (hutang) harus dinyatakan sedemikian rupa sebagai bagian dari kewajiban lancar, kecuali bila pelunasannya
sehingga bila dihubungkan dengan komponen neraca lainnya dilakukan dengan cara sebagai berikut :
akan tergambar posisi keuangan perusahaan secara layak baik – tidak menggunakan sumber-sumber yang merupakan aktiva.
pada awal maupun akhir periode tertentu. lancar.
Pengertian dan Dasar Pencatatan Kewajiban – menimbulkanhutang jangka panjang yang baru.
Kewajiban (hutang) merupakan pengorbanan ekonomis yang – mengalihkan menjadi modal saham.
wajib dilakukan di masa yang akan datang dalam bentuk penye- Rencana cara pelunasan seperti ini harus diungkapkan dalam
rahan aktiva atau pemberian jasa yang disebabkan oleh tindakan catatan atas laporan keuangan.
atau transaksi pada masa sebelumnya. Hutang lazimnya dicatat Kewajiban Jangka Panjang
sebesar nilai jatuh temponya yaitu nilai uang daripada pengor- Hutang yang tidak akan jatuh tempo dalam satu tahun atau
banan ekonomis yang wajib dilakukan untuk menyelesaikan yapg penyelesaiannya tidak memerlukan penggunaan sumber-
hutang tersebut. sumber yang merupakan aktiva lancar digolongkan sebagai
Semua kewajiban yang diketahui harus dicatat tanpa mem- kewajiban jangka panjang.
perhatikan apakah jumlahnya dapat ditentukan secara tepat atau Perjanjian jangka panjang tersebut lazimnya memuat hal-
tidak. Untuk kewaj iban yang ada tetapi besarnya tergantung pada hal seperti :
kejadian di masa yang akan datang, jumlahnya harus ditaksir. – jumlah pinjaman yang disetujui.
Bila jumlah tersebut tidak dapat ditaksir secara wajar, maka sifat – tingkat suku bunga.
kewajiban tersebut harus dijelaskan dalam catatan. – jumlah angsuran berkala dan tanggal jatuh temponya barang
Sesuai dengan tenggang waktu penyelesaiannya, kewajiban jaminan.
diklasifikasikan dalam kelompok kewajiban lancar dan kewajib- — sifat dan luasnya ikatan yang ada seperti akumulasi dana
an jangka panjang. untuk pembayaran kembali, pembatasan atas modal kerja dan
Kewajiban lancar lain-lain.
Jenis hutang jangka panjang, hal-hal pokok yang dimuat
Disebut juga hutang lancar, yaitu hutang yang diharapkan
akan dilunasi dalam waktu satu tahun dengan menggunakan dalam perjanjiannya dan informasi penting lainnya harus
sumber-sumber yang merupakan aktiva lancar atau dengan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
menimbulkan hutang lancar lainnya. Kewajiban/hutang lain-lain
Dengan demikian kewajiban lancar Usaha Pelayanan Ke- Hutang yang tidak dapat secara layak digolongkan dalam
sehatan mencakup antara lain : kewajiban lancar atau kewajiban jangka panjang disajikan dalam

96 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991


kelompok kewajiban lain-lain. Tetap disajikan dalam kelompok modal.
Jika perusahaan baru berdiri maka penilaian atas aktiva tetap
PRINSIP MODAL DAN DANA dapat dianggap sebagai bagian modal awal perusahaan.
Modal sebagai bagian hak pemilik dalam perusahaan harus
dilaporkan sedemikian rupa sehingga memberikan informasi KESIMPULAN DAN PENUTUP
mengenai sumbernya secara jelas dan disajikan sesuai dengan 1) Keberhasilan scorang manajer dalam tugas pengambilan
Peraturan dan Anggaran Dasar yang berlaku. keputusan bukan saja tergantung kepada tersedianya informasi
Pengertian dan Dasar Peneatatan Modal akuntansi yang tepat dan relevan tetapi juga tergantung kualifi-
Modal merupakan bagian hak pemilik dalam perusahaan kasi dari pada pengambil keputusan tersebut. Kualifikasi ter-
yaitu selisih antara aktiva dan kewajiban yang ada dan dengan sebut adalah yakni seorang manajer dituntut dapat mengerti
demikian tidak merupakan ukuran nilai jual perusahaan tersebut. angka-angka dan dapat menggunakannya untuk tujuan-tujuan
Penyajian Modal suatu usaha pelayanankesehatan disesuai- tertentu serta tidak enggan terhadap tugas-tugas administrasi
kan dengan bentuk hukumnya. Contoh : Modal disebut dengan sehingga bagi seorang manajer perlu sekali untuk mengelahui
Modal dan Dana, yang terdiri dari : atau mempelajari ilmu akuntansi di samping ilmu-ilmu lain.
– Modal awal 2) Prinsip Akuntansi khususnya Prinsip Akuntansi Rumah
– Dana Pembangunan Sakit (Pelayanan Kesehatan) harus berdasarkan atas praktek
– Surplus (minus tahun lalu) akuntansi yang lazim dan atas pertimbangan yang sehat dan tetap
– Surplus (minus tahun berjalan) harus berpedoman pada prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
(di Indonesia digunakan Prinsip Akuntansi Indonesia yang di-
Modal awal terbitkan oleh Ikatan Akuntansi Indonesia).
adalah modal awal pada waktu pendirian rumah sakit (usaha
3) Hubungan antara Struktur Organisasi dengan Sistim
pelayanan kesehatan).
Akuntansi dan Prinsip Akuntansi.
Dana Pembangunan Bahwa penyusunan sistim akuntansi seyogyanya harus di-
adalah dana yang berasal dari surplus atas kegiatan usaha pe- sesuaikan dengan struktur organisasi, dan sistim akuntansi itu
layanan kesehatart dan telah dipakai untuk pembangunan. sendiri menghasilkan informasi keuangan (informasi akuntansi
Surplus (minus) tahun lalu keuangandaninformasi akuntansi manajemen); di manakeduanya
adalah surplus minus atas kegiatan pelayanan kesehatan dari mempunyai tujuan yang berbeda dan penyusunan keduanya
tahun-tahun yang lalu yang belum dipindahkanke rekening Dana harus tetap berpedoman pada prinsip akuntansi yang berlaku
Pembangunan. (Prinsip Akuntansi Indonesia).
Pada akhir periode (tahun), rekening ini dikredit sebesar 4) Harus disadari bahwa Laporan Keuangan yang merupakan
surplus (minus) yang diperoleh tahun lalu dari rekening surplus informasi keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi
minus tahun berjalan atau didebet bila tahun lalu menderita dalam pengambilan keputusan.
kerugian (minus) serta dipindahkan ke rekening Dana Pem-
bangunan. KEPUSTAKAAN
Surplus (minus) tahun berjalan 1. Ikatan Akuntan Indonesia. Prinsip Akuntansi Indonesia 1984. PT. Rineka
adalah surplus (minus) yang diperoleh atas kegiatan tahun ber- Cipta, 1990.
jalan. Dikredit (bila surplus) dan didebet bila terjadi minus akhir 2. Majalah Akuntansi edisi April 1991.
tahun mendatang, surplus (minus) ini dipindahkan ke rekening 3. Zaki Baridwan. Intermediate Accounting. Gadjah Mada University Press,
1980.
surplus (minus) tahun lalu. 4. Zaki Baridwan. Sistim Akuntansi Penyusunan Prosedur dan Metode.
Selisih penilaian kembali aktiva tetap Gadjah Mada University Press, 1979.
5. Zaki Baridwan. Sistim Informasi Akuntansi. Gadjah Mada University' Press,
Penilaian kembali (reevaluasi) aktiva tetap seyogyanya tidak 1985.
dilakukan karena PAI menganut penilaian aktiva tetap berdasar- 6. Naskah lengkap Pasca Kongres Persi — Kursus Manajemen Rumah Sakit.
kan harga perolehan atau harga pertukaran. Ikatan Rumah Sakit Jakarta € Metropolitan bersama Kanwil/Dinas Ke-
sehatan DKI Jakarta. Jakarta 24 — 25 Juni 1988.
Bila didasarkan pada ketentuan pemerintah tertentu per- 7. Hartanto D. Akuntansi untuk Usahawan. Lembaga Penerbit Fakultas
usahaan dapat melakukan reevaluasi, selisih penilaian kembali Ekonomi UI, 1979.
aktiva tetap yang timbul dari revaluasi tersebut harus dianggap 8. Chamdani JI. Buku Pedoman Administrasi.
sebagai pos modal permanen. Selisih penilaian kembali Aktiva 9. Tuanakotta TM. Auditing. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1979.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 97


Jenis-jenis Laporan Keuangan
Rumah Sakit dan Teknik Evaluasi oleh
Pengelola Rumah Sakit
Dr. Sismadi Partodimulyo, MBA
RS Sukmul, Jakarta

Pada umumnya Laporan Keuangan merupakan laporan yang LAPORAN KEUANGAN RUMAH SAKIT
menggambarkan hasil usaha dan keadaankeuangan rumah sakit Sebelum pembahasan alat-alat analisa perlu diketahui dulu
kepada berbagai pihak, baik pihak yang ada di dalam rumah Laporan Keuangan Rumah Sakit. Laporan Keuangan Rumah
sakit maupun pihak di luar rumah sakit. Karena itu Laporan Sakit sama seperti halnya perusahaan yang profit oriented
Keuangan ini harus disusun atas dasar suatu ketentuan yang mempunyai laporan keuangan sebagai berikut :
e Laporan Laba/Rugi (LaporanHasil Usaha) yaitu laporanyang
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Atas dasar ketentuan ini maka Laporan Keuangan yang menunjukkan perincian pendapatan dan biaya rumah sakit
harus ada adalah Laporan Hasil Usaha, Laporan Perubahan selama periode tertentu.
Modal, Laporan Neraca dan sebaiknya dilengkapi dengan La- • Laporan Perubahan Modal yaitu suatu laporan tentang
poran Sumber dan Penggunaan Dana serta Laporan Arus Kas. perubahan modal.
Laporan-laporan tersebut tentunya belum cukup memberikan • Laporan Neraca, yaitu laporan yang menunjukkan posisi
informasi secara terperinci mengenai performance maupun harta, kewajiban dan modal rumah sakit pada tanggal tertentu.
situasi/kondisi keuangan rumah sakit. Laporan tersebut masih • Laporan Sumber dan Penggunaan Dana serta laporan arus
perlu diuraikan lebih lanjut, diinterpretasikan dan dianalisis kas, yaitu suatu laporan yang berisikan tentang pemenuhan dan
dengan jalan mengkaitkan atau menghubungkan unsur yang satu penggunaan dana.
dengan yang lain, sehingga bisa dihasilkan berbagai informasi Untuk mengevaluasi performance rumah sakit sebaiknya
mengenai keadaan Perusahaan (Rumah Sakit) kepada berbagai selain laporan Hasil Usaha Rumah Sakit yang mencerminkan
pihak khususnya pengelola rumah sakit. laporan hasil usaha secara keseluruhan (konsolidasi) sebaiknya
Bagi pengelola rumah sakit, Laporan Keuangan dapat juga dibuat laporan pendapatan dan biaya untuk setiap unit/sub
dipakai untuk membantu manajemen dalam melaksanakan unit kegiatan sebagai unit profit centre. Laporan Pendapatan dan
fungsi perencanaan dan pengendalian kegiatan rumah sakit Biaya ini dapat dikelompokkan sebagai berikut :
serta membantu untuk memecahkan persoalan likuiditas dan 1. Laporan Pendapatan dan Biaya Poliklinik (Rawat Jalan)
protitabilitas, selain itu dapat juga digunakan sebagai pedoman 2. Laporan Pendapatan dan Biaya Penunjang Medis, bisa dibagi
untuk menyusun Rencana Keuangan (Anggaran) serta memberi- lagi :
kan informasi yang relevan untuk mengambil keputusan- 1) Laporan Pendapatan dan Biaya Laboratorium.
keputusan yang efektif. 2) Laporan Pendapatan dan Biaya Rontgen/Radiologi.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rumah Sakit. Kerjasama


PERS1 dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

98 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


3) Laporan Pendapatandan Biaya Utilitas Medis (ECG, USG, waktu yang berbeda, atau untuk meneoba membandingkan pos
EEG, dan lain-lain). yang sama pada waktu yang sama untuk dua perusahaan atau
4) Laporan Pendapatan dan Maya Instalasi Farmasi. lebih yang sejenis, tanpa ada dasar umum sebagai pembanding
3. Laporan Pendapatan dan Biaya Rawat Inap, bisa dibagi lagi : apabila dihubungkan dengan data absolut. Misalnya : sisa Hasil
1) Laporan Pendapatan dan Biaya Kamar Operasi. Usaha Kotor ada kenaikan dari Rp. 350.000.000,– menjadi
2) Laporan Pendapatan dan Biaya Kamar Bersalin. Rp. 700.000.000,– atau 100% apakah kenaikan ini benar-benar
3) Laporan Pendapatan dan Biaya Rawat Menginap. besar, hal ini tidak akan dapat diketahui tanpa melihat proporsi
Laporan-laporan tersebut menunjukkan Pendapat dan Biaya- Hasil Usaha Kotor tersebut terhadap Penjualan Bersih. Apabila
biaya (Harga Pokok dan Biaya Usaha) yang diperoleh dari Laporan Keuangan disajikan dalam prosentase-prosentase yaitu
kegiatan setiap profit cenIre tersebut. prosentase dari masing-masing pos Pasiva terhadap total
Pasivanya serta pos-pos Laba Rugi dengan Total Penjualan
Bersih, maka akan diperoleh suatu dasar atau ukuran umum yang
dapat digunakan sebagai pegangan. Laporan yang disajikan atau
TEKNIK EVALUASI/ANALISIS
Untuk menganalisis laporan keuangan rumah sakit ada dinyatakan dengan prosenlase-prosentase ini harus ada pem-
bandingnya (komparatif). Dapat dilakukan dengan memban-
beberapa cara atau pendekatan
dingkan laporan periode sebelumnya atau bisa juga dibanding-
1. Analisis Horizontal.
kan dengan anggaran.
2. Analisis Vertikal.
3. Analisis Rasio.
4. Analisis Variance (penyimpangan). Analisis Ratio
Analisis Ratio adalah cara analisis dengan menggunakan
Analisis Horizontal perhitungan-perhitungan Ratio atas data kuantitatif yang di-
Analisis horizontal disebut juga analisis trend, yaitu dengan tujukan dalam Neraca maupun Laporan Laba Rugi (Laporan
melihat atau mempelajari turun naiknya data yang nampak pada Hasil Usaha), secara umum Analisis Ratio terdiri dari :
laporan keuangan. Teknik analisis ini menunjukkan kecende- Liquidity Ratio (Ratio Likuiditas)
rungan setiap pos dari suatu laporan keuangan apakah tetap, Yaitu suatu ratio yang digunakan untuk menganalisis dan
meningkat atau, arah yang menurun agar dapat menunjukkan menginterpretasikan Posisi Keuangan Jangka Pendek dan untuk
arah tcrsebut dibutuhkan suatu perhitungan untuk mencari mengetahui Efisiensi Modal Kerja yang digunakan oleh
hubungan antara pos yang sama selama beberapa tahun serta Perusahaan dalam rangka menjalankan aktifitasnya.
diperlukannya alat pengukuran yaitu tahun dasar. Jadi trend yang
Activity Ratio (Ratio Aktifitas)
dimaksud,di sini adalah untuk menunjukkan hubungan antara
Yaitu suatu ratio yang digunakan untuk mengukur Efektifi-
masing-masing tahun terhadap tahun dasar. Adapun kesulitan-
tas Penggunaan Dana.
nya dalam hal ini adalah menentukan tahun yang dapat men-
cerminkan keadaan normal dan yang akan digunakan sebagai Leverage Ratio (Ratio Solvabilitas)
tahun dasar. Analisis trend akan dapatmenunjukkan suatu pos itu
Yaitu suatu ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan
mempunyai kecenderungan atau tendensi yang menguntungkan dalam membayar semua kewajiban-kewajiban pada saat yang
alau tidak menguntungkan.
telah ditentukan.
Profitability Ratio (Ratio Profitabilitas/Rentabilitas)
Analisis Vertikal Yaitu suatu ratio untuk mengukur kemampuan perusahaan
Tehnik analisis laporan keuangan secara vertikal mem- dalam menghasilkan laba (keuntungan) dalam kurun waktu satu
punyai kelemahan-kelemahan, karena penganalisa tidak bisa periode Akuntansi, sedangkan Ratio Efisiensi dan Efektifitas
membandingkan atau tidak memperoleh gambaran tentang per- Biaya adalah suatu ratio yang digunakan untuk mengetahui
ubahan masing-masing pos dari tahun ke tahun dalam hubungan- sejauh mana kontra prestasi yang diterima oleh perusahaan atas
nya dengan total aktiva atau total penjualan dan begitu juga pengorbanan yang telah dilakukan baik langsung maupun tidak
kalau kita akan membandingkan suatu rumah sakit untuk dua langsung.

Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991 99


RUMAH SAKIT XX
RATIO - RATIO LAPORAN KEUANGAN

100 Cermin Dunia Kedolaeran , Edisi Khusus No. 71, 1991


RUMAH SAKIT XX
LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 10 1


102 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 103
104 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
RUMAH SAKIT XX
LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 105


106 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 107
10 8 Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No. 71, 1991
RUMAH SAKIT XX
LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 109


11 0 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 111
RUMAH SAKIT XX
LAPORAN PERUBAHAN MODAL

112 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


RUMAH SAKIT XX
LAPORAN NERACA TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 113


RUMAH SAKIT XX
LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN DANA TAHUN 1988, 1989

114 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 5
116 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
RUMAH SAKIT XX. ANALISIS RATIO FINANCIAL TAHUN 1988, 1989, 1990

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 7


118 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 11 9
RUMAH SAKIT XX. LAPORAN RUGI LABA TAHUN 1989, 1990

120 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 1
122 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991
Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 123
Aspek Pengembangan Sumber
Daya Manusia Rumah Sakit

Dr. Hidajat Hardjoprawito


Direktur RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta

PENDAHULUAN Berangkat dari pola fikir tersebut, perlu diadakan analisa


• Rumah sakit sebagai satu mata rantai sistem rujukan proyeksi ketenagaan di rumah sakit menjelang tahun 2000.
medik, mempunyai peran penting di dalam pelaksanaan Sistem Dengan proyeksi tersebut diharapkan para pimpinan rumah sakit
Kesehatan Nasional. Pentingnya peran rumah sakit tersebut dapat menata ketenagaan di rumah sakitnya masing-masing,
terlihat pada : untuk mengantisipasi berbagai faktor yang timbul.
1) Peran rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis yang
bermutu sesuai kelas rumah sakit. FAKTOR YANG BERPENGARUH DENGAN PERKEM-
2) Peran rumah sakit sebagai tempat pendidikan tenaga kese- BANGAN RUMAH SAKIT DI INDONESIA.
hatan dari semua tingkatan mulai dari tenaga medis, tenaga Banyak faktor yang mempunyai pengaruh terhadap perkem-
dokter umum dan tenaga dokter spesialis, yang siap disebarluas- bangan rumah sakit di Indonesia. Beberapa faktor yang penting
kan ke seluruh wilayah nasional. dan pengaruhnya terhadap perkembangan perumahsakitan di
3) Peran rumah sakit sebagai tempat penelitian dan pengem- Indonesia adalah :
bangan ilmu dan teknologi di bidang kedokteran yang menjadi a. Perkembangan sosial ekonomi masyarakat
sarana penling dalam upaya peningkatan mutu pelayanan medis. Akibat hasil pembangunan yang telah dicapai oleh bangsa
• Sesuai dengan perkembangan masyarakat, rumah sakit Indonesia, kondisi sosial ekonomi bangsa berangsur-angsur
juga selalu berkembang. Banyak faktor yang mempengaruhi meningkat. Dampaknya terhadap rumah sakitadalah rumah sakit
perkembangan rumah sakit, baik faktor yang berasal dari luar akan berusaha meningkatkan mutu pelayanan di segala bidang
rumah sakit, maupun faktor yang ada di dalam rumah sakit itu (termasuk menyiapkan kamar untuk VIP).
sendiri. Faktor tersebut dapat berupa kendala yang menjadi b. Perkembangan iptek di bidang kedokteran.
penghambat perkembangan rumah sakit, tetapi dapat pula berupa Akibat perkembangan iptek, banyak rumah sakit berlomba-
peluang atau potensi yang bila dimanfaatkan dengan baik, akan lomba untuk menggunakan peralatan barn yang canggih, se-
bisa dijadikan kekuatan untuk menjadi pendorong pengem- hingga biaya pelayanan medis menjadi semakin mahal. Dampak
bangan rumah sakit di masa depan. lain dari penggunaan iptek ini adalah terjadinya pelanggaran
• Agar faktor yang berpengaruh negatif terhadap perkem- etika rumah sakit, yang pada saat ini telah mulai terlihat.
bangan rumah sakit dapat diatasi dan sebaliknya agar semua c. Perkembangan penyakit.
faktor yang berpengaruh positif terhadap perkembangan rumah Keadaan penyakit di Indonesia pada saat ini dalam periode
sakit dapat dimanfaatkan secara optimal, di setiap rumah sakit transisi, ialah penyakit infeksi telah menurun, tetapi belum habis,
harus tersedia tenaga yang mampu mengantisipasi semua faktor sedangkan penyakit degeneratif, penyakit akibat keganasan,
yang berkembang yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit akibat kecelakaan lalu lintas dan kecelakaan kerja
rumah sakit, sehingga rumah sakit dapat berkembang secara baik sudah semakin meningkat. Akibatnya rumah sakit harus menata
sesuai kebutuhan masyarakat dan perkembangan iptek. kembali komposisi tempat tidur serta polikliniknya.

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkalan Pelayanan Rwnah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan KALBE FARMA. Bukit Raya, Puncak, 4-6 Agustus 1991.

124 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


d. Tersedianya anggaran untuk pengembangan rumah sakit. Untuk menunjang pengingkatan manajemen di semua bidang
Dengan perubahan kebijaksanaan pemerintah, pada saat ini diperlukan tenaga yang profesional di semua bidang seperti
lebih banyak anggaran yang disediakan oleh investor untuk dokter, para medis dan adminstrator.
pengembangan rumah sakit, sehingga jumlah rumah sakit serta b. Banyak rumah sakit baru.
penggunaan alat-alat canggih akan meningkat. Akibat banyak rumah sakit baru, diperlukan tenaga rumah
e. Perkembangan manajemen rumah sakit. sakit yang lebih banyak sehingga terjadi perpindahan tenaga dari
Akibatnya perhatian pemerintah serta kesadaran para pim- satu rumah sakit ke rumah sakit yang lain. Dampak positif dari
pinan rumah sakit, pada akhir-akhir ini manajemen rumah sakit perpindahan tersebut adalah meningkatnya standard pendapatan
telah meningkat dan diharapkan akan menjadi semakin baik. tenaga di rumah sakit.
Dengan semakin baiknya manajemen rumah sakit, penggunaan c. Rumah sakit pemerintah menjadi lembaga swadana.
sumber daya yang tersedia akan menjadi semakin efisien, se- Pada saat ini minat dokter ahli untuk bekerja di rumah sakit
hingga pengembangan rumah sakit akan semakin baik. pemerintah yang di lokasinya tidak ada rumah sakit swasta
f. Persaingan antar rumah sakit. sangat kecil, oleh karena dokter ahli tersebut tidak memperoleh
Dengan semakin banyaknya rumah sakit, akan terjadi per- "pendapatan" yang memadai di rumah sakit pemerintah tersebut.
saingan antar rumah sakit yang semakin ketat. Dampaknya Dengan dijadikannya rumah sakit sebagai lembaga swadana,
adalah setiap rumah sakit akan meningkatkan manajemen dan diperkirakan minat dokter ahli untuk bekerja di rumah sakit
bahkan juga terjadinya pelanggaran etika ruinah sakit. Juga pemerintah di kota kecil tersebut akan.meningkat.
akibatpersaingan, diharapkan rumah sakit umum akan mengem- d. Kebijaksanaan pemerintah untuk menjadikan dokter Pus-
bangkan spesialisasi penyakit tertentu. kesmas sebagai pegawai tidak tetap.
g. Perubahan kebijaksanaan pemerintah. Dampak dari kebijaksanaan ini adalah semakin banyak
Kebijaksanaan pemerintah yang langsung berpengaruh ter- dokter umum yang telah selesai masa bhaktinya di Puskesmas
hadap perkembangan rumah sakit adakah : untuk bekerja di RS Swasta. Yang perlu dipertimbangkan adalah
1) Diizinkannya para investor (PMDN - PMA) untuk bergerak bagaimana agar mereka dapat mengikuti pendidikan spesialisasi.
di bidang perumah sakitan, menjadikan peluang didirikannya e. Arus balik tenaga dokter ahli masuk kota besar.
rumah sakit baru dengan peralatan yang canggih. Pada saat ini telah mulai terlihat arus balik para dokter ahli
2) Dijadikannya rumah sakit pemerintah sebagai lembaga (senior) yang telah bekerja di kota-kota kecil untuk kembali ke
swadana. Bila kebijaksanaan tersebut berjalan dengan baik, kota besar. Di kota besar kebanyakan mereka memilih bekerja
diharapkan mutu rumah sakit pemerintah akan menjadi baik, sebagai tenaga full time di rumah sakit swasta. Trends ini
sehingga mampu bersaing dengan rumah sakit swasta. diperkirakan akan tetap berjalan pada masa yang akan datang,
sehingga diperkirakan pula tenaga dokter ahli full timer di rumah
PERKEMBANGAN RUMAH SAKIT DAN DAMPAKNYA sakit swasta akan semakin banyak, sesuai kebutuhan.
TERHADAP KETENAGAAN
Akibatnya perkembangan rumah sakit, diperlukan tenaga
yang mampu melaksanakan aktivitas yang timbul akibat per- SARAN
kembangan tersebut. Tetapi di samping itu, di setiap rumah sakit a. Untuk menghindari dampak negatif perpindahan tenaga
juga diperlukan tenaga-tenaga yang mempunyai kemampuan rumah sakit dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, perlu
untuk mengantisipasi terjadinya faktor yang mempengaruhi diadakan kesepakatan antara pimpinan rumah sakit anggota
perkembangan rumah sakit, agar setiap faktorberpcngaruh negatif PERSI yang mengatur tentang kepindahan tenaga rumah sakit
dapat diatasi dan sebaiknya faktor yang berpengaruh positif tersebut.
dapat dimanfaatkan secara optimal untuk pengembangan rumah b. Untuk menghindari terjadinya pelanggaran etika rumah
sakit. Oleh karena itu perlu dianalisa proyeksi ketcnagaan di sakit akibat penggunaan alat canggih dan persaingan antar rumah
rumah sakit sesuai perkembangan rumah sakit agar mampu sakit yang sangat ketat, etika rumah sakit perlu dipahami dan
menyongsong perkembangan rumah sakit. dilaksanakan oleh semua rumah sakit.
a. Persaingan rumah sakit ketat. c. Untuk meningkatkan profesionalisme tenaga di rumah sakit,
Akibatpersaingan antar rumah sakit yang ketat, rumah sakit pendidikan di segala bidang bagi tenaga di rumah sakit perlu
harus mampu meningkatkan manajemennya masing-masing. digalakkan.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 125


Peran dan MasalahTeknologi Tinggi
dalam Upaya Peningkatan Pelayanan
Rumah Sakit
Dr H Samsi Jacobalis
RS. Husada, Jakarta

PENGANTAR teknologi yang hebat, yang mengubah secara dramatik cara-cara


Makalah ini adalah pengantar untuk diskusi panel dalam manusia hidup, bekerja dan malahan berpikir. Orang berbicara
SEMINAR UPAYA PENINGKATAN PELAYANAN RUMAH tentang revolusi teknologi tinggi, high-tech revolution. Revolusi
SAKIT di Bukit Raya, Jawa Barat, Agustus 1991. Yang akan itu menyebabkan transformasi dan inovasi sosial dalam skala
didiskusikan oleh penulis dalam seminar itu adalah peran tekno- besar sejak beberapa dekade terakhir.
logi dalam peningkatan pelayanan rumah sakit serta beberapa Produk teknologi tinggi sekarang hadir dimana-mana : di
aspek dan masalah yang terkait dengannya. pabrik, kantor, sistem komunikasi, sistem senjata, transportasi,
Teknologi adalah salah satu masukan dalam rumah sakit. sekolah, rumah sakit dan rumah tangga. Sistem komunikasi
Dalam beberapa dekade terakhir teknologi kedokteran semakin canggih bahkan sudah menjangkau desa-desa melalui satelit
menjadi canggih. Teknologi canggih dapat mendukung diagnos- bumi buatan. Komputer yang sepuluh tahun lalu masih me-
tik, pengobatan dan prosedur-prosedur medis secara makin tepat rupakan barang langka yang hanya dapat dikagumi dari jauh, kini
dan canggih pula. sudah menjadi mainan anak-anak di negara kita. Produk tekno-
Teknologi dikembangkan oleh manusia. Teknologi adalah logi tinggi yang sampai sekarang mungkin paling jauh mem-
alat yang ampuh dalam tangan penyelenggara profesi kesehatan. pengaruhi kehidupan manusia adalah televisi.
Sayangnya, dengan bertambah canggihnya teknologi medik Kekuatan-kekuatan dan situasi yang memacu revolusi tekno-
seakan-akan makin lama makin terbalik situasinya. Scakan-akan logi tinggi adalah antara lain :
makin lama peran manusia makin kecil, hanya sebagai pelayan 1) Perkembangan microelectronics dan teknologi microchips
daripada teknologi itu, bukan lagi sebagai yang berkuasa atas- membuat biaya produksi komputer dengan kemampuan dan
nya. memori yang tinggi menjadi semakin murah. Dalam tahun 1986
Pengantar diskusi ini akan secara singkat menyinggung saja sudah ada lebih daripada 100 juta komputer di dunia.
beberapa aspek yang terkait dengan perkembangan teknologi Sekarang jumlah itu tentu sudah berlipat ganda.
secara umum dan teknologi medik di rumah sakit. Yang akan Teknologi komputer diterapkan secara luas dalam alat-alat
dikemukakan adalah : kedokteran mutakhir.
1. Revolusi teknologi tinggi 2) Digitisasi melalui bahasa binary code telah menyatukan
2. Revolusi teknologi medik suara, tayangan dan data dalam perkembangan sistem informasi
3. Indonesia adalah pasar untuk produk teknologi dan tclekomunikasi.
4. Indonesia butuh teknologi tinggi Binary Code menjadi bahasa universal. Bahasa digital
5. Pengkajian teknologi menghilangkan batas-batas nasional. Peter F Drucker mengata-
6. Pengkajian bisnis kan : Information is now transnational. Like money, information
7. Dampak teknologi tinggi terhadap pelayanan kesehatan has no fatherland.
Mesin faksimil sudah mulai membuat kantor pos tidak
REVOLUSI TEKNOLOGI TINGGI diperlukan lagi. Dengan alat ini dalam waktu beberapa detik saja
Bangsa-bangsa di dunia sedang terlibat dalam suatu revolusi informasi tertulis dapat mencapai titik mana saja di dunia. Kartu

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan Kalbe Parma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

126 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


kredit menghilangkan batas negara untuk transaksi uang. Dr An Revolusi kimia antara tahun empat-puluhan dan tahun lima-
Wang, pendiri industri komputer Wang Laboratories mengata- puluhan antara lain telah menghasilkan obat-obat : sulfonamide ,
kan : The digitization of information in all its forms will probably penisilin dan antibiotika lain, steroid, vaksin polio, tuberkulo-
be known as the most fascinating development of the 20th statika, diuretika oral, obat oral antifungal, antipsikotika, tran-
century. quilizer, obat anti kanker, time-release capsules, antidiabetika
Digitisasi juga mendapat penerapan yang luas dalam tekno- oral, dan sebagainya.
logi kedokteran
. Alat-alat yang diciptakan sejak dekade lima puluhan dan
3) Globalisasi, deregulasi dan privatisasi terjadi di seluruh mulai masuk Indonesia sejak dekade to juh-puluhan adalah antara
dunia, menghilangkan monopoli oleh pemerintah. Hal ini me- lain : heart lung machine, pacemaker, peralatan dialisa, patient
rangsang "ledakan" kegiatan swasta di mana-mana. Perusahaan- monitoring systems, automated labs, ultrasounds, linear
perusahaan datang dan pergi dengan cepat. Banyak sekali pro- accelerator untuk radioterapi, nuclear medicine (gamma camera),
duk-produk baru yang diciptakan dan dipasarkan dalam waktu information systems, fiberoptics, computed tomography (CT-
singkat, termasuk produk teknologi kesehatan. Scan), kateterisasi jantung, lasers, lithotripsy; magnetic reso-
Teknologi maju menimbulkan dilema. Teknologi kesehatan, nance imaging ( MRI), robotics, positron emission tomography
baik di negara maju apalagi di negara berkembang, akan tetap (PETR).
mendapat penilaian ganda : di satu pihak didambakan, di pihak Dan daftar di atas hanya dua yang disebut terakhir belum
lain dieurigai. Di satu pihak dibutuhkan, di pihak lain dampak masuk pasar Indonesia.
sosial , ekonomi, psikologi dan etikanya perlu diperhitungkan. Produk revolusi bioteknologi adalah antara lain : artificial
John Naisbitt dalam bukunya Megatrends berbicara tentang implants,transplantasi organ, implantable devices, organ pro-
High-Tech/High Touch. curement advances, DNA probe technology, monoclonal anti-
High Touch adalah respons manusia terhadap high-tech bodies, fertilization, Human Growth Factor, genome (gene +
yang seringkali berupa penolakan. Ia sampai mengatakan : The chromosome) mapping, drug therapy.
more high-technology we put in our hospitals, the less we are Beberapa dari kegiatan bioteknologi ini juga sudah dilak-
being born there, dying there – and avoiding them in between. sanakan di Indonesia.
Kehadiran teknologi tinggi dapat membuat rumah sakit di- Jadi, sekali pun masih belum terlalu jauh, Indonesia sudah
jauhi oleh banyak orang. Kebenaran pendapat Naisbitt ini tentu terseret dalam arus teknologi tinggi. Di bawah ini akan dikaji
masih perlu dibuktikan. beberapa faktor yang terkait dengan teknologi tinggi dan pada
akhir tulisan ini nanti dampak revolusi teknologi medik terhadap
REVOLUSI TEKNOLOGI MEDIK pelayanan kesehatan kita akan didiskusikan.
Diagnosis dan pengobatan atau tindakan terhadap penyakit
adalah lahan yang subur untuk penerapan teknologi tinggi. Jika INDONESIA ADALAH PASAR
berbicara tentang teknologi medik perhatian kita biasanya tertuju Mengapa Indonesia terseret dalam arus revolusi teknologi
pada alat-alat. Padahal perubahan teknologi dalam sejarah ke- tinggi ?
dokteran mencakup (Gambar 1). Indonesia adalah pasar untuk produk teknologi, termasuk
1) Revolusi kimia dan farmasi (1920 – ) teknologi kedokteran; dan beberapa tahun terakhir ini me-
2) Revolusi alat kedokteran (1950 – ) nunjukkan kemajuan ekonomi yang menakjubkan dunia Barat.
3) Revolusi biomedik (bioteknologi), (1960 – ) Dalam kemelut resesi global yang berkepanjangan Indonesia
dapat bertahan, bahkan ekonominya masih berkembang cukup
Gambar 1. Perubahan Teknologi dalam Sejarah Kedokteran mengesankan. Diprakirakan pertumbuhan yang positif akan ber-
langsung terus dalam tahun-tahun yang akan datang.
Dengan demikian Indonesia dengan penduduk 180 juta
lebih adalah pasar yang sangat potensial. Memang dunia industri
Barat dan Jepang masih menganggap Indonesia sebagai suatu
laggard market, pasar yang lamban. Namun ia adalah pasar yang
daya serapnya makin berkembang. Perhitungan sederhana :
andaikata di Brunei Darussalam, yang pendapatan per kapitanya
adalah US$17.000, setiap orang (100% penduduk termasuk bayi
dan anak) membeli satu pesawat televisi, pasarnya baru men-
eakup 200.000 alat televisi. Sedangkan andaikata di Indonesia
(GNP per kapita US$ 520) baru 1% saja rakyatnya mampu
membeli televisi, pasarnya sudah mencakup 1.800.000 pesawat.
Demikian juga dengan alat kedokteran. Jika Singapura
(penduduk 2.7 juta) membutuhkan 5 alat MRI, Indonesia secara
potensial suatu waktu membutuhkan jumlah yang jauh lebih
banyak. Saat ini di Indonesia sudah terpasang empat alat MRI, 3

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 7


adalah deregulasi yang luas yang memungkinkan swasta ber- keselamatan pasien lebih terjaga.
kembang. Sejajardengan perkembangan pemanfaatan teknologi tinggi
Di sini kita berada pada situasi dilema : BPPT menilai dapat diamati bahwa umur harapan hidup menjadi lebih panjang.
dengan kriteria teknis – rasional, sedangkan faktor-faktor dalam 2) Dilihat dari aspek ekonomi pelayanan kesehatan menjadi
interaksi sosial politik tidak selalu rasional. Dilema lain : Regu- semakin mahal dan sukar terjangkau bagi yang tidak mampu.
lasi atau deregulasi terhadap penerapan teknologi tinggi dalam Oleh karena itu harus dicari mekanisme yang lebih memungkin-
pelayanan kesehatan. kan pemerataan pemanfaatan teknologi, antara lain dengan
pengembangan sistem asuransi kesehatan.
PENGKAJIAN BISNIS 3) Teknologi dapat memperpanjang hidup, tapi sekaligus
Sektor swasta sebelum melakukan investasi teknologi menimbulkan masalah etika tentang kehidupan dan kematian.
tinggi tentu melakukan pengkajian bisnis (business assessment). Alat-alat untuk menunjang sistem kardiovaskuler dan pernafas-
Pengkajian bisnis dalam investasi berorientasi pada prakiraan an dapat memperpanjang atau mempertahankan hidup manusia
biaya, pendapatan dan selisih di antara dua itu, yaitu antisipasi hampir secara tidak terbatas. Dilema etika yang timbul adalah :
laba atau rugi. Yang diperhitungkan adalah kebutuhan konsu- apakah dengan teknologi tinggi ini kita memperpanjang hidup
men, kelayakan pasar, efisiensi biaya, opportunity cost, tingkat atau menunda kematian yang seharusnya terjadi secara wajar.
inflasi, suku bunga bank, analisis break even, pengembalian Di segi lain teknologi tinggi dapatdisalah-gunakan : overuse,
investasi (ROI), pay back period, faktor pesaing dan sebagainya. overdiagnosis, overtreatment atau misuse karena pertimbangan
Tapi dapatkah untuk pelayanan kesehatan pengkajian bisnis komersial dan pengembalian investasi.
dilaksanakan secara murni rasional ? Kiranya tidak. Jika diterap- 4) Dengan kehadiran teknologi tinggi di negara-negara maju
kan secara murni, kesimpulan pada saat sekarang kemungkinan telah terjadi :
besar lebih menguntungkan jika uang dideposito di bank ketim- • pergeseran dari acute care ke chronic care di rumah sakit, dan
bang digunakan untuk investasi teknologi tinggi di rumah sakit. diagnosis dini di luar rumah sakit (diagnostic centers, praktek
Tapi rumah sakit swasta ada juga yang tidak seluruhnya ber- dokter bersama yang dilengkapi dengan alat-alat "mini" bertekno-
orientasi laba. Investasi teknologi tinggi dapat juga dengan per- logi tinggi).
ti mbangan kepentingan masyarakat. Jadi juga dengan pendekat- • pergeseran dari acute hospital ke ambulatory care (misalnya
an interaksi sosial, rumah sakit swasta dapat menerapkan prinsip day-surgery) dan home care (misalnya hemodialisa dilakukan di
subsidi silang sehingga teknologi tinggi juga terjangkau oleh rumah sendiri, karena teknologi dibuat menjadi mudah dipakai
masyarakat yang kurang mampu. oleh pasien sendiri di rumahnya).
• Hubungan antar-manusia antara dokter dan pasien cenderung
DAMPAK TEKNOLOGI TINGGI TERHADAP PELA- makin kurang akrab : pusat perhatian seakan-akan disita se-
YANAN RUMAH SAKIT luruhnya oleh teknologi.
Dampak yang dapat diamati atau diprakirakan dari peman- Demikianlah beberapa hal tentang peran dan masalah tekno-
faatan teknologi tinggi dalam pclayanan rumah sakit antara lain logi tinggi dalam pelayanan rumah sakit, sebagai pengantar dan
adalah : masukan untuk diskusi panel.
1) Dari aspek klinis, teknologi tinggi jelas dapat meningkatkan
mutu pelayanan; diagnosis dan terapi semakin tepat dan cermat,
KEPUSTAKAAN
cakupan diagnosis dan terapi menjadi jauh lebih luas.
Pemantauan fungsi-fungsi vital tubuh menjadi sangat tepat 1. Drucker PF. The New Realities, New York: Harper & Row Publ, 1989.
dan cermat karena adanya komponen komputer dalam alat-alat 2. Forester T. High-Tech Society, Oxford: Basil Blackwell LW, 1987.
monitor. 3. Gore MR, Stubbe JW. Computers and Information Systems, Singapore:
McGraw Hitl, 1984.
Tindak bedah terbuka atau tindakan invasif lainnya dapat 4. Naisbitt J. Megatrends, New York: Warner Brooks, 1984.
dikurangi sehingga risiko morbiditas dan mortalitas dapat ditekan; 5. Teng C. Future Directions in Medical Care, Proc Health Executive Con-
misalnya dengan perkembangan laparoskopi, indikasi untuk ference. Hongkong, August 29-31, 1990.
laparatomi terbuka menjadi berkurang. Kholesistektomi la- 6. Van der Meer D. Limitations in the use of Technology Assessment (The
Dutch Example), IHF Conference, Washington, June 1991.
paraskopik dan beberapa operasi lain kini dilakukan dengan 7. The Steering Committee of the Fukushima International Seminar. Techno-
ban tuan alat endoskopi dan laparaskopi, sehingga keamanan dan logy's Challenge for Mankind, Tokyo: Hokusen-Sha Publ Co, 1990.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 12 9


Aspek Pengembangan Farmasi
Rumah Sakit
Dr. Boenjamin Setiawan, Ph.D.
Presiden Komisaris PT Kalbe Farma

PENDAHULUAN (12%), Kanada (8,7%), Swedia (8,8%), Perancis (8,7%), Jerman


WHO telah mencanangkan Health for all by the year 2000. (8,2%), Jepang (6,7%), dan Inggris (5.8%)(1).
Karena pelayanan kesehatan sangat penting untuk meningkatkan Di negara tetangga kita biaya kesehatan yang ditanggung
kualitas hidup, maka ada pendapat bahwa tersedianya sarana pe- pemerintah adalah sebagai berikut :
layanan kesehatan dasar menjadi hak setiap orang dan merupa-
Comparative Health Expenditure Ratios
kan kebutuhan dasar masyarakat. Setiap orang, setiap keluarga
dan seluruh masyarakat memang sangat mengharapkan bahwa As % of Central As % US $ per
Year
semua anggotanya sehat walafiat. Dalam hal ini sehat tidak hanya Gov. expenditure GDP Capita
berarti tidak sakit, tetapi sehat secara fisik, mental dan sosial.
Indonesia 1985 2,56 0,56 3,37
Sehat secara fisik artinya tidak ada cacat bawaan, dan semua 1,36 23,40
Malaysia 1981 4,39
organ-organ berfungsi dengan baik. Sehat mental berarti bahwa Philippines 1985 5,95 0,63 3,75
fungsi otak dan kemampuan mental berjalan dengan baik se- Thailand 1985 5,69 1,20 8,98
dangkan sehat sosial berarti bahwa ia dapat melakukan pekerja- Singapore 1985 6,47 1,78 122,29
an dan melaksanakan tanggung jawab sebagai individu dalam
masyarakat. Pemerintah Malaysia, Singapura dan Thailand menyedia-
Kebutuhan akan sarana pelayanan kesehatan tergantung kan dana yang relatip cukup besar untuk kesehatan sedangkan
dari taraf pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Masyarakat Indonesia dan Filipina di bawah 1%. Pada tahun 1990 jumlah
yang masih hidup dalam jaman batu membutuhkan sarana pela- uang yang dikeluarkan pemerintah dan masyarakat Indonesia
yanan kesehatan yang sangat minim. Masyarakat petani sudah diperkirakan berjumlah 2.5-3% dari GDP atau ± 2250 - 2700 juta
meningkat kebutuhannya dan dalam masyarakat modem yang US$ (diasumsikan GDP Indonesia 180 juta x US$ 500); karena
hidup dalam kota kebutuhan sarana kesehatannya sudah sangat masyarakat Indonesia masih sangat heterogen maka kualitas
meningkat. Mereka mcngharapkan tersedianya rumah sakit sarana kesehatannya juga sangat bervariasi. Di desa yang tersedia
modem, yang dilengkapi dengan berbagai alatdiagnostik terbaru adalah Puskesmas Pembantu, Posyandu, Puskesmas dengan
seperti MRI (magnetic resonance imaging) yang harganya bebe- tempat tidur, Balai Pengobatan, BKIA dan sebagainya. Di kota
rapa juta US$, alat ultrasonografi (beberapa puluh ribu US$) dan kecil/sedang biasanya sudah ada Rumah Sakit sederhana
berbagai sarana kesehatan lain yang mahal-mahal. sedangkan di kota besar pada umumnya sudah tersedia Rumah
Akibat dari semua peralatan yang mahal ini maka biaya Sakit yang cukup lengkap sarana mediknya.
kesehatan terus meningkat. Di USA biaya kesehatan pada 1989
adalah sejumlah lebih dari 600 milyard dollar atau 30 x dari INDUSTRI FARMASI DI INDONESIA
anggaran belanja negara kita. Di berbagai negara lain biaya Industri kesehatan merupakan suatu mata rantai pelayanan
kesehatan sebagai persen GDP adalah sebagai berikut, USA kesehatan, mulai dari pelayanan tenaga kesehatan dengan dokter

Dibacakan di Seminar Upaya Peningkatan Pelayanan Rwnah Sakit. Kerjasama


PERSI dengan Kalbe Farma. Bukit Raya, Puncak 4-6 Agustus 1991

130 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


FUNGSI FARMASI DI RUMAH SAKIT
sebagai titik pusatnya dibantu oleh drg, apoteker, tenaga perawat,
Rumah Sakit di masa yang akan datang merupakan sarana
teknisi laboratorium, X-ray dan sebagainya. Kemudian ada in- terpenting dalam sistim pelayanan kesehatan. Walaupun dampak
dustri obat, industri alat-alat kedokteran, laboratorium, apotik, rumah sakit dalam usaha peningkatan mutu kesehatan masyara-
dan rumah sakit yang merawat orang sakit. Juga ada nursing kat tidak besar, tetapi kebutuhan akan rumah sakit di masyarakat
homes, tukang gigi, toko kaca mata dan berbagai sarana pelayan- modem sangat besar. Dampak terbesar untuk meningkatkan
an kesehatan lain yang semuanya bertujuan untuk menyediakan parameter kesehatan adalah perilaku perorangan/masyarakat (life
alat-alat kedokteran/kesehatan yang dapat dipergunakan oleh style) dan lingkungan hidup yang sangat dipengaruhi oleh kuali-
para pelayan kesehatan untuk mencegah, mendiagnosis, meng- tas manusianya. Di USA dalam dua dasawarsa terakhir angka
obati dan merehabilitasi berbagai macam penyakit dan juga kematian karena penyakit kardiovaskuler dan kecelakaan telah
menyediakan kegiatan promotif kesehatan. menurun secara drastis. Hal ini disebabkan karena masyarakat
Industri farmasi memegang peranan penting untuk menye- Amerika Serikat telah mengubah cara hidup mereka dengan
diakan obat yang bermutu dan terjangkau harganya oleh masya- lebih banyak berolah raga, mengurangi makanan yang mengan-
rakat. Di Indonesia jumlah pabrik obat dewasa ini adalah ± 280. dung lemak hewan, mengurangi rokok dan mengurangi minum
Sebagian besar bahan baku aktifnya masih diimpor sedangkan alkohol selama mengemudi kendaraan.
bahan pembantunya sudah dapat dibuat di dalam negeri. Taraf Berbicara mengenai peningkatan pelayanan, hal ini menun-
perkembangan industri farmasi adalah masih dalam tahap
tut perubahan perilaku para pelayan kesehatan dan masyarakat
assembling. Bahan aktifnya diimpor, kemudian di pabrik diolah
secara umum. Di Indonesia kata Customer Satisfaction me-
dan dijadikan berbagai dosage forms seperti tablet, kapsul,
rupakan kata yang relatif baru. Keinginan untuk melayani, untuk
suppositoria, salep, cairan sirop, dan injectables. Pengawasan memberikan kepuasan pada langganan masih sangat minim. Di
mutu cukup ketat dan oleh Dep Kes setiap pabrik harus me-
Indonesia, kebudayaan masyarakat pada umumnya, terutama
menuhi syarat-syarat Cara Pembuatan Obat Baik (CPOB). Di-
para pejabat, para penguasa, para pegawai negeri, dan orang-
harapkan bahwa pada tahun-tahun yang akan datang, berbagai
orang yang mempunyai kedudukan bukannya ingin memberikan
bahan aktif sudah dapat dibuat di Indonesia. Walaupun sekarang pelayanan yang baik, tetapi malahan selalu ingin dilayani. Kalau
berbagai bahan baku sudah dibuat di Indonesia seperti Cetamol, kita ke kantor pemerintah, rumah sakit, apotik bahkan toko-toko
Ampisilin, Khloramphenikol, Telrasiklin, Erithromisin dan se- kecilpun pelayanan sering sangat rendah mutunya. Berbeda
bagainya, tetapi pada umumnya pembuatannya adalah one-step dengan keadaan di Jepang atau Singapura, mereka pada umum-
atau two-step process, hanya untuk memenuhi persyaratan pe- nya sangat memperhatikan kepuasan pelanggan. Pelayanan di
merintah yang dikenakan terhadap pabrik farmasi PMA. Hal ini Puskesmas, Apotik dan Rumah Sakit pada umumnya masih
dilakukan karena memang sarana industri kimia dasar untuk banyak kekurangannya. Dengan merembesnya era baru di Indo-
menunjang industri bahan baku obatbelum ada atau masih dalam nesia di mana pemerintah melakukan deregulasi dan debirokra-
taraf yang sangat sederhana. tisasi di segala bidang, dan pihak swasta lebih banyak diikut
Tahap selanjutnya di mana kita melakukan R & D untuk sertakan dalam pembangunan, maka total customer satisfaction
mengembangkan obat baru juga masih merupakan impian. Hal akan mendapatkan perhatian yang lebih besar di masa yang akan
ini disebabkan karena personalia untuk dapat melakukan pene- datang.
litian belum tersedia dan juga biaya penelitian adalah sangat Apakah fungsi farmasi di Rumah Sakit? Secara umum dapat
mahal. Untuk menghasilkan satu New Chemical Entity yang dikatakan bahwa pasien datang ke dokter untuk berobat. Dokter
dapat dikembangkan menjadi obat yang dapat dipakai dalam akan membuat diagnosis penyakit dan kemudian ia akan menulis
klinik dibutuhkan dana sebesar lebih kurang 100 juta US$. resep. Pasien membawa resep ke apotik, di mana obat akan
Dengan perkataan lain suatu pabrik obat harus mempunyai hasil diracik dan kemudian akan diberikan pada pasien. Dahulu (ter-
penjualan beberapa ratus juta dollar untuk dapat menyediakan utama sebelum tahun 1970) banyak resep memuat campuran
dana penelitian yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan berbagai bahan obat. Tetapi sekarang dengan kemajuan tekno-
suatu obat baru. logi dan arah pengobatan yang tidak menganjurkan dokter
Di Indonesia menurut IPA report, besarnya pasar obat pada melakukan pengobatan polifarmasi maka resep pada umumnya
1990 adalah 1100 juta US$ dan diperkirakan pada 1991 akan memberikan obatdalam bentuk tablet atau kapsul. Polifarmasi di
menjadi 1300 juta $. Bilamana dibandingkan dengan perkiraan mana resep sekaligus memuat campuran analgetika-antipiretika,
biaya kesehatan yang diperkirakan akan dikeluarkan masyarakat antibiotika, antihistamin, obat tidur, kafein dan sebagainya dalam
Indonesia pada tahun 1990 (± $2.700 juta) maka proporsi obat bentuk puyer sudah mulai ditinggalkan. Meracik campuran ber-
akan merupakan 40% dari seluruh biaya kesehatan. Dengan bagai obat dalam satu puyer selain tidak rasional juga memakan
kemajuan pelayanan kesehatan di mana alat diagnostik dan waktu pembuatannya dan tidak efisien. Dengan tendensi resep
kuratif akan semakin canggih dan mahal proporsi yang dikeluar- rasional yang hanya memberikan obat dalam bentuk tablet,
kan untuk obat akan turun. Di AS pengeluaran untuk obat hanya kapsul, salep dan sebagainya yang sudah jadi, maka pelayanan
7,8% dari seluruh biaya pengobatan dan biaya rumah sakitadalah apotik harus lebih cepat. Pasien tidak perlu meninggu lama,
sebesar 40% sedangkan untuk doctors services adalah sebesar seharusnya dalam maksimum 15 menit sudah dapat dilayani.
19,5% (lihat tabel)(3)

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 13 1


Apotik Rumah Sakit berfungsi sebagai pabrik obat kecil 2. Membuat obat yang sederhana.
karena harus mampu membuat berbagai macam campuran obat 3. Memberikan (dispensing) obat, bahan kimia dan preparat
sederhana, juga berfungsi sebagai gudang obat/alat kesehatan farmasi.
karena harus menyimpan semua obat/alat keschatan yang dibu- 4. Mengisi dan memberikan etiket pada semua container yang
tuhkan rumah sakit. Selainnya ini apoteker harus melaksanakan berisi obat dan diberikan kepada pasien maupun lain bagian
fungsinya sebagai Clinical Pharmacist. Ia harus mendampingi RS.
para dokter sebagai amber informasi mengenai perkembangan 5. Mengawasi semua pharmaceutical supplies yang dikirimkan
baru dalam bidang obat. Ia harus menjadi counterpart dalam dan dipergunakan di berbagai bagian RS.
bidang obat. Ia harus menjadi counterpart dalam bidang peng- 6. Menyediakan persediaan antidot dan lain-lain obat untuk
obatan dan mengawasi supaya pengobatan yang dilakukan para kcadaan gawat darurat.
dokter tetap rasional. Efek samping yang timbul karena peng- 7. Mengawasi pengeluaran obat narkotika dan alkohol dan
obatan harus dimonitor. Dari berbagai survai mengenai efek membuat daftar inventory.
samping obat telah diketahui bahwa insidens efek samping obat 8. Membuat spesifikasi (kualitas dan sumber) dari pembelian
cukup besar, berkisar 6-10%. Karena itu dokter, apoteker dan semua obat, bahan kimia, antibiotika, biologicals dan
para perawat harus cukup alert untuk secepatnya mengenal preparat-preparat farmasi yang dipakai dalam pengobatan
gejala efek samping obat sehingga pasien tidak akan dirugikan. pasien di RS.
Setiap tindakan pengobatan harus selalu mempertimbangkan 9. Memberikan informasi mengenai perkembangan terbaru
risk-benefit ratio. berbagai obat kepada para dokter, perawat dan lain-lain
orang yang berkepentingan.
10. Membantu mengajar para mahasiswa kedokteran dan pe-
PENGEMBANGAN FUNG SI APOTIK DI RUMAH SAKIT rawat pada program koasisten fakultas kedokteran/perawat.
Di USA dana kesehatan masyarakat yang dikeluarkan untuk 11. Melaksanakan keputusan-keputusan yang diambil oleh
rumah sakit adalah sebesar 40% atau 240 milyard US$ dan untuk panitia Pharmacy and Therapeutics.
obat adalah sebesar 8% atau 48 milyard. Seluruh dana kesehatan Tugas pokok scorang apotcker di RS adalah supaya peng-
di USA pada 1989 adalah sebesar 604 milyard, 351 milyard obatan yang dilakukan para dokter di RS adalah RASIONAL dan
berasal dari swasta dan 253 milyard berasal dari pemerintah memenuhi syarat 5 TEPAT ialah, Obat yang tepat, untuk pasien
(federal 174 milyard, state & local government 79 milyard). Jadi yang tepat, dengan dosis yang tepat, diberikan pada waktu yang
dana dari swasta sedikit di bawah 60% dan dari pemerintah ± tepat dengan harga yang tepat sesuai dengan kemampuan pasien.
40%. Sistim pelayanan pada para pasien juga perlu ditingkatkan,
Di Indonesia perkiraan pengeluaran dana kesehatan pada terutama adalah keramahan, kecepatan, ketepatan dan pene-
1990 adalah sebesar 3% GDP atau $2700 juta. Dari jumlah ini rangan yang cukup jelas pada pasien.
$1100 juta adalah untuk pengobatan (IPA report) dan 25% adalah Keramahan pelayanan sangatpenting, supaya pasien (peng-
untuk Rumah Sakit (± $ 900 juta). Menurut laporan keuangan ambil obat) merasa dihargai dan betah sehingga ia akan menjadi
Rumah Sakit Mitra Keluarga selama Januari-Juni 1991, bila- pelanggan seumur hidup.
mana seluruh pendapatan (revenue) adalah 100% maka 30% Kecepatan pelayanan juga penting , apalagi dalam dunia
didapatkan dari perawatan pasien, 60% dari pelayanan medik modem sekarang ini di mana waktu dirasakan sangat terbatas dan
(apotik, lab, radiologi, USG, CT Scan, EEG, Endoskopi, Mamo- berharga. Waktu adalah satu-satunya komoditi yang tidak dapat
grafi, Eskul dan sebagainya) dan 10% dari poliklinik. Pelayanan diulang kembali. Setelah lewat dengan harga seberapa tinggipun
tidak dapat dibeli kembali. Waktu sebetulnya adalah komoditi
apotik menghasilkan 30% dari seluruh hasil (revenue) Rumah
Sakit. Mengingat peran apotik yang cukup besar sebagai sumber termahal di dunia tetapi di masyarakat Indonesia masih sangat
dana Rumah Sakit maka sudah selayaknya bahwa Rumah Sakit kurang dihargai.
menaruh perhatian lebih besar terhadap peningkatan mutu pe- Ketepatan pelayanan sangat penting. Bayangkan apa yang
layanan apotik rumah sakit. dapat terjadi bilamana obat yang diberikan salah. Paling ringan
Bagaimana kita dapat meningkatkan mutu pelayanan apotik penyakitnya tidak disembuhkan, tetapi kelalaian ini dapat me-
rumah sakit? Pertama-tama kita harus mengkaji kembali fungsi- nyebabkan kematian atau dapat menimbulkan cacat seumur
fungsi pokok apotik rumah sakit dan peran apoteker, asisten hidup. Beberapa kasus kecelakaan karena kesalahan pemberian
apoteker dan lain-lain karyawan apotik rumah sakit. Fungsi obat telah terjadi yang menimbulkan akibat yang parah terhadap
pokok apotik rumah sakit dan apoteker, asisten apoteker dan lain- pasien. Mengingat hal ini maka apoteker harus menyempatkan
lain karyawan apotik rumah sakit. diri untuk recheck sewaktu obat diberikan pada pasien apakah
Fungsi pokok apotik rumah sakit dan apoteker menurut isinya sesuai dengan resep dokter.
ASHP (American Society of Hospital Pharmacist) adalah se- Penerangan yang cukup jelas juga sangat penting untuk
bagai berikutoj : mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan dosis, cara pakai
1. Membuat dan mensterilisasi obat injeksi bilamana dibuat di obat dan supaya pasien juga mengetahui efek samping obat.
RS. Pernah terjadi bahwa seorang pasien diberi suppositoria dan

132 Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991


diminum, bukannya dimasukkan ke anus. 4. Dalam usaha peningkatan mutu pelayanan farmasi di rumah
Manajemen apotik juga perlu ditingkatkan, yaitu fungsi sakit maka fungsi apoteker harus ditingkatkan dalam bidang:
perencanaan, pengarahan (directing), organizing, staffing, coor- a. Manajemen umum
dinating and controlling. Seorang apoteker RS harus dapat b. Manajemen keuangan
melakukan fungsi manajemen umum dan manajemen keuangan. c. Manajemen fungsional
Bilamana semua fungsi ini dapat dilakukan dengan baik maka d. Peningkatan Total Customer Satisfaction
apotik RS bisa menjadi kebanggaan RS, pasien rawat jalan 5. Dalam usaha mempercepat alih ilmu dan teknologi dunia
maupun pasien rawat inap akan merasakan tenteram dan para pelayanan kesehatan harus lebih membuka diri dan lebih
dokter/perawat/mahasiswa juga dapat menarik man faat yang tak banyak mengundang ahli-ahli kedokteran untuk bekerja di
terhingga dari semua informasi mengenai perkembangan mu- rumah sakit untuk waktu tertentu.
takhir dunia farmasi. 6. Untuk merangsang industri peralatan kedokteran sebaiknya
semua rumah sakit pemerintah/swasta dianjurkan memakai
peralatan produksi dalam negeri.

KESIMPULAN KEPUSTAKAAN
1. Dana yang dikeluarkan masyarakat untuk obat di Indonesia 1. Iglehart JK. Health Policy Report, Germany's health care system. N Engl J
cukup besar dan mereka mempunyai hak untuk mendapatkan Med, June 13, 1991; p. 1750-1756.
pelayanan yang memadai. 2. Source. International Monetary Fund, Government Finance Statistics Year-
2. Di masa-masa yang akan datang peranan rumah sakit dalam book 1987 and World Bank Staff Estimates.
3. World Almanac and Book of Facts 1991. U.S. Health Expenditures 1960-
sistim pelayanan kesehatan akan semakin besar, terutama di 1988, 200 Park Avenue, New York, NY 10166. A Scrippes Howard
kota dan masyarakat akan menuntut pelayanan yang lebih Company, p. 844.
baik. 4. Smith, Lee. A cure for what asks medical care. Fortune July 1, 1991; p. 36-
3. Rumah sakit sebaiknya menaruh perhatian utama dalam usaha 39.
5. Smith MC, Knapp DA. Pharmacy, Drugs and Medical Care, 428 E. Preston
peningkatan pelayanan kesehatan pada medical care dan Street, Baltimore, Md 21202, USA. The Williams & Wilterms Company,
bukan pada hotel care. 1976; p 51.

Cermin Dunia Kedokteran , Edisi Khusus No. 71, 1991 133

You might also like