Professional Documents
Culture Documents
Daftar Isi :
2. Editorial
4. English Summary
Artikel :
Redaksi
Cermin Dunia Kedokteran menerima naskah yang membahas berbagai sesuai dengan urutan pemunculannya dalam naskah dan disertai keterangan
aspek kesehatan, kedokteran dan farmasi, juga hasil penelitian di bidang- yang jelas. Bila terpisah dalam lembar lain, hendaknya ditandai untuk meng-
bidang tersebut. hindari kemungkinan tertukar. Kepustakaan diberi nomor urut sesuai dengan
Naskah yang dikirimkan kepada Redaksi adalah naskah yang khusus untuk pemunculannya dalam naskah; disusun menurut ketentuan dalam Cummulated
diterbitkan oleh Cermin Dunia Kedokteran; bila telah pernah dibahas atau Index Medicus dan/atau Uniform Requirements for Manuseripts Submitted
dibacakan dalam suatu pertemuan ilmiah, hendaknya diberi keterangan menge- to Biomedical Journals (Ann Intern Med 1979; 90 : 95-9). Contoh:
nai nama, tempat dan saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Basmajian JV, Kirby RL. Medical Rehabilitation. 1st ed. Baltimore. London:
Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau Inggris; bila menggunakan William and Wilkins, 1984; Hal 174–9.
bahasa Indonesia, hendaknya mengikuti kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang Weinstein L, Swartz MN. Pathogenetic properties of invading microorganisms.
berlaku. Istilah media sedapat mungkin menggunakan istilah bahasa Indonesia Dalam: Sodeman WA Jr. Sodeman WA, eds. Pathologic physiology: Mecha-
yang baku, atau diberi padanannya dalam bahasa Indonesia. Redaksi berhak nisms of diseases. Philadelphia: WB Saunders, 1974; 457-72.
mengubah susunan bahasa tanpa mengubah isinya. Setiap naskah harus di- Sri Oemijati. Masalah dalam pemberantasan filariasis di Indonesia. Cermin
sertai dengan abstrak dalam bahasa Indonesia. Untuk memudahkan para pem- Dunia Kedokt. l990 64 : 7-10.
baca yang tidak berbahasa Indonesia lebih baik bila disertai juga dengan abstrak Bila pengarang enam orang atau kurang, sebutkan semua; bila tujuh atau lebih,
dalam bahasa Inggris. Bila tidak ada, Redaksi berhak membuat sendiri abstrak sebutkan hanya tiga yang pertama dan tambahkan dkk.
berbahasa Inggris untuk karangan tersebut. Naskah dikirimkan ke alamat : Redaksi Cermin Dunia Kedokteran
Naskah diketik dengan spasi ganda di atas kertas putih berukuran kuarto/ P.O. Box 3105
folio, satu muka, dengan menyisakan cukup ruangan di kanan-kirinya, lebih Jakarta 10002
disukai bila panjangnya kira-kira 6 - 10 halaman kuarto. Nama (para) pe- Pengarang yang naskahnya telah disetujui untuk diterbitkan, akan diberitahu
ngarang ditulis lengkap, disertai keterangan lembaga/fakultas/institut tempat secara tertulis.
bekerjanya. Tabel/skema/grafik/ilustrasi yang melengkapi naskah dibuat sejelas- Naskah yang tidak dapat diterbitkan hanya dikembalikan bila disertai dengan
jelasnya dengan tinta hitam agar dapat langsung direproduksi, diberi nomor amplop beralamat (pengarang) lengkap dengan perangko yang cukup.
Djarismawati
ABSTRAK
Makin menurunnya kualitas air sungai di DKI Jakarta disebabkan oleh berbagai
faktor terutama olch pencemaran limbah cair industri, limbah rumah tangga dan limbah
pertanian.
Sumbcr air yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku air minum adalah
sungai. Pencemaran air sungai oleh logam berat dapat mempengaruhi kesehatan manusia
baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu dilakukan penelitian kadar logam
berat pada sungai di DKI Jakarta, agar dapat diketahui seberapa jauh pencemaran air
sungai oleh logam berat di DKI Jakarta.
Hasil penelitian menun jukkan kadar logam berat CD, Cu, Pb dan Hg sudah melewati
BakuMutuLingkungan yang sesuai dengan peruntukan, scdangkan logam berat Cr masih
dalam-batas normal. Kadar logam berat lebih tinggi di musim kemarau bila dibandingkan
dengan musim hujan.
PENDAHULUAN bidang industri maka limbah cair akan meningkat, serta pence-
Air merupakan karunia Tuhan dan sumber daya alam maran sungai akan bertambah bila pemilik industri tidak melaku-
yang sangat bermanfaat; tanpa air kehidupan di dunia ini tidak kan pengolahan limbah dengan baik. Pencemaran air sungai
akan ada. Mengingat pentingnya peranan air maka perhatian secara kimiawi menunjukkan kecenderungan meningkat ke
perlu ditingkatkān agar air dapat tetap lestari dan terjaga kuali- arah muara sungai. Logam berat Cu, Cr, Cd, Pb dan Hg
tasnya. Manusia menggunakan air untuk berbagai kebutuhan pada beberapa sungai sudah melewati batas yang diperboleh-
antara lain untuk keperluan rumah tangga, pertanian dan kan. Pencemaran logam berat bersifat toksik dapat berakumu-
industri dengan syarat-syarat tertentu sesuai dengan peruntuk- lasi secara fisika dan kimia serta mengendap di dasar sungai.
annya. Di samping itu air juga digunakan sebagai sumber Kandungan logam berat yang melebihi batas yang ditetapkan,
tenaga, media transportasi, media rekreasi dan lain-lain. dapat berbahaya bagi kesehatan manusia; Cu dapat merusak
Sumber air yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku hati, Pb dapat merusak jaringan saraf, Cr dapat menyebabkan
ādalah sungai, namun dengan meningkatnya pembangunan di kanker kulit, Cd menyebabkan batu ginjal, gangguan lambung,
Keterangan : u =tak terdeteksi K =Kemarau Tabel 8. Kadar Logam Berat di Perairan Teluk Jakarta 1983
- =tak dilakukan H =Hujan
Kadar Logam Herat (ppm)
Tabel 6. Kadar Logam Berat pads Air Sungai Cisadane No. Sungai -
Cu Cr Pb Cd Hg
Kadar Logam Berat (ppm)
(9)
Parameter 1. Kalibaru 0,1615 0,0081 0,4099 0,4683 0,0290
(2) (3)
2. Marunda(9) 0,1632 0,0664 0,4116 0,3697 0,0194
1979 1983 3. MuaraKamal(10) o,015 0,111 0,029 0,19 0,017
4. MuaraAngke(10) 0,066 0,155 0,097 0,20 0,010
Cu - u 5. Pasarlkan(10) 0,99 0,143 0,058 0,026 0,010
Cr - 0,006
Pb 0,33 0,026
Cd 0,1 u lama karena proses akumulasi dalam tubuh, sehingga pen-
Hg 0,002 0,007 cegahan sebaiknya dilakukan sedini mungkin.
Keterangan : u =tak terdeteksi K =Kemarau Pembahasan logam berat Cu, Cr, Pb, Cd dan Hg ditinjau
- =tak dilakukan H =Hujan
Hasil penelitian tahun 19833 menunjukkan
logam berat dalam lumpur sungai di
Jakarta dengan kadar Cu ter tinggi (17 ppm)
ditemukan pada Sungai Sunter, kadar terting-
gi Cr 219 ppm ditemukan pada lumpur Su-
ngai Sunter, kadar tertinggi Pb 242 ppm dite-
mukan pada Sungai Ciliwung dan kadar ter-
tinggi Hg 23,6 ppm ditemukan pada Sungai
Cisadane.
Hasil penelitian tahun 19833 menunjukkan
kadar logam berat di perairan Teluk Jakarta,
di perairan Kalibaru ditemukan kadar tertinggi
Hg 0.029 ppm dan Cd 0,4083 ppm, pada per-
airan Marunda ditemukan kadar tertinggi Pb dan dari masing-masing Sungai Ciliwung, Sungai Angke, Sungai
Cu 0,4116 ppm dan 0,1632 ppm dan pada perairan Muara Sunter, Sungai Cakung, Sungai Krukut dan Sungai Cisadane,
Angke ditemukan kadar tertinggi Cr 0,155 ppm, seperti terlihat
pada Tabel 8. 1. Sungai Ciliwung
Air Sungai Ciliwung tahun 1985 menunjukkan peningkat-
an pencemaran mencapai kadar Hg 0,008 ppm, Pb 0,185 ppm
PEMBAHASAN dan Cr 0,11 ppm, Cd 2 ppm, Cu 0,07 ppm. Kadar ini telah
Pencemaran sungai di Jakarta dapat diakibatkan oleh ke- melewati angka Baku Mutu pada sumber air golongan B yang
giatan industri, kegiatan kota dan rumah tangga. Skala dan ditetapkan dalam SK Men.KLH No. 2 tahun 1988 yaitu
jenis pencemaran ditentukan oleh berbagai faktor antara lain Hg 0,001 ppm, Pb 0,1 ppm dan Cr 0,05 ppm (maksimum
jenis, jumlah dan besarnya kegiatan. yang diperbolehkan). Keadaan ini sudah melewati nilai kan-
Kualitas air sungai dapat ditentukan dengan parameter dungan logam berat rata-rata pada sungai yang tidak tercemar
fisik, kimia dan biologis. Khusus dalam pembahasan ini di- di dunia yaitu Pb 0,003 ppm, dan Hg 0,07 x 10-3 ppm.
titikberatkan pada kandungan logam berat Cu, C r, Pb, Cd dan Pada lumpur Sungai Ciliwung, kadar Hg 8,8 ppm, Pb 242
Hg yang termasuk parameter kimia. Logam berat mempunyai ppm; bila dibandingkan dengan rata-rata kadar logam berat
sifat toksik terhadap manusia atau hewan air. Manifestasi toksi- lumpur sungai di dunia (Pb 0,2 ppm) sudah sangat tinggi,
sitas logam berat terhadap manusia memerlukan waktu yang juga bila dibandingkan dengan kadar logam berat dalam lum-
ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan terhadap 7 jenis industri besar di wilayah DKI Jakarta dan
sekitarnya yang menghasilkan limbah cair dengan BOD tinggi yaitu industri makanan,
minuman, farmasi, tekstil, kulit, kembang gula dan sepatu. Sebagian dari industri yang
diteliti ini telah mempunyai sarana yang memadai, sebagian lagi telah mempunyai sarana
pengolahan limbah tetapi tidak cukup efisien untuk mengolah limbah cair secara sem-
purna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar BOD rata-rata 24 jam selama 6 hari dari
4 macam industri (makanan, minuman, kulit dan kembang gula) melampaui batas
maksimum yang diperkenankan dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta. Sedangkan
limbah industri sepatu tidak melampaui standar karena pengolahan bahan baku (kulit,
karet dan bin) tidak dilakukan dalam industri tersebut. Efisiensi pengolahan dari sarana
pengolahan yang ada pada 5 jenis industri (makanan, minuman, farmasi, kulit dan
kembang gula) juga tidak dapat dipertahankan pada tingkat yang cukup tinggi.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua industri besar yang telah
mempunyai sarana pengolahan limbah mampu mengatasi limbah cair dengan BOD
tinggi, sehingga kemampuan industri untuk mengolah limbah dan pengawasan kualitas
limbah oleh yang berwenang perlu ditingkatkan.
sempit. Sarana yang ada tetapi tidak memadai ini menyebab- Kondisi bak penampung tersebut menyebabkan limbah cair
kan kadar BOD efluen tidak memenuhi persyaratan. yang terkumpul sempat mengalami proses secara anaerob se-
Kisaran penurunan kadar BOD dalam efluen industri yang lama tersimpan dalam bak penampung tersebut dan meng-
dinyatakan 0% pada umurnnya tidak menunjukkan adanya akibatkan BOD efluen lebih tinggi daripada BOD influen.
penurunan kadar BOD limbah cair setelah melewati sarana Pengamatan lapangan yang dilakukan terhadap industri
pengolahan limbah cair. Keadaan ini menunjukkan kondisi titrmasi yang mempunyai sarana pengolahan limbah cair
sarana pengolahan yang tidak stabil dan karakteristik limbah dengan cara proses aerasi dan netralisasi, temyata juga dapat
cair industri yang tidak tetap setiap harinya. menyebabkan kadar BOD efluen lebih tinggi dibandingkan
Dan Tabel 2 dapat dilihat bahwa jenis sarana pengolahan dengan kadar BOD influennya. Penyebab dari keadaan ini
limbah cair yang digunakan pada industri minuman, farmasi masih belum dapat dimengerti sepenuhnya, tenitama apabila
dan kembang gula dapat dikatakan sangat tidak memadai melihat keadaan fisik efluen setelah melewati sarana peng-
untūk menurunkan kadar BOD dalam limbah cairnya. Dalam olahan cukup jemih. Keadaan ini juga menunjukkan bahwa
6 hari pengukuran temyata peningkatan kadar BOD efluen sarana pengolahan limbah cair yang ada masih belum me-
setelah melewati sarana pengolahan yang ada, ditemukan se- madai untuk dapat menurunkan kadar BOD.
banyak 4 kali pada industri minuman, 5 kali pada industri Hal yang sanna juga diamati pada industri kembang gula
Ltrmasi dan 3 kali pada industri kembang gula, seperti yang yaitu terdapat ketidakseimbangan antara jumlah serta kualitas
dapat dilihat pada Tabel 3. Dan pengamatan lapangan yang influen yang dihasilkan dan daya tampung bak sarana peng-
dilakukan terhadap seluruh macam industri yang diteliti, sa- olahan limbah cair. Selain itu waktu yang diperlukan untuk
rana pengolahan limbah cair pada industri minuman hanya proses pengendapan ( d e t e n t i o n t i me ) setelah proses aerasi tidak
merupakan bak penampung sementara yang sangat sederhana, cukup lama, sehingga limbah cair yang terbugng ke perairan
yang terletak di bawah permukaan tanah dan tertutup piston. umum belum terolah sempuma. Fluktuasi kadar BOD influen
Pada ketinggian limbah cair tertentu di dalam bak penam- dan efluen serta kadar rata-rata BOD efluen dari masing-
pung tersebut, piston akan bergerak dan menyebabkan pompa masing industri selama 6 hari penelitian disajikan dalam
berjalan untuk membuang efluen dari bak ke perairan umum. Tabel 3.
Tabel 3. Fluktuasi kadar BOD (mg/I) dalam Iimbah cair industri sebelum (influen) dan setelah (efluen) melewati sarana pengolahan
limbah cair.
1. Makanan 179,6 73,5 122,8 171,6 607,9 241,2 337,4 296,5 743,8 148,5 544,2 144,0 179,1 ± 78,6
2. Minuman 361,5 365,3 157,8 171,9 269,2 121,3 273,2 537,9 367,0 673,3 27,0 327,6 624,0 ±568,0
3. Farrnasi 68,1 73,5* 63,6 77,7* 59,4 78,7* 67,1 118,2 26,2 58,3* 14,8 12,0 69,7 ± 34,5
4. Tekstil a 44,4 35,3 242,4 144,1 456,5 165,6 230,2 44,6 61,9 33,4 13,8 3,2 71,0 ± 66,1
b 29,3 17,4 45,7 42,8 136,4 40,5 28,6 24,0 32,5 16,3 9,0 1,4 23,7 ± 15,7
5. Kulit 237,3 194,4 600,2 450,0 195,4 84,8 833,9 557,9 482,9 236,9 82,4 54,0 263,0 ±201,4
6. Kembang 199,4 200,2 788,3 385,1 771,2 201,9 582,3 483,9 496,7 740,3 265,5 359,0 395,0 ±201,9
gula
7. Sepatu 22,8 22,9 36,0 16,7 7,8 1,6 16,3 ± 10,6
Tabel 3 di bawah ini menyajikan fluktuasi kadar BOD terolah sempuma dalam sarana pengolahan yang tidak me-
dalam limbah cair industri sebelum dan setelah melewati sa- madai.
rana pengolahan limbah cair, dan rata-rata kadar BOD efluen Persyaratan kadar BOD maksimum limbah cair industri
per hari dari masing-masing industri serta standar deviasinya. telah dipunyai oleh Pemda DKI Jakarta, tentang peruntukan
Fluktuasi kadar BOD efluen yang kadang menjadi lebih tinggi dan baku mutu air sungai serta baku mutu limbah cair. Ber-
dibandingkan dengan kadar BOD influen setelah melewati dasarkan peruntukannya maka industri makanan, minuman,
sarana pengolahan, diperkirakan karena kapasitas dan jenis kembang gula dan sepatu membuang efluennya ke sungai
produksi seringkali berubah-ubah mengikuti permintaan pasar yang diperuntukkan sebagai air minum (Golongan A). Industri
dan kemampuan produsen, sehingga jumlah dan kualitas farmasi ke sungai yang dipakai sebagai air untuk perikanan
influen yang dihasilkan juga berubah-ubah dan tidak dapat (Golongan B) dan industri tekstil dan kulit ke sungai dengan
ABSTRAK
Suatu penelitian tentang pengaruh lingkungan terhadap penyakit ISPA telah di-
lakukan oleh Puslit Penyakit Menular, dengan cara melakukan kunjungan rumah pada 23
penderita ISPA yang dirawat di Bagian Anak RS Ciptomangunkusumo bulan November
1989 s/d Februari 1990.
Lingkungan penderita ISPA dibandingkan dengan kontrot menunjukkan bahwa
faktor polusi yang berperan adalah jumlah orang yang merokok dan jumlah rokok yang
dihisap, serta masuknya asap dapur ke dalam ruangan keluarga (karena ventilasi tidak
baik) dan jarak rumah dengan bengkel las/tempat sampah.
PENDAHULUAN
Menurut data Survai Kesehatan Rumdh Tangga 1986, Infeksi Kuesioner disediakan untuk mengetahui variabel lingkungan
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyebab nomor satu seperti : luas rumah, jumlah hunian, keadaan polusi, kebiasaan
kesakitan pada bayi (42,4%), pada balita (40,6%) dan pada anak merokok, pengobatan di rumah, pengetahuan dan sikap keluarga
(32,5%). ISPApenyebab nomor duakematian setelah diare, pada terhadap penderita ISPA dan latar belakang_pendidikan, eko-
bayi (12,4%), pada balita (8,4%), pada anak (8,9%). nomi dan kebudayaan kepala keluarga.
Keadaan lingkungan dapat mempengaruhi episode ISPA pada
anak. Di daerah rural anak lebih sedikit menderita ISPA daripada
HASIL
di daerah urban. Pengaruh lingkungan yang menyolok adalah
polusi udara, termasuk asap rokok dan asap dapur. Selain polusi Penelitian dimulai bulan November 1989 s/d Februari 1990
udara penyakit ISPA juga dipengaruhi oleh keadaan gizi, umur, dengan jumlah penderita 23 anak, yang dirawat dengan diag-
dan penyakit penyertanya. nosis: bronkhopneumonia dupleks (19 anak), abses multipel dan
Penelitian ini akan melihat hubungan antara penyakit ISPA pneumocele (1 anak), 3 pneumonia lobaris (3 anak), dan 6 di
dan keadaan lingkungan penderita. antaranya disertai campak.
Atas seluruh penderita ISPA yang dirawat di RS Cipto-
METODOLOGI mangunkusumo dilakukan kunjungan rumah untuk mengetahui
faktor-faktor lingkungan yang kemudian diperbandingkan de-
Penderita ISPA yang dirawat di rumah sakit akan dipakai
ngan kelompok kontrol yang dipilih dari tetangganya yang
sebagai kasus indeks untuk melakukan survai lingkungan di
mempunyai anak dengan umur yang sama tetapi tidak sakit
rumah penderita. Sebagai grup kontrol diambil tetangga dari
ISPA.
kasus ISPA yang mempunyai persamaan struktur keluarga, besar
Kunjungan rumah dilakukan 23 kali pada rumah kasus dan 23
rumah. Perbedaannya adalah anak dengan umur sama tidak
kali rumah kontrol, hasil yang dapat dianalisa adalah dari 21
sedang menderita ISPA.
keluarga.
Silikosis Akut Paparan yang lama terhadap kadar debu yang tinggi di tempat
Subjek yang terpapar oleh silika dengan konsentrasi sangat kerja dapat menimbulkan bronkitis industri. Dua kelompok
tinggi selama beberapa minggu dapat menderita silikosis akut. pekerja yang sering terkena ialah pekerja tambang batubara dan
Riwayat penyakit sangat khas itu sesak napas yang progresif, pekerja tepung. Pada pekerja tambang batubara, debu dengan
demam, batuk dan penurunan berat badan sesudah paparan oleh partikel besar 5 -10 U menumpuk di epitel jalan napes proksimal
silika konsentrasi tinggi dalam masa yang relatif singkat. Waktu dan menimbulkan gejalaklinis. Bilapaparan menghilang, gejala
paparan bervariasi antara beberapa minggu sampai 4 atau 5 dapat menghilang. Pada pekerja yang berhubungan dengan tepung,
tahun(12,13). keadaannya lebih kompleks. Berbagai komponen debu padi-
padian (antigen padi-padian, antigen jamur, kumbang padi, tun-
Gambaran radiologis berbeda dengan nodul fibrosis yang
gau, antigen binatang, endotoksin bakteri dan debu inert) mem-
terlihat pada bentuk kronik, pada bentuk akut ini ditemukan
punyai andil dalam menimbulkan(5,16). Berbagai zat di tempat
fibrosis interstitial yang difus. Fibrosis masif berkembang dan
kerja dapat menimbulkan bronkitis.
terdapat pada lobus tengah dan bawah berbentuk diffuse ground-
Dari berbagai penelitian, ada zat-zat yang sudah dipastikan;
glass appearance mirip edema paru. Pada silikosis akut kelainan
kemungkinan besar atau diduga sebagai penyebab bronkiiis
faal paru yang terjadi adalah restriksi berat dengan hipoksemia
(Tabel 3).
arterial serta penurunan kapasitas difusi(12,13).
Penyakit ini disebabkan pengendapan partikel yang mem-
punyai diameter lebih besar dibandingkan partikel fraksi respi-
ASBESTOSIS
rasi biasa. Dampak paparan yang lama menyebabkan paralisis
Merupakan pneumokoniosis yang disebabkan oleh inhalasi silia, hipertrofi dan hiperplasi kelenjar mukus dan menimbulkan
serat asbes, secara khas ditandai dengan fibrosis interstitial difus gejala batuk produktif menahun(16,17).
parenkim paru(3,5,14,15). Kelainan sering diikuti oleh penebalan Pemeriksaan foto toraks dapat normal atau ada peningkatan
pleura viseralis dan kadang-kadang kalsifikasi pleura(15). corakan bronkopulmoner terutama di lobus bawah(3,17). Pe-
Gambaran Klinis meriksaan faal paru pada fase awal dapat normal, selanjutnya
Gejala awal asbestosis ialah sesak napas pada waktu aktivitas, terjadi perlambatan aliran udara yaitu pengurangan VEP1 yang
sering diikuti oleh batuk kering. Gejala ini setelah beberapa tahun kemudian menjadi ireversibel(16,17).
berkembang menjadi fibrosis paru yang progresif. Sesak napas Pada penyakit bronkitis kronik ini pemeriksaan faal paru
prako sa hadiwijaya, sri widodo, m. soekirno, madsuki, drg. Shinta, agus s., abdul jalil, koko bae, sujarwo, icup ikerta, dewi’s
ABSTRAK
Kabupaten Banjamegara adalah daerah yang malarious pada tahun-tahun yang lalu.
Penanggulangan malaria dengan berbagai niacam cara telah dilakukan, mulai dari yang
sederhana sampai ke cara yang sulit dilaksanakan.
Pengamatan dari tahun ke tahun, menunjukkan adanya perbedaan angka kejadian
malaria di daerah dengan pola tanam teratur dengan daerah yang kurang teratur pola
tanamnya.
Tabel 2. Perbedaan luas sawah irigasi DPU, non DPU dan sawah tadah
hujan di kecamatan Wanadadi dan Purwonegoro .
Keterangan :
Sumber Dinar Perlanian Tanaman Pangan Kab Dail II Banjarnegara (1982)
KESIMPULAN
1. Perbaikan pola tanam merupakan salah satu cara penang-
gulangan hama dan penyakit malaria.
ABSTRAK
Kepulauan Seribu merupakan tempat wisata potensial, di sana dilaporkan •pernah
terjadi "ledakan" malaria di beberapa pulau (tahun 1971, 1977, 1978 dan 1981),
serta penderita malaria P. falciparum yang resisten klorokuin. Oleh sebab itu dilaku-
kan penelitian ini untuk mengetahui status malaria saat ini yang bennanfaat sebagai
masukan penentuan kebijaksanaan pemberantasan malaria di Kepulauan Seribu.
Penelitian dilaksanakan pada tahun 1988 di daerah-daerah yang pernah dilapor-
kan ada kasus malaria, banyak penduduknya, dekat daerah wisata, dan daerah wisata.
Survai malaria dilakukan terhadap 1360 anak 0—9 tahun, 119 pegawai pariwisata,
dan 154 penderita demam. Penderita yang positif malaria diperiksa secara klinis,
bila memenuhi syarat dilakukan tes sensitivitas P. falciparum terhadap obat-obat
antimalaria secara in vitro, dan diobati secara radikal. Antibodi polivalen terhadap
P.falciparum dari 170 anak-anak 0—9 tahun diperiksa dengan tes IFA. Data tentang
vektor malaria didapatkan hanya dengan observasi sarang nyatnuk, identifikasi jentik
nyamuk dan identifikasi nyamuk dewasa yang ditangkap dengan light trap.
Ternyata Kepulauan Seribu merupakan daerah malaria hipoendemis dengan SR
anak 2—9 tahun : 0,9%; SPR : 1,5%; dan FF : 84%. Kasus malaria yang didapatkan
kemungkinan besar merupakan kasus import dad Pulau Bangka, Pulau Karimata,
Pulau Belitung, Kalimantan Barat dan Lampung Selatan. Keluhan dan tanda-tanda
malaria yang sering dijumpai adalah demam (100%), pucat (73,7%), menggigil (68,4%),
dan sakit kepala (47,4%). Didapatkan pula P. falciparum yang resisten terhadap
klorokuin. Antibodi anak-anak terhadap P. falciparum tak dapat dideteksi. Diteinukan
pula sarang nyamuk potensial dan vektor A. sundaicus dan A. subpictus.
Di Kepulauan Seribu dapat terjadi "ledakan" malaria seperti tahun-tahun se-
belumnya. Oleh sebab itu pengamatan sangat diperlukan ditambah dengan peran serta
masyarakat baik dari penduduk, maupun dari pegawai dan pengelola wisata untuk
memberantas sarang nyamuk dan melakukan pengobatan sedini mungkin.
Jumlah
BAHAN DAN CARA KERJA
Gol. umur Jumlah yang Pembesaran limpa Jumlah SR
Penelitian malaria di kepulauan Seribu dilakukan di daerah- (tahun) diperiksa (Hackett) yang %
daerah yang pernah dilaporkan ada kasus malaria, banyak membesar .
penduduknya, daerah wisata atau dekat daerah wisata (lampir- 0 1 2 3 4 5
an 1). 0— 28 26 2 0 0 0 0 2 7,1
Dilakukan survai malaria (pemeriksaan parasitologis dan
2— 1145 1135 10 0 0 0 0 10 0,9
limpa) pada bulan September clan Oktober 1988. Survai
dilakukan terhadap anak-anak usia 0—9 tahun, pegawai pari- 10— 100 99 1 3 1 0 0 5 5,0
wisata dan penderita dengan keluhan demam. Anak-anak Jumlah 1273 1260 13 3 1 0 0 17 1,3
usia 5—9 tahun diperiksa dan diambil darahnya di sekolah,
balita (0—5 tahun) di Posyandu, pegawai pariwisata di tempat Keterangan : SR : spleen rate.
bertugas, sedangkan penderita demam dicari secara aktif.
Setiap penderita yang positif malaria diperiksa secara Tabel 2. Distribusi jumlah penderita malaria di Kepulauan Seribu
klinis (pemeriksaan fisik) dan diobati sesuai dengan petunjuk berdasarkan golongan umur dan jenis malaria, tahun 1988.
dari Departemen Kesehatan RI, 1983 (lampiran 2). Bila
memenuhi syarat dan mempunyai waktu cukup, dilakukan Jumlah
tes sensitivitas P. falciparum terhadap obat-obat antimalaria Gol. umur Jumlah yang Jenis ma la ria Jumlah PR
(klorokuin, Fansidar®, kina, amodiakuin, dan meflokuin) (tahun) diperiksa yang
positif
secara in-vitro sesuai petunjuk WHO4. Bagi penderita pe- Pf Pv Pm Pmix
nyakit lain pada waktu pemeriksaan, diberi pengobatan 0— 135 0 0 0 0 0 0
ringan. 2— 1225 0 0 0 0 0 0
Juga dilakukan pengambilan darah tepi dengan tusuk 10— 273 19 4 0 2 25 9,2
jari, sebanyak 100 ul pada mikrokapiler yang mengandung
zat antikoagulan heparin, terhadap anak-anak 0—9 tahun. Jumlah 1633 19 4 0 2 25 1,5
Sera darah tersebut diteliti apakah mengandung zat anti
polivalen terhadap P. falciparum, cam WA (Indirect Fluo- Keterangan: Pf : P. falciparum
rescent Antibody), dan menggunakan antibodi dan globulin Pv : P. vivax
Pm : P. malariae
terhadap human Ig (IgG+IgA+IgM) dari kambings,e Pmix : P. falciparum dan P. vivax
Vektor malaria diketahui melalui penelitian entomologi. PR : parasite rate.
Penelitian ini dilakukan dengan mencari sarang nyamuk,
identifikasi jentik dan nyamuk yang didapat dengan light p. Karimata (7 orang), p. Belitung (8 orang), Kalimantan
trap. Barat (1 orang), dan Lampung Selatan (1 orang). Umumnya
mereka mencari pengobatan di puskesmas atau dengan para-
HASIL medis setempat. Semua penderita mengeluh demam, sedang-
Dari 1360 anak-anak 0—9 tahun yang diperiksa limpa kan keluhan dan tanda-tanda lain dapat dilihat pada bar-
dan darahnya (parasitologis), ternyata semua babas dari diagram 1.
malaria dan hanya 12 anak yang limpanya membesar (H1). Hanya 1 kasus P. falciparum dengan perkijaan asal infeksi
dua anak berusia kurang 2 tahun, dan 10 anak dari usia 2—9 dari p. Karimata yang dapat dilakukan tes sensitivitas P. falci-
tahun. Jadi SR (Spleen Rate) anak usia 2—9 tahun adalah parum terhadap obat-obat antimalaria secara in vitro, dan
0,9% (tabel 1). Hasil pemeriksaan darah terhadap 119 pe- ternyata resisten terhadap klorokuin (masih tumbuh pada
gawai daerah wisata, semuanya negatif (tabel 2). Selama konsentrasi klorokuin 8 pmol), tetapi sensitif terhadap Fan-
penelitian ditemukan 154 penderita demam, dan 25 di antara- sidar®, kina, amodiakuin, dan meflokuin.
nya positif malaria : 19 kasus P. falciparum; 4 kasus P. vivax, Semua sampel darah anak-anak (0—9 tahun) yang ter-
dan 2 kasus infeksi campuran (Pf'dan Pv). Jadi SPR (Slide kumpul (170) menunjukkan hasil negatif dengan tes IFA.
Positivity Rate) : 1,5%, SFR (Slide Falciparum Rate) . 1,2%,
Pada penelitian entomologi ditemukan tempat-tempat
yang potensial menjadi sarang nyamuk, antara lain. lagun,
dan FF (Formula Falciparum Pf dan Pmix) : 84% (tabel 2).
kobakan, kolam ikan yang tak terpakai, dan lubang galian.
AES (Average Enlargement of Spleen) adalah 1,3 (tabel 1). Jentik nyamuk Anopheles spesies ditemukan di p. Lancang,
Dari 25 kasus malaria yang ditemukan, 14 berasal dari p. Kelapa dan p. Pari. Sedangkan nyamuk dewasa ditemu-
p. Tidung, 11 berasal dari p. Kelapa. Umur mereka antara kan di p. Pari yaitu A. sundaicus dan A. subpictus (tabel 3).
15—40 tahun (x = 25,1 tahun), semuanya laki-laki dengan
pekerjaan nelayan. Dari 19 kasus yang diperiksa klinisnya,
11 berasal dari kepulauan Seribu sedangkan lainnya : 4 dari PEMBAHASAN
Lampung Tengah, 1 Krawang, 1 Subang, 3 Tangerang, 1 SR anak 2—9 tahun adalah 0,9%, hal ini menunjukkan
Losari, dan 1 Serang; dengan lama tinggal di kepulauan Seribu bahwa kepulauan Seribu merupakan daerah malaria hipo-
antara 1—26 tahun (T = 8,6 tahun). Mereka menderita malaria endemis, karena splenomegali pada anak-anak di Indonesia
setelah kembali dari menangkap ikan di p. Bangka (2 orang), umumnya disebabkan oleh malaria7. Data SPR (1971—1981)
Keterangan :
A: demam G: muntah
B : sakit kepala H: menggigil anak-anak, juga menunjukkan bahwa mereka tidak terinfeksi
C: mual I : pucat malaria.
D: nyeri otot J : splenomegali Dan jenis malaria yang ditemukan juga terjadi pergeseran
E: lemah K: hepatomegal
F:
proporsi species yang nyata, dimana FF di p. Untung Jawa pada
tak nafsu makan
tahun 1981 adalah 58;6% (Dinkes DKI Jakarta, 1982),
Tabel 3. Hasil penelitian entomologi di beberapa pulau Kepulauan
sedangkan pada penelitian ini adalah 84%. Peningkatan FF
Seribu,tahun 1988. ini menunjukkan perlunya peningkatan pengamatan penyakit
malaria di kepulauan Seribu, mengingat P. falciparum merupa-
Pulau Janis sarang nyamuk** Anopheles spesies kan penyebab malaria berat dengan angka kematian tinggi8.
jentik nyamuk Demam, pucat, menggigil, dan sakit kepala merupakan
gejala dan tanda yang paling sering dijumpai pada penderita
UntungJawa lagun, kobakan -- —
malaria di kepulauan Seribu. Hal ini tidak banyak berbeda,
Tidung — — — seperti yang ditemukan di R.S. Chonburi, Thailand9. Hanya
Lancang kolam ikan yang tak terpakai + — pucat lebih banyak ditemui di kepulauan Seribu (73,7%)
Kelapa lubang galian + — dibandingkan di Thailand (24,5%), mungkin faktor gizi se-
Rambut lagun, kobakan — — tempat sangat mempengaruhi. Gejala-gejala tersebut dapat
+*
dipakai sebagai patokan oleh masyarakat maupun kader
Pari lagun +
untuk berperan aktif dalam penemuan penderita secara dini.
Keterangan : P. falciparum resisten terhadap klorokuin ditemukan,
* A. sundaicus dan A. subpictus. walaupun hanya pada 1 kasus yang diperkirakan mendapat
** Jenis sarang nyamuk dari masing-masing pulau 1 buah, kecuali di infeksi di p. Karimata. Oleh sebab itu perlu dilakukan pe-
P. UntungJawa terdapat 2 buah kobakan.
nelitian sensitivitas P. falciparum terhadap obat-obat anti-
malaria di daerah p. Karimata untuk mendukung data resis-
yang didapatkan dari laporan-laporan Dinas Kesehatan DKI
tensi tersebut. Pada tahun 1981, FKUI juga menemukan
Jakarta (grafik 1) menunjukkan bahwa pada tahun 1981, 2 kasus P. fakiparum dari p. Untung Jawa yang resisten
kepulauan Seribu pernah mencapai SPR 20,9%. Antara tahun terhadap klorokuin3. Dengan demikian pengobatan malaria
1982 s/d 1987 tidak ada data. Walaupun SPR 1988 hasil P. falciparum perlu diawasi keberhasilannya, dan dipersiap-
penelitian hanya 1,5%, hal ini membuktikan bahwa malaria kan obat-obat pengganti klorokuin (Fansidar®, kina, dan
masih ada di kepuluaan Seribu. lain-lain). Untuk menghindarimeluasnya strain P. falciparum
Mungkin yang sangat menarik adalah bahwa semua kasus yang resisten terhadap klorokuin perlu pengamatan penyakit
malaria tersebut kemungkinan besar merupakan kasus import malaria yang baik, berkesinambungan, dan pembatasan peng-
dari daerah malaria (p. Bangka, p. Karimata, p. Belitung, gunaan obat antimalaria lain hanya untuk kasus-kasus yang
Kalimantan Barat, dan Lampung Selatan) yang mereka sing- resisten klorokuin.
gahi waktu menangkap ikan. Hal ini diperkuat bahwa kasus Adanya sarang nyamuk potensial dan vektor malaria
malaria tersebut hanya pada laid-laid muda yang pekerjaannya A. sundaicus dan A. subpictus, dapat menimbulkan "redakan"
nelayan, tidak ditemukan pada orang tua, wanita dan anak- seperti tahun-tahuii sebelumnya (1971, 1977, 1978 dan 1981).
anak yang umumnya tinggal di tempat. Di samping itu basil Oleh sebab itu peran serta masyarakat baik dari penduduk,
penelitian imunologi dengan cara IFA terhadap 170 serum atau pegawai dan pengelola wisata, sangat diperlukan untuk
Tabel 3. Hasil Pemeriksaan Darah dan Limpa dari desa Malao, Kecamatan Paga (22 tinggi yaitu 21,8% (tabel 6).
Nopember 1989) Hasil penangkapan nyamuk yang di.
lakukan pada jam 18.00 — 22.00 adalah :
Golongan Jumlah Limpa SR Diperiksa Jumlah PR Spesies
• di dalam rumah diketemukan :
umur besar darah positif P.f P.v P.m Mix An. vagus, An. aconitus.
0-11bln — — — 21 4 19,0 3 1 — — • di luar rumah diketemukan .
12 -23 bln — — — 48 15 31,1 5 10 — — An. vagus, An aconitus,
2 -4 th 83 9 10,8 83 25 30,1 17 8 — — An. maculatus dan An.
5 -9 th 147 6 4,1 147 35 23,8 21 14 — — inefnitus.
Jumlah 230 15 6,5 299 79 26,4 46 33 — —
Tabel 5. Hasil pemeriksaan Darah dan Limps dari desa Korowuwu, Kecamatan Lela (21
Desa Korowuwu : Merupakan desa ke Nopember 1989).
dua yang mewakili Daerah Pantai Selatan. Golongan Jumlah Limpa SR Diperiksa Jumlah PR Spesies
Desa ini juga terdiri dari 3 dusun yang te- umur besar darah positif P.f P.v P.m Mix
letak di pantai sampai pedalaman yaitu
0 - 11 bin — — — 11 1 9,1 — 1 — —
: dusun Nanga dan Dihit yang terletak 12 - 23 bin — — — 6 1 16,7 1 — — --
di daerah pedalaman dan dusun Patemoa 2-4 th 29 0 0 29 9 31,0 6 3 — —
yang terletak di tepi pantai. 5 -9 th 94 15 15,9 94 17 18,1 12 5 — —
Dusun Patemoa terdiri dari 105 KK. 10 - 14 th 0 0 0 1 0 0 — — — —
Puskesmas terdekat dengan dusun Patemoa 15 th lebih 0 0 0 29 1 3,4 1 — — —
adalah Puskesmas Nanga. Data malaria klinis
dari Puskesmas untuk desa Korowuwu ter
lihat dalam tabel 4. Dalam tahun 1989 (bulan Januari sampai de- • Di sekitar kandang An. vagus, An aconitus.
ngan Oktober) terlihat bahwa penderita malaria kliis terbanyak Di sini terlihat bahwa An. Vagus dan An. aconitus diketemu-
diketemukan dalam bulan Januari, kemudian menurun sampai kan di dalam/diluar rumah maupun di sekitar ternak.
dengan bulan Mei. Bulan Juni meningkat lagi sampai dengan Desa Masebewa : Merupakan wakil Daerah Pedalaman ke
dua.Terletak + 12 km dari pantai Selatan. Data malaria dari
bulan Oktober.
daerah ini tidak ada, tetapi dari data keseluruhan Kecamatan
Di dusun ini diketemukan pula lagoon, tetapi pada saat
Paga, anak malari acukup tinggi yaitu rata-rata 39 – 43%
peninjauan ke lapangan lagoon tersebut sedang dibuka oleh untuk tahun 1988 dan 1989. Jumlah penduduk adalah 1715
penduduk sehingga air mengalir ke laut dan tidak diketemu- jiwa.
kan larva nyamuk. Menurut keterangan penduduk setempat, Desa ini dilalui oleh sungai Loworoga yang mengalir se-
bila lagoon tidak dibuka, banyak diketemukan larva nyamuk panjang tahun, sepanjang sungai terdapat persawahan yang
Tabel 4. Penderita Malaria Klinis dari desa Korowuwu, Kecamatan dapat pula berlaku sebagai tempat perindukan vektor malaria.
Lela (Januari – Oktober 1989). Dari hasil survai malaria diketemukan data : SPR (2-9 th)
sangat tinggi yaitu 44,4 dan SR (2-9 th) 7,7% (tabel 8).
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Total
Dewa Watumilok : Wakil dari Daerah Pantai Utara ini ter-
Kunjungan 826 747 408 594 . 532 475 428 420 447 345 5222 letak + 6 km dari Maumere. Di desa ini terdapat 2 buah
Penderita 246 200 112 135 141 155 189 186 151 132 1647 lagoon yang dapat menjadi tempat perindukan vektor se-
% 30 27 27 23 27 33 44 44 34 38 32 panjang tahun. Dari pengumpulan larva diketemukan adanya
larva dari An. Subpictus dengan kepadatan 2,3 larva per-
dan biasanya juga diikuti dengan mening Tabel 5. Hasil Pemeriksaan Darah dan Limps dari desa Tilang, Kecamatan Nita (20
katnya penderita malaria, sehingga pendu- Nopember 1989).
duk dengan kesadaran sendiri akan mem- Golongan Jumlah Limpa SR Diperiksa Jumlah PR Spesies
buka lagoon tersebut untuk dialirkan ke laut. umur besar darah positif P.f P.v P.m Mix
Dari survai malaria didapatkan data se-
0 - 11 bin — — — 15 10 66,7 9 1 — —
Perti terlihat dalam tabel 5, yaitu SPR
12 - 23 bin — — — 10 5 50,0 4 — — 1
(2-9 th) 21,1 dan SR (2-9 th) 12,2%. 2-4 th 12 0 0 12 8 66,7 6 — — 2
Desa Tilang : Merupakan wakil Daerah 5 -9 th 98 24 24,5 98 34 34,0 33 1 — —
Pedalaman. Data malaria dari desa ini tidak 10 - 14 th 0 0 0 3 0 0 — — — —
ada, tetapi daari data keseluruhan Kecamat- 15 th lebih 0 0 0 36 2 5,6 — 1 — 1
an Nita, terlihat bahwa penderita mala- Jumlah 110 24 21,8 174 59 33,9 52 3 — 4
ria klinis rata-rata untuk tahun 1988 mau-
Gambar 7.. Penangkapan nyamuk di Oka 1980, 1981, 1981 (Resting pagi)
Usman Suwandi
Pusat Penelitian danPengembangan P.T. Kalbe Farma, Jakarta
ABSTRAK
Kusnindar, SKM
Pusat Penelitian Ekologi Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Departemen Kesehatan R.I., Jakarta
ABSTRAK
Penyebab infertilitas suatu pasangan usia subur dapat terletak pada pihak pria,
wanita atau bersama-sama. Analisis semen sampai saat ini merupakan primadona dalam
penanganan infertilitas pada pria. Berdasarkan hal itu maka tatacara penanganan infertili-
tas pria dapat didekati berdasarkan basil analisis semen saja dan etiologi kausatif.
Meskipun demilcian penanganan pasangan infertil tidak dapat berdiri sendiri tetapi
tetap hams merupakan satu kesatuan.
ILMU KEDOKTERAN
ternyata tidak terdapat perbedaan ber- tiskemik; untuk itu telah dicoba suatu Hk
makna dalam hal length of survival; obat penyekat kalsium yang baru –
bahkan kualitas hidup lebih baik di ka- lidoflazine – path 520 pasca henti jan-
tungyang tetapkoma, secarabuta-ganda. ZIDOVUDIN UNTUK AIDS
langan pasien yang diobati secara me- Penelitian atas pasien AIDS di Mary-
dik. Para pasien menerima 1 mg/kgbb
lidoflazine sebagai dosis awal, disusul land, AS, menunjukkan bahwa terdapat
N. Engl. J. Med 1991; 324 : 1180-5 dengan 0,25 mg/kgbb setelah 8 dan 16 peningkatan survival dikalangan pasien
HK jam; atau plasebo dengan cara pem- yang didiagnosis antara tahun
berian yang sama. 1987–1989 sebanyak 140 hari bila di-
PREDISPOSISI ASMA bandingkan dengan para pasien yang
Penelitian atas 63 bayi normal de- Ternyata di antara kedua kelompok
tersebut, tidak ada perbedaan bermakna didiagnosis antara 1983–1985 (450 vs.
ngan usia rata-rata 4,5 minggu, menun- 310 hari).
jukkan bahwa peningkatan reaktivitas dalam hal angkakematian setelah 6bulan
(82% pada kelompok terapi, 83% pada Faktor yang memperbaiki prognosis
jalan nafas terhadap histamin meningkat ialah usia kurang dari 45 tahun, berkulit
pada bayi yang keluarganya mempu- kelompokplasebo),dalam jumlahpasien
yang hidup dengan pemulihan fungsi putih, pria dan di antara orang-orang
nyai riwayat asma dan pada bayi yang yang tertular melalui hubungan homo-
orangtuanya merokok. serebral (15,5% vs. 13%) dan yang hidup
dengan defisit neurologik berat (1.2% seksual; faktor lain yang dianggap pa-
Hasil tersebut menunjukkan bahwa ling kuat ialah penggunaan zidovudin;
peningkatanreaktivitas jalan nafas dapat vs. 1.9%).
Percobaan ini menunjukkan bahwa pengguna zidovudin mempunyai me-
ditemukan sejak usia dini, dan faktor dian survival selama 770 hari, di-
yang mempengaruhinya ialah riwayat pemberian lidoflazine tampaknya tidak
bermanfaat. bandingkan dengan hanya 190 hari di
keluarga dan orangtua perokok. kalangan pasien yang tidak mendapat
N. Engl. J. M e d 1991; 324 : 1168-73 N. Engl. J. Med 1991; 324 :1225-31 obat tersebut.
HK Hk
N. Engl. J. Med 1991; 324 : 1412-6
Hk
EFEK KARSINOGENIK ETILEN
ALERGI PEMSILIN ? OKSID
Alergi terhadap penisilin sering Etilen oksid adalah gas yang
dikemukakan oleh para pasien; untuk digunakan untuk sterilisasi alat-alat
menilai kebenarannya, 175 pasien de- medik, tetapi penelitian di Swedia telah
ngap riwayat alergi penisilin diperiksa menunjukkankemungkinan adanya sifat