You are on page 1of 9

Bupati Dukung Perkebunan di Perbatasan Dikirim : 07 Agustus 2008

"Pembangunan kawasan perbatasan pada sektor perkebunan sangat positif, tetapi yang harus diperhatikan adalah RTRW yang sudah ada. Jadi, semua itu harus dilakukan secara selektif," sebut Marthin Billa menjawab pertanyaan wartawan tentang rencana membuka perkebunan sepanjang 5 lima kilometer dari areal perbatasan. Dikatakan Marthin Billa, rencana pemerintah untuk membangun perkebunan di perbatasan negara sebagai sabuk pengamanan wilayah (green belt) tentunya harus memiliki konsep yang jelas. Selain itu juga harus ada feasibility study terhadap program Tersebut. Kemudian pada kawasan mana rencana lahan perkebunan trsebut akan dibangun supaya tidak ada pandangan bahwa program perkebunan tersebut akan merusak hutan. Kawasan wilayah hutan lindung dan kawasan produksi juga harus dibedakan. "Jadi, harus ada batasan yang jelas. Saya kira kalau perencanaannya baik, tidak akan merusak kawasan hutan yang ada," ungkapnya. Bupati juga mengatakan, dengan adanya perkebunan tersebut berarti Pemkab juga dapat mengamati, mengawasi kondisi hutan yang selama selalu diributkan karena jadi jarahan cukong kayu dari negara tetangga. Itu bisa terjadi dan bisa saja belum tentu terjadi, karena harus diakui di daerah perbatasan terutama daerah perbatasan Malinau tidak ada jalan dan pesawat khusus yang mengawasi daerah itu. "Di daerah perbatasan itu kondisi hutannya masih hutan rimba," sebutnya. Oleh karena itu, lanjut dia, tidak ada jalan lain untuk memajukan perbatasan kecuali dilakukan pembangunan dengan konsep yang benar-benar matang. Baik itu jenis perkebunan karet, sawit, maupun yang lainnya yang cocok dengan kondisi alam dan lahan yang ada di wilayah tersebut juga harus diperhitungkan dengan baik. Karena dengan adanya pola perkebunan tersebut nantinya akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat di daerah pedalaman dan perbatasan. "Pertama, jalan dulu yang dibangun. Itu harus, karena

menyangkut segi keamanan dan ekonomi. Tetapi tetap harus ada Amdal dan feasibility study dan sesuai tata ruang wilayah baik daerah provinsi maupun pusat," sebutnya.

DIKUTIP DARI KALTIM POST, KAMIS, 7 AGUSTUS 2008

Kelapa Sawit Sebagai Potensi Bisnis Perkebunan Kalimantan

Pulau Kalimantan memang dianugerahi berbagai macam sumber daya alamnya dan lahan perkebunan yang luas. Kelapa sawit salah satunya. Usaha perkebunan kelapa sawit merupakan potensi bisnis perkebunan kalimantan yang sangat menguntungkan. Kelapa sawit sangat bermanfaat mulai dari industri makanan sampai industri kimia. Industri makanan mentega, shortening, coklat, additive, ice cream, pakan ternak, minyak goreng, produk obatobatan dan kosmetik, krim, shampoo, lotion, pomade, vitamin and beta carotene juga memerlukan minyak sawit. Industri berat dan ringan, industri kulit (untuk membuat kulit halus dan lentur dan tahan terhadap tekanan tinggi atau temperatur tinggi), cold rolling and fluxing agent pada industri perak, dan juga sebagai bahan pemisah dari material cobalt dan tembaga di industri logam juga membutuhkan bahan baku dari hasil kelapa sawit. Bahkan minyak sawit dibutuhkan juga untuk industri kimia seperti detergen, sabun, dan minyak. Sisa-sisa dari industri minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan bakar boiler, bahan semir furniture, bahan anggur. Produk Utama Kelapa Sawit Produk turunan CPO bisa dipasarkan untuk perusahaan yang memproduksi minyak goreng kelapa sawit, margarine, shortening, vanaspati (Vegetable ghee), ice creams, bakery fats, instans noodle, sabun dan detergent, cocoa butter extender, chocolate dan coatings, specialty fats, dry soap mixes, sugar confectionary, biskuit cream fats, filled milk, lubrication, textiles oils dan bio diesel. Produk turunan minyak inti sawit bisa dipasarkan untuk perusahaan yang memproduksi shortening, cocoa butter substitute, specialty fats, ice cream, coffee

whitener/cream, sugar confectionary, biscuit cream fats, filled mild, imitation cream, sabun, detergent, shampoo dan kosmetik. Ampas Tandan Kelapa Sawit Bisa Dimanfaatkan Selain minyaknya, ampas tandan kelapa sawit merupakan sumber pupuk kalium dan berpotensi untuk diproses menjadi pupuk organik melalui fermentasi (pengomposan) aerob dengan penambahan mikroba alami yang akan memperkaya pupuk yang dihasilkan. Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) bisa dimanfaatkan sebagai alternatif pupuk organik, pupuk kompos maupun pupuk kalium. Fungsi lain TKKS juga sebagi bahan serat untuk bahan pengisi jok mobil dan matras, dan polipot. Pelepah pohon dan CPO dapat dijadikan ekstrak untuk Vitamin E. Batang pohon dapat dijadikan fiber board untuk bahan baku mebel, kursi, meja, lemari dan sebagainya. Ampas tandan/buangan sisa pabrik dapat dijadikan serbuk pengisi kasur, bantalan kursi, dan sebagainya. Pasar Kelapa Sawit Secara historis pertumbuhan produksi minyak sawit dunia selama dua dasawarsa terakhir ini mengalami kenaikan sekitar 7,3% pertahun. Perkembangan minyak sawit dunia ini sangat dipengaruhi oleh produksi minyak sawit dari negara Malaysia dan Indonesia yang memberikan kontribusi sebesar 80% dari produksi dunia. Berdasarkan data Oil Word diperkirakan produksi CPO lima tahun ke depan akan meningkat tapi lebih kecil dibandingkan dengan konsumsi masyarakat dunia. Tingkat produksi CPO dunia masih dikuasai oleh Malaysia dengan pengusaan 50% market dunia, sedangkan Indonesia berada pada tingkat kedua dengan 30% penguasaan market dunia. Saat ini Indonesia dan Malaysia merupakan produsen utama CPO dunia dengan menguasai lebih dari 80% pangsa pasar.

Aug 12

Perkebunan Karet kalimantan Timur Posted by Admin on uncategorized

Tanaman Karet di Kalimantan Timur merupakan komoditi tradisional yang sudah relatif lama diusahakan sebagai perkebunan rakyat, namun karena pengaruh harga yang berfluktuasi sangat tajam usaha perkaretan beberapa waktu yang lalu sempat ditinggalkan oleh petani perkebunan untuk beralih kepada usaha lain yang dianggap lebih menguntungkan. Namun saat ini seiring dengan semakin membaiknya harga karet di pasaran komoditi karet kembali banyak diusahakan oleh masyarakat dan di beberapa tempat komoditi tersebut merupakan sumber mata pencaharian utama masyarakatnya. Luas areal pertanaman karet saat ini (Angka Tetapi tahun 2009) tercatat seluas 75.924,50 Ha yang terdiri dari areal perkebunan rakyat 68.634 Ha, perkebunan besar negara sebesar 700 Ha dan perkebunan besar swasta 6.590,50 Ha dengan produksi seluruhnya berjumlah 49.620,50 ton. Produk tersebut pada umumnya dipasarkan ke Banjarmasin untuk kebutuhan pabrik Crumb Rubber. Pusat pertanaman karet terbesar berada di Kabupaten Kutai Barat (Kecamatan Melak dan Barong Tongkok) yang dikembangkan oleh petani pekebun melalui proyek TCSSP bantuan dari Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB). Areal penanaman karet lainnya yang cukup luas berada di Kecamatan Palaran dan Samarinda Ilir (Kota Samarinda), Kecamatan Balikpapan Timur dan Balikpapan Utara (Kota Balikpapan), Kecamatan Segah dan Talisayan (Kabupaten Berau), Kecamatan Tanjung Selor (Kabupaten Bulungan), Kecamatan Kota Bangun, Marang Kayu, Samboja dan Muara Badak (Kecamatan Kutai Kartanegara). Selain itu juga terdapat kebun plasma milik petani pekebun di Kecamatan Long Kali (Kabupaten Paser) dan di Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten Kutai Kartanegara) yang kedua duanya merupakan binaan dari PTPN XIII. Perkebunan Karet milik perkebunan besar swasta terletak di Kabupaten Penajam Paser Utara milik PT. Majapahit Agroindustri Corp Ltd dan di Kabupaten Kutai Kartanegara milik PT. Hasfarm Product.

Kamis, 02 April 2009


Pengupahan di Perkebunan dalam Perspektif Sejarah Pendahuluan Bagi buruh upah merupakan sumber penghasilan utama dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Besar kecilnya upah akan sangat menentukan kelangsungan hidup sekaligus ukuran kepuasan dan kesejahteraan mereka. Pencapaian kepuasan dan kesejahteraan mereka tercermin dari kemampuan (daya beli) upah yang mereka terima memenuhi berbagai kebutuhan mereka. Sepanjang sejarah perkebunan di Sumatera Utara yang telah menyulap hutan belantara menjadi lautan gemerlap dollar belum ada perubahan struktural perbaikan nasib buruhnya. Hanya saja perlu dicatat bahwa secara konseptual masa orde Lama telah meletakkan dasar pengupahan berbasis kesejahteraan, namun kurang mendapat dukungan dari pengambil keputusan kebijakan dan pengelolaan managemen perkebunan waktu itu sehingga kandas di tengah jalan. Yang muncul adalah wajah perkebunan yaitu dualisme ekonomi sesuai dengan sinyalemen Gertz, di satu sisi tersedianya tanah dan tenaga kerja yang murah dan di sisi lain adanya penanaman modal asing yang sangat besar serta pemasaran berorientasi pada kebutuhan pasar internasional tentu dengan keuntungan yang sangat besar dibandingkan dengan upah yang mereka berikan pada buruh.

Letak Strategis Kalimantan Tengah Cocok untuk Investasi Bidang Perkebunan


Luas Propinsi Kalimantan Tengah 153.568 Km (15.356.800 Ha). Diproyeksikan lahan yang sesuai untuk pengembangan perkebunan adalah seluas 3.139.500 Ha. Dari hasil penelitian studi pengembangan perkebunan yang dilakukan oleh IPB, tanaman perkebunan yang direkomendasikan untuk dikembangkan adalah karet, kelapa, kelapa sawit, lada, kopi, cengkeh, kakao dan tebu. Luas Propinsi Kalimantan Tengah mencapai 153.564 Km2 yang merupakan Propinsi ketiga terbesar di Indonesia setelah Propinsi Irian Jaya dan Propinsi Kalimantan Timur. Luas wilayah terdiri dari hutan belantara: 126.200 km2, Rawa-rawa : 18.115 km2, sungai, danau dan genangan : 4.563 Km2 dan Tanah lainya : 4.686 Km2.

Letak Propinsi Kalimantan Tengah sangat strategi yaitu dekat dan berhadapan dengan Pulau Jawa, hal ini sebagai sarana penghubung interkoneksi antara Propinsi-Propinsi lainnya di Pulau Kalimantan. Propinsi ini mempunyai potensi dan berprospek baik untuk kegiatan pengembangan perekonomian pulau Kalimantan dimasa yang akan datang. Komoditas perkebunan yang dikembangkan di Kalimantan Tengah tercatat 14 jenis tanaman, dengan karet dan kelapa sebagai tanaman utama perkebunan rakyat (342.011 Ha/50%, 68.938 Ha/10,2%) dan kelapa sawit sebagai komoditi utama perkebunan besar yang dikelola oleh para pengusaha perkebunan baik sebagai Perkebunan Besar Swasta Nasional/Asing ataupun PIR-Bun KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya). Para pengusaha perkebunan juga mengembangkan tanaman karet, kakao dan lada, namun tidak berkembang sejak tahun 1995.

Daerah di Aceh Tengah dan Bener Meriah dikenal sebagai karena kebun kopinya yang luas dengan jenis kopi Arabica dan Robusta . Kebanyakan kopi dari daerah ini diekspor ke luar negeri, terutama pangsa pasar Eropa. Ada 3 perusahaan asing yang mengelola produksi kopi di daerah ini yaitu Holland Coffee Bv dan PT. Indocafco dan Aceh Coffee Company. (disadur dari berbagai sumber)

Karet Indonesia Berpotensi Rajai Industri Dunia


Kamis, 23 Juni 2011 19:14 WIB REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA Thailand masih dikenal sebagai produsen karet nomor satu di dunia. Namun, ketua Asosiasi Himpunan Tanah Indonesia, Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, tahun ini kapasitas produksi karet di negara tersebut sudah mentok. Pasar karet dunia akan tergantung pada Indonesia pada 2015 nanti, ungkapnya kepada Republika, Kamis (23/6). Di Thailand, 2,2 juta hektare lahan karet yang dikelola secara intensif menghasilkan 3,2 juta ton karet. Sedangkan di Indonesia, dengan 3,2 juta hektare lahan biasa sudah menghasilkan karet di atas angka Thailand. Produktivitasnya sekarang terus merangkak naik, lanjut Didiek yang merangkap anggota Komite Penanaman Modal Bidang Agribisnis, Badan Koordinasi Penanaman Modal. Industri karet, sejak 2005, sudah diprediksi menjadi industri perkebunan nomor satu di Indonesia. Kondisi tersebut dibenarkan Sekretaris Jenderal Kementerian Kehutanan Hadi Daryanto. Bila ditambah dengan moratorium hutan, investasi kayu karet akan menjadi andalan. Masih ada 35,4 juta hektare lahan yang boleh ditanami hutan tanaman berbagai jenis, termasuk karet, kata Hadi saat diwawancarai di ruangannya, Kamis (23/6). Tanaman karet tidak bertentangan dengan moratorium karena masih memiliki fungsi hutan. Nilai ekonomi karet di Indonesia terus meningkat. Luasan lahan karet sebesar 0,2 hektare saja menyerap satu orang tenaga kerja. Satu hektare lahan sawit hanya menghasilkan 10 15 juta ton, sedangkan karet menghasilkan dua kali lipatnya.

Mei 2011 lalu, tambah Didiek, harga satu kilogram karet kering di Indonesia mencapai 6,6 US Dollar. Ini merupakan harga tertinggi sepanjang sejarah, ungkapnya.

You might also like