You are on page 1of 4

KHASIAT DAUN GEDI Jakarta, 7 Agustus 2010 (Business News) Daun gedi (aibika, Abelmoschus manihot) masih satu

genus dengan okra (Abelmoschus esculentus). Di Indonesia, okra masih merupakan sayuran yang tidak terlalu dikenal oleh masyarakat luas. Maka bisa dimaklumi daun gedi juga tidak banyak diketahui oleh ibu-ibu rumah tangga. Lain halnya, jika kita membicarakan daun gedi di kalangan masyarakat Manado. Daun gedi yang juga dikenal sebagai Gidi, Nating, Lyondong, Kuei, Maree, atau Degi, adalah sayuran "wajib" untuk bubur manado, khususnya bubur tinutuan. Biasanya bubur manado hanya diberi sayuran kangkung, daun singkong, bayam, jagung muda dan lain-lain. Khusus bubur tinutuan, mutlak harus menggunakan daun gedi. Maka, kemudian banyak warga Manado (orang Mongondow) di luar kota Manado, terutama yang tinggal di kota-kota besar di Jawa, yang menanam daun gedi di halaman rumah mereka. Banyak di antaranya yang menanam gedi di dalam pot. Ternyata bukan hanya warga Manado yang suka daun gedi. Soeharto, Presiden RI ke-2, juga menyukai daun gedi. Soeharto menanam dan merawat sendiri tanaman gedi di halaman belakang rumahnya di Jl. Cendana, Jakarta. Soeharto yang orang Jawa itu menyukai daun gedi sebagai herbal. Dia rutin memetik sendiri daun gedi yang ditanamnya, minta untuk direbuskan, dan meminum air rebusannya. Khasiatnya? Daun gedi kaya vitamin A, fe, dan serat yana baik untuk pencernaan. Kolagen dalam daun gedi berkhasiat antioksidan, dan menjaga kesehatan kulit. Serat daun akan menyerap kolesterol dan lemak, hingga savur ini diyakini dapat membantu menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi. Tahun 1992, Jeni Tresnabudi, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung (FMIPA, ITB), telah melakukan penelitian terhadap daun gedi, dengan judul Pemeriksaan Kandungan Kimia Daun Gedi, dengan pembimbing Dr. Iwang Soediro. Jeni telah melakukan isolasi senyawa flavonoid dari fraksi n-butanol daun gedi. Ekstraksi simplisia dilakukan dengan metode ekstraksi panas menggunakan alat soxhlet, pelarut etanol, dilanjutkan dengan ekstraksi cair dengan menggunakan pelarut metilen klorida, etil asetat, dan n-butanol secara berturut-turut. Kemudian fraksi n-butanoi yang diperoleh dipisahkan dengan kromatografi kolom, dilanjutkan dengan kromatografi lapis tipis preparatif dengan menggunakan pelarut campuran klorofom-metanol dengan komposisi (9010) hingga diperoleh isolat. Karakterisasi isolat secara spektrofotometri UV menghasilkan puncak pada panjang gelombang 274 nm yang merupakan ciri dari senyawa isoflavon dan kromatografi kertas 2 dimensi yang menunjukkan letak noda ada pada daerah isoflavon. Dari penelitian itu, Jeni Tresnabudi mengidentifikasi adanya senyawa

flavanoid dalam daun gedi. Salah satu senyawa itu diduga sebagai kelompok flavon dan flavonol 3 - OH - tersubstilusi. Selain itu juga ditemukan adanya asam kafeatasain P - hidroksi benzoat dan empat asam fenolat lain. Dari empat asam fenolat itu, tiga diantaranya diduga sebagai asam ferural, asam siringat, dan asam klorogenat. Secara kolektif, flavanoid juga dikenal sebagai Vitamin P dan Citrin. Dalam dunia farmasi, flavanoid dikenal sebagai zat antioksidan, yang bisa mengurangi risiko terkena serangan jantung. Flavanoid dalam daun gedi juga berpotensi untuk mencegah, bahkan menghambat dan membunuh sel kanker. Potensi inilah yang sampai sekarang masih banyak diteliti oleh para ahli farmasi. Namun demikian, penggunaan daun gedi, baik sebagai sayuran dalam bubur manado, maupun dengan cara merebus dan meminum airnya, tetap bisa dilakukan secara teratur. Pemanfaatan daun gedi sebenarnya tidak hanya sebatas dilakukan oleh masyarakat Manado, melainkan juga oleh orang Filipina, Taiwan, China, Korea, dan Jepang. Di negara-negara ini, daun gedi bukan hanya dimanfaatkan sebagai campuran bubur, melainkan sebagai sayuran biasa, serta bahan obat tradisional. Daun gedi adalah perdu berkayu yang hanya akan mencapai ketinggian sekitar 3 sampai 4 meter. Batang tanaman berkayu, namun berlubang di bagian tengahnya. Daun gedi bertangkai dan berbentuk menjari seperti daun singkong dan pepaya. Bunga gedi berbentuk seperti bunga sepatu, bermahkota lima, berwarna kuning cerah, dengan bagian tengahnya bergradasi ungu. Karena bunganya sepintas mirip bunga sepatu,, maka tanaman gedi sering dikclirukan sebagai genus Hibiscus. Bahkan sampai sekarang, masih banyak literatur yang menyebut gedi dengan nama latin Hibiscus manihot, bukan Abeimoschus manihot. Padahal gedi bukan satu genus dengan bunga sepatu, melainkan dengan sayuran okra. Gedi mudah sekali dibudidayakan. Tanaman ini bisa tumbuh baik mulai dari dataran rendah, sampai ke ketinggian 1000 m. dpl. Perbanyakan tanaman dengan setek batang, seperti pada singkong. Pertumbuhan tanaman gedi sangat pesat, hingga tanpa pemangkasan atau pemetikan daun secara rutin, tajuknya akan menjadi sangat rimbun. Ketika ditanam dalam pot, akar tanaman gedi juga akan cepat memenuhi media pot tersebut. Itulah sebabnya repotting harus dilakukan rutin sekitar 0,5 tahun sekali. Sepintas tanaman gedi mirip dengan chaya Cnidoscolus aconitifolius), sayuran ajaib Bangsa Maya dari Semenanjung Yucatan, Meksiko. Padahal kalau diperhatikan dengan cermat, dua tanaman ini sangat banyak perbedaannya. (R)
http://bataviase.co.id/node/333755

Rahasia sehat dg memanfaatkan khasiat daun gedi Daun Gedi, yang juga dikenal dengan nama Sayur Yondok, memiliki nama latin, yaitu Hibiscus Manihot L. Di negara lain, daun gedi memiliki nama seperti: Lagikuway (Philipina), Po fai (Thailand), dan Edible hibiscus (Inggris). Tanaman ini sangat mudah untuk tumbuh dan diperbanyak. Cukup patahkan batangnya dan langsung ditanam (stek) di media tanah yang gembur, maka pohon Gedi itu akan bertumbuh dengan cepat dan subur. Ada yang menarik dari tanaman ini. Kita bisa menyetek batang yang muda, bukan hanya batang yang cukup tua, tidak seperti batang singkong yang batangnya harus cukup tua. Apabila terdapat daun di batang yang kita stek, daunnya tidak akan layu dan mati, tetapi akan tetap terlihat segar dan akan ikut bertumbuh bersama daun-daun baru yang segera keluar beberapa hari kemudian. Berbeda dengan tumbuhan lain yang kalau disetek, daun bawaan di batang akan layu dan mati. Tinggi tanaman bisa mencapai dua meter, dan jika ditanam di tanah yang subur, bisa mencapai tiga meter atau lebih, dengan daun yang sangat rimbun. Warna daunnya hijau dan sepintas mirip daun pepaya (untuk daun berukuran lebar) atau daun singkong (untuk daun berukuran sedang), atau mariyuana (untuk daun berukuran kecil), karena daunnya berbentuk 5 jari. Orang Manado khususnya dari Bolaang Mongondow, termasuk yang ada di perantauan sering menanam daun gedi ini di pekarangan rumah atau pot agar sewaktu-waktu bila ingin memasak sudah tersedia. Daun Gedi merupakan sayur khas di Sulawesi Utara khususnya Bolaang Mongondow. Banyak resep untuk mengolah daun ini menjadi sayur. Daun Gedi bisa di rebus biasa tanpa campuran apapun atau dengan tambahan bumbu khas lainnya seperti garam, atau menjadi bagian makanan lain seperti Bubur Manado. Daun Gedi biasa juga dimasak dengan santan yang akan ditambah rebung (oyobung), ubi talas (bete), dan ikan asin (ikang garam). Bagi orang asli Manado atau Bolaang Mongondow makan Bubur Manado (tinutuan) tidak lengkap jika tidak ditambahkan daun gedi ini sebagai campuran. Daun gedi mempunyai fungsi sebagai penambah rasa gurih serta mengentalkan karena mengandung lendir (saponin) seperti halnya daun lidah buaya atau mengkudu. Daun gedi juga kaya akan vitamin A, zat besi dan serat yang baik untuk saluran pencernaan. Kolagen yang terkandung di dalam daun ini juga bermanfaat sebagai antioksidan dan untuk memelihara kesehatan kulit dan melancarkan peredaran darah. Mungkin karena banyak mengandung serat sehingga mampu mengikat kolesterol dan lemak untuk dikeluarkan dari tubuh. Sehingga banyak orang berpendapat bahwa sayur ini dapat membuat orang langsing dan membantu menurunkan kadar kolesterol dan hipertensi. Bahkan ada kesaksian dari seseorang yang ginjalnya divonis untuk dioperasi karena batu ginjalnya sudah mengeras, tetapi karena tidak punya dana, dia hanya meminum air

rebusan daun Gedi ini selama beberapa minggu, dan ternyata bisa terbebas dari sakitnya. Sayangnya belum ada penelitian khusus tentang kelebihan dari daun Gedi ini. Misalnya, mungkinkah daun Gedi mengandung serotonin seperti halnya Mengkudu, karena sama-sama memiliki lendir saponin yang mirip? Kita tahu bahwa serotonin membantu tubuh mengatasi depresi, meningkatkan mood yang membuat kita merasa lebih damai. Saya sendiri, secara rutin yaitu seminggu sekali, akan merebus daun Gedi dan meminumnya sebelum tidur malam hari. Khasiat yang saya alami adalah tidur yang nyenyak dan buang air besar yang lancar pada paginya. Beberapa waktu yang lalu, saya menemani dokter tua yang spesialis memasukkan formalin ke tubuh orang yang baru meninggal. Dari pembicaraan dengan dokter tersebut, saya mengetahui bahwa penyakit stoke dan jantung adalah penyebab terbanyak dari kematian. Selain itu saya mengetahui bahwa ada 3 suku di Indonesia yang paling banyak meninggal akibat penyakit yang disebabkan oleh tingginya kolesterol itu. Yang mengherankan, suku Manado yang terkenal pemakan apa saja yang juga dimakan oleh ketiga suku di atas tidak termasuk ke dalam 3 suku terbanyak meninggal karena stroke dan jantung. Dengan menggunakan analisa korelasi, lalu saya berpikir apakah ada peranan daun Gedi dalam membantu memelihara kesehatan orang-orang dari suku Manado yang masih menghargai daun Gedi ini? Sayangnya, banyak teman-teman saya dari suku Manado, mulai jarang mengonsumsi daun Gedi ini. Semoga artikel ini mengingatkan mereka dan juga kita semua, mengenai betapa baiknya Tuhan yang telah menyediakan berbagai tumbuhan yang berguna bagi kesehatan kita, termasuk daun Gedi yang kita bahas pada kesempatan ini. Mari mulai menanam pohon Gedi di halaman kita, dan secara rutin mengonsumsinya. Apabila Anda memiliki tetangga dari suku Manado, sangat mungkin mereka menanam pohon Gedi ini. Minta dari mereka, dan tanamlah di pekarangan Anda. Atau Anda bisa datang ke GPIB Sangkakala di kompleks Kodam Kebun Jeruk, karena ada banyak tanaman ini di situ. Jadikan pekarangan kita sebagai apotik hidup. Robert Tampubolon
http://rahasiasehatdankaya.blogspot.com/2010/06/rahasia-sehat-denganmemanfaatkan.html

You might also like