You are on page 1of 6

C. Zakat Penghasilan Jenis barang yang dikenakan wajib zakat atas dasar besarnya penghasilan.

Dalam arti hasil produksi dikalikan harganya, kemudian besarnya penghasilan kotor dikurangi biaya-biaya langsung, upah, dan gaji (karena jabatan tertentu). Jenis barang yang dikenai zakat penghasilan adalah hasil pertanian dan industry. Sedangkan zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan atas dasar kerja professional, berupa pendapatan atau upah. 1. Hasil bumi Dilaksanakan tiap panen. Menurut ulama Syafiiah, hasil bumi yang dizakati hanyalah hasil bumi yang menjadi makanan pokok. Batas wajib zakat pertanian adalah 5 wasaq atau sekitar 653 kilogram. Ketentuannya yakni, 5% untuk hasil bumi dengan pengairan buatan, dan 10% untuk hasil bumi dengan pengairan melalui tadah hujan. 2. Zakat Industri Berkisar antara 2.5% (mengacu pada zakat perdagangan) sampai 5% (mengacu pada zakat pertanian). 3. Zakat Profesi Dilakukan setiap kali gajian (mengacu pada zakat pertanian). Besaran zakat dan nisabnya itu sesuai dengan kekayaan emas, perak, atau uang kertas, sebesar 2.5%
4. Hasil barang tambang(Madin) dan barang temuan(Rikaz)

Hasil barang tambang dan barang temuan yang wajib dizakati hanyalah emas dan perak. a. Hasil barang tambang Dikeluarkan tiap kali bahan tambang tersebut diolah. Nisabnya sama dengan nisab emas, begitu pula kadarnya yaitu 2.5% b. Barang temuan Dikeluarkan tiap kali menemukan barang. Nisab dan kadarnyapun sama dengan emas dan perak.

4.

Syarat Harta yang Wajib Dizakati a. Kepemilikannya pasti, baik pemanfaatannya ataupun hasilnya

b. Berkembang (secara alamiah maupun usaha manusia). Adapun harta yang dimanfaatkan untuk dirinya sendiri tidak wajib dizakati
c. Melebihi kebutuhan pokok

d. Bersih dari hutang e. Mencapai nisab f. Mencapai haul (mencapai waktu tertentu)

5.

Lembaga Penerima Zakat

Ditetapkan oleh Allah sebanyak delapan golongan, tercantum di dalam Q.S al-Taubah:60. 6. Infak dan Sedekah
a. Infak : pengeluaran sukarela tiap kali mendapat rezeki sebanyak yang dikehendaki untuk

kemaslahatan umat.. di dalam infak, kadar, jenis, dan jumlahnya selalu berubah dan berkembang b. Sedekah : pemberian sukarela yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain (terutama pada orang miskin). Sedekah tidak terbatas pada materi saja, tetapi juga dapat berupa jasa yang bermanfaat bagi orag lain.

7.

Wakaf

Wakaf artinya menahan, yakni menahan suatu benda yang kekal zatnya untuk diambil manfaatnya bagi kemaslahatan umat. Rukun wakaf :
a. Orang yang berwakaf (waqif)

b. Harta yang diwakafkan (mauquf) c. Penerima hasil wakaf (mauquf alaih) d. Pernyataan wakaf (sighat atau ikrar waqf) Contoh barang-barang yang diwakafkan seperti : tanah, gedung, barang yang dapat dipindahkan (sah untuk diperjualbelikan).

8.

Revitalisai Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS), dan Wakaf

a. Revitalisasi Zakat, Infaq, dan Sedekah (ZIS) 1) Dengan adanya UU Nomor 38 Tahun 1999 2) Adanta Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 3) Pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amal Zakat (BAZ) yang dibentuk pemerintah atau lembaga Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang diprakarsai masyarakat. 4) Pengurus BAZIS harus memenuhi persyaratan tertentu. 5) LAZIS dilindungi, didukung, dan dibina oleh pemerintah 6) Menyiapkan program strategis sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada masyarakat. Langkah-langkah memperkuat BAZIS dan LAZIS dalam mengentaskan kemiskinan dan mengembangkan ekonomi : 1) Mental profesional : sikap mental dari pengelola yakni sedikit bicara banyak berbuat 2) Badan pengelola ZIS harus absah secara hukum positif, yakni disahkan oleh pengadilan dan punya ijin operasi 3) Akuntabilitas lembaga : semua bukti penerimaan dan pengeluaran ZIS harus sah menurut akuntansi Indonesia 4) Transparansi pendayagunaan dana : penyamaan visi, misi, dan tujuan pengelolaan ZIS dibuat secara transparan sehingga semua pihak tahu betul kemana arah penggunaan ZIS dan apa hasilnya 5) Penguatan SDM BAZIS dan LAZIS dalam bentuk pengelompokan karyawan 6) Pelaksanaan pengelolaan ZIS harus melakukan strategi penetrasi efektif terhada muzakki dan mustahiq
7) Inovasi manajemen ZIS tanpa henti

8) Networking (penguatan jaringan pemodalan) 9) Produk BAZIS dan LAZIS. Seperti adanya produk peningkata mutu SDM umat, beasiswa, permodalan usaha kecil, dan lainnya.
b. Revitalisasi Wakaf

1) Berkembangnya wakaf produktif, seperti tanah untuk madrasah, pesantren, dan masjid

2) Adanya wacana baru, yaitu wakaf uang tunai. Dengan dikeluarkannya fatwa MUI pada tanggal 11 Mei 2002 3) Memproduksi sertifikat wakaf tunai

G. RESPON ISLAM ATAS TRANSAKSI EKONOMI MODERN

1. E-Commerce ( Perdgangan Elektronik) Secara istilah, Raharjo mengartikan e-Commerce sebagai suatu cara belanja secara online atau direct selling yang memanfaatkan fasilitas internet, diman terdspat website yang dapat menyediakan layanan ger and deliver. Sedangakn menurut Purba dan Wahyudi, e-Commerce adalah satu set dinamis dari teknologi, aplikasi, dan proses bisnis yang menghubungkan perusahaan, konsumen, dan komunitas terentu melalui transaksi elektronik dan perdagangan barang, pelayanan dan informasi yang dilakukan secara elektronik. Kesimpulan : e-Commerce merupakan bisnis online yang menggunakan media elektronik internet secara keseluruhan, baik pemasaran, pemesanan, pengiriman, serta transaksi jual beli.

2. E-Commerce dalam Perspektif Islam Menurut ilmu fikih, transaksi bisnis di dunia maya diperbolehkan karena maslahat. Bila e-commerce dipandang layaknya perdagangan Islam, maka dapat dianalogikan : pertama, penjualnya adalh merchant (Internet Service Provider atau ISP), sedangkan pembelinya disebut customer. Kedua, obyek adalah barang dan jasa yang ditawarkan beserta informasinya. Ketiga, sighat (ijab qabul) dilakukan dengan payment gateway, yaitu software pendukung bagi acquirer, serta berguna untuk service online.

3. Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional a. Bank Konvensional Menggunakan system bunga. Ada dua jenis , yaitu bank umum dan bank perkreditan. Pokok persoalannya adalah bagaimana pandangan hokum islam terhadap kegiatan dengan bank konvensional. Para ulama masih berselisih pendapat. Dengan mengambil dasar Q.S Ali Imron:130, ada ulama yang mengatakan haram, mubah, dan mutasyabihat. Sedangakan menurut MUI bahwa untuk menghindari kesulitan, maka dapat dimungkinkan adanya rukhsakh sepanjaqng dapat dipastikan adanya kebutuhan.

b.Bank Syariah Selain dituntut untuk tunduk pada peraturan perundan-undangan, pengelolaan bank syariah juga dibatasi dengan pengawasan yang dilakukan dewan syariah. Kedudukannya berdasr pada UU Nomor 7 Tahun 1992 dan diperkuat dengan PP Nomor 72 Tahun 1992. Prinsip operasional bank syariah : 1) Sistem simpanan murni : pemberian kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk wadiah untuk tujuan keamanan dan pemindahbukuan. Dalam bank konvensinala wadiah identik dengan giro. 2) Prinsip bagi hasil Dapat terjadi antara bank dan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. Bentuk produknya yaitu mudharabah(untuk produk pendanaan dan pembiayaan) dan musyarakah (untuk pembiayaan saja) 3) Prinsip jual beli dan margin keuntungan Menerapkan tata jual beli dimana bank akan membeli terlebih dulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai agen bank, dan nasabah (agen bank) melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah engan sejumlah harga beli ditambah keuntungan (mark up atau margin).
4) Prinsip sewa terbagi menjadi dua jenis, yaitu ijaroh (sewa murni) seperti penyewaan

traktor dan alat-alat produk lainnya, dan bai al-tajiri (sewa beli) dimana penyewa mempuyai hak untuk memiliki barang diakhir masa sewa. 5) Prnsip fee meliputi layanan non pembiayaan yang diberikan bank. Bentuk produknya berupa : bank garansi, kliring, Inkaso, jasa transfer, dan lain-lain. Adapun prinsip operasional dan produk perbankan Islam dapat dilihat dari dua sisi, yaitu pengerahan dana dan penyaluran dana. 1) Usaha mencari dana a) Giro wadiah : titipan nasabahdi BMI, tiap waktu dapat diambil dan mendapat bonus
b) Tabungan Mudharabah : simpanan nasabah diberi keuntugan sesuai kesepakatan

c) Deposito Investasi Mudharabah : simpanan nasabah yang diambil dalam jangka waktu yang disepakati dan bagi hasil keuntungan. d) Tabungan Haji Mudharabah : simpanan untuk naik haji dan diberi imbalan oleh BMI

e) Tabungan Qurban : simpanan untuk qurban dan diberi imbalan oleh BMI 2) Usaha penyaluran dana a) Pembiayaan Mudharabah : pemberian modal investasi. Pengusaha menyediakan manajemen dan operasionalnya dan keuntungan dibagi sesuai kesepakatan. b) Pembiayaan Mudharabah : pembiayaan untuk membeli barang, dan dijual oleh bank ditambah keuntungan. Pembayaran diangsur dalam jangka waktu tidak lebih dari setahun. Pada bank biasa disebut kredit modal. c) Pembiayaan Bai Bithaman Ajil : sejenis pembelian dengan angsuran. Hal ini seperti kredit investasi yang punya jangka waktu angsuran lebih dari setahun. Bank dapat keuntungan dari kelebihan harga yang ditetapkan. d) Pembiayaan al-Qardh al-Hasan : pinjaman lunak bagi pengusaha kecil yang kurang modal. Tidak dipungut tambahan pembayaran, kecuali hanya biaya administrasi. e) Pembiayaan Musyarakah : bank membiayai sebagian dari kebutuhan modal perusahaan dan bank turut serta dalam manajemen perusahaan. Keuntungan dibagi sesuai degan kesepakatan.
f) Jasa pembukaan L/C (Letter of Credit) untuk keperluan ekspor-impor, penagihan

uang, jasa transfer uang, bank garansi, serta jasa menerima dan menyalurka zakat, infak, dan sedekah.

You might also like