You are on page 1of 21

LAPORAN MIKROBIOLOGI PERTANIAN KONSEP KIMIA PENDAHULUAN Latar Belakang Eksplorasi terhadap mikroba ektrimofil yang hidup pada

suhu sangat rendah (psikrofil) atau sangat tinggi (termofil atau hipertermofil), pH ekstrim (asidofil dan alkalifil) dan kadar garam tinggi (halofil) telah dilakukan banyak orang ( Suryanto, 2009 ). Hukum-hukum kimia sebenarnya merupakan hukum fisika yang diterapkan dalam sistem kimia. Konsep yang paling mendasar dalam kimia adalah hukum kekekalan massa yang menyatakan bahwa tidak ada perubahan jumlah zat yang terukur pada saat reaksi kimia biasa. Fisika modern menunjukkan bahwa sebenarnya energilah yang kekal, dan bahwa energi dan massa saling berkaitan. Kekekalan energi ini mengarahkan kepada pentingnya konsep kesetimbangan, termodinamika, dan kinetika ( http://id.wikipedia.org, 2009 ). Dari awal perkembaganya kimia sudah mendapat sorotan masa dalam memperbaiki berbagai proses bentuk perubahan. Struktur dunia yang kita jalani sehari-hari dan sifat materi yang berinteraksi dengan kita ditentukan oleh sifat zat-zat kimia dan interaksi antar mereka. Baja lebih keras dari besi karena atom-atomnya terikat dalam struktur kristal yang lebih kaku. Kayu terbakar atau mengalami oksidasi cepat karena ia dapat bereaksi secara spontan dengan oksigen pada suatu reaksi kimia jika berada di atas suatu suhu tertentu. (Mattlack, 1978 ). Massa satu mol suatu unsur yaitu massa molar, dengan satuan gram per mol secara numerik sama dengan massa atom relatif tanpa dimensi dari unsur itu hubungan yang yang sama juga berlaku untuk massa molar senyawa dengan massa molekul relatifnya ( Achmad, 1992 ). Konsentrasi larutan menyebutkan komponen-komponen dalam larutan tidak cukup memberikan larutan secara lengkap. Informasi tambahan diperlukan yaitu konsentrasi larutan. Banyak cara untuk memberikan konsentrasi larutan, yang semuanya menyatakan kuantitas zat terlarut dalam kuantitas pelarut. Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam persen tidak mempunyai signifikansi teori, tetapi umumnya digunakan sehingga anda harus terbiasa denganya. Jika konsentrasi yang diberikan berdasarkan persen tanpa penjelasan lebih lanjut memngenai massa/massa, vol/vol, atau massa/vol, maka yang dimaksud persen massa ( Petrucci, 1992). Zat cenderung diklasifikasikan berdasarkan energi, fase, atau komposisi kimianya. Materi dapat digolongkan dalam 4 fase, urutan dari yang memiliki energi paling rendah adalah padat, cair, gas, dan plasma. Dari keempat jenis fase ini, fase plasma hanya dapat ditemui di luar angkasa

yang berupa bintang, karena kebutuhan energinya yang teramat besar. Zat padat memiliki struktur tetap pada suhu kamar yang dapat melawan gravitasi atau gaya lemah lain yang mencoba merubahnya. Zat cair memiliki ikatan yang terbatas, tanpa struktur, dan akan mengalir bersama gravitasi. Gas tidak memiliki ikatan dan bertindak sebagai partikel bebas. Sementara itu, plasma hanya terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas; pasokan energi yang berlebih mencegah ion-ion ini bersatu menjadi partikel. Satu cara untuk membedakan ketiga fase pertama adalah dengan volume dan bentuknya: kasarnya, zat padat memeliki volume dan bentuk yang tetap, zat cair memiliki volume tetap tapi tanpa bentuk yang tetap, sedangkan gas tidak memiliki baik volume ataupun bentuk yang tetap (http://seputarkimia.blogspot.com,2009). Tujuan Percobaan Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui konsep-konsep kimia. Kegunaan Percobaan Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti praktikal test di Laboratorium

Mikrobiologi Pertanian, Fakultas pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan. TINJAUAN PUSTAKA Kimia sering disebut ilmu pusat karena menghubungkan berbagai ilmu lainnya seperti Fisika, Ilmu bahan, nanoteknologi, Biologi, Farmasi, Kedokteran, Bio Informatika dan Geologi. Koneksi ini timbul dari berbgai disiplin ilmu. Sebagai contoh kimia fisika melibatkan penerapan prinsip-prinsip fisika terhadap materi pada tingkat atom dan molekul. Kimia berhubungan dengan interaksi materi yang dapat melibatkan dua zat atau antarmateri dan energi, terutama dalam hukum pertama termodinamika, kimia yang mengubah satu atau lebih zat menjadi satu atau lebih zat lain ( http://seputarkimia.blogspot.com, 2009 ). Reksi-reaksi kimia ialah penyusutan kembali ruang atom-atom dan elektron elektron valensi yang menyusun ikatan kovalen. Kecuali dalam hal ikatan fotokimia, hanya elektron dalam keadaan paling rendah (dasar) dan peraeksi yang dilibatkan dan perubahan dari pereaksi kehasil reaksi yang yang dapat dianggap terjadi dalam pola selanjutnya. Jadi pada setiap keadaan antara selama reaksi berlangsung, pada prinsipnya mungkin saja untuk melukiskan sistem reaksi dipandang dari sudut energi. Koordinat semua atom-atom dan sebagainya. Konsep koordinasi reaksi ini secara kualitatif berguna dan dapat membentuk pengertian kita tentang mekanisasi reaksi ( Moertolo, 1984 ).

Atom dan molekul mempunyai massa yang sangat kecil sehingga eksperimen kimia dengan jumlah zat yang banyak akan melibatkan banyak sekali atom dan molekul. Akan sangat memudahkan bila kita mengelompokan atom atau molekul dalam satuan No = 6,022137 x 1023 untuk mengatur jumlah kimai zat. Salah satu dari antara satuan hitungan ini adalah mol (dari latin, mole artinya tumpukan) (Oxtoby and Gillis, 2001 ). Rumus empiris adalah rumus yang menyatakan perbandingan terkecil atom-atom yang

menyusun suatu senyawa sedangkan rumus molekul adalah rumus yang menyatakan jumlah atom-atom unsur yang menyusun satu molekul senyawa ( Anshory dan Achmad, 2003 ). Kimia merupakan ilmu yang mempelajari benda dan perubahanya. Terdiri dari beberapa klasifikasi benda yaitu element, senyawa, dan unsur dan gabungan dari beberapa atom-atom. Tanggapan mengenai kimia mendapat sorotan pada abad kesembilan belas dalam pengembangan sistem contoh bentuk peulisan rumus dan prinsip-prinsip disamping menghubungkan massa atom yangh diberikan ( Cater and Anderson, 1990). Tatanama kimia merujuk pada sistem penamaan senyawa kimia. Telah dibuat sistem penamaan spesies kimia yang terdefinisi dengan baik. Senyawa organik diberi nama menurut sistem tatanama organik. Senyawa anorganik dinamai menurut sistem tatanama anorganik ( http://Documents/kimia.htm, 2009 ). BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, pada tanggal 2 September 2009, di atas ketinggian 25 m dpl. Bahan dan Alat Adapun bahan yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah larutan Kalsium Karbonat, NaOH, Sukrosa, Glukosa, Kalsium Hidroksida, dan Asam Klorida sebagai larutan dalam objek percobaan. Adapun alat yang dipergunakan dalam percobaan ini adalah buku data dan alat tulis sebagai pencatat data pengamatan, kalkulator sebagai alat bantu hitung, gelas ukur sebagai pengukur volume beban, dan rol untuk mengukur dan menggaris data. Prosedur Percobaan Disediakan alat percobaan beserta dengan perlengkapanya

Disediakan bahan yang akan diketahui molnya Disiapkan buku data dan kalkulator sebagai alat bantu hitung bila perlu guanakan tabel

daftar unsur-unsur kimia Dihitung berat beserta mol dari larutan percobaan Diambil bahan yang hendak dilakukan pengenceran dengan menghitung volume terlarut

dan dilarutkan bahan terlebih dahulu Dicatat hasil yang diperoleh pada buku data pengamatan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Hitung molar dari massa berikut (g/mol). 1. Kalsium Karbonat Mr = Ca + C + 3.O

= 40 + 12 + 48 = 100 g/mol 1. Asam Sulfat Mr = 2.H + S + 4.O

= 2 + 32 + 64 = 98 g/mol 1. Amonium Sulfat Mr = 2.N + 8.H + S + 4.O

= 48 + 8 + 32 + 64 = 132 g/mol 1. Sukrosa Mr = 12.C + 22.H + 11.O

= 144 + 22 + 176 = 342 g/mol 1. Hitung angka mol dari senyawa berikut. 1. 250 gr Kalsium Karbonat n = g/Mr

= 250/100

= 2,5 mol 1. 1710 gr Sukrosa n = g/Mr

= 1710/342 = 5 mol 1. 48405 gr asam Silisac n = g/Mr

= 48405/94 = 511,1 mol 1. 25,5 ug (NH4)2Si n = g/Mr

= 0,0000255/64 = 0,0000004 mol 1. Hitung massa dari senyawa berikut ini ( mg, kg, gr ) 1. 0,5 mol NaOH Massa = mol x Mr = 0,5 x 40 = 20 gr; 0,02 kg; 20000 mg 1. 3,4 mol HNO3 Massa = mol x Mr = 3,4 x 68 = 214,2 gr; 0,2142 kg; 2142000 mg 1. 15,78 micro mol Glukosa Massa = mol x Mr = 0,00001578 x 368 = 0,00564 gr; 0,2142 x 10-3 kg; 0,564 mg 1. Lengkapi konversi berikut. 1. iug = 10-6 gr = 0,002 x 10-6 ul = 10-3 gr 2. 22,3 cm3 = 2,23 dl 3. 0,022 l 4. 1 l

5. 173,52 gr 6. 1800 cm

= 17352 kg = 0,0081 km

7. Berapa berat KOH untuk mendapatkan ; 1. 150 cm3 dari 0,57 M larutan M Massa KOH = 150 x 0,75 = 113,5 mol/L 1. 70 udm3 dari 0,067 M larutan M Massa KOH = jumlah mol terlarut/volume pelarut = Volume pelarut x M = jumlah mol terlarut/volume pelarut = Volume pelarut x M

= 70 . 105 x 0,067 = 4,69 . 105 mol/L 1. 5,02 cm3 dari 1,85 M larutan M Massa KOH = 0,502 x 1,85 = 0,9287 mol/L 1. Berapakah volume 5 M H2SO4 yang diperlukan untuk : 1. 250 cm3 dar 3 M H2SO4 Volume pelarut = 25/3 = 8,33 L 1. 0,5 cm3 dar 0,75 M H2SO4 Volume pelarut = 0.5/0,75 = 0,66 L 1. 1,5 dm3 dari 0,0025M H2SO4 Volume pelarut = 1,5/0,0025 = 15,4 L 1. Standart tertinggi dari Zineclorida yuang tersedia mengandung 10 mg/L Zn. Berapak jumlah standar ini dperlukan untuk membuat 10 cm3 standart mengandung 5,0;10,1 dan 20 ug/L Zn ? = Jumlah mol/M = Jumlah mol/M = Jumlah mol/M = jumlah mol terlarut/volume pelarut = Volume pelarut x M

Vn

= (CnVn)/Vt

= (10 . 5 )/ 0,1 = 5 Vn = (10 . 10 )/ 0,1 = 10 1. HCl memiliki N = 12, berapakah HCl pekat yang diperlukan untuk membuaty 1 N HCl ? HCl-Asam, Valensi = 1grk= 1grek Sehingga HCl yang dibutuhkan adalah 1 N. 1. Dik = 10 ml terlarut = 100 ml pelarut Dit Jawab : = 100/50 = 20 N = 100-20-10 = 70 =..N ? N = n/v = 50 ml; 0,1 N (CaOH)2

10. Didalam laboratorium terdapat 100 ml 0,5 H2SO4 berapakah banyak air yang harus ditambah agar normalitas larutan menjadi 0,1 N ? Jawab : M = n/v

= 0,5/100 = 50 n = 50 . 100% = 50%

Pembahasan Dari hasil percobaan diperoleh molar massa dari kalsium karbonat, asam sulfat, amonium sulfat dan sukrosa masing-,asing adalah 100 gr/mol, 98 gr/mol, 132 gr/mol dan 342 gr/mol. Hal ini sesuai dengan literatur Oxtoby and Gillis ( 2001 ) yang menyatkan bahwa massa suatu mol

atom unsur-unsur yaitu massa molar dengan satuan gram per mol secara numerik sama dengan massa atom relatif tanpa diomensi dari unsur itu. Dari hasil perhitungan HCl pada soal no.8 yang memiliki N;12 Hcl pekat yang diperlukan untuk membuat 1 N HCl adalah 1 grek. Hal ini sesuai dengan penyataan Pertucci ( 1978 ) yang mentyatakan bahwa komponen-komponen saja tidak cukup memeriksa larutan secara lengkap. Informasi tentang tambahan diperlukan dalam suatu larutan. Dari soal perhitungan konsep kimia no.10 tersedia 100 ml0,5 H3PO4 dan memiliki normalitaas sebesar 0,1 N. Maka banyak air yang harus ditambahkan adalah 50%. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Moertolo ( 1984 ) yang menyatakan bahwa reaksi-reaksi kimia adalah penyusun kembali ruang atom-atom elektron valensi. Kecuali dalam hal reaksi-reaksi kimia adalah reaksi fitokimia hanya elektron dalam keadaan paling rendah (dasar) dalam pereaksi yang dapat terjadiakan dalam pola selanjutnya, spektometer digunakan untuk mengukur massa dari atom dan molekul gas dengan memberinya chardegan gelombang elekltromagnetik yang tersedia pada spektrometer tersebut, dengan demikian reaksi antar gelombang akan membentuk suatu rangakaian proses kimia yang akan memantulkan gelombang tadi kebagian gelombang elektro. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Konsep kimia terdiri dari tatanama, atom, unsur, ion, senyawa, molekul, zat kimia, wujud zat, reaksi kimia, hukum-hukum kimia, rumus kimia dan industry kimia. 2. Atom adalah bagian partikel dimana atom dikelilingi proton dan elektron 3. Unsur adalah kumpulan dari beberapa partikel 4. Molalitas adalah mol zat terlarut dalam 1000 gram air 5. Molaritas adalah jumlah mol terlarut dalam 1 liter air Saran Supaya dalam perhitungan volume suatu larutan lebih berhati-hati, terutama untuk emngvubah konsentrasinya karena munkin akan menimbulkan suatu senyawa berbahaya. DAFTAR PUSTAKA Achmad, H. 1992. Solusi Soal-Soal Ujian Kimia Dasar I. PT. Cirtra Aditiya Bakti. Bandung. Anshory dan Achmad. 2003. Acuan Pelajaran Kimia SMU Jilid II. Erlangga Jakarta. Cater and Anderson. 1990. Chemistry Science of Change. Sunder Collega Publishing. New York. Hasanuddin, T. Sabrina dan Lisnawita. 2009. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Pertanian. FP USU. Medan http://id.wikipedia.org, diakses pada tanggal 28 November 2009. http://Documents/kimia.htm, diakses pada tanggal 28 November 2009.

http://seputarkimia.blogspot.com, diakses pada tanggal 28 November 2009. Mattlack. 1978. Chemicals. Prepare For British Information Service By Centaral Office of Information. London.

Petrucci, R. H. 1992. Kimia Dasar-Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Edisi Keempat Jilid ke 2. Erlangga. Jakarta. Purba, E. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. USU Press. Medan. Suryanto, D. 2009. Prospek Keanekaragamn Hayati Mikroba ( Microbial Bioprospecting ) Sumatera Utara. USU Press. Medan. Lay, D.M. 1994. Mikrobiologi Lingkungan. UGM Press. Yogyakarta. Lee, J.J. 1990. Mikrobiology. Barners and Noble Books. New York. Moertolo. 1984. Kimia Kuantum Untuk Penggemar Kimia Di Indonesia. Universitas Chiba. Jepang. Oxtoby and Gillis. 2001. Kimia Modern Edisi Keempat Jilid I. Eralangga. Jakarta. Rao, N. S. 2007. Microorganisme Tanah dan pertumbuhan Tanaman. Erlangga. Jakarta.

TEKNIK-TEKNIK STERILLISASI

Sterilisasi merupakan salah satu faktor utama dalam fermentasi. Kita tentu mengharapkan tidak terjadi kontaminasi di mana mikroorganisme yang tidak diinginkan tumbuh dan mengganggu proses fermentasi. Teknik sterilisasi berbeda-beda tergantung pada jenis material. Bagian pertama akan menjelaskan secara singkat dan sederhana bagaiman sterilisasi cairan dan padatan. Sterilisasi cairan Cairan yang disterilisasi umumnya adalah media fermentasi yang mengandung gula, garam fosfat, ammonium, trace metals, vitamin, dan lain-lain. Secara umum ada dua cara sterilisasi cairan yaitu dengan panas dan disaring (filtrasi). Sterilasi dengan panas dilakukan di dalam autoclave, di mana steam tekanan tinggi diinjeksikan ke dalam chamber untuk mencapai temperatur 121 derajat C dan tekanan tinggi (sekitar 15 psig). Durasinya bervariasi, namun umumnya diinginkan cairan dipertahankan pada 121 derajat C selama minimal 15 menit. Jika termasuk waktu untuk heating dan cooling steps, total waktu berkisar 1-2 jam tergantung volume cairan yang disterilisasi. Terkadang temperatur bisa diset pada 134 derajat C (untuk medis).

Laboratory autoclave Untuk skala industri, cairan disterilisasi dengan panas menggunakan beberapa pilihan teknik. Gambar di bawah menjelaskan salah satu bagan proses sterilisasi cairan media di industri. Banyak jenis proses baik secara batch atau continuous yang diterapkan di industri, misalnya direct steam, indirect heating, indirect steam, dan lainnya.

Sterilisasi medium di industri bioproses. Sumber: Doran, M.P (1995), Bioprocess Engineering Principles, chapter 13, Academic Press Cairan dapat disterilisasi juga dengan disaring menggunakan membrane filter berpori 0.22 atau 0.45 micro meter. Metode ini cocok untuk volume cairan yang kecil (1-2 liter) dan bahan kimia yang bisa rusak karena panas misalnya gula dan protein.

Sterivex, membran buatan Millipore yang umum digunakan untuk sterilisasi cairan dalam jumlah kecil yang tidak tahan panas. Sterilisasi padatan Padatan yang umum disterilkan adalah glassware, biosafety cabinet, dan beberapa jenis tabung dan kontainer. Pada glassware dan plastik tahan panas umumnya dilakukan dengan autoclave mirip seperti sterilisasi cairan namun ditambah proses pengeringan. Biosafety cabinet disterilkan dengan bantuan radiasi UV dan disemprot ethanol 70 %. Udara dalam cabinet disaring dengan filter (detilnya akan dibahas di bagian ke-2 tentang sterilisasi gas).

Biological safety cabinet

Mikrobiologi dasar Perhitungan Kematian Mikroorganisme pada Proses Sterilisasi

Seringkali kita tidak peduli tentang apa yang terjadi dengan konsentrasi mikroorganisme yang dimusnahkan dengan proses sterilisasi. Ternyata terdapat suatu perhitungan mengenai peluang mikroorganisme yang hidup setelah disterilisasi menggunakan cara dan selama waktu tertentu. Ketika sejumlah mikroorganisme terpapar terhadap suatu perlakuan sterilisasi seperti panas atau sinar UV, mereka tidak akan mati secara langsung spontan melainkan akan mati secara bertahap. Menurut Hogg (2005), secara teoretis dampak sterilisasi terhadap jumlah mikroorganisme yang homogen yaitu akan mematikannya secara eksponensial dengan kecepatan yang seragam. Hal tersebut dapat menghasilkan nilai persentase kematian mikroorganisme yang sama bertutut-turut. Misalnya terdapat bakteri sebanyak 1.000.000 sel dan 10% dari populasi akan mati setiap 5 detiknya akibat proses sterilisasi. Setelah berlangsung selama 5 detik jumlah sel menjadi 900.000 (1.000.000-100.000= 900.000), kemudian setelah 10 detik 10% nya lagi mati sehingga tinggal 810.000 (900.000-90.000= 810.000), selanjutnya setelah 15 detik 10% nya lagi mati dan menjadi 729.000 sel (810.000-81.000= 729.000). 1.000.000 900.000 810.000 729.000 dst. Data diatas jika dapat menghasilkan grafik eksponensial seperti di bawah ini. 1.000.000-100.000 = 900.000 900.000- 90.000 = 810.000 810.000- 81.000 = 729.000 729.000- 72.900 = 656.100

Jika waktu diperpanjang, maka mikroorganisme yang hidup akan semakin berkurang dan menjadi nol (kurang dari satu). Namun dalam kenyataannya tidak semua jumlah mikroorganisme mati total. Oleh karena itu harus dijabarkan dalam bentuk kemungkinan atau peluang keberadaan (satu) sel mikroorganisme yang mampu bertahan hidup yang diekspresikaan dalam %. Bila plot grafik mikroorganisme yang dapat bertahan hidup diubah menjadi semi-log maka akan menjadi:

Pada grafik log mikroorganisme yang dapat bertahan diatas dapat dilihat jika waktu sterilisasi melebihi 6 satuan waktu (garis berpotongan) maka disimpulkan kurang dari satu sel yang selamat sehingga kemungkinan mikroorganisme yang masih hidup diasumsikan sebagai Tingkat Jaminan Sterilitas (Sterility Assurance Level/SAL) atau Reduksi Log Spora (Spore Log Reduction/SLR). SAL dan SLR adalah gambaran suatu tingkatan probabilitas satu sel selamat dari proses sterilisasi pada waktu tertentu. Misalnya pada waktu ke 7 dengan level keselamatan sebesar 0,1 menggambarkan terdapat kemungkinan 10% satu sel mampu selamat dari proses sterilisasi setelah waktu ke 7. Atau pada waktu ke 12 dengan level keselamatan sebesar 0,000001

menggambarkan terdapat kemungkinan hanya 0,0001% satu sel mampu selamat dari proses sterilisasi setelah waktu ke 12. Dalam penginterpretasian SAL, istilah lebih besar dari atau lebih tinggi dari menunjukkan lebih besarnya kemungkinan jaminan sterilitas yang berarti semakin kecilnya probabilitas satu sel untuk bertahan. Jadi pada umumnya suatu bahan berlabel steril diasumsikan bahwa satu sel memiliki kemungkinan 1:1.000.000 untuk bertahan dengan proses sterilisasi yang dilakukan (0,0001% kemungkinan) (Booth, 2008).

Menurut Hogg (2005), waktu kontak sterilisasi yang dibutuhkan untuk mematikan 90% (faktor dari 10) suatu populasi mikroorganisme disebut nilai reduksi desimal atau nilai D (D-value). Pada grafik diatas dapat dilihat bahwa rentang waktu dalam D-value mengurangi populasi mikroorganisme dari 10000 menjadi 1000. Jika proses sterilisasi diefisiensikan, misalnya panas ditambah, maka D-value akan berkurang yang berarti waktu untuk mematikan 90% populasi semakin singkat seperti yang terlihat pada graafik dibawah ini (terdapat penurunan D-value setelah suhu dinaikkan menjadi 65 C). Peningkatan temperatur yang dibutuhkan untuk menurunkan D-value dengan faktor 1/10 nya disebut sebagai Z-value.

Selain itu terdapat korelasi antara lamanya waktu sterilisasi dengan jumlah mikroorganisme sebelum sterilisasi. Semakin banyak jumlah sel maka semakin lama waktu sterilisasi walaupun memiliki D-value yang sama. Hal ini dapat digambarkan pada contoh populasi A, B dan C (jumlah awal populasi C>B>A).

Sementara itu untuk sterilisasi menggunaakan iradiasi terdapat penentuan khusus untuk mengetahui dosis iradiasi yang tepat dengan mengetahui D-Value (D10)-nya. Dalam hal ini D10 adalah dosis radiasi yang dibutuhkan untuk menguraangi populasi mikroorganisme menjadi 1/10 dari jumlah awal. Seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini, jumlah mikroorganisme turun dari 100 menjadi 10. Nilai D10 ini sangat bervariasi pada setiap jenis mikroorganisme (Hogg, 2005).

Jadi ulasan prinsip diatas dapat digunakan untuk mengetahui kemungkinan mikroorganisme selamat dari proses sterilisasi sehingga kita bisa menentukan waktu yang sesuai untuk sterilisasi suatu produk . E. Indra Pradhika, 2010. Referensi :

Booth, A. F. 2008. Microbiological Consideration for Sterilization Process Development. Pharmaceuticals Microbiology Forum Newsletter. Vol.14 (1). p.2-4

Tentang Mikrobiologi
Apakah Mikrobiologi itu?
Mikrobiologi adalah kajian tentang mahluk hidup (organisme) berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Mikroorganisme meliputi protozoa, algae (ganggang), fungi (jamur), lichenes, bakteri, dan virus. Keseluruhan mikroorganisme tersebut berpengaruh penting pada pertanian. Mikrobiologi merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang terpenting dan mengasyikkan untuk dipelajari. Tidak hanya sebagai ilmu biologi dasar yang memberikan pengertian-pengertian tentang asas-asas kimia dan fisika dalam proses kehidupan, tetapi juga sebagai ilmu terapan yang penting. Beberapa mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit pada tanaman, walaupun demikian jumlahnya jauh lebih sedikit dibandingkan dengan mikroorganisme yang menguntungkan dalam arti dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan tanaman. Mikroorganisme memiliki peranan kunci dalam menjaga, memulihkan, dan meningkatkan kualitas tanah, serta memacu pertumbuhan tanaman. Di tanah banyak dijumpai mikroorganisme yang mampu menyediakan Nitrogen, Fosfor, Sulfur, Logam-logam (Fe, Cu, Mn), dan zat pemacu tumbuh bagi tanaman. Terdapat juga mikroorganisme yang mampu menekan populasi mikroorganisme penyebab penyakit, dan mikroorganisme yang mampu menghilangkan cemaran organik / anorganik.

Tenaga Ahli Mikrobiologi Pertanian bekerjanya di mana?


Lapangan kerja yang tersedia bagi tenaga ahli mikrobiologi pertanian sangat beragam. Sarjana yang memiliki keahlian Mikrobiologi Pertanian terpantau bekerja di beberapa industri swasta di bidang perkebunan, perikanan, pertambangan, pakan, pangan, obat tradisonal, dan bahan kimia, seperti PT Great Giant Pineapple, PT BAT, PT Jarum Kudus, PT Gadjah Tunggal, PT Kalimantan Prima Coal, PT Cheil Samsung, PT Yuni Food, PT Indomilk, PT Indolakto, PT Sari Husada, , PT Bir Bintang, PT Miwon, PT Kecap Bango, PT Air Mancur, dan PT Merck.

Beberapa lulusan bekerja sebagai tenaga edukatif di Perguruan Tinggi di luar UGM seperti Institut Pertanian Bogor, Universitas Sebelas Maret, Universitas Brawijaya, Universitas Satya Wacana, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, Sekolah Tinggi Perkebunan Instiper, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Terdapat pula lulusan yang meniti karier sebagai peneliti di lembaga-lembaga penelitian, seperti Pusat Penelitian Bioteknologi Perkebunan, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao, Pusat Penelitian dan Pengembangan Gula, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Tenaga Atom Nasional, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, serta sebagai birokrat di pemerintahan antara lain di Dinas Pertanian dan Bappeda. Sarjana lulusan program studi ini juga dimungkinkan untuk meneruskan studinya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, S2 hingga S3, baik di dalam maupun luar negeri.

Bagaimana cara menjadi Tenaga Ahli Mikrobiologi Pertanian?


Fakultas Pertanian UGM memiliki program pendidikan sarjana (S1) yang dirancang bagi lulusan SMA dan yang sederajat untuk dididik menjadi Sarjana Pertanian yang memiliki kompetensi khusus di bidang Mikrobiologi Pertanian. Kawah candradimuka untuk pelaksanaan proses pendidikan tersebut adalah Program Studi Mikrobiologi Pertanian. Di program studi tersebut pendidikan sarjana dirancang untuk dapat diselesaikan dalam waktu empat (4) tahun.

Apa yang dipelajari di Program Studi Mikrobiologi?


Pembelajaran mikrobiologi dimulai pada tahun ke 2, tepatnya pada semester IV, setelah mahasiswa memperoleh bekal ilmu pengetahuan dasar yang memadai terutama kimia dan biologi. Bekal ilmu pengetahuan sebagai sarjana pertanian diberikan terutama pada tahun pertama dan kedua, serta porsi pemberiannya semakin berkurang hingga semester VII yang diikuti dengan peningkatan pembekalan semakin terinci terkait mikrobiologi pertanian. Pada semester V dibahas topik-topik terinci tentang mikroorganisme yang tercermin pada mata kuliah Pengantar Taksonomi Mikrobia, Fisiologi Mikrobia, Genetika Mikrobia, dan Ekologi Mikrobia. Keterkaitan mikroorganisme dengan pertanian dipelajari pada semester VI dalam mata kuliah Mikrobiologi Tanah dan Mikrobiologi Air, dilanjutkan dengan pembahasan aplikasi / pemanfaatannya di semester VII yang meliputi mata kuliah Pengantar Biodegradasi dan Bioremediasi, Mikrobiologi Agroindustri, Teknologi Produksi Biomasa Mikrobia, serta Bioteknologi Tanah dan Lingkungan. Aspek keamanan dan kelestarian penggunaan bahan hayati dalam hal ini adalah mikroorganisme juga diberikan pada mahasiswa dalam topik kuliah Keragaman Hayati Mikrobia dan Keamanan Biologi. Sebagai bentuk pendalaman pembelajaran mikrobiologi pertanian, mahasiswa melaksanakan proyek penelitian di bidang mikrobiologi yang hasilnya ditulis dalam bentuk skripsi dan jika memungkinkan ditulis dalam bentuk publikasi di jurnal ilmiah.

Apa yang menjamin kualitas proses pembelajarannya?


Program Studi Mikrobiologi Pertanian didukung oleh 14 staf pengajar tetap yang terdiri atas 10 orang berderajat doktor (4 diantaranya profesor) lulusan Amerika, Jepang, Inggris, dan Indonesia, 2 orang kandidat doktor, 1 master lulusan Amerika, dan 1 insinyur sarat pengalaman. Praktikum dan Penelitian bidang mikrobiologi dilaksanakan di 6 laboratorium pendukung yaitu Laboratorium Mikrobiologi Dasar, Laboratorium Genetika Mikrobia, Laboratorium Fisiologi

Mikrobia, Laboratorium Ekologi Mikrobia, Laboratorium Mikrobiologi Agroindustri, dan Laboratorium Mikrobiologi Tanah & Lingkungan. Audit mutu akademik internal dilaksanakan secara berkala di program studi ini untuk memantau pelaksanaan praktek pembelajaran yang baik dan meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara berkelanjutan.
PENGENALAN ALAT DAN TEKNIK STERILISASI A. TUJUAN Mengenalkan pada mahasiswa : 1. Jenis-jenis alat laboratorium yang diperlukan dalam penelitian mikrobiologi 2. Konsep dan teknik sterilisasi dan prosedur yang harus dilakukan untuk keberhasilan pengkulturan B. LANDASAN TEORI Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda dari semua bentuk kehidupan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. 1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. 2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemanasan a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll. b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll. c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi. d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf Penyinaran dengan UV Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet dengan disinari lampu UV 3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain alkohol. C. ALAT DAN BAHAN C.1 Alat : 1. pembakar bunsen 2. jarum ose 3. pipet 4. tabung reaksi 5. labu erlenmeyer 6. gelas beaker 7. cawan petri

8. laminar air flow 9. oven 10. autoklaf 11. botol semprot 12. kertas tissue C.2 Bahan : 1. kertas sampul coklat 2. aluminium foil 3. kapas 4. alkohol 70% D. PROSEDUR D.1 Prosedur Sterilisasi Area Kerja 1) Masukkan larutan alkohol dengan kadar 70% ke dalam botol semprot. 2) Semprotlah udara di sekitar area kerja dengan alkohol tersebut. 3) Semprotlah juga meja kerja dengan alkohol dan ratakan dengan kertas tissue. 4) Semprot juga tangan kita agar steril. 5) Letakkan alat-alat yang akan digunakan pada meja kerja. 6) Semprot kembali tangan kita ketika hendak menggunakan alat-alat tersebut. D.2 Prosedur Sterilisasi Dengan Pembakaran (Nyala Bunsen) 1) Nyalakan pembakar bunsen dengan cara membuka tutupnya. 2) Sterilkan jarum ose dengan membakar ujung jarum yang terbuat dari logam pada api bunsen. Peganglah jarum dengan posisi agak tegak di atas ), bakar jarum hingga berpijar dan pijaran tersebut merambatr 45sapi ( hingga pangkal bagian logam jarum. 3) Bila sudah selesai, tunggu beberapa detik hingga suhu ose kembali normal. Atau sentuhkan ujung ose pada permukaan media hingga terdengar bunyi ches. D.3 Prosedur Sterilisasi Panas Lembab (Dengan Autoklaf) 1) Pastikan air 2 cm) di bawah dasar keranjang) atau sebanyak 3-5 liter.sdalam autoklaf cukup (tinggi air 2) Aturlah alat-alat yang akan disterilkan ke dalam keranjang autoklaf dalam posisi dimana kira-kira seluruh permukaan alat dapat terjangkau oleh uap dalam autoklaf. 3) Tutuplah autoklaf dengan erat, kemudian atur pengontrol waktu pada angka 20 (20 menit) dan pastikan pengontrol exhaust dalam keadaan terbuka dan pengontrol drain dalam keadaan tertutup. 4) Setelah uap naik, yaitu ditandai dengan keluarnya uap dari selang pembuangan diiringi dengan bunyi mendesis, maka tutuplah lubang exhaust. 5) 20 menit dan sudah terdengar alarmsSetelah autoklaf bekerja selama tanda selesai, jangan langsung membuka tutup autoklaf. Tetapi tunggu sampai penunjuk tekanan menunjuk pada angka 0. D.4 Prosedur Sterilisasi Panas Kering (Dengan Oven) 1) Buka tutup oven dan masukkan peralatan dari gelas yang sudah dibungkus ke dalam oven.

2) C selama 1-2 jam.rTutup oven dan atur pengontrol suhu pada angka 160-180 D.5 Prosedur Sterilisasi Secara Radiasi (Dengan Laminar Air Flow) 1) Seka permukaan laminar dengan alkohol 70%. 2) Letakkan alat dan bahan yang akan disterilkan ke dalam laminar. 3) Tutup tirai serapat mungkin sampai dirasa tidak akan ada cahaya yang keluar. 4) Nyalakan laminar (tombol UV) minimal 15 menit. 5) Matikan tombol UV bila sudah selesai. 6) Buka tirai dan nyalakan blower ketika akan bekerja. 7) Bila kurang terang, nyalakan tombol light. E. PEMBAHASAN Bahan atau peralatan yang digunakan dalam bidang mikrobiologi harus melalui proses sterilisasi. Sterilisasi berasal dari kata steril yang artinya tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang mengganggu ataupun merusak media bahkan mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan. Setiap proses baik fisika, kimia, dan mekanik yang membunuh semua bentuk kehidupan terutama mikroorganisme disebut dengan sterilisasi. 1. Sterilisasi Secara Fisik a. Pemanasan Basah - dg Autoklaf - Tyndalisasi b.Pemanasan Kering - Oven - Pembakaran - Penyinaran dg gelombang pendek 2. Sterilisasi secara kimia dan 3. mekanik F. KESIMPULAN 1. Macam-macam alat laboratorium yang diperlukan dalam penelitian mikrobiologi antara lain :
y y y y y y y y y y y y

Autoklaf Oven Laminar Pipet Volume Jarum Inokulasi/ Kawat Ose Api Bunsen Kapas Kertas Coklat/ koran Alkohol 70% Kertas Tisu Cawan Petri Labu Erlenmeyer

y y

Tabung Reaksi Rak Tabung Reaksi

2. Agar proses sterilisasi sempurna perlu melalui langkah sebagai berikut : - Sifat dari bahan yang dipakai - Metode sterilisasi yang sesuai 3. Teknik sterilisasi Terdapat beberapa metode sterilisasi, antara lain sebagai berikut :
y y y y y y y y

Sterilisasi fisik (penggunaan panas) : biasanya dipakai untuk mensterilkan benda benda yang tahan panas. Prosesnya meliputi Tyndalisasi Pembakaran Panas kering Panas lembab Sterilisasi fisik Sterilisasi kimia Sterilisasi mekanik

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2073865-teknik-sterilisasimikroba/#ixzz1WqzM1QTY

You might also like