You are on page 1of 34

`PEDOMAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT/CAIR RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA, 2011

RESPONSIBLE SMILE BRILLIANT DINAMIS HUMANITY

RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA Jl. Kendung 115-117 Benowo Surabaya 60198

Telp. (031) 7409135 (hunting ) Fax : (031) 7409135 BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Derajat Kesehatan Masyarakat tergantung pada kondisi

lingkungan. Oleh sebab itu, apabila ada perubahan - perubahan terjadi pada lingkungan disekitar manusia, akan terjadi pula perubahan perubahan pada kondisi kesehatan masyarakat dalam lingkungan masyarakat tersebut. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya di rumah sakit, maka pengelolaan limbah rumah sakit yang merupakan bagian dari upaya penyehatan lingkungan hendaklah mendapat perhatian dalam penyelenggaraan kegiatan rumah sakit. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas yang mempunyai karakteristik khusus (infeksius dan radioaktif) sehingga memerlukan tatalaksana dan teknologi pengolahan yang khusus agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan menimbulkan dampak bagi kesehatan masyarakat. Sumber limbah rumah sakit antara lain berasal dari pelayanan medis (Rawat Inap, Rawat Jalan/Poliklinik, Rawat Intensif, Rawat Darurat, Haemodialisa, Kamar Jenazah dan Kamar Operasi), penunjang medis, dan dari perkantoran serta fasilitas sosial dan lain-lain. Mengacu pada keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86 tahun 2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup dan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1204 tahun 2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dan atas dasar pemikiran dan latar belakang diatas, maka dipandang perlu penyusunan suatu pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA. 1.2 Tujuan 1) Tujuan Umum Sebagai pedoman dalam penatalaksanaan pengelolaan limbah padat dan cair di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. 2) Tujuan Khusus 1. Menjadi pedoman petugas sanitasi dalam pengelolaan limbah padat dan cair di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya 2. Dapat meningkatkan kemampuan bagi petugas sanitasi tentang teknologi pengolahan limbah padat dan cair serta pemeliharaan sarana dan prasarana yang digunakan di RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya. 3. Dapat meningkatkan wawasan bagi pihak manajemen RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dalam memperhatikan masalah kesehatan lingkungan. 4. Dapat meningkatkan pengetahuan mengenai kesehatan dan keselamatan kerja bagi petugas pengelola limbah 1.3 Manfaat Pedoman penatalaksanaan limbah padat dan cair ini dibuat sebagai tuntunan petugas RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya dalam mengelola limbah padat medis dan cair, dan digunakan sebagai acuan untuk melaksanaan tugas berkaitan dengan lingkup kerja dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan yang aman bagi manusia dan lingkungan.

1.4

Ruang Lingkup Lingkup pedoman pengelolaan limbah padat dan cair RSUD Bhakti padat Dharma dan cair Husada karena Surabaya meliputi sangat teknologi, potensial pemeliharaan, pengawasan dan tatalaksana pengolahan limbah limbah tersebut menimbulkan pencemaran.

1.5

Pengertian 1. Limbah rumah sakit adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dalam bentuk padat, cair dan gas. 2. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah padat medis dan non medis. 3. Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kantainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi. 4. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit di luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. 5. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif serta darah, yang berbahaya bagi kesehatan.

6. Limbah B3 adalah limbah yang mengandung bahan berbahaya lingkungan. 7. MSDS (Material Safety Data Sheet) atau LDKB (Lembar Data Keselamatan Bahan) merupakan kumpulan data keselamatan dan petunjuk dalam penggunaan bahan-bahan kimi berbahaya. Pembuatan LDKB dimaksudkan sebagai informasi acuan bagi para pekerja dan supervisor yang menangani langsung dan mengelola bahan kimia berbahaya. 1.6 Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 3. Peraturan 4. Peraturan Pemerintah Pemerintah Nomor Nomor 40/1991 jo tentang Peraturan penanggulangan penyakit Menular 18/1999 Pemerintah Nomor 85 v Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun 5. Peraturan Pemerintah No.27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Nomor 59 Tahun1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3838) 6. Peraturan 7. Peraturan Pemerintah Pemerintah No. No. 74 82 Tahun Tahun 2001 2001 Tentang Tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air ( Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4161) 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 875/Men.Kes/SK/VII/2001 Tentang Penyusunan Upaya dan beracun bagi kesehatan manusia dan

pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup Kegiatan Bidang Kesehatan) 9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 876/Men.Kes/SK/VIII/2001 Tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan 10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/Menkes/SK/X/2004 Lingkungan Rumah Sakit 11. Keputusan Pengelolaan Menteri Negara Lingkungan dan Hidup Nomor 86/Men.LH/10/2002 Tentang Pedoman Pelaksanaan Upaya Lingkungan Hidup Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup 12. SK Gubernur Jatim Nomor 61 tahun 1999 tentang Baku Mutu Limbah Rumah Sakit 13. Limbah CairKeputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45/ Men.LH/4/2005 Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Tentang Persyaratan Kesehatan

BAB II JENIS & KARAKTERISTIK LIMBAH DI RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA A. Jenis Limbah : 1. Limbah Padat kimiawi, : kontainer bertekanan, & limbah dg

Medis : infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis, radioaktif, kandungan logam berat yg tinggi. Non Medis : limbah padat dari dapur, perkantoran, taman, & halaman yg dpt dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. 2. Limbah Cair kemungkinan 3. Limbah Gas : semua air buangan (tinja dr. keg. RS) yg mikroorganisme, limbah bentuk bahan gas dr. kimia keg.

mengandung : semua

beracun & radioaktif yg berbahaya bagi kesehatan. pembakaran di RS (insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi & pembuatan obat citotoksik) B. Karakteristik Limbah 1. Infeksius : yg terkontaminasi organisme patogen dlm jumlah & virulensi yg cukup rentan 2. Sangat Infeksius : dr pembiakan & stock bhn sangat infeksius, otopsi, organ binatang perc. & bhn lain yg tlh diinokulasi, terinfeksi/ kontak dg bhn yg sangat infeksius. 3. Sitotoksis : dr bhn yg terkontaminasi dr persiapan & pemberian obat sitotoksis untuk kemoterapi kanker yg mampu membunuh /menghambat pertumbuhan sel hidup. untuk menularkan penyakit. pd manusia

4. Kimia : dr tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi & hasil riset 5. Radioaktif : berbentuk Padat dan Cair dihasilkan dari tindakan foto rontgen dari unit radiologi.

BAB III PERSYARATAN TATALAKSANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT/CAIR BERDASARKAN KEPMENKES NOMOR 1204/MENKES/SK/X/2004 A. PERSYARATAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT/CAIR 1. Limbah Padat Medis a. Minimisasi limbah )1 Harus diupayakan melakukan reduksi

limbah dimulai dari sumber. )2 pengawasan Harus dalam dilakukan penggunaan pengelolaan bahan kimia dan yang

berbahaya dan beracun. )3 Harus dilakukan pengelolaan stok bahan

kimia dan farmasi )4 Setiap peralatan yang digunakan dalam

pengelolaan limbah medis, mulai dari pengumpulan, pengangkutan, dan pemusnahan harus melalui sertifikasi dari pihak yang berwenang.

b. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali dan Daur Ulang 1) Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan limbah. 2)Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali. 3) Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa mudah memperhatikan untuk terkontaminasi sehingga atau tidaknya. tidak Wadah tersebut harus anti bocor, ati tusuk dan tidak dibuka orang berkepentingan tidak dpat membukanya. Jarum dan syringe harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali. 4) Limbah padat medis yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses sterilisasi sesuai tabel 1. Untuk menguju efektifitas sterilisasi panas harus dilakukan tes Bacillus stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia harus dilakukan tes Bacillus subtilis. Tabel 1. Metode sterilisasi untuk limbah yang dimanfaatkan kembali
Metode sterilisasi Sterilisasi dengan panas o Sterili sasi kering dalam oven Poupinel o Sterili sasi basah dalam autoklaf Sterilisasi 160 0C 170 0C 121 0C 120 menit 60 menit 30 menit Suhu Waktu Kontak

50 -60 0 C

3-8 jam 30

dengan autoklaf o o Ethyl ene oxide (gas) Gluta raldehyde (cair)

5)

Limbah

jarum

hipodermik

tidak

dianjurkan

untuk

dimanfaatkan kembali. 6) Pewadahan limbah padat medis harus memenuhi

ketentuan sesuai tabel 2. Tabel 2. Jenis wadah dan label limbah padat medis sesuai kategorinya
N o
1 2 Radioaktif Sangat infeksius

Kategori

Warna kontainer / kantong


Merah Kuning

Lambang

Keterangan

Kantong boks dengan radioaktif

timbal simbol

4 5

Limbah infeksius dan patologi anatomi Sitoksis Limbah kimia dan farmasi

Kuning

Kantong plastik kuat, anti bocor, atau kontainer yang dapat disterilisasi dengan autoklaf Plastik kuat dan anti bocor atau kontainer

Ungu Coklat Kontainer plastik kuat dan anti bocor Kantong plastik kontainer atau

7) Daur ulang tidak bisa dilakukan kecuali untuk pemulihan perak yang dihasilkan dari proses film sinar X. 8) Limbah sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan diberi label bertuliskan Limbah Sitotoksis.

c. Pengumpulan,

pengangkutan,

dan

penyimpanan

limbah padat medis di lingkungan rumah sakit 1) Pengumpulan limbah padat medis dari setiap ruangan penghasil tertutup. 2) Penyimpanan limbah padat medis harus sesuai iklim, yaitu pada musim hujan paling lama 48 jam, dan pada musim kemarau paling lama 24 jam d. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar rumah sakit 1) Pengelola harus limbah menggunakan troli khusus yang

mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat. 2) Pengangkutan ke luar rumah

sakit menggunakan kendaraan khusus. e. Pengolahan dan pemusnahan 1)Limbah padat medis tidak diperbolehkan dibuang

langsung ke tempat pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehtan. 2)Cara dan teknologi pengolahan limbah padat medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Royal Progress International Hospital. 2. Limbah cair

Limbah cair menurut sumber atau kegiatan yang menghasilkan limbah cair dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: Pelayanan medis Penunjang medis Administrasi dan fasilitas sosial

Adapun parameter limbah yang perlu direduksi dalam proses pengolahan adalah: TSS NH3 Bebas Suhu pH PO4 BOD COD

Kualitas limbah (efluen) yang akan dibuang ke badan air atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Momor Kep58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur JATIM Nomor 61 Tahun 1999. B. TATALAKSANA PENGELOLAAN LIMBAH PADAT/CAIR 1. Limbah padat medis a.Minimisasi limbah 1) Pilih bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah

sebelum pembelian. 2) Gunakan sedikit mungkin bahan kimia. 3) Utamakan metode pembersihan secara fisik daripada kimiawi. 4) Cegah bahan-bahan yang dapat menjadi limbah, seperti dalam kegiatan perawatan dan kebersihan.

5) Monitor alur penggunaan bahan kimia dari bahan baku sampai menjadi limbah bahan berbahaya dan beracun. 6) Pesan bahan-bahan sesuai dengan kebutuhan. 7) Gunakan bahan-bahan yang diproduksi lebih awal untuk menghindari kadaluarsa. 8) Habiskan bahan dari setiap kemasan (isi kemasan harus habis digunakan sebelum kemasannya dibuang). 9) Cek tanggal kadaluarsa bahan-bahan pada saat

penerimaan. b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang 1) Lakukan pemilahan jenis limbah padat medis mulai

dari sumber yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah sititoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan limbah dengan kandungan logam berat tinggi. 2) Tempat pewadahan limbah padat medis : a. yang Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, halus pada bagian dalamnya, misalnya

tahan karat, kedap air, dan mempunyai permukaan fiberglass. b. medis Pada setiap sumber penghasil limbah padat harus tersedia tempat pewadahan yang

terpisah dengan limbah padat non medis. c. limbah. Kantong plastik diangkat setiap hari atau

kurang dari dari sehari apabila 2/3 bagian telah terisi

d.

Untuk benda-benda tajam ditampung pada

tempat khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman. e. Tempat pewadahan limpah padat infeksius dan

sititoksik yang tidak langsung konta dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan disinfektan apabila langsung akan digunakan limbah kembali, tersebut sedangkan tidak boleh untukkantong plastik yang telah dipakai dan kontak dengan digunakan kembali. 3) Bahan atau alat yang dapat dimanfaatkan kembali

setelah melalui sterilisasi meliputi pisau bedah (scalpel), jarum hipodermik, syringe, botol gelas, dan kontainer. 4) Alat-alat lain yang dapat dimanfaatkan kembali

setelah melalui sterilisasi adalah radionukleida yang telah diatur tahan lama untuk radioterapi seperti pins, needle, atau seeds. c. Tempat penampungan sementara TPS Limbah B3 digunakan untuk menyimpan sementara abu sisa pembakaran sebelum dibuang ke sanitary landfill dan limbah medis lain, yaitu: Limbah radioaktif, limbah farmasi, oli bekas dan Limbah kaleng bertekanan. Limbah padat medis yang belum dibakar sementara ditampung di incinerator dan setelah mencukupi volumenya 50-70 Kg baru kemudian di dibakar. incinerator Limbah dengan padat suhu 24 medis 10000C jam dimusnahkan Pemusnahan

dilakukan

selambat-lambatnya

apabila disimpan pada suhu ruang. d. Transportasi

1)

Kantong limbah padat medis sebelum dimasukkan ke

kendaraan pengangkut harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutup. 2) Kantong limbah medis padat harus aman dari

jangkauan manusia maupun binatang. 3) Petugas harus menggunakan alat pelindung diri

(APD) yang terdiri dari : Topi/helm; Masker; Pelindung mata; Pakaian panjang (coverall) Apron untuk industri; Pelindung kaki/sepatu boot; dan g) Sarung tangan khusus (disposable glove atau heavy duty gloves) e. Pengolahan, pemusnahan dan pembuangan akhir limbah padat 1) Limbah sangat Infeksius seperti biakan dan persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan basah seperti dalam autoclave. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan didesinfeksi. 2) Limbah benda tajam harus diolah diincenerator suhu tinggi maksimal 12000C 3) Untuk limbah farmasi , obat sitotoksik serta limbah bahan kimia harus dibuang ke sanitary landfill yang telah

mendapat ijin dari pemerintah pusat atau dengan mengembalikan kedistributornya.

2. Limbah cair medis Limbah cair harus dikumpulkan dalam kontainer yang sesuai dengan karakteristik, Volume dan prosedur penangan dan penyimpanannya. a) Saluran pembuangan limbah harus menggunakan sistem saluran tertutup, kedap air dan limbah harus mengalir dengan lancar serta terpisah dengan saluran air hujan. b) Rumah sakit harus memiliki IPAL tersendiri atau bersama-sama kolektif dengan bangunan disekitarnya yang memenuhi persyaratan teknis. c) d) e) Perlu dipasang alat pengukur debit limbah cair untuk mengetahui debit harian limbah yang dihasilkan. Air limbah dari dapur harus dilengkapi grease trap atau saringan penangkap lemak. Frekwensi pemeriksaan kualitas air limbah cair terolah ( Effluent) dilakukan setiap bulan sekali untuk swapantau dan minimal 3 bulan sekali untuk uji petik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. f) Rumah sakit yang menghasilkan limbah cair yang mengandung pengelolaannya BATAN. atau terkena sesuai zat dengan radioaktif, petunjuk dilakukan

BAB IV PENGOLAHAN LIMBAH DI RSUD BHAKTI DHARMA HUSADA SURABAYA

A. Proses Pengolahan Limbah Padat Medis 1. SUMBER LIMBAH Limbah medis B3 berasal dari Ruang IRJA, IGD, Kamar Operasi, Laboratorium, Radiologi, Rawat Inap dan Farmasi. 2. PEMILAHAN Dari sumber limbah, kita lakukan pemilahan dengan

membedakan tempat sampah sebagai berikut: a. Safety Box berwarna kuning berlapis plastik berwarna kuning dengan tanda Biohazard sebagai tempat limbah medis tajam yang meliputi semua jarum, pisau bedah, dan benda tajam lainnya. b. Tempat Sampah Botol berlapis plastik berwarna kuning sebagai tempat limbah medis botol yang meliputi: botol infus, botol vial dan ampul serta spuit.

c. Tempat Sampah Medis berlapis plastik berwarna kuning sebagai tempat limbah medis yang meliputi : kasa, perban, kapas, kateter, sarung tangan, masker, kantong darah, selang infus dll. 3. PENGUMPULAN Dilakukan pengumpulan setiap hari oleh petugas sanitasi dengan menggunakan trolly tertutup. 4. PENIMBANGAN Dilakukan penimbangan untuk tiap jenis limbah. 5. DESINFEKSI Dilakukan desinfeksi untuk limbah botol direndam dengan larutan kaporit selama 6 jam untuk kemudian disimpan didalam trolly tertutup selanjutnya akan dilakukan penghancuran dengan mesin needle destroyer. 6. PENYIMPANAN SEMENTARA Dilakukan penyimpanan sementara limbah medis dan limbah benda tajam di dalam tungku incinerator sambil menunggu kapasitas limbah mencukupi untuk dibakar yakni 50 Kg dalam sekali pembakaran. 7. PEMBAKARAN a. Untuk limbah medis Dilakukan pembakaran di Incinerator dengan suhu 1000o C selama 1 Jam. b. Untuk pemusnahan limbah farmasi dengan jumlah kurang dari 50 KG dibuatkan berita acara pemusnahan dengan diketahui pejabat setempat setelah itu bisa dibakar di incinerator dengan suhu 10000C selama 1 jam c. Limbah farmasi dalam jumlah besar harus dikembalikan ke distributor. d. Untuk limbah sitotoksik dianjurkan untuk dikembalikan ke distributor.

8. PENANGANAN LIMBAH PATOLOGI (Potongan Tubuh) a.


b. Keluarga Jika pasien sebelumnya membawa menandatangani pulang limbah inform consent yang telah dibuat oleh petugas kamar operasi. keluarga ingin patologi maka keluarga pasien menandatangani inform consent yang sudah disiapkan instalasi sanitasi. c. d. e. Jika keluarga setuju untuk dimusnahkan, perawat kamar operasi segera konfirmasi dengan instalasi sanitasi Limbah patologi diberi sanitasi dimasukkan label kedalam kantong mempermudah limbah patologi plastik merah dan dibungkus kardus Kemudian Petugas ke TPS limbah B3 g. Limbah kemudian dimasukkan ke incinerator untuk dimusnahkan. 9. PENANGANAN ABU SISA PEMBAKARAN Setelah selesai proses pembakaran, Abu sisa pembakaran dikumpulkan dalam kontainer tertutup untuk selanjutnya dikirim ke sanitary landfill atu ke TPA Benowo. untuk identifikasi dan pada saat pemilahan. dan keluarga pasien wajib mendapat petunjuk yang benar dalam penanganan limbah tersebut dari

f.

mengambil

dengan menggunakan trolly khusus limbah medis untuk dibawa

B. Proses Pengolahan Limbah cair 1. Limbah Cair Limbah Cair rumah sakit adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikro-organisme, bahan kimia beracun serta darah yang berbahaya bagi kesehatan.

2. Sumber Limbah Cair Limbah cair rumah limbah yaitu: sakit cair menurut dapat sumber/kegiatan menjadi penunjang 3 yang (tiga) medik, menghasilkan kelompok, dibagi

pelayanan

medik,

administrasi dan fasilitas sosial. Adapun parameter limbah cair yang perlu diolah adalah BOD, COD, TSS, NH3 bebas, suhu, PH dan PO4, sesuai dengan persyaratan Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No : Kep. 58/MENLH/12/1995 dan SK Gubernur JATIM Nomor 61/tahun 1999. 3. Tujuan Pengolahan Prinsip dasar pengolahan limbah cair adalah menghilangkan atau mengurangi kontaminan yang terdapat didalam limbah cair sehingga hasil olahan limbah dapat dimanfaatkan kembali atau tidak mengganggu lingkungan apabila dibuang ke tanah atau ke badan air penerima. 4. Proses Pengolahan Limbah Cair RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya Proses pengolahan limbah cair yang di gunakan oleh RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya adalah mengggunakan proses aerob dengan sistem biofilm BIOCAPS, Reaktor ini banyak dipergunakan karena mempunyai banyak kelebihan dibanding reaktor yang tidak menggunakan media (suspended growth) Kelebihan utama dari sistem ini ialah mikroorganisme yang menempel pada media tidak tergusur/terbuang akibat beban hidraulik yang terlalu tinggi, sehingga pemeliharaannya menjadi mudah. SUMPIT / SEPTIC TANK

Limbah cair dari seluruh ruangan yaitu kamar mandi, wastafel maupun spool hook ditampung dalam sumpit atau saptic tank. Untuk limbah cair dari ruangan khusus pretreatment dahulu sebelum masuk ke screen pit. SCREEN PIT Dari sumpit, limbah dipompa menuju ke bak penyaring atau Screen pit yang bertujuan untuk menyaring partikel tersuspensi kasar/kotoran yang besar (lebih besar dari 1 cm) yang terbawa dalam air limbah agar tidak masuk menuju ke IPAL. BAK BALANCING TANK Air limbah kemudian dialirkan ke dalam bak Balancing Tank untuk dilakukan netralisasi yakni pH analyzer akan secara otomatis memerintahkan bahan kimia NaOH (Caustic Soda) dan HCL (Asam Chlorida) dengan menggunakan dosing pump. Dengan adanya bak Balancing beban air limbah dapat dihomogenasikan (disetarakan) baik secara kualitas maupun kuantitas, sehingga sistem dapat berjalan dengan efisien tinggi dan optimal. BAK AERASI Di bak aerasi diharapkan berkembang biak massa bakteri yang cukup guna menurunkan tingkat pencemaran air limbah. Didalam bak aerasi ini digunakan juga media sarang tawon agar massa bakteri bisa tumbuh. Bakteri yang dipakai adalah bakteri yang memiliki sifat aerob yang membutuhkan udara dalam perkembangbiakannya. Untuk mendapat supplay oksigen yang cukup, digunakan blower. SEDIMENTASI TANK Pada bak ini, massa bakteri yang mati akan mengendap. Dan dalam waktu tertentu lumpur yang dihasilkan akan disedot dengan mobil tinja. Air bersih yang sudah diolah, akan mengalir : Laboratorium, radiologi, CSSD, dan laundry masuk kedalam

secara overflow (tumpah) melewati gutter kemudian mengalir ke bak klorinasi. KLORINASI TANK Pembubuhan kaporit dapat dilakukan di bak klorinasi dan diharapkan terdapat waktu tinggal 30 menit. Setelah air limbah melewati bak klorinasi, maka air limbah dapat dibuang ke badan air atau untuk menyiram tanaman. Air yang keluar dari klorinasi Tank sudah memenuhi syarat yang ditentukan oleh pihak BLH Kota surabaya seperti parameter BOD, COD, TSS,dll. Air hasil ini sudah layak/dapat dibuang kesaluran umum. Air hasil keluaran ini perlu ditest/diuji parameternya ke instansi yang berwenang seperti BBTKL atau Balai LABKES Surabaya. Untuk limbah cair hasil proses pencucian film di unit Radiologi mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun (Fixer & Developer), limbahnya tidak dibuang ke IPAL RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya tapi limbahnya dikirim ke instansi pengolahan limbah B3 yakni kerjasama dengan CV. Rukun Bersama Mojokerto. Sebelum limbah diangkut oleh petugas, limbah tersebut sementara ditampung kedalam derigent dan diberi label.

BAB V PERALATAN, PENGOPERASIAN, DAN ALAT KONTROL

a.Grease Trap Grease trap (saringan) terbuat dari bahan stainless steel dengan jarak kerenggangan saringan 1 cm. Berfungsi untuk menyaring lemak dari dapur sebelum masuk ke sumpit. Cara mengangkat atau membersihkan kotoran: a. Matikan pompa Sump Pit, dengan cara meletakkan posisi Selector Swich pada kontrol panel di posisi OFF. b. Buka penutup grease trap kemudian angkat saringan dan masukkan padatan ke dalam kantung plastik yang telah disediakan, Bersihkan saringan semprotan air sampai bersih. c. Setelah selesai, kembalikan ke posisi semula, dan jangan lupa kedua Selector Swich untuk Pompa Sump Pit dikembalikan pada posisi AUTO.

b. Sumpit Sumpit adalah bak penampung awal yang terbuat dari beton dengan volume 2m3. Dilengkapi dengan pompa submersible. Di RSUD Bhakti Dharma Husada terdapat 7 sumpit yang tersebar diseluruh area rumah sakit, yakni: -Sumpit 1 menampung area Manajemen dan lobby. -Sumpit 2 menampung area Pediatrik, kamar operasi dan seluruh poliklinik. -Sumpit 3 menampung area UGD dan Security -Sumpit 4 menampung area ICU, VK, Lab, Radiologi -Sumpit 5 menampung area Bangsal, irna 1, Irna 2, Irna 3A, VIP -Sumpit 6 menampung Gizi Ruang isolasi -Sumpit 7 menampung area Sanitasi, IPS, CSSD Laundry dan kamar jenazah Sumpit dilengkapi dengan panel otomatis untuk menyalakan pompa submersible pada level air tertentu untuk dialirkan ke bak equalisasi melalu screen pit. c. Screen pit Bak yang berfungsi untuk menyaring benda padat Sampah-sampah sisa-sisa kotoran, plastik, sisa makanan, sisa pembungkus, kertas tissue dll. Bak Screen pit yang terbuat dari besi stainless ukuran lobang 5 mm/0.5 Cm d. Bak Equalisasi /balancing tank Bak equalisasi dilengkapi dengan 2 buah mesin blower yang menyala bergantian tiap 1 jam sekali yang berfungsi

untuk menghomogenkan air limbah baik kualitas maupun kuantitas Bak equalisasi mempunyai Volume: 37,5 m3 Bak equalisasi dilengkapi dengan 2 buah pompa submersible yang menyala bergantian tiap 1 jam sekali pada level air tertentu berfungsi untuk mengalirkan air limbah yang sudah homogen ke bak aerasi e. Bioreaktor /bak aerasi Bioreaktor /bak aerasi dilengkapi dengan sarang tawon yakni media untuk perkembang biakan bakteri aerob dengan kapasitas Tabung berdiameter 2,25m panjang 9 M dengan waktu detensi 1 hari untuk selanjutnya air limbah mengalir secara overflow ke bak sedimentasi.

f. Bak Sedimentasi Bak pengendapan lumpur yang dilengkapi dengan pompa submersible untuk menguras lumpur tahun sekali. g. Bak khlorinasi Bak yang digunakan untuk desinfeksi air limbah dengan pembubuhan kaporit melalui pompa dosing dengan dosis kaporit 0,5 Kg perhari h. Bak Indikator Bak yang digunakan untuk mengetahui effisiensi pengolahan limbah sebelum keluar ke badan air dengan indikator ikan lele. i. Pengujian laboratorium Dilakukan uji secara kimia, biologi dan fisik, baik inlet maupun out let secara rutin 1 bulan sekali di BBTKL Surabaya (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan ) ke mobil tinja satu

j. Panel Kontrol Didalam ruang panel terdapat: Kotak panel listrik Mesin Blower Pompa Dosing pH Control Tabung Asam, Basa dan Kaporit AC

Didalam kotak panel terdapat lampu indikator untuk mengetahui effisiensi mesin (Pompa submersible, Blower, Dosing bekerja. Pomp), Jika ada lampu indikator yang mati menandakan ada salah satu komponen mesin yang tidak

BAB VI PENGECEKAN AWAL SEBELUM PENGOPERASIAN

A.Pengecekan Pompa Submersible (Celup) Dilakukan pengecekan pompa submersible pada bak-bak sumpit dan bak equalisasi yang bertujuan untuk mengetahui apakah pompa bekerja atau tidak dengan cara : -Hidupkan pompa pada posisi manual -Cek aliran air yang keluar dari pipa - Jika air mengalir lancar berarti pompa bekerja dengan maksimal. B.Pengecekan Blower Pengecekan meliputi: -Pengecekan visual yatu untuk mengetahui blower bekerja dengan maksimal atau tidak -Pengecekan tekanan udara yang dihasilkan, dengan melihat pressur yang ada di mesin blower -Pengecekan oli, yaitu dilihat dari indikator oli, jika mencapai dibawah level berarti harus dilakukan pengisian oli yang baru.

C.Pengecekan Pompa Dosing Lakukan pengisian air pada sisi inlet pompa dengan mengisi selang dengan air sampai penuh, dan jalankan pompa secara manual. Jika air dapat dialirkan, maka pompa bekerja dengan baik.

BAB VII KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PETUGAS PENGELOLA LIMBAH

A.Kesehatan Kerja Petugas Sanitasi 1. CUCI TANGAN Kebersihan Tangan indikator kualitas Patient Safety Tangan :media transmisi patogen tersering di RS Larutan anti septic yang digunakan:100 ml alkohol 70% +1-2 ml gliserin 10%

2. a)Sarung Tangan Bersih Steril

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI

Pilih ukuran sesuai dg tangan Pasang sehingga menutup pergelangan gaun

b) Masker, goggle, pelindung wajah Melindungi mukosa membran mata, hidung,mulut kemungkinan c) Gaun/apron Bersih, melindungi kulit,cegah baju terkontaminasi mencegah kontaminasi dari pasien petugas d)Penutup kakilindungi dr tumpahan /percikan bahan infeksius 3.KESEHATAN PETUGAS Vaksinasi Hepatitis MCU teratur terutama petugas yg menangani kasus dengan penularan melalui airborne Penanganan paska pajanan yang memadai (ada alur pajanan, ke? Petugas sakit ,berapa lama diliburkan? Batasi kontak langsung dengan pasien sebelum 4 jam sudah ditentukan penata laksanaan) petugas yang dihubungi? Pem Lab,laporan petugas pasien, percikan / semprotan darah/cairan selama prosedur tindakan/perawatan pasien dari tubuh

B.Keselamatan Kerja Petugas sanitasi 1.Peralatan listrik Setiap pengecekan atau perbaikan prosedur sebagai berikut: - Pengecekan dan perbaikan hanya dilakukan oleh teknisi yang Berpengalaman d. Aliran listrik pada panel kontrol harus selalu dimatikan selama pekerjaan dilakukan peralatan listrik lakukan

e.

Kunci panel kontrol dan tempelkan catatan Sedang dalam

perbaikan, Jangan dinyalakan. Bila perlu ruang panel dikunci f.Harus menggunakan baju lengan panjang dan celana panjang. Ujung baju dan celana harus dikancingkan / diikat sehingga tidak ada bagian dari pakaian yang menjulur keluar g. Harus menggunakan sarung tangan karet dan sepatu yang bersol karet dan tidak berpaku (sebagai isolator) dan semuanya harus selalu dalam keadaan kering h. Tidak bersandar dan tangan tidak menyentuh apapun selain bagian yang dikerjakan i. Menggunakan peralatan (obeng, tang, dll) yang berlapis karet atau plastik j. Lakukan pengetesan tegangan listrik dengan testpen untuk menyakinkan sebelum pekerjaan dimulai k. Listrik hanya boleh dinyalakan kembali oleh teknisi yang bersangkutan 2.Peralatan Mekanik Peralatan mekanik yang dapat membahayakan adalah blower dan pompa. l. Karena semua peralatan mekanik menggunakan listrik sebagai sumber m. n. daya maka seluruh prosedur pada PERALATAN LISTRIK harus dipenuhi Menggunakan kacamata pelindung pada saat bekerja Bila pekerjaan diperkirakan akan memakan waktu cukup dekat bagian yang berputar lama maka harus dipertimbangkan akan terjadinya banjir karena pompa-pompa tidak bekerja. Dalam hal ini sebaiknya kabel sumber daya peralatan yang akan dikerjakan dilepaskan dari panel kontrol agar panel kontrol dapat dinyalakan kembali o. Memasang kembali semua tutup pelindung

BAB VIII MONITORING DAN EVALUASI I. MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN PENGOLAHAN

LIMBAH PADAT MEDIS Dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan limbah padat medis, instalasi sanitasi melakukan monitoring dan evaluasi harian maupun bulanan yang meliputi: a. Jumlah total dan jumlah limbah padat medis terpilah yang terkumpul secara harian dan dilaporkan tiap bulan kepada kepala seksi penunjang diagnostik. b. Jumlah pemakaian bahan bakar solar untuk proses pembakaran limbah padat medis dilaporkan tiap bulan kepada Kasubbag Umum dan kepegawaian. c. Monitoring effisiensi mesin incinerator dilakukan setiap awal dan akhir proses pembakaran dan dicatat dalam formulir pemantauan mesin incinerator. d. Monitoring keberhasilan proses pembakaran dengan dilakukan uji abu residu dan uji emisi incinerator di BBTKL Surabaya (Balai

Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Surabaya) dianggarkan 6 bulan sekali. e. Monitoring kesehatan petugas sanitasi dengan dilakukan medical cek setiap 6 bulan sekali.

II. MONITORING LIMBAH CAIR

DAN

EVALUASI

KEGIATAN

PENGOLAHAN

Dalam pelaksanaan pengolahan limbah cair, instalasi sanitasi melakukan monitoring dan evaluasi harian maupun bulanan yang meliputi: a. Monitoring debit, pH, pompa submersible yang dilakukan setiap hari untuk dilaporkan tiap bulan kepada kepala seksi penunjang diagnostik. b. Monitoring ketersediaan cairan asam, basa dan kaporit untuk netralisasai limbah setiap hari. c. Monitoring keberadaan lumpur di bak sedimentasi untuk dialirkan ke bak pengumpul sludge sementara sebelum akhirnya penuh dan dibuang di mobil tinja dilakukan 3 hari sekali. d. Monitoring ketersediaan oli blower setiap bulan sekali. e. Monitoring hasil pengolahan limbah dengan melakukan uji laboratorium pemeriksaan limbah cair setiap bulan sekali. f. Monitoring kesehatan petugas sanitasi dengan dilakukan medical cek setiap 6 bulan sekali.

BAB IX PENUTUP Limbah medis adalah masalah kritis yang membutuhkan perhatian dan penanganan secara intensif guna menjaga kualitas lingkungan dalam manjaga dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Instalasi sanitasi dalam hal ini adalah melaksanakan tugas dan kewajibannya. petugas penjaga itu diperlukan lingkungan yang sangat membutuhkan instalasi yang lain dalam Untuk kerjasama yang baik dari semua pihak terutama managemen, semua instalasi di rumah sakit maupun instansi SEMUA. Demikian pedoman limbah ini dibuat atas kerjasama dan perhatiannya disampaikan terimakasih. Saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan guna memperbaiki pedoman maupun kinerja instalasi sanitasi. di luar rumah sakit dalam SEHAT UNTUK KITA mewujudkan RSUD Bhakti Dharma Husada

You might also like