You are on page 1of 13

RINGKASAN LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA WAHID HASYIM MODEL SUMBERWUDI KARANGGENENG LAMONGAN KELAS XI TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007

SITI NURYANTI, M.Ag M. HARIS AMIN

GUGUS PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK) SOSIOLOGI SMA WAHID HASYIM MODEL SUMBERWUDI KARANGGENENG LAMONGAN JAWA TIMUR

2006 PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA WAHID HASYIM MODEL SUMBERWUDI KARANGGENENG LAMONGAN KELAS XI TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007 A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Banyak pihak yang mensinyalir rendahnya kualitas pendidikan saat ini berkaitan erat dengan rendahnya motivasi siswa Untuk memecahkan masalah pembelajaran yang demikian perlu dilakukan upaya, yang antara lain berupa pengembangan strategi pembelajaran yang mampu mengoptimalkan motivasi belajar siswa dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran secara menyeluruh dalam belajar. Metode Pembelajaran Problem Solving merupakan salah satu pendekatan pembelajaran motivasional yang diyakini mampu meningkatkan motivasi maupun prestasi siswa dalam belajar. Berdasarkan kenyataan diatas maka kami melakukan Penelitian Tindakan Kelas dengan judul PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN METODE PROBLEM SOLVING PADA PELAJARAN SOSIOLOGI DI SMA WAHID HASYIM MODEL SUMBERWUDI KARANGGENENG LAMONGAN, KELAS XI, TAHUN PELAJARAN 2006 / 2007 ". Pada penelitian ini akan dikembangkan tindakan-tindakan yang dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pengaruh metode problem terhadap peningkatan HASYIM Model? 2. Apa kelebihan dan kekurangan dari metode problem solving (pemecahan masalah) dalam kegiatan belajar mengajar ? 3. Tujuan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dengan tujuan 1. Untuk mengetahui dampak metode problem solving (pemecahan masalah) terhadap peningkatan semangat belajar siswa kelas XI SMA WAHID HASYIM Model 2. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode problem solving (pemecahan masalah). 4. Hipotesis Tindakan Untuk menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis yang akan diajukan adalah bahwa penerapan metode Problem Solving (pemecahan masalah) semangat belajar solving siswa (pemecahan kelas masalah) XI SMA WAHID

dapat meningkatkan motivasi pembelajaran sosiologi siswa kelas XI SMA WAHID HASYIM Model. 5. Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai berikut: a. Bagi lembaga Sebagai penambah sumber keihnuan yang baru bagi lembaga, sehingga lembaga tersebut lebih sering menggunakan metode problem solving sebagai upaya menuju terhadap demokratisasi pendidikan b. Bagi guru Sebagai alat tolak ukur bagi metode yang telah disampaikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar dikelas, sehingga guru dapat menggunakan metode yang lebih baik dalam kegiatan belajar mengajar guna mencapai terhadap berbagai tujuan yang diinginkan. c. Bagi siswa Sebagai tambahan ilmu mengenai metode dalam pendidikan, sehingga mereka mengetahui bahwa dalam pendidikan mereka bukan hanya dijadikan sebagai obyek, melainkan perlu juga dijadikan sebagai subyek. d.. Bagi peneliti Sebagai suatu eksperimen yang dapat dijadikan salah satu acuan untuk Untuk menambah wawasan keilmuan tentang metode problem solving. Sebagai sumbangsih pemikiran dari peneliti yang merupakan wujud dalam pengabdiannya terhadap lembaga melaksanakan penelitian selanjutnya.

aktualisasi peran mahasisiwa pendidikan.. B. Kajian Pustaka dan Rencana Tindakan 1.

Pengertian Metode Problem Solving Metode ini berasal dari John Dewey, maksud utama metode ini adalah latihan kepada siswa dalam berpikir. Metode ini dapat

memberikan

menghindarkan dalam pembuatan kesimpulan yang tergesa-gesa. Proses menimbang-nimbang berbagai kemungkinan pemecahan dan menangguhkan pengambilan keputusan sampai terdapat bukti-bukti yang cukup akan menjadi dasar dalam penerapan metode ini. Metode problem solving (pemecahan masalah) atau suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan sejalan melatih anak-anak (siswa) untiik menghadapi masalahmasalah dari yang paling sederhana sampai kepada masalah yang paling rumit (Zuhairini, 1997 : 110). Metode ini biasanya dikombinasikan dengan metode proyek, dimana anak

dihadapkan pada masalah-masalah, kemudian disuruh memecahkan sendiri sampai mendapatkan pemecahannya atau kesimpulannya (Roestiyah, 1986 : 82). Suatu masalah yang akan dipecahkan selalu mempunyai ciri yaitu adanya suatu kesulitan baik yang bersifat psikis maupun fisik.maksudnya dalam percakapan seharihari dikatakan bahwa ada persoalan yang memerlukan otak dan ada yang memerlukan otot untuk dapat memecahkannya. Oleh sebab itulah maka sebaiknya suatu masalah yang akan dipecahkan oleh murid harus selalu merupakan masalah yang kepentingan pemecahannya benar-benar dihayati sebagai kebutuhan bagi hidupnya. Suatu masalah dikatakan masalah yang baik bila memenuhi syarat-syatar sebagai berikut: 1. Jelas, dalam arti bersih dari kesalahan-kesalahan bahasa maupun isi pengertian yang berbeda. 2. Kesulitan dapat diatasi, maksudnya adalah bahwa pokok persoalan yang akan dipecahkan tidak merupakan pokok berganda 3. Bernilai bagi murid, hasil atupun proses yang dialami murid harus bermanfaat dan menguntungkan pengalaman murid atau memperkaya pengalaman murid. 4. Sesuai dengan perkembanganm psikis murid, masalah yang dipecahkan tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. 5. Praktis, dalam artian mungkin dijumpai delam kehidupan sehari-hari (Jusuf Djajadisasra, 1981: 21). Adapun tujuan utama dari penggunaan metode problem solving dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut: 1. mengembangkan kemampuan berpikir, terutama dalam mencari sebab akibat dan tujuan dari suatu permasalahan. 2. memberikan kepada siswa pengetahuan dan kecakapan praktis yang bernilai atau bermanfaat bagi keperluan hidup sehari-hari. 3. belajar bagaimana dalam bertindak dalam suatu situasi baru. 4. belajar permasalahan. Metode problem solving (pemecahan masalah) tepat digunakan: 1. apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa untuk berpikir kritis dan analitis. 2. apabila pelajaran dimaksudkan untuk melatih siswa memiliki keberanian dan rasa tanggung jawab dalam mengahadapi masalah-masalah kehidupan kelak dimasyarakat. 2. Rencana Tindakan bekerja secara sistematis diwaktu memecahkan suatu

a.

Kegiatan Peneliti: 1. Peneliti menetapkan suatu pokok atau problema yang akan dipecahkan guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok permasalahan 2. Guru mengatur giliran pembicaraan agar semua siswa tidak serempak berbicara mengemukakan pendapatnya masing-masing 3. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendapatkan apa yang sedang dikemukakan 4. Mengatur agar sifat atau isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan.

b.

Kegiatan siswa 1. Menelaah topik atau pokok permasalahan yang diajukan guru, atau mengusulkan suatu problema 2. Ikut aktif memikirkan sendiri atau mencari sumber atau data dari buku-buku sumber pengetahuan lain agar dapat menemukan jawaban pemecahan masalah yang diajukan 3. Menghormati pendapat teman-temannya walaupun tidak setuju dengan pendapat yang dikemukakan

C. Metode Penelitian 1. Setting Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA WAHID HASYIM Model tepatnya di desa Sumberwudi Kecamatan Karanggeneng Kabupaten Lamongan. Adapun Penelitian Tindakan Kelas ini di hususkan pada kelas XI semester pertama pada mata pelajaran sosiologi, tahun pelajaran 2006. 2. Persiapan Penelitian Metode problem solving bukan hanya sekedar metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Penggunaan metode ini memerlukan persiapan-persiapan sebagai berikut: a. Adanya masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuanya.. b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya dengan jalan membaca buku, meneliti, bertanya, berdiskusi dan lain sebagainya. c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh pada langkah kedua diatas.

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok, apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya, seperti demontrasi, tugas, diskusi dan lain sebagainya. e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus samapi kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban daari masalah tadi. Disamping langkah tersebut juga terdapat langkah-langkah lain yaitu sebagai berikut: - pengenalan kesulitan masalah - pendefinisian masalah - saran-saran mengenai berbagai kemungkinan pemecahan - pengujian hipotesis - memferifikasi kesimpulan (Muhaimin dkk, 1996 : 88) 3. Siklus Penelitian Siklus dalam penelitian ini adalah merupakan hal yang paling inti dari Penelitian tindakan kelas karena dengan siklus itulah sebuah metode dapat diuji secara akurat dan lebih mempunyai kridibilitas yang tinggi serta kita akan dapat mengetahui secara seksama pengaruh penggunaan metode yang kita aplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar. Dalam Penelitin kami ini dilaksanakan dengan tiga kali siklus yang berlangsung antara bulan agustus sampai bulan september 2006. Adapun tema yang diambil adalah masalah terjadinya kenakalan remaja dan terjadinya disintegrasi sosial. 4. Instrumen Alat yang digunakan dalam proses pem belajaran (kegiatan belajar mengajar) disekolah ini adalah buku pedoman guru dan siswa kelas XI serta buku pedoman SM A sosiologi KBK 2004, suplem en kurikulum 2004 dan Lembar Kerja Sisw a serta dan sarana prasarana pembelajaran seperti VCD dan alat-alat tulis. D. HASIL PENELITIAN Siklus Pertama a. Perencanaan meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok permasalahan 2. Guru mengatur giliran pembicaraan agar semua siswa tidak serempak berbicara mengemukakan pendapatnya masing-masing 3. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendapatkan apa yang sedang dikemukakan 1. Peneliti menetapkan suatu pokok atau problema yang akan dipecahkan guru

4. Mengatur agar sifat atau isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan b. Pelaksanaan 1. Tahap awal: membuka pelajaran perkenalan antara peneliti dan siswa

2. Tahap inti: - memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian di SMA WAHID HASYIM Model Sumberwudi - membantu siswa menyiapkan bahan atau media yang diperlukan dalam penelitian ilmiah - peneliti memberikan rangsangan berfikir pada siswa bagaimana cara berpartisipasi dalam penelitian ini - memberikan Topik Permasalahan - memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat dan berdiskusi sesuai dengan tema 3. Tahap akhir - peneliti menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan pemantapan - peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. - peneliti menutup pelajaran c. Pengamatan Penelitian tindakan kelas yang dilakukan di kelas XI ini menerapkan metode problem solving (pemecahan masalah) dalam kegiatan belajar mengajar dan didapat hasil yang cukup memuaskan. Dari pengamatan dapat diketahui secara langsung bahwa dengan metode tersebut suasana kelas menjadi hidup. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang ikut aktif dalam mengajukan permasalahan dan memecahkan suatu permasalahan. Dalam memecahkan berbagai permasalahan, siswa seringkali menggunakan buku rujukan yang ada kaitannya dengan permasalahan dan juga disertai dengan alasan-alasan yang rasional. Disamping itu pula banyak siswa yang terlihat antusias dalam mendengarkan permasalahan dan pemecahannya, sehingga terlihat tidak ada siswa yang mengantuk, main-main, bergurau dan bahkan tertidur. d. Refleksi Sesuai dengan apa yang telah kami amati, penggunaan metode problem solving dalam pelajaran sosiologi kelas XI melalui perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode tersebut telah memberikan hasil yang

maksimal. ini terbukti dengan bersemangatya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga suasana kelas menjadi hidup. Walaupun demikian perlu adanya suatu pembenahan guna mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan metode ini. Langkah berikutnya kami akan merencanakan dan menguji kembali penerapan metode ini dalam siklus ke dua. Siklus kedua: a. 1. Perencanaan Peneliti menetapkan suatu pokok atau problema yang akan dipecahkan guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok permasalahan 2. Guru mengatur giliran pembicaraan agar semua siswa tidak serempak berbicara mengemukakan pendapatnya masing-masing 3. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendapatkan apa yang sedang dikemukakan 4. Mengatur agar sifat atau isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan b. 1. 2. Tahap inti: - membantu siswa menyiapkan bahan atau media yang diperlukan dalam penelitian ilmiah - peneliti memberikan rangsangan berfikir - peneliti mempersilahkan siswa untuk melanjutkan diskusi kemarin - memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat dan berdiskusi sesuai dengan tema peneliti - peneliti memberi pertanyaan kepada siswa 3. Tahap akhir - peneliti menyimpulkan hasil diskusi dan memberikan pemantapan - peneliti memberikan himbauan dan motivasi kepada siswa untuk membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. - peneliti menutup pelajaran c. Pengamatan. Dari pengamatan juga dapat diketahui secara langsung bahwa dengan metode tersebut suasana kelas menjadi hidup. Hal ini juga dibuktikan dengan banyaknya siswa yang ikut aktif dalam mengajukan permasalahan dan memecahkan suatu permasalahan. Dalam Pelaksanaan Tahap awal: membuka pelajaran pemberian motivasi dan review

memecahkan berbagai permasalahan, siswa juga seringkali menggunakan buku rujukan yang ada kaitannya dengan permasalahan dan juga disertai dengan alasan-alasan yang rasional. d. Refleksi Sesuai dengan apa yang telah kami amati, penggunaan metode problem solving dalam pelajaran sosiologi kelas XI pada siklus kedua ini, maka dapat pula diambil suatu kesimpulan bahwa metode tersebut telah memberikan hasil yang maksimal. ini terbukti dengan bersemangatya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga suasana kelas menjadi hidup. Penelitian kedua ini juga didasarkan melalui perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya. Untuk lebih memantapkan keefektifan penggunaan metode ini dalam proses belajar mengajar, kami akan menguji kembali pada siklus ketiga dalam Penelitian Tindakan Kelas ini. Siklus Ketiga: a. Perencanaan a. Peneliti menetapkan suatu pokok atau problema yang akan dipecahkan guru meminta kepada siswa untuk mengemukakan suatu pokok permasalahan b. Guru mengatur giliran pembicaraan agar semua siswa tidak serempak berbicara mengemukakan pendapatnya masing-masing c. Menjaga suasana kelas dan mengatur setiap pembicara agar seluruh kelas dapat mendapatkan apa yang sedang dikemukakan d. Mengatur agar sifat atau isi pembicaraan tidak menyimpang dari pokok permasalahan b. Pelaksanaan a. Tahap awal: b. Tahap inti: - membantu siswa menyiapkan bahan atau media yang diperlukan dalam penelitian ilmiah (pemutaran CD) - mengawasi siswa melakukan penyelidikan ilmiah - mempersilahkan siswa memecahkan masalah dengan tema yang ada - memberi kesempatan pada siswa untuk berpendapat dan berdiskusi sesuai dengan tema c. Tahap akhir - memberikan pemantapan, meluruskan hal-hal yang kurang tepat dan menyimpulkan - evaluasi akhir membuka pelajaran pemberian motivasi dan review

10

- Peneliti menutup pelajaran c. Pengamatan. Pelaksanaan metode problem solving (pemecahan masalah) di kelas XI SMA WAHID HASYIM Model Sumberwudi terlihat memperoleh basil yang sangat memuaskan. Para siswa bila dilihat sebelum diterapkan metode problem solving (pemecahan masalah) ini terlihat begitu kurang bersemangat, tidak siap dalam menerima materi pelajaran, ada yang main-main, tidur-tiduran, mengantuk, dan lain sebagainya. Begitu materi pelajaran disampaikan melalui metode problem solving (pemecahan masalah), maka siswa banyak yang antusias, bersemangat daan aktif dalaam memberikan kontribusi keilmuan (memecahkan suatu permasalahan), sehingga suasana dalam kelas terlihat lebih hidup .Hal lain yang menjadi indikator keberhasilan metode problem solving (pemecahan masalah) ini adalah siswa kelas XI SMA WAHID HASYIM Model lebih sering membaca buku-buku bacaan yang dapat menunjang terhadap materi pelajaran biologi di sekolah, bukubuku ilmiah dan lain sebagainya. Untuk data hasil dari penelitian dapat dilihat pada lampiran. d. Refleksi Sesuai dengan apa yang telah kami amati, penggunaan metode problem solving dalam pelajaran sosiologi kelas XI melalui perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa metode tersebut telah memberikan hasil yang maksimal. ini terbukti dengan bersemangatnya siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dikelas sehingga suasana kelas menjadi hidup. Walaupun demikian dalam metode ini terdapat beberapa kelemahan-kelemahan sehingga perlu adanya suatu pembenahan guna mencapai hasil yang maksimal dalam penerapan metode ini. Pembenahan (Refleksi) tersebut adalah: 1. Seorang Guru jangan hanya terpaku dengan metode problem solving ini, guru juga perlu menggunakan metode-metode lainnya yang dapat menunjang terhadap pencapaian berbagai tujuan, guru juga harus memberikan rangkuman pelajaran karena siswa mudah lupa apabila materi-materi tidak dicatat.. 2. Guru harus memberikan reward (penghargaan) bagi siswa yang selialu agresif dalam memecahkan berbagai permasalahan dan memberikan remedial bagi siswa yang tertinggal. 3. Guru hendaknya jangan terlalu sering memaksakan pendapatnya terhadap permasalahan yang diajukan siswa, guru hanya memberikan stimulus agar siswa dapat dengan mudah memecahkan berbagai masalah dan tercipta pendidikan yang demokratis.

E. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

11

Dengan penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) di kelas XI SMA WAHID HASYIM Model, maka semangat belajar siswa semakin bertambah yang dibuktikan dengan banyaknya siswa yang sering berargumen dalam memecahkan suatu permasalahan dengan menggunakan literature yang telah dibaca serta aktif . Adapun kelebihan penerapan metode problem solving (pemecahan masalah) siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan lebih berpikir kritis dari pada sebelumnya, sehingga suasana kelas menjadi lebih hidup. Kelemahan penerapan untuk melaksanakan metode problem yaitu penyediaan bukubuku bacaan sebagai bahan penunjang.dan waktu yang dibutuhkan relatif lama karena biasanya siswa menuntut waktu untuk berfikir agar pendapat mereka benar dan tepat. 2. Saran Perlu adanya kerjasama antara personalia yang ada dilingkungan sekolah tentang pentingnya interaksi antara guru dengan murid sebagai upaya pengembangan potensi daya fikir mereka dan upaya untuk melatih siswa dalam memecahkan masalahnya secara mandiri Siswa sepatutnya belajar dan membaca buku-buku pengetahuan lainnya yang dapat menunjang terhadap pemahamannya tentang ilmu sosiologi, sehingga setiap permasalahan yang diajukan oleh guru dapat dijawab dengan benar. Dan siswa juga dapat menemukan berbagai permasalahan guna dipecahkan sehingga dapat menumbuhkan kekritisan siswa.

12

Daftar Pustaka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jatim, Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas, Tim Perluasan dan Peningkatan Baku Mutu SMU, Surabaya, 2006. Djajadisastra, Jusuf, Metode-Metode Mengajar, Angkasa, Bandung, 1981. Muhaimin, dkk, Strategi Belajar Mengajar: Penerapannya Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama, CV. Citra Media, Surabaya, 1996. Roestiyah, dkk, Didaktik Metodik, PT Bina Aksara, Jakarta, 1986 Zuhairini, dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Usaha Nasional, Surabaya, 1997.

13

Biodata Peneliti Peneliti I Nama Alamat Telp / Hp Profesi Peneliti II Nama Alamat Telp / Hp Profesi . : M. Haris Amin : Sumberwudi - Karanggeneng Lamongan RT I / RW II, Telp : 081332008323 : Guru : Siti Nuryanti, M.Ag : Tunjungmekar Kalitengah Lamongan : 08113425323 : Guru

You might also like