You are on page 1of 37

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 374/MENKES/SK/III/2007 TENTANG STANDAR PROFESI GIZI MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : Bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan, dipandang perlu menetapkan Standar Profesi bagi Tenaga Gizi dengan Keputusan Menteri Kesehatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495). 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4548). 3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3547). 4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637). 5. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952). 6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 159b/Menkes/Per/II/1988 tentang Rumah Sakit. 7. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 23/KEP/M.PAN/4/2001 tentang Jabatan Fungsional Nutrisionis Dan Angka Kreditnya. 8. Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 894/Menkes/SKB/VIII/2001 dan Nomor 35 Tahun 2001 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Nutrisionis dan Angka Kreditnya. 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1306/Menkes/SK/XII/2001 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Nutrisionis. 10. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan. 11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/Per/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : Kesatu : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG STANDAR PROFESI GIZI Kedua : Standar Profesi Gizi dimaksud dalam Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Ketiga : Standar Profesi Gizi sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan sebagai pedoman bagi setiap tenaga Gizi dalam menjalankan tugas profesinya. Keempat : Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan keputusan ini dengan mengikutsertakan organisasi profesi terkait, sesuai tugas dan fungsi masing-masing. Kelima : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 27 Maret 2007 MENTERI KESEHATAN, Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp.JP (K)

Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 374/MENKES/SK/III/2007 Tanggal : 27 Maret 2007 STANDAR PROFESI GIZI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya transisi epidemiologis. Berbagai permasalahan gizi kurang, menunjukkan angka penurunan seperti prevalensi Kurang Energi Protein (KEP) sementara itu di lain pihak masalah gizi lebih dan penyakit degenaratif justru menunjukkan peningkatan bahkan dari laporan terakhir masalah gizi kurang saat ini cenderung tetap. Untuk menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan ahli gizi serta ilmuwan yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional yang tinggi sehingga dapat memberikan kontribusi dalam upaya berbagai pengembangan ilmu dan pelayanan kesehatan di berbagai bidang termasuk bidang gizi. Selain itu, perkembangan globalisasi yang ditandai dengan kesepakatan perdagangan bebas di tingkat Asia melalui Asian Free Trade Aggreement (AFTA) pada tahun 2003 dan tingkat dunia

tahun 2010 (WTO) memungkinkan masuknya tenaga asing dengan bebas ke Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan tenaga gizi yang profesional dengan kemampuan keilmuan/kompetensi lulusan setara dengan standar profesional gizi di tingkat internasional. Disamping untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan gizi di masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Tenaga gizi yang ada di Indonesia saat ini lebih banyak yang berlatar belakang pendidikan Diploma III, sedangkan pendidikan sarjana gizi baru saja dimulai. Adanya 2 (dua) jenis tenaga gizi ini tentunya mempunyai wewenang dan kompetensi yang berbeda. Selain tenaga gizi tersebut, adapula tenaga kesehatan lain yang melakukan kegiatan gizi yang sama. Oleh karena itu, Standar Profesi Gizi dapat digunakan sebagai pedoman bagi tenaga gizi dengan tujuan untuk mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Untuk itu Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) harus menyikapi dan mengantisipasi hal tersebut dengan meningkatkan kualitas sumber daya yang ada melalui penetapan Standar Profesi Gizi. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Penyusunan Standar Profesi Gizi sebagai landasan pengembangan profesi gizi di Indonesia. 2. Tujuan Khusus a. Sebagai acuan bagi penyelenggaraan pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka menjaga mutu gizi. b. Sebagai acuan perilaku gizi dalam mendarmabaktikan dirinya di masyarakat. c. Menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok. d. Mencegah timbulnya malpraktek gizi. C. Pengertian dan Ruang Lingkup 1. Pengertian a. Profesi Gizi adalah suatu pekerjaan di bidang gizi yang dilaksanakan berdasarkan suatu keilmuan (body of knowledge), memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang, memiliki kode etik dan bersifat melayani masyarakat. b. Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. c. Sarjana Gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan minimal pendidikan formal sarjana gizi (S1) yang diakui pemerintah Republik Indonesia. d. Ahli Gizi-Ahli Diet Teregistrasi atau disebut Registered Dietisien yang disingkat RD adalah sarjana gizi yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan ujian profesi serta dinyatakan lulus kemudian diberi hak untuk mengurus ijin memberikan pelayanan dan menyelenggarakan praktek gizi. e. Ahli Madya Gizi Teregistrasi atau disebut Teknikal Registered Dietisien adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma III Gizi sesuai aturan yang berlaku,

mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. f. Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang makanan dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Kata gizi berasal dari bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Di satu sisi ilmu gizi berkaitan dengan makanan dan sisi lain dengan tubuh manusia. g. Pelayanan Gizi adalah suatu upaya memperbaiki atau meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis, kesimpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit. h. Standar Kompetensi Gizi adalah standar kemampuan yang menjamin bahwa Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi dapat menyelenggarakan praktek pelayanan gizi dalam masyarakat. i. Standar Pendidikan Ahli Gizi adalah standar operasional tentang penyelenggaraan pendidikan Ahli Gizi dan Ahli Madya Gizi. j. Standar Pendidikan Profesi adalah standar yang mengukur tentang penyelengaraan pendidikan profesi ahli gizi (ahli gizi-ahli diet teregistrasi). k. Standar Pendidikan Berkelanjutan Gizi adalah standar yang mengatur tentang pendidikan berkelanjutan. l. Standar Pelayanan Gizi adalah standar yang mengatur penerapan ilmu gizi dalam memberikan pelayanan dan asuhan gizi dengan pendekatan manajemen kegizian. m. Standar Praktek Gizi adalah standar minimal yang harus dilakukan oleh Nutrisionis dalam memberikan pelayanan gizi agar pelayanannya menjamin keamanan, efektif dan etis. 2. Ruang Lingkup a. Gizi sebagai Profesi Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Di Indonesia masalah gizi utama masih didominasi oleh masalah gizi Kurang Energi Protein (KEP), masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan masalah Kekurangan Vitamin (KVA) dan mulai meningkatnya masalah obesitas terutama di kota-kota besar. Disamping itu, diduga ada masalah gizi mikro lainnya seperti defisiensi zinc yang sampai saat ini belum terungkapkan karena adanya keterbatasan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang gizi. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai bidang pembangunan dan makin berkembangnya paradigma pembangunan nasional yang berwawasan sumber daya manusia (SDM), maka upaya untuk meningkatkan status gizi masyarakat dan penanggulangan permasalahannya (masalah gizi) makin mendapat prioritas dalam strategi pembangunan nasional. Keadaan gizi masyarakat umum dan individu khususnya mempunyai dampak terhadap pembangunan negara secara umum dan khusus berdampak pada pertumbuhan fisik, mental dan kecerdasan serta produktivitas manusia. Oleh karena itu, pemecahan masalah gizi ditempatkan sebagai ujung tombak paradigma sehat untuk mencapai Indonesia sehat pada masa

mendatang. Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan Bab V, Pasal 10 menyatakan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang akan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Perbaikan gizi merupakan salah satu cara mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagaimana tercantum dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan. Menurut Pasal 20 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa perbaikan gizi diselenggarakan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan gizi dan meliputi upaya peningkatan status dan mutu gizi, pencegahan, penyembuhan, dan atau pemulihan akibat gizi salah. Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan tenaga-tenaga gizi yang menguasai segala permasalahan gizi yang dihadapi. Seorang ahli gizi diharapkan dapat menangani permasalahan gizi pada tingkat tinggi yang dapat dicapai sesuai dengan perkembangan IPTEK, sarana dan prasarana dan kemampuan manajemen. Mengingat dan memperhatikan hal tersebut di atas, keberadaan ahli gizi dan ahli madya gizi di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan gizi berada dimana-mana dan kapan saja selama masyarakat dan individu masih mau untuk hidup sehat dalam siklus kehidupan manusia. Ada beberapa pengertian tentang ahli gizi. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ahli gizi adalah profesi khusus, orang yang mengabdikan diri dalam bidang gizi serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui suatu pendidikan khususnya bidang gizi. Tugas yang diemban oleh ahli gizi berguna untuk kesejahteraan manusia. Demikian juga dengan pengertian masyarakat, ada permasalahan gizi pasti ada ahli gizi. Pada saat ini, pengertian Register Dietisien adalah seseorang yang menyelesaikan pendidikan akademik strata I dan pendidikan profesi gizi dalam suatu lembaga pendidikan perguruan tinggi yang telah direkomendasikan. Pelayanan gizi adalah pelayanan profesional gizi yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diberikan kepada masyarakat dalam kurun waktu tertentu. Sebagai profesi gizi memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Mengembangkan pelayanan yang unik kepada masyarakat. 2. Anggota-anggotanya dipersiapkan melalui suatu program pendidikan. 3. Memiliki serangkaian pengetahuan ilmiah. 4. Anggota-anggotanya menjalankan tugas profesinya sesuai kode etik yang berlaku. 5. Anggota-anggotanya bebas mengambil keputusan dalam menjalankan profesinya. 6. Anggota-anggotanya wajar menerima imbalan jasa atas pelayanan yang diberikan. 7. Memiliki suatu organisasi profesi yang senantiasa meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat oleh anggotanya. 8. Pekerjaan/sumber utama seumur hidup. 9. Berorientasi pada pelayanan dan kebutuhan obyektif. 10. Otonomi dalam melakukan tindakan. 11. Melakukan ikatan profesi, lisensi jalur karir. 12. Mempunyai kekuatan dan status dalam pengetahuan spesifik. 13. Alturism.

b. Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi adalah pekerja profesional. Persyaratan sebagai pekerja profesional telah dimiliki oleh Ahli Gizi maupun Ahli Madya Gizi tersebut. Persyaratan tersebut adalah: 1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis. 2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional. 3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat. 4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah. 5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas. 6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur. 7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah. 8. Memiliki etika Ahli Gizi. 9. Memiliki standar praktek. 10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan. 11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi. c. Prinsip-Prinsip Kode Etik Profesi Gizi mengabdikan diri dalam upaya kesejahteraan dan kecerdasan bangsa, upaya perbaikan gizi, memajukan dan mengembangkan ilmu dan teknologi gizi serta ilmu-ilmu yang berkaitan dan meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat. Sebagai tenaga gizi profesional, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi harus melakukan tugas-tugasnya atas dasar : 1. Kesadaran dan rasa tanggung jawab penuh akan kewajiban terhadap bangsa dan negara. 2. Keyakinan penuh bahwa perbaikan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam upaya mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan rakyat. 3. Tekad bulat untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya demi tercapainya masyarakat adil, makmur dan sehat sentosa. Untuk itu, seorang ahli gizi dan ahli madya gizi dalam melakukan tugasnya perlu senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-nilai Pancasila, UndangUndang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesi, baik dalam hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan diri sendiri. Dengan melihat cakupan dan kode etik tersebut, disimpulkan bahwa profesi gizi berperan dalam kebijakan sistem pelayanan kesehatan, mendidik dan mengintervensi individu, kelompok, masyarakat serta meneliti dan mengembangkan demi menjaga mutu pelayanan. Oleh karena itu, perlu disusun standar kompetensi ahli gizi dan ahli madya gizi Indonesia yang dilandasi dengan peran-peran ahli gizi dan ahli madya gizi sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, penyelia, pemasar, anggota tim dan pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis. D. Kualifikasi Pendidikan Gizi a. Pendidikan Gizi Pendidikan gizi dapat ditempuh melalui jalur akademik strata I dan diploma. Setelah itu dilanjutkan dengan jalur profesi. Jalur akademik diawali dengan pendidikan Strata I , Strata II,

dan terakhir Strata III, sedangkan jalur diploma diawali dengan pendidikan Diploma III, dan dilanjutkan pada program pendidikan Diploma IV. Kemampuan yang diharapkan dari kualifikasi pendidikan ini diantaranya : 1. Lulusan Pendidikan Gizi Profesional pada Program Diploma III Menguasai kemampuan dalam bidang kerja yang bersifat rutin, menerapkan ilmu pengetahuan gizi untuk memberikan pelayanan langsung yang bersifat teknis di dalam pelayanan gizi yang terorganisir, maupun praktek sendiri. 2. Lulusan Pendidikan Gizi Profesional pada Program Diploma IV Menguasai kemampuan profesional dalam melaksanakan pekerjaan yang kompleks, menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi untuk memberikan pelayanan langsung yang bersifat keahlian di dalam pelayanan gizi yang terorganisir maupun praktek mandiri. 3. Lulusan Pendidikan Gizi Akademik pada program sarjana Menguasai dasar-dasar ilmiah dan keterampilan, menerapkan ilmu pengetahuan dan keterampilan praktek gizi, mampu bersikap dan berperilaku dalam membawakan diri berkarya dibidang gizi, mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi gizi serta mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan praktek mandiri. b. Kurikulum Penyelenggaraan pendidikan menggunakan kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang dan dikembangkan sesuai dengan falsafah dan misi dari lembaga pendidikan gizi Kriteria : a. Penyelenggaraan pendidikan berdasarkan pada kurikulum nasional yang dikeluarkan oleh Dirjen Dikti DEPDIKNAS dan telah disepakati bersama antara organisasi profesi dengan institusi pengguna lulusan (stake holder) serta institusi pendidikan tinggi gizi. b. Dalam pelaksanaan pendidikan kurikulum dikembangkan sesuai dengan falsafah dan misi dari institusi pendidikan gizi c. Struktur Kurikulum Inti Sarjana Gizi adalah sebagai berikut : Bertolak dari tujuan pendidikan sarjana gizi dan orientasi pendidikan maka disusun kurikulum sarjana gizi (strata 1 gizi), pengalaman belajar dan evaluasi hasil belajar peserta didik. Kurikulum pendidikan disusun berdasarkan kompetensi lulusan yang diinginkan dengan jumlah SKS sebesar 144-160. Kurikulum inti digunakan sebagai kurikulum nasional pendidikan sarjana gizi dengan beban studi 57-72 %, sedangkan kurikulum institusi dengan beban studi 2843 % ditetapkan oleh masing-masing institusi. Kurikulum Inti (72-112 sks) 1. Kelompok Ilmu-Ilmu Biologi & Fisik/Biomedik (16-20 sks) a. Pengantar Biologi Manusia 2-3 sks b. Kimia Dasar (ariorganik) 2-3 sks c. Kimia Organik 2-3 sks d. Fisika 2-3 sks

e. Anatomi 2-4 sks f. Fisiologi 4-6 sks g. Patofisiologi Penyakit 4-6 sks 2. Kelompok Gizi Manusia a. Pengantar Biokimia 2-3 sks b. Metabolisme Energi, Zat Gizi Makro 2-3 sks c. Metabolisme Zat Gizi Mikro 2-3 sks d. Dasar-dasar ilmu gizi 2-3 sks e. Gizi dalam daur kehidupan 2-4 sks f. Dietetika penyakit infeksi dan defisiensi 2-4 sks g. Dietetika penyakit degeneratif 2-4 sks h. Penilaian Status Gizi 2-4 sks 3. Kelompok Ilmu Pangan (5-10 sks) a. Dasar-dasar Kulinari 2-3 sks b. Ilmu Bahan Makanan 2-4 sks c. Analisa zat gizi 2-4 sks 4. Kelompok Ilmu-ilmu Sosial dan Perilaku (8-12 sks) a. Dasar-dasar Komunikasi 2-3 sks b. Psikologi 2-3 sks c. Antropologi 2-3 sks d. Sosiologi 2-3 sks e. Ilmu Pendidikan 2-3 sks 5. Kelompok Riset a. Filsafat ilmu pengetahuan 2-3 sks b. Matematika 2-3 sks c. Statistika 4-6 sks d. Metode Riset 3-4 sks e. Epidemiologi 2-4 sks f. Skripsi 6 sks 6. Kelompok Ilmu Manajemen (4-6 sks) a. Dasar-dasar Manajemen 2-3 sks b. Manajemen Industri Pelayanan Makanan Gizi 2-3 sks 7. Kelompok Humaniora (8 sks) a. Pancasila 2 sks b. Kewarganegaraan 2 sks (19-26 sks) (16-24 sks)

c. Agama 2 sks d. Bioetika (Etika profesi dan hukum kesehatan) 2 sks 8. Kepaniteraan (Internship) (6-8 sks) a. Bidang dietetik 3-4 sks b. Bidang gizi masyarakat 3-4 sks Struktur Kurikulum Inti Program Diploma III Gizi No Matakuliah Bobot SKS Semester 1 1 Pendidikan Agama 2 2 Pendidikan Pancasila 2 3 Sosiologi Antropologi 2 4 Kimia Analitik 2 5 Ilmu Gizi Dasar 3 6 Ilmu Bahan Makanan (IBM) Dasar 2 7 Gizi kuliner Dasar 2 8 Komputer Dasar 3 9 Psikologi 2 Semester 2 10 Anatomi Fisiologi 1 11 Kimia Makanan 3 12 Ilmu Kesehatan Masyarakat 2 13 Dasar Manajemen 3 14 Gizi Dalam Daur Kehidupan 3 15 Pendidikan Kewarganegaraan 2 16 Komunikasi 3 17 Gizi Kuliner Lanjut 3 18 IBM Lanjut 2 Semester 3 19 Bahasa Inggris 2 20 Mikrobiologi Pangan 2 21 Epidemiologi Gizi 2 22 Biokimia Gizi 3 23 Statistika 3 24 Patologi & Gangguan Metab.Dasar 2 25 Komputer Terapan 2

26 Penyul. & Konsul.Gizi (PKG)Dasar 2 Semester 4 27 Metode Penelitian 2 28 PKG Lanjut 3 29 Dietetika Dasar 3 30 Mikro Ekonomi Pangan & Gizi 2 31 Patologi & Gang.Met. Lanjut 2 32 Teknologi Pangan 3 33 MSPM Dasar 2 34 Bahasa Inggris Lanjut 2 35 PSG 3 Semester 5 36 MSPM Lanjut & K3 3 37 Dietetik Lanjut 3 38 Kewirausahaan 2 39 PMM 2 40 PPG 3 41 KTI Dasar 2 42 Etika Profesi 2 43 IPTEK Mut.Pangan & Gizi 2 44 Bahasa Indonesia 1 Semester 6 45 MPGM 1 46 MIG 2 47 MAGK 3 48 MSPM 3 49 KTI Lanjut 2 Jumlah 111 c. Pendidikan Profesi (Pendidikan Dietetics Internship) Institusi Penyelenggara adalah suatu institusi pendidikan tinggi baik negeri maupun swasta dengan kaidah-kaidah yang tercantum pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. 1. Tujuan a. Tujuan Umum : menghasilkan tenaga profesi gizi yang beragama dan mampu mengamalkan kemampuan profesi secara baik dan manusiawi, berdedikasi tinggi terhadap profesi dan klien, tanggap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi penanganan gizi. b. Tujuan Khusus :

a. Menghasilkan tenaga ahli mampu melakukan pelayanan/ asuhan gizi sesuai kebutuhan. b. Menghasilkan tenaga ahli yang menjunjung tinggi martabat profesi. c. Menghasilkan tenaga ahli yang menjunjung tinggi martabat manusiawi klien. d. Menghasilkan tenaga ahli yang senantiasa terbuka dalam pengembangan ilmu dan teknologi penanganan gizi. 2. Kompetensi dan Peserta Pendidikan Profesi a. Kompetensi Kompetensi gizi dibagi dalam tiga bidang materi yaitu: 1. Clinical nutrition 2. Food Service and Food Production 3. Community Dietetics b. Peserta Pendidikan Profesi: 1. Peserta pendidikan profesi (dietetic internship) sesuai ketentuan peraturan yang berlaku adalah sarjana gizi (S.Gz) yang telah menyelesaikan pendidikan setingkat strata I (S1) dengan kurikulum yang telah direkomendasi oleh forum komunikasi ilmu gizi. Sebutan bagi peserta yang telah menyelesaikan pendidikan profesi (dietetics internship) adalah ahli Gizi (dietisien teregistrasi). 2. Lulusan D3 atau D4 dengan persyaratan khusus yang akan dikaji lebih lanjut. 3. Beban studi : 900 1000 jam setara dengan 20 SKS dengan beban studi dan lama waktu studi akan dipertimbangkan lebih lanjut. 4. Materi - Bidang dietetik: pelayanan gizi/asuhan gizi pada beberapa penyakit khususnya bedah (2 mg), penyakit dalam (4 mg), penyakit anak (2 mg), obstetri dan ginekologi (1 mg), penyakit syaraf (1 mg), ICU/ICCU (1 mg) dan kulit/mata (1 mg). - Bidang gizi masyarakat meliputi pengelolaan permasalahan gizi Dinas Kesehatan dan Puskesmas. - Bidang penyelenggaraan makanan dan produksi makanan, pengelolaan sistem penyelenggaraan makanan di institusi komersial dan non komersial. 5. Tempat : ditentukan bersama antara institusi pendidikan gizi dengan organisasi profesi yaitu di : Rumah Sakit (kelas A, B, dan C) baik swasta/pemerintah yang menyelenggarakan minimal 3 kegiatan pelayanan gizi (pengadaan makanan, pelayanan gizi ruang rawat inap, dan konsultasi gizi). 6. Komunitas (Dinas kesehatan Kabupaten/kota, Puskesmas, organisasi masyarakat misalnya Poslantia yang memberikan pelayanan gizi dan kesehatan). 7. Institusi penyelenggara makanan (hotel, katering, RS, Asrama, Panti, Industri Lembaga Pemasyarakatan). 8. Pembimbing. Pembimbing lapangan dari lahan praktek seperti rumah sakit, komunitas dan institusi penyelenggara makanan dalam penyelenggaraan pendidikan profesi mempunyai kualifikasi: Mempunyai sertifikat clinical instruktur yang diselenggarakan oleh AIPGI bekerja sama dengan PERSAGI; Pendidikan gizi serendah-rendahnya S2 bidang gizi;

Mempunyai pengalaman dalam pelayanan/asuhan gizi/pengelolaan program gizi/pendidikan gizi minimal 5 tahun; Diusulkan oleh institusi penyelenggara pendidikan profesi gizi sebagai pembimbing. 9. Penguji Penguji yang berhak melakukan evaluasi program dalam pendidikan profesi adalah tenaga kesehatan atau gizi yang mempunyai kualifikasi: 1) Pendidikan minimal S2 dengan latar belakang pendidikan gizi dan menguasai minimal salah satu 3 komponen yang akan diujikan (clinical, community dan food service). 2) Mempunyai pengalaman dalam asuhan gizi/pengelolaan program gizi/pendidikan gizi minimal 5 tahun. 3) Diusulkan institusi penyelenggara pendidikan profesi gizi sebagai penguji. II. STANDAR KOMPETENSI A. Falsafah dan Tujuan Standar kompetensi ahli gizi disusun berdasarkan jenis ahli gizi yang ada saat ini yaitu ahli gizi dan ahli madya gizi. Keduanya mempunyai wewenang dan tanggung jawab yang berbeda. Secara umum tujuan disusunnya standar kompetensi ini adalah sebagai landasan pengembangan profesi Ahli Gizi di Indonesia sehingga dapat mencegah tumpang tindih kewenangan berbagai profesi yang terkait dengan gizi. Adapun tujuan secara khusus adalah sebagai acuan bagi kurikulum pendidikan gizi di Indonesia dalam rangka menjaga mutu Ahli Gizi, menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan gizi yang profesional baik untuk individu maupun kelompok dan mencegah timbulnya mal-praktek gizi. B. Peran 1. Ahli Gizi a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik b. Pengelola pelayanan gizi di masyarakat c. Pengelola tatalaksana /asuhan/pelayanan gizi di RS d. Pengelola sistem penyelenggaraan makanan Institusi /masal e. Pendidik/Penyuluh/pelatih /konsultan gizi f. Pelaksana penelitian gizi. g. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha. h. Berpartisipasi bersama tim kesehatan dan tim lintas sektoral. i. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis. 2. Ahli Madya Gizi a. Pelaku tatalaksana/asuhan/pelayanan gizi klinik. b. Pelaksana pelayanan gizi masyarakat c. Penyelia sistem penyelenggaraan makanan Institusi/massal. d. Pendidik/Penyuluh/pelatih/konsultan gizi. e. Pelaku pemasaran produk gizi dan kegiatan wirausaha.

f. Pelaku praktek kegizian yang bekerja secara profesional dan etis. C. Kompetensi Unjuk Kerja Kompetensi Nutrisionis dibedakan berdasarkan kata kerja dari 4 (empat) tingkatan yang disusun secara berurutan dan dimulai dari tingkatan unjuk kerja paling rendah. Tingkatan unjuk kerja yang lebih tinggi menggambarkan bahwa tingkatan unjuk kerja yang lebih rendah dianggap telah mampu dilaksanakan. 1. Membantu : melakukan kegiatan secara independent dibawah pengawasan atau Berpartisipasi (berperan serta) : mengambil bagian kegiatan tim. 2. Melaksanakan : mampu memulai kegiatan tanpa pengawasan langsung, atau Melakukan : mampu melakukan kegiatan secara mandiri. 3. Mendidik : mampu melaksanakan fungsi-fungsi khusus yang nyata; aktivitas yang di delegasikan yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan atau pekerjaan, dll atau Menyelia/mengawasi/memantau : mampu mengamati kegiatan sehari-hari satu unit termasuk SDM, penggunaan sumber daya, masalah-masalah lingkungan atau mampu mengkoordinasi dan mengarahkan kegiatan dan pekerjaan tim. 4. Mengelola : mampu merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan suatu organisasi. Secara lengkap unit kompetensi Nutrisionis dan Ahli Madya Gizi dapat dilihat sebagai berikut : D. Kompetensi Ahli Gizi (Dasar Pendidikan S1 Gizi) No Kode Judul Unit Kompetensi 1 Kes.Gz.01.01.01 Melakukan praktek kegizian sesuai dengan nilai-nilai dan Kode Etik Profesi Gizi 2 Kes.Gz.01.02.01 Merujuk pasien/klien kepada professional N/D atau disiplin lain bila diluar kemampuan/kewenangan. 3 Kes.Gz.01.03.01 Berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan profesi. 4 Kes.Gz.01.04.01 Melakukan pengkajian diri dan berpartisipasi dalam pengembangan profesi serta pendidikan seumur hidup. 5 Kes.Gz.01.05.01 Berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan pemerintah dalam bidang pangan, ketahanan pangan, pelayanan gizi dan kesehatan. 6 Kes.Gz.01.06.01 Menggunakan tekonologi mutakhir untuk kegiatan komunikasi dan informasi. 7 Kes.Gz.02.07.01 Mengawasi dokumentasi pengkajian dan intervensi gizi. 8 Kes.Gz.02.08.01 Memberikan pendidikan gizi dalam praktek kegizian. 9 Kes.Gz.02.09.01 Mengawasi konseling, pendidikan, dan/atau intervensi lain dalam promosi kesehatan atau pencegahan penyakit yang diperlukan dalam terapi gizi untuk keadaan penyakit umum. 10 Kes.Gz.02.10.01 Mengawasi pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran tertentu 11 Kes.Gz.02.11.01 Mengkaji ulang dan mengembangkan materi pendidikan untuk populasi sasaran 12 Kes.Gz.02.12.01 Berpartisipasi dalam penggunaan media masa untuk promosi pangan dan gizi

13 Kes.Gz.01.13.01 Menginterpretasikan dan memadukan pengetahuan ilmiah terbaru dalam praktek kegizian 14 Kes.Gz.01.14.01 Mengawasi perbaikan mutu pelayanan gizi dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan 15 Kes.Gz.02.15.01 Mengembangkan dan mengukur dampak dari pelayanan dan praktek kegizian 16 Kes.Gz.01.16.01 Berpartisipasi dalam perubahan organisasi, perencanaan dan proses penentapan tujuan. 17 Kes.Gz.01.17.01 Berpartisipasi dalam bisnis atau pengembangan rencana operasional 18 Kes.Gz.02.18.01 Mengawasi pengumpulan dan pengolahan data keuangan praktek kegizian 19 Kes.Gz.02.19.01 Melakukan fungsi pemasaran 20 Kes.Gz.01.20.01 Berpartisipasi dalam pendayagunaan sumber daya manusia 21 Kes.Gz.02.21.01 Berpartisipasi dalam pengelolaan sarana fisik termasuk pemilihan peralatan dan merancang/merancang ulang unit-unit kerja 22 Kes.Gz.01.22.01 Mengawasi sumberdaya manusia, keuangan, fisik, materi dan pelayanan secara terpadu. 23 Kes.Gz.02.23.01 Mengawasi produksi makanan yang sesuai dengan pedoman gizi, biaya dan daya terima klien 24 Kes.Gz.02.24.01 Mengawasi pengembangan dan atau modifikasi resep/formula 1925 Kes.Gz.02.25.01 Mengawasi penerjemahan kebutuhan gizi menjadi menu makanan untuk kelompok sasaran 26 Kes.Gz.02.26.01 Mengawasi rancangan menu sesuai dengan kebutuhan dan status kesehatan klien 27 Kes.Gz.02.27.01 Berpartisipasi dalam melakukan penilaian cita rasa (organoleptik) makanan dan produk gizi 28 Kes.Gz.02.28.01 Mengawasi sistem pengadaan, distribusi dan pelayanan makanan 29 Kes.Gz.02.29.01 Mengelola keamanan dan sanitasi makanan 30 Kes.Gz.02.30.01 Mengawasi penapisan gizi untuk individu dan kelompok 31 Kes.Gz.02.31.01 Mengawasi Penilaian gizi klien dengan kondisi kesehatan Umum. (Obesitas, hipertensi dll) 32 Kes.Gz.02.32.01 Menilai status gizi individu dengan kondisi kesehatan kompleks (Ginjal, gizi buruk, dll) 33 Kes.Gz.02.33.01 Merancang dan menerapkan rencana pelayanan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan klien 34 Kes.Gz.02.34.01 Mengelola pemantauan asupan makanan dan gizi klien 35 Kes.Gz.02.35.01 Memilih, menerapkan dan mengevaluasi standar makanan enteral dan parentral untuk memenuhi kebutuhan gizi yang dianjurkan termasuk zat gizi makro. 36 Kes.Gz.02.36.01 Mengembangkan dan menerapkan rencana pemberian makanan peralihan.

37 Kes.Gz.01.37.01 Mengkoordinasikan dan memodifikasi kegiatan pelayanan gizi diantara pemberi pelayanan. 38 Kes.Gz.02.38.01 Melakukan komponen pelayanan gizi dalam forum diskusi tim medis untuk tindakan dan rencana rawat jalan pasien. 39 Kes.Gz.01.39.01 Merujuk klien kepada pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih sesuai dengan kesehatan umum dan gizi. 40 Kes.Gz.02.40.01 Mengawasi penapisan status gizi kelompok masyarakat 41 Kes.Gz.02.41.01 Melakukan penilaian status gizi kelompok masyarakat. 42 Kes.Gz.01.42.01 Melakukan pelayan gizi pada berbagai kelompok masyarakat sesuai dengan budaya, agama dalam daur kehidupan. 43 Kes.Gz.01.43.01 Melakukan program promosi kesehatan atau program pencegahan penyakit. 44 Kes.Gz.01.44.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi masyarakat. 45 Kes.Gz.01.45.01 Mengawasi pangan dan program gizi masyarakat. 46 Kes.Gz.01.46.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya praktek pelayanan kegizian. E. Kompetensi Ahli Madya Gizi (Dasar Pendidikan D III Gizi) No Kode Judul Unit Kompetensi 1 Kes.AG.01.01.01 Berpenampilan (Unjuk Kerja) sesuai dengan kode etik profesi gizi. 2 Kes.AG.01.02.01 Merujuk klien/pasien kepada ahli lain pada saat situasinya berada di luar kompetensinya. 3 Kes.AG.01.03.01 Ikut aktif dalam kegiatan kegiatan profesi gizi 4 Kes.AG.01.04.01 Melakukan pengkajian diri menyiapkan portofolio untuk pengembangan profesi dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan pendidikan berkelanjutan. 5 Kes.AG.01.05.01 Berpartisipasi dalam proses kebijakan legislatif dan kebijakan publik yang berdampak pada pangan, gizi dan pelayanan kesehatan. 6 Kes.AG.01.06.01 Menggunakan teknologi terbaru dalam kegiatan informasi dan komunikasi. 7 Kes.AG.02.07.01 Mendokumentasikan kegiatan pelayanan gizi. 8 Kes.AG.02.08.01 Melakukan pendidikan gizi dalam kegiatan praktek tersupervisi. 9 Kes.AG.02.09.01 Mendidik pasien/klien dalam rangka promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan terapi gizi untuk kondisi tanpa komplikasi. 10 Kes.AG.02.10.01 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan gizi untuk kelompok sasaran. 11 Kes.AG.02.11.01 Ikut serta dakam pengkajian dan pengembangan bahan pendidikan untuk kelompok sasaran. 12 Kes.AG.02.12.01 Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan baru dalam kegiatan pelayanan gizi. 13 Kes.AG.01.13.01 Ikut serta dalam peningkatan kualitas pelayanan atau praktek dietetik untuk kepuasan konsumen.

14 Kes.AG.01.14.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan pengukuran kinerja dalam pelayanan gizi 15 Kes.AG.01.15.01 Berpatisipasi dalam proses penataan dan pengembangan organisasi 16 Kes.AG.02.16.01 Ikut serta dalam penyusunan rencana operasional dan anggaran institusi. 17 Kes.AG.02.17.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi 18 Kes.AG.02.18.01 Ikut serta dalam pemasaran produk pelayanan gizi 19 Kes.AG.01.19.01 Ikut serta dalam pendayagunaan dan pembinaan SDM dalam pelayanan gizi 20 Kes.AG.02.20.01 Ikut serta dalam manajemen sarana dan prasarana pelayanan Gizi 21 Kes.AG.01.21.01 Menyelia sumberdaya dalam unit pelayanan gizi meliputi keuangan, sumber daya manusia, sarana prasarana dan pelayanan gizi 22 Kes.AG.02.22.01 Menyelia produksi makanan yang memenuhi kecukupan gizi, biaya dan daya terima 23 Kes.AG.02.23.01 Mengembangkan dan atau memodifikasi resep/formula (mengembangkan dan meningkatkan mutu resep daan makanan formula 24 Kes.AG.02.24.01 Menyusun standar makanan (menerjemahkan kebutuhan gizi ke bahan makanan/menu) untuk kelompok sasaran 25 Kes.AG.02.25.01 Menyusun menu untuk kelompok sasaran 26 Kes.AG.02.26.01 Melakukan uji citarasa/uji organoleptik makanan 27 Kes.AG.02.27.01 Menyelia pengadaan dan distribusi bahan makanan serta transportasi makanan 28 Kes.AG.02.28.01 Mengawasi/menyelia masalah keamanan dan sanitasi dalam penyelenggaraan makanan (industri pangan) 29 Kes.AG.02.29.01 Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada klien/pasien secara individu 30 Kes.AG.02.30.01 Melakukan pengkajian gizi (nutritional assessment) pasien tanpa komplikasi (dengan kondisi kesehatan umum, misalnya hipertensi, jantung, obesitas) 31 Kes.AG.02.31.01 Membantu dalam pengkajian gizi (nutritional assessment) pada pasien dengan komplikasi (kondisi kesehatan yang kompleks, misalnya penyakit ginjal, multi-sistem organ failure, trauma). 32 Kes.AG.02.32.01 Membantu merencanakan dan mengimplementasikan rencana asuhan gizi pasien 33 Kes.AG.02.33.01 Melakukan monitoring dan evaluasi asupan gizi/makan pasien 34 Kes.AG.02.34.01 Berpartisipasi dalam pemilihan formula enteral serta monitoring dan evaluasi penyediaannya 35 Kes.AG.02.35.01 Melakukan rencana perubahan diit 36 Kes.AG.01.36.01 Berpartisipasi dalam konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan terapi dan rencana pemulangan klien/pasien 37 Kes.AG.01.37.01 Merujuk pasien/klien ke pusat pelayanan kesehatan lain

38 Kes.AG.02.38.01 Melaksanakan penapisan gizi/screening status gizi populasi dan atau kelompok masyarakat 39 Kes.AG.02.39.01 Membantu menilai status gizi populasi dan/atau kelompok masyarakat 40 Kes.AG.02.40.01 Melaksanakan asuhan gizi untuk klien sesuai kebudayaan dan kepercayaan dari berbagai golongan umur (tergantung level asuhan gizi kelompok umur) 41 Kes.AG.01.41.01 Berpartisipasi dalam program promosi kesehatan/pencegahan penyakit di masyarakat 42 Kes.AG.01.42.01 Berpartisipasi dalam pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi di masyarakat 43 Kes.AG.02.43.01 Melaksanakan dan mempertahankan kelangsungan program pangan dan gizi masyarakat 44 Kes.AG.01.44.01 Berpartisipasi dalam penetapan biaya pelayanan gizi. III. KODE ETIK AHLI GIZI Mukadimah Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi, pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya. A. KEWAJIBAN UMUM 1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat 2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku, dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri 3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan. 4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya bersikap jujur, tulus dan adil. 5. Ahli Gizi berkewajiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterpretasikan informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat menunjukkan sumber rujukan yang benar. 6. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan. 7. Ahli Gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya. 8. Ahli Gizi dalam berkerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara pengertian yang sebaik-baiknya. B. KEWAJIBAN TERHADAP KLIEN 1. Ahli Gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.

2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum. 3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan pelecehan seksual. 4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat. 5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut. 6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian. C. KEWAJIBAN TERHADAP MASYARAKAT 1. Ahli Gizi berkewajiban melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet. ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. 2. Ahli Gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat. 3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat. 4. Ahli Gizi berkewajiban memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai paktek gizi individu yang baik. 5. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat. 6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau, menyebabkan salah interpretasi atau menyesatkan masyarakat D. KEWAJIBAN TERHADAP TEMAN SEPROFESI DAN MITRA KERJA 1. Ahli Gizi dalam bekerja melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat. 2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat. 3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama profesi dan mitra kerja. E. KEWAJIBAN TERHADAP PROFESI DAN DIRI SENDIRI 1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.

2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka terhadap perubahan lingkungan. 3. Ahli Gizi harus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan pendapat serta senantiasa menunjukan kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar. 4. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang selain imbalan yang layak sesuai dengan jasanya, meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi diperkerjakan). 5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain untuk melawan hukum. 6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik. 7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang. 8. Ahli Gizi berkewajiban selalu menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi. F. PENETAPAN PELANGGARAN Pelanggaran terhadap ketentuan kode etik ini diatur tersendiri dalam Majelis Kode Etik Persatuan Ahli Gizi Indonesia G. KEKUATAN KODE ETIK Kode etik Ahli Gizi ini dibuat atas prinsip bahwa organisasi profesi bertanggung jawab terhadap kiprah anggotanya dalam menjalankan praktek profesinya. Kode etik ini berlaku setelah hari dari disahkannya kode etik ini oleh sidang tertinggi profesi sesuai dengan ketentuan yang tertuang dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga profesi gizi. IV. PENUTUP Demikian Standar Profesi ini disusun, standar ini diharapkan menjadi acuan dalam melaksanakan dan mengembangkan praktek gizi di Indonesia.
http://www.persagi.org/index.php?hal=fi1&keyIdHead=44

Apa sudah waktunya terapkan NCP ?


Posted on Mei 30, 2008 by top1hit4m

mwngutip blog sebelah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menangani aspek kuratif dan rehabilitatif disamping beberapa pelayanan kesehatan yang lain. Dalam pelaksanaannya dibagi dalam beberapa instalasi, diantaranya adalah instalasi gizi yang tidak hanya menangani manajemen sistem penyelenggaraan makanan, akan tetapi juga menangani asuhan gizi dan penelitian serta pengembangan. Pelayanan gizi rumah sakit meliputi empat hal penting yaitu asuhan Gizi rawat inap, asuhan gizi rawat jalan, penyelenggaraan makanan, dan penelitian dan pengembangan penerapan gizi.

Harus disadari bahwa gizi mempunyai peran yang tidak kecil terhadap tingkat kesembuhan dan lama perawatan pasien di rumah sakit yang akan berdampak pada meningkatnya biaya perawatan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kurang gizi sedang pasien di rumah sakit mencapai 21 % sedangkan kurang gizi berat mencapai 10 %. (Detsky at.al, 1987) dan penyebab kematian utama balita di negara-negara berkembang adalah kurang gizi sebesar 54 %. Masalah gizi pasien di rumah sakit akan berdampak pada banyak hal, yaitu gangguan syaraf, pembedahan, kanker, aids, kejiwaan, dan gangguan gastrointestinal. Pada sistem metabolism tubuh, kurang gizi berdampak pada beberapa perubahan penting diantaranya penurunan tingkat filtrasi pada glomerular yang terjadi di ginjal, gangguan pada pertahanan intestinal di lambung dan saluran cerna secara umum, perubahan pada farmakokinetik dan perubahan pada fungsi kardiak pada jantung. Beberapa dampak diatas akan banyak merugikan berbagai pihak, tidak hanya pasien, tetapi pihak rumah sakit dan semua yang berperan dalam pelayanan di rumah sakit akan mendapat dampak dari masalah gizi ini. Pelayan Gizi Terstandar Ada beberapa model pelayanan gizi yang dapat diterapkan di rumah sakit dan beberapa institusi pelayanan gizi masyarakat, namun tidak semua model pelayanan tersebut terstandar. Minimal ada 3 model pelayanan gizi yang banyak dikembangkan di institusi pelayanan kesehatan. Pertama, dibawah ini adalah diagram pelayanan gizi yang tidak direkomendasikan, dimana masing-masing profesi, yaitu dokter, perawat dan dietician (Ahli Gizi) menangani pasien masing-masing tanpa adanya hubungan dan koordinasi antar profesi dan seorang dietetsien menyiapkan makanan sesuai dengan pemahamannya tanpa adanya informasi keadaaan pasien dari dokter maupun perawat yang menanganinya. Kedua, model pelayanan gizi yang kurang lebih sama dengan model pelayanan gizi yang pertama, tetapi bentuk pelayanan dilakukan dengan team yang dikenal dengan nutrition support team (NST) terdiri dari dokter, perawat, farmasis, dan dietician. Pada model kedua ini juga tidak ada koordinasi diantara masing-masing profesi dalam satu pelayanan terhadap satu pasien, akan tetapi sudah menerapkan proses pelayanan terstandar yang dikerjakan dalam satu team. Salah satu kelemahan dari model pelayanan ini adalah banyaknya profesi yang harus terlibat dalam satu pelayanan pasien. Penerapan model ini pada umumnya pada rumah sakit yang mempunyai SDM yang cukup banyak. Model ini sudah menerapkan proses asuhan gizi secara team yang dikenal dengan NCP. Ketiga, adalah model yang juga direkomendasikan, dimana pelaksanaan pelayanan gizi dilakukan dalam satu team dengan melibatkan dokter, perawat dan dietician. Keterlibatan masing-masing profesi dalam model pelatanan ini sangat maksimal dan terjadi koordinasi antar profesi, sehingga dalam memutuskan bentuk pelayanan yang akan diberikan kepada pasien mempunyai tujuan yang sama. Nutrition Care Process (NCP) Ilmu gizi merupakan salah satu ilmu (scince) yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan penyakit dan sosial ekonomi, lingkungan dan budaya. Sejak tahun 1952, ilmu gizi sudah mulai banyak dikenal di kalangan pemerhati gizi di Indonesia dan tahun 1958 mulai dikenalkan istilah empat sehat lima sempurna oleh bapak gizi Indonesia, Poerwo Soedarmo yang selanjutnya seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu kesehatan secara umum dan

kajian-kajian ilmiah tentang gizi dan kesehatan muncullah saat ini istilah Gizi Seimbang dengan 13 Pesan Gizi-nya sebagai panduan bagi masyarakat Indonesia. Disamping perkembangan ilmu gizi sebagai scince, ternyata perkembangan ilmu gizi tidak hanya pada aspek ilmiahnya saja, akan tetapi perkembangan juga menyentuh aspek prosedural dalam menegakkan aspek-aspek gizi hubungannya dengan kesehatan dan penyakit. Jika di kalangan profesi gizi sebelum tahun 2003 bahkan sampai saat ini masih banyak menggunakan model SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment dan Planning) dalam menegakkan dan mencari berbagai masalah-masalah gizi pada individu maupun masyarakat, maka saat ini sudah mulai dikembangkan NCP (Nutrition Care Process) sebagai salah satu model dalam menegakkan masalah-masalah gizi yang dikenal dengan ND (Nutrition Diagnosis). Meskipun istilah NCP dan ND masih belum familier di telinga para profesi gizi, namun saat ini profesi gizi mau tidak mau dituntut untuk mengetahui dan melaksanakan model ini sebagai panduan sekaligus mengangkat performance profesi gizi. NCP adalah suatu metoda problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Sesuai dengan definisinya, NCP merupakan cara pemecahan masalah gizi yang sangat efektif dan sistematis, karena proses yang ditempuh dalam NCP melalui tahapan-tahapan yang terstruktur dan sistematis, dimana untuk menentukan pemecahan masalah gizi harus melalui 4 tahap dan masing-masing tahapan sangat diperlukan pemikiran yang kritis dan mendalam. Tahapan yang harus ditempuh meliputi Assesment Nutrisi ( Nutrition Assesment), Diagnosa Nutrisi ( Nutrition Diagnosis), Intervensi Nutrisi ( Nutrition Intervention) dan Monitoring dan Evaluasi ( Nutrition Monitoring and Evaluation). Keempat tahapan ini merupakan tahapan yang harus ditempuh dalam menangani masalah gizi dan hal ini akan memberikan arah kepada ahli gizi kemana pasien/klien harus ditangani. Masing-masing tahapan harus dilalui secara terstruktur dan sistematik. Nutrition diagnosis tidak dapat ditegakkan tanpa utrition assessment. Nutrition ntervention juga tidak dapat dilaksanakan sebelum jelas nutrition diagnosisnya, dan seterusnya. Intinya empat tahapan itu itu dilaksanakan secara cermat dan kritis, sehingga menghasilkan sebuah penanganan masalah gizi yang tepat dan sesuai dengan masalahnya. Nutrition assessment meliputi berbagai data yang diperlukan untuk menegakkan nutrition diagnosis, seperti data laboratorium, data antropometri, data behavior, data anamnesa gizi, dan lain-lain yang dapat dijadikan acuan untuk menegakkan nutrition diagnosis. Penegakan nutrition diagnosis sangat mempengaruhi bentuk nutrition intervensi yang akan diberikan, apakah diet yang sesuai dan tepat untuk si pasien. Langkah terakhir adalah monitoring dan evaluasi sebagai dasar untuk kembali melakukan assessment gizi dan seterusnya, sehingga pasien dapat pelayanan gizi yang tepat dan sesuai.
http://gizikom.wordpress.com/2008/05/30/apa-sudah-waktunya-terapkan-ncp/

Instalasi Gizi

Melayani terapi gizi pasien rawat inap dan rawat jalan Melayani keluarga pasien dan masyarakat umum yang memesan makanan diet Kegiatan-kegiatan yang dilakukan meliputi : Pengadaan makanan dengan macammacam menu pilihan Pelayanan makanan berupa hidangan lengkap dan makanan selingan berdasarkan diet Melakukan penyuluhan dan konsultasi gizi bagi pasien yang membutuhkan di ruang rawat inap dan Poliklinik Gizi. Melakukan penelitian dan pengembangan gizi terapan

Menyadari akan pentingnya kesehatan dapat terwujud dengan mengkonsumsi makanan sehat dan gizi seimbang. Untuk itu wadah pelayanan kesehatan Rumah Sakit PELNI juga melayani Catering Diet bagi masyarakat umum. Adapun menu yang disajikan berdasarkan siklus menu sepuluh hari disesuaikan dengan diet yang dianjurkan Ahli Gizi Rumah Sakit. Makanan yang dipesan dapat diperoleh dengan cara: Diambil sendiri ke Instalasi Gizi Rumah Sakit PELNI Diantar ketempat dengan tambahan biaya Rp 5.000 s/d Rp 15.000 untuk satu kali antar (disesuaikan dengan jarak dari Rumah Sakit PELNI)

Pembayaran: Dilakukan dengan membayar di muka minimal untuk 5 (lima) hari Contoh menu catering diet: PAGI A Harga Rp 10.000,-/pack Bubur Ayam Telur Buah B Harga Rp 10.000,-/pack Mie/Bihun Goreng Telur Buah C Harga Rp 10.000,-/pack Bubur sum-sum

Telur Buah D Harga Rp10.000,-/pack Roti panggang Susu Buah SIANG A Harga Rp 25.000,-/pack Nasi / Tim / Bubur / Kentang Ayam Panggang Tempe Bacem Ca Kangkung Sup Buah B Harga Rp 30.000,-/pack Nasi / Tim / Bubur / Kentang Ayam Cordon Blue Tahu Panggang Stup Ayam Sup Buah Pudding / Snack SORE A Harga Rp 25.000,-/pack Nasi / Tim / Bubur / Kentang Semur Daging Perkedel Kentang Tumis Buncis, Labu Siam Sup Buah B Harga Rp 30.000,-/pack Nasi / Tim / Bubur / Kentang Steak Daging Fillet

Omelete Tofu Stup Wortel Kembang Kol Sup Buah Pudding / Snack

Tinjauan Kepustakaan Kemitraan Gizi dan Perawat Oleh Munir Kamarullah E-Mail : munirgafi74@yahoo.com Homepage : www.munir.or.id

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
I. Persepsi Persepsi adalah interpretasi yang tinggi terhadap lingkungan Manusia dan mengolah proses informasi tersebut Human interpret their surroundings on a higher percive their word through information processing ( Wilson D, 2000 ). Mekanisme persepsi merupakan suatu peristiwa physical dan proses eksternal yang membangkitkan persepsi yang mempengruhi mata, saraf di bagaian visual cortex, yang memberikan efek ke lingkungan yang dapat mempengaruhi dan di pengaruhi oleh susunan saraf pusat The mechanisms of perception are set of physical and the ekternal reality is generating a perceptual field that is influencing the eye which in turn is infliencing the neurones of the fisual cortex , is the racting part has other espects to its invironment, namely of can influence and be

influenced by other parts of the brain and central nervous system ( Graham R, 1999). Manusia secara umum menerima informasi dari Lingkungan lewat proses yang sama, oleh karena itu dalam memahami Persepsi harus ada proses di mana ada informasi yang di peroleh lewat memory organisme yang hidup. Fakta ini memudahkan peningkatan Persepsi individu, adanya stimulus yang mempengaruhi individu yang mecetuskan suatu pengalaman dari Organisme, sehingga timbul berpikir yang dalam proses perseptual merupakan proses yang paling tinggi, seperti pada gambar 1: (Hill G, 2000).

Modifies Perception Of stimulus

Modifies Organism
Modifies Perception Of stimulus

Modifies Organism Through memory

Stimulus Organism Learning

Thinking

Dalam keterkaitan proses persepsi ada 3 komponen yang sangat terkait diantaranya : (Hill G, 2000) 1. 2. 3. Learning dari pengalaman organism terhadap stimulus Memory dari organism Through dari komponen satu dan dua (learning and memory)

a. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi. Ada faktor dari luar dan dari dalam yang mempengaruhi persepsi dintaranya sebagai berikut : ( Wilson, 2000 )

1. Faktor Eksternal atau dari luar : Concreteness, yaitu wujud atau gagasan yang abstrak yang sulit di persepsikan dibandingkan dengan yang objektif . Novelty atau hal yang baru, biasanya lebih menarik untuk dipersepsikan dibandingkan dengan hal-hal yang lama. Velocity atau percepatan misalnya gerak yang cepat untuk menstimulasi munculnya persepsi lebih efektif dibandingkan dengan gerakan yang lambat. Conditioned stimuli, stimulus yang di kondisikan seperti bel pintu, deringan telepon dan lain lain. 2. Faktor Internal Motivation . misalnya merasa lelah menstimulasi untuk berespon terhadap istirahat Interest, hal hal yang menarik lebih di perhatikan daripada yang tidak menarik. Need, kebutuhan akan hal tertentu akan menjadi pusat perhatian. Assumptions, juga mempengaruhi pesrsepsi sesuai dengan pengalaman melihat, merasakan dan lain-lain. II. Nutrisionis 1. Pengertian Nutrsionis adalah seorang yang diberi tugas, tanggungjawab dan wewenang secara penuh oleh pejbat yang berwewenang untuk melakukan kegiatan tehnis fungsional di bidang pelayanan Gizi, makanan dan dietetik, baik di Masyarakat

maupun di Rumah sakit dan unit pelaksana Kesehatan lainya, berpendidikan dasar Akademi Gizi.(AsDI, 2003) Dietisien adalah Seseorang Nutrisionis yang telah mendalami Pengetahuan dan Ketrampilan Dietetik, baik melalui lembaga pendidikan formal maupun pengalaman bekerja dengan masa kerja minimal satu tahun atau yang mendapat Sertifikasi dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) dan bekerja di unit pelayanan yang menyelenggarakan terapi Dietetik. ( Direktorat Gizi Depkes RI, 2003).

Ilmu Gizi sendiri dalam definisinya adalah suatu cabang Ilmu Pengetahuan yang khusus mempelajari hubungan antara makanan dan Kesehatan Tubuh, (PIN Dietetik, 2003). Di Indonesia jumlah Tenaga Gizi yang tersebar baik dipelayanan maupun di pendidikan adalah (Depkes, 2003) sebanyak 10,685 orang atau 2,37 % dari total Tenaga Kesehatan. Menurut Dr Leverton (2003) konsep dasar pendidikan Ilmu Gizi bisa dinamis dan bermanfaat dimasa yang akan datang adalah : 1. Ilmu gizi yang mempelajari bagaimana makanan dimakan serta manfaatnya. 2. untuk pertumbuhan dan kesehatan perlu makanan dari bahan gizi yang berbeda 3. jumlah zat gizi harus sesuai dengan kebutuhan 4. penanganan efek makanan dari bahan gizi, terhadap keselamatan, penampilan dan rasa dari bahan makanan. 2. Tugas Pokok Nutrisionis adalah : a. Melaksanakan pelayanan dibidang gizi, makanan dan dietetik yang meliputi: Pengamatan, Penyusunan Program, pelaksanaan, penilaian Gizi bagi Perorangan, Kelompok dan Masyarakat dan di Rumah Sakit b. Pelayanan gizi meliputi : Mempersiapkan perangkat lunak pelayanan Gizi, melaksanakan pengamatan masaalah Gizi, menyiapkan penanggulangan masalah Gizi, malaksanakan pelayana gizi, memantau pelaksanaan pelayanan Gizi, melakukan evaluasi di bidang pelayanan Gizi. Oleh karena itu Profesi Gizi juga dalam menjalankan tugas mempunyai ciri ciri Profesi seperti layaknya Profesi-profesi Kesehatan yang lain (Susman, 1966) : a. Pekerjaan profesi di dukung oleh body of knowladge yang jelas wilayah garapan keilmuanya, metodologi, serta pemanfaatan keilmuan, keahlian Profesi diperolah melalui pendidikan dan pelatihan Profesi yang terarah, terencana, terus menerus dan berjenjang. b. Pelayanan profesi diatur oleh Kode Etik Profesi. c. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan Profesi (Standar pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan dan kode etik). 3. Pelayanan Gizi Rumah sakit Pelayanan Gizi Rumah sakit adalah kegiatan pelayanan Gizi di Rumah sakit

1. Pengertian Keperawatan adalah diagnosis dan penanganan respon Manusia terhadap masalah Kesehatan aktual maupun potensial yang ( ANA, 2000). Dalam dunia

untuk memenuhi kebutuhan Gizi masyarakat Rumah Sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme Tubuh, peningkatan Kesehatan maupun mengoreksi kelainan metabolisme, dalam rangka upaya preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif. (Depkes RI, 2003). Konsep Pelayanan Gizi di Rumah sakit merupakan pelayanan Gizi yang disesuaikan dengan keadaan individu dan keadaan klinis, status Gizi dan status metabolisme tubuh. Keadaan Gizi Seseorang sangat berpengaruh terhadap proses kesembuhan penyakit, sering kondisi Pasien semakin buruk karena tidak di perhatikan gizinya. 4. Asuhan Gizi a. Pengertian Asuhan Gizi adalah merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memenuhi kebutuhan pasien akan Gizi.(Depkes RI,2003). Dalam menyelesaikan masalah pasien ada 3 jenis asuhan yang sering dilaksanakan oleh Tim Kesehatan yaitu: Asuhan Keperawatan, Asuhan Medis dan Asuhan Gizi. b. Tujuan Asuhan Gizi Adapun tujuan di laksanakan Asuhan Gizi adalah : ( Depkes RI 2003) yaitu: Membuat Diagnosis masalah Gizi, Menentuka Kebutuhan terapi Gizi, Memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formulasi khusus (oral, enteral dan Parenteral) sesuai kebutuhan, Melaksanakan pemberian makanan, Evaluasi / Pengkajian Gizi dan pemantauan c. Tim Asuhan Gizi Dalam kerja sama Tim Asuhan Gzizi terdiri dari : Dokter, Nutrisionis, Perawat dan Tenaga Kesehatan Lain. d. Tahap- tahap Asuhan Gizi Adapun tahap-tahap Asuhan Gizi sebagai berikut : (AsDI, 2003) 1. Pengkajian 2. Perencanaan 3. Implementasi 4. Evaluasi III. Keperawatan

Keperawatan

moderen

respon

Manusia

didefinisikan

sebagai

sebagai

pengalaman dan respon Orang terhadap sehat dan sakit yang merupakan suatu fenomena perhatian Perawat. Perawat atau Nurse berasal dari bahasa latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Harlley Cit ANA (2000) menjelaskan pengertian dasar seorang perawat yaitu seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injury dan proses

penuaan dan perawat Profesional adalah Perawat yang bertanggungjawab dan berwewenang memberikan pelayanan Keparawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain sesuai dengan kewenanganya.(Depkes RI,2002). Jumlah tenaga Keperawatan di Indonesia dari berbagai tingkat pendidikan adalah ( Pusgunakes 2003) : latar belakang pendidikan SPK : 35,673 orang. Atau 88,59 % dan latarbelakang pendidikan D3 sebanyak 4,595 orang atau 0,11 % sehingga total keseluruhan adalah 40,268 orang sedangkan yang berlatarbelakang pendidikan S1 belum terdata oleh Depkes, yang ditempatkan diseluruh Indonesia baik di palayanan, pendidikan dan lain-lain. Asuhan Keperawatan adalah Kegiatan profesional Perawat yang dinamis, membutuhkan kreativitas dan berlaku rentang kehidupan dan keadaan.(Carpenito, 1998). Adapun tahap dalam malakukan Asuhan Keperawatan yaitu : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Rencana, Implementasi, Evaluasi. 2. Peran dan fungsi Perawat Fungsi Perawat dalam melakukan pengkajian pada Individu sehat maupun sakit dimana segala aktifitas yang di lakukan berguna untuk ini pemulihan di lakukan

Kesehatan berdasarkan pengetahuan yang di

miliki,

aktifitas

dengan berbagai cara untuk mengembalikan kemandirian Pasien secepat mungkin dalam bentuk Proses Keperawatan yang terdiri dari tahap Pengkajian, Identifikasi masalah (Diagnosa Keperawatan), Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. Keperawatan merupakan Profesi, dimana kedepan perlu semakin tertib, seperti yang dikemukakan oleh word medical assosiation, (1991) yakni enhancing

the quality of life and the health status of all peaple makin tertibnya pekerjaan profesi yang apabila semakin terus dipertahankan, pada giliranya akan berperan besar dalam turut meningkatkan kualitas hidup serta derajat Kesehatan Masyarakat secara keseluruhan. Keperawatan dalam menjalankan pelayanan sebagai Nursing Services menyangkut bidang yang amat luas sekali, secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk membantu orang sakit maupun sehat dari sejak lahir sampai meningal dunia dalam bentuk peningkatan Pengetahuan, kemauan dan kemampuan yang dimiliki, optimal malakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri tanpa memerlukan dan ataupun tergantung pada orang lain (Sieglar cit Henderson, 2000). Perhatian Perawat Profesional pada waktu menyelenggarakan bantuan sedemikian rupa sehingga orang tersebut dapat secara

pelayanan Keperawatan adalah pada pemenuhan kebutuhan dasar Manusia. Profil Perawat Profesional adalah gambaran dan penampilan menyeluruh. Perawat dalam malakukan aktifitas Keperawatan sesuai dengan Kode Etik Keperawatan. Aktifitas Keparawatan, Keperawatan praktek meliputi peran dan fungsih institusi pemberi Asuhan

Keperawatan,

pengelola

Keperawatan,

pendidikan klien serta kegiatan penilitian dibidang Keperawatan. (Sieglar, 2000)

a.

Peran Pelaksana Peran ini di kenal dengan Care Gver peran Perawat dalam memberikan Asuhan Keparawatan secara langsung atau tidak langsung kepada Klien sebagai Individu, Keluarga dan Masyarakat, dengan metoda pendekatan pemecahan masalah yang disebut proses keperawatan. Dalam melaksanakan peran ini perawat bertindak sebagai comforter, protector, advocate, communicator serta rehabilitator. Sebagai comforter perawat berusaha memberi kenyamanan dan rasa aman pada klien. Peran protector dan advocate lebih berfokus pada kemampuan perawat melindungi dan menjamin hak dan kewajiban Klien agar terlaksana dengan seimbang dalam memperoleh pelayanan Kesehatan. Peran sebagai communicator, Perawat bertindak sebagai penghubung antara klien dengan anggota Kesehatan lainya. Peran ini erat kaitanya dengan keberadaan Perawat mendampingi Klien sebagai pemberi Asuhan Keperawatan selama 24 jam, sedangkan rehabilitator, berhubungan erat dengan tujuan pemberian Asuhan Keperawatan yakni mengembalikan fungsi organ atau bagian tubuh agar sembuh dan dapat berfungsi normal.

b.

peran sebagai pendidik Sebagai pendidik Perawat berperan dalam medidik individu,

keluarga, Kelompok dan Masyarakat serta tenaga Kesehatan yang berada dibawah tanggungjawabnya. Peran ini berupa penyuluhan kepada Klien, maupun bentuk desimilasi ilmu kepada peserta didik Keperawatan.

c.

Peran sebagai pengelola. Dalam hal ini Perawat mempunyai peran dan tanggungjawab

d. Peran sebagai peneliti

dalam mengelola pelayanan maupun Pendidikan Keparawatan sesuai dengan Manajemen Keperawatan dalam kerangka paradigma Keperawatan. Sebagai pengelola Perawat dalam memantau dan menjamin kualitas Asuhan atau pelayanan Keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan Keperawatan.karena Pengetahuan pemahaman Perawat yang kurang sehingga pelaksana Perawat pengelola belum maksimal, mayoritas posisi, lingkup kewenangan dan tanggungjawab Perawat hampir tidak berpengaruh dalam perencanaan dan pengambilan keputusan.

Sebagai peneliti dibidang Keperawatan , Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi masalah penelitian, menerapkan prinsip dan metoda

penelitian serta memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu Asuhan atau pelayanan dan pendidikan Keperawatan. penelitian di dalam bidang Keperawatan berperan dalam mengurangi kesenjangan penguasaan Tehnologi di bidang Kesehatan, karena temuan penelitian lebih

memungkinkan terjadinya transformasi ilmu pengetahuan dan Tehnologi, selain itu penting dalam memperkokoh upaya menetapkan dan memajukan profesi Keperawatan. Boland dkk 1994 menyampaikan bahwa Model praktek Keperawatan

dipegang untuk program kualitas menejmen, mutu, dimana pasien mendapatkan pelayanan kesehatan lewat kerjasama antar bagian, yang dicapai lewat aktifitas yang berkelanjutan, pencapaian indikator dari unit organisasi. sistematis dan berdasarkan standar pengawasan dan

Komponen dari model praktek Keperawatan menurut Boland adalah : Nursing education, delivery System, Standar of care, Transcultural principles, Health

Education support sytems, Leadership, Human resources standards, Fiscal Management and Professionalism.
Prinsip Perawatan secara utuh baik Bio,Psiko, Sosio, Spiritual yang terstandar sesuai tujuan dengan memperhatikan aspek Budaya atau kultur Pasien, dengan memberikan Pendidikan Kesehatan, dukungan dalam sistem Kesehatan, Kepemimpinan, Profesionalisme. . Model praktek Keperawatan Profesional (Boland & maryland 1994) seperti pada gambar 2 : I http://tinjauan.blogdrive.com/archive/1.html sumber daya yang standar, Management yang baik serta

SUB DEPARTEMEN GIZI RUMKITAL Dr. RAMELAN GIZI YANG TEPAT MENDUKUNG PENGOBATAN MAKSIMAL Pelayanan Gisi Rumah Sakit (PGRS) adalah kegiatan pelayanan gizi rumah sakit untuk kebutuhan gizi masyarakat rumah sakit baik rawat inap maupun rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, penigkatan kesehatan, maupun mengoreksi kelainan metabolism dalam rangka upaya preventif, kuratif, rehabilitative, dan promotif. Subdep Gizi Rumah Sakit adalah wadah yang mengelola pelayanan gizisecara efektif, efisien, dan kualitas yang optimal meliputi penyediaan, pengelolaan, dan penyaluran makanan, terapi gizi, pendidikan dan pelatihan, pengkajian, dan pengembangan melaluai perencanaan, penggerakan serta pengendalian sarana dan tenaga dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.

VISI Menjadi mitra profesi dalam pelayanan kesehatan paripurna MISI

Terselenggaranya dukungan dan pelayanan makanan bagi konsumen Rumah Sakit, asuhan nutrisi, penelitian dan pengembangan yang profesional dan prima bagi TNI & Masyarakat Terwujudnya pusat unggulan diklat gizi yang berkualitas Terselenggaranya penelitian gizi matra laut Terpenuhinya SDM yang sesuai kompetensi Manajemen Yan Gizi yang efektif dan efisien MOTTO Kembali sehat dengan nutrisi Adequat

Tujuan Khusus : 1. Tersedianya makanan pasien yang terdapat gizi, tepat wakt, efektif dan efisien sehingga dapat memberikan hasil terapi penunjang pengobatan dan tindakan medis yang baik. 2. Terlaksana kegiatan asuhan nutrisi bagi pasien rawat inap. 3. Terselenggaranya kegiatan penyuluhan, konsultasi dan rujukan bagi pasien rawat jalan, masyarakat rumah sakit dan diluar rumah sakit. 4. Terselenggaranya kegiatan penelitian, pendidikan, dan pemgembangan gizi terapan.

PRODUKSI DAN DISTRIBUSI Kegiatan - Kegiatan yang dilaksanakan dalam menyelenggarakan penyediaan, pengolahan, dan penyaluran makan pasien meliputi : 1. Menyusun kecukupan gizi pasien dirawat 2. Menyusun Standar makanan rumah sakit dan anggaran belanja 3. Menyusun menu dan pedoman menu 4. Menyusun kebutuhan bahan makanan 5. Merencanakan tata ruang ( Debah, Tata letak, Arus kerja ) 6. Merencanakan anggaran belanja untuk peralatan dan perlengkapan dapur 7. Merencanakan sistem penyaluran makanan 8. Merencanakan macam dan jumlah tenaga untuk melaksanakan pelayanan 9. Melaksanakan proses produksi dan distribusi serta melaksanakan evaluasi 10. Melaksanakan evaluasi, penyediaan, pengolahan, dan penyaluran makanan

PELAYANAN GIZI RAWAT INAP Kegiatan pelayana gizi untuk pasien yang dirawat inap, meliputi : 1. Melakukan pemeriksaan, anamnesi, dan menentukan masalah gizi serta menyarankan ke dokter 2. Mengikuti visite dokter untuk mengevaluasi perkembangan gizi pasien rawat inap 3. Pelayanan rujukan, konsultasi, asuhan dan motivasi gizi pasien rawat inap 4. Pengawasan distribusi dan asupan makan pasien PELAYANAN GIZI RAWAT JALAN

Pelayanan gizi rawat jalan meliputi kegiatan besar yaitu : konsultasi gizi perorangan dan penyuluhan kesehatan kepada kelompok. 1. Konsultasi gizi perorangan ditujukan kepada pasien poliklinik / rawat jalan yang dirujuk oleh dokter atas asas keinginan sendiri dengan materi gizi yang berkaitan dengan penyakit atau kondisi yang diinginkan pasien / dokter. 2. Penyuluhan kesehatan kelompok yaitu penyuluhan yang dilaksanakan kepada kelompok tertentu dengan tema gizi kesehatan secara umum atau sesuai dengan karakteristik kelompok sasaran. Pelayanan gizi rawat jalan di Rumkital Dr. Ramelan terdiri dari tiga tempat,yaitu :

Klinik Gizi Poliklinik Umum : Untuk pelayanan konsultasi gizi dengan keluhan umum.

Klinik Gizi Radioterapi : Untuk pasien yang menderita kanker. Klinik Gisi Estetika : Untuk pasien yang menjalankan program kecantikan.

LITBANG GIZI Fungsi dan kegiatan dari penelitian dan pengembangan gizi terapan, yaitu : 1. Merencanakan penelitian gizi sederhana tepat guna dan pengembangannya guna menilai atau mengevaluasi metode serta hasil yang dicapai atas seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh Subdep Gizi. 2. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan anggota Subdep gizi melalui pelatihan, seminar, dan pengajaran sehingga profesionalitas tenaga gizi dapat terjaga dengan baik. http://www.rsalramelan.com/layanan-fasilitas/pelayanan-penunjang-medik/instalasigizi.php

You might also like