You are on page 1of 4

Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia

Pendahuluan Secara historis Bahasa Indonesia merupakan varian bahasa melayu yang juga digunakan di wilayah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, bagian selatan Thailand, bagian selatan Filipina, dan beberapa tempat di Afrika Selatan . Bahasa melayu awalnya digunakan sebagai lingua franca (bahasa pergaulan) di nusantara. Berbicara tentang sejarah perkembangan Bahasa Indonesia, kita tidak bisa lepas dari sejarah bangsa Indonesia secara keseluruhan, mulai dari jaman Kerajaan Sriwijaya sampai sekarang ini . Zaman Kerajaan Kerajaan Sriwijaya Pada abad VII sampai dengan abad XII, Kerajaan Sriwijaya menguasai perpolitikan dan ilmu pengetahuan di Asia Tenggara dengan adanya Perguruan Tinggi Agama Budha. Perguruan tinggi tersebut mempunyai bahasa pengantar dalam kuliah yakni bahasa Melayu. Buktinya, di Palembang, Jambi dan Bangka, ditemukan batu bersurat (piagam) bertanggal tahun Syaka 604, 605,608 (kira-kira sesuai dengan tahun 682,683,686 Masehi) yang menggunakan bahasa Melayu tertua. Kerajaan Malaka Kerajaan Malaka muncul pada abad ke-XV setelah Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Pada masa itu bahasa Melayu mengalami kemajuan yang pesat, terutama dengan masuknya agama Islam yang menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar. Pada zaman itu mulai berkembang sastra tulis, seperti: Hikayat Muhammad Ali Hanafiah, Hikayat Amir Hamzah, dan Hikayat Iskandar Zulkarnaen. Waktu itu, bahasa Melayu yang digunakan dibedakan atas 3 bagian, yaitu : A. B. Bahasa Melayu Pasar, yang dipakai di bidang perdagangan; Bahasa Melayu Tinggi (Riau) dipakai dalam administrasi pemerintahan, kantor dan sekolah; Bahasa Melayu Dialek yang muncul di daerah tertentu, misalnya bahasa Melayu Dialek Ambon, bahasa Melayu Dialek Jakarta dan bahasa Melayu Diatek Medan.

C.

Pada Tahun 1511, Kerajaan Malaka ditaklukkan Portugis. Semua Sastra Melayu habis terbakar akibat penyerbuan besar-besaran yang dilakukan bangsa Portugis. Pada tahun 1824, Perjanjian London ditandatangani. Perjanjian ini membuat Malaysia yang sekarang, Singapura dan Indonesia terpisah. Semenjak itu aktivitas bahasa terbagi

dua, yaitu pertama, bahasa Melayu Singapura dan Malaysia berkembang sesuai dengan kondisi di bawah penjajahan Inggris. Zaman Kolonial Belanda Pada zaman ini bahasa Melayu Indonesia berkembang sesuai dengan kondisi di bawah penjajahan Belanda. Ch. A. Van Ophuysen menyusun ejaan resmi bahasa Melayu pada tahun 1901. Hal ini semakin memantapkan kedudukan bahasa Melayu. Sebelumnya Gubernur Belanda telah menetapkan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar di sekolah Bumiputera. Selanjutnya pemerintah Belanda mendirikan Taman Bacaan Rakyat pada tahun 1908, yang kemudian diubah menjadi Balai Pustaka pada tahun 1917. Pada tanggal 25 Juni 1918 keluar ketetapan Ratu Belanda yang memberi kebebasan kepada anggota Dewan Rakyat (Volkstrad) menggunakan bahasa Melayu dalam perundingan. Ketetapan ini merupakan reaksi Kerajaan Belanda atas gagasan yang dicetuskan anggota-anggota Dewan Rakyat bangsa Indonesia yang didorong oleh hasrat untuk memperjuangkan diakuinya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Zaman Pergerakan Kemerdekaan Perjuangan partai politik mempunyai peranan yang besar. Karena sebagian besar partai politik menggunakan bahasa Melayu (Indonesia) dalam rapat-rapat, dan dalam tulisantulisan. Partai politik yang ada waktu itu seperti, Budi Oetomo (1922), Partai Hindia (1912), Serikat Islam (1913). Ada juga Perhimpunan-Perhimpunan Pemuda seperti Jong Java, Jong Sumatera, Jong Ambon, yang kemudian bersatu dalam Indonesia Muda. Mereka Inilah yang mencetuskan Sumpah Pemuda. Salah satu butir dalam Sumpah Pemuda sangat penting dalam perkembangan bahasa Indonesia yaitu butir ketiga : Menjunjung Bahasa Persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Dengan itu,kini bangsa Indonesia telah memiliki bahasa kebangsaan, bahasa kesatuan dan bahasa yang dapat mempersatukan kehendak dan perasaan dari berbagai suku yang ada Indonesia. Zaman Penjajahan Jepang Masa penjajahan Jepang merupakan masa penting. Bahasa Indonesia menjadi bahasa utama karena bahasa Belanda (bahasa musuh) tak boleh lagi dipergunakan dalam percakapan sehari-hari dan urusan-urusan remi. Sementara itu bahasa Jepang belum dikuasai. Maka satu-satunya alat komunikasi adalah bahasa Indonesia. Zaman Kemerdekaan Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945,barulah kini bahasa Indonesia diakui keberadaannya secara resmi melalui UUD-RI 1945, bab XV, pasal 36 berisi : Bahasa negara adalah bahasa Indonesia. Pengesahan dalam Undang-Undang Dasar ini menjadikan bahasa Indonesia memperoleh kedudukan

secara hukum dan lebih pasti. Dalam Perkembangannya, ejaan bahasa Indonesia juga mengalami beberapa perubahan antara lain : Ejaan van Ophuijsen (ditetapkan pada tahun 1901) Ciri-ciri dari ejaan ini, yaitu :
huruf j, misalnya jang, pajah, sajang, dsb. huruf oe, misalkan goeroe, itoe, oemoer, dsb. tanda diakritik, seperti koma ain dan tanda trema, misalkan mamoer,

akal, ta, pa, dinamai, dsb. Ejaan Soewandi (tanggal 19 Maret 1947) Ciri-ciri ejaan ini,yaitu :
huruf oe diganti dengan u, misalkan guru, itu, umur, dsb. bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, misalkan tak, pak,

rakjat, dsb. kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, misalkan kanak2, ber-jalan2, ke-barat2-an awalan di- dan kata depan di ditulis serangkai dengan kata yang mendampinginya, misalkan dipasar, dipukul, dibaca Ejaan Melindo (akhir tahun 1959) Melindo merupakan kepanjangan dari MelayuIndonesia. Ejaan Melindo ini dikenal pada akhir tahun 1959. Peresmian ejaan ini batal karena faktor perkembangan politik pada tahun-tahun berikutnya. Ejaan dengan nama MelayuIndonesia ini tentu tidak hanya berkaitan dengan Republik Indonesia, melainkan juga dengan negeri tetangga kawasan Melayu, seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) (16 Agustus 1972) Ejaan bahasa Indonesia yang hingga kini masih berlaku adalah ejaan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Lebih dari 30 tahun ejaan ini dipertahankan. Ejaan ini diresmikan pemakaiannya pada tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia, yaitu almarhum Presiden Soeharto. Peresmian ini dikuatkan dengan Putusan Presiden No. 57 Tahun 1972. Media massa pada saat itu seperti TVRI dan RRI juga berperan dalam perkembangan Bahasa Indonesia karena mereka selalu menyiarkan siaran-siarannya dan mengabarkan berita-beritanya dengan menggunakan Bahasa Indonesia.

You might also like