You are on page 1of 3

Cara Membuat Pupuk Organik (Bokasi) dan Penggunaannya pada Tanaman Padi

Oleh : Ir. Triyono


Belakangan, minat masyarakat terhadap pertanian organik kian meningkat. Gagal panen hingga berkali-kali akibat serangan wereng nampaknya mendorong petani kembali pada organik. Hanya saja karena kurangnya pengetahuan petani terhadap pertanian organik ini, hasil yang diharapkan lebih baik ternyata tidak sesuai dengan harapan. Sebagai contoh saja, banyak petani yang belum bisa membedakan antara bahan organik dengan pupuk organik. Mereka beranggapan bahwa semua bahan organik itu adalah pupuk. Misalnya saja, kotoran ternak, dedaunan hijau, jerami dan sebagainya. Bahan-bahan organik tersebut langsung saja digunakan sebagai pupuk tanpa melalui proses dekomposisi (perubahan biologi) sebelumnya. Nah, sebelum berbicara tentang cara pembuatan pupuk organik (bokasi), kami sampaikan terlebih dahulu tentang apa itu bahan organik, pupuk organik (pupuk kompos) termasuk juga EM4 dan Bokasi. Bahan Organik dan Pupuk Organik Bahan organik adalah semua zat yang berasal dari mahluk hidup antara lain dari tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Sedang pupuk organik adalah bahan organik yang telah dirubah melalui kegiatan biologi pada kondisi yang terkontrol, tidak berbau busuk, benih gulma atau rerumputan dan organisme yang bersifat patogen (beracun) telah terbunuh. Bahan organik yang telah melalui kegiatan perubahan (dekomposisi) biologis tersebut disebut pupuk organikb (antara lain pupuk kompos).

Pupuk Kompos
Bahan-bahan organik supaya berubah atau mengalami proses dekomposisi menjadi pupuk kompos harus diproses selama 7 8 minggu (2 bulan). Pupuk kompos dengan proses yang memerlukan waktu sekitar 2 bulan tersebut mempunyai kandungan antara lain; unsur hara (zat yang diserap tanaman sebagai makanan yang sangat diperlukan seperti Nitrogen (N) 1,33 %, Fosfat (P2O5) 0, 83 %, Kalium (K2O) 0, 36 %. Sebagai pembanding kandungan N pada pupuk Urea sebesar 45 56 % sedang kandungan N pada pupuk ZA sebesar 20 21 %, kandungan Fosfat pada pupuk TSP sebesar 50 56 %, dan kandungan Kalium pada pupuk KCL sebesar 55 60 %. Dengan dasar pengertian tersebut, tanaman padi agar tumbuh dengan hasil yang bagus (antara lain cukup zat makanan), maka diperlukan pupuk kompos sekitar 15 20 ton per hektar.

EM4 dan Manfaatnya


EM4 (Effective Microorganisme 4) merupakan bahan yang mengandung beberapa mikroorganisme yang sangat bermanfaat dalam mempercepat proses pengomposan sebagai starter atau aktivaor. Mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 terdiri dari lumbricus, actinomycetes, streptomyces dan ragi. Mikroorganisme tersebut mempunyai manfaat dalam mempercepat proses pengomposan, karena itu Bokasi

(pupuk kompos dengan proses secara cepat) dalam 5 7 hari sudah dapat diproses menjadi pupuk organik yang mempunyai kandungan unsur hara yang tinggi (zat-zat makanan tinggi). Bokasi cukup digunakan dalam 1 hektar tanaman padi sebanyak 2 3 ton, sedangkan keperluan unsur hara yang setara dengan Bokasi apabila menggunakan pupuk kompos sebanyak 15 20 ton/hektar. EM4 mempunyai pengaruh yang menguntungkan diantaranya; pertama, memperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologi tanah serta menekan pertumbuhan hama dan penyakit. Kedua, memperbaiki perkecambahan, pembungaan, pembentukan buah atau biji dan kematangan hasil tanaman. Dan ketiga, meningkatkan kapasitas fotosintesis tanaman, meningkatkan manfaat bahan organik sebagai sumber pupuk, sehingga hasil meningkat.

Bokasi
Bokasi merupakan pupuk kompos dengan proses secara cepat dari proses selama 2 bulan pada pupuk kompos menjadi 5 7 hari pada pupuk Bokasi. Ada beberapa jenis bokasi antara lain bokasi kotoran ternak, bokasi rumput kering dan lain sebagainya. Agar memudahkan petani membuat bokasi, ada 2 anjuran pembuatan bokasi. Anjuran ke-1 dengan bahan-bahan: a. Kotoran ternak kering : 1 blek b. Dedak halus (mutlak harus ada) : 1 blek c. Sekam : 1 blek d. Tetes tebu/gula 1 kg : 5 sdm (diencerkan air 2 liter) e. Air : 10 liter f. EM4 : 5 sdm Sebagai catatan, blek disini adalah kaleng besar yang biasa untuk wadah krupuk di warung-warung. Sedang anjuran ke-2 dengan bahan-bahan : a. Kotoran ternak kering : 300 kg b. Dedak/bekatul (diajurkan dengan dedak) : 100 kg c. Sekam/jerami : 600 kg d. Tetes tebu/gula : kg e. Air : 100 liter f. EM4 : 1 liter Sebagai catatan, jerami kering dipotong-potong 1-2 cm. Anjuran ke-2 ini untuk 1 ton pupuk. Syarat yang harus dipenuhi, 1) tempat pembuatan bokasi harus terlindung dari hujan dan sinar matahari langsung, 2) semua bahan harus kering, 3) penutup adonan (campuran) bahan bokasi sebaiknya karung goni, tetapi dapat ditutup dengan plastik dan kresek bekas wadah pupuk.

Tahapan Pembuatan Bokasi


1. Campurkan bahan a sampai dengan c hingga merata (lihat pada anjuran ke-1 dan ke-2). 2. Tetes tebu/gula dilarutkan dalam air, kemudian tambahkan EM4, dan aduk hingga merata. 3. Siramkan tahapan no. 1 ke tahapan no. 2 secara merata sehingga kadar air 3040 % (bila digenggam tidak keluar cairan kemudian setelah diletakkan adonan tidak kempal, tetapi ketika disentuh adonan tersebut jadi pecah dan remah). 4. Ratakan adonan pada tahapan no. 3 diatas lantai dengan ketinggian 15-20 cm kemudian tutup rapat dengan karung goni atau plastik dan kresek pupuk. 5. Adonan yang telah ditutup (pada tahapan no. 4) tetap dijaga temperatur/suhu antara 40-50 C. Apabila suhu adonan sudah 45 C, adonan diaduk-aduk dan dijaga agar suhu tidak boleh lebih dari 50 C, karena hal ini akan menyebabkan adonan

menjadi busuk (ini berarti proses pengomposan gagal). Setiap hari adonan diperiksa suhunya, bila perlu diperiksa pagi dan sore. Apabila adonan sejak awal suhunya tidak naik atau tetap dingin, ini berarti proses awalnya salah, maka perlu diulang kembali. Hal ini mungkin disebabkan campuran kurang merata, kelembaban air tidak 30-40 % atau tutup plastik/karung goni pada adonan kurang rapat. 6. Pada hari ke 5 hingga 7, adonan sudah jadi bokasi dengan ciri-ciri dingin, warna keputihan karena lapisan jamur dan berbau sedap.

Penyimpanan Bokasi
Bokasi sebaiknya segera digunakan. Apabila akan disimpan, sebarkan bokasi diatas lantai dalam ruangan teduh, diangin-anginkan sehingga kering. Kemudian bokasi disimpan dalam kantong-kantong plastik/goni, letakkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung atau hujan. Dianjurkan bokasi yang telah dikantongi tersebut disimpan tidak lebih dari 6 bulan. Tetapi jika proses pengomposan dan proses pengeringan bokasi hasilnya sempurna dan bagus, bokasi dapat disimpan sampai waktu 12 bulan. Setelah disimpan, sebelum digunakan bokasi perlu diperiksa apakah masih baik atau sudah rusak. Cara memeriksanya, bokasi diberi air dengan kadar air 30-40 %, kemudian kantong tempat penyimpanan bokasi kembali ditutup rapat selama 5 jam. Setelah 5 jam suhu bokasi diperiksa, jika terasa panas berarti bokasi masih baik.

Penggunaan Bokasi untuk Tanaman Padi


1. Sebelum benih disebar di tempat pembibitan (sebelum benih diperam/dikecambahkan), benih padi direndam EM4 2 cc atau liter air selama 30 menit. 2. Pada lahan pembibitan bagian atas/ladu lahan pembibitan dicampur bokasi (tanah ladu tersebut 1 : 1 atau setiap 1 m dipupuk bokasi 200 gram dengan cara dicampur dengan tanah pembibitan). 3. Bokasi digunakan sebagai pupuk dasar dengan dosis 2-3 ton per hektar untuk lahan sawah, dipupukkan pada pengolahan terakhir/menggaru terakhir. Pada sawah yang harus dapat dipupuk dengan bokasi adalah sebanyak 5 ton per hektar. 4. Pupuk susulan dilakukan dengan penyemprotan tanaman padi dengan larutan 10 cc EM4 setiap 1 liter air, disemprotkan setiap minggu. Hal ini berguna untuk menjaga kesuburan dan meningkat daya tahan tanaman terhadap hama/penyakit.

You might also like