You are on page 1of 50

BAB III METODE EVALUASI

III. 1 METODE EVALUASI Evaluasi Program Imunisasi rutin di Puskesmas Pancoran mas tahun 2009 dilakukan dengan cara pendekatan sistem, yaitu sebagai berikut :
1.

Menetapkan tolak ukur penilaian dari unsur masukan, proses, keluaran, dampak, dan umpan balik. Membandingkan keluaran pada pencapaian program dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai masalah. Menetapkan prioritas masalah. Membuat kerangka konsep dari prioritas masalah. Membandingkan masukan, proses, dampak, lingkungan, dan umpan balik pada perencanaan program dengan tolok ukur untuk mencari penyebab masalah. Memberikan alternatif pemecahan masalah. Menarik kesimpulan dan memberikan saran untuk perbaikan program. III.1.1 Menetapkan Tolak Ukur Tolak ukur merupakan standar atau target unsur sistem dari suatu program sebagai

2.

3. 4. 5. 6. 7.

syarat suatu program dapat terlaksana dengan baik. Sumber rujukan tolak ukur evaluasi yang digunakan adalah buku Stratifikasi Puskesmas Tahun 2009, laporan tahunan Puskesmas Pancoran Mas, Depok tahun 2009, laporan tahunan Imunisasi Puskesmas Pancoran Mas, Depok tahun 2009 dan wawancara langsung dengan penenggung jawab program Imunisasi Rutin di Puskesmas Pancoran Mas, Depok. III.1.2. Menetapkan Prioritas Masalah Masalah didefinisikan sebagai kesenjangan antara apa yang ditemukan (das sein) dan apa yang diharapkan atau yang semestinya (das sollen) yang berasal dari unsur

keluaran. Apabila dalam pelaksanaan program kesehatan ditemukan beberapa masalah, maka langkah pertama dalam evaluasi program ialah menetapkan prioritas masalah. Untuk menetukan prioritas masalah dilakukan langkah-langkah berikut : a. Menetapkan Daftar Masalah Masalah ditetapkan dengan membandingkan keluaran pada pencapaian program dengan tolak ukur untuk mencari adanya kesenjangan yang kemudian ditetapkan sebagai masalah. Tujuan pembadingan keluaran pada program dengan tolak ukur adalah agar suatu masalah dapat diidentifikasikan apabila terdapat kesenjangan antara keluaran dengan program dengan keluaran pada tolak ukur. Pada evaluasi program akan ditemukan beberapa masalah yang dapat berkaitan atau tidak berkaitan sama sekali dengan program. Untuk itu langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan terlebih dahulu daftar masalah. b. Menetapkan prioritas Masalah Penetapan prioritas masalah dilakukan apabila terdapat lebih dari satu masalah pada suatu evaluasi program. Hal ini bertujuan agar masalah yang paling besar dan mudah diintervensi merupakan masalah yang pertama kali dan terutama dicari alternatif pemecahannnya. Dalam menentuka prioritas masalah dibuat sistem skor menggunakan tekhnik kriteria matriks sebagai berikut : Priority = Importancy x Technical Feasibility x Resources Avaibility

P=IxTxR

Keterangan :
a.

Pentingnya Masalah (Importancy) Makin penting suatu masalah, maka makin diprioritaskan masalah tersebut untuk diselesaikan. Untuk dapat menentukan seberapa penting suatu masalah, dapat digunakan patokan-patokan sebagai berikut :

- besarnya masalah (prevalence) - akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity) - kenaikan besarnya masalah (rate of increase) - Derajat keingintahuan masyarakat yang tidak Terpenuhi (degree of unmeet need) -Keuntungan sosial karena terselesainya Masalah (social benefit) -Rasa Prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern) - Suasana Politik (Political climate)
b.

:P :S : RI : DU : SB : PB : PC

Kelayakan Teknologi (Technical feability) Pemilihan prioritas masalah harus mempertimbangkan penguasaan ilmu dan ketersediaan teknologi yang sekiranya dapat membantu menyelesaikan masalah. Masalah yang memiliki teknologi layak dan mampu membantu menyelesaikan masalah tersebut akan menjadi prioritas utama. Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.

c.

Sumber daya yang tersedia (Resources avaibility) Pemilihan prioritas masalah juga harus mempertimbangkan ketersediaan dan kemampuan sumber daya yang dimiliki untuk dapat membantu menyelesaikan masalah. Sumber daya tersebut mencakup tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Makin tersedia sumber daya yang dapat menyelesaikan masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.

Semua masalah tersebut kemudian dimasukkan kedalam tabel pemilihan prioritas masalah dengan teknik kriteria matriks, sebagaimana dicontohkan pada tabel 1. Untuk setiap kriteria diberikan nilai dalam rentang 1 (tidak penting) hingga 5 (sangat penting). Masalah yang menjadi prioritas utama ialah masalah dengan nilai tertinggi.

Tabel 1. Contoh Pemilihan prioritas masalah melalui teknik kriteria matriks Daftar Masalah A B P 1 4 S 4 2 RI 2 5 I DU 3 2 SB 4 3 PB 3 1 PC 1 3 Nilai (IxTxR) 108 80

No 1. 2.

T 3 1

R 2 4

Sumber : III.1.3 Menetapkan Prioritas Penyebab Masalah Identifikasi penyebab masalah harus ditinjau dari berbagai unsur sistem. Berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep selanjutnya diidentifikasi dengan membandingkan tolok ukur komponen masukan, proses, lingkungan, dan umpan balik dengan pencapaian. Masalah ditetapkan bila terdapat kesenjangan antara tolok ukur dengan pencapaian. Langkah-langkahnya meliputi : a. Kerangka Teori Penyebab Masalah Penyebab masalah dapat diidentifikasi melalui kegiatan curah pendapat (brain storming). Di dalam kegiatan tersebut data-data yang telah dikumpulkan dibahas secara mendalam dengan alat bantu diagram hubungan sebab-akibat (cause-effect diagram). Diagram tersebut dikenal juga dengan diagram tulang ikan (fish bone diagram). Pembuatan diagram tulang ikan bertujuan untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang berasal dari komponen sistem yang lainnya seperti input, proses, lingkungan, dan umpan balik. Dengan kerangka konsep diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak ada yang tertinggal. b. Estimasi Penyebab Masalah Menetapkan dugaan (estimasi) penyebab masalah dilakukan melalui kesepakatan. c. Konfirmasi Penyebab Masalah

Melakukan konfirmasi atau penilaian ulang secara langsung apakah dugaan penyebab masalah yang telah ditetapkan benar-benar memiliki kontribusi yang benar dalam menimbulkan masalah. d. Menyusun Daftar Penyebab Masalah Hasil konfirmasi penyebab masalah yang teridentifikasi disusun menjadi daftar penyebab masalah. e. Menentapkan Prioritas Penyebab Masalah Setelah penyusunan daftar penyebab masalah, langkah berikutnya ialah memilih prioritas penyebab masalah. Hal ini berkaitan dengan rencana berikutnya, yaitu menetapkan alternatif rencana penyelesaian masalah. Rencana tersebut dibuat untuk menyelesaiakan penyebab masalah sehingga otomatis masalah tersebutpun akan dapat diatasi atau dikurangi. Komponen yang dinilai dalam penetapan prioritas meliputi kontribusi dalam terjadinya masalah (contribution, C), kelayakan teknologi (Technical Feasibility, T), dan Ketersediaan Sumber Daya (Resources Avaibility, R). Komponen C terdiri dari C diperoleh melalui rumus C = P + S + RI + DU + SB+ PC + PC. Masing-masing komponen diberi nilai antara 1 (paling tidak penting) hingga 5 (paling penting). Penetapan prioritas masalah dilakukan dengan cara mengalikan C, T, R sebagaimana rumus berikut :
P=CxTxR

f. Menetapkan Prioritas Penyelesaian Masalah Langkah prioritas penyelesaian masalah merupakan langkah menetapkan yang menjadi prioritas penyelesaian masalah utama dalam program ini.

g. Menetapkan Alternatif penyelesaian Masalah Alternatif penyelesaian masalah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang menjadi prioritas utama dalam program ini. h. Pemilihan prioritas Penyelesaian Masalah Adakalanya terdapat beberapa alternatif untuk mnyelesaikan masalah yang berhasil diidentifikasi. Apabila Sumber Daya (tenaga, dana, sarana) yang tersedia terbatas, maka mutlak diperlukan sutau pemilihan prioritas alternatif penyelesaian masalah. Terdapat bebagai cara untuk menentukan prioritas tersebut. Cara yang dianjurkan ialah dengan teknik kriteria matriks. Kriteria yang digunakan pada teknik ini adalah : 1. Keefektifan Jalan Keluar Hal pertama yang dipertimbangkan dalam teknik kriteria matriks untuk memilih prioritas penyelesaian masalah / jalan keluar ialah keefektifan. Dalam kriteria ini diberikan nilai 1 (paling tidak efektif) hingga 5 (paling efektif) Dalam hal keefektifan, terdapat beberapa hal yang dijadikan patokan, yaitu : a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude, M) Makin Besar Masalah yang dapat diatasi oelh suatu jalan keluar, makin penting prioritas jalan keluar tersebut.
b.

Pentingnya Jalan Keluar (Importancy, I) Makin langgeng suatu masalah dapat diselesaikan oleh suatu jalan keluar, makin penting prioritas jalan keluar terbut.

c. Sensivitas jalan keluar (Vulnerability, V) Makin cepat suatu jalan keluar dapat mengatasi suatu masalah, makin sensitif dan makan penting prioritas jalan keluar terbut.

2. Efisiensi Jalan Keluar

Hal kedua yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan prioritas penyelaisaian masalah ialah efisiensi jalan keluar yang diajukan. Pada kriteria ini diberikan nilai 1 (paling efisien) hingga 5 (paling tidak efisien). Nilai efisiensi dikaitkan dengan biaya (Cost, C) yang diperlukan untuk melaksanakan satu jalan keluar . Makin besar biaya yang harus dikeluarkan untuk melaksanakan suatu jalan keluar, makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Parameter-parameter tersebut di atas kemudian ditempatkan dalam tabel seperti contoh : Tabel 2. Contoh Pemilihan Alternatif jalan keluar melalui TKM Keefektifan No 1 2 3 Alterntif Iklim Cuasa A B C M 4 3 5 I 3 2 4 V 2 4 5 C 3 2 4 Efisiensi Nilai Prioritas

Sumber : Dari Contoh di atas dapat disimpulakan bahwa penyelesaian masalah yang seharusnya diprioritaskan ialah alternative C. Prioritas penyelesaian masalah dapat diperhitungkan melalui rumus :
P = MxIxV C

Keterangan

P : Priority M : Magnitude I : Importancy V : Vulnerability C : Cos

i.

Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penyelesaian Masalah

Alternatif Penyelesaian masalah / jalan keluar yang telah dipilih kemudian dapat

diajukan untuk dilaksanakan. Rencana pelaksanaan penyelesaian masalah tersebut dituangkan dalam bentuk proposal rencana penyelesaian masalah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 SUMBER DATA Sumber data evaluasi program imunisassi rutin ini berasal dari :
1.

Sumber Data Primer, berupa hasil wawancara dengan penanggung jawab program imunisasi rutin di Puskesmas Pancoran Mas. Sumber Data Sekunder, berupa buku Stratifikasi Puskesmas Tahun 2009, laporan tahunan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009, laporan tahunan imunisasi Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009, data Demografi Wilayah Puskesmas Pancoran Mas, stratifikasi Puskesmas tahun 2009, standard manajemen mutu pelayanan imunisasi, buku pedoman kerja Puskesmas Jilid II tahun 1999, dan laporan hasil kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan 2004.

2.

IV.2 CARA PENGUMPULAN DATA Data untuk evaluasi program imunisasi rutin ini dikumpulkan dengan metode wawancara dan pemeriksaan laporan. IV. 3 PENGOLAHAN DATA Pengolahan data untuk evaluasi program imunisasi rutin ini dilakukan secara manual dan uji statistik univarian. IV.4 PENYAJIAN DATA Data Evaluasi program imunisasi rutin ini disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular. Interprestasi data evaluasi program dilakukan dengan bantuan sumber rujukan indikator dan tolak ukur, dimana sumber yang digunakan adalah : a. Data Demografi Wilayah Puskesmas Pancoran Mas.
b. c.

Stratifikasi Puskesmas tahun 2009. Standard manajemen mutu pelayanan imunisasi. Buku pedoman kerja Puskesmas Jilid II tahun 1999.

d.

e. 2004.
f.

Laporan hasil kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan Hasil wawancara dengan staf pelaksana Program Imunisasi Laporan tahunan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009 Laporan tahunan Imunisasi Puskesmas Pancoran Mas tahun

di Wilayah Puskesmas Pancoran Mas.


g. h.

2009. IV.4.1 DATA UMUM a. Keadaan Geografis Kelurahan Pancoran Mas adalah salah satu wilayah kelurahan yang terdapat di Kecamatan Pancoran Mas kota Depok. Luas wilayahnya 473,55 Ha dengan Jumlah Penduduk (Januari 2010) sebanyak 46.123 jiwa terbagi atas 20 RW dan 121 RT dengan batas-batas sebagai berikut : Utara Timur Selatan Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Beji : Berbatasan dengan kecamatan Sukmajaya : Berbatasan dengan kecamatan Bojong Gede : Berbatasan dengan kecamatan Sawangan

b. Keadaan Demografi Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas terletak di jalan pemuda no II kota depok Puskesmas ini membawahi 20 RW . Tabel 3. Distribusi penduduk menurut jumlah penduduk, jumlah KK, jumlah RT dan jumlah RW. Uraian Kel. Pancoran Mas Jumlah Penduduk 45.797 Jumlah KK 12.323 8.095 20.418 Jumlah RT 121 104 225 Jumlah RW 20 22 42

Kel. Depok 36.664 JUMLAH 82.461 Sumber : Data Kelurahan Tahun 2009

10

Tabel 4. Distribusi penduduk menurut tingkatan pendidikan Uraian Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SMU Tamat Diploma Pancoran Mas 2637 907 1904 298 Depok 1184 1343 1215 278 242 3821 2250 3119 576 431 JUMLAH

Tamat AK/PT 189 Sumber : Data Kelurahan Tahun 2009

Tabel 5. Distribusi penduduk menurut pekerjaan Uraian Petani Pedagang Buruh Wiraswasta PNS/TNI/POLRI Pancoran Mas 282 2.395 1.621 2.517 1.167 Depok 1.359 3.108 5.432 1.123 JUMLAH 282 3.754 4.729 7.949 2.290 925

Pengrajin 478 447 Sumber : Data Kelurahan Tahun 2009 Tabel 6. Derajat Kesehatan penduduk Mortalitas Uraian Jumlah bayi lahir mati Jumlah kematian ibu hamil Jumlah kematian neonatus menurut penyebab : a. Kematian neonatal b. Asfiksia berat c. BBLR d. Infeksi lain

JUMLAH 11 orang 13 orang 2 orang 6 orang 3 orang

11

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009. Morbiditas a. Penyakit Infeksi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. ISPA Peny. Pulpa Diare Pneumonia DBD TBC Chikungunya = 15.727 kasus = 6.436 kasus = 1.341 kasus = 565 kasus = 361 kasus = 69 kasus = 22 kasus

b. Penyakit Non Infeksi 1. 2. 3. 4.


5.

Gastritis Hipertensi Myalgia DM Gizi buruk

= 1.725 kasus = 1.569 kasus = 1.230 kasus = 506 kasus = 23 kasus

c.

Sarana Pelayanan Kesehatan Tabel 7. Keadaan tenaga di Puskesmas Pancoran Mas

12

Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Kes.Masyarakat Sarjana Non Kesehatan Bidan Perawat Perawat Gigi Entomologi Epidemiologi Asst. Apoteker Analis Tenaga Gizi Sanitarian TU/Bendahara/Urum Pekarya Administrasi Juru Obat Petuga Kebersihan Penjaga Puskesmas Sumber :

Yang Ada 5 2 0 0 4 5 1 0 0 1 1 1 1 3 1 3 1 1 2

Tabel 8. Sarana pelayanan kesehatan swasta wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas Jenis Sarana Kel. Pancoran Mas Kel. Depok Jumlah

13

Rumah Sakit BP/Klinik Rumah Bersalin Dokter Praktek Umum Dr. Spesialis THT Dr. Gigi Klinik Fisioterapi Dr. Spesialis Syaraf Bidan Apotik Optik Laboratorium Radiologi Pengobatan Tradisional Akupuntur Toko Obat Sumber :

1 3 0 1 0 0 0 0 7 1 2 0 0 0 1 0

3 5 1 4 1 7 1 1 3 7 6 1 1 4 0 2

4 8 1 5 1 7 1 1 10 8 8 1 1 4 1 2

IV.4.2 DATA KHUSUS 4.2.1 Sasaran Penduduk Tahun 2009 Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas

14

Penduduk 0 1 th 08 0 1 th 09 0 4 th 08 0 4 th 09 Neonatus 08 Neonatus 09 Bumil 08 Bumil 09 Bulin 08 Bulin 09 Pralansia Lansia Jumlah penduduk 2008 Jumlah

Depok 1004 1026 3961 3881 752 768 1104 1128 1054 1077 6847 3358 41.761 42.656

Pancoran Mas 1088 1109 4282 4195 813 830 1193 1219 1139 1164 7403 3632 45.154 46.123

Ratu Jaya 494 505 1950 1911 370 378 543 555 519 531 3370 1653 20.557 20.998

Puskesmas 2582 2639 10.193 9987 1934 1976 2840 2903 2712 2772 17.620 8643 107.472 109.777

penduduk 2009 Sumber : Laporan Puskesmas Pancoran Mas

a.

Struktur Organisasi Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009

Gambar 1. Struktur Organisasi Puskesmas Pancoran Mas tahun 2009

KEPALA PUSKESMAS drg. Trisakti BS

Dalam Gedung

Luar Gedung

15

BPU dr. Intan D dr. Dece

BPG Drg Ema

KIA, Imunisasi Bidan Eka

KB Bidan Melly

Lab, Loket Ibu Aan Bpk. Edy

P2M Ibu Aini

CHN, PSN, Posyandu Bidan Nolisa Bidan Melly Perawat Desi

UKS -

b.

Data Pelayanan Puskesmas Pancoran Mas

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kesehatan Puskesmas Pancoran Mas Jenis Tenaga Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Pekarya Tenaga Administrasi Sumber : Dari Tabel ..... diketahui bahwa : Jumlah Tenaga 5 orang 2 Orang 7 Orang 4 Orang 3 Orang 2 Orang

16

Jumlah PUS yang bukan peserta KB tidak hamil dan tidak ingin mempunyai anak sebanyak 109/327X 100% = 33,33 %.

IV.5 ANALISA DAN PRIORITAS MASALAH IV.5.1 Tolak Ukur Keberhasilan Tabel . .....Variabel dan Tolok Ukur Keberhasilan No. Variabel 1. Masukan a. Tenaga Tolak Ukur Keberhasilan -Dokter -Vaksinator -Petugas Cold Chain b. Dana c. Sarana -Medis -Non medis = 1 orang = 1 orang = 1 orang

-Administrator = 1 orang Adanya APBD dan APBN untuk pelaksanaan program Imunisasi Jumlah vaksin dan alat suntik yang memadai Ruang imunisasi, meja, kursi, buku register imunisasi, salinan laporan bulanan, lemari vaksin, lemari es, vaccine carrier, cold
17

pack, buku stok vaksin, dan buku pencatatan suhu. d. Metode -Medis -Non medis -Pemberian vaksin -Pencatatan terhadap imunisasi rutin yang diadakan di

puskesmas maupun di luar puskesmas -Penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat secara perorangan atau berkelompok 4 kali dalam setahun. 2. Proses a. Perencanaan b. Pengorganisasian Rencana kerja yang tertulis dan diketahui petugas. - Koordinator program imunisasi : Kepala puskesmas - Staff pelaksana : *Dokter *Vaksinator *Petugas Cold Chain *Administrator c. Pelaksanaan -Kegiatan dilakukan sesuai petunjuk pelaksanaan kegiatan. -Pemberian vaksin sesuai prosedur. -Penyuluhan dan edukasi terhadap masyarakat secara perorangan d. Pencatatan e. Pengawasan 3. penilaian Keluaran atau berkelompok yang dilakukan oleh petugas harian. Membuat laporan bulanan dan tahunan secara tertulis. dan Pertemuaan koordinasi yang kemudian hasilnya dilaporkan ke Suku Dinas Kesehatan Depok setiap tiga bulan. -Cakupan pelayanan imunisasi rutin tahun 2009 : 80% -Kualitas pelayanan tahun 2009 : 80% -Peran serta masyarakat tahun 2009 : 80% -Penyuluhan : dilakukan oleh petugas puskesmas atau kader 4. Lingkungan empat kali dalam setahun. -Lokasi pelaksanaan program imunisasi rutin yang mudah dicapai. -Transportasi mudah. 5. Umpan Balik -Taraf sosial ekonomi biaya pelaksanaan terjangkau. -Adanya rapat koordinasi di tingkat kelurahan setiap tiga bulan. -Adanya pencatatan dan pelaporan untuk diteruskan ke tingkat
18

6.

Dampak

Kotamadya serta tingkat Propinsi sampai Pusat setiap tiga bulan. Angka morbiditas dan mortalitas setelah mendapat imunisasi rutin 0

Sumber: Stratifikasi Puskesmas Tahun 2009 dan Laporan Imunisasi tahun 2009.

Keterangan: 1. Akseptor baru: a. Peserta KB baik pria maupun wanita yang baru pertama kali memakai kontrasepsi yang sesuai dengan program nasional dalam satu tahun (calender yang dilayani di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu. b. Peserta KB yang memakai kembali alat kontrasepsi, sesudah melahirkan atau setelah mengalami keguguran yang dilayani di Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Posyandu. Target akseptor baru untuk daerah target akseptor baru untuk Kelurahan Pancoran Mas, sehingga target akseptor baru untuk Kelurahan Pancoran Mas diperoleh dengan membandingkan jumlah PUS Kelurahan Pancoran Mas (2012 pasangan) dengan jumlah PUS kota Depok (106744 pasangan). Diperoleh target untuk Kelurahan Pancoran Mas sebanyak 577 akseptor baru. Angka standar jumlah akseptor baru untuk wilayah kerja Puskesmas Pancoran Mas adalah 70% dari target daerah yang ditentukan BKKBN Dati II, yaitu 70%x577= 404 akseptor baru. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar 202 akseptor baru. 2. Peserta KB aktif: Peserta KB baik pria maupun wanita yang sampai saat ini masih memakai alat kontrasepsi sesuai dengan program nasional, baik yang dibina di Puskesmas maupun yang dibina unit pelaksana lain di wilayah kerja Puskesmas. Cakupan adalah jumlah peserta KB aktif dibagi PUS dikali 100%. Angka standard untuk jumlah peserta aktif adalah 50%. Target jumlah peserta aktif yang dibina untuk

19

wilayah Puskesmas Pancoran Mas adalah 58% dari jumlah PUS Kelurahan Pancoran Mas (2012 pasangan) yaitu 1167 peserta aktif. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar 584 peserta aktif. 3. Peserta aktif MKET: Peserta MKET adalah pemakai kontrasepsi IUD, implant, suntikan 3 bulan dan kontap. Target jumlah peserta aktif MKET adalah sebesar 51.6% dari target jumlah peserta aktif keseluruhan. Dalam hal ini, target peserta aktif MKET untuk Puskesmas Pancoran Mas adalah 51.6% dari 1167 peserta aktif, yaitu 602 peserta aktif MKET. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar 301 peserta aktif MKET. 4. Komplikasi dan Efek Samping: Komplikasi adalah gejala yang timbul atau dialami oleh peserta KB karena penggunaan alat kontrasepsi, misalnya perforasi, infeksi atau benang IUD yang hilang, sedangkan efek samping adalah keluhan yang timbul pada peserta kontrasepsi karena kontrasepsi itu sendiri, misalnya Pil : mual, muntah, gangguan haid Suntikan : flek dan perdarahan ringan, sakit kepala, kenaikan berat badan, gangguan haid AKDR : mulas, gangguan haid, keputihan Implan : gangguan haid

Target kejadian komplikasi akibat penggunaan kontrasepsi di Puskesmas Pancoran Mas adalah dibawah 3.7/1000 pengguna MKET, yang berarti kurang dari 2 kejadian komplikasi pada 602 akseptor MKET yang dilayani. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar kurang dari 1 kejadian komplikasi pada 301 akseptor MKET yang dilayani. Target kejadian efek samping penggunaan kontrasepsi di Puskesmas Pancoran Mas adalah dibawah 12.6/1000 pengguna MKET, yang berarti kurang dari 7

20

kejadian efek samping pada 602 akseptor MKET yang dilayani. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar kurang dari 3 kejadian efek samping pada 301 akseptor MKET yang dilayani. 5. Kegagalan: Terjadinya kehamilan pada peserta yang masih menggunakan kontrasepsi. Target kegagalan kontrasepsi di Puskesmas Pancoran Mas adalah dibawah 1,9/1000, yang berarti kurang dari 1 kegagalan pada 602 akseptor MKET yang dilayani. Untuk periode setengah tahun, target diperkirakan sebesar kurang dari 1 kegagalan pada 301 akseptor MKET yang dilayani. 5.2 Identifikasi Masalah Tabel Evaluasi Keluaran Tolok Ukur Keberhasilan 70%, dari target BKKBN tk. II untuk masing-masing 58% dari jumlah PUS Kelurahan Pancoran Mas (1937) = 584 Pencapaian Masalah

Tabel 13. No 1

Variabel Keluaran Jangkauan pelayanan a. Jumlah akseptor baru. b. Jumlah seluruh peserta aktif yang dibina.

34,31% (99) 28,90% (291)

(+) (+)

c. MKET(metode kontrasepsi efektif terpilih) Jumlah pengguna MKET Efek samping yang dilayani MKET

51,6% dari target peserta aktif = 301 12,6/1000 dari jumlah pengguna MKET 3,7/1000 dari jumlah pengguna MKET = kurang dari 1 kejadian komplikasi dari 301 akseptor

47,31% (276) Tidak ada data

(+) (+)

Komplikasi MKET yang dilayani

1 kejadian komplikasi dari 276 MKET

(+)

21

Kegagalan dilayani

yang

Pembinaan akseptor a. % peserta aktif KET. b. Frekuensi pembinaan akseptor AKDR c. Frekuensi pembinaan akseptor implant d. Frekuensi pembinaan akseptor suntikan bulan e. Frekuensi3pembinaan akseptor kontap

1,9/1000 dari jumlah pengguna MKET = kurang dari 1 kegagalan dari 301 70% 2x/tahun 2x/tahun 4x/tahun l^/tahun

Tidak ada kegagalan

(-)

71,13% Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data Tidak ada data

(-) (+) (+) (+) (+)

Masalah yang ditemukan pada pelayanan KB di Puskesmas Pancoran Mas periode JanuariJuni 2006 adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Jumlah akseptor baru tidak mencapai tolok ukur Jumlah seluruh peserta aktif yang dibina tidak mencapai tolok ukur Jumlah pengguna MKET tidak mencapai tolok ukur Tidak ada pencatatan efek samping MKET yang dilayani Jumlah komplikasi MKET yang dilayani tidak mencapai tolok ukur Tidak ada data jumlah pembinaan akseptor AKDR, akseptor implant, akseptor suntikan 3 bulan,

22

5.3 Penetapan Prioritas Masalah Dari masalah-masalah yang ada ditentukan masalah apa yang menjadi prioritas dengan sistem matriks yang dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 14. Penentuan Prioritas Masalah No Daftar Masalah P 5 3 Importance S RI DU SB 3 5 3 5 5 3 3 3 PB PC 3 5 3 3 T 5 3 R Prioritas (IxTx R) 5 103.571 3 29.571

1 Jumlah akseptor baru tidak mencapai tolok ukur 2 Jumlah peserta aktif yang dibina tidak mencapai tolok ukur 3 Jumlah pengguna MKET tidak mencapai tolok ukur 4 Tidak ada pencatatan efek samping MKET yang dilayani

3 9

3 27

5 Jumlah komplikasi 3 3 3 3 MKET yang dilayani tidak mencapai tolok 6 ukur ada data jumlah 1 1 1 Tidak 1 pembinaan akseptor AKDR, akseptor implant, akseptor suntikan 3 bulan, dan akseptor kontap

3 29.571

3.857

Dengan metode matriks, besarnya masalah jumlah akseptor baru KB yang tidak mencapai tolok ukur mendapat skor prioritas paling tinggi. Hal ini dikarenakan pencapaian jumlah akseptor KB baru sangat jauh dan harapan, sedangkan keberhasilan suatu program KB sangat ditentukan dan jumlah akseptor baru yang semakin bertambah setiap tahunnya. Sehingga, masalah ini menjadi sangat penting. Untuk tingkat severity, jumlah peserta aktif KB yang dibina yang tidak mencapai tolak ukur mendapat nilai tertinggi karena akibat yang ditimbulkan dinilai paling besar dibandingkan masalah lain. Pembinaan bagi peserta aktif KB diharapkan dapat
23

meningkatkan kepedulian masyarakat akan pentingnya KB dan dengan demikian, peserta aktif tersebut dapat menjaring masyarakat lainnya untuk mengikuti program KB. Kenaikan besamya masalah paling tinggi diberikan pada masalah akseptor baru. Hal ini dikarenakan, dibandingkan dengan tahun lalu, jumlah pencapaian akseptor baru masih jauh dari target tolok ukur. Masalah pembinaan peserta aktif KB mendapat skor lebih rendah karena pembinaan mengenai KB sejak tahun sebelumnya memang masih sedikit mengingat keterbatasan sumber daya pembina dan penyuluh di Puskesmas Pancoran Mas. Kenaikan masalah pengguna MKET dipengaruhi oleh masalah akseptor baru sehingga skoringnya lebih rendah dibandingkan dengan masalah tersebut. Kebutuhan masyarakat yang tidak terpenuhi paling tinggi skoringnya pada masalah tidak adanya pencatatan efek samping KB. Pencatatan ini dianggap penting karena dalam memilih jenis kontrasepsi, selain hal efektivitas, maka hal lain seperti efek samping juga menjadi bahan pertimbangan yang menentukan. Keuntungan sosial karena terselesaikannya masalah dialami oleh masalah akseptor baru, karena cakupan yang baik didukung oleh kualitas sumber daya yang ada, akan meningkatkan keberhasilan KB. Diharapkan angka keberhasilan KB, yang berdampak pada penurunan jumlah populasi masyarakat, akan meningkat dengan penambahan jumlah akseptor KB baru. Rasa prihatin masyarakat lebih tertuju pada masalah komplikasi akibat penggunaan kontrasepsi karena hal tersebut berpemgaruh langsung dalam hal pemilihan kontrasepsi. Dari segi dukungan politik, jumlah akseptor KB baru mendapat skor tertinggi karena sampai saat ini laju pertumbuhan penduduk masih belum dapat ditekan sehingga pemerintah terus menggalakkan program KB dengan titik berat pada peningkatan jumlah peserta KB. Akan tetapi, hal ini tidak didukung dengan pencatatan yang baik. Masalah pencatatan mendapat skor terendah karena pemerintah belum memiliki suatu standar pencatatan yang lengkap dan diberlakukan dengan ketat bagi semua pusat pelayanan kesehatan yang ada, khususnya di Pancoran Mas. Kelayakan teknologi tersedia dan lebih mudah dikerahkan terutama untuk masalah akseptor baru. Untuk pembinaan peserta aktif KB, sebenamya tersedia teknologi, namun kurangnya sumber daya menyebabkan teknologi tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik. Sedangkan, untuk MKET, belum tersedia teknologi yang lengkap. Hal ini

24

dikarenakan MKET mencakup kontrasepsi mantap yang belum dapat dilayani di Puskesmas Pancoran Mas. Dipandang dari segi sumber daya yang tersedia, masalah jumlah akseptor baru KB diberikan skor paling tinggi karena dibandingkan dengan masalah yang lain, masalah tersebut adalah masalah yang paling mungkin untuk diselesaikan dengan sumber daya yang tersedia. Keterbatasan jumlah bidan dan dokter di Puskesmas Pancoran Mas mengakibatkan pembinaan bagi peserta aktif KB sulit dilakukan. Selain itu, pencatatan yang lengkap juga menjadi sulit untuk dilaksanakan oleh dua orang bidan yang harus merangkap berbagai tugas, baik pelayanan KB, pembinaan, maupun penatalaksanaan efek samping dan komplikasi bagi peserta KB. Dengan pendekatan teknik (criteria matriks, da pat ditetapkan prioritas masalah dalam Program Keluarga Berencana di Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Juni 2008 adalah jumlah akseptor KB baru yang tidak mencapai tolok ukur. 5.4 Kerangka Konsep Masalah Masalah pelayanan KB di Puskesmas Pancoran Mas dapat disebabkan faktor pada input, proses, maupun lingkungan dan umpan balik. Untuk mengidentifikasi penyebab masalah maka dibuatlah kerangka konsep sebagai alur pikir penyebab masalah menggunakan pendekatan system yaitu sebagai berikut :

25

GAMBAR 3. KERANGKA KONSEP


Formulir Pencatatan dan Pelaporan KB BKKBN Pencatatan dengan formulir khusus Pancoran Mas Kelengkapan pelaporan dari Bidan Swasta Ketelitian Pencatatan bidan Pemerintah maupun swasta Kelengkapan Metode Kontrasepsi UMPAN BALIK Pengetahuan Ibu-Ibu PUS tentang Kontrasepsi Jumlah Bidan Swasta

Evaluasi Berkala Strategi KB yang ditetapkan

Pencapaian Jumlah Akseptor KB Baru


Pendanaa n

Sarana Jumlah Tenaga MASUKAN

Evaluasi di Puskesmas

Perencanaan

Pengorganisas ian Penentua n target dalam pelaksana an program

PROSES

LINGKUNGAN

Kelengkapan Pelaporan dari Bidan Swasta

Pencatatan dengan Formulir Khusus Pancoran Mas

Strategi KB yang ditetapkan

Formulir Pencatatan dan Pelaporan KB BKKBN

26

5.5 Identifikasi Penyebab Masalah Berdasarkan kerangka konsep dari masalah yang diprioritaskan, ditemukan beberapa penyebab masalah, yaitu dari unsur input, proses, umpan batik dan lingkungan. Pengamatan di lapangan (Puskesmas) dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab masalah. Identifikasi penyebab masalah dapat dilihat pada tabel 25. Tabel 15. Identifikasi Penyebab Masalah No 1 Variabel Masukan: a. Tenaga Kepala Fasilitas Pelayanan KB, seorang dokter, bidan atau perawat kesehatan masyarakat (PKM) yang sudah mendapat latihan khusus KB dan insersi AKDR Pembantu Kepala Fasilitas Pelayanan KB, dgn seorang bidan atau pembantu bidan atau paramedik Seorang tenaga administrasi Kepala Fasilitas Pelayanan KB adalah seorang bidan yang telah mendapat latihan khusus KB dan insersi AKDR (-) Tolok Ukur Keberhasilan Pencapaian Masalah

Tidak ada pembantu kepala fasilitas KB yang resmi. Terkadang kepala fasilitas dibantu oleh seorang paramedik dari bagian lain

(+)

b. Sarana

Seorang tenaga administrasi dalam Puskesmas menangant semua administrasi a. Ruang tunggu dan tempat program a. Ruang tunggu dan pendaftaran serta tempat penerangan: pendaftaran: Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran Terdapat satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran Terdapat tempat penyimpanan kartu status dan kartu indeks

(-)

(-)

Tempat penyimpanan kartu status dan kartu indeks

(-)

27

Beberapa bangku panjang

Terdapat dua bangku panjang dan sepuluh bangku sambung Terdapat poster serta gambar- gambar penerangan tentang KB Terdapat satu set alat peraga. b. Ruang konsultasi: Terdapat satu meja dan kursi untuk konsultasi. Terdapat satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi Terdapat satu lemari untuk menyimpan obat dan alat-alat kontrasepsi

(-)

Poster dan gambargambar penerangan tentang KB

(-)

Satu set alat peraga b. Ruang konsultasi * Satu meja dan kursi untuk konsultasi Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat-alat kontrasepsi

(-)

(-) (-)

(-)

c. Ruang periksa dan untuk c. Ruang periksa dan memasang AKDR: untuk memasang AKDR: Satu tensi meter, satu stetoskop dan satu timbangan Satu tempat untuk mensuci-hamakan alatalat atau sterilisator Satu set alat suntik lengkap dengan alat penunjang Terdapat satu tensimeter, satu stetoskop dan satu timbangan Terdapat satu tempat untuk mensucihamakan alat-alat atau sterilisator Terdapat satu set alat suntik lengkap dengan alat penunjang (-)

(-)

(-)

28

* Satu meja periksa dengan Terdapat satu meja tempat sandaran kaki periksa dengan tempat sandaran kaki Satu kasur dan bantal, Terdapat kasur dan seprei dan sarung bantal, bantal, seprei dan seheiai karet taken dan sarung bantal, namun handuk tidak tersedia seheiai karet laken dan handuk Satu bangku kecil untuk Tidak terdapat satu memudahkan bangku kecil untuk calon akseptor naik ke meja periksa memudahkan calon akseptor naik ke meja periksa, namun ada tangga kecil untuk naik ke meja periksa. Terdapat bangku untuk memasang AKDR Tidak terdapat satu meja panjang untuk tempat stoplesstoples, obat dan alatalat. Semuanya diletakkan di dalam lemari, dan sebagian alat diletakkan di ruang periksa gigi.

(-)

(+)

(-)

Satu bangku untuk memasang AKDR Satu meja panjang untuk tempat stoples-stoples, obat dan alat-alat

(-)

(-)

Lima staples masing Terdapat lima stoples masing untuk menyimpan masing-masing untuk sarung tangan karet steril, menyimpan sarung kassa steril, kapas streil, tangan karet steril, kapas lisol, duk bersih kassa steril, kapas dan AKDR streil, kapas lisol, duk bersih dan AKDR

(-)

29

2 (dua) set peralatan Fasilitas Pelayanan KB untuk AKDR bila mungkin 3 (tiga) set beserta berbagai jenis dan ukuran AKDR

Terdapat satu set peralatan fasilitas Pelayanan KB untuk AKDR

(+)

Satu botol panjang dengan Tidak terdapat satu botol mulut yang lebar untuk panjang dengan mulut tempat korentang yang lebar untuk tempat korentang. Namun peralatan ini digantikan Satu tempat untuk Terdapat satu tempat mencuci alat-alat untuk mencuci alat(wastafel) alat (wastafel) pada kamar periksa Satu cawan/ mangkok ginjal (nierbekkan) Satu ember untuk Terdapat satu cawan/ mangkok ginjal Terdapat satu

(-)

(-)

(-)

(-)

tempat kassa dan kapas kotor atau sampah lainnya yang diletakkan di bawah meja periksa d. Alat suntik, kapas beralkohol, serta alat-alat pemeriksaan seperti timbangan, termometer Logistik: tersedianya obat, dan alat untuk kepertuan KB. e. Kamar kecil/ WC: Tempat air dan gayungnya Sabun dan alat pembersih lainnya

ember untuk tempat kassa dan kapas kotor atau sampah lainnya d.Tersedia alat suntik, kapas beralkohol, serta alat-alat pemeriksaan seperti timbangan dan termometer Kebutuhan logistik terpenuhi Kamar kecil / WC: Terdapat tempat air dan gayungnya. - Terdapat sabun dan alat pembersih lainnya (-) (-) (-)

(-)

30

c. Dana

Tersedianya dana yang cukup dan lancar untuk pelaksanaan peiayanan KB. Pembiayaan tidak terlalu membebani masyarakat. Peiayanan kontrasepsi dengan metode efektif terpilih

d. Metode

Dana berasal dari kecamatan, dan merupakan dana Puskesmas secara umum, bukan khusus untuk program KB. Dana cukup. Terdapat peiayanan kontrasepsi dengan metode efektif terpilih, kecuali kontap

(-)

(+)

KIE/penyuluhan peserta Penyuluhan KB KB: individu atau dilakukan secara kelompok individual saat pasien berkunjung di ruang konsultasi, tidak dilakukan penyuluhan berkelompok secara berkala. Mengatasi efek samping Dilakukan penanganan ringan efek samping yang ringan Melakukan rujukan Dilakukan rujukan apabila terdapat kasus yang tidak dapat ditangani

(-)

(-)

(-)

31

Proses: a. Perencanaan Adanya dokumen tertulis mengenai perencanaan operasionaf sedertiana (planning of action) yang memuat aktivitas, target, sasaran, waktu, tempat, dan biaya kegiatan yang dilakukan melalui tahaptahap perencanaan Dokumen tertulis mengenai perencanaan operasional ada di kecamatan namun tidak diberikan ke Puskesmas kelurahan. Puskesmas masih menjalankan perencanaan operasional tahun sebelumnya. (+)

b. Organisasi

Adanya struktur dan staffing pelaksana program

Tidak terdapat struktur, dan staffing secara khusus untuk program KB, sebab staf hanya satu orang yang menjadi pelaksana pelayanan dan juga kepala fasilitas pelayanan KB.

C+)

Adanya pembagian tugas o Untuk akseptor baru dan tanggung jawab yang KB, pelayanan diberikan jelas setiap hari kerja, namun untuk akseptor KB aktif, diberikan pelayanan setiap hari Senin dan Rabu. c. Pelaksanaan Memberikan penyuluhan sebelum dan selama pemberian kontrasepsi kepada individu o Dilakukan penyuluhan sebelum dan selama pemberian kontrasepsi

(-)

(-)

Memberikan penyuluhan Tidak diberikan kepada masyarakat penyuluhan kepada mengenai kontrasepsi masyarakat umum Harga yang terjangkau masyarakat. Pasien hanya periu membayar karcis Rp.2000 dan biaya sunbk Rp.9000-13000. GAKIN gratis.

(+)

(-)

32

d. Penilaian

Adanya evaluasi berkala Tidak dilakukan setiap bulan evaluasi berkala setiap bulan Penilaian kegiatan dalam bentuk laporan tertulis secara period! k (bulanan, triwulan, semesters n dan tahunan) Terdapat laporan bulanan tertulis, namun jumlah dropout dan efek samping akseptor KB belum dicatat

(+)

(+)

Lingkungan Fisik Non fisik

Lokasi peiayanan mudah Lokasi Puskesmas dijangkau mudah dijangkau Tingkat pendidikan * Sebagian besar mempengaruhi masyarakat sudah keberhasilan program ini memiliki tingkat pendidikan yang baik * Sarana Kesehatan lain Banyaknya jumlah bidan swasta Terdapat pencatatan dan pelaporan dari bulan dan tahun sebelumnya, tetapi beberapa nal belum dicatat seperti jumlah dropout. serta efek samping akseptor KB Tidak ada pertemuan berkala untuk membahas kemajuan yang telah dicapai. Kemajuan dibahas pada rapat kecamatan. waktunya tidak tentu

(-) (-)

(+)

Umpan balik: Pencatatan dan Pelaporan

Adanya pencatatan dan pelaporan dari bulan/ triwulan/ semester/ tahun sebelumnya yang teratur dan sistematis dalam periode waktu tertentu dapat digunakan sebagai masukan dalam upaya perbaikan program selanjutnya.

(+)

(+)

Berdasarkan identifikasi penyebab masalah di atas, maka ditetapkan bahwa penyebab masalah pencapaian akseptor KB baru tidak mencapai tolok ukur adalah:

33

1.

Masukan Dalam unsur masukan, ditemukan masalah pada tenaga, sarana, dan metode. Tidak ada pembantu kepala fasilitas KB yang resmi sehingga pada keadaan tertentu dibantu seorang paramedik dari bagian lain. Tidak terdapat struktur, dan staffing secara khusus untuk program KB, sebab staf hanya satu orang yang menjadi pelaksana pelayanan dan juga kepala fasilitas pelayanan KB. Peralatan KB belum terlalu memadai karena tidak ada karet laken dan handuk. Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih sudah ada, namun tidak lengkap, dimana peralatan untuk AKDR hanya tersedia 1 set, serta tidak tersedianya kontap. Perencanaan operasional tidak diserahkan ke Puskesmas Kelurahan, sehingga standar operasional KB di Puskesmas dilaksanakan berdasarkan standar tahun-tahun sebelumnya. Evaluasi berkala juga tidak dilakukan. Pencatatan dan pelaporan diberikan kepada petugas lapangan KB (PLKB) kemudian dievaluasi di tingkat kelurahan. Penyuluhan KB tidak dilakukan secara khusus untuk masyarakat, melainkan secara individual saat mereka memeriksakan din ke Puskesmas. Masalah yang teridentifikasi di Puskesmas sesuai dengan hipotesis awal kecuali masalah dana. Tenaga, sarana, serta metode yang tidak lengkap menjadi penghambat dalam mengupayakan cakupan sesuai target.

2.

Proses Tidak ada dokumen tertulis mengenai perencanaan operasional, sehingga Puskesmas masih menjalankan perencanaan operasional tahun sebelumnya. Hal ini mengakibatkan perencanaan tidak sesuai lagi dengan keadaan, dan tidak ada pembaharuan. Evaluasi berkala juga tidak dilakukan oleh Puskesmas, sehingga tidak ada masukan untuk perencanaan operasional berikutnya. Laporan bulanan tertulis ada, namun jumlah dropout, dan efek samping serta komplikasi akseptor KB belum dicatat, Tidak terdapat struktur, dan staffing secara khusus untuk program KB, sebab staf hanya satu orang yang menjadi pelaksana pelayanan dan juga kepala fasilitas pelayanan KB. Akibatnya, tidak ada pembagian tugas dan pengawasan program.
34

Penyuluhan diberikan saat pasien datang ke Puskesmas dan tidak dilakukan secara umum. Akibatnya, pelayanan KB hanya menjangkau masyarakat yang memang sudah memiliki kesadaran untuk ber-KB, dan memutuskan untuk ber-KB. Penyebab masalah yang teridentifikasi sesuai dengan hipotesis awal. Perencanaan, pengorganisasian, serta pelaksanaan yang tidak berdasarkan tolok ukur menyebabkan tidak terjaringnya akseptor KB sesuai target. 3. Lingkungan Di Kelurahan Pancoran Mas, terdapat dua Puskesmas. Selain itu, di Puskesmas kecamatan terdapat bidan yang ditempatkan untuk melaksanakan program KB dengan fasilitas yang lebih lengkap. Selain itu terdapat banyak bidan swasta di sekitar keluarahan, dimana pencatatan dan pelaporannya ke kelurahan masih kurang. Maka dari itu, akseptor KB tersebar ke 4 tempat dalam 1 kelurahan, dimana sebagian besar akseptor KB pergi ke Puskesmas Kelurahan Pancoran Mas dan Puskesmas kecamatan, sisanya masih terbagi 2 lagi yaitu Puskesmas Pancoran Mas dan bidan swasta. Hal ini menyebabkan jumlah akseptor KB baru tidak mencapai target. Penyebab masalah yang teridentifikasi hanya 1 yang sesuai dengan hipotesis yaitu banyaknya bidan swasta di sekitar Puskesmas. Tidak semua bidan swasta mencatat dan melapor jumlah akseptor KB baru yang datang padanya sehingga kemungkinan banyak akseptor baru yang tidak tercatat. Hal ini berarti angka cakupan akseptor KB baru untuk wilayah Pancoran Mas tidak representatif. 4. Umpan balik Dalam pelaksanaan suatu program diperlukan umpan balik sebagai evaluasi terhadap keberhasilan program tersebut. Terdapat pencatatan dan pelaporan setiap bulan yang cukup teratur, tetapi beberapa hal belum dicatat dalam laporan seperti jumlah dropout, serta efek samping dan komplikasi yang dialami para pengguna KB. Yang dicatat hanya jumlah akseptor KB baru dan yang aktif menurut jenis KB yang digunakan, dan tidak terdapat evaluasi mengenai program KB. Pencatatan dan pelaporan dari luar Puskesmas yaitu dari bidan swasta juga belum lengkap. Tidak adanya evaluasi dari Puskesmas menyebabkan Puskesmas tidak
35

menyadari 'celah' pencatatan dan pelaporan dari Puskesmas maupun luar Puskesmas. Akibatnya, tidak ada upaya mengatasi 'celah' tersebut. Pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap mungkin disebabkan formulir pencatatan dan pelaporan BKKBN yang terlalu rumit, sehingga membuat koordinator bidang Puskesmas melakukan pencatatan dan pelaporan dengan cara yang lebih sederhana namun kurang lengkap. Penyebab masalah yang teridentifikasi sesuai dengan hipotesis awal yaitu tidak ada pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta sehingga angka cakupan akseptor KB baru tidak representatif. 5.6 Alternatif Pemecahan Masalah Dari kerangka konsep analisis masalah, penyebab masalah pencapaian akseptor KB baru yang tidak mencapai tolok ukur di Puskesmas Pancoran Mas berasal dan komponen masukan, proses, lingkungan, dan umpan balik. Pada komponen masukan penyebab masalah tersebut adaiah tenaga kerja, sarana serta metode yang tidak sesuai tolok ukur. Menurut Buku Pedoman Kerja Puskesmas Jilid II Tahun 1999, tenaga kerja minimal yang dibutuhkan adaiah kepala fasilitas pelayanan KB, yaitu seorang dokter, bidan atau perawat kesehatan masyarakat (PKM) yang sudah mendapat latihan khusus KB dan insersi AKDR. Selain itu, dibutuhkan juga pembantu kepala fasilitas pelayanan KB, yaitu seorang bidan atau pembantu bidan atau paramedik, dan seorang tenaga administrasi. Puskesmas Pancoran Mas hanya memiliki seorang bidan yang menjadi kepala fasilitas sekaligus pelaksana pelayanan KB. Bidan kadang-kadang dibantu oleh petugas paramedik lain, namun pembagian tugas tidak jelas, dan bukan petugas KB yang tetap. Tenaga yang tersedia untuk pelayanan KB masih kurang sehingga semua komponen program KB belum dapat teriaksana secara menyeluruh dan maksimal. Jalan keluar yang diusulkan adalah, menambah satu orang lagi paramedik, sehingga penyediaan sarana, metode, perencanaan dan pengorganisasian dapat lebih diperhatikan. Selain itu, perlu ditingkatkan juga kualitas dari staf, sehingga proses dapat berjalan dengan baik. Adanya tenaga tambahan juga memungkinkan disusunnya strategi peningkatan program KB melalui penyuluhan masyarakat.

5.6.1 Anjuran Langkah-langkah Penyelesaian Masalah

36

Pencatatan dan pelaporan selain memuat jumlah akseptor KB, sebaiknya memuat juga komplikasi dan efek samping yang terjadi. Selain sebagai evaluasi dan strategi untuk membuat masukan pada periode selanjutnya, pencatatan dan pelaporan juga penting sebagai data statistik efektivitas dan efek samping kontrasepsi yang digunakan. Perlu dibuat formulir pencatatan dan pelaporan yang lengkap namun tidak rumit. Di lingkungan kelurahan, adanya Puskesmas Pancoran Mas dan Puskesmas Kecamatan Pancoran Mas, menyebabkan rendahnya angka akseptor KB. Akseptor KB yang sudah terbiasa mengikuti program KB di tempat-tempat tersebut, tidak mau pindah ke Puskesmas Pancoran Mas meskipun lebih dekat dari rumahnya. Selain itu, banyak bidan swasta di kelurahan dengan pencatatan dan pelaporan yang tidak lengkap, sehingga angka akseptor KB di wilayah Pancoran Mas tidak representatif dan menunjukkan tidak tercapainya target. Untuk mengatasi masalah ini, yang paling penting adalah diperlukan data yang representatif terlebih dahulu. Pencatatan dan pelaporan dari bidan swasta perlu ditingkatkan kualitasnya. Dengan demikian, evaluasi program selanjutnya dapat melakukan penilaian secara lebih akurat, Tabel 16. Alternatif Penyelesaian Masalah Alternatif Penyelesaian Masalah - Menambah jumlah tenaga paramedis - Mengadakan pelatihan - Pembangian tugas yang jelas - Melangkapi sarana yang kurang - Dana Penyediaan sarana diambil dari dana retribusi Puskesmas, ditambah dengan usulan anggaran KB ke BKKBN. - Melengkapi MKET, yang diikuti dengan pelatihan paramedic secara berkala agar mengingat kembali metode yang sudah lama jarang/tidak dikerjakan - Mengusulkan dana dari BKKBN untuk penyediaan fasilitas MKET Prioritas Menambah jumlah tenaga kerja

No Penyebab Masalah 1. Input Tenaga: tidak ada pembantu kepala fasilitas KB yang resmi Sarana: - Tidak terdapat karet laken, handuk - Hany terdapat 1 set peralatan AKDR Metode: MKET tidak lengkap (tidak ada kontap)

37

lengkap 2. Proses Perencanaan : Perencanaan operasional KB tahun 2006 tidak ada di Puskesmas - Mengingatkan pada Puskesmas kecmatan agar senantiasa memberikan perencanan operasional KB mengingat Puskesmas kelurahan juga merupakan pelaksanaan program KB. - Membuat perencanaan kegiatan program KB khusus untuk Puskesmas setempat dengan berpedoman pada perencanaan operasional BKKBN namun telah disesuaikan dengan Puskesmas setempat. - Membuat struktur organisasi yang jelas untuk KB - Mengevaluasi penempatan jabatan struktural secara berkala untuk melihat perlu tidaknya pertukaran jabatan. - Melakukan penyuluhan KB kepada masyarakat minimal 2 kali/tahun. - Memasukkan penyuluhan sebagai salah satu program rutin Puskesmas - Dilakukan evaluasi berkala setiap bulan, dan setia tahu. - Mendata jumlah droupout, efek samping, dan komplikasi - Sebaiknya dibuat satu formulir pencatatan yang baku, agar mempermudah pencatatan sekaligus menghindari terlupanya pencatatan kategori tertentu. - Banyaknya bidan swasta tidak merupakan penyebab masalah langsung, namun pencatatan dan pelaporan bidan swasta yang tidak lengkap menyebabkan angka cakupan akseptor KB baru sulit Membuat perencanan program KB yang lengkap, tertulis, dan mampu laksana, yang disesuaikan dengan perencanaan operasional BKKBN, sebagai strategi pelaksanaan program KB periode berikutnya. Penyluhan kepada individu maupun masayrkat, dilakukan secara berkala minimal 2 kali dalam setahun.

Organisasi : Tidak terdapat struktur dan staffing secara khusus untuk KB Pelaksanaan : Tidak ada penyuluhan KB kepada masyarakat umum Penilaian : - Tidak dilakukan evaluasi berkala setiap bulan. - Jumlah dropout, efek samping, serta komplikasi akseptor KB belum dicatat. 3. Lingkungan Nonfisik : Banyak bidan swasta

Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta.

38

dinilai. Karena tidak representatif, sehingga diperlukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta. - Membaut formulir pencatatan dan pelaporan baku yang tidak rumit dan lengkap - hasil evaluasi Puskesmas disampaikan kepada bidan swasta dalam suatu pertemuan agar bidan swasta diajak untuk berperan serta meningkatkan cakupan wilayah dan melakukan pencatatan dan pelaporan yang baik. - Sosialisasi program KB Puskesmas, dimana Puskesmas menyediakan program yang sama lengkap dengan bidan swasta, dan harga lebih erjangkau. 4. Umpan Balik Pencatatna dan pelaporan. : - Belum ada pencatatan julah dropoutn, komplikasi dan efek samping. - Tidak ada pertemuan berkala untuk membhas kemajuan yang telah dicapai - Dibaut pencatatan dan pelaporan yang lengkap - Formulir pencatatnan sebaiknya dibuat baku. - Diadakan pertemauan berkala (setiap bulan dan setiap tahun) untuk membahas kemajuan yang dicapai. - Menyusun strategi untuk mengatasi kendala dan kekurangan pada program sebelunya. Pencatatnan dan pelaporan yang baik, dan lengkap Evaluasi program KB secara berkala.

39

5.6.2 Alternatif Program / Kegiatan Penyelesaian masalah perfu ditindaklanjuti dengan membuat program atau strategi baru untuk Puskesmas Pancoran Mas. Program yang dibuat, diharapkan dapat menyelesaikan semua penyebab masalah yang ada sehingga masalah pun terselesaikan. Penyebab masalah terkait satu dengan yang lain, sehingga program yang dibuat sebaiknya sederhana namun tepat sasaran. Program/startegi yang dianjurkan: 1, Penyuluhan perorangan dan kelompok Tujuan: Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku, kesadaran dan peran serta pasangan usia subur Kelurahan Pancoran Mas dalam program KB. Sasaran: Masyarakat Kelurahan Pancoran Mas khususnya pasangan usia subur, Pelaksana: Petugas KB dan mahasiswa. Materi: Bagi pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi akan diberikan materi tentang informasi berbagai kontrasepsi yang benar, dan lengkap (cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, rujukan, serta biaya) serta pentingnya pembinaan/kontrol ulang bagi akseptor KB. Sedangkan bag! pasangan usia subur yang belum menggunakan kontrasepsi, maka akan diberikan materi mengenai tujuan program KB, informasi berbagai kontrasepsi yang benar, dan lengkap (cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, rujukan, serta biaya), cara memilih metode kontrasepsi sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, dan pentingnya pembinaan/ kontrol ulang bagi akseptor KB. Bahan/alat: OHP/LCD, alat peraga KIE/Konseling (termasuk poster & brosur KB). Bentuk kegiatan: Setiap pasangan usia subur di Puskesmas Pancoran Mas yang telah menggunakan kontrasepsi, akan diberikan penyuluhan tentang informasi berbagai kontrasepsi yang benar, dan lengkap (cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan, kontraindikasi, rujukan, serta biaya) serta pentingnya pembinaan/kontrol baik yang telah menggunakan kontrasepsi maupun yang tidak menggunakan kontrasepsi.

40

ulang bagi akseptor KB. Dan bagi setiap pasangan Pancoran Mas termasuk yang belum menggunakan

usia

subur

di akan

Puskesmas diberikan dan

kontrasepsi,

penyuluhan tentang manfaat memakai kontrasepsi, informasi berbagai kontrasepsi cara kerja, manfaat, efek samping, komplikasi, kegagalan kontraindikasi, pemilihan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi kesehatan pasien, dan jadwal kunjungan ulang. Waktu dan tempat kegiatan: Penyuluhan individual dilakukan terhadap setiap akseptor KB yang datang ke Puskesmas Pancoran Mas, baik dengan tujuan ber-KB maupun yang datang berobat karena sebab lain. Penyuluhan kelompok dilakukan sebanyak 2-3 kali per tahun agar setiap pasangan usia subur mendapatkan informasi tentang KB dan meningkatkan cakupan akseptor KB. Anggaran: Biaya diperoleh dan swadana Puskesmas. Dana diperkirakan sekitar Rp.800.000,Rincian biaya : Pembuatan Poster 20 x Rp. 15.000,Pembuatan Leaflet 500 x Rp, 500,Konsumsi Rp. 300.000,Rp. 250.000,Rp. 250.000,- + Rp. 800.000,-

2. Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB baru, akseptor KB aktif, efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi. Tujuan: Meningkatkan cakupan akseptor KB baru wilayah Pancoran Mas dengan cara meningkatkan kualitas data akseptor KB mencakup efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi sehingga dapat dibuat evaluasi program yang lebih akurat dan strategi yang tepat sasaran Sasaran: Penanggung jawab atau koordinator program KB Puskesmas Pancoran Mas

41

Bentuk Kegiatan: Membuat standarisasi lembar pencatatan dan pelaporan program KB termasuk jumlah akseptor baru KB, jumlah akseptor aktif KB, jumlah pengguna MKET, Waktu: efek samping, komplikasi, serta kegagalan penggunaan kontrasepsi yang tidak rumit. Lembar pencatatan ini kemudian diberikan kepada bidan swasta. Lembar pencatatan dan pelaporan standar hendaknya sudah selesai satu bulan sebelum masuk periode berikutnya. Anggaran: berasal dari Puskesmas. Jumlah dana diperkirakan sebesar Rp. 100.000,Rincian biaya: Kertas Biaya print Fotokopi Total 5.7 85 x Rp 1000,Rp 10.000,Rp 5,000,Rp 85.000f- + Rp 100.000,-

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Dari berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat maka akan dipilih satu cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan/penentuan prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks seperti pada tabel berikut. Tabel 17. Menentukan Prioritas Pemecahan Masalah Efektivitas No 1. 2. Alternatif jalan keluar Penyuluhan perorangan dan kelompok Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB bam, akseptor KB aktif, efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi. M 3 5 I 3 5 V 5 3 C 5 3 Efisiensi Jumlah MxIxV C 9
25

42

Dari teknik kriteria matriks tampak bahwa skor tertinggi prioritas pemecahan masalah adalah pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB baru, akseptor KB aktif, efek samping, kompiikasi, serta kegagalan kontrasepsi. Pencatatan dan pelaporan bidan swasta yang tidak lengkap merupakan penyebab masalah yang besar dan penting untuk diatasi karena data menjadi tidak representatif sehingga evaluasi menjadi tidak akurat, dan dapat terjadi kesalahan pada perumusan masalah program. Cepatnya kemampuannya untuk mengatasi masalah cukup besar karena apabila ternyata diketahui jumlah akseptor KB baru di bidan swasta mencapai target, berarti tidak ada lagi masalah pencapaian akseptor KB baru. Biaya yang dibutuhkan untuk penyelesaian masalah ini tidak terlalu besar karena cukup dengan biaya membuat formulir pencatatan pelaporan baku, serta mengadakan pertemuan dengan bidan swasta untuk menyampaikan rencana ini. Untuk alternatif pemecahan masalah yang lain yaitu penyuluhan kemungkinan terselesaikannya masalah lebih kecil, karena penyebab masalah tidak hanya satu dan saling terkait. Penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan sikap dan perilaku masyarakat tentang KB, namun tanpa pencatatan yang baik maka masalah tidak akan terpecahkan sepenuhnya.

5.8

Program Prioritas

Berdasarkan pembahasan dan penentuan prioritas jalan keluar di atas, maka disusunlah suatu program dalam upaya untuk meningkatkan jumlah akseptor baru KB di Puskesmas Pancoran Mas. Pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB baru, akseptor KB aktif, efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi Tujuan: Tujuan Umum: Meningkatkan cakupan akseptor KB baru wilayah Pancoran Mas dengan cara meningkatkan kualitas data akseptor KB mencakup efek samping,

43

komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi sehingga dapat dibuat evaluasi program yang lebih akurat dan startegi yang tepat sasaran Tujuan Khusus: 1. Mengetahui jumlah akseptor KB Kelurahan Pancoran Mas di Puskemas maupun bidan-bidan swasta 2. Memperoleh pencatatan akseptor KB Pancoran Mas yang lengkap 3. Memperoleh pelaporan akseptor KB Pancoran Mas yang lengkap 4. Memperoleh data yang akurat untuk evaluasi program dan dapat dibuat trategi yang tetap sasaran Sasaran: Penanggung jawab/ koordinator program KB Puskesmas Pancoran Mas, petugas KB kantor Kelurahan Pancoran Mas, kepala Puskemas Pancoran Mas Bentuk Kegiatan: Membuat standarisesi lembar pencatatan dan pelaporan program KB termasuk jumlah akseptor baru KB, jumlah akseptor aktif KB, jumlah pengguna MKET, efek samping, komplikasi, serta kegagalan penggunaan kontrasepsi, yang tidak rumit. Lembar pencatatan ini kemudian diberikan kepada bidan swasta. Langkah-langkah yang dianjurkan tercantum pada tabel berikut: Tabel 18. Time Table Kegiatan Minggu Rencana Kegiatan Penyampaian kepada pihak Puskesmas mengenai hasil evaluasi dan penyebab masalah yang diidentifikasi. Pihak yang perlu diinformasikan adalah kepala Puskesmas dan koordinator bidang Pendataan jumlah bidan swasta wilayah Kelurahan Pancoran Mas sekaligus penyampaian bentuk kegiatan yang akan dilakukan serta meminta petugas KB kantor kelurahan agar membantu mengurus dana untuk percetakan lembar standar, pencatatan dan pelaporan I II III IV V

44

Pembuatan formulir baku untuk pencatatan dan pelaporan yang nantinya akan digunakan baik oleh pihak Puskesmas maupun untuk diberikan kepada pihak swasta. Formulir dibuat oleh koordinator bidang KB dan diajukan ke kepala Puskesmas untuk dibicarakan. Pengajuan formulir yang telah disepakati ke petugas KB kantor Kelurahan Pancoran Mas. Setelah semua pihak setuju, formulir tersebut dibawa ke percetakan. Rapat antara petugas KB kantor kelurahan, kepala Puskesmas dan koordinator KB Puskesmas Pancoran Mas untuk mengatur pertemuan dengan bidan-bidan swasta di wilayah Pancoran Mas. Rapat membahas tentang cara menjangkau semua bidan swasta untuk datang ke pertemuan. Berikut adalah formulir pencatan dan pelaporan yang diusulkan: Tabel 19. Format Pencatatan dan Pelaporan yang Disesuaikan BARU JANUARI E E.S Kompl Gagal Binaan E E.S Kompl Gagal Binaan : Kondom LAMA

IUD PIl Kndm Sntk Impl Jmlh IUD Pil Kndm Sntk Impl Jmlh

Keterangan: Kndm

FEBRUARI

45

Sntk Impl Jmlh E E.S Gagal Binaan

: : : : : : :

Suntik Implant Jumlah Jumlah pengguna masing-masing kontrasepsi Efek samping penggunaan kontrasepsi Jumlah kegagalan kontrasepsi Jumlah pembinaan masing-masing kontrasepsi

Sebagai usulan, rapat dapat dilaksanakan di salah satu ruangan (cantor keluarahan atau di Posyandu salah satu RW. Pertemuan hendaknya membahas tentang pentingnya pencatatan dan pelaporan yang lengkap, serta mekanisme pelaporan. Evaluasi dilakukan setiap bulan oleh petugas KB kelurahan, koordinator bidang KB Puskesmas dan kepala Puskesmas. Bidan yang melakukan pencatatan dan pelaporan terlengkap dan terbaik akan dipilih setiap tahun dan diberi gelar sebagai bidan teladan Dari pihak Puskesmas hendaknya melakukan pencatatan dan pelaporan yang lengkap juga, selain untuk evaluasi Puskesmasnya sendiri, juga sebagai pemantauan apakah pencatatan dan pelaporan bidan swasta memang benar. Perlu dilakukan evaluasi berkala untuk menilai pencatatan dan pelaporan Puskesmas maupun bidan swasta. Evaluasi hendaknya dilakukan oleh koordinator bidang KB Puskesmas bersama petugas KB kelurahan dan kepala Puskesmas. Waktu: Lembar pencatatan dan pelaporan standar hendaknya sudah selesai dua bulan sebelum masuk periode berikutnya. Pertemuan dengan bidan swasta kiranya telah dilakukan selambat-lambatnya l bulan sebelum periode sebelumnya, agar bidan swasta dapat melatih pengisian formulir yang diberikan sebelum memasuki periode berikutnya. Tempat: Puskesmas (untuk perencanaan awal), kantor kelurahan atau Posyandu. Anggaran: berasal dan Puskesmas. Jumlah dana diperkirakan sebesar Rp. 100.000,Rincian biaya:

46

Kettas Biaya print Fotokopi 85 x Rp 1000,Total

Rp 10.000,Rp 5.000,Rp 85.000,- + Rp100.000,-

47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan evaluasi peiayanan KB di Puskesmas Pancoran Mas periode Januari-Juni 2010 diidentifikasi masalah pencapaian jumlah akseptor baru yang tidak mencapai tolok ukur, pencapaian jumlah akseptor aktif yang dibina tidak mencapai tolok ukur, pencapaian jumlah pengguna MKET tidak mencapai tolok ukur, tidak ada pencatatan efek samping MKET yang dilayani, jumlah komplikasi yang tidak mencapai tolok ukur serta tidak ada data jumlah pembinaan akseptor AKDR, akseptor imlant, akseptor suntikan 3 bulan, dan akseptor kontap. 2. 3. Masalah yang menjadi prioritas adalah pencapaian jumlah akseptor baru yang tidak mencapai tolok ukur. Penyebab masalah meliputi kurangnya tenaga pelaksana program KB, tidak lengkapnya sarana serta metode KB, tidak ada perencanaan program dan struktur pelaksana program, tidak ada penyuluhan KB kepada masyarakat mengenai kontrasepsi, , kurangnya pencatatan dan pelaporan, banyaknya bidan swasta yang pencatatan dan pelaporannya tidak lengkap, serta tidak dilakukannya evaluasi program secara berkala. 4. Altematif pemecahan masalah yang dipertimbangkan adalah penyuluhan baik secara individual maupun kelompok atau pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB baru, akseptor KB aktif, efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi, serta evaluasi program KB secara berkala. 5. Program prioritas pemecahan masalah adalah pencatatan dan pelaporan yang lengkap dari bidan swasta, mencakup jumlah akseptor KB baru, akseptor KB aktif, efek samping, komplikasi, serta kegagalan kontrasepsi.

48

6.2. Saran 1. Membuat pencatatan dan pelaporan yang baik dan lengkap, sehingga program yang diusulkan dapat terlaksana dengan baik dan memungkinkan evaluasi setiap tahun. 2. Setiap evaluasi program yang dilakukan hendaknya menjadi perhatian dan panduan dalam menyusun perencanaan program KB periode berikutnya. 3. Adanya kerja sama yang baik antara koordinator KB Puskesmas dengan penanggung jawab KB kantor kelurahan serta bidan-bidan swasta Kelurahan Pancoran Mas untuk bersama-sama menyukseskan pelaksanaan program KB di wilayah tersebut.

DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. Ulasan Singkat Nasional, Hasil Sensus Penduduk Tahun 2000. [Cited 2006 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK

49

http://www.bps.QO.id/sector/population/Pop indo.htm 2. 3. 4. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Inilah Indonesiaku. 2008 Sept 9]. [Cited Available from URL: HYPERLINK http://www.bkkbn.oo.id Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Program KB Jangan Sampai Dilupakan. [Cited 2008 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK http://pustaka.bkkbn.go.id Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. KB Prasyarat Pembangunan SDM dan Ekonomi. [Cited 2006 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK http://www.bkkbn.go.id/article detail.php?aid=366 5. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Harganas; Untuk Mewujudkan Kecil Keluarga Berkualitas. 6. [Cited 2009 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK http://www.bkkbn.oo.id Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Program Keluarga Berencana Terkendali Desentralisasi. 7. 8. [Cited 2008 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK htto://indonesianow.metrotvnews.com Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. Penduduk Indonesia 2025 Mencapai 273,65 juta jiwa. [Cited 2008 Sept 9]. Available from URL: HYPERLINK http://www.bkkbn.oo.id Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Kerja Puskesmas jilid IV 1999. tahun Jakarta: Depkes RI;2008, h D1-D133. 9. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Stratifikasi Puskesmas 2008 Jakarta: Depkes tahun RI;2008, h 11-4. 10. Azwar A. Sistem Kesehatan. Dalam: Pengantar Administrasi Kesehatan. 3. Jakarta: Edisi Binarupa Aksara; 1996. h 17-34.

50

You might also like