You are on page 1of 6

SEBUAH KRITIK UNTUK JAMAN EDAN DIMANA MAHASISWA PUN IKUT EDAN KARENA KLO GAK EDAN KATANYA

GAK KEBAGIAN ..HAHAHAHAHA

SUMPAH MAHASISWA (GAOL) ENDONESIA

1. kami mahasiswa (gaol) Endonesia bersumpah, bertanah air satu, tanah air adem ayem selalu. Mau berorganisasi tapi tidak mau berpolitik. Mau berdiskusi asal fun dan hepi hepi. Tidak ada rakyat miskin dalam materi diskusi kami, Karena tema tema kritis seperti kondom rasa susu sapi, koleksi video miyabi atau saling tukar nomor hape tante dan papi lebih menarik hati. Lagian Hari geenee ngomongin rakyat ?????? Yuu marii ..lo yang ngajakin ngomong !! ke laut aja kleee ..

2. kami mahasiswa (gaol) Endonesia bersumpah, berbangsa Satu, bangsa yang gandrung mengurusi urusan pribadi. Dapat nilai bagus karena menyontek, Cepat dapat kerja karena menyuap. Pada ketua jurusan dan dosen suka cari muka, pada teman seangkatan suka menginjak. Dan karenanya Kami juga bersumpah ingin menjayakan kembali bangsa ini menjadi bangsa terkorup di dunia, lantaran dalam hal curi mencuri, curang menyurangi dan memanipulasi sejak kuliah kami sudah terobsesi.

3. kami mahasiswa (gaol) Endonesia bersumpah, berbahasa satu, bahasa ambigu melulu. Kalau diajakin dugem selalu bilang, hayuuu , tapi kalau diajakin aksi bilangnya eh eh..tar dulu ! polisinya galak galak tau . Plis deh, Kalau nanti kami sampai masuk penjara atau diciduk ABRI gara gara aksi, apa kata mami papi ? apa kata si ehm yayang kami ? yang

jelas kami siap berjuang agar tiap semester dapat beasiswa walau dirumah sudah punya lep top dan blek beri. Persetan dengan nasib mahasiswa miskin kawan kawan kami yang putus kuliah, karena kami autis , karena kami asosial, karena kami adalah mahasiwa (gaol) Endonesia (getoh) .
jakarta, 26 agustus 2011 atas nama seluruh mahasiswa (gaol) Endonesia

ditanda tangani oleh aktipis idola kami MARIA OJAWA

Hidup Om !!!! Hidup Tante !!!! LANGGANAN SETIA KAMI

Yang pertama ingin saya katakan kepada kawan-kawan sekalian yang membaca sajak ini adalah sajak tersebut bukan hasil karangan saya. Tulisan tersebut saya cuplik dari sebuiah kiriman pada satu grup jejaring social yang saya ikuti. Sebuah tulisan yang menarik dan menggelitik mengenai keadaan yang terjadi saat ini. Potret dari kenyataan saat ini dimana mahasiswa sudah kehilangan ruh kemahasiswaanya. Mohon maaf jika perkataan saya barangkali belah membuat sebagian entah besar atau kecil pembaca sekalian tersinggung. Karena bukan saya saja yang menstigmakan seperti itu, berkacalah pada diri anda sendiri dan bertanyalah pada hati nurani anda, barang kali kawan-kawan sendiripun akan mempunyai persepsi yang sama dengan saya. Saya yakin itu, karena hati nurani tidak akan pernah bohong

layaknya otak dan akal kita yang telah ternoda seribu satu dusta dan akhirnya membuat seribu satu alasan sebagai pembenaran atas apa yang kita lakukan. Tullisan ini bukanlah merupakan sebuah titipan dari suatu gerakan tertentu. Bukan pula hasil dari negosiasi dan lobi untuk provokasi dan propaganda. Tulisan ini hanyalah sebuah ungkapan hati saya dari perjalanan hidup saya menjadi seorang mahasiswa. BUSUK dan BRENGSEK!!!!! Kata-kata yang sudah lama sekali ingin saya teriakan, saya makikan,saya sematkan,dan saya cacikan kepada kalian semuanya. Hari ini melalui tulisan ini saya lega telah dapat mengungkapkan apa yang ingin saya ungkapkan. Yang perlu diingat adalah kata ini tidak saya tujukan pada mahasiswa gaol saja seperti apa yang dituliskan pada sajak di atas, tetapi jujur, saya benar-benar ingin mencaci maki bahkan kawan-kawan saya sendiri yang mengaku sebagai organisator atau aktivis kampus karena kenyataanya banyak sekali oknum organisator atau aktivis kampus yang berkali lipat lebih busuk dari mahasiswa gaol dalam sajak diatas. Kenyataanya meraka adalah preman kampus yang sebenarnya tapi tidak tampak karena selalu dubalut dengan almamater sebagai atribut dan embel-embel demi rakyat yang selalu mereka sebut. Seringkali saya mendengar berbagai pandangan satu kelompok ( antara mahasiswa gaol dan mahasiswa aktivis) terhadap kelompok lainya. Kesimpulanya sama. Kedua kelompok sama-sama menjawab dengan seribu satu alasan untuk melakukan pembenaran atas apa yang mereka lakukan. Saat ini pergerakan kemahasiswaan ibarat hidup segan mati tak mau. Ruh pergerakan yang telah dibesarkan oleh para pendahulu kini semakin pudar seiring perkembangan zaman dan teknologi. Entah karena tidak siap atau dtidak mau siap-siap, nilai-nilai tatanan moral dan adat telah tergerus oleh arus informasi dan teknologi yang semakin dahsyat tak terkecuali dengan nilai-nilai dalam tataran ranah kemahasiswaan. Sungguh ironis dengan apa yang tertulis pada buku-buku sejarah, dimana kala itu mahasiswa benar-benar berperan sebagai kaum intelektual perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Saat ini saya menggolongkan mahasiswa berdasarkan perilaku mereka menjadi tiga golongan. Golongan yang pertama adalah mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang-kuliahpulang), mahasiswa hedonis, dan mahasiswa kaum organisatoris dan aktivis kampus. Secara acuh tak acuh tidak ada yang salah dengan menjadi salah satu dari tiga golongan tadi. Mau jadi mahasiswa kupu-kupu,mahasiswa hedonis,ataupun mahasiswa organisatoris dan aktivis merupakan pilihan pribadi masing-masing. Toh nantinya juga mereka sendiri yang akan menganggung konsekuensi atas apa yang dilakukan mereka dalam hidup mereka dan bukan saya. Namun sejatinya prinsip hidup kemahasiswaan dalam perguruan tinggi telah dikhianati dengan adanya golongan-golongan tersebut. Tri Dharma perguruan tinggi yaitu pendidikan,penelitian,dan pengabdian menjadi sebuah prinsip yang hanya tertulis dalam kertas dan tidak diamalkan. Mahasiswa kupu-kupu cenderung berperilaku individualis dan mementingkan dirinya sendiri. Hal ini mungkin terjadi karena saat ini mahasiswa lahir dan tumbuh dalam situasi bangsa yang tenang, aman terkendali, penuh ketentraman dan kemakmuran tidak seperti dahulu dimana mahasiswa tumbuh dalam lingkungan penindasan dari penjajah. Walalupun pada kenyataanya kemerdekaan yang diraih masih jauh dari esensi kemerdekaan itu sendiri,tetapi keadaan seperti ini akhirnya melahirkan mahasiswa yang aktifitasnya lebih tertuju kepada konsumtif, egoisme dan individualis. Akhirnya, tipe mahasiswa seperti ini cenderung apatis dan pasif atas dinamika sosial yang terjadi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan asas pengabdian pada Tri Dharma perguruan tinggi. Asas pengabdian itu menuntut adanya sebuah kepedulian dari mahasiswa terhadap berbagai permasalahan dan gejolak social yang terjadi di masyarakat. Golongan mahasiswa yang kedua adalah golongan mahasiswa hedonis. Golongan ini merupakan golongan mahasiswa yang paling parah menurut saya. Tidak saja mengkhianati apa yang ada dalam Tri Dharma perguruan tinggi, mereka juga mengkhianati apa yang telah diamanatkan oleh rang tua mereka sendiri. kepercayaan orang tua yang direpresentasikan oleh berbagai fasilitas kemudahan yang diberikan orang tua kepada mereka. Golongan ini juga salah satu yang merusak citra mahasiswa sekarang. Saat ini mahasiswa banyak

dipersepsikan masyarakat sebagai kaum muda yang busuk dimana disitu menjadi lahan yang subur untuk tumbuh kembanga berbagai kemaksiatan seperti obat-obatan terlarang dan sex bebas. Golongan mahasiswa yang terakhir merupakan golongan mahasiswa yang mengaku telah dan sedang mengamalkan apa yang disebut Tri Dharma pertguruan tinggi. Segala tindakan yang mereka lakukan sepanjang tidak ada kepentingan pribadi atau salah satu golongan saja, saya akan mengepresiasi. Tetapi pada kenyataanya hal-hal yang saya jumpai di lapangan ketika saya berkumpul dengan kawan-kawan dari golongan ini sangat jauh dari harapan saya. Pada awalnya saya menganggap kawan-kawan ini merupakan orang-orang hebat yang telah dan sedang melakukan apa yang disebut Tri Dharma perguruan tinggi. Golongan ini saya anggap sebagai pribadi yang penuh idealisme dan berjuang sungguhsungguh untuk kepentingan rakyat banyak. Hal yang saya temui jauh dari dugaan awal saya. Berbagai kepentingan pribadi dan kelompok tertentu cenderung mendominasi gerak dari mereka. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat ini banyak mahasiswa yang aktif pada bebagai organisasi tertentu . Mereka bersentuhan langsung dengan realita yang penuh warna. Warna putih, hitam,hijau.merah bahkan abu-abu. Semua warna mencirikan berbagai realita yang menghantui otak-otak mahasiswa. Sayang, tidak sedikit mahasiswa yang memilih hidup dengan warna yang tepat. Karena kondisi bangsa yang carut marut, mereka terbuai oleh rayuan parpol. Mereka termakan godaan jabatan dan harta. Hasilnya apa? Ketika rezim buruk diganti dengan rezim baru yang dianggap bagus, ternyata malah melahirkan rezim yang tak berbeda jauh keburukannya. Jangankan membela ideologi Islam,Negara,atau rakyat yang menjadi patokan azas idealismenya, rezim yang ada tampak berdarah dingin. Secara halus menjual kekayaan SDA dan SDM negeri ini demi kepentingan kapitalis. Sungguh mengerikan keadaan sekarang ini,apa jadinya negeri ini ke depanya jika ternyata keadaan sekarang saja sudah seperti ini. Siapakah yang salah dan harus bertanggung jawab mengenai keadaan ini? Bagaimana caranya agar Negara ini kembali pada jalur yang

benar? siapa yang mau menjadi dokter bagi ibu pertiwi jika sekarang semua sudah tidak peduli? Saya rasa pertanyaan itulah yang harus coba kita renungkan kita bersama tak peduli para pembaca sekalian berasal dari golongan mana. Saya secara pribadi benar-benar mengharapkan masing-masing pembaca untuk dapat merenungkan darimana kita berasal dan apakah yang telah kita lakukan selama ini sudah sesuai dengan bagaimana kita menjalani hidup kita. Dari perenungan itu saya harap akan muncul benih-benih tekad baru,semangat baru,jiwa baru,gerakan baru, yang dapat membawa tanah air ini ke arah Indonesia baru yang lebih baik. Sebagai penutup HIDUP MAHASISWA!!!!!!!

TOTALITAS PERJUANGAN Kepada para mahasiswa Yang merindukan kejayaan Kepada rakyat yang kebingungan Di persimpangan jalan Kepada pewaris peradaban Yang telah menggoreskan Sebuah catatan kebanggaan Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan Wahai kalian yang turun ke jalan Demi mempersembahkan jiwa dan raga Untuk negeri tercinta

You might also like