You are on page 1of 32

1

Latar Belakang Masalah Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa menjawab tantangan dunia yang semakin bergejolak. Hal ini dikarenakan perkembangan dunia yang semakin pesat dan semakin meningkatnya tuntutan bangsa dalam memenuhi kebutuhan serta keinginannya untuk maju. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi pembangunan suatu bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya dapat mengenyam pendidikan secara layak. Manusia dalam melaksanakan fungsifungsi kehidupan tidak lepas dan tidak akan lepas dari pendidikan, karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia baik individu maupun kelompok, baik jasmani, rohani, spiritual, material maupun kematangan berfikir. Negara telah memprioritaskan pentingnya pendidikan bagi warga negaranya. Hal ini terlihat dari pengertian pendidikan yang tercantum dalam undang-undang di Indonesia. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Bab II pasal 3 dinyatakan tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan, membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Telah kita pahami bahwa manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan

dapat dididik. Di pihak lain kita telah pahami pula bahwa eksistensi manusia tidak lain adalah untuk menjadi manusia yang seutuhnya. Sasaran pendidikan pada hakikatnya adalah manusia sebagai kesatuan terintegrasi. Jika tidak demikian pendidikan tidak akan membantu kita demi mewujudkan (mengembangkan) manusia seutuhnya. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Abin Syamsudin (2004:27) bahwa, pendidikan itu pada hakikatnya merupakan usaha conditioning (penciptaan seperangkat stimulus) yang diharapkan pula

menghasilkan pola-pola perilaku (seperangkat respons) tertentu. Namun jika kita mengamati sistem pendidikan yang ada di negara kita Indonesia, sebenarnya banyak orang-orang yang cerdas dihasilkan dari sistem pendidikan itu namun kecerdasan yang dimaksud hanya cerdas dalam kemampun intelektual, tetapi kurang dalam hal emosional. Hal ini terbukti dengan makin maraknya peristiwa tawuran yang terjadi di antara siswa dan mahasiswa yang harusnya menjadi ujung tombak dari sistem pendidikan. Aksi tawuran tersebut biasanya hanya dipicu oleh masalah sepele. Kejadian tawuran itu mengakibatkan rusaknya beberapa fasilitas kampus, fasilitas umum, bahkan hingga menimbulkan korban. Kejadian tersebut mencerminkan bahwa kecerdasan emosional para pelajar dan mahasiswa di Indonesia masih kurang. Saat ini kecerdasan intelektual bukan satu-satunya faktor yang mendukung kesuksesan seseorang. Menurut Goleman (1999:44), kecerdasan intelektual hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor lain, diantaranya adalah emotional quotient (EQ). Menurutnya intelektualitas tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan

emosional. Keberhasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya, yaitu sekitar 80%, sedangkan kecerdasan intelektualnya hanya berperan 20%. Jadi, untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya. Dalam hal ini, emosi mengacu pada perasaan terhadap informasi akan suatu hubungan. Sedangkan, kecerdasan (intelijen) mengacu pada kapasitas untuk memberikan alasan yang valid akan suatu hubungan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional). Menurut Goleman (1999:404), ada 5 ciri-ciri kecedasan emosional, yaitu mengenali emosi, mengelola emosi, memanfaatkan emosi secara produktif, empati, dan membina hubungan. Menurut Goleman, kecerdasan emosional juga mempengaruhi penyesuaian diri, konsep diri, dan kepribadian individu. Sedangkan kecerdasan intelektual hanya mengacu pada kemampuan belajar saja. Jadi, kecerdasan emosional berguna karena menyangkut hampir seluruh kehidupannya sedangkan kecerdasan intelektual hanya akan terlihat pada bangku pendidikan saja. Kecerdasan emosi sangat mempengaruhi kesuksesan mahasiswa saat ia mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Kesuksesan tersebut ditunjukan oleh perolehan prestasi pada mata kuliah yang telah di pelajarinya (dikontrak). Prestasi menurut Muhibbin Syah (2009:213) adalah, Pengungkapan hasil belajar ideal

meliputi ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar. Prestasi belajar mahasiswa terlihat dari rata-rata IP (Indeks Prestasi) yang dirainya. Rata-rata IP yang diraih oleh mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008-2009: Tabel 1.1 Rata-rata IP angkatan 2008-2009 Angkata n 2008 2009 3,25 3,27 Rata-rata IP Ganjil 2010/2011 Genap 2010/2011 3,21 3,21 -0,06 -0,04 Perubahan

Sumber: Bidang akademik dan kemahsiswaan FPEB, data diolah Dari data diatas, dapat dilihat bahwa pada semester ganjil rata-rata IP angkatan 2008 dan 2009 mempunyai IP yang berbeda. Namun pada semester genap mahasiswa angkatan 2008 dan 2009 sama-sama mengalami penurunan. Jumlah penurunan untuk angkatan 2008 rata-rata sebesar 0,04 dan untuk angkatan 2009rata-rata sebesar 0,06. Hal ini menunjukan bahwa mahasiswa prodi pendidikan akuntansi kurang dapat mempertahankan konsistensi pencapaian IP dalam setiap semesternya. Berikut disajikan data nilai pada mata kuliah Akuntansi Keuangan Dasar 1 dan 2 (AKD 1 dan 2); Akuntansi Keuangan Menegah 1 dan 2 (AKM 1 dan 2); Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 dan 2 (AKL 1 dan 2) yang merupakan gambaran pemahaman mahasiswa terhadap akuntansi di prodi pendidikan akuntansi pada angkatan 2008 dan 2009:

Tabel 1.2 Perolehan Nilai Mahasiswa Prodi PAK Angkatan 2008


Mata Kuliah Nilai A B C D E BL K Jumlah AKD 1 51 38 11 2 1 103 % 49,5 36,9 10,7 1,9 1 100 AKD 2 22 40 31 1 6 1 2 103 % 21,3 38,8 30,1 1 5,8 1 2 100 AKM 1 29 65 1 1 7 103 % 28,1 63,1 1 1 6,8 100 AKM 2 33 43 17 1 9 103 % 32 41,8 16,5 1 8,7 100 AKL 1 66 23 1 3 2 8 103 % 64,1 22,3 1 2,9 1,9 7,8 100 AKL 2 38 23 30 1 1 10 103 1 9,7 100 % 36,9 22,3 29,1 1

Sumber: Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPEB, data diolah.

Tabel 1.3 Perolehan Nilai Mahasiswa Prodi PAK Angkatan 2009


Mata Kuliah Nilai A B C D E BL K Jumlah AKD 1 59 42 7 2 3 113 % 52,2 37,2 6,2 1,8 2,6 100 AKD 2 28 45 28 3 4 5 113 % 24,8 39,8 24,8 2,7 3,5 4,4 100 AKM 1 21 64 18 3 7 113 % 18,6 56,6 15,9 2,7 6,2 100 AKM 2 28 48 18 10 9 113 % 24,8 42,5 15,9 8,8 8 100 AKL 1 % AKL 2 % -

Sumber: Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPEB, data diolah.

Berdasarkan data diatas, mahasiswa angkatan 2008 mencapai rata-rata presentase tertinggi untuk nilai A, hanya pada mata kuliah AKD 1, AKL 1 dan 2. Sisanya untuk mata kuliah AKD 2, AKM 1 dan 2, rata-rata mahasiswa hanya mendapat nilai B. Sedangkan untuk angkatan 2009 rata-rata presentase tertinggi untuk nilai

A hanya pada mata kuliah AKD 1. Mata kuliah lain seperti AKD 2, AKM 1 dan 2 rata-rata mahasiswa lebih banyak mendapat nilai B. Selain itu masih ada beberapa mahasiswa, baik angkatan 2008 maupun 2009 yang mendapat nilai C, D, E, bahkan BL dan K (kosong). Data tersebut menunjukan bahwa IP yang diperoleh oleh rata-rata mahasiswa UPI prodi pendidikan akuntansi cukup baik walaupun dari semester ganjil ke semester genap mengalami penurunan. Namun, sebaliknya pencapaian IP dan nilai pada mata kuliah keahlian (MKK) dapat dipertahankan konsistensinya serta dapat dicapai nilai maksimal. Kecerdasan emosional sangat diperlukan oleh seorang mahasiswa dalam menghadapi permasalahan saat mereka belajar. Karena sistem pendidikan di perguruan tinggi saat ini menuntut agar mahasiswa dapat mengkomunikasikan kembali ilmu yang telah didapatnya minimal kepada teman-teman mahasiswa sebayanya. Komunikasi tersebut dapat berupa kegiatan presentasi di depan kelas pada saat kegiatan perkuliahan berlangsung. Apalagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai universitas pencetak calon tenaga pengajar yang berkualitas, mahasiswanya dituntut untuk memiliki kemampuan lebih dalam hal komunikasi. Sebagai mahasiswa UPI kita bukan hanya dituntut memahami materi secara mendalam namun juga harus mampu menyampaikan kembali ilmu yang telah didapat kepada siswa kelak setelah kita menjadi seorang guru. Dalam proses belajar kedua intelegensi itu sangat diperlukan. Menurut Goleman (1999:38), Keberhasilan kita dalam kehidupan ditentukan oleh keduanya (IQ dan EQ), tetapi kecerdasan emosional-lah yang memegang peranan.

Intelektualitas tak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional.

Melihat pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting dalam mencapai prestasi akademik, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai: Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Prestasi Belajar Pada Mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia Program Studi Pendidikan Akuntansi Angkatan 2008. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan sebelumnya dan meninjau variabel pembentuk kecerdasan emosional maka dapat di buat rumusan masalahnya sebagai berikut: Bagaimana kecerdasan emosional (EQ) mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Bagaimana prestasi belajar mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Bagaimana pengaruh kecerdasan emosional (EQ) mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Maksud dan Tujuan penelitian Secara umum maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar mahasiswa. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Memperoleh gambaran kecerdasan emosional mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Memperoleh gambaran prestasi belajar mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Mengetahui pengaruh kecerdasan emosional mahasiswa terhadap prestasi belajar mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008? Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini mempunyai beberapa manfaat, antara lain: Dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi mahasiswa UPI pada umumnya dan mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008 pada khususnya. Selain itu memperkaya hasil penelitian yang telah ada dan dapat memberi gambaran mengenai pengaruh kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar. Dari segi praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberikan informasi khususnya kepada para mahasiswa untuk memotivasi diri agar menggali kecerdasan emosional yang dimilikinya. Penelitian Terdahulu Tabel 5.1 Penelitian terdahulu Nama Peneliti Laila Judul Skripsi Hasil Penelitian Perbedaan Objek

Mashita Pengaruh

Kecerdasan Kecerdasan

Emosional Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Produktif Program Keahlian Administrasi Perkantoran Di SMK PGRI Cimahi 2010 Anita Nurmana Pengaruh Kecerdasan (034239) Intelektual Dan Kecerdasan Emosional Terhadap Prestasi Siswa Dalam Mata Pelajaran Ekonomi Widi Karmana Pengaruh Kecerdasan (001671) Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas 3 di SMAN di Bandung Cempaka Indah Pengaruh Motivasi Puspa Dewi Belajar, Kecerdasan (040045) Intelektuan (IQ) Dan Kecerdasan Emosional (EQ) Siswa Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Nia Lismawati Pengaruh Kecerdasan (056249) Emosional terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Kasus pada SMA Negeri di Kabupaten Tasikmalaya)

(0608189)

emosional memiliki penelitian pengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar Secara parsial kecerdasan emosional memiliki pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa Kecerdasan Emosional secara umum berpengaruh signifikan dan positif terhadap prestasi belajar ekonomi Kecerdasan emosional mempunyai pengaruh positif terhadap prestasi belajar siswa Variabel, objek penelitian

Objek penelitian

Variabel, objek penelitian

Secara parsial EQ Objek memiliki pengaruh penelitian. positif terhadap prestasi siswa dalam mata pelajaran ekonomi

Kerangka Pemikiran Banyak orang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar diperlukan Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi. Kenyataannya, dalam

11

proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajarnya setara dengan kemampuan intelegensinya. Itu sebabnya taraf intelegensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan prestasi seorang siswa, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Prestasi merupakan hasil dari proses pembelajaran. Hasil dari belajar dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor tersebut bisa berasal dari dalam diri individu (internal) maupun faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Nana Syaodih Sukmadinata (2009:102), meyatakan bahwa,hasil belajar (achievment) merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Hasil dari belajar biasanya ditunjukkan dengan prestasi yang dicapai oleh mahasiswa. Prestasi belajar menurut Muhibbin Syah (2009:150), pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dari proses belajar. Hasil dari belajar dipengaruhi oleh 2 faktor. Faktor tersebut bisa datang dari dalam diri individu (internal) maupun faktor yang berasal dari luar (eksternal), M. Sobry Sutikno (2009:14-24) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar adalah: Faktor internal: Faktor jasmaniah, terdiri dari: kesehatan, cacat tubuh. Faktor psikologi, terdiri dari inteligensi (kecerdasan), motif, minat, emosi, bakat, kematangan, kesiapan. Kelelahan

Faktor eksternal: Keluarga, terdiri dari: cara orang tua mendidik, hubungan antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga Sekolah, terdiri dari: kurikulum, keadaan gedung, waktu sekolah, alat pelajaran, metode pelajaran, hubungan antara guru dengan siswa, hubungan antara siswa dengan siswa. Faktor masyarakat. Selain teori diatas, adapula teori lain yang mengungkapkan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004:138), salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah: faktor psikologis non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu, seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. Berdasarkan teori diatas, salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar adalah kecerdasan dan emosi. Teori diatas didukung pula oleh pernyataan Gardner (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, 2009:14)

mengungkapkan bahwa, kecerdasan tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes inteligensi yang sempit saja atau sekedar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka Jadi kecerdasan seseorang bukan hanya berasal dari intelegensi, namun emosi juga berpengaruh terhadap pencapaian prestasi seseorang. Hal ini didukung oleh pernyatan Robert Coles (Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat, 2009:17) bahwa, ada suatu jenis kecerdasan yang disebut sebagai kecerdasan moral yang juga memegang peranan amat penting bagi kesuksesan dalam hidup. Berdasarkan teori-teori yang telah diuraikan, kecerdasan emosional memegang peranan penting dalam proses belajar. Sehingga prestasi belajar yang diinginkan

13

tercapai secara optimal. Tingkat pemahaman pelajaran/hasil pembelajaran dalam mata

pelajaran/mata kuliah tersebut dilambangkan dengan angka-angka seperti angka 1-10 pada sekolah dasar dan menengah, lalu huruf A, B, C, D pada pendidikan tinggi. Pencapaian prestasi belajar mahasiswa tersebut dalam bidang akademis yang akan tergambar skor nilai berupa Indeks Prestasi (IP). Apabila seorang mahasiswa dapat mengendalikan emosi, mudah berkonsentrasi, dan memliki motivasi tinggi dalam belajar maka nilai yang diharapkan pun akan tercapai. Menurut Goleman (Hamzah B. Uno, 2008:68): kecerdasan emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak melebihkan-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa. Kecerdasan emosi adalah suatu dimensi kemampuan manusia yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak atau karakter, yang di dalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti kemampuan mengendalikan diri, empati, motivasi, kesabaran, ketekunan, keterampilan sosial, dan lain-lain. Kecerdasan emosional bersinergi dengan keterampilan kognitif, orangorang yang berprestasi tinggi memiliki keterampilan kognitif dan didukung dengan kecerdasan emosional. Hal ini sejalan dengan pernyataan Coover and Sawaf (Hamzah B. Uno, 2008:70): kecerdasan emosional dan kecerdasan-kecerdasan lain sebetulnya saling menyempurnakan dan saling melengkapi. Emosi menyulut kreativitas, kolaborasi, inisiatif, dan transformasi; sedangkan penalaran logis berfungsi

mengatasi dorongan yang keliru dan meyelaraskan tujuan dengan proses, dan teknologi dengan sentuhan manusiawi.

Dengan demikian seseorang yang memiliki IQ saja dianggap belum cukup. Idealnya, IQ tersebut disertai dengan EQ yang seimbang. IQ hanya mendukung sekitar 20% faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang, sisanya sebesar 80% ditentukan oleh faktor lain termasuk EQ. Kecerdasan emosi adalah dasar bagi lahirnya kecakapan emosi yang diperoleh dari hasil belajar, dan dapat menghasilkan kinerja yang menonjol dalam pekerjaan. Menurut Goleman Inti dari kecakapan emosional ini adalah dua kemampuan (1) empati, yang melibatkan kemampuan membaca perasaan orang lain; (2) keterampilan sosial, yang berarti mampu mengelola perasaan orang dengan baik (Hamzah B. Uno 2008:71). Berdasarkan teori-teori yang telah diungkapkan, unsur-unsur pembentuk kecerdasan emosional berkaitan erat dengan pengenalan diri (self awareness), pengendalian diri (self regulation), motivasi diri (self motivation), mengenali emosi orang lain/empati (sosial awareness), dan membina hubungan sosial (social skill). Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Goleman (Hamzah B. Uno, 2008:85) mengenai lima dimensi kecerdasan emosi yaitu, kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Dengan demikian, kecerdasan emosional perlu lebih dihargai dan dikembangkan lagi pada peserta didik baik itu siswa di sekolah, maupun

15

mahasiswa pada perguruan tinggi. Kecerdasan emosional mendasari keterampilan seseorang ditengah masyarakat kelak sehingga akan membuat seluruh potensinya akan berkembang secara optimal. Berdasarkan paparan tersebut, dalam penelitian ini hubungan antar variabel penelitian dapat digambarkan sebegai berikut:

Gambar 6.1 Hubungan antar variabel penelitian Hipotesis Hipotesis merupakan kesimpulan sementara terhadap suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2010:196), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis dalam penelitian ini adalah kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap prestasi belajar mahasiswa. Metode Penelitian Desain Penelitian Salah satu hal yang harus dilakukan oleh seorang peneliti sebelum

17

melakukan penelitiannya adalah memilih metode penelitian yang akan membentuk suatu rancangan atau disebut dengan desain penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dalam dunia pendidikan. Maka, metode yang digunakan adalah metode penelitian pendidikan. Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan (Sugiyono, 2010:6). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif, yaitu untuk melihat keterikatan antara dua variabel atau lebih melalui analisa data yang didapat. Metode deskriptif lebih menekankan pada studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian berlangsung. Operasionalisasi Variabel Menurut Kerlinger (Sugiyono, 2010:61), variabel adalah konstrak (constuct) atau sifat yang akan dipelajari. Di bagian lain Kerlinger menyataka menyatakan bahwa variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (defferent values). Sedangkan pengertian variabel menurut Sugiyono (2010:61), variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi variabel adalah segala bentuk apapun yang ditetapkan oleh peneliti

untuk diteliti sehingga diperoleh informasi dan dapat membuat kesimpulan dari informasi tersebut. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu: Variabel Independen (variabel bebas), yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini variabel independen adalah kecerdasan emosi. Variabel Dependen (variabel terikat), yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Dalam penelitian ini variabel dependen adalah prestasi belajar mahasiswa. Tabel 8.1 Operasionalisai Variabel Penelitian VARIABEL Kecerdasan Emosional (X) DIMENSI Pengenalan diri (self awarenes) INDIKATOR Menerima diri sendiri Mengetahui kemampuan diri sendiri Mengenali perasaan sendiri Mandiri Bertanggung jawab atas apa yang dikatakan Toleransi yang tinggi terhadap frustasi dan pengelolaan amarah Berkurangnya ejekan verbal atau perkelahian Mampu mengungkapkan amarah dengan tepat Tidak berprilaku agresif Lebih baik dalam menangani ketegangan jiwa dan keinginan Memotivasi diri sendiri Tidak mudah menyerah Menyukai tantangan Mencoba hal baru dan menantang KETERANGAN Interval

Pengendalian diri (self regulation)

Interval

Motivasi diri

Interval

19

Memotivasi orang lain Memahai perasaan orang lain Empati Menerima sudut pandang orang lain Menjadi pendengar yang baik Bertanya dengan baik Supel Menyelesaikan pertikaian Membina hubungan Kerjasama sosial Menghargai perbedaan pendapat Memiliki ketegasan Memikirkan kepentingan sosial Pretasi belajar Indeks Prestasi (IP) mahasiswa mahasiswa (Y) UPI Prodi Pandidikan Akuntansi angkatan 2008 Sumber: Daniel Goleman (1999:58-59) Populasi dan Sampel Populasi

Interval

Interval

Interval

Populasi adalah subjek/objek yang akan diteliti. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010:117). Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa UPI program studi pendidikan akuntansi angkatan 2008 sebanyak 103 mahasiswa. Sampel Sampel merupakan sebagian dari populasi. Menurut Sugiyono (2010:118), sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Pengambilan sampel dengan cara ini adalah mengambil sampel dari populasi yang

telah ditentukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi tersebut. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin (Riduwan, 2008:210) sebagai berikut:

Keterangan:

n= n= n= n= n= n = 81, 908 (di bulatkan menjadi 82 orang)


Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah: Studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen yang relevan dan mampu mendukung terhadap penelitian yang dilakukan. Dokumen diperoleh dari Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FPEB

21

Universitas Pendidikan Indonesia. Angket (kuisioner), yaitu suatu alat pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden yang menjadi anggota sampel penelitian yang digunakan untuk memperoleh informasi. Angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (angket berstruktur) artinya angket yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih salah satu jawaban sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan tanda silang (x) atau checklis (). Dalam penelitian ini angket yang digunakan adalah angket dengan skala sikap kategori Likert. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2010:134), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. jawaban setiap item instrumen yang menggunakan Skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian akan dibuat dalam bentuk tabel seperti berikut: Tabel 8.1 Instrumen Penelitian No Pertanyaan SS S Jawaban RG KS TS

Sumber: Sugiyono, 2010:136 SS = Sangat setuju diberi skor 5

= Setuju

diberi skor diberi skor diberi skor 2

4 3

RG= Ragu-ragu KS= Kurang setuju TS = Tidak setuju

diberi skor

23

ndOvrononYonN?undOvrononX2-?undOvrononX2N?undOvrononY2-?undOvrononY2

Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis Sebelum melakukan teknik analisis data terlebih dahulu dilakuka uji instrumen penelitian. Karena menurut Sugiyono (2010:193), terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Uji instrumen penelitian Uji validitas Scarvia B. Anderson (Suharsimi Arikunto, 2002:64) mengatakan, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto mengungkapkan (2002:69), sebuah tes dikatakan validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memliki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Jadi validitas berhubungan dengan valid atau sahihnya suatu instrumen penelitian. Uji validitas ini menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar: (Suharsimi Arikunto, 2002:72) Setelah diketahui besarnya koefisien korelasi (r), dengan taraf signifikasi 5% nilai Jika dibandingkan dengan nilai lebih besar dari . Kriterianya sebagai berikut:

, maka item pertanyaannya adalah valid (

11= nn-11-?undOvronon?12?12 = valid). Jika lebih kecil dari = tidak valid). Uji reliabilitas Reliabilitas berkenaan dengan keajegan suatu alat insrumen. Untuk mengukur reliabilitas suatu alat instrumen digunakan rumus Alpha sebagai berikut: (Suharsimi Arikunto, 2002:109) Dimana: = reliabilitas yang dicari = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total Selanjutnya membandingkan nilai pengujiannya adalah jika pada lebih besar dari dengan nilai . Kriteria , maka item pertanyaan adalah tidak valid

dengan taraf signifikansi

, maka item pertanyaan tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika lebih kecil dari , maka item tidak reliabel.

Teknik Analisis data Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh memiliki distribusi normal atau tidak. Langkah-langkah dalam uji normalitas:

25

Mencari skor terbesar dan terkecil Menentukan rentang (R), R= skor terbesar - skor terkecil Mencari banyaknya kelas, BK = 1 + 3,3 log n Mencari nilai panjang kelas, Membuat tabulasi dengan table penolong Mencari rata-rata mean, Mencari simpangan baku, Mengubah data Interval menjadi interval Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara Menentukan batas kelas Mencari nilai z skor untuk batas kelas interval dengan rumus:

Mencari luas 0-Z dari table kurva normal dari 0-Z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas Mencari luas tiap interval dengan mengurangkan angka-angka 0-Z Mencari frekuensi yang diharapkan dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden Menghitung chi kuadrat dengan rumus

(Sudjana, 1997:180) Uji Homogenitas Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah varians berasal dari populasi yang sama atau tidak. Jika varians tidak homogen, maka perhitungan dengan menggunakan statistik parametrik tidak dapat digunakan. Langkahlangkah menghitung uji homogenitas:

Mencari Fhitung: Membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel dengan rumus: dk pembilang = n-1 (untuk varians terbesar) dk penyebut = n-1 (untuk varians terkecil) taraf signifikan 0.05 maka dicari Ftabel Kriteria pengujian: Jika Fhitung Ftabel, berarti tidak homogen Jika Fhitung Ftabel, berarti homogen Uji Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh langsung dari suatu variabel eksogenus terhadap variabel endogenus tertentu dinyatakan oleh besarnya numeric kofisien jalur. Langkah-langkah analisis jalur: (Riduwan,2008:116) Merumuskan hipotesis dan persamaan struktural Struktur: Y=yx1X1+yx2X2+yx3X3+yx4X4+yx5X5 y Menghitung koefisien jalur yang didasarkan pada koefisien regresi Menggambarkan diagram jalur lengkap, menentukan sub-sub strukturnya dan merumuskan persamaan strukturalnya sesuai dengan hipotesis yang diajukan

27

Gambar 8.1 Diagram Analisis Jalur Hubungan Kausal X1, X2, X3, X4, X5 terhadap Y Dari diagram tersebut diketahui bahwa persamaan struktural dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Persamaan struktur yang menjelaskan hubungan kausal pengenalan diri (X1), pengendalian diri (X2), motivasi diri (X3), empati (X4), membina hubungan sosial (X5), terhadap prestasi belajar (Y). Persamaan strukturalnya sebagai berikut: Y = YX1X1 + YX2X2+ YX3X3+ YX4X4 + YX5X5 + YX1 Menghitung koefisien regresi untuk struktur yang telah dirumuskan.

?yxk=SkSy(bk) F=(n-k-1)Ryxk2k-(1-Ryxk2) tk=?kse?k;(dk=n-k-1) Persamaan regresi ganda Menghitung koefisien jalur, dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

: koefisien regresi variabel independen xk yang terdapat dalam persamaan regresi Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh keseluruhan dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai F didapat dengan rumus:

Keterangan:

Jika Fhitung Ftabel, tolak Ho artinya signifikan Jika Fhitung Ftabel, terima Ho artinya tidak signifikan Ftabel dicari dengan rumus Ftabel = F{(1-)(dk=k),(dk=n-k-1)} (Riduwan, 2008:117) Uji t Uji t digunakan untuk menguji signifikasi masing-masing variabel bebas

29

dalam mempengaruhi variabel bebas. Rumus yang digunakan untuk menguji t adalah sebagai berikut: (Riduwan, 2008:117)

Keterangan: : Nilai t hitung untuk setiap koefisien jalur variabel Xk : Koefisien jalur yang akan diuji : Standar error koefisien jalur yang bersesuaian Derajat kebebasan : jumlah pengamatan : Jumlah variabel eksogen yang terdapat dalam sub-struktur yang sedang diuji Jika nilai probabilitas 0.05 Sig, maka Ho diterima dan Ha ditolak artinya tidak signifikan Jika nilai probabilitas 0.05 Sig, maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya signifikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin. (2007). Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Abu Ahmadi dan Widodo Sypriyono. (2004). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Daniel Goleman. (1999). Emotional Intelligence. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka. Hamzah B. Uno. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Hamzah B. Uno dan Masri Kuadrat. (2009). Mengelola Kecerdasan dalam Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara Muhibbin Syah. (2009). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada M. Sobry Sutikno. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect. Nana Syaodih Sukmadinata. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Riduwan dan Engkos Achmad Kuncoro. (2008). Cara Menggunakan dan Memakai Analisis Jalur. Bandung: Alfabeta Sudjana. (1997). Statistika II. Bandung: Tarsito Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan

R&d.CV.ALFABETA Suharsimi Arikunto. (2002). Dasar Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

31

Internet: Depdiknas. (2003). Undang-Undang UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. [Online]. Tersedia: http://www.inherent-

dikti.net/files/sisdiknas.pdf [11 November 2011 -20:03]. Wikipedia. (2011). Kecerdasan Emosional. [Online]. [11Agustus Tersedia: 2011 -

http://id.wikipedia.org/wiki/Kecerdasan_emosional 19.42]. Wikipedia. (2011). Emotional Intelligence Test.

[Online].

Tersedia:

http://en.wikipedia.org/wiki/Emotional_intelligence_tests [11Agustus 2011 - 19.58].

You might also like