You are on page 1of 24

5.

Ekologi Padang rumput


5.1 Klimaks dan suksesi Padang rumput 5.7.7 Pendahuluan Ekologi Padang rumput telah menarik perhatian para ilmuwan dalam hal pengaruh iklim, komponen edapik dan biotik dari lingkungan yang membentuk dinamika komunitas makhluk hidup di padang rumput. Pemahaman terhadap prosesnya melibatkan konsep dasar pengelolaan komunitas tumbuhan yang hidup secara alami dan bisa saja mendukung upaya-upaya yang secara keseluruhan terkait dengan penggunaan, peningkatan dan konservasi areal sumberdaya. Pengertian ekologi ini juga diarahkan untuk memanipulasi komposisi botani penanaman padang rumput, terutama ditujukan untuk pemeliharaan tanaman kacang-kacangan ataupun untuk mengotrol rumputrumputan. Topik ini luas dan pada bab ini lebih difokuskan pada area utama tentang kontroversi : terputusnya suksesi Clementsian, berkembangnya model perluasan dan peralihan, perubahan ideologi terhadap cakupan manajemen oleh penilaian secara kuantitatif dan lebih masuk akal terhadap kondisi lahan, dan kemajuan dalam deskripsi proses perubahan populasi dan adaptasi tumbuhan. 5.1.2 Monoklimaks Clementsian dan Modifiaksinya Konsep Abad ke dua puluh yang paling berpengaruh di dalam ekologi padang rumput adalah yang dikembangkan oleh F.E. Clements dan pendahulunya ( Clements, 1916 ); mereka memandang tumbuh-tumbuhan sebagai suatu kesatuan yang dinamis ( dan tidak statis) di mana suksesi adalah proses pengembangan formasi yang universal... masing-masing formasi klimaks dapat mereproduksi dirinya sendiri, dan mengulangi langkah langkah yang tepat dan penting dalam pengembangannya. Langkah-Langkah ini terdiri dari komunitas tumbuhan yang bisa digunakan sebagai indikator tumbuhan (Clements, 1920 ) tentang intervensi anthropogenic seperti variasi dalam intensitas penggembalaan dan mengembangkan alur linear yang kaku ( tetapi masih bisa dirubah ) untuk suatu monoclimax yang mencerminkan iklim daerah tersebut. Clements ( 1920 ) terus membujuk J.G Smith untuk bekerja lebih awal di baratdaya selatan AS untuk menunjukkan adanya kemunduran dari dominansi Andropogon ke Aristida, Hilaria dan Bulbilis akibat ditingkatkannya tekanan penggembalaan. A.W. Sampson ( 1919) lebih lanjut mengembangkan hubungan suksesi tumbuhan untuk menyusun manajemen. Lahan gundul yang telah diberdayakan, memberi kesempatan untuk serangkaian padang rumput terakumulasi menjadi bahan-bahan organik, dan kemudian secepatnya akan digantikan oleh kumpulan rumput yang lebih tinggi. Pengaruh Clements di Universitas Nebraska tetap berlaku dan telah berkolaborasi dengan institusi lain seperti Perguruan tinggi Negeri Kansas dan Perguruan tinggi Agrikultur Dakota Utara,di Daerah Dataran Besar AS ( Joyce, 1993) pusat yang dominan untuk mengembangkan teori ini, selanjutnya telah

dipelajari juga di Canada ( Coupland, 1952), Australia dan Afrika selatan, dimana J.F.V. Phillips mempengaruhi para mahasiswanya. Seluruh komunitas tumbuhan ditentukan oleh faktor iklim dan edaphic; Clements mengakui faktor edapic Subklimaks dan populasi yang berbeda di dalam suatu area bisa disejajarkan sebagai sub-unit yang sama dalam suatu suksesi klimaks. Whittaker ( 1953 ) menjumlahkan sekitar 36 terminologi perkembangbiakan dengan '- suksesi sebagai suatu kesimpulan yang mencoba mengakomodasi berbagai sudut pandang yang berbeda dari para ahli ilmu lingkungan hidup. Tentang gangguan klimaks ini atau disclimax dan variannya, api klimaks menjadi kebutuhan terbesar di dalam ekologi padang rumput. Aplikasi konsep suksesi dan klimaks terhadap rangkaian manajemen dikembangkan sebagai suatu kondisi dari indikator tumbuhan ( Sampson, 1939 ), definisi dari potensi lokasi produksi ( Humphrey, 1949 ) dan kondisi erosi telah ditekuni; Dyksterhuis'S ( 1949,1952 ) menjelaskan kondisi daratan di dalam terminologi kwantitatif komposisi spesies yang ada saat ini sebagai bagian dari komposisi spesies dari klimaks yang diterapkan secara luas. Suatu pokok pengajaran yang logis menjadi teks yang diabadikan pada cakupan manajemen seperti Weaver dan Clements (1938), Stoddart & Smith ( 1943 ), Sampson ( 1952), Humphrey ( 1962 ) dan Heady ( 1975 ). 5.7.5 Suksesi Padang rumput Model suksesi yang linier ( Gambar 5.1 ) menyusun semua tumbuhtumbuhan dalam suatu rangkaian tunggal pada awal suksesi, yang mencerminkan penggembalaan yang berlebihan dan kondisi daratan yang miskin, mungkin dimanfaatkan dengan wajar wajar secara terus menerus, kondisi tanah yang baik dan sempurna selama klimaks berlangsung terus mendekati manajemen penggembalaan yang konservatif ( Westoby, walker & Noy-Meir, 1989). Suksesi dan klimaks padang rumput curah hujan rata-rata tertinggi
VEGETASI

kemarau

kecenderungan suksesi

tekanan penggembalaan

kondisi miskin pada awal suksesi penggembalaan yang berat skala kondisi

kondisi sempurna klimaks tanpa penggembalaan

Gambar 5.1 Skema umum dari model rangkaian suksesi, yang dimodifikasi oleh variabilitas curah hujan ( dari Westobey dkk., 1989 ).

Model ini telah dimodifikasi untuk menunjukkan bahwa variasi curah hujan musiman bekerja dengan cara yang serupa; pada musim hujan tekanan penggembalaan pada umumnya dikurangi dan boleh ditingkatkan apabila kepadatan ternak relatif tetap, dan kebalikannya diterapkan pada musim kering. Berikut ini dua ilustrasi kecenderungan suksesi. Transvaal Highveld Di Transvaal highveld dari Afrika Selatan terdapat beberapa tingkatan yang dilaksanakan setelah adanya gangguan ( Davidson, 1962), yaitu : i. Ruderal stage : sebagian besar terdiri dari rumput liar tahunan dikotil seperti Acanthospermum brasilum dan Tagetes minuta, tetapi juga mencakup rumput seperti Eleusine Indica, Panicum Laevifolium, Setaria Pallide-Fusca dan sedge Cyperus esculentus. ii. First grass stage : rumput stoloniferous, terutama Cynodon Dactylon, kadang-kadang dengan Paspalum commersonii dan spesies yang dinaturalisasikan, P. dilatatum, P. notatum dan Pennisetum Clandestinum. iii. Second grass stage : sekelompok rumput, sebagian besar Eragrostis curvula, E. racemosa, E. plana, E. gummiflua, Sporobolus pyramidalis dan Rhychelytrum repens; ada kalanya terdapat tumbuhan berkayu Subshrub Stoebe vulgaris. iv. Third grass stage :didominasi oleh sekolompok tumbuhan rumput yang tinggi seperti Hyparrhenia hirta dengan beberapa spesies tumbuhan dikotil. v. Padang rumput Subclimax: sekelompok tumbuhan rumput yang tinggi seperti Trachypogon spicatus, Tristachya Hispida, Elyonurus argenteus, Digitaria tricholaenoides, Heteropogon contortus dan Themeda Triandra. vi. Klimas Semak belukar: berbagai spesies pertama semak, yang menahan api dan penggembalaan. Meningkatkan SR dari 1.2 b ha-1 menjadi 2.3 b ha-1 menyebabkan suatu kemunduran dalam komposisi spesies dari subklimaks padang rumput ke tingkat padang rumput pertama dan kedua, yang mana juga lebih tahan terhadap injakan ( Gillard, 1969). Dataran Selatan di New South Wales. Contoh yang kedua menunjukkan tingkatan suksesional komunitas daerah hutan Eucalyptus melliodora-Euclyptus blakleyi di dataran selatan, New South Wales (35-36r LS, curah hujan 580 mm, ketinggian 650 m diatas permukaan laut). Akibat pembukaan hutan, peningkatan kapasitas penggembalaan dan aplikasi superfosfat (moore, 1976). Daerah ini memiliki curah hujan yang tidak menentu namun pendistribusiannya merata di antara musim panas dan musim dingin. Spesies busock vegetasi klimaks padang rumput (tingkat 1, gambar 5.2) merupakan rumput tahunan yang tinggi yang tumbuh pada musim panas.

Sebagian akitbat akumulasi kelembaban tanah yang berasal dari hujan pada musim dingin. Pengenalan ternak domestik merupakan penyebab utama hilangnya Themida triandra dan munculnya Stipa falcata (tingkat III). Penggembalaan yang berat (2,5-4 ekor domba/ha-1) menyebabkan peningkatan jumlah rumput tahunan pendek (5-15cm) yang tumbuh pada musim dingin (tingkat III). Yang terakhir menjadi dominan, tapi masih awal dari sward dibawah penggembalaan yang berat kearah spesies tumbuhan yang kerdil yang murni adari komunitas yang lebih kering yang dapat memenfaatkan curah hujan pada musim panas (tingkat IV). Hal ini di ikuti dengan cepat atau secara kebetulan oleh tumbuhan tahunan mediterania yang eksotis (invadors), termasuk tumbuhan legum Trifolium glomeratum. Aplikasi superfosfat dan peningkatan kapasitas penggembalaan (5-10 ekor domba/ha-1) menyebabkan hilangnya rumput-rumput tanaman dan dengan demikian perubahan perubahan dilengkapi (tingkat IV) dengan nitropolus tahunan musim dingin seperti Vulpia bromides dan Bromus rigridus di tambah rumput yang tahan penggembalaan pada musim panas seperti Chloris trincata dan Eragrotis cilianensis. Contoh ini juga dapat dicoba pada model state dan transition yang akan dibahas setelah ini. 5.1.4. Suksesi dan Kebakaran Lahan Perubahan suksesional erat kaitannya dengan kebakaran lahan. Gambar 5.2 mencerminkan suksesional pada tanah podzolik yang gersang/tidak subur. Lebih banyak terjadi pada daerah yang suksesional melepaskan sedikit banyak yang terjadi dengan cara yang sama tanpa penambahan fosfat (moore, 1967). Rumput klimaks T. triandra menyebabkan produksi domba yang rendah sejak kandungan proteinnya rendah. Saat musim dingin dan mulai musin semi, dan hal ini sulit untuk memperkirakan daya tampung pengembalaan karena ketidak stabilan komunitas menjelang klimaks selama penggembalaan. Kandungan Nitrat-N (4-10 cm) dalam tanah saat akhir musim panas adalah 1 ppm untuk tingkat I, ini ditingkatkan menjadi 2,4 dan 36 ppm untuk berturut-turut pada tingkat 2,3 dan 4.

Pembersihan

I Themeda triandra Stipa aristiglumis Poa caespitosa ( rumput tinggi musim panas perenial tussock )

Penggembalaan
II Stipa aristiglumis Poa caespitosa Stipa falcata III Stipa falcata Danthonia carphoides Danthonia auriculata ( perenial pendek rumput musim dingin ) IV Danthonia carphoides Danthonia auriculata ( perenial kerdil musim dingin ) Spesies asli Dari komunitas Yang lebih kering Enneapogon nigricans, Chloris truncata, Tripogon loliiformis Panicum effusum, Vittandinia triloba, Euphorbia drummondi Convulvulus erubescens ( Spesies kerdil musim panas )

Penggembalaan
V Dhanthonia carphoides Danthonia auriculata Trifolium glomeratum , Vulpia bromoides, Bromus spp., Hordeum leporinum, Composites, Erodium cicutarium, Aira caryophyllea ( tumbuhan anual eksotik musim dingin ) Enneapogon nigricans, Chloris truncata, panicum effusum, Vettadinia triloba, Eragrostis brwnii

Tumbuhan anual Mediterania

( Perenial pendek musim panas )

Penggembalaan dan superphospate


VI Vulpia bromoides, Bromus rigidus, Erodium cicutarium, Trifolium glomeratum, Cirsium vulgare ( anual eksotik musim dingin ) Chloris truncata, Eragrostis cilianensis, Chenopodium carinatum, Polugonum aviculare ( Spesies musim panas ) Diagram 5.2. Perubahan spesies dalam komunitas herba pada woodlands di tablelads selatan, New south Wales dalam merespon pembersihan, penggunaan tekanan penggembalaan dan aplikasi superphospate. ( dari Moore, 1967 )

Moore (1967) memandang komunitas tanaman musim dingin sebagai sistem eksploitasi nitrogen dan titik akhir dari penggembalaan yang lebih lanjut/jauh dan aplikasi superfosfat yang merupakan ingtess of unpalatable tanaman nitrophilous seperti sylbum marianum, Onopordum acanthium, carduuspy nocephadon dan Hardeum leporium, dan nitrate-N tanah meningkat sekitar 100 ppm. Situasi sebaliknya dari kolonisasi dan lahan gundul dari interaksi antara suksesi subsequent dengan kesuburan tanah di gambarkan dari suatu studi (Davidson, 1962) tentang Transvool highveld di Frenkenwald (26r LS, curah hujan 760 mm/th, pada ketinggian 1500 m diatas permukaan laut). Daratan yang ditanami jagung telah dihentikan dari kegiatan budidata, dan telah dilakukan pemupukan. Langkah-langkah suksesional pada pada padang rumput ini telah diuraikan diawali pembahasan 5.1.3. ruderals mendominasi untuk 2 tahun pertama, dan tabel 5.1 menunjukkan hasil dan komposisi botani selama 8 tahun setelah dihentikannya penanaman. Supersfosfat sendiri (yang mana mengandung kalsiun sulfat sebagaimana halnya kalsium monofosfat) memiliki efek kecil pada perkembangan tahapan suksesi. Efek yang jelas terlihat adalah sangat menarik sekali dimana rumput Hyperthenia hirta pada level ke 3 dalam 2 perlakuan N. Rumput yang tahan terhadap level pertama Cynodon dactylon dalam perlaku PN5 dan hasil yang lebih tinggi pada perlakuan terakhir. Banyak tumbuh-tumbuhan dari afrika selatan tidak tumbuh dengan subur dibawah kondisiketersediaan yang tinggi,dan Grunow pienaar d Breytenbach (1970) mengkategorikan rumput utama sabagai pengurang dan penambah berdasarkan ketersediaan N. Respon ini dihubungkan dengan toleran terhadap amonium ion, tapi mungkin juga berhubungan dengan kapasitas kompetitik relatif. Seperti yang akan dibahas kemudian.level suksesional terendah di tandai dengan sedikit akumulasi sampah dan siklus N yang lebih cepat di bawah pemaksaan pengembalaan. Hubungan awal dari suksesi terhadap kesuburan tanah digunakan apabila level suksesi terendah dibarengi dengan erosi dan kehilangan humus yang banyak mengandung nutrisi.

5.2. Model State and Transisi 5.2..1. Kelemahan teori klimaks dan suksesional linear Suksesi clementsian bekerja dengan baik dengan memandu jujur manajemen di daerah dataran Amerika di mana konsep tersebut dikembangkan apakah kelemahannya dapat terlihat dengan jelas jika dikembangkan pada konteks lebuh luas. Berikut ringkasannya.

Tabel 5.1 Perlakuan sebelum pemupukan, persentase komposisi, dan hasil panen dari seral stage yang bebeda terhadap transvaal highveld Seral stage Ruderals Speies Dicotyledonous Rumput Stage pertama Cynodon dactylon Rumput stage kedua Eragrostis spp. Rumput stage ketiga Hyparrhenia hirta Total ( kg/ha ) Perlakukan pupuk P PN1 5 8

kontrol 8

PN5 2

17

30

51

50

71

57

24

37

13

11

2360

1680

2660

5250

Status vegetasi murni Di dalam area yang tidak di gunakan sebagai lahan pengembalaan intensif dalam jangka waktu yang lama sulit untuk menetapkan klimaks secara alami, dan perbandingan antara vegetasi yang ada dengan komunitas yang tidak tetap mungkin saja memiliki sedikit keterkaitan dengan manajemen yang baik. Daerah bersejarah misalnya makam dan tanah alam margasatwa telah digunakan untuk menetapkan komposisi klimaks (parker,1952) dan penetapan stok akhir telah dianjurkan sebagai alat untuk menetapkan ekspor tingginya

tingkatan ekologis. Hal ini gagal jika didalam padang rumpu benar-benar dalam kondisi yang hampir mati, kondisi tidak produktif, misalnya seperti yang terjadi di padang rumput Astrebla, western Queensland dimana pengurangan pengembalaan mempercepat senescence tanaman (Ori,1980). Kemunduran yang dapat dibalik Ada banyak keadaan dimana elemen menjadi acuan yang tidak dapat bertahan terhadap pengaruh klimaks jika penempatannya salah. Jarak yang jauh dari klimaks niasanya diperkirakan meningkat secara non-linear dengan terus meningkatkan tekanan penggembalaan. Sebaliknya (pembicaraan) tidak perlu terjadi atau menunjukkan histeria terhadap/oleh/dengan jalan yang berbeda. Di daerah Pennines utara, Inggris, perubahan ketersediaan di padang rumput bukit nardus didominasi oleh spesies yang tidak enak (tidak baik) tidak beralih ke spesies yang enak (baik) (Rawes, 1981). Rumput parenial pada iklim mediterania, kalifornia yang telah berubah menjadi padang rumput annual akibat penggembalaan tidak dilakukan perbaikan dan di pulihkan dengan peningkatan ketersediaan (stok) (Heady, 1958). Produktivitas Klimaks Rumput-rumputan klimaks didaerah dataran yang luas sangat produktif dan disukai oleh hewan ternak. Rumput-rumputan ini diyakini merupakan Ground Cover (penutup tanah) yang terbaik untuk melindungi humus dan merupakan tumbuhan yang peling efektif dalam memenfaatkan faktor lingkungan untuk memperbaiki karbon dan siklus nutrisi. Dykterhuis (1949) menganggap kapasitas tampung relatif pada tingkatan sebagai suatu refleksi dari proporsi vegetasi yang ada yang merupakan tumbuhan asli di wilayah tersebut, walaupun catatannya ditahun 1952 menyatakan bahwa 25% permukaan klimaks masih mengindikasikan bahwa tingkatan dalam kondisi yang sempurna . Headg (1960) menjelaskan bahwa rumput yang tinggi dan kasar bernilai rendah tinggi. Kebutuhan ternak di afrika timur, dan mengusulkan bahwa jika vegetasi klimaks tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi tujuan akhir dalam peningkatan range . evaluasi range (tingkatan)humus di lanjutkan untuk mempelajari suksesi tumbuhan guna mengidentifikasi kondisi kondisi yang dapat meningkatkan kualitas tiap tingkatan padang rumput. Produktivitas dalam kaitannya dengan manajemen range pada umumnya menyiratkan kualitas hasil produksi ternak, dan peristiwa pada kelompok rumputan yang tidak disukai ternak, dalam situasi yang relatif tidak terganggu memodivikasi nilai yang mendekati klimaks. Keutamaan faktor abiotik Perhatian yang diberikan kepada tekanan penggembalaan sebagai kendali proses suksesional dominan tidak sesuai dalam beberapa lingkungan, karena faktor biotik dapat mendesak kontrol utama dinamika tumbuh-tumbuhan disebelah barat Queensland (Roe, 1987). Astrebla lapraceae, menunjukkan bahwa manajemen penggembalaan yang mempengaruhi dinamika tumbutumbuhan akan membutuhkan suatu tahapan dan kuraktir yang tepat. Oconnor

(1985, dikutip oleh walter,1988) meminjam 72 eksperimen mengenai penggembalaan jangka panjang di Afrika selatan, ia menyimpulkan bahwa efek liklim menolak/mengesampingkan semua perlakuan penggembalaan. Stabilitas dan gaya pegas Pengajaran (pendidikan) mengenai manajemen range telah menekankan penyelidikan terhadap suatu kondisi keseimbangan, yang dicapai dengan cara memilih SR yang menetapkan suatu keseimbangan jangka panjang antara tekanan penggembalaan dan kecenderungan suksesional (westorn et al., 1989). Suatu keseimbangan vegetasi yang stabil yang mana sistem kembali ke suatu keadaan yang seimbang setelah gangguan temporer adalah sngat sulit untuk mendukung lingkungan yang semi kering atau dalam lingkungan dengan variasi curah hujan yang sangat tinggi. Stabilitas telah di devinisikan sebagai terminologi yang berbeda terhadap komposisi spesies tumbuhan atau produksi tumbuhan, yang menyiratkan kesinambungan persediaan lahan pakan (walker, 1993). Model state dan transisi Banyak yang telah menjadikan biodiversitas tumbuhan sebagai pendukung dalam pemeliharaan struktur sistem, efisiensi pemanfaatan sumber daya (Hadley,1993) dan stabilitas hasil produksi vegetasi dibawah penggembalaan di daratan Serengeti, Tanzania secara luas dikutip untuk menandai adanya nilai keanekaragaman spesies hanya dilakukan sekitar 1516% dari perbedaan dalam perbaikan ketidak stabilan biomassa. Gaya pegas dalam sistim ekologi mungkin merupakan suatu tujuan yang lebih realistis (Holling, 1973) menggambarkan hal ini sebagai suatu ukuran ketekunan sistim dan kemampuan mereka dalam menerima perubahan dan gangguan dan masih memelihara hubungan yang sama antara populasi alam variabel lingkungan. Walker (1981) menilai agar pegas sebagai kapasitas untuk menyesuaikan terhadap perubahan oleh pemanfaatan ketidakstabilan yang berlawanan dengan kapasitas penerimaan gangguan oleh kelentingan (daya lenting) menjadi keadaan kaseimbangan yang mantap. Multiple State Holling (1973) mengacu pada ketiadaan homogenitas dalam dunia yang alami dan kehadiran suatu mosaik dan unsur-unsur ruang karakteristik yang berbeda yang dihubungkan oleh mekanisme biologi dan transpor fisik. Model suksesi linear Clementsian tidak sesuai dengan interaksi pada atraksi beberapa wilayah, yang mana banyak ilmuan padang rumput saat ini peduli terhadap berbagai hal yang lebih baik yang diliputi oleh model state dan transisi dimana dinamika padang rumput dapat diuraikan oleh suatu rangakian terpisah state dari vegetasi dan rangkaian terpisah transisi antara suatu wilayah (Westoby et al., 1989). Hal ini hal inimjiga mengakomodasi dengan padang rumput sangat baik oleh rumput liar berkayu atau spesies herba eksotik. Dalam kongres internasional Rangeland yang kedua berbagai pembicaraan menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap model Chementsian

tetapi menyesali tidak adanya pradigma alternatif (contohnya, Foin, 1986) sejak saat itu penggunaan model state and transition terus dipelajari. 5.2.2. Pengembangan model-model state dan transisi Ketika model state dan transisi digunaka pada Rangeland terlebih dahulu perluberbagi stable state vegetasi harus diidentifikasi dan di katalogkan. Hal ini memerlukan analisa dan survey botani, terutama menggunakan teknik yang sederhana, yang dapat membantu pemahaman sejarah-sejarah subsite dan pengetahuan ekologi spesies tumbuhan dan kemampuan adaptasi mereka terhadap perubahan lingkungan. Hal kedua yang diperlukan adalah membuat katalog transisi antara wilayah yang diketahui untuk menilai penyebab terjadinya transisi. Peristiwa alami seperti cuaca, kebakaran, banjir, atau tindakan manajemen seperti perubahan SR.

VI Tidak ada penutup tanah perenial, longsor

III pengurangan penutup perenial, Aristida congesta, Microchloa, Setaria

II sebagian besar rumput perenial yang enak contohnya Themeda

I didominasi oleh perenial besar, contohnya Cymbopogon , apochaete

V Tertutupi oleh perenial unpalatable yang lebat

IV Sebagian besar perenial unpalatable contohnya Aristida junciformis, Elyonorus argenteus

Bagan 5.3. Model state dan transisi untuk grassveld tinggi ( baik segar maupun kering ) di Afrika selatan ( dari Westoby et al, 1989 ) Penggunaan pupuk dan pembibitan. Hal keiga yang perlu dilakukan adalah mengembangkan suatu pemahaman yang canggih tentang dinamika transisi, dengan demikian gerbang menuju perubahan meungkinkan untuk diperkirakan (Friedel,1991) dan proses komponen yang saling berinteraksi dan kemungkinan hal tersebut untuk terjadi dapat dibentuk dalam suatu pradigma dan lebih berarti. Grassveld tinggi di Afrika Selatan Ilustrasi model state and transition diperoleh dari perbandingan sisa-sisa tumbuhan. Pertama adalah (Westoby et al., 1989) grassweld yang tinggi (baik yang kering maupun yang basah) di Afrika Selatan menunjukkan versi yang telah merata dibandindkan gambaran Transvaal hughveld pada terminologi suksesional yang disajikan dalam tabel 5.1. hal ini berdasarkan pada Tainton (1981) dan pengamatan yang dilakukan oleh B.H. walker. State I ( diagram 5.3 ) didominasi oleh rumput pernial yang besar dan kasar ( spesies increaser 1 ) State II, banyak terdapat rumput perenial yang mudah dicerna seperti Themeda Triandra,Eragrostis racemosa dan E. Capensis ( spesies decreaser ), disertai beberapa spesies increaser. State III, didominasi oleh spesies increaser 2 seperti Aristida Congesta, Microchloa caffra dan Setaria Flabellata, mempunyai subtansi lahan gundul, anual dan rumput perenial pendek. State IV, terdiri dari rerumputan besar yang tidak mudah dicerna seperti Aristida junciformis dan Elyonurus argenteus ( spesies increaser 3 ) dengan sedikit tanah yang terbuka dan beberapa decreaser serta spesies increaser 2. State V, terdiri dari penutup tanah yang kuat berupa spesies increaser 3. State VI, terdiri dari lahan terbuka dan tumbuhan tahunan Katalog transisi merupaian penggerak yang selalu bersifat spekulatif, seperti yang disajikan berikut ini : Transisi 1, ( T1 dalam bagan 5.3 ) hal ini mungkin berkaitan dengan masa istirahat yang panjang dari kegiatan penggembalaan. Kemungkinan lain state 1 merupakan suatu varian edapik dari state 2 atau mungkin satu kelompok dengan wilayah IV. Transisi 2, Toleransi Penggembalaan Transisi 3, masa istirahat yang selesai atau hampir selesai terhadap tekanan penggembalaan. Transisi 4, penggembalaan sedang hingga pemaksaan penggembalaan berat sehingga hewan ternak mengkonsumsi spesies rumput yang tidak mudah dicerna / tidak enak Transisi 5. Hipotesis (1.) Transisi tidak terjadi, ( 2. ) destocking total jangka panjang, ( 3. ) Pemilihan waktu penggembalaan yang tepat pada awal

musim hujan mempengaruhi waktu pertumbuhan spesies tumbuhan yang mudah dicerna, menandakan toleransi penggembalaan di daerah tersebut. Transisi 6. Hipotesis ( 1. ) Pada awal musim penggembalaan khususnya saat musim dimana pola curah hujan mengganggu pertumbuhan spesies yang mudah dicerna ( 2 ) penggembalaan sedang mendorong kearah konsumsi selektif terhadap spesies yang disukai ternak. Transisi 7, fase relaksasi tekanan penggembalaan ( relaksasi lebih sedikit dibanding T3 ) tapi spesies yang disukai ternak di konsumsi secara selektif. Transisi 8, Penggembalaan yang sangat berat dalam jangka pendek atau pembakaran dilakukan untuk mendukung regenerasi tumbuhan perenial yang disukai ternak. Transisi 9, seperti halnya T6, melanjutkan dominansi secara utuh dari perenial yang disukai ternak Transisi 10, Tidak ada kemungkinan, mendukung penyempurnaan oleh tumbuhan perenial yang disukai ternak, kemungkinan lait berubah sangat lamban. Transisi 11. Kelanjutan penggembalaan berat mendurong kerah musnahnya tussock, hilangnya bank benih dan erosi lahan yang menjengkelkan Transisi 12. Pembibitan ulang dan reklamasi tanah Westobey et, al., ( 1989 ) menyimpulkan 2 jalur dimana kapasitas produktivitas grassvield yang tinggi mungkin dikurangi ; ( 1 ) Over grazing turun dari state I ke state II dan dengan segera menghancurkan sumberdaya yang ada di state IV ; kemungkinan lain ( 2 ) state V mungkin saja merupakan titik akhir, resiko yang penting karena T 6 terjadi pada SR sedang dan pemulihan dari State IV lebih lamban dibanding state III. Tiga tipe dengradasi rangeland yang paling umum adalah : ( 1 ) perkeseran komposisi botani dari rumput perenial ke rumput anual dan lahan gundul yang mengarah ke erosi, ( 2 ) perubahan ke arah rumput perenial dapat diterima oleh ternak, ( 3 ) invasi atau meningkatnya tumbuhan semak. Rumput Sagebrush di wilayah Great Basin. Contoh yang kedua ( Laycock, 1991 ) mengruaikan bagian terakhir dan mengambarkan tipe padang rumput sagebrush ( yang sebagian terdiri dari Artemisia tridentata ) yang tumbuh pada 50 m ha di wilayah great basin dan area yang bersebelahan dengan USA. Pengenalan ternak ruminasisa dalam jumlah besar pada wilayah sagebrush dalam kurun waktu 19 abad terakhir menyebabkan terjadinya pergesaran kearah dominansi sagebrush dan kontribusi pengurangan rumput pruduktif yang bersejarah dan forbs. Kebakaran mengurangi sagebrush, dengan beban api yang tepat komponen herba dapat diperbaiki. Pengelompokan vegetasi ditunjukkan dalam bagan 5.4 dan berikut ini adalah katalog transisi : Transisi 1 (T1 dalam bagan 5.4 ) penggembalaan berat dilanjutkan dan curah hujan kondusif untuk penyemaian benih sagebrush. Transisi 2. Pada umumnua tidak sesuai, jalur menuju T3 dan T5 lebih umum.

Transisi 3. Kebakaran memusnahkan sagebrush, kemungkinan lainnya agen biologi seperti serangga, ungulates ( separti rusa atau domba ) menggunduli lahan dalam kurun waktu yang lama. Transisi 4. Penggembalaan berat yang tidak terkendali mengurangi daya kecambah rumput perenial Transisi 5. Penggembalaan ringan Transisi 6. Rumput anual menggantikan rumput perenial dibawah penggembalaan berat yang terus menerus. Transisi 7. Pada umumnya tidak sesuai, mau tidak mau rumput anual harus dapat beradaptasi dengan baik. Transisi 8. Sagebrush dewasa ( tua ) dihancurkan dengan kebakaran tapi sekumpulan benih telah disediakan.

I pembukaan lahan sagebrush dengan herbaperenial

T1 T2

II tertutup sagebrush yang lebat. Penggantian herba perenial understory dengan pembibitan sagebrush

T6 T7

IV tertutup sagebrush yang lebat. Anual melimpah, beberapa herba perenial dan benih sagerbrush

T12

T5

T3

T4
VI dibakar kembali, hanya anual tanpa herba perenial atau sagebrush

T9 T10

T8 T12

III baru terbakar, spesies herba perenial dan benih sagebrush

T11

V Baru terbakar, Didominasi oleh anual dengan benih sagebrush

T12 Bagan 5.4. Model Sate dan Transisi untuk Sagebrush (Artemisia tridentata) Ekosistem rumput di Great Basi, USA ( dari Laycock, 1991 )

Transisi 9. Tidak ada api sehingga benih sagebrush dapat tumbuh hingga dewasa Transisi 10. Pembakaran kembali memusnahkan benih sagebrush dan juga persediaan benih di tanah Transisi 11. Biasanya tidak dapat digunakan, memerlukan persediaan benih sagebrush Transisi 12. Pembenihan perenial yang telah beradaptasi Tumbuhan semak yang sensitif terhadap api di beberapa belahan dunia memperlihatkan suatu pola tanggapan, dan penggabungan keadaan yang mengembangkan kemampuan bartahan herba bersama-sama dengan generasi rumput selanjutnya, merupakan peluang yang diperlukan manajer untuk mengendalikan tumbuhan semak.

Saat ini banyak sekali ilmuan yang merancang model state and transisi untuk menggambarkan berbagai jenis padang rumput khususnya yang terdapat didaerah, mereka juga melakukan investigasi terhadap penggerak proses transisi ( contohnya McIvor & Scanlan, 1994 ) serta definisi titik akhir menurut pendapat mereka. Jones ( 1992 ) melaporkan pemulihan terhadap kegiatan penggembalaan pada pastura Setaria sphacelata var. Sericea, ditanami secara tumpang sari dengan tanaman legum Macroptilium atropupureum, di Stanford Quenssland ( lat. 27o, curah hujan 1100 mm / tahun ). Padang rumput perenial ini ( state 1 ) telah mengalami penggembalaan yang berlebihan pada 3 b / ha sejak tahun 1996 hingga tahun 1973 dan setalah itu 2 b / ha. Diagram 5.5...... Pembentukan hamparan di invasi Digitaria didactyla dan Axonopus affnis menjadi dominan setelah tahun 1977 dan membentuk pastura state II. Ekslosur ditempatkan di pastura pada interval 2 tahun setelah 1973 hingga 1983 dan pengukuran hasil panen selama 4 tahun berikutnya hingga tahun 1985. Bagan 5.5 menunjukkan penurunan darastis pada state I setelah tahun 1976. Padang rumput beristirahat dari pemulihan penggembalaan yang cepat mencapai 100% komposisi spesies state I pada fase awal degradasi, tapi transisi kembali ke state I menjadi semakin lamban. S. sphacelata var. Sericea hampir saja punah,akibat tidak adanya cadangan benih, sementara itu benih yang dihasilkan M. atropurpureum menurun menjadi 23 benih / m2. Pengamatan visual selanjutnya pada tahun 1985 menunjukkan tidak ada pemulihan pada state 1 dan fase transisi menjadi stabil. State II benar benar tidak dapat diubah lagi pada tahun 1983. 5.3 Dinamika Perubahan Botani Proses yang menujukkan perubahan botani dapat dipahami melalui 2 hal yang berbeda. Banyak ilmuan padang rumput memusatkan perhatian pada dampak pengembalaan hewan dan manajemen pemotongan rumput ; respon tanaman terhadap defoliasi dibahas pada bab 4, sementara itu pemilihan penggembalan dan manipulasi tekanan penggembalan dibahas pada bab 6. Faktor biotik bekerja didalam suatu sistim yang lebih luas dimana secara alami adaptasi tumbuhan terhadap kondisi lingkungan setempat mempengaruhi mereka sedangkan intervensi manajemen lainnya ( kebakaran, pemupukan, pembibitan dan herbisida ) dapat diabaikan. Dalam beberapa faktor lingkungan abiotik seperti musim keringa atau musim dingin yang abnormal kemungkinan bisa menjadi penyebab perubahan komposisi populasi tumbuhan dan sehingga dominansi spesies tertentu serta struktur vegetasi juga berubah. 5.3.1 Model Kompetisi Stress Disturbance Karakteristik adaptasi tumbuhan padang rumput pastura terhadap lingkungan telah diuji coba ( Humphrey, 1981 ) dalam terminologi daya tahan komparatif terhadap iklim, edaphik atau tekanan biotik serta kapasits tanaman untuk bertahan ( Harper, 1977 ) dengan adanya faktor lingkungan yang mempengruhi pertumbuhannya. Pemahaman tentang adaptasi lingkungan pada

padang rumput beriklim sedang, seperti di UK lebih lanjut telah dikemukakan dengn model konseptual Grime ( 1979 ) yang menambahkan gangguan tarhadap kompetisi nexus stress, dan mencirikan perilaku tumbuhan dalam fase regenerasi dan pembentukan padang rumput yang stabil. Dalam pembentukan padang rumput Grime ( 1979 ) mencirikan pola yang adaptif pada tumbuh-tumbuhan berdasarkan strategi dominansi guna keberhasilan ekologi : 1. Kompetitor, tumbuhan ini mengeksploitasi kondisi stress ringan dan gangguan ringan. Ia menggambarkan kempetisi sebagai suatu kecenderungan tumbuhan untuk menggunakan intensitas cahaya, ion mineral, molekul air atau volume tanah yang sama. Definisi ini menjelaskan secara ekslusif bahwa tanaman memanfaakan sumberdaya dan tidak termasuk kedalam mekanisme lain dimana faktor lingkungan pda tumbuhan rapat berkemungkinan sdikit lebih mudah untuk menerima kondisi tersebut. 2. Stress Tolerator, tumbuhan ini dapat bertahan hidup dengan baik pada situasi stress yang tinggi dan sedikit gangguan. Stress diartikan sebagai faktor pembatas ekstrernal yang membatasi tingkat produksi bhan kering dari seluruh atau sebagian vegetasi. Banyak ilmuan yang telah merancang sebuah konsep pertumbuhan sebagai suatu terminologi generik yang mencakup jalan keluar, pencegahan stress, dan toleransi terhadap stress yang benar-benar membebani tanaman ( Levit, 1972, Ludlow, 1980 ). Tilman ( 1988 ) mendefinisikan kompetisi dalam arti kempetisi suksesi ketika dihubungkan dengan tumbuhan yang membentuk keseimbangan sumberdaya alam yang rendah, yang berbenturan dengan konsep toleransi stres. Grace ( 1991 ) telah mengklarifikasi perbedaan pengertian ini. 3. Ruderals. Tumbuhan ini menyesuaikan diri terhadap situasi stress rendah gangguan tinggi, lahan gundul yang desebabkan oleh penghentian dari proses bididaya, pembakaran, injakan atau penyiangan, tidak berhubungan dengan kesuburan tanah, disamping kepadatan tumbuh-tumbuhan yang rendah. Grime ( 1979 ) memandang gangguan sebagai sesuatu yang terdiri dari sebuah mekanisme yang membatasi biomasa tumbuhan dengan menyebabkan kehancuran sebagian maupun total. Model kompetisi stress gangguan ( C S D atau C S R ) memberikan suatu kerangka sederhana dimana tanaman dapat ditempatkan pada gradian yang kemudian mencerminkan fungsi adaptif mereka. Bagan 5.6 memaparkan barbagai keseimbangan diantara kompetisi, stres dan gangguan terhadap kestabilan vegetasi ( Grime, 1977 ).

Sejak sebagian besar padang rumput yang terus menerus digembalakan, spesies melakukan adaptasi untuk meminimalkan bentuk-bentuk gangguan, dan sebagian besar spesies ditempatkan jauh dari puncak kulmasi diagram ( Grime, Hodgson an Hunt, 1988 ). Kombinasi utama dengan contoh herba eropa adalah sebagai berikut : 1. Ruderal yang kompetitif ( C- R ) beradaptasi terhadap stress ringan dan kompetisi yang dibatasi oleh gangguan, misalnya Hordeum murinum, Bromus sterilis dan Lolium multiflorum 2. Stress-telaran ruderals ( S-R ) dalam gangguan ringan habitat yang tidak produktif, misalnya Anemone nemorossa dan Primula veris. 3. Stres toleran kompetitor ( C-S) dalam kondisi relatif tidak terganggu seperti festuca vubra dan F. Arundinacea, dan 4. C-S-R strategis yang mana kompetisi terbatas oleh tekanan maupun gangguan, seperti Festuca avina dan Nardus stricta Grime ( 1975 ) mengidentifikasi karakteristik hubungan tumbuhan dengan setiap strategi. Contohnya, kompetitor memiliki tinggi, ketebalan kanopi dengan daun yang tersebar secara intensif, cabang yang relatif pendek dan produksi puncak daun bersamaan dengan periode produktivitas potensial maksimum. Sementara ruderal biasanya memiliki ukuran yang kecil, lebar tajuk yang terbatas dan fase prouksi daun yang singkat. Dan stress- tolerator memilik karakteristik diantara keduanya. Ruderals menginvestasikan lebih banyak sumber daya dalam proses pengungaan dan telah membangun sistim penyimpanan yang baik, sedangkan kompetitor menyumbangkan mineral dan berasimilasi kedalam struktur tumbuhan. Strategi regenerasi tumbuhan yang tercermin dalam perubahan botani dikategorikan sebagai berikut ( Grime, 1997 ) : 1. Perluasan vegetasi. Hal ini relatif beresiko rendah terhadap mortalitas keturunannya karena adanya transpor dari orang tua dan keturunannya, dan sebagian besar merupakan perenial pada habitat yang tidak terganggu. 2. Regenerasi musiman di dalam jarak tanam, peristiwa musiman pada jara vegetasi memberi kesempatan untuk kolonisasi lahan terbuka atau ruang antar vegetasi dengan benih atau sedikit vegetasi ( Picket & White, 1985 ) 3. Regenerasi dari bank benih yang kuat. Bang benih Hordeum murinum dan Lolium perennae yang temporer selalu diperbarui setiap tahun, sangat kontras dibandingkan dengan sebagian besar bank bibit Stellaria matea yang persisten, Cullluma vulgaris ( Grime, 1997 ) dan legum herba. 4. Regenerasi yang melibatkan penyebaran benih secara luas. Hal ini dihubungkan dengan subjek habitat terhadap gagguan yang tidak dapat

diramalkan ( McIvor, 1993 ) dan benih beradaptasi untuk disebarkan oleh angin ataupun air. 5. Regenerasi bang persemaian yang persistent. Pesemaian pohon dan semak sering terdapat dibawah naungan yang tertutupi oleh tempat yang teduh atau faktor kompetitif lahan lainnya sampai pohon dewasa yang mati atau gangguan menciptakan suatu kesempatan bagi tumbuhan untuk tubuh lebih cepat. Sebuah pemahaman mekna yang relatif signifikan mengenai mekanisme regeneratif khususnya situasi padang rumput ( fenner, 1992 ) dapat memandu manajemen dan juga berperan untuk mengidentifikasi kriteria yang pantas untuk program peningkatan tanaman, seperti yang telah diketahui, contohnya manajemen bank benih tanaman tahunan Medicago spp dan Trifolium subterraneum pada musim hujan atau musim kemarau ( Carter dan Porter, 1993 ). 5.3.2 Dinamika Populasi Perubahan botani didukung oleh pengertian yang mendalam dari biologi populasi ( Harper, 1977; Freysen & Woldendrop, 1978 ; Begon Harper & Townsend, 1986 ). J.L Harper secara khusus telah mempengaruhi pengembangan kosnsepdinamika pastura, sebuah disertasi utama ( 1978 ) menjelaskan bahwa kebugaran tidak tergantung pada maksimalnya fungsi psikologis tapi membiarkan lebih banyak tumbuhan untuk berkembang biak ketimbang kemampuan tumbuhan yang bertetanggaan. Pergeseran dalam dominansi tumbuhan mencerminkan perubahan kepadatan individu tanaman atau kendali dan perbedaan suksesi tanaman dalam menggantikan diri mereka sendir dan membuat incursion kedalam area yang bersebelahan. Diagram 5.7. Kerapatan kehidupan kebun, pengerahan dan kematian dalam padang penggembalaan Lolium perenne oleh domba di Little Wittenham, UK ( dari Briske & Selvertown, 1993 ). Dinamika Ladang Pada lingkungan padang rumput lunak pertumbuhan vegetativ yang jarang terjadi lebih konsisten dibanding pertumbuhan benih, karena pengambilan sumberdaya oleh kebun yang lebih muda ( Briske & Silvertown , 1993 ). Sebuah perguruan tinggi yang mempelajari padng rumput di Hurley, Uk telah memberikan pengaruh khusus dalam mengembangkan konsep grassward sebagai dinamika komunitas kebun yang mencerminkan produktivitas bersih perubahan pola integrasi sejarah hidup komponen kobun ( Langer, 1993 ); ada banyak studi mendetail tentang musim dan faktor manajem yang mempengaruhi pertumbuhan dan masa hidup kebun. Populasi kebun memperlihatkan keseragaman yang wajar dalam dinamikanya. Efek ganti rugi antara jumlah daun dan ukuran daun dan antara berat tunas dan kepadatan tunas ( seperti Cenchrus siliaris dan Panicum maximum var. Trichoglume, Humpreys & Robinson, 1966 ) menggagalkan pengaruh variasi manajemen terhadap produksi bersih. Dengan cara yang sama pengerahan kebun dapat menyeimbangkan mortalitas kebun untuk memberi stabilitas terhadap kepadatan kebun. Hal ini dicontohkan dalam bagan

5.7 yang menunjukkan kepadatan kebun yang relatif tumbuh secara konstan dalam pastura Lolium perenne yang digembalakan oleh domba di daerah Oxford, UK, mengesampingkan mortalitas lebih dari 20.000 kebun selama 2 tahun periode pengukuran. Hanya sekitar 200 persemaian yang telah telah tercatat dan menggantikan tumbuhan dari benih yang tidak berarti dalam pastura ini. Dinamika Pembenihan / Pembibitan Studi terhadap riwayat hidup individu tumbuhan mengungkapkan kepada ilmuan-ilmuan padang rumput karakter umum pendek beberapa spesies perenial, dan kebutuhan untuk mengorganisasikan manajemen yang memfasilitasi proses pembungaan dan produksi benih, penambahan cadangan bibit yang tumbuh di tanah serta keberhasilan regenerasi dan survival untuk melengkapi siklus pembungaan yang tergantung pada pemindahaan tumbuhan. Semakin panjang umur legum semak dibanding legumherba menyederhanakan manajemen yang sudah ada. Pengaruh lingkungan terhadap cara Trifola repens untuk bertahan meberikan suatu contoh yang instruktif. Saya mencatat seorang ilmuan padang rumput di UK yang menerima penghargaan atas pengamatannya terhadap peristiwa pembeniah T. repens yang langka dalam suat padang penggembalaan, sedangkan di subtropis T. Repens diperlakukan sebagai tanaman tauhuan atau perenial pendek; didekak Grafton, New South Wales ( 30 o lintang selatan ) manajemen diarahkan pada produksi benih dipenghujung musim semi dilanjutkan dengan keberhasilan regenersi, pembenihan pada februaru, maret atau april ( D.L Garden, data tidak dipublikasikan, seperti yang digambarkan pada diagram 5.8 dalam Humpreys, 1991 ). Untuk legum herba tropikal paruh baya dibawah penggembalaan dapat dirubah dari 3 bulan untuk stylosanthes hamata ( Gardener, 1982 ) ke 24 bulan untuk Desmodium intortum ( Humpreys, 1991 ). Longevity dan Inersia Perubahan botani dapat diamati dari hubungannya dengan iklim atau perubahan manajemen. Pada beberapa komunitas ada suatu laju yang kuat dalam asosiasi dan hanya kecenderungan klimatik jangka panjang yang mempunyai dampak ( Archer, 1993 ). Kestabilan vegetasi dibawah suatu kondisi bisa bertahan dalam kondisi yang berubah karena pada dasarnya tumbuhan dapat hidup dalam umur yang panjang. Atau sebagai alternatif kestabilan bank benih jangka panjang dapat disediakan sesekali tapi kesempatan yang cukup untuk penggantian tanaman. Efektifitas peristiwa tertentu dalam mengendalikan perubahan botani tergantung pada struktur usia populasi tumbuhan, yang mempengaruhi daya tahan terhadap serangan. Perubahan ini kemungkinan besar pada batasan komunitas tumbuhan, mundurnya atau meningkatnya spesies, walaupun letak satelit juga bisa menjadi sumber yang efektif bagi invasi benih ( Moody & Mack, 1989 ). Denyut Nadi Pengerahan Para ahli ekologi yang bekerja di daerah semi kerng ( Noy Meir, 1980 ) telah membantu para ilmuan padang rumput untuk memahami discontinuous

alami pada sebagian besar perubahan botani. Di dalam area yang curah hujannya tak menentu denyut nadi pengerahan tumbuhan dikendalikan oleh peristiwa yang tidak biasa. Biasanya disertai dengan penggabungan keadaan yang berbeda ; gangguan yang disebabkan oleh kebakaran atau dalam waktu bersamaan juga terjadi kekeringan yang menciptakan suatu jarak dengan tumbuhnya cadangan benih di tanah dan peristiwa perkecambahan yang baik dan dilanjutkan dengan hujan, atau akumulasi yang tidak biasa dari pembakaran herba dan kebakaran menghancurkan tanaman berkayu yang sensitif terhadp api pada saat yang bersamaan cadangan benih juga dimusnahkan. Kejadiaan ini membuat ilmuan padang rumput diarea lembab menyadari tentang peristiwa-peristiwa sporadis lainnya seperti wabah penyakit. Kondisi berawan yant tidak biasa yang mempengaruhi pengaturan benih yang mempengaruhi dominansi tumbuhan. Tiap spesies dalam suatu komunitas dibatasi oleh kombinasi sumberdaya yant berbeda ( Chaplin III et al, 1997 ) yang mana pola ketersediaan dapat menciptakan suatu mosaik yang kompleks. Hal ini merupakan sebuah kesempatan bagi pengambilan keputusan mengenai kerangka kerja manajemen padang rumput ( Danckwrts, OReagen & O Connor, 1993 ). 5.4 Penilaian Kondisi Lahan 5.4.1 Pengembangan Indeks Kondisi Penilaian terhadap range atau kondisi lahan didasarkan pada sistim wilayah yang berbeda dan dilanjutkan untuk meningkatkan arah penyimpangan. Sebagian dari definisi awal membutuhkan peninjuan kembali kedalam institusi ( kelembagaan ) budidaya khususnya ditekankan kepada sasaran untuk kembali ke klimaks. Thus, L. Ellison tahun 1951 menyatakan bahwa kondisi merupakan karakter tumbuhan penutup tanah dan tanah itu sendiri dibawah pemanfaatan oleh manusia ( Ellison, Croft & Baeley, 1951, my italics ). Dasar tepercaya dalam manajemen range telah menjadi perbandingan kondisi lokasi setempat, yang merupakan kondisi potensial. Hal ini diperkirakan melampaui interaksi komponen produksi, komposisi botani, penutup tanah dan erosi tanah serta kecenderungannya yang kemudian memberi suatu petunjuk manajemen mengenai kelayakan atau sebaliknya arus kebijakan penyediaan. Setiap tipe range mempunyai kebutuhan yang berbeda untuk penilaian degradasi ( Wilson & Tupper, 1982 ) dan skema wilayah yang berbeda dalam pemantauan kondisi range yang meningkat ( contohnya Ellison, Croft & Bayley, 1951; Roberts, 1970 ; Lendon, Lamacraft & Osmond, 1976 ; Foran, Tainton & Booysen, 1978; Foran, Bastin Shaw, 1986 ; Bastin et al, 1993 ). Burnside & Faithfull ( 1993 ) telah tertarik terhadap level yang lebih rendah pada realibilitas dan konsistensi pendapat yang dibuat oleh Pastoralist mengenai kecenderungan range, dan kebutuhan akan latihan intensif jika penilaian kondisi range lebih berarti. Suatu konsep integrasi terbaru dengan tujuan bahwa degradasi rangeland merupakan sebuah ukuran dari menurunnya kapasitas lahan untuk memproduksi pakan hijuan dari musim hujan ( Walker, 1993 ) ; hal ini membutuhkan wilayah baru untuk dikembangkan. Sebuah studi pada lahan pastura rumput tinggi di Australia ( McIvor, Ash & Cook, 1995 ) terpilih untuk menjelaskan produksi ternak yang juga akan dijelaskan pada bab selanjutnya. Indeks kondisi produk vegetasi dan komponen tanah :

1. Vegetasi, terdiri dari : ( i ) komposisi spesies, yang digolongkan menjadi legum dan rumput perenial ( kecuali Aristida spp ), sedikit rumput anual dan tidak ada spesias lainnya ( termasuk gulma ) ; ( ii ) kapasitas produksi, berdasarkan persamaan linear menggunakan area dasar sebagai variabel. 2. Tanah. Komponen tanah adalah jumlah dari ( i ) Pengembangan lapisan atas yang keras dipertimbangkan sebagai nol dengan permukaan yang dilapisi dengan tanah liat yang tersebar, karena tingkat perembesan air berkurang. ( ii ) Mikrorelief permukaan tanah, permukaan yang keras menyebabkan penyimpanan air lebih baik. ( iii ) litter dan cryptogram, ( iv ) Ciri-ciri erosi, termasuk kehadiran sungai kecil, tumpuan dibawah tumbuhan rumput, pergerakan lahan yang mudah terlihat, dan tahapan erosi. Sepuluh lokasi eksperimen yang mencakup alur kondisi wilayah Australia Utara. Indeks kondisi pada umumnya berhubungan dengan kimia tanah dan atribut fisik. Hasil ralatif telah diukur dengan menunjuk alur hasil hingga ke hasil maksimum ( = 100 ) di tiap lokasi, dan hubungan linear signifikan antara hasil relatif dan indeks kondisi yang terjadi di semua lokasi. Sebagian besar rumput perenial sangat berlimpah dan rumput anual lebih sedikit pada kondisi plot yang baik, seperti yang digambarkan pada tabel 5.2. Indeks kondisi yang dikembangkan oleh McIvor et.al., ( 1995 ) benarbenar berhasil dalam mengintegrasikan vegetasi dan komponen tanah untuk memperkirakan pertumbuhan herba. Bagaimanapun juga dimasa mendatang hasil panen, pengambilan contoh total herba yang respek terhadap kosentrasi nutrisi, pengambilan nutrisi dan daya cerna memberi persepsi yang berbeda ( Ash & McIvor, 1995 ). Pemanfaatan N dan P serta kosentrasi P berkurang seiring merosotnya kondisi lahan. Kemunduran sebenarnya untuk kosentrasi dan daya cerna N. Indikator mutu pakan hewan ini ditingkatkan secara signifikan pada semua lokasi seiring merosotnya kondisi lahan. Hal ini mungkin lebih sederhana pada penguraian N dimana terjadi produksi herba terbaik, dan untuk memperoleh pertumbuhan pad plot berkondisi lemah berarah pada pada akumulasi sellulosa, hemisellulosa dan lignin yang lebih sedikit ; meskipun demikian penemuan ini mempersulit penggunaan indeks kondisi untuk pengambilan keputusan dalam manajemen. 5.4.2 Produksi Ternak dan Produksi Lahan Kelangkaan percobaan untuk menghubungkan produksi dan lahan atau kondisi range menghasilkan suatu kelemahan besar dalam riset padang rumput ; ilmuan sering mengasumsikan suatu hubungan antara output ternak, produksi bahan kering dan permukaan tanah atau bersandar pada persepsi intuitif. Seperti disebutkan sebelumnya, merupakan sebuah keberungtungan bahwa klimaks rumput perenial sepertinya mencerminkan potensi tertinggi bi produksi ternak di mid-west Amerika Utara dimana teori suksesional dikembagkan. Jumlah studi yang terbatas di daerah lain menciptakan hasiil yang tak terduga. Yang menempatkan konsep konvensional teradap kondisi range dibawah tantangan besar.

Heritikal selanjutya R.L Davidson ( 1964 ) menganggap rangkaian lengkah awal pada transvaal highveld, Afrika Selatan didominasi oleh Eragotis Curvula dan Cynodon Dactylon, yang lebih prdoduktif,lebih responsif terhadap pemupukan N dan sedikit peka terhadap erosi daripada padang rumput klimaks, yang didominasi oleh sekolompok rumput tunggi trachypogon sicatus, Elyonurus argenteus dan Tristachya hispida. Di Frankenwald ( 26 o lintang selatan, curah hujan 750 mm / th, ketinggian 1500 mm ) Dillard ( 1966 ) menunjukkan bahwa LWG lebih besa 2 % pada padang rumput seral dibanding padang rumput klimaks. Rata rata persentase N herba berturut-turut 1,55 dan 1,23. Bagaimanapun dalam studi yang berbeda pada komposisi botani telah ditemukan dengan sejarah awal yang berbeda pada pnenggunaan pupuk, walaupun perubahan serupa pada komposisi botani belehh jadi dipengaruhi oleh SR. Seorang pemburu berkebangsaan afrika ( Harrington & Pratchett, 1974 ) melakukan eksperimen SR i Ankole, Uganda ( curah hujan 890 mm / th ) paa padang rumput alami yang didominasi oleh Themeda triandra, Hyparrhenia filipendula, Digitaria maitladii dan Brchiaria decumbens, menandai pergeseran kompisi botani yang terjadi lebih dari 4 tahun. Pertumbuhan sapi menurun dengan meningkatnya SR, tapi ada hal yang menarik pada permulaan kebiasaan dai linearitas yang diharpakan antara LWG dan SR ( Jones & Sandland, 1974 ) SR tertinggi 1,7 b / ha menghasilkan LWG lebih tinggi dari yang diharapkan dan penulis mengaggap hal ini sebagai knten terbaik dalam perlakuan pada tanaman asli B. Decumbens, yang memperlihatkan kandungan protein tertinggi ( Harington & Pratchell, 1974 ). Performan pedet secara terus menerus pada suatu tingkat toleransi pemanfaatan, yang memperlihatkan potensi bagi LWG individu sejak kesempaan maksimum bagi seleksi pakan diterapkan. Dan secara berkala SR disesuaikan untuk memberi tingkat pemanfaatan yang sama, telah dipelajari pada padang rumput alami dimana kondisinya telah dipilih dari riwayat penggembalaan yang berbeda ( Ash et, al 1986 ). Studi ini telah dilaksanakan di savana tropik didekat Charters Towers, queensland ( 19o lintang selatan, curah hujan 535 mm / th, ketinggian 300 m ) ; hasil yang sama diperoleh di Katherine, wilayah utara dan data dari lokasi terdahulu diringkas disini. Komposisi botani pada area yang sebelumnya digembalakn ringan ( stete I ) atau berat ( state II ) ( tabel 5.2 ) telah digolongkan menurut penurunan kandungan rumput perenial atau peningkatannya dengan penggembalaan, rumput anual, legum asli dan semak. Kedua daerah tersebut menunjukkan penutup tanah yang sama pada awal eksperimen, yang telah dibatasi untuk 2 tahun sehingga hasilnya akan mencerminkan prodiktifitas saat ini dari kedua wilayah tersebut. Perlakuan penggembalaan terus selama 1 tahun pada 0,4 b h diperkirakan dapat memberi manfaat 5 dan 9 % pada state 1 dan state 2. Setahun awal produksi bahan kering adalah 3.540 dan 2.060 kg / ha pada kedu wilayah tersebut. Disamping itu SRs untuk awal dan akhir musim hujan serta awal dan akhir musim kering telah disesuaikan untuk memberi level pemanfaatan yang proporsional rendah ( 20 % ), medium ( 35 % ) dan tinggi ( 59 % ). LWG sapi muda ( Diagram 5.8a ) pada dasarnya terrbaik pada degradasi padang rumput state II dibawah penggembalaan yang terus menerus

dan pada pemanfaatan level rendah ; perbedaan ini sangat besar pada awal musim hujan dan rendah pada akhir musim kering. Penaksaan SRs pada aktual musiman lebih dibutuhkan untuk menginkatkan hasil pada state I dari pada state II ( diagram 5.8b ). Pada kedua state ada suatu hubungan linear negatif yang penting antara LWG dan SR, tapi intercep dan slope pada garis regresi berbeda, menandakan LWG superior state II yaitu pada SR rendah, capaian performannya rendah pada SR tinggi, dan stabilitas produksi terbaik pada state I lebih dari range SRs. Tabel 5.2....

Perbedaan musiman pada LWG berpengaruh baik pada persentasi daun hijau yang dapat dimanfaatkan, tapi persentase hijuan yang sama pada LWG terbaik di state II dibandingkan state I. Kosentrasi N dalam pakan hijuan dan fses secara signifikan besar pada state II di bandingkan state I pada awal musim hujan, tapi kosentrasi P, yang juga berkurang dengan berlalunya musim pada kedua daerah tersebut tidakk berbeda. Proporsi relatif spesies spesies C3 dan C4 dalam pakan ditentukan dari analisis 13C dalam feses, menunjukkan besarnya kandungan zat makanan dalam spesies C3 pada akhir musim hujan ; kandungan zat makanan dalam spesies C3 pada state II 8 20 % lebih besar dibanding padang rumput state I.

Diagram 5.8....

Studi yang mungkin berkembang ini menandai adanya kebutuhan untuk menilai efek perubahan komposisi botani dalam kaitannya dengan tenggapan ternak, dan pentingnya penggunaan SR dalam penilian. Kemunduran pada lokasi saat penambahan rumput perenial, rumput anual dan secara kebetulan pada legum asli dan semak, mendorong kearah kulitas pakan terbaik bagi ternak gembala dan mencerminkan suatu keseragaman dalam ekosistim dimana ketersediaan padang rumput menurun dibawah SR yang tinggi telah diganti oleh kualitas pastura yang lebih tinggi, kecuali suply hijuan disediakan dikandang. Study telah diperumit oleh invasi dari pengenalan rumput yang telah dinaturalisasikan di australia utara dan merupakan penutup tanah yang baik dibawah penggembalaan berat. Hasil ini dapat dibandingkan dengan studi warga australia lainnya. Perubahan dalam komposisi botani dari semak Chenopod Shrubland ke pastura rumput anual mempunyai efek kecil terhadap produksi ternak ( Wilson dan Leigh, 1967 ; Graetz, 1986 ). Jika padang rumput perenial diganti oleh padang rumput anual di Central Western New South Wales sebagai akibat dari penggembalaan berat, mengutungkan pertumbuhan wol dan berat badan domba, sejak tumbuhan anual beradaptasi dengan baik untuk merespon musim hujan ( Robards, Minhaik & Picther, 1978 ). Penemuan ini diperkuat oleh sebuah study mengenai SR di Natal ( Hatch & Tainton, 1993) dimana pertumbuhan sapi jauh lebih baik di kawasan dengan komposisi spesies yang

sedikit dari pada wilayah yang komposisi spesies yang melimpah, serta skor kondisi range pada tiap wilayah tidak signifikan mempengaruhi net return. Hubungan antara kondisi range dan produksi ternak sangat perlu dikembangkan dalam segi terminologi kuantitatif dengan demikian para manajer lahan dapat menilai resiko yang ditimbulkan dalam intensifikasi SR, yang juga mengenai pengurangan kapasitas mereka untuk Varias SR musiman dan antar tahun. Situasi yang diuraikan diatas tak dipungkiri berbeda dari kondisi ekologi yang mengarah ke invasi spesies ruput berkayu atau rumput yang tidak disukai ternak.

5.5 Kesimpulan Banyak ilmuan range land yang telah kehilangan kepercayaan terhadap manfaat universal suksesi clementsian, mencari ketentuan baru dan mereka peka terhadap the wind of scintific fashion . Sebagian akhir dari bab ini menunjukkan bahwa kepastian tersebut saat ini tidak tersedia, tapi kerangka konsep yang luas ada dalam tiap pencarian paradigma yang baik tentang kelanjutan dinamika padang rumput dan secepatnya mengarah pada pengembangan sistim decision-suppport untuk manajemen padang rumput. 1. Kebutuhan pertama adalah pemahaman proses yang mengendalikan perubahan pada komunitas padang rumput dan yang muncul dari studi ekophsycologi yang kaku yang membutuhkan penyimpangan autecologikal. Hal ini dapat diarahkan terutama untuk melukiskan gerbang perubahan ( Friedel, 1991 ). Jika model state-dan-transisi menjadi pragmatis ; sehubungan dengan hal ini keinginan untuk mengidentifikasi fungsi berbagai golongan tumbuhan ( walker, 1993 ) didefinisikan dalam kaitannya dengan nilai gizi, phenologi pertumbuhan musiman dan respon terhadap musim kering dan tekanan penggembalaan. Pengidentifikasian kelompok tumbuhan ini dihubungkan untuk menggambarkan potensi kawasan dan sumber daya tertentu : kemajuan besar telah dibuat selama satelit digunakan untuk mengukur komunitas rangeland ( Pickup, 1989 ; Tsuiki, Takahasi & Oku, 1993 ). 2. Sebuah tema yang dibahas kembali dalam literatur rangeland dibutuhkan untuk mendukung penggunaan sumberdaya. Suatu pengenalan berbagai vegetasi pada banyak wilayah melebarkan ruang lingkup bagi pelaksanaan manajemen yang responsif terhadap gejala biotikd an tidak terikat pada legenda mengindari kebakaran atau nilai SR. Hal ini berkaitan dengan manajemen padang rumput yang diinvasi oleh spesies berkayu. Para manajer melakukan pencarian SR yang aman ( tapi barangkali variabel ) bagi kelestarian sumberdaya vegetasi, menggunkan faktor pertumbuhan lingkungan secara efektif, menjaga humus pada tanah dan menyediakan stok bakan ternak secara berkesinambungan bagi ternak gembala. Pendekatan Scanlan et al (1994 ) dalam mengkombinasikan faktor produksi padang rumput dengan hijuan menuntut suatu model, sebagaimana dibahas pada bab 6, memerlukan pengembangan diwilayah lain. 3. Penelitian terhadap jenis ini lebih efektif jika diselenggarakan kerjasama dengan pemilik lahan yang berbagi dengan peneliti di institusi pemerintahan beberapa negara mendanai penelitian dan memberikan orientasi institusi

yang memindahkan tujuan dan persepsi pemilik lahan yang hidup dari hasil padang rumput. Munculnya output yang merumuskan fungsi kesejahteraan yang berdasarkan pada keuntungan bersih ekonomi jangka panjang ( walker, 1993 ) dan yang meliputi komponen ekonimic return dengan potongan nilai produksi potensial sumberdaya vegetasi dan hewan gembala, dimaksimalkan untuk jangka panjang. Dengan penuh harapan fungsi ini dapat menjediakan sistem dukungan yang memastikan survival peternak dan ternak itu sendiri, yang didukung oleh daya pegas padang rumput.

You might also like