You are on page 1of 6

Perbandingan Hukum

A. Sejarah Perkembangan Perbandingan Hukum sebagai ilmu merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan yang relatif masih sangat muda, karena baru tumbuh secara pesat pada akhir abad XIX atau awal abad XX. Sebelum itu memang sudah dilakukan usaha-usaha untuk memperbandingkan beberapa sistem hukum satu sama lainnya, akan tetapi waktu itu belumlah dilakukan penelitian secara signifikan dan sistematis dengan maksud mencapai suatu tujuan tertentu. Sama halnya penelitian secara terencana belum dilakukan, kerena segala sesuatunya masih berjalan secara insidentil. Rene David mengemukakan bahwa perkembangan Perbandingan Hukum merupakan ilmu yang sama tuanya dengan ilmu hukum itu sendiri. Namun dalam perkembangannya, Perbandingan Hukum sebagai ilmu pengetahuan baru terjadi pada abad-abad terakhir ini. Demikian pula menurut Adolf F. Schnitzer, bahwa baru pada abad ke-19 Perbandingan Hukum itu berkembang sebagai cabang khusus dari disiplin ilmu hukum. Usaha perumusan Rancangan Undang-Undang Duabelas Meja (Law of the Twelve Tables) yang dilakukan kemudian berdasarkan tradisi, dapat dikatakan merupakan hasil dari suatu penelitian secara perbandingan, demikian juga halnya dengan usaha merumuskan asas-asas hukum pokok yang bersifat umum berdasarkan hukum kebiasaan di Perancis serta Deutsche Privatrecht di Jerman. Akan tetapi usaha-usaha penelitian tersebut juga belum dilaksanakan secara berencana, sistematis, dan berkesinambungan. Perkembangannya sebagai ilmu pengetahuan baru tampak jelas pada akhir abad XIX dan permulaan abad XX tersebut. Perkembangan pada abad ke -19 itu terutama terjadi di Eropa, khususnya Jerman, Perancis, dan Inggris, serta di Amerika. Awalnya bersifat perseorangan saja yang berminat terhadap studi Perbandingan Hukum. Seperti dilakukan oleh Montesquieu (Perancis), Mansfield (Inggris), dan Von Feuerbach, Thibaut, dan Gans (Jerman). Kemudian berkembang dalam bentuk kelembagaan, seperti halnya di Perancis; pada tahun 1832 berdiri Institut Perbandingan Hukum di College de France; dan tahun 1842 Institut Perbandingan Hukum di University of Paris. Di Inggris, pada tahun 1846, sebuah panitia pendidikan hukum (di bawah pengawasan House of Common) mengajukan rekomendasi agar perguruan-perguruan tinggi di Inggris dibentuk tentang Perbandingan Hukum. Usul ini berhubungan erat dengan kerajaan Inggris yang menghadapi berbagai sistem hukum asing di negaranegara jajahan (misal, hukum Hindu di India). Usul tersebut baru terwujud pada tahun 1869 dengan terbentuknya badan/lembaga Historikal and Comparative Jurisprudence di Oxford dengan ketuanya Sir Henri Maine. Menurut Gutteridge, Bapak (pelopor) dari Comparative Law ialah Montesquieu, karena dialah yang pertama kali menyadari bahwa the rule of law tidak boleh dipandang sebagai sesuatu yang abstrak, tetapi harus

dipandang sebagai suatu latar belakang historis dari lingkungan dimana hukum itu berfungsi. Perbandingan Hukum berkembang sangat pesat pada permulaan abad ke-20. Hal ini tidak terlepas dari Perkembangan dunia pada abad ke-19 dan permulaan abad ke-20. Konferensi-konferensi internasional pada waktu itu terjadi di Den Haag mengenai hukum internasional yang menghasilkan traktat-traktat di lapangan transport kereta api, pos, hak cipta, hak milik industri, dan sebagainya. Pekerjaan-pekerjaan itu dimungkinkan dan dipersiapkan oleh studi Perbandingan Hukum. Oleh karena itu studi ini dianggap demikian penting sehingga ditarik kesimpulan, bahwa Perbandingan Hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri. Berhubungan dengan hal ini Rene David menyatakan, bahwa pada saat ini studi mengenai Perbandingan Hukum telah diakui sebagai bagian yang sangat penting dari ilmu hukum dan pendidikan hukum (today comparative law studies are admitted to be a necessary part of any legal science and training). Perkembangan Perbandingan Hukum sebagai ilmu disebabkan karena tumbuhnya suatu kebutuhan di kalangan para sarjana hukum pada waktu itu untuk kembali kepada prinsip universalisme yang inhaerent selalu melekat pada semua cabang ilmu pengetahuan termasuk ilmu pengetahuan hukum setelah mengalami masa ketika prinsip nasionalisme menguasai alam pikiran manusia. Pada saat itu di Perancis dua macam gagasan menguasai alam pikiran manusia yaitu gagasan kodifikasi dan gagasan universalisme. Kodifikasi adalah usaha menghimpun semua hukum dalam suatu bidang hukum tertentu di dalam sebuah kitab undang-undang yang tersusun secara sistematis serta lengkap. Dengan demikian di luar kitab undang-undang tidak ada hukum karena hukum adalah identik dengan undang-undang. Sebuah contoh, yaitu kodifikasi Napoleon yang merupakan penjelmaan gagasan kodifikasi yang ketika itu dianggap sebagai model untuk ditiru oleh negaranegara lain sebagai akibat adanya gagasan universalisme yang menghendaki diberlakukannya nilai-nilai yang bersifat universal dimanapun di dunia ini. Karena pengaruh dari kodifikasi tersebut, maka sebagian besar bangsabangsa di Eropa dan Amerika Latin berusaha membuat kodifikasi yang dapat menguasai kehidupan, mereka sendiri berpedoman pada kodifikasi Perancis tersebut. Namun dalam beberapa hal jika dianggap perlu maka akan dilakukan penyimpangan. Untuk merealisasikan hal tersebut, maka dilakukan suatu penelitian dengan jalan memperbandingkan, tetapi dengan terbatas pada penelitian perundang-undangan saja karena hukum masih diidentikkan dengan undang-undang sehingga yang dipelajari juga masih terbatas pada kodifikasi baru dari negara-negara tertentu. Setelah Perang Dunia 1, gagasan universalisme mendapat angin segar. Negara-negara yang menang dalam Perang Dunia 1 merasa perlu menyatukan hukumnya. Pada tahun 1929 mereka berhasil mewujudkan rencana hukum perjanjian perdata yang bersifat internasional. Selanjutnya Perbandingan Hukum berkembang pesat dengan terbentuknya Volkenbond (semacam PBB) di Paris yang bertugas mengusahakan unifikasi di bidang hukum perdata. Skop penelitian pun diperluas, semula obyek penelitian terbatas pada daratan Eropa saja, maka kemudian Perbandingan Hukum

berkembang dan mencakup sistem hukum Anglo Saxon, dan akhirnya menjelma menjadi bentuk baru, yaitu menjadi suatu studi hukum dalam bentuk spesialisasi dan bersifat otonom. Dalam perkembangannya sekarang, Perbandingan Hukum tidak mempunyai obyek tersendiri. Akan tetapi mempelajari hubungan-hubungan sosial yang telah menjadi obyek studi dari cabang-cabang hukum yang telah ada. Jadi lebih merupakan suatu metode keilmuan atau penelitian dalam memahami obyek ilmu hukum. B. Pengertian Perbandingan Hukum Banyak istilah asing yang menyatakan mengenai Perbandingan Hukum ini, diantaranya adalah Comparative Law, Comparative Jurisprudence, Foreign Law (istilah Inggris), Droit Compare (istilah Perancis), Rechtsvergelijking (istilah Belanda) dan Rechtsvergleichung atau Vergleichende Rechlehre (istilah Jerman). Di dalam Blacks Law Dictionary dikemukakan bahwa Comparative Jurisprudence adalah suatu studi mengenai prinsip-prinsip ilmu hukum dengan melakukan perbandingan berbagai macam sistem hukum. Menurut H.C Gutteridge dalam hubungannya dengan Comparative Law, pada hakikatnya Perbandingan Hukum merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan jalan membanding-bandingkan sistem hukum yang satu dengan yang lain. Sebagai metode penelitian, maka Perbandingan Hukum dapat dijalankan disemua bidang hukum, yaitu baik di bidang Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang maupun Hukum Tata Negara dan lain-lain, bahkan dipergunakan di bidang ilmu ekonomi, ilmu-ilmu eksakta ataupun di bidang teknik. Maka tepatlah digunakan istilah Perbandingan Hukum dan bukan istilah Hukum Perbandingan. Oleh karena itu, Perbandingan Hukum tidak sama artinya dengan Hukum Perbandingan, karena Perbandingan Hukum bermaksud mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan melalui proses membanding-bandingkan. Adapun yang terpenting adalah bagaimana caranya Perbandingan Hukum dapat dilaksanakan dan dimanfaatkan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan. Karena itulah, Perbandingan Hukum sebagai ilmu pengetahuan, di samping meneliti ada atau tidaknya persamaan atau perbedaan juga menyelidiki sebab-sebab yang menjadi latar belakang (background) persamaan-persamaan atau perbedaan-perbedaan tersebut. C. Macam-macam Perbandingan Hukum Perbandinga Hukum dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu Perbandingan Hukum Umum dan Perbandingan Hukum Khusus. 1. Perbandingan Hukum Umum Perbandingan Hukum Umum merupakan suatu ilmu pengetahuan yang membandingkan hukum secara keseluruhan dari berbagai negara atau daerah atau golongan warga negara dari suatu zaman tertentu. Misalnya, membandingkan hukum Indonesia dengan hukum Myanmar, atau hukum Malaysia dengan hukum Philipina dari abad XX.

2. Perbandingan Hukum Khusus Perbandingan Hukum Khusus adalah ilmu pengetahuan yang membandingkan lembaga-lembaga hukum dari berbagai negara, daerah atau golongan warga negara dari suatu zaman tertentu. Misalnya, membandingkan lembaga perkawinan versi Burgerlijk Wetboek (BW) dengan lembaga perkawinan menurut hukum adat dari abad XX. Di dalam bukunya Perbandingan Hukum Perdata, R. Soeroso mengatakan jika bertitik pada Perbandingan Hukum yang dapat membandingkan banyak cabang ilmu hukum untuk mengetahui perbedaan dan persamaannya, maka akan timbul bermacam-macam Perbandingan Hukum, seperti: 1. Perbandingan Hukum Perdata; 2. Perbandingan Hukum Pidana; 3. Perbandingan Hukum Tata Negara; 4. Perbandingan Hukum Tata Usaha Negara; 5. Perbandingan Hukum yang berlaku dalam satu wilayah/negara yang mempunyai sistem hukum yang beraneka ragam (plural). D. Posisi Perbandingan Hukum Di Antara Ilmu Pengetahuan Lainnya 1. Para pakar hukum, seperti halnya Prof. Kusumadi Pudjosewojo, Prof. Mr. Van Apeldoorn, Bellefroid, dan DR. E. Utrecht, dapat disimpulkan bahwa Perbandingan Hukum berada di tengah-tengah ilmu hukum lainnya. Mereka meninjaunya dari segi disiplin hukum yang meliputi Ilmu Hukum, Politik Hukum, dan Filsafat Hukum. Sedangkan di dalam Ilmu Hukum termasuk Perbandingan Hukum (Ilmu Hukum sebagai ilmu kenyataan). 2. DR. Soerjono Soekanto membuat sebuah sistematika yang menunjukkan bahwa Perbandingan Hukum itu berada bersama-sama dengan cabang Ilmu Hukum lainnya. Sistematika tersebut adalah: a. Ilmu Hukum, meliputi: a) Ilmu tentang kaidah b) Ilmu pengetahuan hukum dalam arti ilmu pengertian hukum, meliputi: Subyek hukum Obyek hukum Hak dan kewajiban Peristiwa hukum Hubungan hukum

c) Ilmu Hukum sebagai ilmu kenyataan yang menyoroti hukum sebagai perangkat sikap tindak dan perilaku yang meliputi:

Sosiologi Hukum, yakni suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analistis dan empiris mempelajari hukum sebagai tindak balik antara hukum dengan gejala sosial. Antroplogi Hukum, terutama mempelajari pola-pola sengketa dan penyelesaiannya pada masyarakat dahulu maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modernisasi. Psikologi Hukum, yang memperbandingkan sistem-sistem hukum yang yang berlaku di dalam satu atau berbagai masyarakat. Sejarah Hukum, mempelajari Perkembangan dan asal usul dari pada sistem hukum dalam satu atau berbagai masyarakat. b. Politik Hukum, mencakup kegiatan memilih nilai-nilai dan menerapkan nilai-nilai tersebut. c. Filsafat Hukum, mencakup kegiatan: a) Perencanaan nilai-nilai. b) Perumusan nilai-nilai. c) Penyerasian nilai-nilai bersitegang. yang berpasangan tetapi kadang-kadang

Dari sistematika di atas dapat disimpulkan bahwa Perbandingan Hukum merupakan bagian daripada ilmu pengetahuan hukum, sehingga Perbandingan Hukum berada di tengah-tengah atau sejajar dengan cabang-cabang Ilmu Hukum yang lain. E. Hubungan antara Perbandingan Hukum, Perbandingan Hukum Perdata dan Perbandingan Hukum Internasional Prof. DR. Muchtar Kusuma Atmadja, SH. LLM, mengemukakan bahwa Hukum Perdata Internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan arus-arus hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas-batas negara atau dengan perkataan lain sebagai suatu hukum yang mengatur hukum perdata antara pelaku-pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada Hukum Perdata Nasional yang berlainan. Menurut Prof. Mr. DR. Gow Giok Siong, bahwa hukum Perdata Internasional bukan Hukum Internasional, melainkan Hukum Nasional. Hukum Perdata Internasional tidak bersumber pada Hukum Internasional, tetapi pada Hukum Nasional. Tidak ada Hukum Perdata Internasional yang berlaku bagi semua negara, yang ada hanya Hukum Perdata Internasional dari masing-masing negara (Hukum Nasional). Misalnya, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Hukum Perdata Internasional Inggris, Hukum Perdata Internasional Belanda, dan sebagainya. Utrecht menanggapi persoalan tentang Hukum Perdata Internasional itu Hukum Nasional ataukah Hukum Internasional, bahwa Hukum Perdata Internasional itu adalah Hukum Nasional, meskipun yang diselesaikan adalah suatu perselisihan Internasional. Mengenai hubungan antara Hukum Perdata Internasional dengan Perbandingan Hukum, Prof. Mr. DR. Gow Giok Siong mengatakan bahwa

antara keduanya terdapat hubungan tertentu yang penting. Hukum Perdata Internasional hanya dapat bekerja dengan baik jika disertai dan dibantu oleh Perbandingan Hukum. Raape juga berpendapat senada, yaitu tanpa Perbandingan Hukum, Hukum Perdata Internasional adalah kosong dan buta (leer and blind). Mempelajari Hukum Perdata Internasional tanpa memperhatikan Perbandingan Hukum adalah seolah-olah bekerja dalam suatu Luftleeren Raume atau ruangan kosong. Meskipun antara Hukum Perdata Internasional dengan Perbandingan Hukum mempunyai hubungan yang sangat erat, tetapi terdapat perbedaan yang cukup mendasar diantara keduanya, yaitu: 1. Hukum Perdata Internasional hanya berkenaan dengan hal-hal hukum perdata dan dari hukum perdatapun Hukum Perdata Internasional hanya memperhatikan bagian yang memperlihatkan unsur-unsur asing. Sedangkan Perbandingan Hukum, pembahasannya meliputi setiap bidang hukum, baik Hukum Publik maupun Hukum Perdata, hukum Nasional maupun Hukum Internasional dari pada negara-negara yang bersangkutan, semua dapat dijadikan bahan perbandingan. 2. Perbandingan Hukum tidak mempunyai tugas untuk memilih yang harus diberlakukan (Choice of Law) seperti Hukum Perdata Internasional. F. Ruang Lingkup Perbandingan Hukum Perdata 1. Pengertian dasar daripada Perbandingan Hukum Perdata mencakup segala segi Perbandingan Hukum Perdata, misalnya: a. Pengertian Perbandingan Hukum b. Tujuan Perbandingan Hukum c. Dan lain sebagainya. 2. Perbandingan Hukum Perdata secara umum membandingkan sistemsistem hukum berbagai negara, misalnya antara sistem hukum Eropa Daratan dengan Inggris/Anglo Saxon. 3. Perbandingan Hukum Perdata khusus membandingakan lembagalembaga hukum negara yang satu dengan hukum negara yang lain atau di dalam suatu negara, misalnya antara lembaga hukum perkawinan Inggris dengan Jerman, atau lembaga perkawinan adat Bali dengan adat Minang. yang

You might also like