You are on page 1of 23

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dalam upaya perluasan dan pemerataan pelayanan pendidikan yang bermutu dan relevan dengan dinamika kebutuhan masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal (Ditjen PNFI) menetapkan kebijakan pembangunan dan merencanakan program yang diharapkan mampu memberikan jawaban dalam pemecahan berbagai permasalahan bangsa khususnya di bidang pendidikan nonformal dan informal dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia Indonesia. Program PNFI diharapkan dapat memberikan kesempatan belajar yang lebih luas, terbuka, dan bermutu bagi masyarakat yang memilih PNFI sebagai pendidikan alternatif dan/atau mereka yang belum mendapatkan layanan kebutuhan pendidikan melalui jalur pendidikan formal. Hal ini sesuai dengan visi Ditjen PNFI yakni: terwujudnya manusia pembelajar sepanjang hayat.

Guna mewujudkan visi di atas, pendidikan nonformal dan informal mempunyai misi untuk memberikan layanan pendidikan nonformal dan informal yang merata, bermutu, dan menjangkau sasaran yang tak terlayani melalui penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, pendidikan kesetaraan, pendidikan masyarakat, pendidikan keterampilan, kursus dan pelatihan, pendidikan kecakapan hidup dan pendidikan pemberdayaan perempuan. Untuk mewujudkan misi tersebut, telah disiapkan berbagai program pembelajaran yang lebih fungsional dan kontekstual sehingga dapat langsung dirasakan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, penyelenggaraan program PNFI bersifat luwes dalam hal penyediaan tempat, waktu, dan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang dilayani baik tingkat usia, tingkat pendidikan, kondisi sosial-ekonomi dan lingkungan hidup warga belajar.

Kebijakan pemerintah dalam upaya memberikan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat seiring dengan kesepakatan internasional. Indonesia berperan serta dalam penandatanganan konvensi internasional yakni Convention on Elimination of Discrimination Against Women (CEDAW) tahun 1989, konvensi Hak-Hak Anak tahun 1989, deklarasi Education for All/Pendidikan Untuk Semua (PUS) di Dakar tahun
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

2000, deklarasi Millenium Development Goal (MDGs) tahun 2000. Deklarasi ini pada intinya adalah kewajiban negara untuk memenuhi hak-hak warga negara secara universal tanpa diskriminasi di bidang pendidikan.

Berbagai kebijakan dan program pendidikan nonformal dan informal telah disiapkan untuk memberikan pelayanan pendidikan bagi penduduk marginal dan

penyelenggaraannya sangat terkait dengan partisipasi Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota serta partisipasi aktif dari seluruh pihak yang berkepentingan di sektor pendidikan. Lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, oganisasi sosial kemasyarakatan dan keagamaan, organisasi perempuan, lembaga kursus dan pelatihan, lembaga pengembangan masyarakat, lembaga pengabdian bagi masyarakat pada perguruan tinggi, serta satuan-satuan pendidikan nonformal dan informal seperti kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, pusat PAUD dan/atau satuan pendidikan sejenis termasuk pelaksana teknis daerah seperti sanggar kegiatan belajar dan balai pengembangan kegiatan belajar, berpartisipasi aktif dalam menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan nonformal dan informal. Lembaga-lembaga tersebut baik yang dikelola oleh masyarakat maupun oleh pemerintah merupakan unit terdepan untuk memberikan pelayanan dan menyelenggarakan pendidikan nonformal dan informal bagi masyarakat yang kurang beruntung.

Guna mengatur lebih lanjut tentang penyelenggaraan program pendidikan nonformal dan informal tahun 2010 maka perlu diterbitkan Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal. Adanya pedoman ini, diharapkan dapat menjadi payung dan acuan bagi petunjuk teknis yang mempedomani berbagai aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian program di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal pada satuan kerja di pusat, provinsi, dan kabupaten/kota sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien serta memenuhi prinsip-prinsip tatakelola kepemerintahan yang baik, transparan, dan akuntabel.

B. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. 2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

3. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. 4. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga. 7. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). 8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas Pokok, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagai mana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2008. 9. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun Percepatan dan Pemberantasan Buta Aksara. 10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara. 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal. 12. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengambangan Pendidikan Nonformal dan Informal. 13. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 7 Tahun 2009, tentang Pedoman Pemberian Bantuan Pendidikan Nonformal dan Informal. 14. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-66/PB/2005 tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran atas beban APBN.

C. Pengertian Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal menggunakan beberapa istilah dalam penyelenggaraan program PNFI sebagai berikut: 1. Satuan kerja adalah Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat di lingkungan Ditjen PNFI, Pusat Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (P2PNFI), Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal (BP-PNFI) di
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

lingkungan Direktorat Jenderal PNFI, dinas pendidikan provinsi, dan dinas pendidikan kabupaten/kota pengelola Tugas Pembantuan . 2. Lembaga pendidikan nonformal dan informal adalah Unit Pelaksana Teknis Daerah di bidang pengembangan dan/atau pelaksana program pendidikan nonformal dan informal, meliputi: Balai Pengembangan Kegiatan Belajar (BPKB) atau sebutan lain, dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) atau sebutan lain. 3. Lembaga/Organisasi mitra penyelenggara pendidikan nonformal dan informal adalah lembaga/organisasi penyelenggara pnfi atau lembaga/organisasi yang memiliki sumberdaya untuk dilibatkan dalam pengelolaan atau penyelenggaraan program pnfi dalam irata kemitraan antara lain: Perguruan Tinggi/Politeknik, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Balai Latihan Kerja (BLK), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Muslimat Nahdlatul Ulama, Aisyiah, Tim Penggerak PKK, Himpunan Penyelenggara Kursus Indonesia (HIPKI), Forum PKBM, Asosiasi Penyelenggara Kursus Para-profesi Indonesia (APKPPI), Asosiasi Profesi, dan organisasi kemasyarakatan yang sejenis lainnya; 4. Satuan Pendidikan Nonformal dan Informal, antara lain: Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, Satuan PAUD Sejenis, lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat (PKBM), taman bacaan masyarakat (TBM), majelis taklim, dan satuan pendidikan nonformal dan informal sejenis lainnya. 5. Pemberian bantuan adalah pemberian sejumlah uang/barang untuk mendukung pengembangan dan penyelenggaraan program serta penguatan kelembagaan pada lembaga, organisasi, dan/atau satuan pendidikan penyelenggara Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). D. Tujuan Pedoman Memberikan acuan tentang pokok-pokok kebijakan dan penyelenggaraan program PNFI Tahun 2010 agar semua pemangku kepentingan PNFI dapat mengetahui dan memahami prosedur penyelenggaraan program PNFI secara umum sehingga program pendidikan nonformal dan informal dapat dilaksanakan secara tepat waktu, tepat sasaran, tepat jumlah, dan tepat guna.

E. Sasaran Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program PNFI ini adalah seluruh lembaga/
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

organisasi,

satuan

pendidikan,

dan

masyarakat

penyelenggara

Pendidikan

Nonformal dan Informal Tahun 2010 di pusat dan daerah, dengan harapan semua pemangku kepentingan PNFI dapat mengetahui dan memahami prosedur

penyelenggaraan program PNFI secara umum.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

BAB II KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM PNFI

A. KEBIJAKAN Mengacu pada Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional Tahun 20102014, kebijakan pengembangan dan pembangunan Pendidikan Nonformal dan Informal meliputi: 1. Optimalisasi program PAUD melalui penyelenggaraan PAUD bermutu yang mampu melejitkan kecerdasan anak dalam arti luas, memberikan kesiapan mengikuti pendidikan lebih lanjut, dan melaksanakan pelayanan dengan jangkauan sasaran yang makin luas, merata dan berkeadilan. 2. Mengembangkan program pendidikan keaksaraan bermutu yang mampu meningkatkan keberaksaraan penduduk buta aksara dewasa secara meluas, adil, merata yang berbasis kewirausahaan untuk mendorong perbaikan kesejahteraan dan produktivitas penduduk, serta mendukung perbaikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 3. Meningkatkan pelayanan program pendidikan kesetaraan yang lebih bermutu, relevan dan mampu meningkatkan kecakapan hidup, termasuk kesiapan kerja, produktivitas serta kewirausahaan peserta didik, dalam rangka mendukung penuntasan Wajar Dikdas 9 Tahun, dan perluasan akses pendidikan menengah nonformal. 4. Meningkatkan pelaksanaan program kursus dan pelatihan berbasis desa dan kota, kursus para-profesi yang berbasis pendidikan kecakapan hidup, bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat serta pelayanan yang makin meluas, adil dan merata, khususnya bagi penduduk miskin dan penganggur terdidik, sehingga dapat bekerja dan/atau berwira usaha, mandiri, dan profesional. 5. Mendorong lahirnya masyarakat pembelajar sepanjang hayat melalui

peningkatan budaya baca dan penyediaan bahan-bahan bacaan yang berguna baik bagi aksarawan baru maupun anggota masyarakat lainnya agar memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang relevan bagi produktivitas mereka. 6. Meningkatkan pelayanan program pendidikan pemberdayaan perempuan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan, meningkatkan partisipasi

perempuan dalam seluruh sektor pembangunan dan menghapuskan berbagai


Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

bentuk diskriminasi serta kekerasan terhadap perempuan. 7. Menumbuhkembangkan peningkatan kesetaraan pendidikan yang berkeadilan gender melalui

antara laki-laki dan perempuan

dalam akses,

partisipasi, kontrol, dan memperoleh manfaat yang setara dalam bidang pendidikan serta mendukung upaya pencegahan diskriminasi, perdagangan anak (trafficking), dan tindak kekerasan sebagai wujud perlindungan HAM. 8. Meningkatkan kapasitas kelembagaan PNFI baik di tingkat pusat maupun daerah melalui perbaikan sistem manajemen informasi, peningkatan sarana dan prasarana yang memadai, peningkatan ketenagaan yang profesional, dan perbaikan manajemen lembaga agar lembaga PNFI mampu memberikan layanan pendidikan yang bermutu dan menjangkau sasaran yang makin luas, adil dan merata serta dapat memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang terus berkembang. B. Strategi Implementasi kebijakan Ditjen PNFI memerlukan dukungan sumber daya pendidikan yang menyeluruh dari seluruh komponen bangsa agar visi dan misi yang telah ditetapkan dapat diwujudkan. Untuk itu, implementasi kebijakan memerlukan strategi yang tepat agar penyelenggaraan program PNFI lebih efektif, efisien dan produktif. Strategi tersebut antara lain: 1. Kemitraan Kemitraan merupakan upaya sinergi antara pemerintah, pemerintah daerah, lembaga mitra dan masyarakat dalam menyelenggarakan program PNFI. Kemitraan menjadi andalan PNFI dalam kegiatan perencanaaan, pelaksanakan pendampingan dan pengawasan program PNFI serta dukungan pembiayaan penyelenggaraan program mengingat keterbatasan sumber daya yang dikelola oleh PNFI. Kemitraan mendorong partisipasi aktif dari berbagai unsur guna mewujudkan perluasan akses, peningkatan mutu dan akuntabilitas

penyelenggaraan program PNFI.

2. Insentif-disinsentif Sistem insentif-disinsentif berfungsi memberikan rangsangan atau sanksi bagi penyelenggara agar lebih produktif dan bermutu dalam menyelengarakan program-program PNFI. Insentif dapat diwujudkan dalam bentuk pengakuan,
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

dorongan, pendanaan dan/atau penghargaan lainnya, sedangkan disinsentif dapat melalui teguran, sanksi, atau hukuman atas kinerja para pelaksana program di masyarakat. 3. Pengembangan Model (Modeling) Mengembangkan model-model program PNFI terbaik yang merupakan hasil kajian atau contoh-contoh terbaik (best practices) untuk menjadi rujukan bagi penyelenggara pendidikan nonformal dalam rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas dan efisiensi pelaksanaan program. Strategi ini terutama dilakukan melalui kegiatan program pembantuan dan bantuan sosial yang diselenggarakan melalui fungsi UPT dan UPTD baik di tingkat propinsi maupun UPTD kabupaten/kota. 4. Basis Keunggulan Mengembangkan keunggulan (keragaman) program dan lembaga yang mempunyai dan keunggulanhorisotal vertikal

vertikal dalam

dalam dimensi dimensi wilayah

teknologi,

keunggulan Keunggulan

(daerah/lokal).

menerapkan prinsip competitive advantage, sedangkan keunggulam horisontal menerapkan prinsip comparative advantage. Semua keunggulan itu pada dasarnya dikembangkan dari potensi-potensi yang ada untuk membangun atau meningkatkan daya saing produk atau jasa yang dihasilkan. 5. Sistem Block Sistem yang dikembangkan dengan mempertimbangkan wilayah yang memiliki karakteristik atau kriteria tertentu untuk mencapai tujuan tertentu sehingga lebih efektif dan efisien bagi sasaran pelaksanaan program PNFI 6. Subsidi Sistem bantuan pendanaan dari pemerintah terhadap lembaga dan masyarakat yang dapat disalurkan dengan skema blockgrant, dapat berfungsi sebagai stimulus atau pemancing partisipasi pemerintah daerah (provinsi dan atau kabupaten/kota) lembaga dan masyarakat dalam penyelenggaraan program PNFI C. Program PNFI Program Direktorat Jenderal PNFI tahun 2010 meliputi: 1. Pendidikan Anak Usia Dini a. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak secara holistik, baik jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. b. Pada tahun 2010, target PAUD nonformal adalah meningkatnya angka partisipasi kasar (APK) PAUD Nonformal anak usia 0-6 tahun 11,31% dari 10,68% pada tahun 2009. c. Sasaran utama program PAUD jalur pendidikan nonformal adalah anak usia dini (0-6 tahun) yang belum terlayani PAUD Formal dengan prioritas anak usia 2-4 tahun. Sasaran antara program PAUD adalah: orangtua/keluarga/calon orangtua, pendidik dan pengelola PAUD, semua lembaga layanan anak usia dini, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan PAUD. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain atau Satuan PAUD Sejenis antara lain: PAUD menjadi

terintegrasi Posyandu, Bina Keluarga Balita, Majelis Taklim, Sekolah Minggu, Bina Iman Anak, Taman Pendidikan Anak Sholeh dan sejenisnya. d. Hasil yang diharapkan dari program PAUD adalah meningkatnya akses PAUD, meningkatnya mutu pelayanan pendidikan bagi anak usia dini, sehingga kelak siap memasuki jenjang pendidikan dan tahap kehidupan lebih lanjut, meningkatnya kesadaran keluarga, orangtua, dan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, meningkatnya partisipasi dan peran serta masyarakat dalam menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini dan tumbuhnya berbagai program PAUD sejenis pada jalur pendidikan nonformal yang dikembangkan oleh masyarakat, sehingga pada tahun 2010 ini diharapkan sekitar 512.000 anak usai 0-6 tahun mendapat layanan PAUD Nonformal. 2. Pendidikan Keaksaraan a. Program ini bertujuan untuk meemberdayakan dan melayani penduduk dewasa miskin melalui program Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM), dan Keaksaraan Komunitas Khusus sebagai upaya

penanggulangan

kemiskinan dalam rangka meningkatkan keberaksaraan

yang membangun peradaban untuk memenuhi komitmen nasional dan internasional. b. Pada akhir tahun 2010, tingkat literasi penduduk dewasa usia 15 tahun ke
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

atas mencapai 95,6%. c. Sasaran program ini adalah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas yang berjumlah 8,3 juta orang atau 5,03% (data akhir tahun 2009) yang tersebar di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia, khususnya daerah-daerah yang masih tinggi penduduk buta aksara. d. Hasil yang diharapkan dari program pendidikan keaksaraan adalah menurunnya jumlah penduduk buta aksara sebesar 659.011 orang pada tahun 2010. 3. Pendidikan Kesetaraan a. Tujuan utama program pendidikan kesetaraan adalah untuk mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun melalui Paket A setara SD/MI dan Paket B setara SMP/MTs. Program Paket C setara SMA/MA selain untuk meningkatkan perluasan akses pendidikan menengah, juga dimaksudkan untuk memberikan bekal kompetensi tertentu yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha ataupun bekerja. b. Pada tahun 2010, target layanan pendidikan kesetaraan adalah meningkatnya kontribusi Paket A dalam APK SD/MI/Paket A menjadi 0,75%, kontribusi Paket B dalam APK SMP/Mts/Paket B menjadi 4,34%, kontribusi Paket C dalam APK SMA/SMK/MA/Paket C menjadi 3,40%. c. Sasaran program ini adalah warga masyarakat: (i) putus sekolah SD/MI,

SMP/MTs, SMA/MA dengan usia relatif lebih tinggi dari usia sekolah; (ii) memerlukan layanan khusus karena kemampuan ekonomi, daerah

terpencil/terisolasi, dan karena berbagai hal tidak dapat masuk ke sekolah formal; dan (iii) memilih layanan pendidikan kesetaraan sesuai minat dan potensi yang dimiliki, dan ingin menguasai kompetensi tertentu yang dapat dijadikan bekal untuk berwirausaha atau bekerja d. Hasil pendidikan kesetaraan adalah terlayaninya penduduk usia sekolah dan dewasa yang tidak memiliki kesempatan untuk menempuh pendidikan pada jalur formal, setara dengan pendidikan dasar dan/atau menengah dengan sasaran program: (i) Paket A sebesar 93.799 warga belajar, (ii) Paket B sebesar 398.790 warga belajar, dan (iii) Paket C umum dan kejuruan sebesar 34.830 warga belajar tahun 2010.
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

10

4. Pendidikan Kursus dan Pelatihan a. Program pendidikan kursus dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan mutu, relevansi dan daya saing peserta didik agar mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, kecakapan, dan sikap kerja yang profesional yang dapat digunakan untuk bekerja dan/atau berwirausaha. b. Pada tahun 2010, target program pendidikan kursus dan pelatihan adalah 100.000 orang penduduk penganggur terbuka usia produktif terutama yang berasal dari keluarga miskin mengikuti kursus dan pelatihan kewirausahaan. c. Sasaran program pendidikan kursus dan pelatihan adalah warga masyarakat terutama usia produktif, tidak bekerja (pengangguran), masyarakat miskin, serta penduduk yang kurang beruntung lainnya di daerah perkotaan maupun pedesaan. Selain itu, sasaran program juga mencakup warga masyarakat yang membutuhkan peningkatan atau penambahan keterampilan untuk kepentingan bekerja atau mengembangkan karir. d. Hasil yang ingin dicapai pendidikan kecakapan hidup adalah terserapnya peserta didik yang cakap dan terampil oleh dunia usaha dan industri (DUDI) dan/atau mengembangkan wirausaha sebanyak 100,000 penduduk usia produktif. 5. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan a. Program ini bertujuan untuk mendorong berkembangnya minat dan budaya baca masyarakat melalui perluasan taman bacaan masyarakat (TBM) dan penyediaan bahan bacaan yang bermutu dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. b. Sasaran program ini adalah masyarakat yang membutuhkan tambahan

pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan sesuai dengan profesi dan kehidupan sehari-hari, khususnya para aksarawan baru. c. Hasil yang diharapkan melalui pelaksanaan program ini adalah tersedianya bahan bacaan dan sumber informasi lainnya yang dapat dicapai oleh masyarakat sasaran secara mudah dan murah, serta pelembagaan TBM baru sebanyak 500 unit.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

11

6. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan a. Pendidikan Pemberdayaan Perempuan bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat perempuan usia 15 tahun ke atas, melalui upaya peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat dalam mewujudkan kehidupan yang lebih baik agar perempuan dapat berperan aktif dalam proses pembangunan keluarga, masyarakat dan bangsa. a. Target program pemberdayaan perempuan sebanyak 5.500 orang. b. Sasaran program pendidikan perempuan adalah perempuan miskin usia 15 tahun ke atas termasuk lanjut usia, perempuan rawan trafficking, dan perempuan yang sedang dan atau selesai mengikuti program keaksaraan. c. Hasil program pendidikan pemberdayaan perempuan adalah meningkatnya kecakapan hidup (lifeskills) perempuan peserta program, sehingga dapat berpatisipasi dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan keluarga. 7. Pengarusutamaan Gender (PUG) a. Program PUG bidang pendidikan bertujuan untuk mewujudkan komitmen nasional dan internasional (Deklarasi Dakar) dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam penyelenggaraan dan pengelolaan sistem pendidikan nasional. b. Target Program PUG sebanyak 159 lembaga. c. Sasaran program PUG adalah pengambil kebijakan, pengelola pendidikan, penyelenggara satuan pendidikan, pendidik dan tenaga kependidikan,

peserta didik, orangtua peserta didik, serta para pemangku kepentingan di sektor pendidikan. d. Hasil program PUG adalah terwujudnya sistem pendidikan nasional yang berwawasan kesetaraan dan berkeadilan gender pada setiap satuan, penyelenggara dan pengelola pendidikan formal dan non-formal, serta terwujudnya keseimbangan peran antara laki-laki dan perempuan dalam proses pengambilan keputusan, perencanaan, pelaksanaan, dan

pengendalian program-program pendidikan. 8. Pemberdayaan Kelembagaan PNFI a. Pemberdayaan kelembagaan PNFI bertujuan meningkatkan kapasitas 12

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

lembaga BPKB sebagai pusat pengembangan pembelajaran masyarakat dan SKB sebagai lembaga percontohan yang mampu memberikan layanan program PNFI yang bermutu berbasis keunggulan lokal serta sebagai tempat ujicoba pengembangan model PNFI untuk menghasilkan program PNFI yang unggul, kompetitif dan berkelanjutan. b. Target pemberdayaan kelembagaan PNFI sebanyak 110 lembaga. c. Sasaran pemberdayaan kelembagaan PNFI adalah BPKB, pembentukan SKB baru untuk daerah yang belum memiliki SKB dan/atau revitalisasi lembaga SKB yang telah ada dalam rangka meningkatkan mutu sarana dan prasarana SKB. d. Hasil yang diharapkan adalah meningkatnya mutu sarana dan prasarana 110 lembaga BPKB dan SKB sehingga layanan program PNFI dapat terlaksana secara baik, sesuai dengan kebutuhan belajar masyarakat dan meningkatnya motivasi kerja karyawan BPKB dan SKB guna mewujudkan BPKB dan SKB sebagai pusat pengembangan dan percontohan pembelajaran masyarakat yang unggul.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

13

BAB III ALOKASI DAN PENGELOLAAN ANGGARAN

A. Alokasi Anggaran Berdasarkan rencana kerja dan anggaran tahun 2010, alokasi anggaran Ditjen PNFI sebesar Rp2.455.003.981.000, didistribusikan kepada Satuan Kerja Pusat (Setditjen dan Direktorat) sebesar Rp602.270.023.000 atau 24.53%, Satuan Kerja UPT Pusat (P2PNFI dan BPPNFI) sebesar Rp311.577.407.000 atau 12.69%, Satuan Kerja 33 Provinsi (Dekonsentrasi) sebesar Rp1.234.401.964.000 atau 50.28%, dan Satuan Kerja 50 Kabupaten (Tugas Pembantuan) sebesar Rp306.754.587.000 (12.50%).

Distribusi anggaran berdasarkan program sebagai berikut: 1) program PAUD Rp734.931.800.000 (29,94%), 2) program Wajar Dikdas 9 Tahun Rp682.407.255.000 (27,80%), 3) program Pendidikan Nonformal Rp1.007.604.326.000 (41,04%), 4) program Peningkatan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan

Rp12.500.000.000 (0,51%), dan 5) Penguatan Kelembagaan PUG dan Anak Rp17.560.600 (0,72%).

Berdasarkan jenis belanja, anggaran Ditjen PNFI terdiri atas: 1) belanja pegawai Rp37.787.621.000 (1,54%); 2) belanja barang untuk pembayaran pengadaan bahan habis pakai, pembayaran honorarium, pengadaan barang non operasional lainnya, pembayaran sewa, dan biaya perjalanan Rp663.615.056.000 (27,03%), 3) belanja modal untuk pengadaan peralatan dan mesin dengan masa usia pakai di atas satu tahun, pengadaan kendaraan dinas dan pembangunan gedung kantor

Rp40.593.329.000.000 (1,65%), dan 4) belanja sosial

Rp1.713.007.975.000

(69,78%) yaitu belanja bantuan sosial (blokcgrant) kepada lembaga, organisasi, dan satuan pendidikan penyelenggara PNFI Tahun 2010.

B. Pengelolaan Anggaran 1. Belanja barang merupakan pengeluaran atau pembelian barang dan jasa yang habis pakai untuk memproduksi barang dan jasa yang dipasarkan maupun yang tidak dipasarkan. Dalam pengertian belanja tersebut termasuk honorarium yang diberikan dalam rangka pelaksanaan kegiatan untuk menghasilkan barang/jasa. Yang termasuk belanja barang seperti: belanja barang operasional dan non
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

14

operasional, jasa (konsultan, profesi dan sewa), belanja pemeliharaan, dan belanja perjalanan dinas. 2. Belanja Modal merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengadaan/ pembelian/pembebasan/penyelesaian serta pengeluaran yang bersifat

administratif yang menimbulkan nilai tambah dalam bentuk modal tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jaringan, dan pemeliharaan yang dikapitalisasi. 3. Tata cara pengadaan barang dan jasa di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional harus berpedoman pada Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Instansi Pemerintah dan/atau peraturan lain yang menggantikannya, serta Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 68 Tahun 2008 tentang Pengadaan Barang/Jasa Secara Elektronik di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional. 4. Hasil pengadaan barang dan jasa yang berbentuk belanja modal diinventarisasi melalui sistem akuntansi barang milik negara (SABMN). 5. Pengelolaan administrasi keuangan dan inventaris barang harus berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara. c. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. d. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan dalam Pelaksanaan Dekonsentrasi dan Tugas Pembentuan. e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Recana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/ Lembaga. f. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). g. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 134/PMK.06/2005 tentang Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. h. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 01/PM.02/2009
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

15

tentang Standar Biaya Umum Tahun Anggaran 2010. i. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.

C. Bantuan Sosial (Blockgrant) 1. Penerima Bantuan Penerima bantuan adalah lembaga, organisasi, dan/atau satuan pendidikan penyelenggara Pendidikan Nonformal dan Informal (PNFI). 2. Jenis Bantuan Jenis bantuan PNFI meliputi: a. Program Pendidikan Anak Usia Dini, terdiri atas Rintisan PAUD, Penguatan Kelembagaan PAUD, Pengembangan PAUD Daerah terpencil, perbatasan, Pengembangan Pusat Unggulan PAUD, Penguatan Lembaga PAUD yang telah berjalan, dan Subsidi Organisasi Mitra. b. Program Pendidikan Wajar Dikdas 9 Tahun melalui Paket A dan Paket B; antara lain: Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) untuk peserta didik paket A dan Paket B melalui dana pusat dan dekosentrasi. c. Pendidikan Nonformal, meliputi: 1) Pendidikan Keaksaraan: Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Usaha Mandiri, Keaksaraan Keluarga, Keaksaraan Komunitas Khusus (termasuk

Keaksaraan Bencana, Inovasi Aksara agar Berdaya, Keaksaraan Seni Budaya Lokal, Aksara Kewirausahaan. 2) Pendidikan Pemberdayaan Perempuan: Pendidikan Kecakapan Hidup Permpuan, Ekonomi Kreatif Berbasis untuk Potensi Lokal, Pendidikan

Pemberdayaan

Perempuan

Pembangunan

Berkelanjutan,

Pencegahan Perdagangan Orang, Peningkatan Budaya Tulis Melalui Koran Ibu, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Wirausaha Ekonomi Kreatif 3) Kursus dan Pendidikan Kecakapan Hidup: Kursus Para Profesi (KPP), Kursus Wirausaha Desa (KWD), Kursus Wirausaha Kota (KWK), Pendidikan Kecakapan Hidup bagi lembaga kursus dan pelatihan, Penguatan Lembaga Kursus dan Pelatihan Kreatif, Bantuan Lembaga Sertifikasi Kompetensi, Tempat Uji Kompetensi, Penguatan lembaga Sertifikasi Kompetensi, Beasiswa Uji Kompetensi, Seleksi Lomba peserta
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

16

Didik

Kursus,

KWD

Daerah

Tertinggal,

Penguatan

Kelembagaan

Organisasi Mitra. 4) Pendidikan Kesetaraan Paket C: Bantuan Operasional Penyelenggaraan (BOP) untuk peserta didik, keterampilan Paket C Kejuruan, tutor, dan penyelenggara program. d. Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaanan Perpustakaan, yaitu: TBM Penguatan Keaksaraan, TBM Penguatan Minat Baca, dan TBM Komunitas Khusus. e. Penguatan Kelembagaan, antara lain: Bantuan Revitalisasi SKB, Bantuan Peningkatan Mutu Kelembagaan PKBM dan Bantuan Peningkatan Mutu

Forum PKBM, Rintisan Balai Belajar Bersama. f. Pengarusutamaan Gender dan Anak melalui: Penguatan Pokja Kabupaten/ Kota, Penguatan Pokja Provinsi dan Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender. 3. Tujuan Pemberian Bantuan a. Memperkuat kemampuan lembaga, organisasi, dan Satuan pendidikan penyelenggara PNFI dalam rangka pengembangan dan penyelenggaraan program/kegiatan Ditjen PNFI. b. Meningkatkan pemerataan dan perluasan akses, peningkatan mutu dan relevansi, dan mendorong terwujudnya tatakelola dan pencitraan publik PNFI. c. Mendorong partisipasi lembaga, organisasi, dan dan satuan pendidikan rangka

penyelenggara

pendidikan

nonformal

informal

dalam

penyelenggaraan dan penguatan kelembagaan PNFI. 4. Persyaratan Penerima Bantuan Persyaratan umum lembaga, organisasi, dan satuan pendidikan penyelenggara pendidikan nonformal dan informal penerima bantuan, yaitu: a. mempunyai izin penyelenggaraan PNFI dari pejabat yang berwenang; b. mendapat rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/kota untuk blockgrant yang bersumber dari dana dekonsentrasi; c. mendapat rekomendasi dari dinas pendidikan kabupaten/kota dan/atau dinas pendidikan provinsi untuk blockgrant yang bersumber dana pusat/unit pelaksana teknis pusat; d. memiliki rekening bank dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kedua-duanya atas nama lembaga;
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

17

e. mempunyai struktur organisasi lembaga dan manajemen yang baik; f. Tidak menerima bantuan dari instansi lain untuk program dan sasaran yang sama pada tahun yang sama; g. mengajukan proposal permohonan bantuan yang memenuhi syarat.

Persyaratan khusus diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh setiap satuan kerja.

5. Mekanisme Pemberian Bantuan Mekanisme pemberian bantuan meliputi: a. Pengajuan proposal; Lembaga, organisasi, dan satuan pendidikan penyelenggara PNFI wajib menyusun dan mengajukan proposal sesuai petunjuk teknis kepada satuan kerja (satker) pusat dan daerah berdasarkan jenis bantuan yang diusulkan. b. Penilaian proposal dan verifikasi lapangan Setiap satker pusat dan daerah diwajibkan membentuk tim penilai yang bertugas melakukan penilaian proposal yang diajukan oleh calon penerima bantuan sesuai dengan pedoman pemberian bantuan. Unsur dan jumlah anggota tim penilai pada jenis bantuan disesuaikan dengan kebutuhan. Verifikasi lapangan wajib dilaksanakan untuk mengecek tingkat kelayakan lembaga penerima bantuan. c. Penetapan penerima bantuan Kepala satker pusat atau daerah menetapkan lembaga, organisasi, dan/atau satuan pendidikan penyelenggara PNFI penerima bantuan yang dinyatakan memenuhi syarat berdasarkan hasil penilaian proposal dan verifikasi lapangan suatu rapat pleno. Rapat pleno dipimpin oleh Kepala Satuan Kerja, dihadiri oleh tim penilaian lengkap dan perwakilan petugas dari Direktorat Jenderal PNFI. d. Penyaluran bantuan Satker pusat dan daerah segera menyalurkan dana sesuai dengan ketentuan yang berlaku kepada lembaga, organisasi, dan satuan pendidikan

penyelenggara PNFI yang ditetapkan sebagai penerima bantuan. 6. Jumlah dan Pemanfaatan Bantuan a. Penetapan jumlah bantuan diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis pemberian
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

18

bantuan. b. Bantuan harus dimanfaatkan penerima bantuan sesuai dengan perjanjian kerjasama. c. Pengaturan lebih lanjut tentang pemanfaatan bantuan diatur dalam petunjuk teknis yang dikeluarkan oleh satker pusat dan/atau daerah. 7. Pertanggungjawaban Bantuan a. Penerima bantuan bertanggungjawab atas penggunaan bantuan sesuai dengan perjanjian kerjasama, pedoman, dan petunjuk teknis yang berlaku. b. Satker pemberi bantuan wajib membuat laporan pertanggungjawaban kepada Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal atas bantuan yang disalurkan. c. Jika terjadi penyalahgunaan bantuan, akan dikenakan sanksi dan diproses sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

19

BAB IV PEMANTAUAN, EVALUASI, DAN PELAPORAN

A. Pemantauan dan Evaluasi Satuan kerja sebagai pembina dan penanggungjawab program berkewajiban melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan PNFI sebagai berikut: 1. Pemantauan dan evaluasi merupakan kegiatan pembinaan sekaligus

pengendalian agar penyelenggaraan program PNFI tepat waktu dan tepat guna.

tepat sasaran, tepat jumlah,

2. Pemantauan dan evaluasi dilaksanakan pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan hasil akhir kegiatan yang dilakukan secara berkala baik melalui metoda langsung atau tidak langsung sesuai dengan tahapan kegiatan. 3. Pemantauan dan evaluasi difokuskan pada saat sosialisasi program, seleksi proposal, penetapan penerima bantuan, penyaluran dan pemanfaatan dana, penyelenggaraan program/kegiatan dan pelaporan. 4. Petugas yang melaksanakan pemantauan, evaluasi, dan pembinaan adalah pejabat yang berwenang, meliputi Penilik/Pengawas PNF, Bidang PLS pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota/Provinsi, UPT Pusat (PP-PNFI dan BP-PNFI), Direktorat Jenderal PNFI, Inspektorat Jenderal Depdiknas, serta mitra kerja yang dinilai memiliki kapasitas untuk melaksanakan pembimbingan dan pendampingan pelaksanaan program PNFI.

B. Pelaporan Pelaporan program dan keuangan dilakukan secara berkala yaitu: (1) bulanan, (2) triwulan, (3) semester, dan (4) tahunan. 1. Laporan bulanan meliputi: (1) laporan Perkembangan/Kemajuan Pelaksanaan Program/Kegiatan Departemen Pendidikan Nasional sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 81 Tahun 2009 tentang Koordinasi dan Pengendalian Program di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional Tahun Anggaran 2010, serta pengisian Format B-05.1, dan (2) laporan hasil Rekonsiliasi bendasarkan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dengan Kantor Pelayanan Perbendaharaan

Negara (KPPN) setempat. 2. Laporan triwulan dan semester meliputi laporan hasil Rekonsiliasi berdasarkan
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

20

SAI dengan KPPN setempat. 3. Laporan tahunan dibuat dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga meliputi laporan hasil Rekonsiliasi bendasarkan SAI dengan KPPN setempat. 4. Laporan keuangan setiap bulan, triwulan, semester dan tahunan menggunakan Sistem Aplikasi SAI (SAK dan SIMAK BMN). 5. Semua satuan kerja dan satuan PNF yang mengelola dana, seperti: dana Dekonsentrasi oleh Pemerintah Daerah Provinsi, dan Tugas Pembantuan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota, UPT Pusat (P2-PNFI/BP-PNFI) dan satuan PNFI penerima blockgrant wajib membuat laporan pelaksanaan anggaran dan program; 6. Laporan program dan daya serap anggaran disampaikan dalam bentuk deskriptif yang dibuat oleh satuan kerja dan/atau penyelenggara program PNFI ditujukan kepada Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal disampaikan pada minggu ketiga setiap semester dan tahunan. 7. Laporan program dan anggaran Tugas Pembantuan, tembusan disampaikan kepada Dinas Pendidikan Provinsi cq. Bidang PNF/PLS. 8. Sistematika laporan semester dan tahunan sebagai berikut: a. Judul Laporan b. Kata Pengantar c. Tujuan d. Program Kerja dan Anggaran e. Pelaksanaan Program dan Kegiatan f. Capaian Hasil Pelaksanaan Program dan Kegiatan g. Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah h. Rekomendasi 9. Laporan program bulanan Satuan Kerja pengelola anggaran Direktorat Jenderal PNFI disampaikan kepada Direktur Jenderal PNFI melalui Bagian Perencanaan Sekretariat Ditjen PNFI paling lambat tanggal 28 bulan berjalan, menggunakan format B.05.1 terlampir. Materi yang dilaporkan adalah realisasi sampai dengan tanggal 25 bulan berjalan, realisasi tanggal 26 s.d. tanggal 31 dilaporkan pada laboran bulanan periode berikutnya. 10. Laporan pelaksanaan anggaran delam bentuk SAK dan SIMAK-BMN hasil
Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

21

rekonsiliasi dengan KPPN setempat disampaikan kepada Direktur Jenderal PNFI melalui Bagian Keuangan Sekretariat Ditjen PNFI paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya, menggunakan Sistem Aplikasi SAI. 11. Laporan pelaksanaan kegiatan pembelajaran oleh Satuan PNFI penerima blockgrant diatur lebih lanjut dalam petunjuk teknis program yang dikeluarkan oleh Satuan Kerja penanggung jawab program.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

22

BAB V PENUTUP

Pedoman Pelaksanaan program PNFI Tahun 2010 ini dikeluarkan agar dijadikan pedoman oleh satuan kerja dan/atau penerima bantuan dalam menyusun rencana kerja, menyelenggarakan, membina dan mengendalikan program-program PNFI. Satuan kerja di pusat dan/atau di daerah dapat mengembangkan petunjuk teknis sesuai dengan tugas dan fungsi serta situasi dan kondisi masing-masing dengan tetap mengacu kepada pedoman ini.

Pedoman Pelaksanaan Program Pendidikan Nonformal dan Informal Ditjen PNFI Tahun 2010

23

You might also like