You are on page 1of 22

ARTIKEL 1

Seni terapan ( Aplied Art ) adalah seni yang menjadikan fungsi sebagai tujuan utamadimana kreativitas artistik hanyalah komponen yang melengkapinya .Contah :1.Batik 2.Ornamen pada rumah2 adat3.Gerabah atau keramik 4.Senjata2 tradisional seperti : keris , rencong , mandau dsb5.Pakaian2 adat yang ada di nusantara : mulai dari Aceh sampai Papua.>Pewarna alami untuk 5 warna primer :Bisa didapat dari daun2an , batu bata , arang , getah .Tentu saja ada sedikit proses pencampuran untuk mendapat warna yang di inginkan.

Seni rupa merupakan salah satu cabang seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupanmanusia

baik

secara langsung maupun tidak langsung. Setiap orang menghendakimemiliki rumah,

perabotan rumah, dan busana atau pakaian yang bagus yangmemerlukan unsur-unsur seni rupa. Dekorasi rumah baik interior maupun eksteior tidak bisa lepas dari sentuhan seni rupa. Lukisan, relief, patung dan seni terapan dapatdigunakan untuk memperindah bangunan rumah atau gedung baik interior maupuneksteriornya.Seni rupa telah berkembang sejak zaman lampau hingga masa kini yang melahirkan beraneka ragam corak serta mempunyai bermacam fungsi.

ARTIKEL 2

Pengertian Seni Rupa Tradisional, Modern dan Kontemporer


Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. 1. SENI RUPA TRADISIONAL Pengertian Seni tradisional adalah unsur kesenian yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum/puak/suku/bangsa tertentu. Seni tradisional yang ada di suatu daerah berbeda dengan yang ada di daerah lain, meski pun tidak menutup kemungkinan adanya seni tradisional yang mirip antara dua daerah yang berdekatan. Ciri-ciri * Penciptaannya selalu berdasarkan pada filosofi sebuah aktivitas dalam suatu budaya, bisa berupa aktivitas religius maupun seremonial/istanasentris. * Terikat dengan pakem-pakem tertentu. Contoh Wayang kulit, wayang golek, wayang beber, ornamen pada rumah-rumah tradisional di tiap daerah, batik, songket, dan lain-lain. 1. SENI RUPA MODERN Pengertian Seni rupa modern adalah seni rupa yang tidak terbatas pada kebudayaan suatu adat atau daerah, namun tetap berdasarkan sebuah filosofi dan aliran-aliran seni rupa. Ciri-ciri * Konsep penciptaannya tetap berbasis pada sebuah filosofi , tetapi jangkauan penjabaran visualisasinya tidak terbatas. * Tidak terikat pada pakem-pakem tertentu. Contoh Lukisan-lukisan karya Raden Saleh Syarif Bustaman, Basuki Abdullah, Affandi, S.Soedjojono dan pelukis era modern lainnya.

Seniman Raden Saleh Syarif Bustaman, Abdulah Sr, Pirngadi, Basuki Abdullah, Wakidi, Wahid Somantri, Agus Jaya Suminta, S. Soedjojono, Ramli, Abdul Salam, Otto Jaya S, Tutur, dan Emira Sunarsa. 1. SENI RUPA KONTEMPORER Pengertian Seni Kontemporer adalah salah satu cabang seni yang terpengaruh dampak modernisasi. Kontemporer itu artinya kekinian, modern atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Jadi seni kontemporer adalah seni yang tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman sekarang. Lukisan kontemporer adalah karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui. Misalnya lukisan yang tidak lagi terikat pada Rennaissance. Begitu pula dengan tarian, lebih kreatif dan modern. Ciri-ciri * Tidak terikat oleh aturan-aturan zaman dulu dan berkembang sesuai zaman. * Tidak adanya sekat antara berbagai disiplin seni, alias meleburnya batas-batas antara seni lukis, patung, grafis, kriya, teater, tari, musik, hingga aksi politik. Contoh Karya-karya happening art, karya-karya Christo dan berbagai karya enviromental art. Seniman Gregorius Sidharta, Christo, dan Saptoadi Nugroho.

Referensi: http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_rupa http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_kontemporer http://anakciremai.blogspot.com/pendihttp://tipzsangguru.wordpress.com/2010/01/28/pengertianseni-rupa-tradisional-modern-dan-kontemporer/dikan-seni-tentang-perkembangan-seni-rupaindonesia http://id.answers.yahoo.com

ARTIKEL 3
Bottom of Form

Konservasi Alam Melalui Kesenian Tanen


| Rabu, 15 Oktober 2008 | 10:52 WIB

1
Oleh Purnawan Andra Seni sebagai karya kreatif dalam bentuk dan cita rasa estetis merupakan bagian dari hidup masyarakat. Keberadaan seni berkembang dari aktivitas kognitif yang murni dengan cara-cara yang dipakai manusia. Oleh karena itu, keberadaannya telah berakar kuat dalam sebuah kerangka kerja tentang kehidupan kolektif. Seni merupakan sebuah bentuk komunitas umum yang intens, sehingga menambah kekuatan komunikasinya dan bahkan memperluas maknanya. Itulah sebab mengapa di setiap kesatuan masyarakat tumbuh dan berkembang berbagai kesenian. Di Dusun Grintingan, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, terdapat kesenian tanen yang menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat dalam bertani. Sesuai namanya, tanen menggambarkan semangat mereka dalam mengolah tanah ladang pertanian, mencangkul, menyabit dan menyiangi rerumputan, memupuk, sampai dengan sukacita panen. Kesenian yang berkembang dari seni ketoprak yang hidup di dusun tersebut sejak dua dekade lalu itu dimainkan oleh tujuh pasang pemuda berpakaian sorjan ala petani, diiringi gamelan Jawa lengkap. Di luar kenyataan kaya dan beragamnya jenis kesenian di daerah Merapi-Merbabu, kebanyakan kesenian rakyat wilayah ini menampilkan sosok prajurit dengan atau tanpa menunggang kuda, maupun bertokohkan buta (raksasa). Tanen menjadi alternatif tontonan yang menarik untuk melihat potret realitas masyarakat setempat.

Sebagai bagian dari masyarakat agraris, tanen memiliki penyikapan jelas dalam pertanian, konservasi alam dan lingkungan hidup. Selain tegas terlihat pada geraknya, hal ini juga muncul dalam lirik lagu yang digunakan (Syiar Budaya dan Konservasi), properti iringan musik (kentongan) dan konteks awal fungsi keseniannya. Ditinjau dari ilmu sosial, tari menghubungkan kesadaran kolektif, struktur sosial, individu, dan fungsi tari dalam struktur itu. Secara tekstual, tari dapat dipahami dari bentuk dan teknik yang berkaitan dengan komposisinya (analisis bentuk atau penataan koreografi) atau teknik penarinya (analisis cara melakukan atau keterampilan). Secara konsep yang berhubungan dengan sosiologi atau antropologi, tari adalah bagian integral dari dinamika sosiokultural masyarakat. Keduanya diberlangsungkan melalui simbol-simbol yang ada dalam tariannya. Sistem simbol adalah sesuatu yang diciptakan oleh manusia dan secara konvensional digunakan bersama, teratur, dan benar-benar dipelajari sehingga memberi pengertian hakikat "manusia", yaitu suatu kerangka yang penuh arti untuk mengorientasikan dirinya kepada yang lain, kepada lingkungannya dan kepada dirinya sendiri, sekaligus sebagai produk dan ketergantungannya dalam interaksi sosial (Sumandiyo Hadi, 2005). Jadi, tari dipandang sebagai sistem simbol yang merupakan representasi mental dari subyek dan wahana konsepsi manusia tentang suatu pesan untuk diresapkan. Tari sebagai sistem simbol dapat pula dipahami sebagai sistem penandaan. Artinya, kehadiran tari tidak lepas dari aspek geraknya, iringan, tempat, pola lantai, waktu, tata pakaian, rias, dan properti. Sistem penandaan ini mengandung makna harfiah dan langsung ditunjukkan menurut konvensi yang dibentuk bersama oleh masyarakat atau budaya di mana simbol atau tanda itu berlaku. Di luar kepercayaan adanya pepundhen seperti umumnya kelompok masyarakat Jawa lainnya, kesadaran konservasi alam telah tersurat di Grintingan dan hal ini berlanjut pada bentuk pementasan Tanen. Dari lirik lagunya terungkap seruan konservasi: He prakanca aja bingung/ Ayo jaga gunung-gunung/ Merbabu lan Merapi/ Lumakune konservasi/ Uga penghijauan iki/ Dadi sarana sayekti panguripan/ Warga ing Lencoh, Selo (hai teman-teman jangan bingung/ mari menjaga gunung-gunung/ Merbabu dan Merapi/ berlangsungnya usaha konservasi/ dan juga penghijauan ini/ menjadi cara mencapai hidup yang lebih baik/ bagi warga di Lencoh, Selo). Dalam geraknya, secara tidak langsung tanen telah menyiratkan langkah-langkah pola pertanian yang selama ini dirumuskan pemerintah melalui kebijakan pertaniannya. Masyarakat Grintingan justru telah melampaui kesadaran semacam itu dengan cara mereka sendiri, yang tecermin dalam gerak-gerak kesenian tanen. Vokabuler gerak yang dimaksud adalah nyabit, ngarit, macul, dan juga jlong-jlong. Inilah kebijaksanaan lokal berupa pengetahuan diri, menggali makna dan hubungan secara lebih luas, memiliki perspektif luas, mengambil perspektif dalam pertimbangannya, mempunyai pandangan akurat mengenai kelebihan dan kekurangan dirinya (termasuk batas- batas apa yang dapat dilakukan), serta melihat dengan hati terhadap persoalan-persoalan penting (Leary, 2005). Tanen mempunyai nilai lebih sebagai kesenian yang unik, berbeda dengan kesenian sekitarnya, yang justru merepresentasikan ciri khas daerahnya. Oleh karenanya, ia mampu menarik banyak

penonton. Pada titik inilah tanen bisa menjadi media efektif untuk penyebarluasan nilai kesadaran konservasi alam dan lingkungan. Tidak hanya pada masyarakat petani yang tentu saja mempunyai ketergantungan mutlak pada kelestarian alam, seiring dengan meningkat isu pemanasan global, konservasi alam memang menjadi suatu keniscayaan. Kesenian setipe bisa jadi banyak terdapat di Indonesia. Beberapa tari seperti tayub, maengket dari Minahasa, atau tari lenso dari Maluku berlaku sebagai ritus kesuburan, baik kesuburan tanah maupun kesuburan manusia itu sendiri. Namun, dengan sistem simbol yang berlapis dalam elemen artistik, konteks dan perwujudannya, menjadikan pemahaman mengenai nilai yang ada di baliknya diterima searah dan tidak seluruhnya tersampaikan kepada masyarakat yang mempunyai bekal pemahaman beragam. "Kegagalan" semacam ini pula yang menjadi alasan tudingan kepada tayub sebagai satu kesenian yang patologis. Tanen justru menampilkan suatu kesederhanaan bentuk dan cara ucap yang mampu menunjukkan bernasnya nilai-nilai yang ada di baliknya. Konsep konservasi menjadi terbahasakan dan oleh karenanya tersampaikan kepada masyarakat. Hal ini penting untuk bangsa Indonesia yang bhinneka dan sebagian besar penduduknya petani. Purnawan

Andra Mahasiswa Jurusan Tari Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta http://nasional.kompas.com/read/2008/10/15/10525928/konservasi.alam.melalui.kesenian.tanen

ARTIKEL 4

Aliran dalam Seni Rupa


. Seni Rupa mempunyai banyak aliran di dalamnya, beberapa aliran seni rupa itu antara lain adalah :

1. Naturalisme Naturalisme merupakan corak atau aliran dalam seni rupa yang berusaha melukiskan sesuatu obyek sesuai dengan alam (nature). Obyek yang digambarkan diungkapkan seperti mata melihat. Untuk memberikan kesan mirip diusahakan bentuk yang persis, ini artinya proporsi, keseimbangan, perspektf, pewarnaan dan lainnya diusahakan setepat mungkin sesuai mata kita melihat. Tokoh-tokoh Naturalisme : Rembrant, Williamn Hogart dan Frans Hall di Indonesia yang menganut corak ini : Raden Saleh, Abdullah Sudrio Subroto, Basuki Abdullah, Gambir Anom dan Trubus. 2. Realisme Realisme adalah corak seni rupa yang menggambarkan kenyataan yang benar-benar ada, artinya yang ditekankan bukanlah obyek tetapi suasana dari kenyataan tersebut. Tokoh-tokoh realisme ialah : Gustove Corbert, Fransisco de Goya dan Honore Daumier. 3. Romantisme Romantisme merupakan corak dalam seni rupa yang berusaha menampilkan hal-hal yang fantastic, irrasional, indah dan absurd. Aliran ini melukiskan cerita-cerita romantis tentang tragedy yang dahsyat, kejadian dramatis yang biasa ditampilkan dalam cerita romah. Penggambaran obyeknya lebih sedikit dari kenyataan, warna yang lebih meriah, gerakan yang lebih lincah, pria yang lebih gagah, wanita yang lebih 4. Impressionisme Impressionisme merupakan corak seni rupa yang lahir pada tahun 1874. Aliran ini mengutamakan kesan selintas dari suatu obyek yang dilukiskan. Kesan itu didapat dari bantuan sinar matahari yang merefleksi ke mata mereka. Mereka melukiskan dengan cepat karena perputaran matahari dari timur ke barat. Karena itulah dalam lukisan impressionisme obyek yang dihasilkan agak kabur dan tidak mendetail. Tokoh aliran ini : Claude Monet, Aguste Renoir, Casmile Pissaro, SIsley, Edward Degas dan Mary Cassat. Di Indonesia penganut aliran ini : Kusnadi, Solichin dan Afandi (sebelum Ekspresionisme). 5. Ekspresionisme Ekspresionisme adalah aliran yang mengutamakan curahan batin secara bebas. Bebas dalam menggali obyek yang timbul dari dunia batin ! Imajinasi dan perasaan. Obyek-obyek yang dilukiskan antara lain kengerian, kekerasan, kemiskinan, kesedihan dan keinginan lain dibalik tingkah laku manusia. Pelopor ekspresionisme : Vincent Van Gogh, Paul Gaugiuin, Ernast Ludwig, Karl Schmidt, Emile Nolde, JJ. Kandinsky dan Paul Klee. Di Indonesia penganut ini adalah : Affandi, Zaini dan Popo Iskandar. Contoh Lukisan bercorak Naturalisme, Contoh Lukisan bercorak Impresionisme, karya Basoeki Abdullah karya George Sevoat. 6. Kubisme Kubisme lahir pada saat pameran retpektif Cezanne yakni pada tahun 1907. Corak ini menggambarkan alam menjadi bentuk-bentuk geometris seperti segitiga, segi empat, lingkaran, silinder, bola, kerucut, kubus dan kotak-kotak. Disini sei bukanlah peniruan alam melainkan penempatan bentuk-bentuk geometris dari seniman kepada alam. Pelopor Kubisme : Gezanne, Pablo Picasso, Metzinger, Braque, Albert Glazes. Fernand Leger, Robert Delaunay, Francis Picabia dan Juan Gris.

7. Fuvisme Fuvisme merupakan nama yang dijuluki kepada sekelompok pelukis muda yang muncul pada abad ke 20. Ciri khas seni lukisannya ialah warna-warna yang liar. Des fauves dalam bahasa Perancis artinya binatang liar. Karena keliaran dari warna-warna itulah oleh kritikus Perancis Louis Vauxelles dilontarkan dengan nama Fauvisme. Tokoh-tokoh aliran ini : Henry Matisse, Andre Dirrain, Maurice de Vlamink, Rauol Dufi dan Kess Van Dongen. 8. Dadaisme Dadaisme lahir karena berkecamuknya Perang Dunia I. Sifatnya dikatakan anti seni, anti perasaan dan cenderung merefleksi kekasaran dan kekerasan. Karyanya aneh seperti misalnya mengkopy lukisan Monalisa lalu diberi kumis, tempat kencing diberi judul dan dipamerkan. Dilakukan juga metode kolase seperti misalnya kayu dan rongsokan barang-barang bekas. Tokoh-tokoh aliran ini : Juan Gross, Max Ernst, Hans Arp, Marcel Duchamp dan Picabia. 9. Futurisme Futurisme ialah sebuah aliran seni lukis yang lahir pada tahun 1909. Aliran ini mengatakan keindahan gerak dan dipandang sebagai pendobrak aliran Kubisme yang dianggap statis dalam komposisi, garis dan pewarnaan. Futurisme mengabdikan diri pada gerak sehingga pada lukisan anjing digambarkan berkaki lebih dari empat. Tokoh aliran ini : Umberto, Boccioni, Carlo Cara, Severini, Gioccomo Ballad an Ruigi Russalo. 10. Surrealisme Surrealisme pada awalnya merupakan gerakan dalam sastra yang diketemukan oleh Apollinaire utuk menyebut dramaya. Pada tahun 1024 dpakai oleh Andre Bizton untuk menyebutkan corak dalam seni lukis. Dalam kreativitasya corak surrealis berusaha membebaskan diri dari control kesadaran, menghendaki kebebasan yang selanjutnya ada kecenderungan menuju kepada realistis namun masih dalam hubungan-hubungannya yang aneh. Pelopor Surrealisme : Joan Miro, Salvador Dali darl Andre Masson. Di Indonesia bisa disebut : Sudibio; Sudiardjo dan Amang Rahman. 11. Abstraksionisme Seni abstrak dalam seni lukis ialah seni yang berusaha mengambil obyek yang berasal dari dunia batin. Obyek itu bisa fantasi, imajinasi dan mungkin juga intuisi para seniman. Karena timbul dari dalam batin. Dalam seni abstrak terbagi dua katagori besar yaitu : a. Abstrak Ekspresionisme D Amerika abstrak ini terdapat dua kecenderungan yaitu : - Color Field Painting, yaitu lukisan yang menampilkan bidang-bidang lebar dan warna yang cerah. Pelopornya : Mark Rothko, Clyfford Stll, Adolf Got lieb, Robert Montherwell dan Bornet Newman. - Action Painting, yaitu lukisan yang tidak mementingkan bentuk yang penting adalah aksi atau cara dalam melukiskannya. Tokohnya adalah : Jackson Polack, Willem de Koning, Frans Kliner dan; adik Twarkov. Di Perancis abstrak ekspresionesme diikuti oleh : H. Hartum Gerard Schneider, G. Mathiew dan Piere Souloges. Kemudian yang diberi nama Technisme dipelopori : Wols Aechinsky dan Asger Yorn. b. Abstrak Geometris Abstrak Geometris disebut juga seni non obyektif. Dipelopori oleh Kandinsky. Setelah itu bermunculan abstrak geometris yang lain dengan nama berbeda antara lain : ? Suprematisme, yaitu lukisan yang menampilkan abstraksi bentuk-bentuk geometris mumi

dengan tokohnya adalah kasimir Malevich. Konsiruktivisme, sebuah corak seni rupa 3 dimensi yang berusaha menampilkan bentuk-bentuk abstrak dengan menggunakan bahan-bahan modem seperti kawat, besi, kayu dan plastik. Tokohnya : Vladimir Tatlin, Antonic Pevner, Naum Gabo dan A. Rodehenko. Alexander Calder karena patungnya dapat bergerak disebut Mobilisme di Amerika patung yang dapat bergerak disebut Kinetic Sculpture. Minimal Art juga termasuk dalam kelompok konstruktivisme. Seni ini lahir karena situasi tehnologi industri yang tinggi dan karyanya cenderung kea rah aristektual. ? Neo Plastisisme (De Stijil), yaitu corak seni abstrak yang menampilkan keuniversalan ilmu pasti. Aliran ini berusaha mengembalikan pewarna kepada warna pokok dan bentuk yang sikusiku Tokohnya ialah Piet Mondarian, Theo Van Daesburg dan Bart Van Leck. ? Op Art (Optical Art), disebut juga Retinal Art yaitu corak seni lukis yang penggambarannya merupakan susunan geometris dengan pengulangan yang teratur rapi, bisa seperti papan catur. Karya ini menarik perhatian karena warnanya yang cemerlang dan seakan mengecohkan mata dengan ilusi ruang. Tokoh corak ini : Victor Vaserelly, Bridget Riley, Yacov Gipstein dan Todasuke Kawayama. 12. Pop Art (Popular Art) Seni Pop atau Pop Art mula-mula berkemang di Amerika pada tahun 1956. nama aslinya adalah Popular Images. Seni ini muncul karena kejenuhan dengan seni tanpa obyek dan mengingatkan kita akan keadaaan sekeliling yang telah lama kita lupakan. Dalam mengambil obyek tidak memilih-milih, apa yang mereka jumpai dijadikan obyek. Bahkan bisa saja mereka mengambil sepasang sandal disandarkan diatas rongsokan meja kemudian diatur sedemikian rupa dan akhirnya dipamerkan. Kesan umum dari karya-karya Pop art menampilkan suasana sindiran, karikaturis, humor dan apa adanya. Tokoh-tokohnya antara lain : Tom Wasselman, George Segal, Yoseph Benys, Claes Oldenburg dan Cristo. Di Indonesia yang menganut aliran ini adalah seniman-seniman yang memproklamirkan diri :Kaum Seni Rupa Baru Indonesia. 13. Seni Instalasi Berarti sejumlah kanfas atau obyek ide instalasi dimulai dari barang-barang yang ditemukan di mana-mana dan kemudian di kembangkan, direkayasa di work shop, di improvisasi dengan ruang, atau merupakan input respons terhadap ruang ataupun yang mengelilinginya, susunan dalam sebuah fungsi dirakit dengan obyek-obyek lain jadilah sebuah sistem itulah instalasi.

ARTIKEL 5Tinggalkan Komentar

Seni rupa
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari

Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan dengan rabaan. Kesan ini diciptakan dengan mengolah konsep garis, bidang, bentuk, volume, warna, tekstur, dan pencahayaan dengan acuan estetika. Seni rupa dibedakan ke dalam tiga kategori, yaitu seni rupa murni atau seni murni, kriya, dan desain. Seni rupa murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan produksi. Secara kasar terjemahan seni rupa di dalam Bahasa Inggris adalah fine art. Namun sesuai perkembangan dunia seni modern, istilah fine art menjadi lebih spesifik kepada pengertian seni rupa murni untuk kemudian menggabungkannya dengan desain dan kriya ke dalam bahasan visual arts.

ARTIKEL 6

::PELUKIS BATAM::
Al-Quran Menjadi Tema Sentral Lukisan Syaiful Adnan
October 19, 2008 at 4:59 pm (artikel seni rupa) Oleh Muharyadi Ditengah-tengah tumbuh dan berkembangnya seni lukis moderen di tanah air, pelukis Syaiful Adnan kelahiran Saningbakar, Solok, Sumatera Barat 5 Juli 1957 yang telah 20 tahun bermukim dan menetap di Yogyakarta mungkin satu diantara sedikit pelukis kaligrafi arab yang tetap eksis di dunianya, hingga mengantarkannya berada dideretan papan atas seni lukis di tanah air. Syaiful Adnan jebolan SSRI/SMSR Negeri Padang sekarang SMK Negeri 4 (jurusan seni lukis) dan Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) Yogyakarta ini, mulai menekuni dunia seni lukis kaligrafi Islam sejak tahun 1970-an dengan memiliki gaya baku istilah yang dipakai Syaiful Adnan seperti Thuluth, Naski, Muhaqqaq, Rayhani, Riqai, Taqwi atau Magribi yang masingmasingnya memiliki karakter. Dalam bincang-bincangnya dengan Haluan baru-baru ini di Yogyakarta, bagi Syaiful Adnan melukis didasari kesadaran kulturalnya dengan menempatkan kaligrafi sebagai pilihan guna merefresentasikan memori pribadi dan juga memori kolektif bagi seniman yang menyenangi kecendrungan melukis kaligrafi sebagai pilihan kerja lukis-melukis. Ditangan pelukis urang awak ini proses kreatif dan beragam dinamika aspek estetis cendrung meluncur dengan tenang. Lihat lukisan-lukisan kaligrafi Islam yang pernah lahir melalui proses pergulatan kreatifnya terlihat memiliki gaya tersendiri, yang tidak pernah dibuat pelukis lain di tanah air. Dasarnya tentulah dilatarbelakangi pemahaman yang kuat terhadap aspek-aspek elementer seperti garis, bidang, warna, tekstur, komposisi dengan mengolah ayat-ayat suci AlQuran menjadi tampilan baru dalam bidang seni lukis. Sejumlah lukisan kaligrafi Syaiful Adnan yang telah puluhan kali berpameran, tunggal dan kolektif di dalam negeri maupun di luar negeri ini mengetengahkan ayat-ayat suci Al-Quran sebagai tema sentral. Ayat-ayat itu dapat dibaca sebagai bentuk refresentasi atas tauhidiah (keyakinan tentang keesaan Allah SWT) danzikir (sebagai konsekwensi dan tauhid). Keesaan Allah SWT dapat dipahami melalui rangkaian ayat-ayat Al-Quran yang memuat tentang segala kemahabesaran, kemahaagungan, kemahaindahan dan lainya. Dari sini lantas karya-karya Syaiful Adnan dijadikan media komunikasi bagi kesadaran penikmatnya dan diri Syaiful Adnan sendiri. Selain itu lukisan Syaiful juga merupakan ekspresi zikir visual, membaca dan mewujudkan terus menerus tentang ayat-ayat Allah. Dalam penuturan Syaiful Adnan selain persoalan elementer hal yang tak pernah diabaikannya adalah menyangkut idiom-idiom baru dalam ideo plastik yang meliputi masalah secara langsung maupun tidak berhubungan dengan isi atau cita perbahasaan bentuk.

Dalam banyak komentar dan tulisan yang dikemukakan para pengamat maupun kurator, senirupawan maupun sastrawan yang kerap mengintip perjalanan pelukis urang awak ini di peta seni rupa tanah air ini menyebutkan, Syaiful Adnan merupakan satu diantara sedikit penggerak seni Islam generasi kedua setelah dedengkot pendahulunya seperti Admad Sadali, AD Pirous, Amang Rahman dan Amri Yahya. Hal yang menarik lainnya, ditengah-tengah gemerlapnya kehidupan finansial pelukis terutama di Yogyakarta, Jakarta dan beberapa kota besar lainnya, Syaiful Adnan tetap sederhana dalam banyak hal, peformance penampilan, finansial dan lainnya. Seperti diakui Syaiful Adnan saya tidak terbuai pada persoalan manisnya nilai-nilai budaya sekuler. Kemampuan berolah seni melalui seni lukis kaligrafi Islam membuat saya makin dekat dengan-Nya. Syaiful memang menjadi catatan sejarah dan membuat sejarah dalam percaturan seni lukis di tanah air. *** Sumber: www.senirupa.net

skip to main | skip to sidebar

ARTIKEL 7

Kamis, 26 Juni 2008


Pembelajaran Seni Rupa

Seni rupa

merupakan hasil interpretasi dan tanggapan pengalaman manusia

dalam bentuk visual dan rabaan. Seni rupa berperan dalam memenuhi tujuantujuan tertentu dalam kehidupan manusia maupun semata-mata memenuhi kebutuhan estetik.

Karya seni rupa dapat menimbulkan berbagai kesan (indah,

unik, atau kegetiran) serta memiliki kemampuan untuk membangkitkan pikiran dan perasaan. Dengan memahami makna tentang bentuk-bentuk seni rupa, akan diperoleh rasa kepuasan dan kesenangan. Seni rupa dapat dibedakan menjadi seni rupa murni, seni kriya, dan desain. Jenisjenis seni rupa ini menunjukkan proses pembuatan dan bentuk karya yang dihasilkan, serta nama pembuatnya, yaitu seniman, kriyawan, dan desainer. Seni murni menekankan pada ungkapan pikiran dan perasaan, meliputi seni lukis, seni patung, dan seni grafis. Seni kriya menekankan pada keterampilan teknik pembuatan karya, dengan hasil berupa karya kriya fungsional dan nonfungsional. Seni kriya menggunakan berbagai teknik dan media tertentu, misalnya kriya kayu, kriya logam, dan kriya tekstil. Desain menunjukkan proses pembuatan karya yang maksud dan tujuannya telah ditentukan lebih dahulu. Karya desain merupakan rancangan gambar, benda, atau lingkungan yang didasarkan pada persyaratanpersyaratan tertentu. Seniman atau kriawan dapat bekerja secara mandiri, sedangkan desainer bekerja untuk keperluan klien. Dalam pembelajaran seni rupa, peranan seni murni, kriya, maupun desain bersifat saling melengkapi dan saling berkaitan. Pembelajaran seni rupa dapat dilakukan dengan pendekatan studio, misalnya studio seni lukis, seni patung, seni grafis, dan kriya. Pembelajaran seni rupa dapat juga dipisahkan menjadi kegiatan pembelajaran seni rupa murni, kriya, dan desain. Materi pokok seni rupa meliputi aspek apresiasi seni, berkarya seni, kritik seni, dan penyajian seni. Apresiasi seni rupa berarti mengenal, memahami, dan memberikan penghargaan atau tanggapan estetis (respons estetis) terhadap karya seni rupa. Materi apresiasi seni pada dasarnya adalah pengenalan tentang konsep atau makna, bentuk, dan fungsi seni rupa. Apresiasi seni rupa dapat mencakup materi yang lebih luas, yaitu pengenalan seni rupa dalam konteks berbagai kebudayaan. Pembahasan konsep seni rupa dapat berupa struktur bentuk dan ungkapan (ekspresi) dalam seni murni dan hubungan bentuk, fungsi, dan elemen estetik

dalam seni rupa terapan. Pembahasan tentang media seni rupa bisa berupa ciri-ciri media, proses, dan teknik pembuatan karya seni rupa. Selain itu, apresiasi seni juga perlu memberikan pemahaman hubungan antara seni rupa dengan bentuk-bentuk seni yang lain, bidang-bidang studi yang lain, serta keberadaan seni rupa, kerajinan, dan desain sebagai bidang profesi. Berkarya seni rupa pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah media seni rupa untuk mewujudkan bentuk-bentuk atau gambarangambaran yang baru. Untuk itu diperlukan berbagai pendekatan seperti menggambar, mengobservasi, mencatat, membuat sketsa, bereskperimen, dan menyelidiki gambar-gambar atau bentuk-bentuk lainnya, proses pengamatan terhadap masalah pribadi, realitas sosial, tema-tema universal, fantasi, dan imajinasi. Mengolah media pada dasarnya adalah menggunakan bahan dan alat untuk menyusun unsur-unsur visual seperti garis, bidang, warna, tekstur, dan bentuk. Dalam mengolah media, kita perlu mengetahui teknik penggunaan berbagai bahan, dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan maupun kelebihankelebihannya. Dalam kritik seni maksudnya yaitu analisis kritis, meliputi deskripsi, analisis, interpretasi, dan penilaian. Unsur yang dianalisis adalah gaya, teknik, tema, dan komposisi karya seni rupa. Ini dapat mengasah keterampilan pengamatan visualnya. Pembelajaran kritik seni rupa memberikan pengenalan dan latihan menggunakan bahasa dan terminologi seni rupa untuk mendeskripsikan dan memberikan tanggapan terhadap karya seni rupa. Tanggapan ini berkaitan dengan sifat-sifat sensoris karya seni rupa, seperti aspek-aspek taktil (rabaan), spasial (keruangan), dan kinestetik (gerak). Pembelajaran kritik seni juga melatih kemampuan untuk memahami makna-makna yang disampaikan melalui simbol visual, bentuk-bentuk, dan metafora.
DIPOSKAN OLEH BAKPAW DI 22:49 LABEL: BALI HANDYCRAFT, FUNGSI SENI, GAYA DESAIN, GUIDEPOST, KARYA DESAIN, KARYA LUKIS, KARYA PATUNG, KESENIAN PATUNG, KONSEP SENI, NILAI ESTETIKA, SENI MURNI

ARTIKEL 8

::PELUKIS BATAM::
200 Tahun Raden Saleh
October 9, 2008 at 8:26 am (artikel seni rupa)

Makam Pelukis Antikolonial Itu Dipugar Raden Saleh, yang nama lengkapnya Raden Saleh Syarif Bustaman, identik sebagai pelukis Indonesia yang sudah bersentuhan dengan dunia modern pada zaman penjajahan Belanda. Almarhum lahir pada 1807 di Desa Terbaya, Semarang, Jateng, dan meninggal di Bogor, 23 April 1880. Pada zaman itu memang dialah satu-satunya pelukis Indonesia yang profesional setelah menimba ilmu kurang lebih 23 tahun (1829-1852) di Eropa. Jangan heran kalau nama Raden Saleh tetap abadi tidak hanya dalam percaturan dunia seni rupa, tetapi juga dalam kacamata pemerintah Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan pemugaran makam Raden Saleh yang berdampingan dengan makam istri keduanya, Raden Ayu Danudiredjo, di Gang Makam Raden Saleh, Jalan Pahlawan, Bondongan Empang, Bogor, Jawa Barat. Makam ini pertama kali dipugar oleh pemerintah atas prakarsa mantan Presiden RI Ir Soekarno tahun 1953 dengan arsitek Ir Silaban. Raden Saleh pertama kali menikah dengan Constancia Winkelhagen (1856) dan tinggal di rumah yang mewah di Jalan Cikini (sekarang RS Cikini, Jalan Raden Saleh) dan memiliki sebuah kebun binatang (sekarang kompleks Taman Ismail Marzuki). Lalu almarhum menikah untuk kedua kalinya dengan RA Danuredjo (1866) yang masih keturunan Hamengku Bowono VI. Setelah menikah dengan wanita pribumi, mentalitasnya yang kebarat-baratan berubah drastis. Ia memilih tinggal di Bogor hingga akhir hayatnya. Memperingati 200 tahun kelahiran Raden Saleh (2007), area makam Raden Saleh dan istrinya dipugar atas fasilitas Galeri Nasional Indonesia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Peresmian pembangunan fasilitas publik makam Raden Saleh dilakukan oleh Direktur Jenderal Nilai Budaya Seni dan Film Depbudpar Drs Tjetjep Suparman, MSi, Rabu (30 April 2008). Acara yang berlangsung di tengah guyuran hujan lebat dengan undangan duduk di bawah tenda itu dihadiri oleh sejumlah undangan, antara lain seniman, pejabat setempat, dan Penasihat Pers dan Kebudayaan Direktur Erasmus Huis Paul J A M Peters. Area makam yang berlokasi di sebuah gang kecil, sekitar 100 meter dari jalan raya itu memiliki fasilitas pendopo dan plaza yang ditata sederhana tapi apik. Pada dinding di belakang makam terpajang tiga buah lukisan yang waktu itu baru dilukis oleh Ibrahim Basalmah dan kawankawan. Mereka melukis Gunung Merapi di mana Raden Saleh pernah melukis Gunung Merapi, potret Raden Saleh, dan sosok seorang pelukis berambut kucir, bertopi bundar, membawa ransel yang membelakang, berjalan menuju masa depan yang lebih baik. Sementara itu, di pendopo terpajang beberapa diorama tentang Raden Saleh dan karyanya. Di kompleks makam itu, di depan pendopo, tak jauh di belakang dinding makam Raden Sakeh, ada beberapa makam tanpa nisan. Dalam kesempatan itu diluncurkan buku Lukisan-Lukisan Raden Saleh Ekspresi Anti Kolonial. Buku yang ditulis I Ketut Winaya itu diterbitkan Galeri Nasional Indonesia. Buku itu merupakan bagian dari sebuah desertasi program doktor I Ketut Winaya di Universitas Udayana, Bali (2007). Dasar penulisan buku yang disunting oleh M Agus Burhan dan Pudentia ini ialah ingin mengkaji lukisan-lukisan Raden Saleh yang merupakan ekspresi antikolonial dan mentalitas Raden Saleh setelah bersentuhan dengan budaya modern. Kepala Galeri Nasional Indonesia, Tubagus Andre Sukmana, mengatakan bahwa penelitian Dr I Ketut Winaya ini diterbitkan menjadi sebuah buku atas prakarsa Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film. Hal ini dilatarbelakangi prestasi Raden Saleh di negeri Belanda dan negara Eropa lainnya, sementara banyak ahli dan peneliti asing menerbitkan buku tentang Raden Saleh dan tulisan tentang Raden Saleh.

Buku setebal 178 halaman ini berisi enam bab, antara lain Raden Saleh Syarif Bustaman dan Gaya Lukisannya dalam Perkembangan Seni Lukis Modern di Indonesia pada Zaman Kolonial Belanda dan Lukisan-Lukisan Raden Saleh dan Ekspresi Antikolonial Tahun 1852 1880 setelah kembali ke Indonesia. Beberapa lukisan Raden Saleh yang menggambarkan perlawanan terhadap penjajahan antara lain Perkelahian dengan Singa dan Gunung Merapi dan Merbabu. Kedua lukisan itu dibuat tahun 1870 dengan gaya romantisme paradoks. Kedua lukisan itu sebagai bentuk perlawanan terhadap kolonial Belanda atas perlakuan terhadap dirinya yang semena-mena. Tanpa prosedur, ia ditangkap dan diadili oleh pemerintah kolonial Belanda karena dituduh terlibat dalam pemberontakan Bekasi 1869, padahal keterlibatannya dalam pemberontakan itu sulit dibuktikan. Ketika pemimpin pemberontak, Bassa Kolot, yang menyamar sebagai Raden Saleh telah ditangkap, maka ia pun dilepas, tetapi terus diawasi (hlm 142). Lukisan lainnya memiliki makna kepahlawanan antipenjajah seperti Penangkapan Diponegoro (1857) yang berukuran 112 x 178. Pangeran Diponegoro dilukiskan mengenakan sorban berwarna hijau dan di atas sorban itu ada warna merah putih. Diponegoro berjubah putih tanpa alas kaki. Sorban yang ada warna merah-putihnya itu sebagai simbol perjuangan dan perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah Belanda. Pada lukisan Antara Hidup dan Mati (1848) digambarkan seekor banteng besar sebagai lambang bangsa Indonesia melawan dua ekor singa jantan dan betina sebagai lambang kolonial Belanda. Sebagai pelukis, Raden Saleh dimunculkan sebagai legenda karena kualitas lukisan-lukisannya memang istimewa. Lukisan-lukisannya mempunyai aura yang sanggup menahan keabadian (hlm 144). (Susianna) sumber: suara karya ARTIKEL 9
Pengertian Seni Secara Umum dan Sejarahnya
Oleh Syawir Minggu, 07 Mei 2006 07:34:05 Klik: 236814 Cetak: 574

Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Mungkin saya memaknainya dengan keberangkatan orang/ seniaman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilimu di eropa mengatakan "ART" (artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan. Namun kita tidaka usah mempersoalkan makna ini, karena kenyataannya kalu kita memperdebatkan makna yang seperti ini akan semakain memperkeruh suasana kesenian, biarlah orang memilih yang mana terserah mereka. Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada + sejak 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya berupa lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia Purba dengan manusia Moderen adalah terletak

pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya adalah semat-mata hanya untuk kepentingan Sosioreligi, atau manusia purba adalah figure yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia moderen membuat karya seni/penanda kebudayaan pada massanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya "mungkin". Dengan kata lain manusia moderen adalah figure yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berfikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian paa jaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis; karena memang demikian awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama/milik bersama.karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri. Kalupun toh ada penjelasan tertentu pada artefak tersebut hanya penjelasan yang menyatakan benda/bangunan tersebut di buat untuk siapa". Ini pun hanya ada pada setelah jaman, katanya para ahli arkiologi sich saya sendiri tidak tahu pasti. Kita bisa menyimpulkan kesenian pada jaman sebelum moderen kesenian tidak beraspek individulistis. Sejak kapan fungsi individulistis dari seni mulai tampak ?, katanya para sejarawan lagi, beliaubeliau mengatakan sejak seni memasuki jaman moderen. Kenapa ini bisa terjadi ? (ini kata saya sedikit mengutip kata-kata para ahli yang terdahulu). Karena mengikuti pola berfikir manusia yang maunya mencari kebaruan dan membuat perubahan (entah baik atau buruk). Begini ceritanya :Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya , basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi, dan setiap kegiatan bersenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif, dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis. Seni pada perkembangannya di jaman moderen mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan/ seni dan desain yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "Seni Tinggi" untuk Seni Murni dan "Seni Rendah" untuk Seni Terapan atau Desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktorfaktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda harus berbeda dengan benda lain (barang); ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan dari atas oleh seorang produsen. Terakhir kita menuju pada jaman Post-moderen/Kontemporer. Di jaman Kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya. Mungkin disini saya akan memberi sedikit ilustrasi : Di era Kontemporer ini aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain,

namun sekarang mungkin kesemuanya itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang. Radikal,.ya..???. itu hanya kelihatannya ????. Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah "mungkin". Marah atau jenuh pada siapa :1. Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada2. Atau para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka, dll (ini katanya Adi Wicaksono yang sepertinya seorang kritikus seni yang dari Jogya itu..Lho..!!!!). 3. Atau para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan. Di era kontemporer ini juga banyak lahir bentuk seni yang baru semisal: 1. Klik Art : yang dalam pembuatannya seseorang tidak harus membuatnya dengan Hand Made (melukisnya sendiri). Dalam Klik Art ini siapa saja bisa membuat lukisan dengan memanfaatkan gambar yang ada atau lukisan orang lain yang mungkin di rubah atau ditambahi bahkan dikurangi. Tapi perlu di ingat dalam klik art ini kamu harus bisa mengoperasikan komputer dan progaram- progaramnya yang di gunakan dalam kegiatan ini, misalnya: Corel Draw, Photosop, atau yang lainnya, begitu.2. Net Art : adalah bentuk seni yang mana dalam pamerannya dilakukan diruang maya (Internet), di net art ini kamu bisa mengubah gambarnya juga lho, atau mengurangi dan menambahi, atau mungkin kamu mangganti ini sial pembuatnya dengan namamu itu sah-sah saja tidak ada yang melarang kok. Namun perlu di ingat walaupun kamu merubah atau mengganti inisial pencipta pada karya net art ini sipembuat akan semakain bangga karena ia merasa menang dan puas karena karyanya ternyata interaktif dan lebih parah lagi kamu sudah masuk perangkap permainan sang pembuat. Satu lagi yang terkenal bukan kamu namun si pemilik situs dimana karya itu di muat,...tahu nggak ////// kapok kon salah' e dewe. Tapi asik kok coba saja. 3. Vidio Art/vidio instalasi : vidio art ini tidak beda dengan seni instalasi yang mana dalam aktulisasinya si seniman memanfatkan teknologi telvisi yang terkoneksi dengan vidio, atau komputer, jadi pesan yang ingin di sampaikan si kreator itu di serahkan pada seonggok mesin, tapi kadang si kreator juga menyertakan tubuhnya atau tubuh orang lain, yang sepertinya kita melihat itu mirip seni pertunjukan, namun ini bukan seni pertunjukan lho, karena masih ada unsure rupa-nya, namun juga bukan seni rupa lho karana dalam vidio art ini unsure gerak, bunyi, dan sastra juga di pakai. Dan banyak bentuk seni-seni yang lain saja sedikit lupa dan sudah capek menyebutkan satupersatu, tapi mungkin dari kalian sudah ada yang tahu bahkan lebih tahu dari say,...he.he..he..e..ee..eeeh.ehhhh.. ehhhk..grokhg. !!!!!!!. huwek cuihhhhhhh. ( Sori ya sedikit agak kopros soale aku wis bosen ngetik) Yang jelas pada jaman kontemporer ini sekat antara cabang-cabang seni berusaha dihilangkan atau bahkan sudah hancur, maksudnya sekat antara cabang seni itu adalah:...., yang dulunya ada seni rupa sendiri, lantas seni tari, seni musik, atau mungkin seni-seni yang bau itu Lho !! Yang ada adalah hanya kata dan bentuk kesenian yang mempunyai hasil atau artefak yang bisa dinikmati, diapresiasi, diinterprestasi, diperjual belikan atau kalau menurut kamu jelek bisa di caci maki..bebaslah yang penting tidak sampai menyinggung perasaan yang membuat, karena apa nanti kamu bisa-bisa di caci maki ganti, atau lebih parah kamu bisa di-kaplok. Okey.. Itu cerita saya tentang pengertian seni secara umum beserta sejarahnya Sumber : http://endonesa.net/ email : Sawir@endonesa.net

ARTIKEL 10 Seni Lukis Zaman Presejarah Aliran dalam Seni Rupa

Pengertian Kriya Seni


Kriya Seni atau beberapa menyebutnya Seni kriya adalah sebuah cabang dari seni rupa yang juga berkembang di Indonesia. Lalu apakah yang dimaksud Seni Kriya atau kriya Seni tersebut. Kriya adalah kegiatan seni yang menitik-beratkan kepada keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai pakai, tetapi juga bernilai estetis. Kriya bisa meminjam banyak pengetahuan dalam seni rupa murni seperti cara mematung atau mengukir untuk menghasilkan produk, namun tetap dengan tidak terlalu berkonsentrasi kepada kepuasan emosi seperti lazim terjadi misalnya pada karya lukis dan patung. Kriya juga lebih sering mengikuti tradisi daripada penemuan yang sering ditemukan secara individu oleh seorang perupa. (wikipedia) berikut adalah beberapa contoh karya seni rupa kriya

http://yogaparta.files.wordpress.com

http://kriya.isi-dps.ac.id

http://www.isi-dps.ac.id -7.156753 112.648982

You might also like