You are on page 1of 4

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang Sumber bahan pakan alternatif untuk pakan ikan diantaranya adalah hasil-hasil ikutan produk agro industri salah satunya adalah bungkil inti sawit (BIS) dan onggok. BIS dan onggok merupakan limbah pabrik yang ketersediannya sepanjang waktu dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Sampai saat ini Indonesia masih menempati posisi teratas sebagai negara produsen crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Indonesia, Malaysia dan

Nigeria merupakan 3 negara di dunia yang memproduksi 84% minyak kelapa sawit dunia (Jaelani dan Firahmi 2007). Produksi crude palm oil (CPO)

Indonesia pada tahun 2009 mencapai 19.4 juta ton per tahun (Direktorat Jenderal Perkebunan 2010). Sedangkan produksi bungkil inti sawit Indonesia pada tahun 2007 mencapai 2.14 juta ton (Iskandar et al. 2008). BIS berpotensi sebagai pakan ruminansia dan non ruminansia. Faktor pembatas pada BIS adalah tingginya kandungan serat, palatabilitas yang rendah, mengandung anti nutrisi, kurangnya beberapa asam amino esensial yaitu sistein, metionin , trytoptan dan lisin (Wanasuria 2008). Kandungan protein kasar BIS dalam bobot kering berkisar 11.3 17.45% (Sundu et al. 2004; Nurhayati 2007; Chong et al. 1998; Hadadi et al. 2007; Siregar 1995; Amri 2007). Sedangkan kandungan serat kasarnya mencapai 16 30.5% (Sundu et al. 2004; Hasnudi 2005; Jaelani Hampir dan Firahmi 2007; Siregar 1995; Wiramihardja et al. 2007).

73% komponen penyusun BIS adalah berasal dari dinding sel dan

75-78% dari jumlah tersebut merupakan senyawa polisakarida bukan pati (Non Starch Polysaccarides /NSP) yang bersifat tidak larut dalam air (Dusterhoft dan Voragen (1991) dalam Ginting dan Krisnan 2006). Onggok merupakan hasil samping dari pembuatan tapioka ubi kayu. Dari setiap ton ubi kayu dapat dihasilkan 114 kg onggok. Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan dengan meningkatnya produksi tapioka. Indonesia tahun 2008 mencapai 1.2 juta ton (BPS 2008). Produksi tapioka

Onggok

berpotensi sebagai bahan pakan, namun karena kandungan

protein kurang dari 5% (Tarmudji 2004), penggunaannya dalam penyusunan pakan sangat terbatas terutama untuk hewan monogastrik seperti ikan, itik, ayam. Upaya untuk meningkatkan nilai nutrisi dan untuk menurunkan serat

kasar pada BIS dapat dilakukan melalui fermentasi substrat padat dengan kapang. Sumber karbon yang potensial untuk fermentasi adalah onggok. Kandungan pati pada onggok sekitar 6080% dari berat kering, sehingga onggok cukup potensial sebagai sumber karbon dalam fermentasi BIS, meskipun masih memerlukan

suplementasi zat gizi seperti nitrogen dan unsur-unsur mineral lainnya (Tjiptadi dan Sutamiharja 1985) dalam Sumanti et al (2005). Kapang yang dapat digunakan sebagai inokulan dalam fermentasi BIS dan onggok adalah Trichoderma harzianum Rifai. Menurut Fati (1997), dedak padi yang difermentasi dengan kapang T. harzianum mampu meningkatkan kandungan protein dari 8. 74 % menjadi 14.66 % dan menurunkan serat kasar dari 18.90 % menjadi 12.81 %. Fermentasi lumpur sawit dengan T. harzianum mampu meningkatkan kandungan protein kasar dari 7,65% menjadi 9,42%, menurunkan serat kasar dari 6.41% menjadi 4.57% (Mairizal et al. 2006). Fermentasi BIS dengan T. harzianum memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan T.viridae dan T. koningii, karena dapat menurunkan serat kasar sebesar 33.1 % (Ginting dan Krisnan 2006). Hasil penelitian Illuyemi et al. (2005) juga menunjukkan bahwa fermentasi BIS dengan T. harzianum dapat menurunkan kandungan selulosa sebesar 49.18% dan hemiselulosa sebesar 24.68%. Iyayi dan Aderolu (2004) melaporkan bahwa fermentasi BIS dengan T. viridae selama 14 hari mampu memperbaiki nutrien dengan penurunan kandungan serat kasar dari 14.45% menjadi 9.17%. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan dengan bahan baku limbah sawit yang difermentasi dengan enzim rumen dapat digunakan untuk pembesaran ikan nila, meskipun belum dapat menyamai pakan yang

menggunakan bungkil kedelai. Namun dari segi harga, pakan ini lebih murah sehingga dapat dijadikan sebagai pakan alternatif (Hadadi et al. 2007). Menurut Zahari dan Alimon (2004), penggunaan BIS untuk bahan baku ikan catfish maksimal 30 %, dan untuk tilapia maksimal 20 %.

Lim et al (2001) melaporkan bahwa BIS dapat digunakan dalam pakan Oreochromis mosambicus mencapai 30 %. Sedangkan menurut Amri (2007), penggunaan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan Rhizopus oligosporus sebanyak 18% dalam pakan ikan mas memperlihatkan jumlah konsumsi pakan, pertambahan berat tertinggi, dan menurunkan konversi pakan.

Perumusan Masalah Permasalahan pada bahan baku nabati dari limbah olahan agro industri seperti bungkil inti sawit (BIS) dan onggok adalah tingginya kandungan crude fiber (serat kasar). Untuk mengatasi hal tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan teknologi fermentasi substrat padat menggunakan kapang T. harzianum, karena kapang ini merupakan salah satu kapang yang dapat menghidrolisis selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana (glukosa). Trichoderma merupakan kapang selulolitik yang memiliki potensi

mendekomposisi selulosa dan hemiselulosa (Schmidt 2006). Menurut Samingan (2009) kapang tersebut mampu menghidrolisis selulosa lebih tinggi dibandingkan lignin. Dengan terjadinya penurunan serat kasar pada BIS yang difermentasi dengan T. harzianum diharapkan dapat memperbaiki mutu bahan pakan dari segi daya cerna serta meningkatkan daya simpan BIS. Keberadaan serat kasar pada pakan ikan diperlukan namun dalam jumlah yang terbatas. Serat kasar berfungsi untuk memperlancar pengeluaran sisa-sisa pakan yang tidak tercerna yaitu itu untuk meningkatkan gerak peristaltik. Sejauh ini belum banyak diketahui kemampuan ikan untuk menyerap unsur-unsur serat kasar seperti Neutral Detergent Fiber (NDF), Acid Detergent Fiber (ADF), selulosa dan hemiselulosa. Untuk itu dalam penelitian ini dilakukan evaluasi kecernaan campuran BIS dan onggok yang telah difermentasi dengan T. harzianum.

Tujuan Penelitian 1. Mengevaluasi penurunan serat kasar campuran BIS dan onggok yang difermentasi dengan kapang T. harzianum. 2. Mengevaluasi tingkat kecernaan campuran BIS dan onggok yang

difermentasi dengan kapang T. harzianum untuk pakan ikan nila.

Manfaat Penelitian 1. Memanfaatkan limbah pengolahan sawit dan tapioka untuk pakan ikan sebagai alternatif penggunaan bahan baku pakan lokal. 2. Memberikan informasi tentang fermentasi campuran bungkil inti sawit dan onggok dengan T. harzianum untuk pakan ikan nila.

You might also like