You are on page 1of 6

PEMBELAJARAN MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TAI BERBASIS KONTRUKTIVIS

A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar mengajar yang sesuai dengan karakteristik IPA dan memperhatikan perspektif siswa sekolah dasar. Pembelajaran yang dimaksud diatas adalah pembelajaran yang mengutamakan keaktifan siswa, menerangkan pada kemampuan minds-on dan hands-on serta terjadi interaksi dan mengakui adanya konsepsi awal yang dimiliki siswa melalui pengalaman sebelumnya (Kartini, 2007). Dalam pelaksanaan teori belajar konstruktivisme ada beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan pembelajaran yaitu sebagai berikut : 1. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pendapatnya dengan bahasa sendiri. 2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya sehingga lebih kreatif dan imajinatif. 3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru. 4. Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa. 5. Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka. 6. Menciptakan lingkungan yang kondusif (Nuryantini, 2004). Dari berbagai pandangan di atas, bahwa pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka dengan kata lain siswa lebih

berpengalaman untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

B. Keuntungan

Dan

Kelemahanan

Dalam

Menggunakan

Model

Konstruktivisme Dalam penggunaan model konstruktivisme terdapat keuntungan yaitu : 1. Dapat memberikan kemudahan kepada siswa dalam mempelajari konsep IPA. 2. Melatih siswa berfikir kritis dan kreatif. Adapun kelemahan pembelajaran konstruktivisme adalah : 1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi. 2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda. 3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.

C. Tahapan Model Pembelajaran Konstruktivisme Model pembelajaran konstruktivisme meliputi empat tahapan yaitu : 1. Tahapan pertama adalah apersepsi, pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan dari materi sebelumnya yang merupakan konsep prasyarat. 2. Tahap kedua adalah eksplorasi, pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang mau dipalajari. Kemudian siswa menggali menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.

3.

Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep, pada tahap ini siswa mengkomunikasikan hasil penyelidikan dan tamuannya, pada tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotifasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.

4.

Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi, pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas (Kartini, 2007).

Dengan diterapkannya pembelajaran konstruktivisme dalam pembelajaran IPA, diharapkan dapat membantu siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih memahami penjelasan guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

D. Model

Pembelajaran

Koopereatif

Tipe

TAI

(Team

Assisted

Individualization) Model pembelajaran Team Assisted Individualization termasuk dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (4 sampai 5 siswa) yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa yang

memerlukannya. Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama (kalau mungkin), tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya. Slavin (2008) membuat model ini dengan beberapa alasan. Pertama, model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program pengajaran individual. Kedua, model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif. Ketiga, model ini disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran, misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

Model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization ini memiliki 8 komponen. Kedelapan komponen tersebut adalah sebagai berikut : Team, placement test, Student Creative, Team Study, Team Score and Team Recognition, Teaching Group, Fact test, dan Whole-Class Units. a. Teams yaitu pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Dimana kelompok heterogen mewakili hasil-hasil akademis dalam kelas, jenis kelamin, ras atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ikut belajar dan lebih khusus adalah untuk mempersiapkan anggota kelompoknya mengerjakan tes dengan baik. b. Placement Test yaitu pemberian pre-test kepada siswa atau melihat rata-rata nilai harian siswa agar guru mengetahui kelemahan siswa pada bidang tertentu. Hal ini dianggap perlu agar kelompok dapat mencerminkan kondisi kelas dari segi akademis, serta untuk keberhasilan pembelajaran yang direncanakan. Placement Test berfungsi sebagai dasar pertimbangan menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok kooperatif. c. Student Creative yaitu melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan menciptakan dimana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya. d. Team Study yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang membutuhkan. Siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang sudah ditetapkan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam pembelajaran ini masing-masing siswa dalam kelompok berusaha membantu temannya. Jika ada yang mendapat kesulitan, disarankan untuk meminta bantuan dalam kelompok sebelum meminta bantuan kepada guru. e. Team Score and Team Recognition yaitu pemberian score terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas.

f. Teaching Group yaitu pemberian materi secara singkat dari guru menjelang pemberian tugas kelompok. Siswa yang telah mampu menguasai materi lebih dulu bertanggung jawab untuk menerangkan materi tersebut kepada anggota kelompoknya yang belum menguasai, sehingga akan diperoleh keberhasilan kelompok. g. Fact test yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh siswa. Diberikan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menangkap materi yang sudah dibahas. h. Whole-Class Units yaitu pemberian materi oleh guru kembali diakhiri waktu pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah (Sanjaya, 2006).

E. Desain Pembelajaran Fisika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Tai Menggunakan Pendekatan Kontruktivis Adapun desain pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI menggunakan pendekatan kontruktivis dilakukan dengan langkah sebagai berikut: 1. Kegiatan awal. Dalam kegiatan awal guru berupaya mengikutsertakan siswa secara aktif dalam perencanaan pembelajaran. Adapun hal-hal yang dilakukan antara lain: a. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan memberikan pertanyaan yang mengacu pada materi pembelajaran b. Membantu siswa menyusun tujuan belajar. c. Membantu siswa menemukan benda-benda dilingkungan sekitar yang bisa dijadikan bahan tambahan dalam pembelajaran/praktikum. 2. Kegiatan inti. Dalam kegiatan inti guru berupaya untuk mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun hal-hal yang dilakukan antara lain: a. Membantu siswa membagi kelompok.

b. Guru memberikan bahan pemecahan masalah kritis kepada siswa berupa Lemba Kerja Siswa (LKS) untuk individu maupun untuk kelompok. Sebelum masuk ke masalah/pertanyaan yang diajukan, didalam LKS kelompok diberikan ilustrasi berupa penggalan cerita/gambar yang sesuai dengan masalah yang akan dipecahkan oleh siswa, dimana ilustrasi cerita/gambar yang diberikan merupakan hal atau kegiatan yang sering dialami oleh siswa dalam kehidupannya. c. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKS individu dalam jangka waktu tertentu. d. Siswa mendiskusikan hasil yang didapat secara individu dengan kelompok masing-masing untuk dapat memecahkan masalah dan mengambil kesimpulan dalam LKS kelompok e. Hasil yang didapatkan secara kelompok dilaporkan/dipresentasikan kepada teman sekelas atau kepada kelompok lain. f. Guru bersama-sama dengan siswa mengoreksi hasil laporan/presentasi. 3. Kegiatan akhir. Dalam kegiatan akhir ini guru berupaya untuk mengikutsertakan siswa secara aktif dalam kegiatan evaluasi/penilaian pe mbelajaran. Partisipasi dalam tahap ini adalah keterlibatan siswa dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun penilaian program pembelajaran. Penilaian

pelaksanaan pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran. Desain pembelajaran seperti ini dapat menghidupkan kelas, menggerakkan diskusi di dalam kelas dan dapat meningkatkan kemampuan analisis peserta didik. Dengan desain pembelajaran ini kegiatan pembelajaran menjadi lebih efektif dan hasil atau prestasi belajar siswapun menjadi lebih optimal.

You might also like