You are on page 1of 32

PENGERTIAN, LATAR BELAKANG, DAN SEJARAH PATOLOGI SOSIAL Taufiq Winarno Pendahuluan Zaman pertemuan banyak kebudayaan sebagai

hasil dari semakin padatnya jringan komunikasi daerah, nasional, dan internasional. Amalgamasi antara bermacam-macam kebudayaan itu kadangkala bisa berlangsung lancer dan lembut. Tetapi, tidak jarang pula sebagiannya berlangsung melalui konflik-konflik hebat. Terjadilah konflik-konflik budaya dengan kemunculan situasi social yang khaotis dan kelompok-kelompok social yang tidak bisa dirukunkan sehingga mengakibatkan banyak kecemasan, ketegangan dan ketakutan dikalangan rakyat banyak, yang semuanya tidak bisa dicernakan dan diintegrasikan oleh individu. Situasi social seperti ini pada akhirnya mudah mengembangkan tingkah laku patologis/sosiopatik yang menyimpang dari pola-pola umum. Timbullah kelompokkelompok dan fraksi-fraksi ditengah masyarakat yang terpecah-pecah, masing-masing menaati norma-norma dan peraturannya sendiri, dan bertingkah semau sendiri. Maka muncullah banyak masalah social, tingkahlaku sosiopatik, deviasi social, disorganisasi social, disintegrasi social, dan diferensiasi social. Nlambat laun, hal itu menjadi meluias dalam masyarakat. Maka dengan tidak mengabaikan factor-faktor manusia dan psikologisnya, kita akan sedikit mencoba menganalisis terlebih dahulu pengertian, latar belakang dan sejarah patologi social yang diharapkan kita mendapatkan gambaran tentang maksud dari konsep patologi social itu sendiri. 1. A. Pengertian Patologi Sosial Pada awal ke-19 dan awal abad 20-an, para sosilog mendefinisikan patologi social sebagai semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas local, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan, dan hokum formal. Secara etimologis, kata patologi berasal dari kata Pathos yang berarti disease/penderitaan/penyakit dan Logos yang berarti berbicara tentang/ilmu. Jadi, patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang penyakit atau ilmu tentang penyakit.[1] Madsud dari pengertian diatas bahwa patologi adalah ilmu yang membicarakan tentang asal usul dan sifat-sifatnya penyakit. Konsep ini bermula dari

pengertian penyakit di bidang ilmu kedokteran dan biologi yang kemudian diberlakukan pula untuk masyarakat karena menurut penulis google bahwa masyarakat itu tidak ada bedanya dengan organisme atau biologi sehingga dalam masyarakatpun dikenal dengan konsep penyakit. Sedangkan kata sosial adalah tempat atau wadah pergaulan hidup antar manusia yang perwujudannya berupa kelompok manusia atau organisasi yakni individu atau manusia yang berinteraksi / berhubungan secara timbal balik bukan manusia atau manusia dalam arti fisik. Tetapi, dalam arti yang lebih luas yaitu comunity atau masyarakat. Maka pengertian dari patologi social adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit disebabkan oleh faktor-faktor sosial atau Ilmu tentang asal usul dan sifat-sifatnya, penyakit yang berhubungan dengan hakekat adanya mnusia dalam hidup masyarakat. Sementara itu menurut teri anomi bahwa patologi sosial adalah suatu gejala dimana tidak ada persesuaian antara berbagai unsur dari suatu keseluruhan, sehingga dapat membahayakan kehidupan kelompok, atau yang sangat merintangi pemuasan keinginan fundamental dari anggota anggotanya, akibatnya pengikatan social patah sama sekali. ( Koe soe khiam. 1963 ). 1. B. Sejarah dan latar belakang Patologi Sosial Manusia sebagai makhluk yang cenderung selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya telah menghasilkan teknologi yang berkembang sangat pesat sehingga melahirkan masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, dll.[2] Hal ini disamping mampu memberikan berbagai alternative kemudahan bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan hal-hal yang berakibat negatif kepada manusia dan kemanusiaan itu sendiri yang biasa disebut masalah sosial. Adanya revolusi industri Menunjukan betapa cepatnya perkembangan ilmu-ilmu alam dan eksakta yang tidak seimbang dengan berkembangnya ilmu-ilmu sosial telah menimbulkan berbagai kesulitan yang nyaris dapat menghancurkan umat manusia. Misalnya, Pemkaian mesin-mesin industri di pabrik-pabrik, mengubah cara bekerja manusia yang dulu memakai banyak tenaga manusia sekarang diperkecil, terjadinya pemecatan buruh sehingga pengangguran meningkat (terutama tenaga kerja yang tidak terampil), dengan timbulnya kota-kota industri cenderung melahirkan terjadinya urbanisasi besar-besaran. Penduduk desa yang tidak terampil dibidang industri mengalir ke kota-kota industri, jumlah pengangguran di kota semakin besar, adanya kecenderungan pengusaha lebih menyukai tenaga kerja wanita dan anak-anak (lebih murah dan lebih rendah upahnya). Pada akhirnya, keadaan ini semakin menambah banyaknya masalah kemasyarakatan (social problem) terutama pada buruh rendah yang berkaitan dengan kebutuhan sandang pangannya seperti, perumahan, pendidikan, perlindungan hokum, kesejahteraan social, dll. Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik. Baik yang bersifat internal dalam batinnya sendiri maupun bersifat terbuka atau eksternalnya sehingga manusia cenderung banyak melakukan pola tingkah laku yang menyimpang dari pola yang

umum dan melkuikan sesuatu apapun demukepentingannya sendiri bahkan cenderung dapat merugikan orang lain. Sejarah mencatat bahwa orang menyebut suatu peristiwa sebagai penyakit social murni dengan ukuran moralistic. Sehiongga apa yang dinamakan dengan kemiskinan, pelacuran, alkoholisme, perjudian, dsb adalah sebagai gejala penyuakit social yang harus segera dihilangkan dimuka bumi. Kemudian pada awal abad 19-an sampai awal abad 20-an, para sosiolog mendefinisikan yang sedikit berbeda antara patologi social dan masalah social[3]. Masalahnya adalah kapan kita berhak menyebutkan peristiwa itu sebagai gejala patologis atau sebagai masalah social? Menurut kartini dalam bukunya patologi social menyatakan bahwa orang yang dianggap kompeten dalam menilai tingkah laku orang lain adalah pejabat, politisi, pengacara, hakim, polisi, dokter, rohaniawan, dan kaum ilmuan dibidang social. Sekalipun adakalanya mereka membuat kekeliruan dalam membuat analisis dan penilaian tehadap gejala social, tetapi pada umumnya mereka dianggap mempunyai peranan menentukan dalam memastikan baik buruknya pola tingkah laku masyarakat. Mereka juga berhak menunjuk aspekaspek kehidupan social yang harus atau perlu diubah dan diperbaiki. Ada orang yang berpendapat bahwa pertmbangan nilai (value, judgement, mengenai baik dan buruk) sebenarnya bertentangan dengan ilmu pengetahuan yang objektif sebab penilaian itu sifatnya sangat subjektif. Larena itu, ilmu pengetahuan murni harus meninggalkan generalisasigeneralisasi etis dan penilaian etis (susila, baik dan buruk). Sebaliknya kelompok lain berpendapat bahwa dalam kehidupan sehari-hari, manusia dan kaum ilmuan tidak mungkin tidak menggunakan pertimbnagan nilai sebab opini mereka selalu saja merupakan keputusan yang dimuati dengan penilaian-penilaian tertentu. Untuk menjawab dua pendirian yang kontroversial tersebut, kita dapat meninjau kembali masalah ini secara mendalam dari beberapa point yang disebutkan oleh Kartini Kartono dalam bukunya yang berjuduk Patologi social, sebagai berikut: 1. ilmu pongetahuan itu sendiri selalu mengandung nilai-nilai tertentu. Hal ini dikarenakan ilmu pengetahuan menyangkut masalah mempertanyakan dan memecahkan lesulitan hidup secara sistematis selalu dengan jalan menggunakan metode dan teknik-teknik yang berguna dan bernilai. Disebut bernilai karena dapat memenuhi kebutuhan manusiawi yang universal ini, baik yang individual maupun social sifatnya, selalu diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang bernilai. 2. ada keyakinan etis pada diri manusia bahwa penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan modern untuk menguasai alam (kosmos,jagad) sangatlah diperlukan demi kesejahteraan dan pemuasan kebutuhan hidup pada umumnya. Jadi ilmu pengetahuan dengan sendirinya memiliki system nilai. Lagi pula kaum ilmuan selalu saja memilih dan mengembangkan usaha/aktivitas yang menyangkut kepentingan orang banyak. jadi memilih masalah dan usaha yang mempunyai nilai praktis. 3. falsafah yuang demokratis sebagaimana tercantum dalam pancasila menyatakan bahwa baik individu maupun kelompok dalam masyarakat Indonesia, pasti mampu memformulasikan serta menentukan system nilai masing-masing dan sanggup menentukan tujuan serta sasaran yang bernilai bagi hidupnya.

Seperti apa yang dikatakan george lundberg salah seoreang tokoh sosiolog yang dianggap dominan terhadap aliran neo-positivisme dalam sosiologi menyatakan bahwa ilmu peneteahuan itu bersifat otoriter, karena itu ilmu pengetahuan mengandung dan harus memilki moralitas ilmiah atau hokum moral yang conform dan seimbang dengan hokum alam. Dan diperkuat oleh C.C. North, seorang sosiolog lain dalam bukunya Soial Problems and Social Planning, menyatakan bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan sasaran hidup yang bernilai bagi satu kebudayaan atau satu masyarakat, harus disertakan etik social guna menentukan cara pencapaian sasaran tadi. Jadi, cara atau metode pencapaian itu secara etis-susila harus bisa dipertanggungjawabkan[4] sebab manusia normal dibekali alam dengan budidaya dan hati nurani sehingga ia dianggap mampu menilai baik dan buruknya setiap peristiwa. Adapun Istilah / konsep lain untuk patologi social adalah, Masalah social, disorganisasi sosial / social disorganization / disintegrasi social, sosial maladjustment, Sociopathic, Abnormal, Sociatri. Tingkah laku sosiopatik jika diselidiki melalui pendekatan (approach), sebagai berikut: 1) Approach Biologis Pendekatan biologis tentang tingkahlaku sosiopatik dalam biologi biasanya terfokus pada bagian genetik. 1. Patologi itu menurun melalui gen / plasma pembawa sifat di dalam keturunan, kombinasi dari gen-gen atau tidak adanya gen-gen tersebut 2. Ada pewaris umum melalui keturenan yang menunjukkan tendesi untuk berkembang kearah pathologis (tipe kecenderungan yang luaar biasa abnormal) 3. Melaui pewarisan dalam bentuk konstitusi yang lemah, yang akan berkembang kearah tingkahlaku sosiopatik. Bentuk tingkahlaku yang menyimpang secara sosial yang disebabkan oleh ketiga hal tersebut diatas dan ditolak oleh umum seperti: homoseksualitas, alkoholistik, gangguan mental, dll. 2) Approach Psychologist dan Psychiatris a) Pendekatan Psikologis Menerangkan tingkahlaku sosiopatik berdasarkan teori intelegensi, sehingga individu melanggar norma-norma sosial yang ada antara lain karena faktor-faktor: intelegensi, sifat-sifat kepribadian, proses berfikir, motivasi, sifat hidup yang keliru, internalisasi yang salah. b) Pendekatan Psychiatris Berdasarkan teori konflik emosional dan kecenderungan psikopatologi yang ada di balik tingkahlaku menyimpang c) Approach Sosiologis

Penyebab tingkahlaku sosiopatik adalah murni sosiologis yaitu tingkahlaku yang berbeda dan menyimpang dari kebiasaan suatu norma umum yang pada suatu tempat dan waktu tertentu sangat ditentang atau menimbulkan akibat reaksi sosial tidak setuju. Reaksi dari masyarakat antara lain berupa, hukuman, segregrasi (pengucilan / pengasingan), pengucilan, Contoh: mafia (komunitas mafia dengan perilaku pengedar narkoba) Menurut St. Yembiarto (1981) bahwa studi patologi social memilki fase-fase tersendiri[5]. Adapun perkembangan patologi sosial ada melalui tiga fase, 1. Fase masalah sosial (social problem) Pada fase ini menjadi penyelidikan patisos action masalah-masalah sosial seperti pengangguran, pelacuran, kejahatan, masalah penduduk, dst 1. Fase disorganisasi sosial Pada fase ini menjadi objek penyelidikan peksos adalah disorganisasi sosial, fase ini merupakan koreksi dan perkembangan dan fase masalah sosial 1. Fase sistematik Fase ini merupakan perkembangan dari dua fase sebelumnya. Pada fase ini patsos berkembang menjadi ilmu pengetahuan yang memiliki sistem yang bulat. Penutup Sejarah mencatat tentang masyarakat modern yang serba kompleks, sebagai produk dari kemajuan teknologi, mekanisasi, industrialisasi, dan urbanisasi, dll. Hal ini disamping mampu memberikan berbagai alternative kemudahan bagi kehidupan manusia juga dapat menimbulkan Kesulitan mengadakan adaptasi dan adjustment menyebabkan kebingungan, kecemasan, dan konflik-konflik. Baik yang bersifat internal dalam batinnya sendiri maupun bersifat terbuka atau eksternalnya sehingga manusia cenderung banyak melakukan pola tingkah laku yang menyimpang dari pola yang umum dan banyak melakukan sesuatu apapun demi kepentingannya sendiri bahkan masyarakat cenderung merugikan orang lain. Hal ini sebagai pertautan tali yang melahiorkan apa yang dinamakan dengan patologi social. Patologi social adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit yang disebabkan oleh faktor-faktor social. Jadi ilmu tentang penyakit masyarakat. Maka penyakit masyarakat itu adalah segenap tingkah laku manusia yang dianggap tidak sesuai, melanggar norma-norma umum dan adat istiadat, atau tidak integrasinya dengan tingkah laku umum

Patologi sosial
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian kanan.[tampilkan]

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Adalah ilmu tentang gejala-gejala sosial yang dianggap sakit. Disebabkan oleh faktor-faktor sosial. Berasal dari kata Phatos (Yunani) : penderitaan, penyakit. Secara Definisi berarti : Semua tingkah laku yang bertentangan dengan norma kebaikan, stabilitas lokal. Pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidariatas kekeluargaan, hidup rukun bertetangga, disiplin, kebaikan dan hukum formal

Resume BukuPatologi Sosial, Gangguangangguan Kejiwaan


OPINI | 22 October 2010 | 17:02 2060 0 Nihil Tulisan ini merupakan bentuk Resume dari Buku berjudul Patologi Sosial, Gangguan-gangguan Kejiwaan. Pengarang : Dr.Kartini Kartono (2010).

Siapapun diperbolehkan untuk copy paste dengan bebas atas tulisan berikut ini dengan tujuan bukan untuk kegiatan komersil, tanpa ijin dari penulis, Download file Powerpoint TUGAS KELOMPOK PATOLOGI SOSIAL PEMAHAMAN MENGENAI MANUSIA DAN KEHIDUPAN PSIKIS Apa yang terkandung dalam pribadi manusia, sejatinya bisa dipahami lewat pengamatan terhadap pikiran, perasaan dan kemauan dan isu-isi ketidaksadarannya. Isi-isi kejiwaan dapat disebut subyektif maupun obyektif. Isi kejiwaan tersebut disebut obyektif jika peristiwa itu benar-benar ada, bisa dijelaskan, dapat dikontrol kebenarannya melalui bukti yang nyata. Apabila suatu isi psikis itu sesuai dengan pendapat sendiri, tidak bisa dikontrol dan dibuktikan menurut selera sendiri, disebut subyektif. Berbagai isi kejiwaan subyektif tersebut memiliki sifat yang mengganggu . Gangguan-gangguan psikis itu hampir-hampir tidak pernah muncul disebabkan oleh satu faktor saja, akan tetapi selalu diakibatkan oleh satu rentetan kompleks faktor penyebab, yaitu oleh faktor organis atau somatis, faktor psikis dan struktur kepribadian, serta lingkungan atau sosial. Banyak manusia yang lahir dari suatu rumah tangga yang rusak secara moral, di mana perlakuan buruk dari anggota keluarganya sendiri kadangkala diterimanya tanpa bisa menolak dan membela diri, sehingga menciptakan gangguan-gangguan psikis yang menetap dalam dirinya. Kemudian model kehidupan masyarakat modern ini, yang kompetitif, penuh persaingan kepentingan, memburu keuntungan semata, individualis dan eksplosif sekarang ini memberikan dampak negatif pada perkembangan kepribadian anak-anak dan para pemudanya, juga orang dewasa dan orang tua-orang tua, yang ini dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk gangguan jiwa. PENGERTIAN SAKIT DAN PENYAKIT GANGGUAN FUNGSI PSIKIS Menurut Prof.DR.P.C.Kuiper, 1973, definisi penyakit adalah terganggu atau tidak berlangsungnya fungsi-fungsi psikis dan fisik, yaitu ada kelainan dan penyimpangan yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya pada organ atau tubuh, sehingga bisa mengancam kehidupan. Orang tersebut disebut sakit apabila dia mengalami kelainan/penyimpangan yang mengakibatkan kerusakan dan bahaya organ atau tubuh, dan bisa mengancam kehidupannya. Gangguan fungsional adalah gangguan pada fungsi-fungsi fisik maupun pada fungsi-fungsi psikis. Gangguan fungsional ada dua, laesional dan psikogen. Penderitaan dan gangguan pada fungsi yang disebabkan oleh cedera atau laesie dinamakan gangguan laesional. Apabila gangguan tersebut berlaku secara berterusan disebut cedera organis/laesie. Ketika pengaruh-pengaruh psikis dan konflik-konflik psikis tersebut menimbulkan gangguan fisik, maka gangguang ini dinamakan gangguan psikogen. Organisme merupakan pribadi yang hidup dan tumbuh, yang mengalami suatu proses adaptasi (penyesuaian diri), relasi dinamis antara fungsi-fungsi dalam organisme dengan lingkungannya. Dengan adanya penyesuaian diri tersebut, maka gangguan dalam diri manusia, baik psikis dan fisik, bisa memberikan suatu kemampuan untuk hidup sehat. Akan tetapi, jika adaptasi tersebut tidak berjalan normal ataupun berhenti, dan kejadian tersebut berlangsung secara progresif, maka

timbul akibat yang disebut sakit. Sehingga, penentu bagi jiwa yang sehat maupun sakit adalah 1) isi dari pengalaman individu 2) cara individu mengelola dan menyelesaikan yang dihadapi, yaitu dengan cara yang wajar, melalui penggunaan mekanisme pelarian diri dan pembelaan diri yang negatif. PENYEBAB GANGGUAN PSIKIS: FAKTOR MULTI-KAUSAL Penyebab gangguan psikis adalah faktor organisme itu sendiri, psikisnya dan pengaruh sosial, yang mana antara satu sama lain saling mempengaruhi dan menjalin suatu rangkaian yang multikausal, sehingga gangguan psikis tersebut menjadi kompeks untuk diselesaikan dan diobati. Sebab musabab yang multikausal yang berlangsung secara sinergi tersebut difahami sebagai sumber utama permasalahan dan penyakit dalam diri manusia yang normal. GANGGUAN KESADARAN Kesadaran adalah suatu intensionalitas atau suatu relasi antara subyek yang aktif mengalami dengan obyek yang dialami. Dapat diartikan sebagai pengamatan sendiri, penghayatan sendiri, pengalaman sendiri, dengan sadar dimaksudkan begitu. Ketidaksadaran merupakan tidak diketahui dengan jelas, terlepas dari penghayatan sendiri, tidak dimaksudkan sedemikian. Gejala gangguan kesadaran ialahcoma (penyakit tidur), subcoma (di bawah penyakit tidur sangat pulas) , sopor (tidur sangat nyeyak), delier (lepas, gila, panas hati, pasien menjadi cemas dan gelisah), dementia, dan keadaan samar-kabur histeris. Gangguan kesadaran histeris terkadang muncul dengan kecemasan yang kronis. Gangguan kesadaran ini biasanya karena adanya gangguan fungsi pada pusat otak, disebabkan oleh suatu penyakit fisik, oleh intoxicatie, atau oleh keracunan. Pada kecederaan otak yang disebut dengan geger otak atau commotio cerebri, gangguan kesadaran juga bisa timbul. Gangguan kesadaran yang parah menunjukkan gejala sebagai berikut: 1. Daya orientasinya sangat terganggu 2. tTdak memahami lingkungan sekitarnya 3. Konsentrasi minatnya terganggu atau tidak bisa berlangsung 4. Mengalami amnesia atau hilang ingatan tentang keadaan diri sendiri dan lingkungannya. Dementia adalah proses kemunduran yang hebat pada penderita amnesia. Dementia senilis disebabkan oleh proses ketuaan fisik. Dementia paralytica disebabkan oleh kelumpuhan, berlangsung proses kerusakan yang progresif, yang mengakibatkan perubahan dan erosi pada struktur kepribadian, disertai dengan kompleksitas gejala amnesia. Pusat kerusakan pada cortex atau kulit otak (selaput otak). Silbermann (1971) mendefinisikan beberapa gangguan kesadaran: 1. Coma, kehilangan kesadaran, tanpa reaksi terhadap perngsang sakit 2. Subcoma, kehilangan kesadaran, namun masih bisa mereaksi perangsang sakit 3. Keadaan soporeus, kehilangan kesadaran, namun masih bisa dibangunkan 4. Keadaan samar kabur, menurunnya kesadaran, namun tidak dihinggapi halusinasi dan delusidelusi. 5. Keadaan delirant, menurunnya kesadaran disertai halusinasi dan delusi. 6. Keadaan stupor, keadaan tetap sadar, namun mengalami mutisme (membisu), tanpa gerakangerakan sama sekali dan menjadi kaku beku.

GANGGUAN KESADARAN DIRI DALAM WUJUD DEREALISASI DAN DEPERSONALISASI Derealisasi merupakan gangguan kesadaran dalam bentuk di mana seseorang tidak mengenal kembali lingkungan sekitar. Apabila ada tanggapan yang sangat keliru mengenai dunia kenyataan/realitas yang diputarbalikkan dan dipalsukan, yang ditujukan kepada diri sendiri dan person lain, maka disebut depersonalisasi. Pada keduanya, seseorang menjadi asing, tidak mengenal kembali situasi sekitarnya, muncul ketakutan dan panik. Lalu sering timbul perasaan hilang hanyut, tidak berdaya dan rasa putus asa. Instink terdapat pada hewan, tetap manusia juga memiliki perilaku yang instinktif, namun sudah tidak murni lagi sebab sudah mengalami campuran dengan norma-norma dalam kehidupan sosialnya. Disandingkan dengan dorongan atau motivasi, instink manusia menjadi penggerak bagi segala tingkah laku dan menjadi pendorong tenaga dinamis yang tertanam dalam kepribadian manusia. Narkotika merupakan sebagian dari penyebab ketergantungan psikis dan fisik. Akibat jauh dari narkotika ini adalah timbulnya banyak masalah sosial, prostitusi, kriminalitas, kenakalan remaja, gerakan ekstrim, keresahan sosial, dan lain sebagainya. GANGGUAN PADA FUNGSI PENGENALAN Pengenalan atau pengamatan muncul melalui indera manusia. Ketika terjadi suatu daya pengamatan yang terganggu atau cedera, maka orang tersebut akan : tidak mampu mengerti dan memahami perasaan orang lain, tidak mengerti kondisi lingkungan sosial, sehingga tidak mampu melakukan perbuatan manusiawi yang biasa-biasa, sebagaimana yang diharapkan oleh orang lain yang normal dan pada dirinya sendiri. Ini ditimbulkan bisa karena kurang peka dan kurang tanggap, ingatannya buruk, bahkan justru mereaksi salah tetapi tidak menyadari kesalahannya. Pengamatan adalah kesan yang diterima, sewaktu perangsang yang diberikan oleh dunia luar atau kenyataan yang ada mengenai indera kita. Gangguan pada fungsi pengenalan atau pengamatan adalah : 1. Ilusi optik, pengamatan yang keliru 2. Halusinasi, pengamatan tanpa obyektivitas penginderaan dan tanpa disertai perangsang fisik yang bersangkutan 3. Pseudo-halusinasi, peristiwa yang dihayati sebagai tanggapan, dan bukan sebagai satu pengamatan, pengmatan semu, satu tanggapan spontan dan tiba-tib. 4. Mimpi-mimpi, mirip dengan halusinasi, tetapi bukan penyakit jiwa 5. Delusi, gambar-gambar tipuan dari pengamatan, gambar semu atau yang memperdayai kita, dengan kesesatan yang tidak bisa dibetulkan dan tidak cocok sama sekali dengan pikiran serta pendapat sendiri. Disebabkan oleh pengalaman masa lalu atau harapan yang belum tercapai. 6. Hilangnya reality-testing. Reality testing merupakan daya untuk melakukan test realitas hidup, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungannya, untuk membedakan diri pribadi dengan dunia luar. GANGGUAN PADA FUNGSI BERPIKIR Berpikir adalah kemampuan untuk meletakkan hubungan dari bagian-bagian pengetahuan kita. Pikiran atau rasio adalah kemampuan psikis untuk meletakkan hubungan dari setiap pengetahuan kita. Gangguan fungsi berpikir adalah: 1. Kelambanan daya berpikir (Bradyfreni), pasien lambat berpikir, seperti pada penderita

amnesia dan cedera otak/geger otak. 2. Percepatan pada pikiran. Pasien menginginkan bercerita banyak, sehingga kurang dipikirkan lebih dahulu apa yang diceritakan. 3. Terputusnya pikiran, bisa disebabkan oleh absensi psikis, epilepsi dan hilang kesadaran singkat. 4. Inkoherensi pada kemampuan berpikir; pikiran kusut, kesadaran hilang, pikiran tidak runtun. Disebabkan oleh : a) pemimpi siang (daydream) di mana pasien melihat berbagai macam gambaran yang tidak teratur dan b) penderita psikosa dan schizofrenia di mana pasien menciptakan kosakata baru, perkataan baru dan istilah baru yang hanya dimengerti oleh dirinya sendiri, yang mengandung magis, sihir, kalimat yang kacau balau. 5. Delusi Semua pada gangguan pada isi pikiran terjadi peristiwa: 1. Kecenderungan untuk memalsukan realitas atas dasar harapan-harapan dan kecemasan sendiri 2. Menurun atau hilangnya reality testing, hingga orang lain tidak mampu mengoreksi pemalsuan terhadap realitas yang nyata. GANGGUAN PADA FUNGSI INTELEGENSI DAN DEMENTIA Intelegensi adalah kemampuan untuk menggunakan dengan tepat segenap alat bantu dari pikiran guna penyesuaian diri terhadap tuntutan-tuntutan baru (William Stern). Intelek adalah kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses berpikir. Orang yang intelek akan mampu berpikir, menimbang mengkombinasikan, mengambil kesimpulan dan memutuskan sesuatu dalam tempo yang singkat dan efisien. Jiwanya lemas, mampu memecahkan masalah secara efektif, dan berdaya adaptasi tinggi. Pengaruh milieu (potensi psikis dan fisik yang ada sejak manusia lahir) bisa memajukan intelegensia tetapi juga bisa menghambat fungsi intelegensia. Gangguan pada intelegensia adalah amentia dan dementia. Amentia adalah berupa lemah ingatan, gangguan mental. Disebabkan oleh : 1. Faktor keturunan 2. Penyakit sewaktu jania dalam kandungan 3. Luka-luka/cedera otak pada waktu lahir. Kelompok amentia dibagi : idiocy (orang dengn IQ 25, tidak bisa berkembang dan tidak bisa diajari lagi), imbesil (IQ antara 25-49, gerakan tidak stabil, lamban, ekspresi wajahnya kosong dan ketolol-tololan, reaksi kurang, kurang bisa mengurus diri sendiri, tapi masih bisa melindungi dari bahaya fisik) dan debil (lemah ingatan, IQ antara 50-70, tidak mampu mengontrol diri, kurang nalar, kurang pikiran, butuh perlindungan orang lain). Dementia adalah kerusakan mental, ciri-ciri : hilangnya fungsi intelektual, kemampuan nalar, ingatan dan kemauan, ditandai kebingungan, disorientasi, apati dan berbagai macam ingatan stupor. Jenis dementia: 1. Dementia alkoholik 2. Dementia apoplectik, oleh pendarahan pada otak 3. Dementia agitata, kegembiraan dan kebingungan 4. Dementia paralitica, disertai kelumpuhan 5. Dementia paranoid, delusi dan halusinasi 6. Dementia precox, kegilaan pada masa pertumbuhan adolescene, anak cepat dewasa secara seksual, tetapi fungsi intelegensianya kurang tumbuh normal, lebih suka tertarik pada persoalan seks dan cenderung psikotis.

7. Dementia epileptik, disebabkan penyakit ayan 8. Dementia presentil, sering bingung, apatis dan hilangan inisiatif dan ingatan. 9. Dementia primer 10. Dementia sekunder, serangan kejang-kejang 11. Dementia senile, karena usia tua 12. Dementia traumatik, karena luka pada kepala 13. Dementia sirkuler, karena pergantian berterusan antara kegemparan dan depresi GANGGUAN PADA FUNGSI INGATAN Ingatan adalah kemampuan untuk mencamkan, menyimpan dan mereproduksi kembali isi pikiran. Menurut Kohnstann ingatan adalah setiap ungkapan, dalam mana kaitan psikis dimanifestasikan dalam dimensi waktu. Sifat ingatan : setia, cepat, mampu menyimpan lama, luas dan bisa mengabdi pada keinginan kita. Bentuk gangguan pada ingatan adalah amnesia, hambatan pada fungsi reproduksi dan senilitas. GANGGUAN PADA FUNGSI PERASAAN Perasaan adalah gejala psikis dengan tig sifat khas, yaitu: 1. Dihayati secara subyektif 2. Berkaitan dengan fungsi pengenalan 3. Dialami individu dengan suka atau tidak suka, dengan gembira atau duka. Merasa adalah kemampuan untuk menghayati perasaan atau renjana. Perasaan ditentukan oleh : 1. Isi kesadaran 2. Kepribadian orang 3. Kondisi psikisnya. Beberapa gangguan pada fungsi perasaan adalah: 1. Kecemasan 2. Ketidakpekaan perasaan 3. Penumpulan perasaan 4. Perasaan yang tidak adekuat dan palsu 5. Depresi 6. Geltungstrieb dan Ersatzbefriedigung, Keinginan untuk dilayani secara layak dan menuntut pengakuan dari luar 7. Mania-mania GANGGUAN PADA FUNGSI KEMAUAN (FUNGSI VOLUSI DAN KONASI) Kemauan merupakan dorongan keinginan manusia untuk merealisasikan diri dan meningkatkan taraf hidup. Beberap gangguan : simpton-simpton, kompulsi, reaksi kompulsi-obsessif, tics atau gerak wajah, perbuatan kortsluiting (nafsu tak terkendali), kerusakan fungsi kemauan dalam dementia, kepribadian psikopatik, dan psikastenia. DEFISIEN ATAU DEFEK MORAL Kelemahan pokok dari kehilangan moral adalah ketidakmampuannya untuk mengendalikan diri,

menyadari, memahami dan mengatur emosi-emosi, impuls-impuls, dan tingkah laku sendiri. Temasuk dalam jenis ini adalah anak-anak yang bubrah dan nak-anak jahat. DEKOMPENSASI PSIKOTIS DAN PSIKOSA ORGANIK Psikosa atau gila adalah bentuk kelalutan jiwa yang amat parah, disintegrasi kepribadian, terputusnya relasi dirinya dengan dunia luar. Dapat dibagi dalam : 1. Psikosa organik 2. Psikosa fungsional Dalam jenis psikosa organik: 1. Psikosa siphilitik 2. Psikosa senil 3. Psikosa traumatik 4. Psikosa karena gangguan glanduler 5. Psikosa karena kekurangan vitamin 6. Psikosa karena tidak diketahui sebabnya PSIKOSA ORGANIK Psikosa organik adalah psikosa yang disebabkan oleh faktor-faktor non-organis dan ada maladjustement fungsional, sehingga penderita mengalami kepecahan pribadi total, menderita maladjustement intelektual dan instabilitas wataknya. Gangguan kejiwaan ini dapat dianalisa berdasarkan : predisposisi fisik dn psikis, sejarah hidup pasien, situasi keluarga, dan lingkungan sosial sekitarnya. Upaya untuk mendiagnosa dan menyembuhkannya diperlukan hal-hal sebagai berikut: 1. Pengetahuan psikologis dan organis 2. Pengetahuan problematik-problematik sosial di tengah masyarakat 3. Beberapa teknik untuk mendiagnosa jenis gangguannya, yaitu : - Interview - Psikoterapi - Psikoanalisa - Terapi kelompok psikoanalisis - Terapi tingkah laku

Share 0

Laporkan Tanggapi Beri Nilai o Aktual o Inspiratif o Bermanfaat o Menarik

Masalah kesehatan jiwa banyak berkaitan dengan sejarah politik suatub a n g s a . A p a yang selama ini disebut sebagai krisis multidimensionals e b e n a r n y a bertolak pada krisis kesehatan jiwa bangsa, yang h a r u s ditelusuri akarnya dari perjalanan sejarah bangsa ini. Budaya korupsi, jalanpintas, manipulasi dan tidak ada rasa malu, konflik horizontal dan kekerasan,serta narkoba, adalah manifestasi adanya gangguan kesehatan jiwa, yangs e l a m a ini nyaris dianggap biasa oleh kebanyakan orang, termasuk p a r a birokrat.P e r i l a k u k o r u p s i o l e h p a r a p e j a b a t , p e g a w a i , b a h k a n sampai padapamong desa pun dari jaman Indonesia belum merdeka hingga saat inimasih terus terjadi dan bahkan semakin menjamur di I n d o n e s i a . B a h k a n menurut survey Transparansi Internasional, Indonesia termasuk 13 negara didunia yang paling banyak praktek korupsi di dalamnya. Korupsi merupakanp e r i l a k u d a n m u n g k i n s u d a h m e n j a d i t r a d i s i y a n g m e n d a r a h - d a g i n g d a n berkembang biak di setiap sector kehidupan masyarakat di Indonesia. Baik jabatan di lembaga negeri maupun swasta. Mulai dari pejabat paling rendahd i t i n g k a t k e l u r a h a n s a m p a i d i t i n g k a t y a n g

paling tinggi yakni lembagaeksekutif dan legislatif negara. Hingga m a s y a r a k a t u m u m p u n j a d i i k u t - ikutan berperilaku yang bisa dikatakan termasuk kategori korupsi, misalnyapenjual di pasar tradisional yang sering mengurangi atau berbuat curangd a l a m m e n g g u n a k a n t i m b a n g a n / n e r a c a b a r a n g d a g a n g a n , d a n c o n t o h - contoh perbuatan korupsi atau kecurangan lain yang masih banyak lagi danselalu ada di sekitar kita sehari-hari.Penegakan hukum serta pengusutan secara tuntas dan adil terhadaptindak korupsi memang harus dilaksanakan dan ditegakkan tanpa pandangbulu. Akan tetapi, pemahaman yang mendalam dan lebih fundamental jugad i p e r l u k a n , a g a r menumbuhkan sikap arif untuk bersama-sama tak

mengulang dan membudayakan korupsi dalam berbagai aspek kehidupank i t a , s e h i n g g a t i d a k t e r j a d i a p a y a n g d i k a t a k a n " p a t a h t u m b u h h i l a n g berganti, mati satu tumbuh seribu" seperti sel kanker ganas karena akarnyayang telah meluas, maka semakin dibabat semakin cepat penyebarannya.

PEMBAHASAN Korupsi, seperti kita tahu, ada dua macam, pertama, penyalahgunaandana anggaran untuk keperluan yang tidak semestinya atau mark-up darik e b u t u h a n r i i l . Kedua, penarikan upeti pada rakyat yg m e m b u t u h k a n layanan atau bantuan. Kedua tipe korupsi ini s u d a h s a n g a t m e r a t a d i Indonesia.I n d o n e s i a a d a l a h n e g a r a y a n g k a y a , t e t a p i p e m e r i n t a h n y a b a n y a k utang dan rakyatnya pun terlilit dalam kemiskinan permanen. Sejak zamanp e m e r i n t a h a n k e r a j a a n , k e m u d i a n z a m a n p e n j a j a h a n , d a n h i n g g a z a m a n modern dalam pemerintahan NKRI dewasa ini, kehidupan rakyatnya tetapsaja miskin. Akibatnya, kemiskinan yang berkepanjangan telah menderanyabertubi-tubi sehingga menumpulkan kecerdasannya dan masuk terjerembapdalam kurungan keyakinan mistik, fatalisme, dan selalu ingin mencari jalanpintas.K e p e r c a y a a n t e r h a d a p p e n t i n g n y a

kerja keras, kejujuran, dankepandaian semakin memudar k a r e n a k e n y a t a a n d a l a m k e h i d u p a n masyarakat menunjukkan yang sebaliknya, banyak mereka yang kerja keras, j u j u r d a n p a n d a i , t e t a p i t e r n y a t a b e r n a s i b b u r u k h a n y a k a r e n a m e r e k a datang dari kelompok yang tak beruntung, seperti para petani, kaum buruh,d a n g u r u . S e m e n t a r a i t u , b a n y a k yang dengan mudahnya mendapatkank e k a y a a n h a n y a k a r e n a mere ka da tang da ri kelo mpo k eli te atauberhubungan dekat dengan para pejabat, penguasa, dan para t o k o h masyarakat.A k i b a t n y a , k e p e r c a y a a n r a k y a t t e r h a d a p r a s i o n a l i t a s i n t e l e k t u a l menurun karena hanya dipakai para elite u n t u k m e m b o d o h i m a s y a r a k a t saja. Sebaliknya, masyarakat menjadi lebih percaya adanya peruntungany a n g d i g e r a k k a n o l e h n a s i b s e h i n g g a perdukunan dan perjudian dalamberbagai bentuknya semakin marak di mana-mana. Mereka memuja dan

selalu mencari jalan pintas untuk mendapatkan segala sesuatu d e n g a n mudah dan cepat, baik kekuasaan maupun kekayaan. Korupsi lalu menjadibudaya jalan pintas dan masyarakat pun menganggap wajar memperolehkekayaan dengan mudah dan cepat. J i k a s u d a h s a m p a i p a d a t a h a p i n i , m a k a p e r i l a k u k o r u p s i d a p a t dikategorikan sebagai perilaku patologis. Dan patologis yang bersifat sosialk a r e n a k o r u p s i d a p a t m e n i m b u l k a n e f e k d o m i n o ( m u d a h n y a p e r i l a k u i n i menular) dan menyebabkan terjadinya perilaku-perilaku negatif yang lain.P e r m a s a l a h a n k o r u p s i d i I n d o n e s i a m e r u p a k a n m a s a l a h y a n g kompleks. Karena itu pemberantasan praktek korupsi ini harus dilakukansecara menyeluruh dengan memahami persoalannya secara komprehensif m e l a l u i faktor penyebab dan menganalisa akibatnya. Yang m e n j a d i pertanyaan kemudian adalah Faktor Apakah yang m e n y e b a b k a n i n d i v i d u melakukan korupsi?Bagaimana perilaku korupsi menular dan menjangkitii n d i v i d u d i s e t i a p e l e m e n m a s y a r a k a t ? Y a n g

k e m u d i a n m e n j a d i p e n y a k i t patologis sosial.Faktor-faktor patologis apa yang berkaitan dengan perilakuk o r u p s i ? B a g a i m a n a d a m p a k s e r t a p e n a n g g u l a n g a n t e r h a d a p p e r i l a k u korupsi di Indonesia?Dalam konteks psiko-sosial, hobi korupsi disebabkan oleh banyak halantara lain; reposisi kemiskinan yg berakibat pada ketamakan luar biasa,pandangan martabat diri artifisial (tidak hakiki) yang didasari oleh pola pikirm a t e r i a l i s t i k , lain-lain. Yang pada gilirannya mengarah dan

p a d a ketidakpedulian atas akibat perbuatan terkutuknya pada nasib n e g a r a , bangsa dan individu rakyat secara keseluruhan.Para Koruptor di Indonesia juga diuntungkan dengan produk hukumpenjajah Belanda yang sangat memihak oknum tsb(sangat wajar mengingatm e r e k a d a h u l u a d a l a h p e l a k u d a r i t i n d a k a n t e r s e b u t ) . S e b a g i a n b e s a r produk hukum kolonial yang menjadi acuan tersebut tidak jelas dan sudahsangat ketinggalan jaman.

Klop lah dua penyebab diatas menjadi penyubur budaya korupsi d i masyarakat. Yang pertama adalah sebuah pathology sosial yang telah amat-s a n g a t akut, yaitu budaya koruptif, jalan pintas, materialistis b e r l e b i h a n hingga menempuh jalan-jalan instan yang berbahaya, budaya memanipulasidan budaya permisif dalam amanah. Dan Kedua, kemudian bertemu denganrealitas hukum yang amburadul, baik systemnya maupun para penegaknyadan akhirnya penegakannya atau produk hukumnya.Disinilah akhirnya yang memperparah korupsi sebagai pathology sosialitu, karena masyarakat menilai hukuman bagi para koruptor itu sangatlahringan miliaran s/d triliunan hanya beberapa tahun saja, bahkan kasus BLBIyang merugikan negara hingga 600-an triliunan dan hingga kini masih terasae f e k n y a , s a n g a t s e d i k i t k o r u p t o r n y a y a n g t e l a h d i s i d a n g a t a u d i p e n j a r a . Akhirnya masyarakat merasa bahwa tetap menguntungkan menjadi pejabatk o r u p w a l a u p u n t e r t a n g k a p k a r e n a h u k u m a n n y a b e b e r a p a t a h u n s a j a , seterusnya dia dapat hidup n y a m a n , a p a l a g i j i k a t i d a k t e r t a n g k a p b u k a n main beruntungnya.pemahaman masyarakat tentang korupsipun akhirnya ikut

terdistorsi.d a r i a w a l n y a m a s y a r a k a t m e n g a n g g a p p e r i l a k u k o r u p s i i t u s e b a g a i pathology sosial, suatu penyimpangan, p e n y a k i t m a s y a r a k a t , s a a t i n i masyarakat merasa orang tidak mungkin eksis kalau terlalu jujur. akhinnyap e r i l a k u k o r u p i t u m e n j a d i s u a t u s o s i a l b e h a v i o u r ( p e r i l a k u m a s y a r a k a t / perilaku sosial). ini misalnya dapat dilihat dari kalimat jujur dan cerdas, dimata masyarakat jujur saja itu salah, tetapi ketika jujur dan cerdas, makaitulah yang benar, karena menurut mereka jujur itu cenderung bermaknab o d o h . i n i s e b e n a r n y a s u a t u p r e t e n s i t e t a p i d e n g a n b e r d a s a r k a n f a k t a . faktanya adalah system di indonesia mengharuskan orang untuk mendukungperilaku koruptif, manipulatif, dan permisif.s a y a contohkan, di jakarta, jika anda membuat ktp berapa b i a y a sebenarnya yang harus dikeluarkan dan berapa ternyata anda keluar biaya ?

biayanya sebenarnya hampir tidak ada, tetapi anda bisa keluar biaya sangatb e s a r dari 20rb hingga 50rb mungkin lebih. sama halnya, jika kemudiana n d a m e n i k a h . p a d a h a l m e n g u r u s m e n i k a h i t u k i t a b e r u r u s a n d e n g a n departemen Agama, sesuatu yang sakral, mayoritas kaum santri lulusan IAINatau UIN (sekarang), tetapi jika berhubungan dengan korupsi ya sama saja.S a a t i n i d i s e t i a p k e l u r a h a n d i J a k a r t a a d a p r o g r a m p e m b e r d a y a a n masyarakat (PPMK), yang digulirkan pemda dengan dana 2 milyar setiapk e l u r a h a n . S e t i a p pelaksana program tersebut mendapat honor d a n seharusnya program tersebut tidak berbunga. Tetapi h a m p i r t i d a k a d a wilayah yang membebaskan peserta program tersebut dari biaya, artinyaprogram tersebut tetap berbunga, walaupun lebih kecil dari bunga bank.

Korupsi Sebagai Patologi Sosial

Download this Document for FreePrintMobileCollectionsReport Document This is a private document.

Info and Rating khairul Amin

Share & Embed Related Documents PreviousNext 1.

p.

p.

p.

2.

p.

p.

p.

3.

p.

p.

p.

4.

p.

p.

p.

5.

p.

p.

p.

6.

p.

More from this user


PreviousNext 1.

10 p.

3 p.

48 p.

2.

3 p.

3 p.

4 p.

3.

3 p.

4 p.

1 p.

4.

4 p.

44 p.

45 p.

5.

5 p.

11 p.

20 p.

6.

84 p.

8 p.

2 p.

7.

7 p.

6 p.

1 p.

8.

2 p.

1 p.

2 p.

9.

26 p.

Recent Readcasters

Add a Comment

Submit share: Characters: 400

Upload a Document

Search Documents

Follow Us! scribd.com/scribd twitter.com/scribd facebook.com/scribd About Press Blog Partners Scribd 101 Web Stuff Support FAQ Developers / API

Jobs Terms Copyright Privacy

Copyright 2012 Scribd Inc. Language: English scribd. scribd. scribd.

You might also like