Professional Documents
Culture Documents
KETERIKATAN SARBANES-OXLEY ACT, SAS NO. 99, DAN CORPORATE GOVERNANCE: HAL-HAL APA SAJA YANG PERLU KITA KETAHUI M.N. Huda D. Santoso, Ak., M.H., CFE
Salah satu topik yang menarik dan actual (current issues) dalam ACFE Annual Fraud Conference ke-14 di Chicago yang baru lalu adalah tentang diterbitkannya Sarbanes-Oxley Act (SOX). Undangundang ini dipandang sebagai reformasi terbesar (di USA) bagi pengukuran corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of 1933 and 1934.
2.
3.
Komite Audit
Dalam kaitan tanggung jawab korporasi, Komite Audit mempunyai tanggung jawab sebagai berikut: Melakukan seleksi, menghitung kompensasi dan mengawasi KAP yang mengaudit korporasi. Menjadi anggota independen dalam dewan komisaris. Menyelenggarakan prosedur untuk menangani komplainkomplain yang berkaitan dengan akuntansi, pengendalian internal, dan lain-lain yang berkaitan dengan audit. Menelaah dan menyetujui jasa audit dan jasa-jasa lain yang diberikan oleh KAP.
SAS NO. 99
Statement on Auditing Standard (SAS) No. 99 Cinsideration of Fraud in a Financial Statement Audit diterbitkan pada bulan Desember 2002 menggantikan SAS No. 82 dengan judul yang sama. SAS No. 99 ini merupakan Pernyataan Standar Audit signifikan yang pertama kali diterbitkan setelah diundangkannya Sarbanes-Oxley Act. Pernyataan ini menegaskan kembali tanggung jawab auditor yang telah dinyatakan dalam SAS No. 1 Codification of Auditing Standard and Procedures dan SAS No. 82, yaitu: 5 The auditor has a responsibility to plan and perform the audit to obtain reasonable assurance about whether the financial statements are free of material misstatement, whether caused by error or fraud.
SAS NO. 99
SAS No. 99 ini efektif bagi audit keuangan untuk periode yang dimulai pada atau setelah 15 Desember 2002. Perincian detail dari SAS No. 99 ini bisa didapatkan di www.aicpa.org. secara garis besar komponen dari SAS No. 99 adalah: Deskripsi dan karakteristik-karakteristik dari fraud. Kecurigaan secara professional (professional scepticism) Diskusi di antara tim audit yang ditugaskan Mendapatkan informasi dan bukti audit Mengidentifikasi risiko-risiko Penilaian risiko-risiko yang telah diidentifikasikan Tanggapan terhadap penilaian risiko Mengevaluasi bukti dan informasi audit Mengkomunikasian fraud yang mungkin terjadi Mendokumentasikan hal-hal yang berkaitan dengan fraud.
SAS NO. 99
Sejalan dengan SAS No. 99 ini, the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA) telah membentuk Fraud Task Force of the AICPAs Auditing Standards Board yang bertugas untuk melakukan studi tentang pencegahan dan pendeteksian fraud dengan disponsori oleh Association of Certified Fraud Exminers (ACFE) dan beberapa organisasi lain yakni IMA, HA IIA, dan FEI. Hasilnya pada bulan November 2002 telah mengeluarkan Management Antifraud Programs and Control Guidance to Help Prevent and Deter Fraud. Inti pesan dari dokumen ini adalah setiap organisasi harus segera mengambil langkah proaktif untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya fraud demi integritas keuangan, reputasi dan masa depan organisasi.
SAS NO. 99
Dengan mengacu kepada pengalaman Amerika Serikat di atas, apalagi mengingat keterpurukan perekonomian Indonesia salah satunya disebabkan oleh buruknya corporate governance dan semakin banyak perusahaan Indonesia go public di dalam maupun di luar negeri, seyogyanya pihak-pihak yang berkompeten seperti DPR, Departemen Keuangan (Bapepam), dan Ikatan Akuntan Indonesia segera membuat undang-undang dan peraturan yang serupa dengan Sarbanes-Oxley Act dan SAS No.99.
PCAOB
PCAOB (Public Company Accounting Oversight Board) adalah suatu lembaga yang dibentuk oleh Sarbox untuik mengawasi proses penyusunan, pemeriksaaan, dan pelaporan laporan keuangan perusahaan publik di Amerika Serikat. Tugas dari PCAOB adalah: Mendaftar akuntan publik yang akan melakukan pemeriksaaan terhadap perusahaan yang mencatatkan bursanya pada pasar modal. Menetapkan standar tentang audit, pengendalian mutu, etika, independensi, dan standar yang lain terkait dengan proses penyusunan laporan audit untuk perusahaan publik. Melakukan pengawasan terhadap kantor akuntan publik. Malakukan penyelidikan dan penegakan disiplin termasuk memberikan sanksi jika diperlukan kepada kantor akuntan publik atau perorangan yang berasosiasi dengan suatu kantor akuntan publik.
PERIZINAN
Izin akuntan publik dikeluarkan oleh Menteri Keuangan. Akuntan yang mengajukan permohonan untuk menjadi akuntan publik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Memiliki nomor Register Negara untuk Akuntan. Memiliki Sertifikat Tanda Lulus USAP yang diselenggarakan oleh IAPI. Apabila tanggal kelulusan USAP telah melewati masa 2 tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 tahun terakhir. Berpengalaman praktik di bidang audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 jam dalam 5 tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum, yang disahkan oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP.
PERIZINAN
Berdomisili di wilayah Republik Indonesia yang dibuktikan dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau bukti lainnya. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Tidak pernah dikenakan sanksi pencabutan izin akuntan publik. Membuat Surat Permohonan, melengkapi formulir Permohonan Izin Akuntan Publik, membuat surat pernyataan tidak merangkap jabatan
Bidang jasa
Bidang jasa akuntan publik meliputi: Jasa atestasi, termasuk di dalamnya adalah Audit umum atas laporan keuangan, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, pemeriksaan atas pelaporan informasi keuangan proforma, review atas laporan keuangan, dan jasa audit serta atestasi lainnya. Jasa non-atestasi, yang mencakup jasa yang berkaitan dengan akuntansi, keuangan, manajemen, kompilasi, perpajakan, dan konsultasi. Dalam hal pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan, seorang akuntan publik hanya dapat melakukan paling lama untuk 3 (tiga) tahun buku berturut-turut.
KAP C
KAP A
KAP D
KAP B
KAPH
KAP 12
KAP 3 KAP 3
OAI
KAP 3 KAP 3
Model B diharapkan mampu meningkatkan kualitas dan daya saing seperti model A: Metodologi Budaya Organisasi Reviu Mutu/ Supervisi Kualitas SDM
Konsekuensi OAI
a. Pengembangan Metodologi COST b. Hak & kewajiban (termasuk mekanisme memastikan kualitas OAI) SANKSI c. Pelatihan COST d. Berkelanjutan GOING CONCERN
4. 5.
Bagian Kedua: Perizinan untuk Menjadi Akuntan Publik Pasal 6: Syarat-syarat untuk mendapatkan izin menjadi Akuntan Publik dan ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara perizinan yang diatur dalam Peraturan Menteri. Bagian Ketiga: Perizinan untuk Akuntan Publik Asing Pasal 7: Perizinan Akuntan Publik Asing kepada Menteri apabila telah ada perjanjian saling pengakuan dan syarat-syarat Akuntan Publik Asing. Bagian Keempat: Perpanjangan Izin Pasal 8: Perpanjangan izin Akuntan Publik oleh Menteri dan syarat perpanjangan izin Akuntan Publik. Bagian Kelima: Penghentian Pemberian Jasa Asurans untuk Sementara Waktu, Pengunduran diri, dan Tidak Berlakunya Izin Pasal 9: Pengajuan permohonan penghentian pemberian jasa asurans dan syarat penghentian pemberian jasa untuk sementara waktu. Pasal 10: Akuntan publik dapat mengajukan permohonan pengunduran diri sebagai Akuntan Publik dan syarat untuk mengajukan kembali permohonan izin Akuntan Publik setelah 1 tahun terhitung sejak tanggal persetujuan atas pengunduran diri. Pasal 11: Tidak berlakunya izin Akuntan Publik dan pencabutan izin Akuntan Publik.
BAB IV KANTOR AKUNTAN PUBLIK Bagian Kesatu: Benntuk Usaha Pasal 12: Bentuk KAP dan ditetapkan oleh Menteri. Bagian Kedua: Pendirian dan Pengelolaan Pasal 13: KAP yang berbentuk perseorangan didirikan dan dikelola oleh 1 orang Akuntan Publik berkewarganegaraan Indonesia. Bagian Ketiga: Rekan non-Akuntan Publik Pasal 14: setiap orang yang menjadi rekan wajib mendaftar kepada Menteri dengan syarat tertentu. Pasal 15: hal-hal yang dilarangterhadap rekan non-Akuntan Publik antara lain menjadi Rekan pada 2 KAP atau lebih. Pasal 16: Menteri membatalkan status terdaftar Rekan non-Akuntan Publik. Bagian Keempat: Tenaga Kerja Profesional Asing Pasal 17: KAP mempekerjakan tenaga kerja profesional asing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan. Bagian Kelima: Izin Usaha Pasal 18: Izinnya diberikan oleh Menteri dengan syarat tertentu. Bagian Keenam: Pendirian Cabang Kantor Akuntan Publik Pasal 19: cabang KAP didirikan oleh KAP yang berbentuk usaha dan dipimpin oleh Akuntan Publik yang berkewarganegaraan Imdonesia. Bagian Ketujuh: Izin Pendirian Cabang Kantor Akuntan Publik Pasal 20: izin KAP diberikan oleh Menteri. Syarat pendirian KAP yaitu memiliki kantor, NPWP, min 2 tenaga kerja, dan membuat kesepakatan tertulis.
Bagian Kedelapan: Pencabutan dan Tidak Berlakunya Izin Usaha Kantor Akuntan Publik Pasal 21: pencabutan izin usaha KAP dalam hal, yaitu pengajuan permohonan pencabutan izin usaha, KAP dikenai sanksi, domisili KAP berubah, dll. Bagian Kesembilan: Pencabutan dan Tidak Berlakunya Izin Pendirian Cabang Kantor Akuntan Publik Pasal 22: dicabut dalam hal, antara lain izinnya dicabut, tidak terdapat pemimpin cabang KAP selama 180 hari, domisili cabang KAP berubah, dll. Pasal 23: ketentuan lebih lanjut mengenai penentuan domisili Akuntan Publik dan KAP. BAB V HAK, KEWAJIBAN, DAN LARANGAN Bagian Kesatu: Hak Akuntan Publik Pasal 24: haknya antara lain memperoleh imbalan jasa, perlindungan hukum, dan memperoleh informasi. Bagian Kedua: Kewajiban Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Pasal 25: kewajibannya berhimpun dalam Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri, berdomisili di wilayah Negara RI, dll. Pasal 26: Akuntan Publik bertanggungjawab atas jasa yang diberikan. Pasal 27: KAP/cabangya wajib mempunyai min 2 tenaga kerja, memiliki kantor, dll. Pasal 28: dalam memberikan jasa, KAP wajib menjaga independensi. Pasal 29: Akuntan Publik wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dari klien.
Bagian Ketiga: Larangan Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik Pasal 30: akuntan publik dilarang menjadi rekan pada lebih dari 1 KAP, menerima imbalan jasa bersyarat, menerima atau memberikan komisi. Pasal 31: KAP dilarang bekerja sama dengan KAPA atau OOA yang bekerja sama dengan KAP lain, membuat iklan yang menyesatkan. BAB VI PENGGUNAAN NAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Pasal 32: KAP yang berbentuk usaha perseorangan harus menggunakan nama dari Akuntan Publik yang mendirikan KAP tersebut. BAB VII KERJA SAMA KANTOR AKUNTAN PUBLIK Bagian Kesatu: Kerja Sama Antar-Kantor Akuntan Publik Pasal 33: KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAP lainnya untuk membentuk suatu jaringan yang disebut OAI. Pasal 34: KAP dilarang mencantumkan lebih dari 1 nama OAI, dll. Bagian Kedua: Kerja Sama KAP dengan KAP Asing atau Organisasi Audit Asing Pasal 35: KAP dapat melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA. Pasal 36: Menteri mencabut persetujuan pencantuman nama KAPA atau OAA. Pasal 37: ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pencantuman nama KAPA atau OAA, perjanjian kerja sama, dll.
Bagian Ketiga: Pendaftaran, Pembekuan, dan Pembatalan Status Terdaftar KAP Asing Pasal 38: KAPA yang namanya akan dicantumkan dengan nama KAP harus mengajukan permohonan pendaftaran kepada Menteri dengan syarat-syarat. Pasal 39: Menteri membekukan status terdaftar KAPA dan OAA. Pasal 40: Menteri membatalkan status terdaftar KAPA dan OAA. BAB VIII BIAYA PERIZINAN Pasal 41: biaya dikenakan untuk memperoleh izin Akuntan Publik, memperpanjang izin, memperoleh izin usaha KAP. Pasal 42: Penerimaan biaya merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. BAB IX ASOSIASI PROFESI AKUNTAN PUBLIK Pasal 43: Akuntan Publik berhimpun dalam wadah Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 44: wewenang Asosiasi Profesi Akuntan Publik, antara lain menyusun dan menetapkan SPAP, menyelenggarakan ujian profesi akuntan publik, dll. BAB X KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK Pasal 45: Komite tersebut dibentuk oleh Menteri dengan anggota berjumlah 13 orang. Pasal 46: Ketua Komite ditetapkan dari unsur ketua dan wakilnya ditetapkan dari Asosiasi Profesi Akuntan Publik. Pasal 47: Komite tersebut dibantu sekretariat dalam mendukung pelaksanaan tugas. Pasal 48: ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembentukan, keanggotaan unsur-unsur, dll. BAB XI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Bagian Kesatu: Umum Pasal 49: Menteri berwenang melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP.
Bagian Kedua: Pembinaan Pasal 50: wewenang Menteri dalam melakukan pembinaan, antara lain menetapkan peraturan yang berkaitan dengan pembinaan Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP. Bagian Ketiga: Pengawasan Pasal 51: dalam melakukan pengawasan, Menteri melakukan pemeriksaan terhadap Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP atau Menteri dapat menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan. Pasal 52: Menteri mencantumkan Pihak Terasosiasi dalam daftar orang tercela serta ketentuan lebih lanjutnya. BAB XII SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 53: Menteri berwenang mengenakan sanksi administratif kepada Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP. Pasal 54: Penerimaan denda merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak. BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 55: perlakuan bagi Akuntan Publik yang melakukan manipulasi, memalsukan dan menghilangkan data. Pasal 56: Pihak Terasosiasi yang melakukan perbuatan dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan denda max 300jt. Pasal 57: orang yang memberikan pernyataan tidak benar akan dipidana paling lama 5 tahun dan denda max 300jt.
BAB XIV KADALUWARSA TUNTUTAN ATAU GUGATAN Pasal 58: Akuntan Publik yang melakukan tindakan seperti dalam pasal 55, dibebaskan dari tuntutan pidana apabila perbuatan yang dilakukan telah lewat 5 tahun sejak tanggal laporan hasil pemberian jasa. BAB XV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 59: pemberlakuan ulang Akuntan Publik, KAP, dan cabang KAP. BAB XVI KETENTUAN PENUTUP Pasal 60: berlakunya Ketentuan Pasal 4 dan 5 Undang-undang Nomor 34 Tahun 1954, dan Peraturan Pelaksanaannya. Pasal 61: Semua Peraturan Pemerintah ditetapkan paling lama 1 tahun sejak UU ini diundangkan, sedangkan Peraturan Menteri ditetapkan paling lama 2 tahun. Pasal 62: UU ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.