Professional Documents
Culture Documents
Anggota :
1. Atika Citananda 2. Devina Icta Almira 3. Dio Alif Tri Cahyo 4. Irma Dahlia Y 5. Jenar Rurinta 6. Lisa Indriani 7. M. Taufik 8. Nuriza Fauziah 9. Sandra Devi M 10. Wahyu Putri N ( 04 ) ( 07 ) ( 09 ) ( 13 ) ( 14 ) ( 17 ) ( 24 ) ( 28 ) ( 33 ) ( 37 )
Namun, keberhasilan ekonomi maupun infrastruktur Orde Baru kurang diimbangi dengan pembangunan mental ( character building ) para pelaksana pemerintahan (birokrat), aparat keamanan maupun pelaku ekonomi (pengusaha / konglomerat). Klimaksnya, pada pertengahan tahun 1997, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) yang sudah menjadi budaya. a. Faktor Penyebab Munculnya Reformasi Banyak hal yang mendorong timbulnya reformasi pada masa pemerintahan Orde Baru, terutama terletak pada ketidakadilan di bidang politik, ekonomi dan hukum. Tekad Orde Baru pada awal kemunculannya pada tahun 1966 adalah akan melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen dalam tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Setelah Orde Baru memegang tumpuk kekuasaan dalam mengendalikan pemerintahan, muncul suatu keinginan untuk terus menerus mempertahankan kekuasaannya atau status quo. Hal ini menimbulkan akses-akses nagatif, yaitu semakin jauh dari tekad awal Orde Baru tersebut. Akhirnya penyelewengan dan penyimpangan dari nilai-nilai Pancasila dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada UUD 1945, banyak dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. b. Krisis Politik Demokrasi yang tidak dilaksanakan dengan semestinya akan menimbulkan permasalahan politik. Ada kesan kedaulatan rakyat berada di tangan sekelompok tertentu, bahkan lebih banyak di pegang oleh para penguasa. Dalam UUD 1945 Pasal 2 telah disebutkan bahwa Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh MPR. Pada dasarnya secara de jore (secara hukum) kedaulatan rakyat tersebut dilakukan oleh MPR sebagai wakil-wakil dari rakyat, tetapi secara de facto (dalam kenyataannya) anggota MPR sudah diatur dan direkayasa, sehingga sebagian besar anggota MPR itu diangkat berdasarkan ikatan kekeluargaan (nepotisme). Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidak percayaan itulah yang menimbulkan munculnya gerakan reformasi. Gerakan reformasi menuntut untuk dilakukan reformasi
total di segala bidang, termasuk keanggotaan DPR dam MPR yang dipandang sarat dengan nuansa KKN. c. Krisis Ekonomi Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada 1997 merupakan efek domino dari krisis ekonomi asia yang melanda berbagai Negara, seperti Thailand, Filipina, dan Malaysia. Disebabkan oleh adanya kondisi ekonomi yang lemah, Indonesia mengalami berbagai kesulitan dalam menata ulang kembali
perekonomiannya untuk keluar dari krisis. Perkembangan ekonomi Indonesia telah mengalami stagnansi sejak tahun 1990an. Saat itu, neoliberalisme menjadi norma pengaturan ekonomi dan politik dunia. Barang barang produksi Indonesia menjadi tidak berdaya saing apabila dibandingkan dengan barang barang luar negeri secara bebas memasuki pasaran Indonesia. Dengan merujuk pada batasaan tingkat keberhasilan ekonomi suatu bangsa yang dikeluarkan oleh World Bank, maka dapat disimpulkan bahwa perekonomian Indonesia tahun 1997 / 1998 tengah mengalami kehancuran. d. Krisis Sosial Pada masa akhir pemerintahan Orde Baru, Indonesia mengalami gejolak politik yang tinggi, baik ditataran pemerintahan maupun di tingkat pergerakan rakyat dan mahasiswa. Suhu politik di tataran elit yang makin memanas menimbulkan berbagai potensi perpeahan social di masyarakat. Sementara itu, krisis social horizontal di Indonesia juga mengalami titik puncak. Kondisi kehidupan masyarakatbah dengan angka yang sangat sulit, ditambah dengan angka pengangguran menyebabkan berbagai benturan sosial. Kerusuhan sistematis yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia pada 13 14 Mei 1998 menjadi bukti dari adanya perggeseran social antar masyarakat. Munculnya berbagai kerusahan social horizontal ini merupakan implikasi dari kebijakan ekonomi sentralistik yang menimbulkan jurang pemisah kesejahteraan yang begitu tinggi antara pusat dan daerah. Pola tranmigrasi yang diterapkan oleh
pemerintah tidak diiringi dengan penanganan solidaritas sosial di daerah tujuan. Pada akhirnya, kecemburuan sosial akibatnya disparitas tingkat perekonomian tersebut tidak dapat dihindarkan. Kondisi inilah yang kemudian memicu tuntutan kepada pemerintah pusat untuk mereformasi pola pembangunan ekonomi. Tuntutan inilah yang memunculkan kesdaran masyarakat Indonesia akan pentingnya reformasi bagi kehidupan bangsa.
4. Penyediaan ruang sekolah, guru dan buku-buku untuk pendidikan umum dengan harga terjangkau 5. Penyediaan klinik, dokter dan obat-obatan untuk kesehatan umum dengan harga yang terjangkau pula.
Selanjutnya, tanggal 22 Mei 1998 , presiden B.J. Habibie membentuk susunan cabinet yang dinamakan Kabinet Reformasi Pembangunan. Fokus dari susunan cabinet ini antara lain terletak pada pemulihan ekonomi Indonesia yang hancur akibat krisis yang terjadi di Asia. Kabinet yang beranggotakan 16 Menteri ini, menfokuskan pembenahan ekonomi dalam 5 bidang kerja utama, diantaranya sebagai berikut. 1. Melakukan proses rekapitulasi perbankan Indonesia. 2. Melaksanakan likuidasi bank bank yang bermasalah 3. Memperbaiki angka nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hingga mencapai angka di bawah Rp. 10.000,00. 4. Membangun konstruksi perekonomian Indonesia 5. Melaksanakan syarat syarat reformasi kepada Indonesia. Sekilas, tampaknya program -program pemulihan ekonomi ini bertujuan ekonomi yang diberikan oleh IMF
untuk benar- benar mengembalikan kesejahteraan rakyat. Namun , sedikit yang mendasari bahwa kebijakan kebijakan perekonomian hanyalah merupakan
bagian dari Structural Adjusment Program (Program Penyesuaian Struktural) yang dicanangkan IMF bagio Indonesia . Pada akhirnya, keputusan reformasi ekonomi yang dihasilkan pun tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh rakyat Indonesia. Pemotongan subsidi bagi usaha kecil dan pemberian subsidi kesejahteraan social yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat di saat krisis justru tidak diwujudkan. b. Pemberian Amnesti dan Munculnya Kebebasan Berpendapat Pemerintahan Presiden Habibie menfokuskan pada pengembalian politik masyarakat ke dalam kondisi normal, yaitu : y Pada masa pemertintahan Habibie, kebebasan pers dikembangkan kepada tempatnya semula. Bahkan, tahanan-tahanan politik orde baru yang dicebloskan ke penjara dengan tuduhan subversi pun diberikan amnesty dan di bebaskan y Presiden Habibie juga mengeluarkan sebuah kebijakan untuk membuat Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Tugas dari tim ini adalah mencari segala kondisi social
sesuatu yang berhubungan dengan kerusuhan 13-14 mei 1998 du Jakarta. TGPF diketua oleh Marzuki Darusman yang pada waktu itu menjabat sebagai ketua KOMNAS HAM y Agenda lain yang dicanangkan presiden habibie menyangkut kebebasan berkumpul dan menyampaikan pendapat di muka umum c. Permasalahan Dwi Fungsi ABRI Posisi Militer pada masa reformasi tidak mendapat tempat yang cukup baik di hati masyarakat sehingga menimbulkan peristiwa penembakan 4 mahasiswa trisakti pada tanggal 12 mei 1998 menyulut sikap antipasti masyarakat akan eksistensi militer kala itu dan tuntutan untuk mengahpus Dwi Fungsi ABRI pun menjadi isu utama didalam agenda reformasi. Presiden Habibie menaggapi hal tersebut dengan memisahkan kepolisian Republik Indonesia dari tubuh Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) pada tanggal 5 Mei 1999. Teknisnya adalah dengan menempatkan Angkatan Darat, Angkatan Laut ,dan Angkatan Udara di bawah payung ABRI. d. Reformasi Hukum dan Perundang-undangan Di dalam sidang istimewa MPR tanggal 10 -13 November 1998 , terdapat perombakan besar besaran terdapat system hukum dan perundang-undangan Reformasi Hukum dan Perundang-undangan. Di dalam Sidang Istimewa MPR tanggal 10-13 November 1998, terdapat perombakan besar - besaran terhadap sistem hukum dan perundang-undangan tersebut. Pembenahan sektor hukum dan perundangundangan ini kemudian membawa kehidupan sosial politik Indonesia menjadi lebih terbuka. Adanya jaminan terhadap pelaksanaan Hak Asasi Manusia di Indonesia menjadi momentum awal bagi dibukanya kasus-kasus pelanggaran HAM di Indonesia yang belum tuntas hingga pada saat itu. y Bagian ketetapan yang terdiri dari enam ketetapan MPR baru, antara lainnya sebagai berikut. 1. Tap. MPR No. X/MPR/1998, yang berisi mengenai pokok-pokok pelaksanaan reformasi pembangaunan Indonesia, sebagai kerangka dasar untuk
penyelamatan dan normalisasi kehidupan nasional sebagai haluan negara Indonesia. 2. Tap. MPR No. XI/MPR/1998, yang ini berisi mengenai peaksananan dan penyelenggaraan Negara yang bersih dari unsur Korupsi,Kolusi, dan Nepotisme (KKN). 3. Tap. MPR No. XII/MPR/1998 , yang berisi mengenai pembatasan masa tugas presiden dan wakil presiden republik Indonesia. 4. Tap.MPR No. XV/MPR/1998, yang berisi tentang proses penyelenggaraan Otonomi Daerah. 5. Tap. MPR No.XVI/MPR/1998, yangt berisi tentang kehidupan politik ekonomi bangsa dalam rangka melanggengkan konsep demokrasi ekonomi. 6. Tap. MPR/ No. XVII/MPR/1998, yang berisi mengenai penegakan Hak Asasi Manusia (HAM). y Bagian ketetapan yang terdiri dari dua ketetapam yang mengubah dan menambah ketetapan yang lama. 1. Tap. MPR No. VII/MPR/1998, yang berisi mengenai perubahan dan penambahan terhadap Tap. MPR No.I/MPR/1983 yang membahas menegenai peraturan tata-tertib majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 2. Tap MPR No. XIV/MPR/1998. ketetapan ini mengubah dan menambah Tap. MPR No. III/MPR/1998 yang membahas mengenai pelaksanan Pemilihan umum. y Bagian yang berisi empat ketetapan yang bersifat mencabut ketetapan MPR terdahulu, adalah sebagai berikut. 1. Tap MPR No. III/V/MPR/1998. ketetapan ini berkaitan dan menyangkut Tap MPR No.IV/MPR/1983 yang membahas mengenai referendum. 2. Tap. No. IX/MPR/1998.ketetapan ini mencabut Tap. MPR No.II/MPR/1998 yang memnahas mengenai Garis-Gasis Haluan Negara(GBHN). 3. Tap. MPR No,. XII/MPR/1998. ketetapan ini mencabut Tap MPR. No. V/MPR/1998 yang memebahas mengenai pemberian tugas serta wewenag khusus presiden selaku Mandataris MPR untuk menyukseskan dan mengamankan pembangunan sebagai wujud pengalaman Pancasila.
4. Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998. ketetapan ini mencabut Tap. MPR No. 11/MPR/1978 yang berisi tentang Pendoman Penghayatan dan pengalaman Pancasila (P4 atau Ekaprasetia Pancakarsa). Selain itu, ketetapan ini juga menetapkan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. e. Pemilihan Umum 1999 Proses pemilu sangat didominasi oleh kemenangan Golkar. Pemerintah
presiden BJ. Habibie yang menjabat pada era reformasi berhasil menorehkan satu sejarah besar , yaitu menyelenggarkan pemilu yang menyertakan hampir seluruh ideology bangsa . Sejumlah 48 partai politik berpartisipasi di dalam perhelatan akbar ini. Presiden Habibie memangkas Undang Undang yang membicarakan
tentang pemilu , susunan, kedudukan, tugas, serta wewenang dari MPR/ DPR. Sebagai gantinya, ditetapkanlah 3 Undang Undang politik baru yang
ditandatangani pada 1 Februari 1999. Isinya menyangkut Undang Undang mengenai partai politik, proses pemilihan umum ,serta susunan dan kedudukan , MPR,DPR dan DPRD. Setelah itu presiden membentuk KPU. Berdasarkan Undang Undang yang telah disahkan tersebut ,hanya 48
partai politik yang lolos untuk melaju di putaran Pemilu . Panitia yang bertugas untuk menyaring partai partai politik itu dinamakan Panitia 11. Dalam Sidang Istimewa MPR yang digelar pada bulan November 1998, MPR telah merombak berbagai kebijakan Negara menyangkut berbagai hal di dalam kehidupan social kemasyarakatan ,termasuk pemilu. Pemilu tingkat nasional diadakan pada 7 Juni 1999. Dari 48 parpol pada Pemilu 1999,terdapat 5 partai besar yang menempati urutan tertinggi yaitu PDI-P, Golkar, PKB, PPP, dan PAN. Kesuksesan pelaksanaan Pemilu 1999 darpat dilihat dari peringkat sepuluh besar partai partai politik yaitu sebagai berikut: 1. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 2. Golongan Karya (Golkar) 3. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
4. Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 5. Partai Amanat Nasional (PAN ) 6. Partai Bulan Bintang (PBB) 7. Partai Keadilan(PK)
8. Partai Keadilan dan Persatuan(PKP)