You are on page 1of 7

ANALISIS MODEL PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA DI PULAU KAPOPOSANG TAHUN 2011 Mulawarman, Arsunan Arsin, Rasdi Nawi Abstrak

Penelitian ini bertujuan engetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, dan tindakan dengan model pencegahan penyakit malaria di Pulau Kapoposang. Desain penelitian dengan cross sectional study. Dari populasi sebanyak 515 orang dipilih 142 orang responden dengan caraexhaustic sampling. Uji statistik bivariat dengan Chi Square dan Multivariat dengan Regresi Logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan pada model pencegahan primer (p=0,015), sekunder (p=0,038), dan tindakan pada model pencegahan primer (p=0,029), sekunder (p=0,027) dan tersier (p=0,034) berhubungan dengan kejadian malaria.Sedangkan pengetahuan pada model pencegah tersier (p=1,000), sikap pada model pencegahan primer (p=0,111), sekunder (p=0,119), dan tersier (0,198), tidak berhubungan dengan kejadian malaria.Hasil uji multivariat logistik regresi menunjukkan bahwa tindakan pada model pencegahan sekunder merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap kejadian malaria (wald=2,345, p=0,126). Kata kunci: model pencegahan, penyakit malaria Abstract The study aims to describe the relationship of knowledge, attitude, and performance in the disease prevention models with malaria incidence in Kapoposang Island in 2010. The study is designed incross sectionalmodel with a population of 515 people and142 are selected as respondents. A statistical bivariate with chi square test and multivariate withlogistic regression are employed. Thisstudy indicates that knowledge in the primary prevention model is p=0,015, in the secondary prevetion model is p=0,038,performance in the primary prevention model is p=0,029, in the secondary prevention model is p=0,027,and in the tertiary prevention model is p=0,034 in their relationship withmalaria incidence. Knowledge in the tertiary prevention model is p=1,000, attitudes in the primary prevention model is p=0,111,in the secondary prevention model is p=0,119, and attitudes in the tertiary prevention model is p=0,198 have no relationship with the malaria incidence. The multivariate logistic regression test proves that performance second prevention model is the most influential factor on the malaria incidence (wald=2,345, p=0,126). Keywords:Prevention model, malaria

Pendahuluan Malaria ditemukan hampir di seluruh bagian dunia, terutama di negara-negara yang beriklim tropis dan subtropis. Penduduk yang beresiko terkena malaria berjumlah sekitar 2,3 milliar atau 41% dari jumlah penduduk dunia. Setiap tahun, kasusnya berjumlah sekitar 300500 juta kasus dan mengakibatkan 1,5 2,7 juta kematian, terutama di negara-negara benua Afrika (Prabowo,2008). Deklarasi dunia tentang pemberantasan penyakit malaria yang dirumuskan pada konferensi menteri kesehatan sedunia tahun 1992 disebutkan bahwa malaria merupakan masalah yang sifatnya global 1. Kawasan Asia tenggara, bedasarkan The World Malaria Report 2005 sebanyak lebih satu juta orang meninggal setiap tahun akibat malaria termasuk anak-anak, sekitar 80% kematian terjadi di Afrika dan 15% di Asia (Lamaka, 2010).Sejak tahun 2003 di Sulawesi Selatan, Parasite Rate (PR) menurun dari 3,207% menjadi 1,06% tahun 2004, namun tahun 2005 meningkat menjadi 3,21%. Daerah dengan PR tertinggi secara berurutan adalah Mamuju 2,66%, Polmas 2,44%, Pangkep 2,09%, Sinjai 1,05%, Majene 1,02% 2. Terjadi peningkatan kasus di Kabupaten Pangkajene Kepulauan Khususnya di pulau Kapoposang, untuk tahun 2000 ditemukan 262 kasus, sedangkan tahun 2001 ditemukan penderita klinis sebanyak 1106 orang. Parasit rate (PR) dilaporkan untuk dua tahun terakhir juga mengalami peningkatan dari 5,14% (2000) menjadi 13,76% (2001) (Profil Kesehatan Kab. Pangkep, 2001).Tahun 2010 angka kejadian malaria di Kelurahan Mattiro Ujung sebanyak 33 penderita dari 1.309 penduduk. Pada tahun 2010 dipulau Kapoposang dilaporkan API = 17,57 permil dan AMI 25,21 permil. Angka ini menyebabkan pulau Kapoposang sebagai daerah meso endemik penyakit malaria. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kejadian malaria seperti faktor sosial ekonomi, budaya, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan dan perilaku kesehatan. Variasi geografis merupakan salah satu penyebab terjadinya malaria atau keadaan lain yang berhubungan dengan satu atau beberapa faktor seperti lingkungan, fisik, kimia, biologis dan sosial ekonomi serta perilaku yang berbeda dari satu tempat ketempat lain, seperti genetis dan etnis dari penduduk yang berbeda dan bervariasi seperti karakteristik demografi. Selain itu variasi kultural terjadi dalam kebiasaan, pekerjaan, keluarga dan bahkan tentang persepsi sakit dan sehat3. Kejadian malaria di daerah endemis banyak menimbulkan kematian, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan perilaku masyarakat yang rendah terhadap pengobatan dan cara penanggulangan malaria 4. Metode Penelitian Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, dan tindakan padamodel pencegahanprimer, sekunder dan tersier dengan penyakit malaria.Hasil riset ini diharapkan dapat menjadi (1) salah satu sumber informasi yang penting Bagi Dinas Kehatan Propinsi Sulawesi Selatan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Pangkep pada umumnya dan pihak Puskesmas Sarappo pada khusunya dalam upaya untuk mencegah dan mengendalikan penyakit malaria.(2) Sebagai salah satu referensi bagi institusi kesehatan dan institusi lainnya yang berkepentingan untuk berpartisipasi dalam peningkatan upaya pencegahan dan pengendalian penyakit malaria. (3) Menambah pengetahuan masyarakat secara tidak langsung, khususnya dalam hal pencegahan dan pengendalian penyakit malaria. 2

Penelitian ini merupakan penelitian observasional desain Cross Sectional Study. studi Cross Sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara sebab dan akibat dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada satu waktu (point time approach) 5. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang bermukim di pulau Kapoposang Tahun 2011. Penarikan sampel secara non probability sample dilakukan dengan cara Exchaustic sampling. Yaitu seluruh populasi dijadikan sampel dalam penelitian, yakni Setiap individu yang bermukim di pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep yang telah diperiksa darahnya. Sampel yang berumur < 12 tahun dan > 64 tahun dilakukan wawancara kepada keluarga terdekat mereka. Data primer diperoleh dengan cara pengambilan sampel darah, melakukan wawancara langsung terhadap responden dengan berpedoman pada kuesioner yang telah tersedia yang memuat pertanyaan-pertanyaan maupun pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menggali informasi mengenai variabel-variabel yang akan dianalisis pada penelitian ini yang mana erat kaitannya dengan kejadian malaria. Pengolahan data yang dilakukan meliputi penyuntingan data, koding, pemasukan data ke computer dan pembersihan data. Analisis data yang dilakukan untuk penelitian ini menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Tampilan data kategorik berupa frekuensi dan persentase dan analisis bivariat menggunakan chi square dengan uji fisher exact dengan =0,05 dan multivariat dengan regresi berganda logistik. Analisis data menggunakan program SPSS. Hasil dan Pembahasan Masalah perilaku merupakan penyebab timbulnya berbagai masalah kesehatan. Para ahli kesehatan masyarakat sepakat bahwa untuk mengatasinya diperlukan suatu upaya dalam proses pendidikan kesehatan masyarakat. Melalui proses tersebut diharapkan terjadinya perubahan perilaku menuju tercapainya perilaku sehat . Beberapa penelitian menyatakan bahwa perilaku yang tercermin dalam buruknya sikap dan tindakan serta kurangnya pengetahuan masyarakat merupakan salah satu faktor pendukung penyebaran malaria. Pada penelitian ini, seluruh penderita malaria berada di wilayah RT 1 pulau Kapoposang. Jumlah penderita malaria dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Seluruh penderita malaria adalah jenis kelamin laki-laki dengan umur, tingkat pendidikan dan pekerjaan yang bervariasi.Distribusi penderita malaria menurut karakteristik lokasi tempat tinggal, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Uji Statistik (Tabel 2) menunjukkan bahwa pengetahuan pada model pencegahan primer, pengetahuan pada model pencegahan sekunder, tindakan pada model pencegahan primer, tindakan pada model pencegahan sekunder, dan tindakan pada model pencegahan tersier berhubungan dengan penyakit malaria. Pengetahuan pada model pencegahan tersier, sikap pada model pencegahn primer, sikap pada model pencegahan sekunder, dan sikap pada model pencegahan tersier tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Beberapa penelitian menyatakan bahwa perilaku yang tercermin dalam buruknya sikap dan tindakan serta kurangnya pengetahuan masyarakat yang merupakan salah satu faktor pendukung penyebaran malaria. Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan masyarakat diukur berdasarkan model pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pengukuran tingkat 3

pengetahuan berdasarkan model pencegahan dilakukan dengan memberikan pertanyaan pengetahuan kepada responden pada masing-masing model pencegahan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat pada model pencegahan primer lebih banyak pada kategori cukup (87,3%) dari pada tingkat pengetahuan kategori kurang (12,7%). Tingkat pengetahuan masyarakat pada model pencegahan sekunder lebih banyak pada kategori cukup (82.4)% dari pada tingkat pengetahuan kategori kurang (17,6%). Tingkat pengetahuan masyarakat pada model pencegahan tersier lebih banyak pada kategori kurang (98,6%) dari pada tingkat pengetahuan kategori cukup (1,4%).Penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat pada model pencegahan primer dan sekunder menunjukkan adanya hubungan dengan kejadian malaria. Pengetahuan dasar seperti mencegah agar nyamuk tidak kontak langsung dengan manusia marupakan upaya awal untuk mencegah penyakit malaria, dimana sebaiknya berobat dan obat apa yang seharusnya diminum. Dalam penelitian ini, upaya tersebut telah ditunjukkan oleh responden yang hasil pemeriksaan darahnya negatif, sebagian besar dari responden yang hasil pemeriksaan darahnya negatif menunjukkan bahwa pengetahuan mereka tentang upaya tersebut sudah cukup baik. Sedangkan, pada responden yang hasil pemeriksaan darahnya positif, dilihat dari jawaban mengenai pertanyaan pencegahan primer dan sekunder, mereka memberikan jawaban yang memang masih kurang benar. Selain itu pihak Dinas Kesehatan Pangkep telah melakukan berbagai upaya seperti pemberian kelambu berinsektisida dan pemberian obat gratis bagi penderita malaria, upaya ini secara tidak langsung dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat dipulau Kapoposang mengenai langkah-langkah apa yang harus dilakukan masyarakat untuk mencegah dan mengobati penyakit malaria. Faktor sikap yang dikaji dalam penelitian ini meliputi sikap anggota keluarga yang menderita penyakit malaria, sikap terhadap pencegahan dan pengobatan, serta upaya yang dilakukan masyarakat jika telah menderita malaria agar tidak menderita malaria berat.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap masyarakat pada model pencegahan primer lebih banyak pada kategori positif yaitu 73,9% dari pada sikap masyarakat kategori negatif 26,1%. Sikap masyarakat pada model pencegahan sekunder lebih banyak pada kategori positif yaitu 73,2% dari pada sikap masyarakat kategori negatif 26,8%. sikap masyarakat pada model pencegahan tersier lebih banyak pada kategori kurang 83,1% dari pada sikap masyarakat kategori cukup 16,9%.Menurut Newcomb dalam Notoatmodjo (2007) mengemukakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana suatu motif tertentu. Sikap bukan merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku, demikian pula sikap responden terhadap penyakit malaria masih merupakan reaksi tertutup. Tindakan merupakan suatu respon seseorang terhadap rangsangan atau stimulus dalam bentuk nyata yang dapat diobservasi secara langsung melalui kegiatan wawancara dan kegiatan responden, merupakan bentuk tindakan nyata atau tindakan seseorang. Terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan misalnya faktor dukungan dari pihak keluarga, teman dekat, ataupun masyarakat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan masyarakat pada model pencegahan primer lebih banyak pada kategori baik yaitu 69,7% dari pada tindakan masyarakat kategori tidak baik 30,3%. Tindakan masyarakat pada model pencegahan sekunder lebih banyak pada kategori baik yaitu 70,4% dari pada tingkat pengetahuan 4

kategori tidak baik 29,6%. Tindakan masyarakat pada model pencegahan tersier lebih banyak pada kategori baik 83,1% dari pada tindakan masyarakat kategori tidak baik 16,9%. Hasil uji statistik (Tabel 3) menunjukkan bahwa variabel tindakan pada model pencegahan sekunder merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap penyakit malaria dengan nilai wald 2,345 dan berpengaruh 0,191 kali terhadap penyakit malaria. Simpulan Penelitian ini telah menemukan bahwa pengetahuan pada model pencegahan primer, pengetahuan pada model pencegahan sekunder, tindakan pada model pencegahan primer, tindakan pada model pencegahan sekunder, dan tindakan pada model pencegahan tersier berhubungan dengan penyakit malaria. Pengetahuan pada model pencegahan tersier, sikap pada model pencegahn primer, sikap pada model pencegahan sekunder, dan sikap pada model pencegahan tersier tidak berhubungan dengan kejadian malaria. Perlu diupayakan program pemberdayaan masyarakat khususnya peningkatan kesadaran masyarakat untuk mempertahankan dan meningkatkan tindakan-tindakan yang sudah baik seperti penggunaan kelambu, penggunaan obat anti nyamuk, membersihkan lingkungan rumah, pengobatan yang benar dan pengobatan yang lebih intensif jika malaria semakin berat. . Ucapan Terima Kasih Ucapan terimakasih dan penghargaan kepada Tim Pembimbing Penelitian, Fakultas Kesehatan Masyarakat program Pasca Sarjana UNHAS, Dinas Kesehatan Kab.Pangkep SulSel, para responden serta rekan-rekan mahasiswa magister jurusan Epidemiologi. Daftar Acuan 1. Maricar, H. 2005. Beberapa Faktor yang berhubungan dengan Kejadian malaria di desa ureng wilayah kerja puskesmas negeri lima kabupaten maluku tengah provinsi maluku. Program Pascasarjana UNHAS, Makassar. 2. Hardiman, 2007. Pola Spasial Habitat Perkembangbiakan Nyamuk Malaria Dengan sistem Informasi (SIG) di Kecamatan Mamuju Kabupaten Mamuju. Program Pasca Sarjana UNHAS. Makassar 3. Dahariah, St. 2010. Perilaku Masyarakat Terhadap Kejadian Malaria Di Kecamatan Kalukku Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Program Pascasarjana UNHAS, Makassar. 4. Suharjo, Mardiana. 2009. Community Knowledge About Malaria Treatmen, Batealit And Mayong Subdistricts, Jekpara Regency. Media Litbang Kesehatan Vol. XIX. 5. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:Rineka Cipta.

Tabel 1.

Distribusi Penderita Malaria Berdasarkan Lokasi Tempat Tinggal, Umur, Jenis Kelamin, Tingakat Pendidikan dan Pekerjaan Di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkep Tahun 2011 Lokasi Umur Jenis Penderita Malaria tempat Tingkat Pendidikan Pekerjaan (tahun) kelamin tinggal Penderita 1 RT 1 45 Laki-laki Tidak Tamat SD Nelayan Penderita 2 RT 1 9 Laki-laki SD Sekolah Penderita 3 RT 1 20 Laki-laki Tamat SD Nelayan Penderita 4 RT 1 11 Laki-laki SD Sekolah Penderita 5 RT 1 64 Laki-laki Tamat SLTA Ka.Dusun Sumber: Data Primer Tabel 2. Hasil Analisis Bivariat Variabel yang DitelitiDi Pulau kapoposang kabupaten Pangkep Tahun 2011 Variabel Pengetahuan pada model pencegahan primer Kurang Cukup Pengetahuan pada model pencegahan sekunder Kurang Cukup Pengetahuan pada model pencegahan Tersier Kurang Cukup Sikap pada model pencegahan primer Negatif Positif Sikap pada model pencegahan sekunder Negatif Positif Sikap pada model pencegahan tersier Negatif Positif Tindakan pada model pencegahan primer Tidak Baik Baik Kejadian Malaria Positif Negatif n % n % Jumlah n % p

3 2

16,7 1,6

15 122

83,3 98,4

18 124

100,0 100,0

0,015

3 2

12,0 1,7

22 115

88,0 98,3

25 117

100,0 100,0

0,038

5 0

3,6 0,0

135 2

96,4 100,0

140 2

100,0 100,0

1,000

3 2

8,1 1,9

34 103

91,9 98,1

37 105

100,0 100,0

0,111

3 2

7,9 1,9

35 102

92,1 98,1

38 104

100,0 100,0

0,119

2 3

8,3 2,5

22 115

91,7 97,5

24 118

100,0 100,0

0,198

4 1

9,3 1,0

39 98

90,7 99,0

43 99

100,0 100,0

,0,02902 90 6

Tindakan pada model pencegahan Sekunder Tidak Baik Baik Tindakan pada Model pencegahan triser Tidak Baik Baik Sumber : Data Primer

4 1

9,5 1,0

38 99

90,5 99,0

42 100

100,0 100,0

00,02702 90,027

3 2

12,5 1,7

21 116

87,5 98,3

24 118

100,0 100,0

00,03402 90

Tabel 3.

Model Regresi Berganda Logistik Analisis Model Pencegahan Penyakit Malaria di Pulau Kapoposang Tahun 2011 95% CI Variabel B Wald Sig, Exp(B) lower upper Pengetahuan primer -1,654 1,594 0,207 0,191 0,015 2,494 Pengetahuan sekunder -0.440 0,096 0,757 0,644 0,040 10,441 Tindakan primer -1,415 1,086 0,297 0,243 0,017 3,477 Tindakan sekunder -2,033 2,345 0,126 0,131 0,010 1,767 Tindakan tersier -1,389 1,457 0,227 0,249 0,026 2,378 Constant 6,269 19,198 0,000 527,736 Sumber : Data Primer

You might also like