You are on page 1of 14

TATA CARA EKSEKUSI A.

Tata Cara Eksekusi Riil Dalam menjalankan eksekusi terhadap perkara-perkara yang menjadi wewenang Pengadilan Agama dapat ditempuh tahapan-tahapan sebagai berikut: 1. Permohonan pihak yang menang Jika pihak yang kalah tidak bersedia melaksanakan putusan Pengadilan secara sukarela, maka pihak yang menang dapat mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan yang memutuskan perkara tersebut untuk dijalankan secara paksa hal-hal yang telah disebutkan dalam amar putusan. Permohonan pengajuan eksekusi kepada Ketua Pengadilan merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan oleh pihak yang menang agar putusan tersebut dijalankan secara paksa sebagaimana tersebut dalam pasal 207 ayat (1) R.Bg dan pasal 196 HIR. 2. Penaksiran biaya eksekusi Jika Ketua Pengadilan telah menerima permohonan eksekusi dari pihak yang berkepentingan, maka segera memerintahkan meja satu untuk menaksir biaya eksekusi yang diperlukan. Biaya-biaya yang diperlukan meliputi biaya pendaftaran eksekusi, biaya saksi-saksi dan biaya pengamanan serta lain0lain yang dianggap perlu. Setelah biaya eksekusi tersebut dibayar oleh pihak yang menghendaki eksekusi kepada Panitera atau petugas yang ditunjuk untuk mengurus biaya perkara, barulah permohonan eksekusi tersebut didaftarkan dalam register eksekusi. 3. Melaksanakan peringatan (Ann maning) Ann manign merupakan tindakan dan upaya yang dilakukan oleh Ketua Pengadilan berupa teguran kepada pihak yang kalah agar ia melaksanakan isi putusan secara sukarela. Aan maning dilakukan dengan melakukan panggilan terhadap pihak yang kalah dengan menentukan hari tanggal dan jam persidangan dalam surat panggilan tersebut. Memberikan peringatan (Ann maning) dengan cara: a. Melakukan sidang insidentil yang dihadiri oleh Ketua Pengadilan, Panitera, dan pihak yang kalah b. Memberikan peringatan waktu tegoran supaya ia menjalakn putusan Hakim dalam waktu delapan hari.

c. Membuat berita acara Ann maning dengan mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam sidang tersebut sebagai bukti, bahwa Ann manign telah dilakukan dan berita acara ini merupakan landasan bagi perintah eksekusi yang akan dilaksanakan selanjutnya. 4. Mengeluarkan surat perintah eksekusi Apabila waktu telah ditentukan dalam peringatan (Ann maning) sudah lewat dan ternyata pihak yang kalah tidak menjalankan putusan, dan tidak mau enghadiri pannggilan sidang peringatan tanpa alasan yang sah, maka Ketua Pengadilan mengeluarkan perintah eksekusi dengan ketentuan: a. Perintah eksekusi itu berupa penetapan b. Perintah ditujukan kepada Panitera dan Jurusita yang namanya harus disebut dengan jelas c. Harus menyebut dengan jelas nomoe perkara yang hendak dieksekusi dan objek barang yang hendak dieksekusi d. Perintah eksekusi dilakukan di tempat letak barang dan tidak boleh di belakang meja e. Isi perintah eksekusi supaya di laksanakan sesuai dengan amar putusan. 5. Pelaksanaan eksekusi riil.1 Perintah eksekusi yang dibuat Ketua Pengadilan, Panitera atau apabila ia berhalangan dapat diwakilkan kepada Jurusita dengan ketentuan harus menyebut denan jelas nama petugas dan jabatannya yang bertugas melaksanakan eksekusi sebagaimana diatur dalam pasal 197 ayat (1) HIR dan pasal 209 R.B g. Dalam pelaksaan eksekusi Panitera atau Jurusita dibantu oleh dua orang saksi berumur minimal 21 tahun, jujur dan dapat dipercaya yang befungsi membantu Penitara atau Jurusita yang melaksanakan eksekusi, sebagaimana diatur dalam pasal 197 ayat (6) HIR dan pasal 210 R.Bg.

B. Eksekusi Pembayaran Sejumlah Uang Pelaksanaa eksekusi pembayaran sejumlah uang dapat ditempuh tahapan sebagai berikut:
Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara di Lingkungan Peradilan, (Jakarta: Yayasan Al Hikmah, 2000)
1

1. Permohonan eksekusi 2. Membayar biaya eksekusi 3. Ann maning 4. Penetapan sita eksekusi, apabila sebelumnya belum diletakkan sita jaminan 5. Penetapan perintah eksekusi Setalah dilakukan sita eksekusi, Ketua Pengadilan membuat penetapan perintah ekseskusi yang berisi tentang perintah penjualan lelang barang-barang yang telah diletakkan sita eksekusi dengan menyebut jelas objek yang akan dieksekusi dan putusan yang menjadi dasar eksekusi tersebut. 6. Pengumuman lelang Pengumuman lelang barang-barang yang akan dieksekusi dilakkukan melalui surat kabar atau mass media, sebagaiamana ketentuan pasal 200 ayat (6) HIR dan pasal 217 ayat (1) R.Bg. pengumuman lelang barang bergerak dapat dilakukan dengan cara menempelkan pemberitahuan lelang pada papn pengumuman Pengadilan atau melalui surat kabar dan mass media lainnya. 7. Permintaan lelang Setelah diumumkan, Ketua Pengadilan meminta bantuan Kantor Lelang Negara untuk menjula baranhg-barang yang telah diletakkan sita eksekusi, dengan dilampiri: Salinan putusan Pengadilan Salinan penetapan sita eksekusi Salinan berita acara pemnitaan Salinan penetapan lelang Salinan surat pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan Rician besarnya jumlah tagihan Buklti pemilikan barang lelang, dan Bukt pengumuman lelang

8. Pendaftaran permintaan lelang Kantor elang Negara menaftarkan permintaan lelang dalam buku yang khusus untuk itu dan sifat pendaftaran terbuka untuk umum, sesuai pasal 5 Peraturan Lelang Stb. 1908 Nomor 189. 9. Penetapan hari lelang

Kantor lelang negara berwenang untuk menetapkan hari lelang. 10. Penentuan syarat lelang dan floor price Penentuan sayuart lelang menjadi kewenangan Ketua Pengadilan yang bertindak sebagai penjual untuk dan atas nama termohon eksekusi. Ukuran floor price atau patokan harga terendah menjadi kewenangan Kantor Lelang Negara disesuaikan dengan harga pasaran dan nilai ekonomis barang. 11. Tata cara penawaran Pihak-pihak yang berminat ikut dalam acara lelang harus mengajukan penawan secara tertulis dalam amlop tertutup dengan menyebutkan identitas yang jelas, harga yang disanggupinya, dan ditandatanganinya oleh yang bersangkutan. 12. Pembeli lelang dan menentukan pemenang Pembeli lelang adalah penawar tertinggi dan tawarn itu minimal sesuai dengan floor price. 13. Pembayaran harga lelang2 Pengadilan berhak menentukan syarat-syarat pembayaran lelang. Apabila dalam waktu yang ditetapkan pemenang lelang belum membayar harga lelang sebagaimana yang ditentukan, amak atas kelalaian itu dikenakan denda sebagaimana yang ditentukan Pasal 22 ayat (7) Peratuaran Lelang Stb. 1908 Nomor 189.

Musthofa, Sy., S.H., M.H., Kepaniteraan Peradilan Agama, (Jakarta: Kencana, 2005)

A. Pengertian Lelang Secara umum Lelang adalah penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha mengumpulkan para peminta/peserta lelang dan harus dipimpin pejabat lelang (VR SIB 1908 pasal 1). Dari definisi lelang tersebut ada 4 unsur lelang yang dipenuhi, yaitu: 1. Lelang adalah suatu cara penjualan yang dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan; 2. Dilakukan di depan umum yaitu dengan cara mengumumkannya untuk mengumpulkan peminta/peserta lelang; 3. Dilaksanakan dengan cara penawaran harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis yang bersifat kmpetitif; 4. Peserta yang mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang.3

Selanjutnya pengertian lelang yang akan dibahas di sini lebih cenderung pada pengertian yang erat hubungannya dengan pelelangan yang dilakukan pengadilan. Hal ini tidak mengurangi arti lelang secara umum, hanya cara pendekatannya lebih diarahkan kepada kegiatan lelang yang ada kaitannya dengan fungsi peradilan. Kalau Pasal 200 Ayat 1 HIR/Pasal 215 Ayat 1 RBg dikaitkan dengan Pasal 1 Peraturan Lelang (LN 1908 No.189), akan ditemukan pengertian yang sebenarnya dari lelang tersebut, yaitu:

- Penjualan di muka umum harta kekayaan tergugat yang telah disita eksekusi; - Penjualan di muka umum (pelelangan) hanya boleh dilakukan di depan juru lelang. Dengan kata lain, penjualan lelang dilakukan dengan perantaraan atau bantuan kantor lelang (juru lelang); - Cara penjualannya dengan jalan harga penawaran semakin meningkat, atau makin menurun melalui penawaran secara tertulis (penawaran dengan pendaftaran).

Wildan Suyuthi Musthofa. 2004. Praktek Kejurusitaan Pengadilan. Jakarta: Mahkamah Agung RI. Hlm.391.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Lelang merupakan penjualan harta kekayaan tergugat yang disita secara umum (terbuka), dan dari hasil penjualan uangnya dibayarkan kepada pihak penggugat sebesar yang ditetapkan dalam putusan.4

B. Dasar Hukum Lelang y Dasar hukum lelang secara umum Dikatakan umum karena peraturan perundang-undangannya tidak secara khusus mengatur tentang tata cara/prosedur lelang. Diantaranya adalah: 1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgelijk Wetboek); 2. HIR (Herziene Inlandsch Reglement); 3. RBg (Reglement op de Burgelijk Rechtsvordering); 4. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan; 5. Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fiducia; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun 2003 tentang Pemungutan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); 7. dll.

y Dasar hukum lelang secara khusus Dikatakan khusus yaitu karena peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur tentang tata cara dan prosedur lelang. Diantaranya adalah: 1. Peraturan Lelang tanggal 28 Februari 1908 (LN 1908 No.189) atau Vendu Reglement. Merupakan peraturan- peraturan yang mengatur tentang Pokok-Pokok Penjualan di Muka Umum (lelang); 2. Intruksi Lelang (LN 1908 No.190) atau Vendu Instructie. Merupakan ketentuanketentuan pelaksanaan Vendu Reglement; 3. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 304/KMK.01/2002 jo Nomor

450/KMK.01/2002 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang; 4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 305/KMK.01/2002 jo Nomor

451//KMK.01/2002 tentang Pejabat Lelang;

M. Yahya Harahap. 1991. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm.102-103.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 118/PMK.07/2005 tanggal 30 November 2005 tentang Balai Lelang; 6. dll.

C. Fungsi Lelang Lelang sebagai salah satu cara penjualan memiliki fungsi privat dan fungsi publik. Dikatakan memiliki fungsi privat karena lelang merupakan institusi pasar yang mempertumukan penjual dan pembeli pada suatu saat dan tempat tertentu dengan cara pembentukan harga yang kompetitif. Sedangkan yang dimaksud fungsi publik dalam lelang adalah: - Pertama, pengamanan asset yang dimiliki/dikuasai oleh negara untuk

meningkatkan efesiensi dan tertib administrasi pengelolaannya. - Kedua, mendukung badan-badan peradilan dalam mewujudkan fungsi peradilan dengan pelayanan penjualan barang yang mencerminkan keadilan, keamanan dan kepastian hukum karena itu semua penjualan eksekusi eks sita pengadilan, PUPN, Kejaksaan dan sebagainya harus dilakukan secara lelang. - Ketiga, mengumpulkan penerimaan Negara dalam bentuk bea lelang dan uang miskin.5 D. Jenis-Jenis Lelang Jenis Lelang dibedakan menjadi 2 yaitu: - Lelang eksekusi - Lelang non eksekusi

Lelang eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan putusan/penetapan pengadilan atau dokumen-dokumen lain, yang sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku, dipersamakan dengan itu, dalam rangka membantu penegakan hukum yang diantaranya adalah: 1. Lelang eksekusi pengadilan; 2. Lelang eksekusi PUPN; 3. Lelang eksekusi Pajak;

Wildan Suyuthi Musthofa. 2004. Praktek Kejurusitaan Pengadilan. Jakarta: Mahkamah Agung RI. Hlm. 393.

4. Lelang Barang Rampasan; 5. Lelang Barang Temuan; 6. Lelang eksekusi berdasarkan pasal 6 UUHT (Undang-Undang Hak Tanggungan); 7. Lelang Eksekusi Harta Pailit; 8. Lelang eksekusi Fiducia; 9. Lelang Barang Sitaan berdasarkan pasal 45 KUHP.

Lelang Non Eksekusi adalah lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik negara/daerah sebagaimana dimaksud dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara atau barang milik Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/D) yang oleh peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk dijual secara lelang. 1. Lelang barang milik Pemerintah Pusat/Daerah (Inventaris); 2. Lelang barang milik BUMN/BUMD; 3. Lelang Kayu (Perhutani) dan hasil hutan lainnya; 4. Lelang BPPN; 5. Lelang Piutang dan Saham; 6. Lelang sukarela/balai lelang; 7. Lelang barang tidak dikuasai/dikuasai/dimiliki Negara (bea dan cukai). E. Karakteristik dan Kelebihan Lelang Lelang merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk melaksanakan putusan pengadilan.Dalam kegiatan lelang mempunyai beberapa karakteristik dan kelebihan tersendiri. Karakteristik dan kelebihan lelang diantaranya: 1. Aman Dari segi keamanan lebih terjamin karena lelang disaksikan, dipimpin dan dilaksanakan oleh pejabat lelang selaku pejabat umum yang diangkat oleh pemerintah. Pejabat lelang akan meneliti terlebih dahulu tentang subyek dan obyek lelang. Bahkan pelaksanaan lelang harus terlebih dahulu diumumkan sehingga memberikan kesempatan bagi yang berkepentingan untuk mengajukan keberatan atas penjualan tersebut. Sehingga tidak akan melaksanakan lelang apabila ada dokumen maupun prosedur yang tidak terpenuhi. 2. Adil

Kegiatan Lelang dilaksanakan dengan mengundang khalayak ramai yaitu calon pembeli/peminat/investor sehingga pelaksanaannya bersifat terbuka dan obyektif. Terlebih lagi lelang tersebut dipimpin pejabat lelang yang independen yang menegakkan aturan lelang sesuai dengan ketentuan yang berlaku sehingga dapat menjamin keadilan bagi para pelaku lelang. 3. Harga optimal Dengan banyaknya peserta/calon pembeli yang hadir maka harga yang terbentuk dapat mencapai harga yang optimum karena sistem penawaran dalam lelang bersifat kompetitif. Dalam pelaksanaan lelang agar kepentingan pemilik barang/penjual terlindungi, maka yang menentukan harga limit adalah pemohon lelang atau pemilik barang. 4. Cepat dan Efisien Dikatakan cepat karena dalam porses kegiatan lelangterlebih dahulu diadakan pengumuman lelang sehingga peserta dapat terkumpul pada satu hari lelang dan pembayarannya secara tunai. 5. Adanya kepastian hukum dan otentik Setelah terpilihnya pembeli barang lelang tersebut, maka oleh pejabat lelang dibuatkan bukti akte otentik sebagai bukti pembelian yang disebut risalah lelang. Risalah ini dapat dijadikan bukti legalitas, maka dengannya pembeli dapat mempertahankan haknya, dapat digunakan sebagai surat balik nama dan sebagainya, sehingga pembeli tidak perlu lagi akte notariil.

Fungsi Risalah Lelang - bagi penjual, yaitu sebagai bukti penjualan bahwa yang telah melaksanakan penjualan secara lelang. - bagi pembeli, sebagai bukti otentik pembeliaan. - bagi pihak ketiga, sebagai dasar hukum untuk membaliknamakan suatu hak (contoh: SAMSAT). - bagi administrasi lelang, sebagai perhitungan bea lelang yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan peraturan lelang.6

Wildan Suyuthi Musthofa. 2004. Praktek Kejurusitaan Pengadilan. Jakarta: Mahkamah Agung RI. Hlm.392-393.

Risalah Lelang harus memuat: a. Objek atau barang lelang b. Subjek lelang seperti pejabat lelang, pemohon/penjual barang lelang, para penawar barang lelang dan pembeli barang lelang. c. Alasan dilaksanakannya lelang. d. Tempat dilaksanakannya lelang. e. Proses berlangsungnya lelang tersebut dimulai dari penaaran sampai

ditentukannya pembeli barang lelang.

Risalah merupakan suatu akta otentik. Akta otentik ialah suatu akta yang dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-undang dibuat oleh atau dihadapan Pejabat Umum yang berkuasa untuk itu dimana akta dibuat. (KUH Perdata pasal 1868). Risalah lelang dikatakan sebagai akta otentik karena telah memenuhi semua unsur dari pegertian akta otentik tersebut, yaitu: 1. Risalah Lelang dibuat menurut undang-undang (vide pasal 37, 38, 39 VR). 2. Risalah Lelang dibuat oleh Pejabat Lelang (vide pasal 18 dan 35 VR). 3. Wilayah kerja Pejabat Lelang ditentukan oleh Menteri Keuangan. Dalam melaksanakan kegiatan lelang harus mengikuti Prosedur Lelang yang telah diatur sebelumnya, khususnya lelang yang dilakukan oleh Pengadilan. Prosedur lelang tersebut diantarannya permohonan lelang harus dilampiri dokumen persyaratan yang terdiri dari: 1. Salinan/foto copy putusan dan atau penetapan pengadilan, salinan/foto copy penetapan aanmaning/teguran dari Ketua Pengadilan, salinan/foto copy Penetapan Sita oleh Ketua Pengadilan, salinan/foto copy Berita Acara Sita, salinan/foto copy Perincian Hutang/jumlah yang harus dipenuhi, salinan/foto copy pemberitahuan lelang kepada termohon eksekusi, dan bukti kepemilikan atas barang yang akan dilelang. Apabila bukti kepemilikan tidak dikuasai, maka harus ada pernyataan tertulis dari penjual bahwa barang-barang tersebut tidak diserti bukti kepemilikan dengan disertai alasannya; 2. Penetapan waktu lelang; 3. Pengumuman lelang (lewat surat kabar harian setempat dan media lainnya);

4. Pelaksanaan lelang dipimpin oleh Pejabat Lelang; 5. Pembayaran dan pemenang lelang, uang miskin dan pajak/BPHTB ke kantor kas Negara, serta hasil bersih lelang kepada Pemohon Lelang (atau Kas Negara, jika barang inventaris milik Negara); 6. Penyerahan Petikan Risalah Lelang dan dokumen pendukung lainnya kepada Pemenang Lelang dan Salinan Risalah Lelang kepada Pemohon Lelang/instansi terkait.

F. Tahapan Lelang 1. Pengajuan Lelang Pengajuan lelang disampaikan ke kantor lelang yang berwenang melakukan lelang pada kawasan yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila Ketua Pengadilan hendak meminta bantuan juru lelang pada suatu eksekusi, maka terlebih dahulu harus meneliti kantor lelang mana yang mempunyai kawasan di daerah tempat dimana pelelangan barang akan dijalankan. Tata cara pengajuan lelang sesuai dengan ketentuan Pasal 5 Peraturan Lelang Stbld. 1908 No. 189 yang berbunyi: Seorang yang bermaksud mengadakan penjualan secara umum (lelang) memberitahukan hal itu kepada juru lelang, dan dalam pemberitahuan disebutkan kapan hari penjualan ingin dilakukan. Sehingga dalam pengajuan lelang ini ada beberapa yang harus dilaksanakan, yaitu: a. Mendaftarkan permintaan lelang; dan b. Member kesempatan kepada pihak yang berkepentingan melihat pendaftaran lelang yang bersangkutan.

Dalam buku Manual dan Alamat Kantor Lelang Se-Indnesia 1984, Sub Direktorat Lelang telah menentukan surat-surat atau dokumen yang harus dilampirkan oleh pemohon lelang, yaitu: - Surat permintaan lelang; - Salinan putusan pengadilan; - Salinan penetapan sita; - Salinan Berita Acara Penyitaan; - Salinan penetapan lelang;

- Salinan surat pemberitahuan lelang kepada pihak berkepentingan; - Perincian besarnya jumlah tagihan pokok ditambah biaya yang dibebankan kepada tergugat (tereksekusi); - Bukti pemilikan (sertifikat) barang yang hendak dijual lelang atas barang yang tidak bergerak. Bagi yang belum bersitifikat, dapat diganti dengan surat keterang dari Desa/Kelurahan setempat; - Syarat-syarat lelang yang ditentukan penjual lelang; dan - Bukti pengumuman lelang yang dikeluarkan oleh pengadilan.7

2. Pengajuan Penawaran Lelang Dalam masalah penawaran lelang ini, lebih cenderung bersifat administrative, guna memenuhi syarat sahnya seseorang menjadi peserta/penawar dalam lelang. a. Bentuk penawaran - Tertulis, yaitu menggunakan surat yang disampaikan ke kantor juru lelang; - Lisan, apabila penjual lelang tidak memerlukan formalitas sehingga dapat disampaikan langsung secara lisan pada saat pelelangan dilakukan. b. Surat penawaran memuat dengan jelas identitas penawar - Nama; - Pekerjaan; - Tempat tinggal; - dll. c. Surat penawaran ditandatangani oleh penawar.

3. Pengumuman Lelang Pengumuman lelang merupakan syarat formal penjualan lelang atau executorial verkoop. Pelelangan yang tidak didahului dengan pengumuman maka dianggap batal demi hukum. Maka pedoman untuk menentukan tata cara pengumuman lelangnnya diatur dalam Pasal 200 Ayat 6 HIR/Pasal 217 Ayat 1 RBg. Berdasarkan ketentuan tersebut ada beberapa yang harus dipenuhi oleh penjual lelang, antara lain:

M. Yahya Harahap. 1991. Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm.110-111.

- Pengumuman lelang Sebelum penjual menyampaikan permintaan lelang ke kantor lelang, terlebih dahulu mengeluarkan pemberitahuan/pengumuman lelang (bekendmaking).

Pengumuman lelang tersebut termasuk salah satu dokumen (surat) yang harus dilampirkan pada surat permintaan lelang ke kantor lelang.

- Waktu pengumuman y Pengumuman dapat dilakukan pengadilan sesaat setelah Sita Eksekusi (executorial Beslag) dilaksanakan. y Pengumuman dapat dilakukan sejak tenggang waktu peringatan (aanmaning) dilampaui, apabila sejak semula barang yang akan dilelang sudah berada di baah Sita Jaminan. y Bagi barang yang bergerak, pengumuman penjualaannya dilakukan tersendir, yaitu pada waktu penjualan berlangsung.

- Cara Pengumuman Menurut ketentuan Pasal 200 Ayat 6 HIR/Pasal 217 Ayat 1 RBg dijelaskan bahwa pengumuman lelang terhadap barang bergerak dilakukan menurut kebiasaan setempat (volgens plaatselijk gebruik).

4. Penjualan Lelang - Penjualan dapat dilakukan paling cepat 8 (delapan) hari dari tanggal Sita Eksekusi dilakukan; - Penjualan dilakukan paling cepat 8 (delapan) hari dari tanggal aanmaning, apabila dari sejak awal barang yang akan dilelang sudah berada di bawah Sita Jaminan. - Penjualan barang bergerak dan tidak bergerak dapat dilakukan secara bersamaan pada waktu yang sama. Akan tetapi melihat dari sifat barang bergerak yang mudah busuk/rusak, maka dapat dilakukan penjualan terlebih dahulu sebelum penjualan barang tidak bergerak. Apabila hasil penjualan barang bergerak belum mencukupi jumlah tagihan yang harus dibayar kepada

penggugat, baru boleh dilanjutkan penjualan lelang barang yang tidak bergerak sampai tercapai jumlah tagihan yang sesuai dengan yang tercantum dalam putusan pengadilan.

You might also like