You are on page 1of 12

PENGERTIAN KONSERVASI

Konservasi adalah upaya pelestarian lingkungan, tetapi tetap memperhatikan, manfaat yang dapat di peroleh pada saat itu dengan tetap mempertahankan keberadaan setiap komponen lingkungan untuk pemanfaatan masa depan. Namun menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981, yaitu Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia, yang lebih dikenal dengan Burra Charter. Disini dinyatakan bahwa konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung di dalamnya terpelihara dengan baik. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan. Tujuan dari kegiatan konservasi, antara lain : a. Memelihara dan melindungi tempat-tempat yang indah dan berharga, agar tidak hancur atau berubah sampai batas-batas yang wajar. b. Menekankan pada penggunaan kembali bangunan lama, agar tidak terlantar. Apakah dengan menghidupkan kembali fungsi lama, ataukah dengan mengubah fungsi bangunan lama dengan fungsi baru yang dibutuhkan. c. Melindungi benda-benda cagar budaya yang dilakukan secara langsung dengan cara membersihkan, memelihara, memperbaiki, baik secara fisik maupun khemis secara langsung dari pengaruh berbagai faktor lingkungan yang merusak.

d. Melindungi benda-benda (dalam hal ini benda-benda peninggalan sejarah dan purbakala) dari kerusakan yang diakibatkan oleh alam, kimiawi dan mikro organisme. Sumber http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/presenting/2061466-pengertiankonservasi/#ixzz1JeBaWYIg http://www.bandungheritage.org/index.php?option=com_content&view=article&id=35%3Ad efinisipengertian-dalam-pelestarian-bangunanlingkungan-&catid=1%3Alatest&Itemid=1

Konservasi adalah pelestarian atau perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris)Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan.[1] Sedangkan menurut ilmu lingkungan, Konservasi adalah [2]:
y

y y y y

Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam (fisik) Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau transformasi fisik. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

Di Indonesia, berdasarkan peraturan perundang-undangan, Konservasi [sumber daya alam hayati] adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Cagar alam dan suaka margasatwa merupakan Kawasan Suaka Alam (KSA), sementara taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam merupakan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Cagar alam karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tunbuhan, satwa, atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami. Suaka margasatwa mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwanya. Taman nasional mempunyai ekosistem asli yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman hutan raya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian,

ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Taman wisata alam dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. KARAKTERISTIK Kawasan konservasi mempunyai karakteristik sebagaimana berikut:
y y

y y y y

Karakteristik, keaslian atau keunikan ekosistem (hutan hujan tropis/'tropical rain forest' yang meliputi pegunungan, dataran rendah, rawa gambut, pantai) Habitat penting/ruang hidup bagi satu atau beberapa spesies (flora dan fauna) khusus: endemik (hanya terdapat di suatu tempat di seluruh muka bumi), langka, atau terancam punah (seperti harimau, orangutan, badak, gajah, beberapa jenis burung seperti elang garuda/elang jawa, serta beberapa jenis tumbuhan seperti ramin). Jenisjenis ini biasanya dilindungi oleh peraturan perundang-undangan. Tempat yang memiliki keanekaragaman plasma nutfah alami. Lansekap (bentang alam) atau ciri geofisik yang bernilai estetik/scientik. Fungsi perlindungan hidro-orologi: tanah, air, dan iklim global. Pengusahaan wisata alam yang alami (danau, pantai, keberadaan satwa liar yang menarik).

Kebijakan Di Indonesia, kebijakan konservasi diatur ketentuannya dalam UU 5/90 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. UU ini memiliki beberpa turunan Peraturan Pemerintah (PP), diantaranya: 1. PP 68/1998 terkait pengelolaan Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA) 2. PP 7/1999 terkait pengawetan/perlindungan tumbuhan dan satwa 3. PP 8/1999 terkait pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar/TSL 4. PP 36/2010 terkait pengusahaan pariwisata alam di suaka margasatwa (SM), taman nasional (TN), taman hutan raya (Tahura) dan taman wisata alam (TWA).
source : http://id.wikipedia.org/wiki/Konservasi

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Adapun kriteria penunjukkan dan penetaan sebagai kawasan taman hutan raya :

1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun buatan baik pada 2. 3.
kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah; Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam; dan Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan atau bukan asli

Kawasan taman hutan raya dikelola oleh pemerintah dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman hutan raya sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Upaya pengawetan kawasan taman hutan raya dilaksanakan dalam bentuk kegiatan :

1. 2. 3. 4.

perlindungan dan pengamanan inventarisasi potensi kawasan penelitian dan pengembangan yang menunjang pengelolaan pembinaan dan pengembangan tumbuhan dan atau satwa. Pembinaan dan pengembangan bertujuan untuk koleksi.

Beberapa kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan taman hutan raya adalah :

1. 2. 3. 4.

merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem merusak keindahan dan gejala alam mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan dan atau rencana pengusahaan yang telah mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.

Sesuatu kegiatan yang dapat dianggap sebagai tindakan permulaan melakukan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan fungsi kawasan adalah :

1. memotong, memindahkan, merusak atau menghilangkan tanda batas kawasan 2. membawa alat yang lazim digunakan untuk mengambil, menangkap, berburu,
menebang, merusak, memusnahkan dan mengangkut sumberdaya alam ke dan dari dalam kawasan. Sesuai dengan fungsinya, taman hutan raya dapat dimanfaatkan untuk :

1. penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar dan 2. 3. 4. 5. 6.


penelitian untuk menunjang pengelolaan kawasan tersebut). ilmu pengetahuan pendidikan kegiatan penunjang budidaya pariwisata alam dan rekreasi pelestarian budaya

:: Back T

http://www.pendakierror.com/Konservasi.htm

Konservasi merupakan berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa

yang kita punya (keep/save what you have), namun secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi. Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang Konservasi secara umum diartikan pelestarian namun demikian dalam khasanah para pakar konservasi ternyata memiliki serangkaian pengertian yang berbeda-beda implikasinya. Menurut Adishakti (2007) istilah konservasi yang biasa digunakan para arsitek mengacu pada Piagam dari International Council of Monuments and Site (ICOMOS) tahun 1981 yaitu : Charter for the Conservation of Places of Cultural Significance, Burra, Australia. Piagam ini lebih dikenal dengan Burra Charter. Dalam Burra Charter konsep konservasi adalah semua kegiatan pelestarian sesuai dengan kesepakatan yang telah dirumuskan dalam piagam tersebut. Konservasi adalah konsep proses pengelolaan suatu tempat atau ruang atau obyek agar makna kultural yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik. Pengertian ini sebenarnya perlu diperluas lebih spesifik yaitu pemeliharaan morfologi (bentuk fisik) dan fungsinya. Kegiatan konservasi meliputi seluruh kegiatan pemeliharaan sesuai dengan kondisi dan situasi lokal maupun upaya pengembangan untuk pemanfaatan lebih lanjut. Bila dikaitkan dengan kawasan maka konservasi kawasan atau sub bagian kota mencakup suatu upaya pencegahan adanya aktivitas perubahan sosial atau pemanfaatan yang tidak sesuai dan bukan secara fisik saja. Suatu program konservasi sedapat mungkin tidak hanya dipertahankan keasliannya dan perawatannya namun tidak mendatangkan nilai ekonomi atau manfaat lain bagi pemilik atau masyarakat luas. Konsep pelestarian yang dinamik tidak hanya mendapatkan tujuan pemeliharaan bangunan tercapai namun dapat menghasilkan pendapatan dan keuntungan lain bagi pemakainya. Dalam hal ini peran arsitek sangat penting dalam menentukan fungsi yang sesuai karena tidak semua fungsi dapat dimasukkan. Kegiatan yang dilakukan ini membutuhkan upaya lintas sektoral, multi dimensi dan disiplin, serta berkelanjutan. Dan pelestarian merupakan pula upaya untuk menciptakan pusaka budaya masa mendatang (future

heritage), seperti kata sejarawan bahwa sejarah adalah masa depan bangsa. Masa kini dan masa depan adalah masa lalu generasi berikutnya. http://kakaadid.blogspot.com/2011/04/konservasi-arsitektur.html untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang. Apabila merujuk pada pengertiannya, konservasi didefinisikan dalam beberapa batasan, sebagai berikut : 1. Konservasi adalah menggunakan sumberdaya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama (American Dictionary). 2. Konservasi adalah alokasi sumberdaya alam antar waktu (generasi) yang optimal secara sosial (Randall, 1982). 3. Konservasi merupakan manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia sehingga dapat dicapai kualitas kehidupan manusia yang meningkat termasuk dalam kegiatan manajemen adalah survai, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan (IUCN, 1968). 4. Konservasi adalah manajemen penggunaan biosfer oleh manusia sehingga dapat memberikan atau memenuhi keuntungan yang besar dan dapat diperbaharui untuk generasigenerasi yang akan datang (WCS, 1980). II. PRINSIP DASAR Prinsip dasar konservasi berdasarkan UU No. 5 / 1990 yaitu tentang : - Protection (perlindungan) : Perlindungan sistem penyangga kehidupan. - Perpetuation (pelestarian) : Pemanfaatan secara lestari SDA hayati dan ekosistemnya. - Preservation (pengawetan) : Pengawetan keanekaragaman jenis flora fauna beserta ekosistemnya. 1. PerlindunganSistem Penyangga Kehidupan Ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan human. Kehidupan adalah merupakan suatu sistem yang terdiri dari proses yang terkait satu dengan yang lainnya dan saling mempengaruhi yang apabila terputus akan mempengaruhi kehidupan. - Tujuan : terpeliharanya proses ekologis kehidupan sehingga dapat mendukung tujuan dari kegiatan konservasi SDA hayati dan ekosistemnya yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia. - Pelaksanaannya: dengan cara menetapkan wilayah yang dilindungi. Wilayah perlindungan system penyangga kehidupan ini antara lain meliputi; hutan lindung dan DAS.

Kategori
p://bestbuydoc.com/id/doc-file/6046/konservasi-i-pengertian-konservasi-itu-sendiri-merupakanberasal-dari-kata-conservation-yang-terdiri-atas-kata-con-together-dan-servare.html

TUGAS 2

Beberapa contoh bentuk upaya pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup pada wilayah daratan, antara lain sebagai berikut. 1. Reboisasi, yaitu berupa penanaman kembali tanaman terutama pada daerah-daerah perbukitan yang telah gundul. 2. Rehabilitasi lahan, yaitu pengembalian tingkat kesuburan tanah-tanah yang kritis dan tidak produktif. 3. Pengaturan tata guna lahan serta pola tata ruang wilayah sesuai dengan karakteristik dan peruntukan lahan. 4. Menjaga daerah resapan air (catchment area) diupayakan senantiasa hijau dengan cara ditanami oleh berbagai jenis tanaman keras sehingga dapat menyerap air dengan kuantitas yang banyak yang pada akhirnya dapat mencegah banjir, serta menjadi persediaan air tanah. 5. Pembuatan sengkedan (terasering) atau lorak mati bagi daerahdaerah pertanian yang memiliki kemiringan lahan curam yang rentan terhadap erosi. 6. Rotasi tanaman baik secara tumpangsari maupun tumpang gilir, agar unsur-unsur hara dan kandungan organik tanah tidak selamanya dikonsumsi oleh satu jenis tanaman. 7. Penanaman dan pemeliharaan hutan kota. Hal ini dimaksudkan supaya kota tidak terlalu panas dan terkesan lebih indah. Mengingat pentingnya hutan di daerah perkotaan, hutan kota sering dinamakan paru-paru kota. Adapun upaya pelestarian lingkungan perairan antara lain melalui upaya-upaya sebagai berikut. 1. Larangan pembuangan limbah rumah tangga agar tidak langsung ke sungai. 2. Penyediaan tempat sampah, terutama di daerah pantai yang dijadikan lokasi wisata. 3. Menghindari terjadinya kebocoran tangki-tangki pengangkut bahan bakar minyak pada wilayah laut. 4. Memberlakukan Surat Izin Pengambilan Air ( SIPA ) terutama untuk kegiatan industri yang memerlukan air. 5. Netralisasi limbah industri sebelum dibuang ke sungai. Dengan demikian, setiap pabrik atau industri wajib memiliki unit pengolah limbah yang dikenal dengan istilah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 6. Mengontrol kadar polusi udara dan memberi informasi jika kadar polusi melebihi ambang batas, yang dikenal dengan emisi gas buang. 7. Penegakan hukum bagi pelaku tindakan pengelolaan sumber daya perikanan yang menggunakan alat tangkap ikan pukat harimau atau sejenisnya yang bersifat merugikan. 8. Pencagaran habitat-habitat laut yang memiliki nilai sumber daya yang tinggi, seperti yang telah diberlakukan pada Taman Laut Bunaken dan Taman Laut Kepulauan Seribu. Diposkan oleh Geografi
http://geografi-geografi.blogspot.com/2011/04/upaya-pelestarian-lingkungan-hidup.html

Perbedaan cara pandang antara konservasionis dengan ekonom (developmentalis) tentang perlunya perlindungan dan konservasi sumberdaya alam selalu mewarnai perdebatan dalam kontek sumberdaya alam. Tidak jarang perdebatan tersebut juga terjadi antara konservasionis dengan mereka yang pro rakyat (sosialis). Pada tataran implementasi, kerap kali perbedaanperbedaan ini melahirkan masalah yang tidak mudah untuk penyelesaiannya. Tambang Emas Poboya merupakan salah satu contoh masalah yang serius di Sulawesi Tengah. Suatu lokasi penambangan yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura), yang dibuka oleh sekelompok masyarakat. Tahura merupakan salah satu kawasan lindung yang terletak di antara Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Hutan ini merupakan satusatunya kawasan konservasi yang pengelolaannya berada di bawah kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Tengah. Penetapan kawasan ini dilakukan melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 24/Kpts-II/1999 tanggal 29 Januari 1999, dengan luas 7.128,00 Ha.

Kurang lebih dalam tiga tahun terakhir ini, telah terjadi penambangan di dalam kawasan yang seharusnya diperuntukan hanya untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau buatan, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi. Pada lokasi penambangan, banyak terdapat lubang-lubang menganga hasil galian para penambang. Pemukiman penambang yang ramai oleh warung dan toko bahkan bengkel kendaraan pun ada di sana, layaknya Pasar Masomba atau Pasar Manonda, dua pasar tradisional terbesar di Kota Palu. Dampak kerusakan lingkungan dari kegiatan ini diantaranya udara, air dan tanah di sekitar kawasan ini telah tercemar oleh zat-zat kimia berbahaya, seperti mercuri yang digunakan dalam proses pengolahan tambang. Banyak masyarakat Kota Palu yang menghawatirkan tercemarnya air ledeng (PDAM), mengingat sumber airnya berasal dari sekitar kawasan yang memiliki kondisi topografi datar, berbukit dan bergunung, dengan kemiringan 8 60 persen, dan ketinggian 100 - 1.500 dari permukaan laut ini. Kegiatan penambangan juga dapat mengancam kelestarian flora dan fauna yang ada di kawasan Tahura, yang memiliki potensi flora diantaranya cendana (Santalum album), angsana (Pterocarpusindicus ), nyatoh (Palaquium sp) dan kayu hitam (Diospyros celebica). Dengan potensi fauna diantaranya burung tekukur hutan (Geopelia sp., Streptopelis sp), burung kakak tua jambul kuning (Cacatua sulphurea ) dan biawak (Varanus salvator). Kenyataanhttp://noerdblog.wordpress.com/2011/11/08/dialektika-pelestarian-tamanhutan-raya-tahura-sulawesi-tengah/ Ekonomi dan Sosial Masyarakat

Di Provinsi Sulawesi Tengah, seperti halnya daerah lainnya di Indonesia, kenyataan ekonomi dan sosial ini adalah kondisi penduduk yang umumnya miskin dan berada di sekitar kawasan hutan. Kurang lebih 51,61 % wilayah Sulawesi Tengah ada di sekitar kawasan hutan, dan ada 724 desa dari 1.686 desa terletak di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Kenyataan ekonomi dan sosial ini juga mencakup kegiatan yang didominasi dan bertumpu pada hasil-hasil sumberdaya alam, seperti perkebunan, pertambangan dan kegiatan ekonomi lainnya yang dekat atau bahkan berada di dalam kawasan lindung. Poboya merupakan salah satu kelurahan yang terletak di pinggir Kota Palu, dimana wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan Tahura. Sebagian besar penduduknya menggantungkan kehidupannya pada sumberdaya di daerah itu, dengan pekerjaan sebagai petani atau berkebun. Bagi sebagian masyarakat Poboya, keberadaan tambang emas merupakan berkah. Logam berwarna kuning mengkilap yang biasa dibuat perhiasan seperti cincin atau kalung dan mahal harganya ini, menjadi mata pencaharian baru. Dalam beberapa tahun saja, hasil penambangan telah mampu merubah gaya hidup sebagian warga. Beberapa orang penambang bercerita, bahwa semenjak ada kegiatan penambangan, kepemilikan kendaraan pada masyarakat lokal meningkat, dalam satu rumah tangga terkadang memiliki lebih dari satu kendaraan. Perubahan lain terjadi pada lalu lintas kendaraan di wilayah mereka menjadi ramai. Keberadaan tambang emas Poboya ini tidak hanya dinikmati oleh masyarakat lokal semata, tetapi juga oleh masyarakat urban yang telah terbiasa bekerja di pertambangan. Para pengusaha yang memiliki tromol, mesin yang menggiling dan menghaluskan tanah bebatuan yg mengandung emas, juga termasuk pihak yang diuntungkan dari keberadaan tambang ini.

Kini, tambang emas Poboya seakan telah menjadi sumber mata pencaharian yang menjanjikan. Ribuan orang bergantung langsung pada sumberdaya yang ada di dalam kawasan Tahura ini. Karena itu, seperti diceritakan oleh beberapa orang penambang, bahwa masyarakat lokal Poboya akan selalu mempertahankan

kegiatan penambangan agar tidak dilakukan penutupan. Kepada anak-anaknya, mereka mengatakan biarlah kita mati (untuk mempertahankan kegiatan penambangan emas), yang penting kehidupan anak-anaku tidak sengsara seperti saya. Sebuah interaksionisme simbolik dari rakyat, untuk menjadi perenungan dan tindakan yang bijaksana para pengambil keputusan di daerah ini. Pelestarian Lingkungan Yang Humanis Seorang teman dari Komunitas Konservasi Indonesia mengatakan bahwa sejarah pembangunan hutan di dunia selalu diawali dari peristiwa kerusakan hutan. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa pertentangan antara konservasionis dengan ekonom atau antara konservasionis dengan sosialis dalam kontek sumberdaya alam akan selalu ada. Proses di atas, seperti digambarkan oleh Teori Dialektika Hegel, bahwa segala sesuatu yang terdapat di alam semesta itu terjadi dari hasil pertentangan dua hal dan yang kemudian bertentangan dengan yang lain sehingga menimbulkan hal lain lagi. Hegel menyatakan bahwa proses perubahan yang pasti melibatkan tiga elemen yang terdiri dari: (1) thesis, sebuah hal atau pemikiran yang eksis; (2) antithesis, lawan atau kebalikannya; dan (3) synthesis, kesatuan yang dihasilkan dari interaksinya dan yang kemudian menjadi thesis dari gerak dialektik lainnya. Dialektik Hegel memiliki karakter membangun dan evolusioner, dan tujuan akhirnya adalah penyempurnaan seutuhnya.

Bagi sebagian besar orang yang terlibat dalam upaya konservasi kenekaragaman hayati, keberadaan kawasan lindung, seperti Tahura, yang dipelihara dan dikelola secara efektif diyakini sebagai sendi utama seluruh upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Namun, mereka juga sependapat bahwa masa depan kawasan lindung akan suram, kecuali jika pengelolaan kawasan lindung, terutama di daerah yang sedang berkembang, memperhitungkan kenyataan ekonomi dan sosial di kawasan sekitarnya (lihat, Carles Victor Barber, dkk., 1997). Karena itu, keutuhan kawasan Tahura Sulawesi Tengah tidak dapat dipertahankan tanpa menyediakan bagi penduduk lokal yang hidup bergantung langsung pada sumberdaya di daerah itu, sumberdaya pengganti dan peluang untuk mendapat penghasilan. Dengan kenyataan di atas, maka upaya pelestarian kawasan Tahura di Sulawesi Tengah perlu dilakukan dengan memadukan antara pelestarian dengan kepentingan masyarakat lokal dan mendorong pembangunan ekonomi dan sosial berbagai masyarakat yang hidup dekat perbatasan kawasan Tahura. Upaya ini meninggalkan kebijakan pelestarian hutan gaya lama, yang berakar pada masa pemerintahan Belanda, dengan menutup semua jalan masuk ke

kawasan lindung, menghukum orang yang memasukinya, dan umumnya tidak mempedulikan kegiatan atau tuntutan sosial dan ekonomi kawasan sekitar. Model yang dapat diterapkan dalam pengelolaan kawasan Tahura adalah Integrated Conservation and Development Projects (Proyek Pelestarian dan Pembangunan Terpadu), atau seperti model pengelolaan Cagar Biosfer (Biosphere Reserves). Beberapa asumsi dan

ciri-ciri dari pendekatan ini adalah : 1. Pelestarian tidak akan berhasil bila tidak dikaitkan dengan peluang ekonomi dan peluang menanam modal untuk orang-orang yang mata pencahariannya mengancam keutuhan suatu kawasan lindung. 2. Pendekatan harus meluruskan kebijakan tata guna tanah dan prakteknya. Dalam arti, batas kawasan harus diberi tanda yang jelas, dibentuk daerah penyangga, dan hak milik yang jelas dan tegas harus dijamin. 3. Agar efektif, harus mengajak masyarakat setempat untuk bekerjasama. Setidaktidaknya masyarakat memahami dan mendukung tujuan pelestarian keanekaragaman hayati dan menyetujui peluang-peluang ekonomi yang ditawarkan kepada mereka. 4. Menuntut keahlian di atas keahlian yang perlu dimiliki seorang pengelola tradisional kawasan lindung. Ilmu pertanian, ekonomi, sosiologi, antropologi, hukum. 5. Pengelolaan kawasan lindung tidak boleh berakhir di garis batas kawasan cadangan atau semata-mata terfokus pada pencegahan orang masuk. Lintas sektor dan lintas ilmu, menuntut mekanisme baru hubungan antar berbagai SKPD di berbagai sektor dapat lebih bekerja sama dan lalu-lintas bahan-bahan masukan dari perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, dan lainnya dapat berjalan lebih lancar.

Share this:
y y y y

Twitter Facebook2

Like this:
Suka 6 bloggers like this post.

y y

y y y y

You might also like