You are on page 1of 14

MAKALAH ELIMINASI ALVI HUKNAH RENDAH & HUKNAH TINGGI

Joenhiga W Kamiludin Wilujeng O Gandi P Abdul Malik Iqbal Fathuri Miftahudin Wiwin N.A David M Kurniawan .B Yunita W

(0911011077) (0911011078) (0911011079) (0911011080) (0911011081) (0911011082) (0911011083) (0911011084) (0911011085) (0911011086) (0911011087)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2011

ELIMINASI ALVI Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urine atau alvi (buang air besar). Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar). Sistem yang Berperan dalam Eliminasi Alvi Sistem tubuh berperan dalam proses eliminasi alvi (buang air besar) adalah sistem gastrointestinal bawah yang meliputi usus halus dan usus besar. Usus halus terdiri atas duodenum, jejunum, dan ileum dengan panjang kurang lebih 6 meter dengan diameter 2,5 cm, serta berfungsi absorpsi elektrolit Na', Cl-, K, Mg', HC03, dan kalsium. Usus besar dimulai dari rektum, kolon hingga anus yang memiliki panjang kurang lebih 1,5 meter atau 50-F0 inci dengan diameter 6 cm. Usus besar merupakan bagian bawah atau bagian ujung dari saluran pencernaan, dimulai dari katup ileum caecum sampai ke dubur (anus). Proses Buang Air Besar (Defekasi) Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut buang air besar. Terdapat dua pusat ang menguasai refleks untuk defekasi, yang terletak di medula dan sumsum tulang belakang. Secara umum, terdapat dua macam terdapat dua macam refleks yang membantu proses defekasi yaitu refleks defekasi intrinsic dan refleks defekasi parasimpatis.

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI Konstipasi Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan caiminasi yang jarang atau keras, atau keluarnya tinja terlalu kering dan keras. Tanda Klinis: a. Adanya feses yang keras. b. Defekasi kurang dari 3 kali seminggu. c. Menurunnya bising usus. d. Adanya keluhan pada rektum. e. Nyeri saat mengejan dan defekasi. f. Adanya perasaan masih ada sisa feses Kemungkinan Penyebab:

Defek

persarafan,

kelemahan

pelvis,

imobilitas

karena

cedera

serebrospinalis, CVA (cerebro uaskular accident) dan lain-lain.

Pola defekasi yang tidak teratur. Nyeri saat defekasi karena hemoroid. Menurunnya peristaltik karena stres psikologis. Penggunaan obat seperti antasida, laksantif, atau anaestesi. Proses menua (usia lanjut).

Diare Diare merupakan keadaan individu yang mengalami atau beresiko sering mengalami pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare sering disertai kejang usus, mungkin ada rasa mual dan muntah.

Tanda Klinis: a. Adanya pengeluaran feses cair. b. Frekuensi lebih dari 3 kali sehari. c. Nyeri/kram abdomen. d. Bising usus meningkat.

Kemungkinan Penyebab: a. Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi. b. Peningkatan peristaltik karena peningkatan metabolisme. c. Efek tindakan pembedahan usus. d. Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotik, dan lain-lain. e. Stres psikologis. Inkontinensia Usus Inkontiinesia usus merupakan keadaan individu yang mengalami perubahan kebiasaan dari proses de:fekasi normal mengalami proses pengeluaran feses tak disadari. Hal ini juga disebut sebagai inkontinensia alvi yang merupakan hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui sfingter akibat kerusakan sfingter. Tanda Klinis: Pengeluaran feses yang tidak dikehendaki. Kemungkinan Penyebab: a. Gangguan sfingter rektal akibat cedera anus, pembedahan, dan lainlain. b. Distensi rektum berlebih. c. Kurangmya kontrol sfingter akibat cedera medula spinalis, CVA, dan lain-lain. d. Kerusakan kognitif.

Kembung Kembung merupakan keadaan penuh udara dalam perut karena pengumpulan gas secara berlebihan dalam lambung atau usus. Hemorroid Hemorroid merupakan keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan di daerah anus yang dapat disebabkan karena konstipasi, perenggangan saat defe;kasi, dan lain-lain. Fecal Impaction Fecal impacaion merupakan masa feses keras dilipatan rektum yang diakibatkan oleh retensi dan akumulasi materi feses yang berkepanjangan. penyebab konstipasi asupan kurang, aktivitas kurang, diet rendah serat, dan kelemahan tonus otot. FAKTOR YANG MEMENGARUHI PROSES DEFEKASI 1. Usia Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengontrol proses defekasi yang berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh, kemudian pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan. 2. Diet Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat meme:ngaruhi proses defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsi pun dapat memengaruhinya. 3. Asupan cairan Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras oleh karena proses absorpsi air yang kurang sehingga dapat memengaruhi kesulitan proses defekasi.

4. Aktivitas Aktivitas dapat memengaruhi proses defekasi karena melalui aktivitas tonus otot abdomen, pelvis, dan diafragma dapat membantu keelancaran proses defekasi, sehingga proses gerakan kelancaran proses defekasi. 5. Pengobatan Pengobatan juga dapat mempengaruhinya proses defekasi seperti pengunaan obatobatan laksatif atau antasida yang terlalu sering. 6. Gaya Hidup Kebiasaan atau gaya hidup dapat memengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang air besar ditempat yang bersih atau toilet, maka ketika seseorang tersebut buang air besar ditempat yang terbuka atau tempat yang kotor maka ia akan mengalami kesulitan dalam proses defekasi. 7. Penyakit Beberapa penyakit dapat memengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit penyakit tersebut berhubungan langsung dengan sistem pencernaan seperti gastroenteristis atau penyakit infeksi lainya. 8. Nyeri Adanya nyeri dapat memengaruhi kemampuan/keinginan untuk berdefekasi seperti nyeri pada kasus hemoroid, dan episiotomi. 9. Kerusakan Sensoris dan Motoris Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat memengaruhi proses defekasi karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi. Hal tersebut dapat diakibatkan karena kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan saraf lainnya.

TINDAKAN MENGATASI MASALAH ELIMINASI ALVI (BUANG AIR BESAR) Menyiapkan Feses untuk Bahan Pemeriksaan Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengambil feses sebagai bahan pemeriksaan, yaitu pemeriksaan lengkap dan pemeriksaan kultur (pembiakan). 1. Pemeriksaan feses lengkap merupakan pemeriksaan feses yang terdiri atas pemeriksaan warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan lain-lain. 2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pemeriksaan feses melalui biakan dengan cara toucher (lihat prosedur pengambilan feses melalui tangan). Alat: 1. Tempat penampung atau botol penampung beserta penutup. 2. Etiket khusus. 3. Dua batang lidi kapas sebagai alat untuk mengambil feses. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Anjurkan untuk buang air besar lalu ambil feses melalui lidi kapas yang telah dikeluarkan. Setelah selesai anjurkan untuk membersihkannya daerah sekitar anus. 4. Masukkan bahan pemeriksaan ke dalam botol yang telah disediakan. 5. Catat nama pasien dan tanggal pengambilan bahan pemeriksaan. 6. Cuci tangan. Menolong Buang Air Besar dengan Menggunakan Pispot Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air . beaar sec:ara sendiri di kamar kecil dengan cara membantu menggunakan pispot

(penampung) untuk buang air besar di tempat tidur, dengan tujuan me:menuhi kebutuhan eliminasi alvi. Alat dan Bahan: 1. Alas/perlak. 2. Pispot. 3. Air besih. 4. Tisu. 5. Sampiran apabila tempat pasien di bangsal umum. 6. Sarung tangan. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan. 3. Pasang sampiran kalau di bangsal umum. 4. Gunakan sarung tangan. 5. Pasang pengalas di bawah glutea. 6. Mempatkan pispot di antara pengalas tepat di bawah glutea dengan posisi bagian lubang pispot. tepat di bawah rektum. 7. Setelah pispot tepat di bawah glutea, tanyakan pada pasien apakah sudah nyaman atau belum kalau belum, atur sesuai dengan kebutuhan. 8. Anjurkan pasien untuk buang air besar pada pispot yang disediakan. 9. Setelah selesai siram dengan air hingga bersih dan keringkan dengari tisu. 10. Catat tanggal dan jam defekasi serta karakteristiknya. 11. Cuci tangan. Memberikan Huknah Rendah Merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan cairan hangat ke dalam kolon desendeen dengan menggunakan kanula rekti melalui anus, yang bertujuan untuk mengosongkan usus pada proses prabedah agar dapat mencegah terjadinya obstruksi makanan sebagai dampak dari pascaoperasi dan merangsang

buang air besar bagi pasien yang mengalami kesulitian dalam buang air besar. Alat dan Bahan: 1. Pengalas. 2. Irigator lengkap dengan kanula rekti. 3. Cairan hangat kurang lebih 700 m1-1000 ml dengan suhu 40,5-43oC pada orang dewasa. 4. Bengkok. 5. Jeli. 6. Pispot. 7. Sampiran. 8. Sarung tangan. 9. Tisu. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Atur ruangan, letakkan sampiran apabila di bangsal umum atau tutup pintu apabila di ruang sendiri. 4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kiri. 5. Pasang pengalas di bawah glutea.
6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu celcius dan hubungkan

kanula rekti, kemudian cekkanula dan keluarkan air ke bengkok dan berikan jeli pada ujung kanula.
7. Gunakan sarung tangan dan asupan kanula kira-kira 15 cm ke dalam

rektum ke arah kolon desenden sambil pasien diminta untuk bernapas panjang dan memegang irigator setinggi 50 cm dari tempat tidur. Buka klemnya dan air dialirkan sampai pasien menunjukkan keinginan untuk buang air besar. 8. Anjurkan pasien untuk momahan se;bentar bila mau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet. Jika pasien tidak mampu mobilisasi jalan bersihkan daerah sekitar rektum hingga bersih.

9. Cuci tangan.
10. Catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi dan respons pasien.

Memberikan Huknah Tinggi Memberikan huknah tinggi merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan hangat ke dalam kolon asenden dengan menggunakan kanula usus, dengan tujuan untuk mengosongkan usus pada pasien prabedah atau untuk prosedur diagnostik. Alat dan Bahan: 1. Pengalas. 2. Irigator lengkap dengan kanula usus. 3. Cairan hangat (seperti huknah rendah). 4. Bengkok. 5. Jeli. 6. Pispot. 7. Sampiran. 8. Sarung tangan. 9. Tisu. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Alaskan prosedur yang akan dilakukan. 3. Atur ruangan, gunakan sampiran apabila pasien berada di ruang bangsal umum atau tutup pintu. 4. Atur posisi pasien dengan posisi sim miring ke kanan. 5. Gunakan sarung tangan. 6. Irigator diisi cairan hangat sesuai dengan suhu badan dan hubungkan kanula usus, kemudian cek aliran dengan membuka kanula dan keluarkan air ke bengkok lalu berikan jeli pada ujung kanula. 7. Masukkan kanula ke dalam rektum ke arah kolon asenden kurang lebih 15-20 cm sambil pasien disuruh napas panjang dan pegang irigator setinggi 30 cm dari

tempat tidur dan buka k1em sehingga air mengalir pada rectum sampai pasien menunjukkan ingin buang air besar. 8. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar bila rnau buang air besar dan pasang pispot atau anjurkan ke toilet, kalau tidak mampu ke toilet bersihkan dengan air sampai bersih dan keringkan dengan tisu. 9. Buka sarung tangan dan catat jumlah, warna, konsistensi, dan respons pasien. 10. Cuci tangan Memberikan Gliserin Memberikan gliserin merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan cairan gliserin kedalam poros usus dengan menggunakan spuit gliserin, bertujuan merangsang peristaltik usus, sehingga pasien dapat buang air besar (khususnya pada orang yang mengalami sembelit) dan juga dapat digunakan untuk persiapan operasi. Alat dan Bahan: 1. Spuit gliserin, 2. Gliserin dalam tempatnya. 3. Bengkok. 4. Pengalas. 5. Sampiran. 6. Sarung tangan. 7. Tisu. Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan. 3. Atur ruangan, apabila pasien sendiri rnaka tutup pintu, dan gunakan sampiran bila di ruang bangsal umum. 4. Atur posisi pasien (miringkan ke kiri), dan berikan pengalas di bawah glutea, serta buka pakaian ke arah pasien.

5. Gunakan sarung tangan, kemudian spuit diisi gliserin kurang lebih 10-20

cc, dan cek kehangatan cairan gliserin. 6. Masukkan gliserin perlahan-lahan ke dalam anus dengan cara tangan kiri mendnrong perenggangan daerah rektum, tangan kanan memasukkan spuit kedalam anus sampai pangkal kanula dengan ujung spuit diarahkan kedepan dan anjurkan pasien napas dalam. 7. Setelah selesai, cabut dan masukkan ke dalam bengkok. Anjurkan pasien untuk menahan sebentar rasa ingin defekasi dan pasang pispot. Apabila pasien tidak mampu ke toilet, bersihkan dengan air hingga bersih dan keringkan dengan tisu. 8. Pasang pispot atau anjurkan ke toilet. 9. Lepaskan sarung tangan, catat jumlah feses yang keluar, warna, konsistensi, dan respons pasien. 10. Cuci tangan.

Mengeluarkan Feses dengan Jari Mengeluarkan feses dengan jari merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukkan jari ke dalam rektum pasien c:ara ini digunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa feses sekaligus mengeluarkannya. Indikasi tindakan ini adalah apabila massa feses terlalu keras dan dalam pemberian enema tidak berhasil, konstipasi serta terjadi pengerasan feses pada lansia yang tidak mampu dikeluarkan. Alat dan Bahan: 1. Sarung tangan. 2. Minyak pelumas/jeli. 3. Alat penampung atau pispot. 4. Pengalas. 5. Sarung tangan.

Prosedur Kerja: 1. Cuci tangan. 2. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan. 3. Gunakan sarung tangan dan beri minyak pelumas (jeli) pada jari telunjuk. 4. Posisi miring dengan lutut rileks. 5. Masukkan jari ke dalam rektum dan dorong dengan perlahan-lahan sepanjang dinding rektum ke arah umbilikus (ke arah masa feses yang impaksi). 6. Secara perlahan-lahan lunakkan massa dengan masase daerah feses yang impaksi (arahkan jari pada inti yang keras). 7. Gunakan pispot bila ingin buang air besar atau bantu ke toilet. 8. Lepaskan sarung tangan, kemudian catat jumlah feses yang keluar, warna, kepadatan, serla respons pasien. 9. Cuci tangan.

DAFTAR PUSTAKA

Gangguan Masalah Eliminasi ALVI | kumpulan askep askeb | download KTI Skripsi | asuhan keperawatan kebidanan http://terselubung.cz.cc/ http://www.scribd.com/doc/39657696/Asuhan-Keperawatan-Eliminasi-Urine http://www.bascommetro.com/2009/12/elimanasi-alvi-buang-air-besar.html http://perawatsupri.wordpress.com/2008/07/07/asuhan-keperawatan-denganmasalah-eliminasi-alvi/

You might also like