You are on page 1of 10

Anggaran Pendidikan RAPBN 2007 Langgar Konstitusi A.

Pendahuluan Judul paper ini Anggaran Pendidikan RAPBN 2007 Langgar Konstitusi. Judul ini muncul dari sebuah website tempointeraktif, Kamis, 17 agustus 2006. Dalam website itu diberitakan bahwa Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Jimly Asshidiq, menilai anggaran pendidikan yang disusun Pemerintah pada RAPBN 2007 melanggar konstitusi. "Itu sudah jelas kalau tidak 20% (dari APBN) berarti melanggar Undangundang Dasar," kata Jimly kepada wartawan usai Peringatan Detik-detik Proklamasi di Istana Merdeka Jakarta, Kamis (17/8). Jimly mengatakan, meski Pemerintah telah berusaha untuk meningkatkan anggaran pendidikan namun amanat konstitusi tidak sepenuhnya dipatuhi. Besarnya anggaran pendidikan, kata dia, bisa disusun atas kesepakatan Pemerintah dan DPR namun ketentuan konstitusi tidak dapat diubah. Jimly mengharapkan Pemerintah berusaha untuk mematuhi amanat konstitusi. Menurutnya, jika kosntitusi tidak dipatuhi maka hukum yang lebih rendah nantinya juga tidak akan mengindahkan peraturan yang lebih tinggi. Jimly mengatakan, semua kegiatan penyelenggaraan negara harus berpegang teguh pada peraturan perundang-undangan yang ada. "Meski sulit dan tidak enak melaksanakannya, segala ketentuan UUD tetap harus dipatuhi," ujarnya.1 Berdasarkan fakta di atas, pokok permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini adalah: Apakah pemerintahan SBY-JK telah melanggar kontitusi dengan belum direalisasikan anggaran pendidikan 20% dari APBN/APBD?

B.
1

Pembahasan

www.tempointeraktif.com

1. Pengertian Anggaran (Budget) Sebelum menjawab pertanyaan di atas, alangkah baiknya kita mengetahui dulu pengertian anggaran (budget), karakteristik anggaran, serta anggaran pendidikan dalam kacamata UUD 1945 dan UU Sisdiknas 2003. Anggaran (budget) adalah rencana operasional yang dinyatakan secara kuntitatif dalam bentuk satuan uang yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan lembaga dalam kurun waktu tertentu. Oleh karena itu, dalam anggaran tergambar kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh suatu lembaga.2 Kalau dalam dunia pendidikan, lembaga yang dimaksud adalah Sekolah. Anggaran pada hakikatnya adalah pendapatan dan belanja suatu program yang berkaitan dengan sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran uang.3 2. Karakteristik Anggaran Pendidikan Anggaran pada dasarnya terdiri dari dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran. Sisi penerimaan atau perolehan biaya ditentukan oleh besarnya dana yang diterima oleh lembaga dari setiap sumber dana. Biasanya, dalam pembahasan pembiayaan pendidikan, sumber-sumber biaya itu dibedakan dalam tiap golongan, pemerintah, masyarakat, orang tua dan sumber-sumber lain.4 Besarnya biaya pendidikan yang bersumber dari pemerintah ditentukan berdasarkan kebijakan keuangan pemerintah di tingkat pusat dan daerah

Nanang Fattah. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan keempat., hal. 47 3 Nanang Fattah. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy., hal. 184. 4 Sebagaimana Pasal 46 ayat (1) berbunyi: Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat.

setelah mempertimbangkan skala prioritas.

Pemerintah membantu sekolah

secara finansial dalam beberapa cara, misalnya: a. memberikan dana hibah untuk sekolah b. membayar gaji guru c. membantu proyek pencarian dana sekolah berupa penyediaan tenaga ahli, bahan, dan peralatan. d. membiayai proyek pembangunan dan rehabilitasi sekolah untuk daerah tertentu Pemerintah juga memberikan sumbangan tak langsung melalui: a. pelatihan guru b. pelatihan kepala sekolah c. pelatihan pengawas d. pelatihan tenaga kependidikan lainnya (pustakawan, petugas lab.) e. penyiapan silabus f. pelatihan penggunaan sarana prasarana g. pemberian kesempatan pada guru untuk melanjutkan pendidikan.6 Besarnya penerimaan dari masyarakat baik dari perorangan maupun lembaga, yayasan, berupa uang tunai, barang, hadiah, atau pinjaman bergantung pada kemampuan masyarakat setempat dalam memajukan dunia pendidikan. Besarnya dana yang diterima dari orang tua siswa berupa iuran BP3 (Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan) dan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) yang langsung diterima sekolah didasarkan atas kemampuan orang tua siswa dan ditentukan oleh pemerintah atau yayasan. Sedangkan besarnya penerimaan dari sumber-sumber lain termasuk dalam
5 6

Nanang Fattah. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan, hal.48 Nanang Fattah. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), hal. 187-188

golongan ini bantuan atau pinjaman dari luar negeri yang diperuntukkan bagi pendidikan, seperti bantuan UNICEF atau UNESCO. Sedangkan sisi pengeluaran terdiri dari alokasi biaya pendidikan untuk setiap komponen yang harus dibiayai. Dari seluruh penerimaan biaya, sebagian dipergunakan untuk membiayai kegiatan administrasi,

ketatausahaan., sarana prasarana pendidikan; dan sebagian diberikan kepada sekolah melalui beberapa saluran. 7 Pimpinan Pendidikan (kepala sekolah) harus memeliki jiwa manajer yang baik dalam mengatur anggaran sekolah, antara pemasukan dan pengeluaran harus direncanakan secara baik dan matang. Perencanaan anggaran harus dilakukan bersama-sama antara pimpinan (kepala sekolah) beserta para guru, karyawan, komite sekolah maupun orang tua siswa. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan lebih transparan dan semua pihak terlibat langsung dan mengetahui keadaan sekolah yang sebenarnya. 3. Anggaran Pendidikan dalam Kacamata UUD 1945 dan UU Sisdiknas 2003 a. UUD 1945 dan Amandemennya Bab XIII tentang Pendidikan dan Kebudayaan Pasal 31 ayat (4) berbunyi: Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan danb belanja negara serta anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.

b. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS Bagian Keempat tentang Pengalokasian Dana Pendidikan Pasal 49 ayat (1) berbunyi:
7

Nanang Fattah. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan, hal.48

Dana Pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimanl 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). C. Analisis Kalau kita perhatikan Undang-undang di atas, Pemerintah berjanji untuk memperbaiki kualitas pendidikan nasional melalui peningkatan anggaran pendidikan 20 % baik dari APBN maupun APBD. Tapi bagaimana kenyataan sekarang, apakah sejak UU itu disusun, pemerintah memang benar-benar menepati janji dengan merealisasikan 20% untuk anggaran pendidikan? Apakah penyusunan UU di atas hanyalah slogan politik pemerintah saat itu untuk menarik simpati dari masyarakat? Apakah RAPBN 2007 sekarang telah direalisasikan anggaran 20% untuk pendidikan nasional kita? Pertanyaan-pertanyaan di atas dapat kita jawab dengan pernyataan yang dimuat dalam website antikorupsi.org, Jumat, 08 September 2006: Namun, harapan sepertinya tinggal harapan. Resistensi terhadap keputusan Mahkamah Konstitusi menunjukkan komitmen setengah hati Pemerintah terhadap dunia pendidikan. Indikasi ini terlihat jelas dalam rapat kerja pembahasan Rancangan APBN 2007. Dari sekitar Rp 495,9 triliun rencana alokasi, pendidikan hanya mendapatkan porsi 10,3% atau sekitar Rp 51,3 triliun. Memang secara keseluruhan anggaran pendidikan mengalami kenaikan dari tahun 2006, yang sekitar Rp 43,3 triliun. Tapi kenaikannya sangat kecil, kurang dari 2% saja. 8 Menurut Prof Ki Supriyoko, besarnya anggaran pendidikan di Negara kita tidak saja terjelek di Asia Tenggara, di Asia atau di kawasan terbatas lainnya; namun anggaran pendidikan kita ternyata termasuk terjelek di Dunia.
8

www.antikorupsi.org

Kalau kita mengacu publikasi badan dunia UNDP, misalnya; anggaran pendidikan kita lebih jelek tidak saja dari Negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Inggris, Jerman dan Jepang; tetapi juga dari Negara berkembang lainnya, seperti Malaysia, Thailand, Brisilia, Meksiko, dan Nigeria; bahkan ternyata juga lebih jelek dari Negara-negara terbelakang seperti Bangladesh, Burundi, Ethiopia, Nepal, Congo, dan sebagainya.9 Dari data-data di atas, sungguh sangat ironis jika pemerintah masih enggan untuk menaikkan anggaran pendidikan nasional. Seharusnya pemerintah tetap komitmen dan memprioritaskan anggaran untuk kemajuan dunia pendidikan. Sekarang apa alasan pemerintah belum merealisasikan janjinya yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dan UU Sisdiknas? 1. Alasan Pemerintah belum Merealisasikan Anggaran Pendidikan 20% dari RAPBN/RAPBD Tahun 2007. Ada dua alasan pokok yang dikemukan oleh pemerintah, yaitu: a. Alasan Normatif (Penjelasan UU Sisdiknas Pasal 29 ayat 1) Dalam penjelasan UU Sisdiknas Pasal 49 ayat (1) dijelaskan bahwa: Pemenuhan pendanaan pendidikan dapat dilakukan secara bertahap. Menurut penjelas UU tersebut, pemenuhan anggaran pendidikan tidak langsung 20% dari APBN/APBD tapi dilakukan secara tahap demi tahap. Tapi, apakah penjelas ini bisa dijadikan hukum untuk me-nasikh (menghapus) Pasal 31 ayat (4) UUD 1945 dan Pasal 49 ayat (1) UU Sisdiknas 2003, atau sebagai penundaan sementara karena pemerintah memiliki pertimbangan lain. Dikatakan dalam website Suparmanfisika.blogspot.com, Jumat, 20 Oktober 2005 bahwa: Adanya penjelasan pasal ini menjadi alasan bagi Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Daerah untuk tidak memenuhi
9

Ki Supriyoko. www. Freelist.org (15 Mei 2004).

20% anggaran pendidikan dalam APBN dan APBD. Hal itu menurut Mahkamah Konstitusi (MK) bertentangan dengan UUD 1945 sehingga Majelis menyatakan penjelasan pasal 49 ayat 1 tidak mempunyai ketentuan hukum yang mengikat. Soal pendanaan ini perlu diprioritaskan dalam pendidikan. Dalam pertimbangan Mahkamah Konstitusi dikatakan,''Pendidikan di Indoensia sudah sangat tertinggal, sehingga sudah waktunya pendidikan harus menjadi prioritas utama pembangunan di Indonesia yang perwujudannya antara lain adalah pemberian prioritas di bidang anggaran,''baca Jimly.10 b. Alasan Soal Kemampuan Negara. Faktor kemampuan negara dalam menghimpun pendapatan negara untuk pendidikan. Hal ini disampaikan oleh DPR dalam keterangan tertulisnya di persidangan sebelumnya mengatakan bahwa: pendanaan pendidikan dilakukan sesuai Penjelasan pasal 49 ayat (1), yaitu secara bertahap. Hal itu dilakukan karena faktor kemampuan negara dalam menghimpun pendapatan negara yang tidak memungkinkan untuk memprioritaskan anggaran pendidikan minimal 20% .11 Dari dua alasan di atas, kita dapat menilai bahwa pemerintah masih setengah hati untuk merealisasikan anggaran pendidikan 20%. Pertama, hal ini terlihat dengan adanya penjelas Pasal 49 ayat (1) bahwa realisasi anggaran secara bertahap. Walaupun secara konstitusi, menurut Mahkamah Konstitusi penjelas Pasal 49 ayat (1) tidak mempunyai ketentuan hukum yang mengikat dibandingkan dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat (4) dan UU Sisdiknas 2003 Pasal 49 ayat (1).
10 11

www. Suparmanfisika.blogspot.com www. Suparmanfisika.blogspot.com

Kedua, dengan alasan bahwa pemerintah tidak punya dana. Apakah saat membentuk undang-undang tentang anggaran pendidikan, pemerintah12 tidak melihat kemamampuan negara saat itu, atau pembentukan UU tersebut hanyalah slogan politik pemerintahan untuk menarik simpati masyarakat agar mendukung program kerjanya. D. Kesimpulan Secara tekstual, UUD 1945 Pasal 31 ayat (4) dan UU Sisdiknas Pasal 49 ayat (1) menegaskan bahwa pemerintah merencanakan anggaran pendidikan sebesar 20 %, sebuah prosentase yang fantastis. Akan tetapi apakah RAPBN 2007 anggaran pendidikan 20% sudah terealisasi?ternyata belum. Secara kontekstual, pemerintah mempunyai dua alasan pokok, kenapa anggaran pendidikan 20% belum terealisasi. Alasan pertama: Dalam penjelas Pasal 49 ayat (1) disebutkan bahwa: Pemenuhan pendanaan pendidikan dapat dilakukan secara bertahap. Alasan kedua: Faktor kemampuan negara untuk merealisasikan anggaran tersebut. Apakah dua alasan pemerintah tersebut dinyatakan sebagai pelanggaran konstitusi sebagaimana yang diteriakan oleh Mahkamah Konstitusi? Dilihat dari segi hukum, pernyataan Mahkamah Konstitusi lebih kuat karena didukung oleh UUD 1945 dan UU Sisdiknas 2003, sedangkan kekuatan hukum pemerintah sangat lemah. Dilihat dari segi realitas, alasan pemerintah karena belum mampu untuk merealisasikan anggaran pendidikan 20% dapat diterima, karena dana negara banyak

12

Dalam UUD 1945 Pasal 20 ayat (1) dan (2) bahwa: (1). Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang. (2). Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden untuk mendapat persetujuan bersama.

terkuras untuk membantu para korban bencana alam, seperti lumpur Lapindo, gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan lain sebagainya. Akhirnya, kata pepatah: Janji harus di tepati. Walau bagaimanapun juga pemerintah telah berjanji, maka sedapat mungkin janji itu harus ditepati.

Daftar Pustaka Fattah. Nanang. 2006. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan keempat. ____________. 2004. Konsep Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah. Bandung: CV. Pustaka Bani Quraisy.

Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Undang-undang Dasar 1945 dan Amandemennya. www. Antikorupsi.org www. Freelist.org (15 Mei 2004). www. Suparmanfisika.blogspot.com www.tempointeraktif.com

10

You might also like