You are on page 1of 46

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Bangsa Indonesia telah lebih dari 50 tahun peradaban dan perilakunya berlandaskan kemandirian budaya bangsa yang berideologi Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945. Cita- cita yang ingin diwujudkan adalah terwujudnya peri kehidupan bangsa yang adil dan makmur baik materiil dan spirituil. Sebagai suatu negara yang dalam tahap membangun dan berkembang, Indonesia melaksanakan pembangunan yang pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan berlandaskan Pancasila.1 Kuatnya arus reformasi dan komunikasi di Indonesia telah memicu daya kritis dan peran politik publik. Keberanian moral masyarakat dalam melakukan kontrol sosial dan kontrol politik menjadi kekuatan riil dan eksis sebagai fenomena didalam era baru masa kini.2 Tiada Negara tanpa politik hukum. Politik hukum ada ynag bersifat tetap (permanen) dan ada yang temporer. Yang tetap, berkaiatan dengan sikap hukum yang selalu menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan dan penegakkan hukum. Bagi Indonesia, poltitk huku yang tetap, antara lain:3 1. Ada satu kesatuan system hukum Indonesia;
1 2

UUD 1945 Dr. M. Arif Nasution, MA, dkk, Demokrasi dan Problema Otonomi Daerah, Bandung: Mandar Maju, 2000, hlm 110. 3 Martin H. Hutabarat, SH, et all, Hukum dan politik Indonesia, Jakarta: Midas Surya Grafindo, 1996, hlm144.

2. System

hukum

nasional

dibangun

berdasarkan

dan

untuk

memperkokoh sendi-sendi pancasila dan UUD 1945; 3. Tidak ada hukum yang memberikan hak-hak istimewa pada warga Negara tertentu berdasarkan suku, ras atau agama ; 4. Pemebntukan hukum memperhatikan kemajemukkan masyrakat; 5. Hukum adat dan hukum tertulis lainnya diakui sebagai subsistem hukum nasional sepanjang nyata-nyata hidup dan dipertahankan dalam pergaulan masyarakat; 6. Pembentukan hukum sepenuhnya berdasrkan partisipasi masyarakat; 7. Demi kesejahteraan umum. Politik hukum temporer adalah kebijaksanaan yang ditetapkan dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan. Termasuk didalam hal ini, seperti penentuan prioritas pembentukan peratrab perundang-undangan kolonial, pembaharan peraturan perundang-undangan dan sebagianya.4 Jika didengar secara sekilas pernyataan hukum sebagai produk politik dalam panadangan awam bias dipersoalkan, sebab pernyataan tersebut memposisikan diri hukum sebagai subtanasi masyarakat yang ditentukan oleh politik. Apalagi dalam tataran idea atau cita hukum, lebihlebih dinegara yang menganut supremasi hukum, politiklah yang harus diposisikan yang benar . Secara metologis-ilmiah, sebenarnya tidak ada yang salah dari pernyataan tersebut., semuanya benar, tergantung pada asumsi dan konsep

ibid

yang dipergunakan. Ini pula yang melahirkan dalil bahwa kebenaran ilmiah itu bersifat relative, tergantung pada asumsi dan konsep-konsep yang dipergunakan. 5 Berdasarkan perspektif yang dipilih untuk study ini, terlihat bahwa dalam hubungan tolak-tarik antara politik dan hukum , maka hukumlah yang terpengaruh dengan politik, karena subsistem politik memiliki konsentrasi energy yang lebih besar daripada hukum. Sehingga jika harus berhadapan dengan politik, maka hukum berada pada kedudukan yang lebih lemah. Untuk memahami system hukum ditengah-tengah

transformasi politik harus diamati dari bawa dan dilihat peran socialpolitik yang diberikan orangnya. 6 Partai Politik, berdiri sendiri tanpa mempengaruhi kinerja dari anggota fraksinya di DPR, DPRD, dan MPR, yang meskipun didalamnya ada beberapa orang perwakilan. 7 Partai politik hanya merupakan salah satu di bentuk perlembagaan sebagai wujud ekspresi ide, pikiran, pandangan, dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis. Karena itu keberadaan partai politik berkaitan erat dengan prinsip-prinsip kemerdekaan berpendapat (freedom of expression), berorganisasi (freedom of association), dan fungsi berkumpul (freedom of assembly)8. Ketiga prinsip kemerdekaan atau kebebasan diakui dan dijamin oleh Undang-Undang Dasar Nagara
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2010, hlm 4 ibid, halaman 20 7 Undang-undang No. 2 Tahun 2011, pasal 40 ayat (3) huruf e, Bandung: Citra Umbara, hlm 41 8 Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, SH, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta Barat: Buana Ilmu popular, Mei 2008, hlm 711.
6 5

Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 28E ayat (3) dengan tegas menentukan: setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat 9 Atas dasar diatas, maka setiap orang berhak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilhan umum. Setiap yang terpilih sudah menjadi kewajibannya menyalurkan asriprasi rakyat yang memilihnya. Tapi pada kenyataannya, tak seperti apa yang kita harapkan. Mereka ditempat pada posisi tertentu, untuk membawa aspirasi dari partai yang mendukungnya. Hal ini dilakukan agar perwakilan dari setiap fraksi itu, tetap menjalankan amanat partai. Padahal mereka dipilih oleh rakyat. Tujuan partai dalam Undang-undang No.2 Tahun 2011 telah termuat tujuan dari partai politik. Menjalankan konstitusi. Jika anggota fraksi berbeda pendapat dengan partai, maka ada sanksi tersendiri secara pribadi yang harus dijalani berdasarkan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga dari partai. Sebagai wakil rakyat yang baik, kepentingan orang banyak harus lebih diutamakan. Partai politik tak perlu ikut campur dalam pembuatan undang-undang. Karena undang-undang dibuat berdasarkan kebutuhan masyarakat yang ada saat ini. Bukan berdasarkan kepentingan golongan tertentu pada suatu masyarakat tertentu.

Yasir Arafat, Undang-undang Dasar 1945 dan perubahannya, Permata Perss, hlm 28

B. Perumusan Masalah Berdasarkan data diatas maka diperoleh masalah sebagai berikut: 1. Apa peran partai politik dalam pembuatan undang-undang 2. Bagaimana pengaruh parati politik dalam pembuatan undang-undang oleh DPR

C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui dan memahami peran partai politik dalam pembuatan undang-undang 2. Untuk mengetahui dan memahami serta mendalami pengaruh partai politik dalam pembuatan undang-undang oleh DPR

D. Manfaat Penulisan 1. Untuk mengembangkan dan menambah pengetahuan khususnya dibidang hukum tentang peran partai politik dalam pembuatan undangundang yang merupakan produk legislatif. 2. Sebagai pembaharuan hukum nasional kearah yang lebih baik lagi agar tidak terjadi tumpang tindih tugas dan tanggung jawab.

E. Metode Penulisan Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian hukum kepustakaan, yakni meneliti bahan kepustakaan atau yang dinamakan penelitian hukum normatif.

Dalam

penulisan

skripsi

ini

penulisa

menggunakan

metode

pengumpulan data sebagai berikut: 1. Kepusatakaan data Dengan jalan mempelajari buku literatur tertulis yang berhubungan dengan materi pembahasan 2. Keseluruhan data Keseluruhan hasil research dikumpulkan dan dianalisa sesuai dengan kebutuhan penulisan ini dengan menggunakan teknik dan meode sebagai berikut:  Deduktif, yaitu pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat umum agar memperoleh ksimpulan yang bersifat khusus.  Induktif, yaitu pembahasan yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat khusus agar memperoleh ksimpulan yang bersifat umum. Penuliasan ini juga menggunakan bahan primer, sekunder dan tersier, serta memilih lokasi penelitian di perpustakaan.

F. Sistematika Penulisan BAB I : Bab ini merupakan Bab Pendahuluan yang berisi latar belakang ; rumusan masalah ; tujuan penulisan ; manfaat penulisan ; metodepenulisan ; dan sistematika penulisan.

BAB II :

Bab ini merupakan tinjauan pustaka yang berisi pengertianpengertian partai politik dan proses pembuatan undangundang.

BAB III :

Bab ini merupakan Bab pembahasan yang membahas tentang fungsi dan peran dari partai politik berdasarkan Undang-undang dan pengaruh dari partai politik dalam pembuatan suatu undang-undang.

BAB IV :

Bab ini merupakan Bab penutup yang memuat kesimpulan yang diproses dari pembahasan, dimana ini merupakan jawaban dari permasalahan yang ada serta saran yang dapat penulis kemukakan.

BAB II TUJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Partai Politik Mekanisme system politik hukum suatu Negara pada umumnya akan selalu meliputi dua suasana atau dua kehidupan politik, yaitu:10 1. The Governmental political sphere (supra struktur politik / suasana dengan kehidupan politik pemerintahan), yaitu hal-hal yang bersangkut paut dengan kehidupan lembaga-lembaga negara yang ada serta perhubungan kekuasaannya antara satu dengan lainnya. 2. The socio political sphere (infra struktur politik / suasana kehidupan politik rakyat), yakni suasana politik yang terdapat didalam kehidupan masyarakat yang memberikan pengaruh terhadap tugas-tugas dari lembaga-lembaga Negara dalam suas na pemerintahan. Dalam suasananya kehidupan politik rakyat, pada umumnya

dikenal adanya 5 (lima) unsur penunjang, yaitu:11 1. Parati politik (Political party) 2. Golongan kepentingan (Interest group) 3. Golongan penekan (Pressure group) 4. Alat komunikasi politik (Media political communication) 5. Tokoh-tokoh politik (Political figure)

B. Hestu Cipto Handoyo, SH. M.Hum, Dasar-Dasar Hukum Tatanegara Indonesia , Yogyakarta: Universitas Amta Jaya, 2000, hlm 113 11 ibid, halaman 115

10

Berdasarkan undang-undang No. 2 Tahun 2011, partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak, dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara., serta memelihara keutuhan Negara kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 12 Secara umum dapat dikatakan bahwa yang disebut dengan partai politik adalah suatu kelompok yang terorganisir secara teratur, baik dalam hal pandangan, tujuan maupun tatacara rekriutmen keanggotaan, dengan suatu tujuan pokok yakni menguasai, merebut maupun mempertahankan kekuasaannya dalam pemerintahan secara konstitusional. 13 Yang dimaksud dengan adalah sekelompok manusia yang mengadakan persekutuan karena adanya kepentingan-kepentingan tertentu baik merupakan kepentingan umum maupun kepentingan kelompok tertentu, dapat dibedakan:14 1. Asosiasi Secara khusus didirikan untuk memperjuangkan kepentingan-

kepentingan tertentu dari masyarakat atau golongan, namun masih mencakup kepada beberapa bidang yang luas, misalnya ORMAS 2. Institusional

12 13 14

Undang-undang No. 2 Tahun 2011, pasal 1 ayat (1), Bandung: Citra Umbara, hlm 24 B. Hestu Cipto Handoyo, Op.cit, hlm 116 ibid

Pada umumnya terdiri dari atas berbagai kelompok manusia yang berasal dari lembaga yang ada, dengan tujuan untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan orang yang menjadi anggotanya. 3. Non asosiasi Tidak didirikan secara khusus, tetapi aktivitasnya hanya terlihat keluar apabila kepentingan masyarakat memerlukan dan didalam keadaan mendesak. 4. Anomik Keberadaannya secara mendadak (spontan) dan tidak bernama. Aksiaksinya berupa aksi demonstrasi. Keberadaan partai politik dalam kehidupan kenegaraan, pertama kali dijumpai di Eropa Barat, sejak adanya gagasan bahwa rakyat merupakan factor yang patut diperhitungkan serta diikut sertakan dalam proses politik (kehidupan kenegaraan) maka secra spontan parati politik berkembang menjadi penghubung antara rakyat disatu pihak da pemerintah dipihak lain. Dengan demikian dapat ditarik pengertian bahwa sebagai organisasi yang secra khusus dipakai sebagai penghubung antara rakyat dam pemerintah, keberadaan partai politik sejalan dengan munculnya pemikiran paham demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara.

10

Sudah banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai partai politik tersebut. Definisi-definisi tersebut antara lain:15 1. Carl J. Friedrich Sekelompok manusia yang terorganisir secra stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini meberikan kepada anggota paratainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil. 2. R. H Soltou sekelompok warga Negara yang sedikti banyak terorganisir yang bertindak sebagai suatu kesatan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan

melaksanakan kebijaksanaan umum mereka. 3. Sigmund Neumann Organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintah serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan-golongan laian yang tidak sepaham. 4. Miriam Budiardjo Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya

mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik

15

ibid, hlm 142-143

11

(biasanya),

dengan

cara

konstitusional

guna

melaksanakan

kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Partai politik adalah sekelompok manusia yang teorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil. Pendapat tersebut, sejalan dengan ungkapan dari Soltau (dikutif oleh Darmawan, 2003:229) yakni a group of citizens more or less organized, who act as a political unit and who by the use of their voting power, aim to control the government and carry out their generalpolities. Dua pendapat tersebut, mensyaratkan bahwa partai politik memiliki tujuan untuk merebut dan mempertahankan kekuasaan sehingga partai politik dapat mengeluarkan atau mengendalikan kebijakan pemerintah untuk kesejahteraan rakyat serta melanggengkan kekuasaan. Definisi yang sama diungkapkan oleh Jean Paul Sartre (2006:x) yang mengungkapkan bahwa A party can only ever be one tool. And there is only ever one purpose: power. Dalam hal mendefinisikan pengertian partai politik terdapat perbedaan pendapat, yakni ada pendapat bahwa partai politik hanya terdiri atas orang-orang yang berkumpul dalam rangka mewujudkan kepentingan bersama, seperti yang diungkapkan oleh Edmund Burke (Rusadi Kantaprawira, 1988:63) bahwa partai politik adalah suatu kumpulan manusia untuk memajukan keinginan-keinginan

12

bersamanya, yaitu kepentingan nasional melalui prinsip-prinsip khusus yang sudah disepakati.

Sedangkan Hagopian dalam Amal (1988:xi) mengungkapkan bahwa parpol adalah: Suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi bentuk dan karakter kebijaksanaan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan kepentingan ideologis tertentu melalui praktik kekuasaan secara langsung atau partisipasi rakyat dalam pemilihan.

Pandangan Hagopian lebih menekankan kepada kepentingan dalam sebuah partai politik lebih ditekankan dalam kepentingan ideologis atau menanamkan ideologis melalui kekuasaan di pemerintahan serta

partisipasi rakyat dalam pemilihan umum. Berbeda halnya dengan pendapat Sigmund Neumann (Budiardjo, 2000:162)bahwa: partai politik adalah organisasi dari aktivis-aktivis politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan dengan suatu golongan atau golongan-golongan lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Pendapat Sigmund Neuman tersebut, menekankan bahwa partai politik merupakan tempat

berkumpulnya aktivis politik dan terdapat persaingan antargolongan yang memiliki pandangan yang berbeda untuk menguasai pemerintahan. Dari definisi-definisi yang telah diungkapkan oleh para ahli tersebut, dapat disimpulkan partai politik adalah organisasi warga negara yang memiliki tujuan untuk merebut atau mempertahankan kekuasaan

13

terhadap pemerintahan melalui proses pemilihan umum untuk mencapai tujuan bersama yang telah disepakati oleh seluruh anggota partai. Partai politik dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian dilihat dari berbagai sudut pandang. Jika dilihat dari komposisi dan fungsi keanggotaannya maka dibagi menjadi partai massa dan partai kader. Sedangkan menurut sifat dan orientasi dibagi menjadi partai lindungan dan partai asas. Bila berdasarkan asas dan orientasinya, partai politik dibagi menjadi partai politik pragmatis, partai politik doktriner, dan partai politik kepentingan. 16 1. Berdasarkan fungsi dan keanggotaannya, partai politik terdiri dari: a) Partai Massa Partai Massa adalah partai yang mengandalkan kuantitas massa dan anggota partai. Menurut Ramlan Surbakti (1999:122) partai massa adalah partai politik yang mengandalkan kekuatan dan keunggulan jumlah anggota dengan cara memobilisasi massa sebanyak-

banyaknya. Ciri-ciri partai massa menurut Maurice Duverger (Meka Rinie, 2005:19) adalah: 1) Rekrutmen anggota tampak sebagai kegiatan yang fundamental. Dari sudut politik, kuantitas anggota merupakan hal yang penting dalam proses pendidikan rakyat. Semakin banyak jumlah anggota

16

http://budiutomo79.blogspot.com/2010/05/pengaruh-perilaku-partai-politik.html

14

partai, semakin banyak orang yang bisa dipengaruhi melalui pendidikan politik tersebut. 2) Dukungan keuangan bagi partai diperoleh dari massa anggota, bukan dari kalangan elite. Partai massa mengambil alih peran pendanaan oleh kaum kapitalis dalam kegiatan pemilihan, sehingga tercipta pola pendanaan dan keuangan partai yang demokratis. Keunggulan partai massa terletak pada masalah pendanaan partai karena partai memiliki banyak pemasukan dana yang diambil dari jumlah anggota partai yang banyak sehingga kebutuhan partai sangat mencukupi. Namun kelemahan partai ini, yakni banyaknya aliran dan kelompok yang memiliki perbedaan kepentingan berada dalam satu partai menimbulkan sebuah pemaksaan kehendak yang akan

menyebabkan kesatuan partai luntur dan terpecah belah. Partai ini banyak ditemukan pada negara-negara berkembang dan multikultural. a) Partai Kader Partai kader menurut Budiardjo (2000:166) diartikan sebagai berikut: Partai kader adalah partai yang mementingkan keketatan organisasi dan disiplin kerja anggota-anggotanya serta pimpinan partai biasanya menjaga kemurnian doktrin politik yang dianut dengan jalan mengadakan saringan terhadap calon anggotanya dan memecat anggota yang menyeleweng dari garis partai yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa partai kader

15

memiliki manajemen organisasi yang kuat serta disiplin yang tinggi dan sikap loyalitas yang kuat dari kader-kader partainya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ramlan Surbakti (1999:122) yang

menyatakan bahwa partai kader ialah suatu partai yang mengandalkan kualitas anggota, keketatan organisasi, dan disiplin anggota sebagai sumber kekuatan utama. Ciri-ciri partai kader menurut Maurice Duverger (Meka Rinie, 2005:20) adalah sebagai berikut:

1) Tidak berupaya untuk memperbanyak jumlah. Partai ini hanya memiliki sejumlah anggota kecil dan terbatas. 2) Tidak ada propaganda untuk rekruitmen anggota, bahkan partai kader bersifat tertutup dan sangat selektif dalam menerima anggota baru. 3) Kalaupun ada perekrutan kader, biasanya dilakukan secara cooperation dan formal nomination, tidak melalui registrasi secara terbuka untuk semua orang. Meskipun kecil jumlah anggota, partai kader sesungguhnya memiliki kekuatan yang bersumber bukan dari kuantitas melainkan kualitas anggotanya. 4) Partai kader biasanya merupakan kumpulan orang-orang terkemuka, dalam arti yang disegani secara politik. Dengan demikian partai kader memiliki anggota yang berasal dari kalangan menengah keatas atau setidak-setidaknya memiliki pengaruh politik yang sangat kuat sehingga untuk menjaga keutuhan partai tidak diperlukan jumlah massa yang besar. Hal ini sesuai dengan pendapat

16

Ichlasul Amal (1988:xii) bahwa: Keanggotan partai kader ini terutama berasal dari golongan menengah ke atas. Oleh karena itu, partai kader tidak memerlukan organisasi besar yang dapat memobilisasi massa. Dengan demikian, dalam pengertian ini partai kader lebih tampak sebagai suatu kelompok informal dari pada sebagai organisasi yang berdasarkan disiplin. Hal inilah yang menjadi keunggulan partai kader karena lebih mengutamakan kualitas sumber daya manusianya yang terletak pada kapasitas, kemampuan, dan kredibilitas anggota partai. Berbeda halnya dengan partai massa yang lebih mengutamakan kuantitas anggotanya. Melalui seleksi yang terbatas dan proses yang berjenjang melalui berbagai tahap pengkaderan diharapkan menjaring anggota partai yang memiliki dedikasi serta loyalitas yang tinggi terhadap partai sehingga menciptakan partai kader yang berkualitas. 2.Berdasarkan sifat dan orientasinya, partai politik terdiri dari: a) Partai Lindungan Partai Lindungan merupakan partai yang memiliki tujuan memenangkan pemilihan umum untuk anggota-anggotanya agar memiliki kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Miriam Budiardjo (2000:167), partai lindungan mempunyai ciri memiliki organisasi nasional yang kendor sekalipun organisasi di tingkat lokal sering cukup ketat, disiplin yang lemah dan tidak mementingkan pemungutan

17

iuran secara teratur dan aktivitas kegiatan partai hanya pada masa menjelang pemilihan umum. b) Partai Asas Partai asas atau disebut juga partai ideologis, karena partai ini berdasarkan ideologis seperti sosialisme, fasisme, dan komunisme maupun berdasar atas suatu agama. Menurut Miniam Budiardjo (2000:167) partai asas biasanya mempunyai pandangan hidup yang telah digariskan dalam kebijaksanaan pimpinan dan berpedoman pada disiplin partai yang cukup kuat". Disamping itu, partai asas melakukan saringan terhadap calon anggota sedangkan untuk pimpinan disyaratkan lulus melalui tahap percobaan. 3. Berdasarkan Asas dan dan Orientasinya, partai politik terdiri dari: a) Partai Politik Pragmatis

Menurut Ramlan Surbakti (1999:122) partai politik pragmatis adalah: Suatu partai yang mempunyai program dan kegiatan yang tak terikat kaku pada suatu doktrin tertentu. Sehingga penampilan dari partai politik pragmatis cenderung merupakan cerminan dari program-program yang disusun oleh pemimpin utamanya dan gaya sang pemimpin. Dengan demikian partai pragmatis tidak terikat pada suatu doktrin sehingga, partai ini bersifat fleksibel terhadap waktu, situasi, dan. masa kepemimpinannya. Walaupun tidak terikat pada suatu doktrin, partai ini tetap memiliki ideologi sebagai identitasnya namun hanya sebagai gagasan

18

saja.

Surbakti

mengungkapkan

(1999:122)

bahwa:

Partai pragmatis mengikuti gaya kepemimpinan sang pemimpin yang merupakan penjabaran ideologi, namun dalam partai pragmatis ideologi yang dimaksud lebih merupakan sejumlah gagasan umum dari pada sejumlah doktrin dan program konkret yang siap dilaksanakan. Partai ini memiliki sifat yang fleksibel maka sistem organisasi partai longgar. Partai ini biasanya terdapat pada sistem dua partai yang memiliki kompetisi sehat dan relatif stabil. b) Partai Politik Doktriner Partai doktriner adalah partai yang mampu menjabarkan ideologi yang dianutnya ke dalam program dan kegiatan partai yang akan dilaksanakan. Ideologi ini memiliki arti sebagai seperangkat nilai politik yang dirumuskan konkret dan sistematis dalam bentuk progam-program kegiatan yang pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai (Ramlan Surbakti, 1999:122). Pemimpin yang berkuasa memberikan pengaruh yang sangat kuat terhadap organisasi partai. Jadi, perubahan kekuasaan atau pergantian kepemimpinan dapat mengubah gaya

kepemimpinan pada tingkat tertentu. Walaupun demikian, prinsip dan program partai tidak dapat berubah karena ideologi partai telah dirumuskan secara bersama. Partai doktriner biasanya terdapat pada negara-negara komunis yang memiliki satu partai, yakni partai komunis. c) Partai Kepentingan

19

Menurut Surbakti (1999:122), Partai kepentingan dibentuk dan dikelola atas dasar kepentingan seperti agama, buruh, etnis, petani, atau lingkungan hidup yang secara langsung ingin berpartisipasi dalam pemerintahan. Partai ini dapat ditemui pada sistem multipartai yang diharapkan masyarakat. Indonesia sebagai negara demokratis sangat menghargai perbedaan antara individu dan kelompok. Prinsip-prinsip demokrasi yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar 1945 yang menempatkan kedaulatan berada di tangan rakyat dijabarkan dalam proses Pemilihan Umum (Pemilu) 2004 dimana rakyat secara langsung memilih wakil-wakilnya di partai politik serta memilih langsung Presiden dan Wakil Presiden. Hal ini merupakan kesempatan politik bagi setiap individu atau kelompok untuk membentuk sebuah organisasi agar berperan serta dalam membuat kebijakan. Oleh karena itu, dibentuklah partai politik sebagai wadah aspirasi dan partisipasi rakyat serta sebagai jembatan komunikasi antara rakyat dan pemimpin. Keberadaan partai politik menjadi sebuah ukuran terciptanya demokrasi pada negara modern. Hal ini tidak dapat disangkal, yakni keberadaan partai politik dalam menumbuhkan demokrasi pada negaranegara modern sangat kentara yang dibuktikan oleh tidak ada negara yang tidak memiliki partai politik. Pada negara-negara yang dikatakan demokratis partai politik menjadi ujung tombak dalam membangun mampu mengakomodasi berbagai kepentingan dalam

20

demokrasi. Pembangunan demokrasi dalam suatu negara termasuk Indonesia tidak terlepas dari fungsi-tungsi partai politik. Partai politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga Negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan Negara melalui pemilihan umum. 17 Beberapa pendapat diatas, maka pengertian partai poltik adalah suatu kelompok yang terorganisir secara teratur, baik dalam hal pandangan, tujuan maupun tata cara recruitment keanggotaan, dengan suatu tujuan pokok yakni menguasai, merebut atau mempertahankan kekuasaannya dalam pemerintahan secara konstitusional. Partai politik didirikan dan dibentuk oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang warga Negara Republik Indonesia yang telah yang telah berusia 21 (dua puluh satu) tahun dengan akta notaris. Partai politik sebagaimana dimaksud harus didaftarkan pada

Depertement Kehakiman dengan syarat:18 1. Memiliki akta notaris pendirian partai politik yang sesuai dengan undang-undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan peraturan-peraturan perundang-undangan 2. Mempunyai kepengurusan sekurang-kurangnya 50% dari jumlah provinsi, 50% dari jumlah kabupaten/kota pada provinsi yang, dan

Prof. Dr. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. kansil SH.MH, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita, 2007, hlm 528 18 ibid

17

21

25% dari jumlah kecamatan pada setiap kabupaten / kota yang bersangkutan. 3. Memiliki nama, barang, dan tanda gambar yang tidak mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan nama, lambang, dam tanda gambar partai politik lain. 4. Mempunyai kantor tetap

B. Proses pembuatan undang-undang Naskah akademik sangat diperlukan dalam setiap penyusunan Rancangan undang-undang karena ia akan menjadi dasar acuan akademik, sehingga diharapkan RUU tersebut akan memiliki kualitas yang baik. Pengertian naskah akademik adalah suatu naskah yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah yang berisikan latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan, ruang lingkup, objek atau arah pengaturan RUU. Sebagai suatu dokumen akademik, penulisan naskah harus mengikuti sistematika tertentu, sebagai berikut:19 A. 1. 2. 3. 4. B. Pendahuluan Latar belakang Permasalahan Tujuan dan kegunaan Metode pendekatan Inventarisasi peraturan perundang-undangan

19

Bahan Ajar Peraturan Perancangan Undang-undang, Fakultas Hukum Unsrat, 2010

22

C. D. E. F. G. Proses

Tinjauan pustaka Ruang lingkup naskah akademik Usulan sistematika RUU Ketentuan penutup Lampiran pembentukan undang-undang dimulai dengan

mempersiapkan rancangan undangnya. Dalam Negara yang berasaskan demokrasi adanya hak mengajukan rancangan undang-undang usul inisiatif dari dewan perwakilan rakyat merupakan imbangan dari pemerintah.20 Pembentukan undang-undang dapat dilakukan dengan dua system, yakni system lengkap dan system umum. Sistem lengkap adalah undangundang dibuat dengan pasal-pasal yang lengkap, terperinci, jelas dan lebih banyak mengarah kehukuman dalam bentuk kodifikasi . Sedangkan, system umum adalah system pembutan undang-undang dengan hanya mengisi pokok-pokoknya saja, pada system umum ini, harus dibuat peraturan pelaksanaan atau aturan yang lebih rendah sebagai rincian atau penafsiran undang-undang umum. Rancangan undang-undang dapat diajukan oleh Dewan perwakilan Rakyat ataupun presiden. Tidak ada batasan atau keharusan bahwa rancangan harus dari tangan Dewan perwakilan Rakyat. Diatur dalam Pasal 17 bahwa rancangan undang-undang baik berasal dari dewan
Soehino, SH Hukum Tatanegara Teknik perundang-undangan, Yogyakarta: Liberty, 1996, halaman 135
20

23

perwakilan rakyat maupun dari presiden disusun berdasarkan program legislasi nasional. Adapun teknik pembuatan undang-undang hingga pengundangannya adalah sebagai berikut : 1. Rancangan undang-undang diajukan kepada dewan perwakilan rakyat 2. Dewan perwakilan rakyat melakukan pembahasan rancangan undang-undang bersama presiden atau menteri yang ditugasi oleh presiden untuk melakukan pembahasan rancangan tersebut. 3. Pembahasan dilakukan dengan tingakta-tingakat pembicaraan yang dilakukan dalam rapat komisi/ panitia/ alat kelengkapan dewan perwakilan rakyat yang khusus untuk menangani bidang legislasi dan rapat paripurna. 4. Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh dewan perwakilan rakyat dan presiden, disampaikan oleh dewan perwakilan rakyat kepada presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. 5. Dalam mengesahkan undang-undang presiden membubuhkan tandatangan pada rancangan yang telah disetujui bersama dalam jangak 30 hari sejak hari persetujuan. 6. Jika dalam jangka tersebut presiden belum menandatangani, maka rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undangundang dengan kalimat pengesahan; undang-undang ini

dinyatakan sah berdasarkan ketentuan Pasal 20 ayat (5) undang-

24

undang dasar RI Tahun 1945, kalimat tersebut dilampirkan pada halaman belakang undang-undang yang baru disahkan. 7. Untuk selanjutnya undang-undang tersebut wajib diundangkan dengan mencatatkannya dalam lembaran Negara RI. Hal tersebut wajib dilakukan sebab Undang-undang yang belum diundangkan belum memiliki kekuatan keberlakuan. Tidak terlepas dari teknik pembuatan undang-undang diatas, bahwa keberlakukan undang-undang dalam masyarakat juga dipengaruhi oleh factor-faktor lain, diantaranya adalah wibawa Negara yang kerap dipermasalahkan oleh rakyat jika terjadi penyimpangan atau pelanggaran yang sangat mendasar terhadap landasan tata hukum yang dijunjung tinggi masyarakat . Wibawa dan integritas Negara disini dapat tercermin dari undang-undang yang dilahirkannya, dengan ukuran sejauh mana undangundang tersebut memenuhi kebutuhan perlindungan dan rasa keadilan dalam masyarakat. Undang- undang yang tidak berpihak pada masyarakat kerap dilanggar oleh masyarakat

DPR membentuk

memegang

kekuasaan Setiap

undang-undang.

Rancangan Undang-Undang dibahas oleh DPR dan Presiden untuk

mendapat

persetujuan

bersama.

25

Rancangan Undang-Undang (RUU) dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. DPD dapat mengajukan kepada DPR, RUU yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam, dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Apabila ada 2 (dua) RUU yang diajukan mengenai hal yang sama dalam satu Masa Sidang yang dibicarakan adalah RUU dari DPR, sedangkan RUU yang disampaikan oleh presiden digunakan sebagai bahan untuk dipersandingkan. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh) hari kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan.

26

PROSES PEMBUATAN UNDANG-UNDANGPROSES PEMBAHASAN RUU DARI PEMERINTAH DI DPR RI


RUU beserta

penjelasan/keterangan, dan/atau naskah akademis yang berasal dari Presiden disampaikan secara tertulis kepada Pimpinan DPR dengan Surat Pengantar Presiden yang menyebut juga Menteri yang mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU tersebut. Dalam Rapat Paripurna berikutnya, setelah RUU diterima oleh Pimpinan DPR, kemudian Pimpinan DPR memberitahukan kepada Anggota masuknya RUU tersebut, kemudian membagikannya kepada seluruh Anggota. Terhadap RUU yang terkait dengan DPD disampaikan kepada Pimpinan DPD.

27

Penyebarluasan RUU dilaksanakan oleh instansi pemrakarsa. Kemudian RUU dibahas dalam dua tingkat pembicaraan di DPR bersama dengan Menteri yang mewakili Presiden.

PROSES PEMBAHASAN RUU DARI DPD DI DPR RI


RUU beserta

penjelasan/keterangan, dan atau naskah

akademis yang berasal dari DPD disampaikan secara tertulis oleh

Pimpinan DPD kepada Pimpinan DPR,

kemudian dalamRapat Paripurna berikutnya, setelah RUU diterima oleh DPR, Pimpinan DPR memberitahukan kepada Anggota masuknya RUU tersebut, kemudian membagikannya kepada seluruh Anggota. Selanjutnya Pimpinan DPR menyampaikan surat pemberitahuan kepada Pimpinan DPD mengenai tanggal pengumuman RUU yang berasal dari DPD tersebut kepada Anggota dalam Rapat Paripurna. Bamus selanjutnya menunjuk Komisi atau Baleg untuk membahas RUU tersebut, dan mengagendakan pembahasannya. Dalam waktu 30 (tiga

28

puluh) hari kerja, Komisi atau Badan Legislasi mengundang anggota alat kelengkapan DPD sebanyak banyaknya 1/3 (sepertiga) dari jumlah Anggota alat kelengkapan DPR, untuk membahas RUU Hasil

pembahasannya dilaporkan dalam Rapat Paripurna. RUU yang telah dibahas kemudian disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden dengan permintaan agar Presiden menunjuk Menteri yang akan mewakili Presiden dalam melakukan pembahasan RUU tersebut bersama DPR dan kepada Pimpinan DPD untuk ikut membahas RUU tersebut. Dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya surat tentang penyampaian RUU dari DPR,Presiden menunjuk Menteri yang ditugasi mewakili Presiden dalam pembahasan RUU bersama DPR. Kemudian RUU dibahas dalam dua tingkat pembicaraan di DPR.

29

BAB III PEMBAHASAN A. Peran partai politik dalam pembuatan undang-undang Asas partai politik tidak boleh bertentangan dengan pancasila dan undang-undang dasar republik Indonesia tahun 1945. Setiap partai politik dapat mencantumkan ciri tertentu sesuai dengan kehendak dan cita-cita yang tidak bertentangan dengan pancasila, undang-undang dasar negara republik Indonesia.21 Fungsi partai politik Pada umumnya, para ilmuwan politik biasa menggambarkan adanya empat fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiharjo, meliputi: 22 1. Sarana komunikasi politik 2. Sosialisasi politik (political socialization) 3. Sarana Rekruitmen politik (political recriutment) 4. Pengatur konflik (conflict management) Dalam istilah Yves Meny dan Andrew Knapp fungsi partai politik itu mencakup fungsi mobilsasi dan integritas, sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih, sarana rekruitmen politik, dan sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan.

Prof. Dr. C.S.T. Kansil, SH dan Christine S.T. kansil SH.MH, Pokok-pokok Hukum Pidana, Jakarta: Pradnya Paramita, 2007, hlm 528 22 Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, SH, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta Barat: Buana Ilmu popular, Mei 2008, hlm 717.

21

30

Keempat fungsi tersebut sama-sama terkait satu sama lain, sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting, dalam upaya mengartikulasikan kepentingan yang terdapat atau terkadang tersembunyi dalam masyarakat. Berbagai kepentingan itu diserap sebaik-baiknyaoleh partai politik menjadi ide, visi dan kebijakan partai politik yang bersangkutan. Setelah itu, ide dan kebijakan atau aspirasi kebijakan itu diadvokasikan sehingga diharapkan dapat mempengaruhi atau bahkan menjadi materi kebijakan kenegaraan yang resmi. 23 Partai politik itu juga berperan penting dalam melakukan sosialisasi politik (political sosialization). Ide, visi dan kebijakan strategis yang menjadi pilihan partai politik dimasyarakatkan kepada konstituen untuk mendapatkan umpan balik (feedback) berupa dukungan dari masyarakat luas. Terkait dengan sosialisasi politik ini, partai juga sangat penting dalam rangka pendidikan politik. Partailah yang menjadi struktur antara (intermediate structur) yang harus memainkan peran dalam membumikan cita-cita kenegaraan dalam kesadaran kolektif masyarakat warga Negara. Misalnya, dalam rangka kebutuhan memasyarakatkan kesadaran berkonstituen, partai dapat memainkan peran yang penting. Tentunya, penting peran partai politik dalam hal ini, tidak boleh diartikan bahwa hanya partai politik saja yang memiliki tanggung jawab ekslusif untuk memasyarakatkan UUD.

23

Ibid. hlm 718

31

Pembentukan

partai

memang

dimaksudkan

untuk

menjadi

kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin Negara pada jenjang dan posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung, seperti oleh dewan perwakilan rakyat atau melalui cara-cara yang tidak langsung lainnya. Tidak semua jabatan dapat diisi oleh peranan partai politik. Partai hanya boleh terlibat dalam pengisian jabatan-jabatan yang bersifat politik dan karena itu pengangkatan pejabatnya juga membutuhkan prosedur politik (political appointment) Untuk menghindar terjadinya pencampuradukan, perlu dimengerti benar perbedaan antara jabatan yang bersifat politik dengan jabatan yang bersifat teknis administratif dan professional. Di lingkungan kementrian, hanya ada satu jabatan yang bersifat politik, yaitu menteri. Sedangkan para pembantu menteri di lingkungan instansi yang dipimpin olehnya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku dibidang kepegawaian. Jabatan dibedakan antara jabatan Negara dan jabatan pegawai negeri sipil. Yang menduduki jabatan Negara disebut sebagai pejabat Negara. Yang menduduki jabatan negeri atau pegawai negeri disebut pegawai negeri. Beradasarkan Undang-undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik yang menyempurnakan Undang-undang No. 31 Tahun 2002, dengan jelas ditentukan bahwa partai politik mempunyai fungsi:24

24

Undang-undang No. 2 Tahun 2011 tentang Partai Politik, Op Cit, hlm 29

32

1. Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga Negara Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 2. Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia untuk kesejahteraan masyarakat; 3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan Negara; 4. Pertisipasi politik politik warga Negara Indonesia; dan 5. Rekruitmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender. Selain dari fungsi diatas, partai politik juga mempunyai tujuan, baik secara umum maupun khusus. Beradasarkan Undang-undang partai politik, tujuannya adalah: 25 Tujuan umum: 1. Mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana

dimaksud dalam pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Menjaga dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia;

25

ibid

33

3. Mengembangkan kehidupan demokrasi berdasarkan pancasila dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia; 4. Mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Sedangkan, tujuan Khususnya adalah: 1. Meningkatkan partisipasi politik anggota dan masyarakat dalam rangka penyelenggaraan kegiatan politik dan pemerintah; 2. Memperjuangkan cita-cita partai politik dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara; dan 3. Membangun etika dan budaya politik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Jelaslah bahwa partai politik sangat berperan besar dalam menentukan arah kehidupan bangsa dan Negara. Peran yang paling utama dari sebuah perati politik ialah sebagai penyalur aspirasi masyarakat. Dalam upaya mewujudkan fungsi dari sebuah partai politik harus diwujudkan secara konstitusioanal. Maksudnya konstitusi ialah segala sesuatu, harus berdasarkan aturan yang berlaku. Segala bentuk aturan tentang Undang-undang dasar dan sebagainya; segala aturan tentang ketatanegaraan atau Undang-undang dasar suatu Negara. 26 Perlu diingat, mewujudkan cita-cita, ialah cita-cita bersama untuk kepentingan bangsa dan Negara, bukan kepentingan organisasi semata. Apakah artinya semua tujuan yang diatas, jika sebuah partai politik tak

26

M. Marwan dan Jimmy P, Kamus Hukum, Surabaya: Reality Publisher, 2009, hlm 377

34

mampu berbuat demikian?. Pendidikan politik yang baik akan menentukan mental dari anggotanya. Baik dan buruk dari sebuah pohon, akan dilihat dari buahnya. Baik dan buruk anggotanya akan dilihat dari pendidikan di ornagisasi tersebut. Dalam perumusan suatu undang-undang, partai politik tidak bisa ikut campur didalamnya. Partai politik hanya bisa memberikan pendidikan politik yang baik untuk kehidupan bangsa dan Negara. Untuk menyususn undang-undang, telah diberikan tanggung jawab pada suatu badan legislatif, yang didalamnya merupakan perwakilan dari fraksi-fraksi berbagai partai.

B. Pengaruh partai politik dalam pembuatan undang-undang Menurut Arief Sidharta yang dikutip oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH merumuskan pandangannya tentang unsur-unsur dan asas-asas Negara hukum itu secara baru, yaitu meliputi lima hal sebagai berikut:27 1. Pengakuan, penghormatan, dan perlindungan hak asasi manusia yang berakar dalam penghormatan atas martabat manusia (human dignity). 2. Berlakunya asas kepastian hukum. Negara hukum bertujuan menjamin bahwa kepastian hukum terwujud dalam masyarakat. Hukum bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dan prediktabilitas yang tinggi, sehingga dinamika kehidupan bersama dalam masyarakat bersifat
Prof. Dr. Jimly Asshidiqie, SH, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta Barat: Buana Ilmu popular, Mei 2008, ibid hlm 306
27

35

predictable. Asas asas yang terkait dengan kepastian hukum itu adalah: a. Asas legalitas, konstitusionalitas, dan supremasi hukum b. Asas undang-undang menetapkan menetapkan berbagai

perangkan peraturan tentang cara pemerintah dan pejabatnya melakukan tindakan pemerintahan c. Asas nonretroaktif, dimana perundang-undangan sebelum mengikat, undang-undang harus lebih dulu diundangkan dan diumumkan secara layak d. Asas peradilan bebas, independen, imprasrial, dan objektif, rasional, adil dan manusiawi e. Asas non-liquet hakim tidak boleh menolak perkara karena alasan undang-undangnya tidak ada atau tidak jelas f. Hak asasi manusia harus dirumuskan dan dijamin

perlindungannya dalam undang-undang atau UUD. 3. Berlakunya persamaan (simila similius atau equality devore the law) bahwa dalam Negara hukum, pemerintah tidak boleh atau

mengistimewakan

orang atau

kelompok

orang tertentu,

mendiskriminasikan orang atau kelompok orang tertentu. Didalam prinsip ini, terkadang: a. Adanya jaminan persamaan bagi semua orang dihadapan hukum dan pemerintah,

36

b. Tersedianya mekanisme untuk menuntut perlakuan yang sama bagi semua warga Negara. 4. Asas demokrasi diman setiap orang mempunyai hak dan kesemptan yang sama untuk turut serta dalam pemrintahan atau untuk mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintahan. Untuk itu asas demkrasi itu diwujudkan melalui beberapa prinsip yaitu: a. Adanya mekanisme pemelihan pejabat-pejabat public yang tertentu yang bersifat langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil yang diselenggarakan secara berlaka b. Pemerintah bertanggung jawab dan dapat dimintai

pertanggungjawaban oleh badan perwakilan rakyat c. Semua warga Negara memiliki kemungkinan dan kesempatan yang sama utnuk berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan politik dan mengontrol pemerintah d. Semua tindakan pemerintah terbuak bagi kritik dan kajian rasional oleh semua pihak e. Kebebasan berpendapat / berkeyakinan dan menyatakan pendapat f. Kebebasan pers dan lalulintas informasi g. Rancangan undang-undang harus dipublikasikan untuk

memeungkinkan partisipasi rakyat secara efektif

37

5. Pemerintah dan pejabat

mengemban amanat sebagai pelayan

masyarakat dalm rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan bernegara yang bersangkutan. Dalam asas ini terkandung hal-hal sebagai berikut: a. asas asas umum pemerintahan yang layak b. syarat syarat fundamental bagi keberadaan manusia yang bermartabat manusiawi dijamin dan dirumuskan dalam aturan perundang undangan, khususnya dalam konstitusi c. pemerintah harus secara rasional menata setiap tindakan, memiliki tujuan yang jelas dan brhasil guna (doelmatig). Artinya, pemerintahan itu harus diselenggarkan secara efektif dan efisien. Muhammad Tahir Azary dengan mengambil inspirasi dari

sistem hukum Islam, mengajukan pandangan bahwa ciri ciri negara hukum yaitu: 1. Prinsip kekuasaan sebagai amanah 2. Prinsip musyawarah 3. Prinsip keadilan 4. Prinsipp persamaan 5. Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak hak asasi manusia 6. Prinsip peardian yang bebas yang baik itu mengandung Sembilan prinsip,

38

7. Prinsip perdamaian 8. Prinsip kesejahteraan 9. Prinsip ketaatan rakyat. Dalam proses pembuatan kebijakan, partai politik tentu memegang peranan yang sangat besar. Seperti kita ketahui, presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara di Indonesia pada saat ini dipilih secara langsung oleh rakyat dan pastinya diusung oleh suatu partai politik. Oleh sebab itu pastilah presiden dalam menjalankan perintahnya sedikit atau banyak dipengaruhi oleh kebijakan partai politik yang mengusungnya, karena dalam hal ini eksekutif adalah implementasi dari partai politik yang mengusungnya. Di Indonesia sendiri seperti yang tertuang pada Undangundang Dasar tahun 1945 pasal 5 ayat 1, diatur bahwa Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat dan dalam pasal 20 ayat 4 disebutkan Presiden mengesah rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. Hal itulah yang secara tidak langsung membuat partai politik dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan melalui badan eksekutif. Melalui badan legislatif, partai politik juga dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan. Hampir sama seperti penjelasan sebelumnya, orang-orang yang duduk dalam parlemen pastilah juga diusung oleh partai politik pada saat pemilihan umum berlangsung. Seperti halnya presiden, legislatif yang ada di Indonesia yaitu DPR juga mempunyai pengaruh

39

dalam proses pembuatan kebijakan, hal ini diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 amandemen pertama dalam pasal 20 ayat 1 yang menyebutkan Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan

membentuk undang-undang. Undang-undang tersebut menegaskan bahwa proses pembuatan kebijakan yang dilakukan DPR kaitannya dengan pembentukan undang-undang dikuasai penuh oleh DPR yang didalamnya adalah partai politik. Selain melalui badan eksekutif dan legislatif seperti pada dua penjelasan sebelumnya, partai politik juga dapat mempengaruhi proses pembuatan kebijakan dengan melalui mekanisme yang ada pada tubuh partai politik itu sendiri, yaitu menyampaikan aspirasi-aspirasinya kepada pihak yang berwenang dengan cara lobby. Partai politik pada dasarnya merupakan sarana penghubung (intermediary) antara masyarakat dan Negara. Sehingga, apabila ada hal yang menjadi pertentangan atau kesalahpahaman antara masyarakat dan negara seharusnya dapat dijembatani oleh partai politik. Di negara-negara demokrasi, terdapat kebebasan untuk

mengemukakan pendapat bagi warga negaranya, termasuk dalam hal ini boleh menyampaikan kritik kepada rezim yang berkuasa. Kebijakan yang diambil oleh Negara mungkin saja tidak sesuai dengan kehendak dari rakyat. Oleh karena itu, partai politik dalam hal ini mulai memainkan salah satu perannya, yaitu fungsi kontrol terhadap pemerintah, baik melalui orang-orangnya yang duduk di parlemen atau yang berada di luar

40

parlemen. Anggota partai politik yang berada di dalam parlemen sangat berperan dalam pembuatan kebijakan, seperti yang dibicarakan di bagian sebelumnya. Kebijakan yang dihasilkan pemerintah harus diluruskan atau diperbaiki jika tidak berpihak pada rakyat. Fungsi partai politik sebagai sarana untuk mengkritik rezim yang berkuasa sebenarnya mempunyai kaitan yang erat dengan fungsi partai politik sebagai sarana pembuatan kebijakan. Apabila suatu ketika partai politik memegang tampuk pemerintahan dan menduduki badan perwakilan rakyat secara mayoritas, maka dapat dinyatakan bahwa partai politik tersebut dapat melaksanakan fungsi sebagai sarana pembuatan kebijakan. Partai politik yang diharapkan bisa bertindak optimal dalam menjalankan perannya sebagai intermediary atau bisa disebut sebagai jembatan antara pemerintah dengan rakyatnya nampaknya mulai

menampakkan tanda-tanda pergeseran fungsinya. Di Indonesia sendiri, partai yang seharusnya bisa membawa suara rakyat kepada pemerintah berkuasa malahan bergeser fungsi menjadi suatu kendaraan politik yang bertujuan semata-mata untuk bisa memperkaya orang-orang didalamnya saja atau dimanfaatkan sebagian oknum agar bisa menduduki jabatanjabatan public semata. Padahal masyarakat (modern) lebih melihat politik sebagai proses aktualisasi diri dan kepentingan mereka yang akan diwujudkan dalam bentuk kebijakan publik. Hal ini tentu berdampak besar pada system politik di Negara tersebut, fungsi input yang melekat pada partai politik hanya dianggap sebagai wacana yang tidak wajib untuk

41

dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab tersebut. Akibatnya rakyat harus menanggung dengan mengikuti kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang isinya sangat tidak sesuai dengan kepentingan dan harapan mereka sebagai rakyat. Hingga pada akhirnya rakyatnya tidak sejahtera, semakin terpuruk, namun malah politisi-politisi kita yang berada di pemerintah, yang diusung oleh partai politik itu menjadi semakin sejahtera bermandikan harta akibat membuat keputusan yang hanya menguntungkan dirinya sendiri.28 Jelaslah bahwa dalam pembuatan undang-undang, parati politik tidak bisa mempengaruhi pembuatan undang undang yang merupakan produk DPR. Akan ada sanksi tersendiri bila dilanggar. Sangat besar akibat yang terjadi dari pergeseran fungsi di partai politik.

http://politik.kompasiana.com/2011/05/25/peran-partai-politik-dalam-proses-pembuatandan-penerapan-kebijakan-dalam-sistem-politik-di-indonesia/

28

42

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Partai Politik Berperan Memberikan pendidikan politik kepada para anggotanya. Pendidikan ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman yang baik kepada para anggotanya. Mengapa demikian, karena berkaiatan dengan kehidupan pemerintahan Negara. Pemerintahan yang baik, tergantung dari peran orang orang yang ada di dalamnya. Peran partai politik dalam pembuatan undang undang sebetulnya tidak ada. Sebab undang undang itu dibuat oleh DPR. Inilah hasil pemilu langsung. Hanya ada beberapa oknum yang sengaja ingin menghancurkan nama baik bangsa dan Negara. Kenyataan yang ada saat ini, partai politik mulai ikut ambil bagian dalam pembuatan undang undang. Mereka merasa perlu melibatkn diri, karena perwakilan partai mereka, berada pada kedudukan pemerintahan. Akibatnya, kepeutusan yang diambil bukan untuk kepentingan masyarakat banyak, tapi untuk kepentingan partai itu sendiri. Yang seharusnya dilakukan adalah, partai politik tidak bisa ikut campur dalam pembuatan undang undang. Aturan itu dibuat, untuk kepentingan orang banyak, bukan kelompok. Berdasarkan paparan diatas, dapat diketahui bahwa partai politik merupakan salah satu elemen penting dalam system politik di suatu Negara. Terlebih pada proses pembuatan dan penerapan kebijakan.

43

Dalam proses pembuatan kebijakan, partai politik berperan sangat besar, mengingat adanya keterlibatan partai politik di dalam eksekutif, legislative, dan dalam mekanismenya sendiri, yaitu melalui lobby-lobby politik. Dalam proses penerapan kebijakan, partai politik juga mempunyai andil berupa control atas kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Tapi peran partai politik di Indonesia pada saat ini telah bergeser menjadi kendaraan politik yang dikemudikan oknum-oknum tertentu yang hanya mementingkan kepentingan pribadi atau partainya semata, bukan kepentingan rakyat, sehingga tak pelak, system politik di dalam Negara tersebut juga mengalami suatu pergeseran sehingga system tersebut tidak berjalan secara optimal

B. Saran Sebagai Negara hukum, politik hukum yang ada di Indonesia perlu diperbaiki. Sistem ketaatnegaraan yang terpadu akan membuat kehidupan bangsa lebih baik lagi. Penegakan hukum atas partai yang bertindak tidak sebagaimana mestinya, perlu dikenakan sanksi yang sepadan. Jangan hanya memikirkan kebaikan partai, tapi juga harus mementingkan kepentingan masyarakat yang memilih mereka. Seharusnya, mereka berjuang untuk kepentingan rakyat. Bukan hanya kepentingan partai poltiknya sendiri. Fungsi partai politik sebagai jembatan antara masyarakat dan pemrintah, hendaknya dijalankan sebaik mungkin, uuntuk kepentingan kita semua.

44

DAFTAR PUSTAKA

45

KATA PENGANTAR

46

You might also like