You are on page 1of 9

PSAK NO.

1 (Revisi 2009) Komponen Laporan Keuangan Lengkap, Penyajian Laporan Keuangan, dan Extraordinary Items POSTED BY IYENKEREN0401 JULI 5, 2011 2 KOMENTAR FILED UNDER KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN, PSAK (Versi pdf artikel ini tersedia dalam Akuntan Muda Juni 2011) 1. Pendahuluan Jika seorang investor ingin mengambil keputusan bisnis, maka salah satu pertimbangannya adalah dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Kenapa laporan keuangan? Laporan keuangan merupakan salah satu media utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian bisnis dalam bentuk unit moneter. Dengan disediakannya laporan keuangan maka keadaan ekonomi perusahan (yang dituangkan ke dalam bentuk angka-angka moneter) tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan, tentu saja diperlukan komponen-komponen laporan keuangan yang lengkap. Dalam kaitannya dengan komponen laporan keuangan, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mensahkan PSAK 1 (Revisi 2009) tentang penyajian laporan keuangan pada tanggal 15 Desember 2009 yang merupakan revisi dari PSAK 1 tahun 1998. Pada kesempatan ini, akan dipaparkan tentang beberapa perubahan-perubahan yang terkait dengan PSAK 1 tantang penyajian laporan keuangan yang akan dimulai dari istilah-istilah apa saja yang berubah, disusul dengan komponen laporan keuangan yang lengkap, dan bagaimana bentuk penyajian laporan keuangan, dan alasan mengapa pos luar biasa (extraordinary items) tidak diperbolehkan lagi disajikan dalam laporan keuangan. 2. Istilah dan Perubahan Istilah Dalam PSAK 1 (Revisi 2009) terdapat beberapa istilah baru yang diungkap dan terdapat juga beberapa istilah yang telah berubah jika dibandingkan dengan PSAK 1 tahun 1998. Istilah-istilah baru yang diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 2009), yang sebelumnya tidak diungkap dalam PSAK 1 (Revisi 1998), adalah: 1. catatan atas laporan keuangan 2. laba atau rugi 3. laporan keuangan bertujuan umum 4. material 5. pemilik 6. pendapatan komprehensif lain 7. penyesuaian reklasifikais 8. standar akuntansi keuangan 9. tidak praktis 10. Total Laba rugi komprehansif Beberapa perubahan istilah diantaranya adalah 1. Penggantian istilah kewajiban pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi liabilitas pada PSAK 1 (Revisi 2009). 2. Penggantian istilah aktiva pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi aset pada PSAK 1 (Revisi 2009). 3. Penggantian istilah neraca pada PSAK 1 (Revisi 1998) menjadi laporan posisi keuangan pada PSAK 1 (Revisi 2009) Satu hal penting dalam kaitannya dengan istilah, PSAK 1 (Revisi 2009) tidak lagi memperkenankan penggunaan istilah Pos Luar Biasa , sedangkan PSAK 1 (1998) masih memperkenankan penggunaan istilah tersebut. Pertanyaannya adalah, mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi ada? Sayangnya, PSAK 1 (Revisi 2009) tidak menjelaskan alasan mengapa pos luar biasa dihilangkan. Alasan akan hal ini berdasar pandangan penulis akan dibahas pada bagian 5. 3. Komponen Laporan Keuangan Lengkap Berdasar pada PSAK 1 (Revisi 2009), komponen laporan keuangan lengkap mengalami perubahan dari yang tadinya hanya mencakup lima item, sekarang mencakup enam item. Berdasar PSAK 1 (Revisi 1998), komponen laporan keuangan lengkap meliputi: 1 neraca, 2 laporan laba rugi,

3 laporan perubahan ekuitas, 4 laporan arus kas, dan 5 catatan atas laporan keuangan. Sedangkan menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 dan mulai yang efektif berlaku untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2011, laporan keuangan yang lengkap harus meliputi komponen-komponen berikut ini : 1 laporan posisi keuangan pada akhir periode 2 laporan laba rugi komprehensif selama periode 3 laporan perubahan ekuitas selama periode 4 laporan arus kas selama periode 5 catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain; dan 6 laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Jika kita bandingkan antara PSAK 1 (Revisi 1998) dengan PSAK No. 1 (Revisi 2009), terkait komponen laporan keuangan, maka terdapat dua perbedaan utama yaitu: 1. perubahan pada laporan laba rugi, dimana sebelumnya hanya mensyaratkan laporan laba rugi, sekarang harus menyajikan laporan laba rugi komprehensif 2. PSAK 1 (Revisi 1998) tidak mensyaratkan adanya laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pospos dalam laporan keuangannya. Perlu ditekankan bahwa antara laporan laba rugi dengan laporan laba rugi komprehensif memiliki perbedaan. Laporan laba rugi adalah total pendapatan dikurangi beban, tidak termasuk komponenkomponen pendapatan komprehensif lain. Sedangkan laporan laba rugi komprehensif termasuk didalamnya laporan laba rugi dan pendapatan komprehensif. Pendapatan komprehensif mencakup (paragraf 7): 1. perubahan dalam surplus revaluasi (lihat PSAK 16 (Revisi 2007): Aset Tetap dan PSAK 19 (Revisi 2009): Aset Tidak Berwujud) 2. keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai dengan PSAK 24: Imbalan Kerja 3. keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas asing (lihat PSAK 10 (Revisi 2009): Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Valuta Asing) 4. keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan sebagai tersedia untuk dijual (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) : Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran) 5. bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka lindung nilai arus kas (lihat PSAK 55 (Revisi 2006) :Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran) 4. Penyajian Laporan Keuangan Penyajian laporan keuangan yang dituangkan dalam PSAK No.1 merupakan adopsi dari IAS 1 Presentation of Financial Statements(2009). Terdapat beberapa perbedaan berdasar PSAK 1 (Revisi 2009) dengan PSAK 1 (Revisi 1998). Beberapa perbedaan terkait penyajian laporan keuangan di antaranya: 1. Dalam paragraf 9 PSAK 1 (Revisi 2009), laporan keuangan menyajikan beberapa informasi mengenai entitas yang meliputi: aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian, kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, serta arus kas sedangkan menurut PSAK 1 (1998), informasi yang disajikan dalam laporan keuangan meliputi: aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban, serta arus kas. 2. PSAK 1 (Revisi 2009) tidak mengatur kapan entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan, sedangkan PSAK 1 (1998) mengatur bahwa entitas sebaiknya mengeluarkan laporan keuangan paling lama 4 bulan setelah tanggal neraca.

3. Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) tidak memperkenankan penyajian pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif (akan dibahas spada bagian berikutnya). 4. Dalam paragraf 78 PSAK 1 (Revisi 2009) mensyaratkan bahwa seluruh pos penghasilan dan beban yang diakui dalam satu periode dapat disajikan dengan dengan memilih salah satu format berikut: y Dalam bentuk satu laporan laba rugi komprehensif, atau y Dalam bentuk dua laporan, yaitu: i. Laporan yang menunjukkan komponen laba rugi (laporan laba rugi terpisah), dan ii. Laporan yang dimulai dengan laba rugi dan menunjukkan komponen pendapatan komprehensif lain (laporan laba rugi komprehensif) 5. Mengapa Pos Luar Biasa (Extraordinary Items) Dihilangkan? Tidak kita pungkiri bahwa sudah menjadi perdebatan sejak lama tentang apa yang harus dimasukkan dalam net income, apakah hanya kegiatan yang berasal dari aktivitas operasi ataukah juga memasukkan kegiatan yang berasal dari aktivitas tidak biasa (irregular items). Isu ini sangat penting mengingat tidak sedikit jumlah irregular item yang dilaporkan oleh entitas.[1] Berdasarkan pendekatan modified all inclusive concept, perusahaan dapat melaporkan irregular items sebagai bagian dari net income-nya. Salah satu irregular items adalah pos luar biasa (extraordinary items) Secara konsep, pos luar biasa merupakan transaksi dan kejadian yang tidak berulang yang berbeda secara signifikan dari kegiatan normal perusahaan. Untuk menentukan apakah suatu kejadian dikatakan luar biasa harus dikaitkan dengan kegiatan normal perusahaan atau dikaitkan dengan karakteristik perusahaan. Sebagai contoh, kerugian akibat terjadinya gempa bagi perusahaan yang terletak di negara Jepang (sering dilanda gempa) akan menjadi kejadian yang biasa saja, tetapi kerugian yang diderita oleh perusahaan di Indonesia (yang jarang terjadi gempa) dapat dikatakan sebagai kejadian yang luar biasa. Ini mengandung makna kriteria luar biasa akan berbeda antara satu perusahaan dengan perusahana lainnya sehingga perlu menetapkan suatu kriteria untuk dapat mengkategorikan suatu kejadian masuk dalam pos luar biasa . Suatu aktivitas dikategorikan sebagai pos luar biasa jika memenuhi 2 persyaratan berikut: 1. Bersifat tidak normal; kejadian atau transaksi yang bersangkutan memiliki tingkat abnormalitas yang tinggi dan tidak mempunyai hubungan dengan kegiatan normal perusahaan. 2. Tidak sering terjadi; kejadian atau transaksi yang bersangkutan tidak sering terjadi dalam kegiatan normal perusahaan. Sebagai pertimbangan lain, untuk menentukan apakah peristiwa atau transaksi dikatagorikan sebagai pos luar biasa maka entitas perlu mempertimbangkan lingkungan tempat entitas tersebut beroperasi. Sebagai contoh Weyerhaeuser Company (forest and lumber)memasukan pos luar biasa atas terjadinya aktivitas volkanik pada gunung St. Helens sejumlah $36 juta. Erupsi volkanik ini menghancurkan logistik, bangunan, equipment, sistem transportasi, dan kayu. Bagi Weyerhaeuser Company kerugian yang ditimbukan oleh aktivitas volkanik tersebut sangat jarang terjadi dan bersifat tidak normal sehingga dapat diklasifikasikan sebagai extraordinary items, tetapi mungkin saja bagi perusahaan lain yang terletak didaerah rawan terjadinya aktivitas volkanik, kerugian sebagai akibat adanya aktivitas volkanik tidak dapat dikatagorikan sebagai extraordinary items. Dalam kaitannya dengan pos luar biasa, Paragraf 84 PSAK 1 (Revisi 2009) Tidak diperkenankan lagi penyajian pos-pos penghasilan dan beban sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi komprehensif, laporan laba rugi terpisah (jika disajikan), atau catatan atas laporan keuangan. Aturan ini menunjukkan bahwa memang standar kita sudah tidak lagi memperkenankan disajikannya pos luar biasa dalam laporan keuangan. sebelumnya, penyajian pos luar biasa dalam laporan laba rugi perusahaan diatur berdasarkan PSAK No. 25 mengenai Laba atau Rugi Bersih untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar, dan Perubahan Kebijakan Akuntansi , paragraf 10 14. Pertanyaan yang timbul adalah mengapa pos luar biasa tidak diperkenankan lagi disajikan dalam laporan keuangan? Jika melihat ke belakang ketika terjadi tragedi serangan teroris di Amerika tanggal 11 september 2001 dan peristiwa terjadinya badai Katrina tahun 2005, seluruh media di Amerika mengkatagorikan dua peristiwa tersebut sebagai extraordinary. Namun FASB s Emerging Issues Task Forces (EITF) menyatakan bahwa melampirkan kerugian yang berasal dari kejadian tanggal 11 September akan menjadi tidak efektif dalam mengkomunikasikan akibat dari adanya serangan tanggal 11 September sehingga hal ini bertentangan

dengan tujuan luas dari disediakannya laporan keuangan yaitu mengkomunikasikan secara efektif dan jelas (informasi laporan keuangan). Alasan lain yang dikemukakan oleh EITF adalah sulitnya menangkap akibatakibat finansial dari serangan teroris pada satu item laporan keuangan. Sementara menurut IAS, dikeluarkannya extraordinary items dari laporan keuangan karena terdapat kesulitan dalam memisahkan efek-efek finansial dari satu kejadian dengan kejadian lain secara objektif. Secara umum, alasan eliminasi extraordinary items dari laporan keuangan dapat dirangkum sebagai berikut: 1) Terdapat kesuliatan untuk menentukan apakah suatu peristiwa/transaksi dapat dikatagorkan sebagai pos luar biasa. Hal ini disebabkan karena kriteria penentuan pos luar biasa masih membutuhkan judgement. 2) Terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial yang terjadi karena adanya serangan teroris dengan efek finansial yang terjadi karena adanya kegiatan ekonomi yang lemah sebelum terjadinya serangan teroris. Dengan kata lain, terdapat kesulitan untuk memisahkan efek finansial akibat adanya kejadian yang diduga sebagai extraordinary dengan kejadian lain sebelum adanyaextraordinary. 3) Memisahkan kos yang termasuk dalam extraordinary item dengan yang tidak termasuk dalam extraordinary items bukan saja merupakan hal yang tidak praktis[2] , tetapi juga merupakan hal yang tdak berguna bagi pengguna laporan keuangan yang berfokus pada informasi yang dapat membantu prediksi future earnings dan akibat cash flow dari adanya kejadian kejadian tersebut. Sehingga udaha untuk memisahkan kos dalam ordinary atau extraordinary akan menghalangi (bukan meningkatkan) komunikasi informasi keuangan 4) Salah satu katagori extraordinary items adalah tidak sering terjadi (infrequently in practice) sehingga karena tidak sering terjadi makan sebaiknya dieliminasi. Secara umum penulis sependapat dengan Massoud et al. (2007) bahwa memang sudah saatnya extraordinary items dihilangkankarena telah cukup lama manfaat dari disajikannya extraordinary item menjadi tidak jelas. Mengapa? Dengan mengklasifikasikan suatu kejadian dalam extraordinary items tidak akan mengubah efek bottom-line atas kejadian tersebut terhadap organisasi, karenaextraordinary items hanya sebagian kecil dari semua pos yang ada dalam kaporan keuangan yang bisa dijadikan pertimbangan organisasi. (Oleh: Yeni Januarsi) Referensi Massoud, Raiborn, and Humphrey. 2007. Extraordinary Items: Time To Eliminate The Classification. CPA Journal Burke, J.A. 2006. An Extraordinary Decision Leads to Extraordinary Changes. CPA Journal Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009. Salemba Empat. Jakarta Kieso, Weygandt, and Warfields. 2010. Intermediate Accounting. Wiley.

Contoh Laporan Keuangan perusahaan Posted on November 2, 2011 by wahyu410 LAPORAN KEUANGAN (FINANCIAL STATEMENT) Sebelum pembahasan mengenai laporan keuangan, ada hal penting yang harus dipahami terlebih dahulu, yaitu Jenis-jenis perusahaan. Karena perbedaan jenis perusahaan berpengaruh kepada format dan perkiraan-perkiraan yang digunakan dalam laporan. JENIS-JENIS PERUSAHAAN Jenis-jenis perusahaan berdasarkan pemilikan dan status hukum dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu : 1. Perusahaan Perseorangan adalah perusahaan yang dimiliki oleh perseorangan dan biasanya status hukum perusahaan berbentuk UD (usaha dagang), CV (commanditaire verschop), PD (perusahaan dagang) dan sebagainya. 2. Perseroan Terbatas (PT) adalah perusahaan yang modalnya terbagi atas saham-saham yang dimiliki oleh banyak orang, yang disebut pemegang saham. Status hukum PT harus mendapat pengesahan Menteri Kehakiman RI. selanjutnya perlu dipahami adalah jenis perusahaan dilihat dari bidang usaha, yang mana terbagi atas 3 macam, yaitu : 1. Perusahaan Jasa (Service Company), yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan jasa keahlian. Contoh seperti kantor akuntan publik, usaha salon, usaha bengkel, bank, asuransi, lembaga pendidikan, sekolah, universitas, klinik dokter, kantor notaris, perusahaan leasing, rumah sakit, usaha rental mobil, jasa pengurusan surat-surat, usaha jasa pengiriman,dan sebagainya. 2. Perusahaan Dagang (Trading Company), yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang membeli dan menjual barang dagangan. Contoh seperti showroom atau dealer motor, apotik, toko elektronika, toko grosir, supermarket, minimarket, toko sparepart, toko pakaian, distributor, dan sebagainya. 3. Perusahaan Industri (Manufacture), yaitu perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi dan kemudian menjual hasil produksi. Contoh seperti restaurant, usaha catering, kerajinan mebel, usaha furniture, pabrik semen, pabrik pasta gigi, pabrik permen/coklat, pabrik lampu pijar, dan usaha home industri lainnya. PENGERTIAN LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah sekumpulan informasi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu yang disajikan dalam bentuk laporan sistematis yang mudah dibaca dan dipahami oleh semua pihak yang membutuhkan. UNSUR LAPORAN KEUANGAN Unsur utama Laporan Keuangan terdiri dari : 1. Laporan Laba Rugi ( Income Statement ) 2. Laporan Perubahan Ekuitas (untuk perusahaan perseorangan) (Capital Statement) atau Laporan Saldo Laba (untuk perseroan terbatas) (Retained Earning Statement) 3. Neraca ( Balance Sheet ) 4. Laporan Arus Kas ( Cash Flow Statement ) 5. Catatan Atas Laporan Keuangan Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan gambaran singkat dan bentuk umum masing- masing unsur laporan keuangan diatas. LAPORAN LABA RUGI ( Income Statement ) Laporan laba rugi adalah suatu laporan sistematis yang menggambarkan hasil operasi perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu. Hasil operasi perusahaan diperoleh dengan cara membandingkan antara penghasilan yang diperoleh dengan beban- beban yang telah dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut. Mempertemukan penghasilan dengan beban yang dikeluarkan untuk memperoleh penghasilan tersebut dalam akuntansi disebut dengan prinsip Matching . BENTUK LAPORAN LABA RUGI Ada 2 (dua) macam bentuk Laporan Laba Rugi, yaitu Bentuk Single Step dan Multi Step. Dalam praktik pembukuan perusahaan di Indonesia, bentuk Multi Step yang lebih sering digunakan.

Contoh : Laporan Laba Rugi (Bentuk Multi Step) - Perusahaan Jasa NAMA PERUSAHAAN JASA LAPORAN LABA RUGI Untuk periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 Pendapatan Usaha Rp. 50.000.000,Beban Usaha : o Beban gaji karyawanBeban Rp. 8.000.000,o sewa kantor Rp. 4.000.000,o Beban listrik, telepon dan air Rp. 2.000.000,o Beban penyusutan Beban lain- Rp. 2.000.000,-Rp. lain Jumlah beban usaha 1.000.000,Rp. 19.000.000,Laba Usaha Rp.31.000.000,Pendapatan Luar Usaha : o Pendapatan bunga Rp. 1.000.000,o Pendapatan jasa giro Rp. 500.000,Jumlah pendapatan luar usaha Rp. 1.500.000,Beban Luar Usaha : o Beban bunga pinjaman Rp. 800.000,o Denda keterlambatan Rp. 200.000,o Jumlah biaya luar usaha Rp. 1.000.000,Pendapatan / Biaya luar usaha Rp. 500.000,Laba bersih sebelum pajak Rp.31.500.000,- Pajak penghasilan badan (PPh ps 29) lampiran Rp. 4.500.000,Laba bersih setelah pajak Rp.27.000.000,Contoh : Laporan Laba Rugi ( Bentuk Multi Step ) Perusahaan Dagang NAMA PERUSAHAAN DAGANG LAPORAN LABA RUGI Untuk periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 Penjualan kotor (bruto)Retur Rp. 2.000.000,Rp. 80.000.000,penjualan Penjualan bersih (neto) Rp. 3.000.000,-Rp. 77.000.000,Harga pokok penjualan :Persediaan Rp. 25.000.000,-Rp. 40.000.000,barang dagangan (awal) Pembelian barang daganganOngkos Rp. 1.500.000,angkut pembelian Potongan penjualan Rp. 1.000.000,Retur pembelian Rp. 2.000.000,Potongan pembelian Rp. 1.000.000,Pembelian bersih Rp. 38.500.000,Barang siap dijual Rp. 63.500.000,Persediaan barang dagangan (akhir) Rp. 33.500.000,Harga pokok penjualan Rp. 30.000.000,Laba kotor Rp. 47.000.000,(Rp. 3.000.000,-) Laba kotor (pindah dari halaman Rp. 3.000.000,-Rp. Rp. 47.000.000,2.500.000,sebelumnya)Beban Usaha :Beban penjualan Beban gaji karyawan penjualan o Beban promosiBeban penjualan lainRp. 500.000,lainBeban administrasi & umum:

o Beban gaji karyawan kantoroBeban sewa Rp. 2.000.000,-Rp. kantor 4.000.000,o Beban listrik, telepon dan airoBeban Rp. 2.000.000,-Rp. Rp. 19.000.000,penyusutanBeban lain-laino Jumlah beban usaha 2.000.000,-Rp. 1.000.000,Laba Usaha Rp. 28.000.000,Pendapatan Luar Usaha : o Pendapatan bungao Pendapatan jasa giro Rp. 1.000.000,-Rp. 500.000,Jumlah pendapatan luar usaha Rp. 1.500.000,Beban Luar Usaha : o Beban bunga pinjaman Rp. 800.000,o Denda keterlambatan Rp. 200.000,Jumlah biaya luar usaha Rp. 1.000.000,Pendapatan / Biaya luar usaha Rp. 500.000,Laba bersih sebelum pajak Rp.28.500.000,- Pajak penghasilan badan (PPh ps 29) lampiran Rp. 4.500.000,Laba bersih setelah pajak Rp.24.000.000,Laporan Perubahan Ekuitas ( Capital Statements ) Contoh : Laporan Perubahan Ekuitas untuk Perusahaan Perseorangan NAMA PERUSAHAAN LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS Untuk periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 Ekuitas (awal) Rp. 200.000.000,Laba bersih setelah pajak Rp. 24.000.000,Prive ( Drawing ) Rp. 10.000.000,Penambahan modal Rp. 14.000.000,- Ekuitas (akhir) Rp. 214.000.000,Laporan Saldo Laba ( Retained Earning Statements ) Contoh : Laporan Saldo Laba untuk Perseroan Terbatas (PT) NAMA PERSEROAN TERBATAS LAPORAN SALDO LABA Untuk periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 Saldo Laba (awal) Rp. 200.000.000,Laba bersih setelah pajak Rp. 24.000.000,Deviden Rp. 10.000.000,Penambahan Laba Ditahan Periode Berjalan Rp. 14.000.000,Saldo Laba (akhir) Rp. 214.000.000,NERACA ( Balance Sheet ) Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan, terdiri dari Aktiva (harta kekayaaan), Kewajiban dan Modal pada suatu tanggal tertentu. Neraca merupakan bentuk resmi dari persamaan akuntansi. Judul neraca ditulis secara urut baris, dimulai dari : Nama Perusahaan; Neraca; Tanggal Neraca ( Per tanggal 31 Januari ) Contoh : NERACA ( bentuk skontro ) Perusahaan Perseorangan Usaha Jasa NAMA PERUSAHAAN PERSEORANGAN N E R A C A Per tanggal 31 Desember 2004 Aktiva Lancar: Hutang Lancar:

Kas ditangan Bank Deposito Piutang usaha Piutang wesel Perlengkapan Biaya dibayar dimuka Pajak dibayar dimuka Jumlah aktiva lancar Investasi Jangka Panjang: Saham Obligasi Jumlah Investasi Jk Panjang Aktiva Tetap : Tanah

15.000.000 45.000.000 100.000.000 60.000.000 10.000.000 3.000.000 5.000.000 3.000.0000 241.000.000

Hutang usaha 81.000.000 Hutang biaya 8.000.000 Hutang pajak 2.000.000 Hutang bank 50.000.000 Uang muka penjualan 10.000.000 Jumlah hutang lancar 151.000.000 Hutang Jangka Panjang: Hutang bank 100.000.000 Hutang hipotik 100.000.000 Jumlah hutang jangka panjang Ekuitas: Modal Pemilik 550.000.000 200.000.000

30.000.000 50.000.000 80.000.000 200.000.000

Bangunan 300.000.000 Kendaraan 50.000.000 Jumlah modal 550.000.000 Peralatan Kantor 20.000.000 Furniture 10.000.000 Jumlah Aktiva Tetap 580.000.000 JUMLAH AKTIVA 901.000.000 JUMLAH KEWAJIBAN & MODAL 901.000.000 Contoh : NERACA ( bentuk skontro ) Perseroan Terbatas Usaha Dagang NAMA PERSEROAN TERBATAS N E R A C A Per tanggal 31 Desember 2004 Aktiva Lancar: Hutang Lancar: Kas ditangan 15.000.000 Hutang dagang 81.000.000 Bank 45.000.000 Hutang biaya 8.000.000 Deposito 50.000.000 Hutang pajak 2.000.000 Piutang dagang 60.000.000 Hutang bank 50.000.000 Piutang wesel 10.000.000 Uang muka penjualan 10.000.000 Persediaan barang dagangan 53.000.000 Jumlah hutang lancar 151.000.000 Biaya dibayar dimuka 5.000.000 Hutang Jangka Panjang: Pajak dibayar dimuka 3.000.000 Hutang bank 30.000.000 Jumlah aktiva lancar 241.000.000 Hutang hipotik 40.000.000

Aktiva Tetap : Tanah Bangunan Kendaraan Peralatan Kantor 200.000.000 300.000.000 50.000.000 20.000.000

Hutang obligasi 50.000.000 Jumlah hutang jangka panjang

120.000.000

Ekuitas: Modal saham 400.000.000 Furniture 10.000.000 Laba ditahan 150.000.000 Jumlah Aktiva Tetap 580.000.000 Jumlah modal 550.000.000 JUMLAH AKTIVA 821.000.000 JUMLAH KEWAJIBAN & MODAL 821.000.000 LAPORAN ARUS KAS ( STATEMENT OF CASH FLOW ) Menurut PSAK No 2, Laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi arus kas perusahaan sebagai dasar menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan dan menggunakan kas. Komponen laporan: - Kas, terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro bank - Setara Kas, adalah investasi yang sifatnya sangat likuid yang segera dapat dijadikan kas. - Arus Kas, adalah arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas - Aktivitas Operasi, adalah aktivitas penghasil utama pendapatan dan aktivitas lain yang bukan investasi dan pendanaan. Contoh: penjualan barang dan jasa, penerimaan royalty, fee, komisi atau lainnya; pembayaran kepada pemasok/supplier atau karyawan. - Aktivitas Investasi, adalah aktivitas perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain. Contoh: pembelian aktiva tetap; penjualan tanah, bangunan, peralatan, dan sebagainya; uang muka dan pinjaman kepada pihak lain. - Aktivitas Pendanaan, adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Contoh: penerimaan emisi saham, obligasi, pinjaman, wesel, hipotik atau lainnya; pembayaran kepada pemegang saham, pelunasan pinjaman, dan sebagainya. Metode yang digunakan untuk menyusun Laporan Arus Kas adalah Metode Langsung (Direct Methods). Contoh: NAMA PERSEROAN TERBATAS LAPORAN ARUS KAS Untuk periode berakhir pada tanggal 31 Desember 2004 Arus kas dari aktivitas operasi: Penerimaan uang dari pelanggan xx Pembayaran kas kepada pemasok dan karyawan xx Kas yang dihasilkan operasi xx Pembayaran bunga (xx) Pembayaran pajak penghasilan (xx) Arus kas sebelum pos luar biasa xx Penerimaan kas lain-lain (misal premi) xx Arus kas bersih dari aktivitas operasi xx Sumber artikel; www.pdffactory.com

You might also like