You are on page 1of 14

TUGAS 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan olah TKP?

Jawab: Dokter datang ke Tempat Kejadian Perkara melakukan pemeriksaan korban dan TKP atas permintaan polisi. 2. Apa tujuan olah TKP oleh seorang dokter? Jawab: Melalukan pemeriksaan jenasah, melakukan otopsi mediko legal apabila diperlukan, melakukan penyidikan dan penelitian semua kematian yang terjadi karena kekerasan, kemudian melalukan penyidikan untuk menentukan sifat kematian tersebut. Adanya pembuktian ilmiah diharapkan polisi, jaksa, dan hakim tidaklah mengandalkan pengakuan dari tersangka atau saksi hidup dalam penyidikan dan menyelesaikan suatu perkara. 3. Persiapan apa yang dilakukan dokter sebelum olah TKP? Jawab: Persiapan olah TKP : a. b. c. d. e. Sura permintaan penyidik Informasi penyidik terhadap kasus tersebut Peralatan Dokumentasi Pengetahuan dan pengalaman

4. Sebutkan dan jelaskan bahan-bahan apakah yang diperiksa/dikumpulkan oleh dokter pemeriksa? Jawab: 1. Bahan-bahan yang dikumpulkan oleh dokter pemeriksa TKP yaitu: a. Barang bukti inorganik  Sidik jari  Rambut  Serat  Kaca  Bahan peledak  Tanah  Senjata api  Filamen (kawat pijar) lampu kenderaan  Jejak kaki dan jejak ban b. Barang bukti organic  Bekas gigitan  Luka  Cairan tubuh  Darah 5. Sebutkan tekhnik identifikasi manusia secara umum! Jawab: y Dental y Dna

y Finger prints y Medical y PROPERTY 1. Pengenalan sidik jari 2. Pengenalan wajah 3. Pengenalan retina atau iris 4. Geometri lengan 5. Geometri jari 6. Pengenalan telapak tangan 7. Pengenalan suara 8. Pengenalan tanda tangan 9. Dna 10. Thermal imaging 11. Bentuk telinga 12. Bau badan 13. Gerakan tubuh, 6. Sebutkan jenis-jenis luka akibat trauma benda tumpul! Jawab: Jenis-jenis luka akibat trauma tumpul yaitu: luka memar (kontusio, hematom), luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka retak, robek atau koyak (vulnus laseratum). a. Luka Memar (kontusio) Memar adalah cedera yang disebabkan benturan dengan benda tumpul yang mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu karena keluarnya darah dari kapiler yang rusak ke jaringan sekitarnya, yang terjadi sewaktu orang masih hidup. Pada luka memar biasanya permukaan kulit utuh, yang mengalami kerusakan adalah jaringan di bawah kulit. Benturan dengan benda tumpul ini termasuk pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat senjata tumpul. Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet,kayu,besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar,jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi,penyakit kardiovaskuler, diatesis hemoragik). Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan ikat longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang lanjut usia dan pada bayi, maka luka memar yang tampak seringkali tidak sebanding dengan kekerasan, dalam arti memar lebih mudah terjadi dan seringkali lebih luas dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Seorang dengan kekurangan vitamin K atau seorang penderita hemofilia, persentuhan yang ringan dengan benda tumpul dapat menyebabkan luka memar yang luas. Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul adalah apa yang dikenal dengan marginal haemorrhages, misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan. Perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan

kelainan. Daerah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini. Selain itu,untuk membedakan luka memar dengan lebam mayat dapat dilihat dari lokasinya pada tubuh korban, dimana lebam mayat letaknya pada bagian tubuh yang terendah.

(Gbr 1 : Luka memar pada wajah) b. Luka Lecet (abrasi) Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar / kulit ari epidermis. Cedera seperti ini bisa terjadi akibat pukulan, terjatuh, kecelakaan lalu lintas, terseret, cakaran dengan kuku, gigitan, dll. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet diklasifikasikan sebagai: a. Luka lecet gores (scratch), diakibatkan oleh benda runcing (misalnya jarum, kuku jari tangan) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi. Luka lecet gesek / serut (graze), merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit yang lebih lebar. Cedera seperti ini biasanya akibat kecelakaan lalu lintas. Pangkal luka tampak bersih tetapi pada ujung luka terlihat tumpukkan kulit, yang menunjukkan arah kekerasan yang terjadi. Luka lecet tekanan (impression, impact abrasion), disebabkan oleh penjejakkan benda tumpul pada kulit , misalnya dengan ban kendaraan bermotor, sehingga pada kulit akan terlihat bekas sesuai dengan gambaran alur ban kendaraan tersebut.

b.

c.

(Gbr 2 :Pola ban yang tercetak pada permukaan kulit) d. Luka lecet geser (friction abrasion), disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat. c. Luka Retak, Robek atau Koyak (Laserasi) Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi robekan pada kulit. Pada luka robek, yang mengalami kerusakan adalah seluruh tebal kulit dan jaringan di bawah kulit. Luka robek mudah terjadi pada kulit yang menutupi tulang. Luka robek ante-mortem banyak mengeluarkan darah. Luka robek harus dibedakan dari luka iris. Luka robek umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, ujung luka tidak runcing, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut dan sering didapatkan luka lecet atau memar di sisi luka.

(Gbr 3 : Luka robek pada wajah) 7. Apakah yang dimasud dengan Proksimate cause of Death? Jawab: Proximate cause of death adalah Penyebab yang aktif, efisien yang berlangsung dalam suatu rangkaian yang menimbulkan suatu akibat, tanpa adanya intervensi dari setiap kekuatan, yang dimulai dan beroperasi secara aktif dari sumber/sebab baru yang berdiri sendiri sehingga menyebabkan kematian pada seseorang. 8. Apakah 4 hal utama yang harus dituliskan oleh dookter dalam kesimpulan Visum et Repertum? Jawab: y Sebab kematian y Mekanisme kematian y Waktu kematian y Cara kematian (tersirat) 9. Pembuluh-pembuluh darah apakah yang rupture pada perdarahan akibat trauma kepala?

Jawab: 1. Epidural/ekstradural bleeding Merupakan perdarahan yang lokalisasinya antara tulang tengkorak dengan duramater, biasanya disebabkan oleh adanya fraktur yang melewati sulcus a.meningea media, sehingga menyebabkan robeknya a.meningea media. Terjadinya perdarahan tergantung dari kuatnya tulang tengkorak dan eratnyaduramater melekat pada calvaria dan sering terjadi pada usia dewasa (20-40 tahun). Perdarahan epidural/ekstradural ini dapat terjadi dengan atau tanpa disertai patah tulang tengkorak. Pada saat terjadi perdarahan,darah merembes antara tengkorak dengan selaput otak tebal (duramater) dan bila darah yang terkumpul sudah cukup banyak, barulah menyebabkan gejala klinik akibat penekanan pada otak. Jadi, antara terjadinya kekerasan dan timbulnya gejala klinik ada suatu masa tanpa gejala yang disebut interval bebas atau periode laten. Lamanya interval bebas ini biasanya dari beberapa jam sampai 24 jam, jarang lebih dari 2 hari. Perdarahan sebanyak 60-80 gram cukup menyebabkan kematian. 2. Subdural bleeding Merupakan perdarahan yang lokalisasinya antara duramater dengan arachnoid dan biasanya disertai pula dengan perdarahan subarachnoid. Perdarahan ini dapat terjadi oleh karena robeknya sinus, arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subarachnoid. Perdarahan subdural dapat pula disebabkan oleh penyakit pachymeningitis haemorrhagica interna, perdarahan ini merupakan perdarahan kronik sehingga terdapat darah beku yang berlapis-lapis, darah beku pertama adalah yang melekat pada bagian selaput otak tebal. 3. Subarachnoid bleeding Merupakan perdarahan yang terjadi antara arachnoid dengan piamater. Sifatnya tidak terlokalisasi tetapi meluas dan bercampur dengan cairan cerebrospinal. Perdarahan dapat terjadi akibat trauma maupun timbul secara spontan, misalnya karena pecahnya aneurisma circulus arteriosus Willisi atau cabangnya atau pecahnya arteri yang ateromatous, sengatan matahari (heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu. 10. a). Sebutkan defenisi luka memar! b). Sebutkan defenisi luka lecet! c). Sebutkan defenisi luka laserasi! d). Sebutkan defenisi fraktur! Jawab: a. Luka memar adalah cedera yang disebabkan benturan dengan benda tumpul yang mengakibatkan pembengkakan pada bagian tubuh tertentu karena keluarnya darah dari kapiler yang rusak ke jaringan sekitarnya, yang terjadi sewaktu orang masih hidup. Pada luka memar biasanya permukaan kulit utuh, yang mengalami kerusakan adalah jaringan di bawah kulit. Benturan dengan benda tumpul ini termasuk pukulan dengan tangan, jatuh pada permukaan yang datar, cedera akibat senjata tumpul. Letak, bentuk dan luas luka memar dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti besarnya kekerasan, jenis benda penyebab (karet,kayu,besi), kondisi dan jenis jaringan (jaringan ikat longgar,jaringan lemak), usia, jenis kelamin, corak dan warna kulit, kerapuhan pembuluh darah, penyakit (hipertensi,penyakit kardiovaskuler, diatesis hemoragik). Bila kekerasan benda tumpul yang mengakibatkan luka memar terjadi pada daerah dimana jaringan ikat longgar, seperti di daerah mata, leher, atau pada orang lanjut usia dan pada bayi, maka luka memar yang tampak seringkali tidak

sebanding dengan kekerasan, dalam arti memar lebih mudah terjadi dan seringkali lebih luas dan adanya jaringan longgar tersebut memungkinkan berpindahnya memar ke daerah yang lebih rendah karena pengaruh gravitasi. Seorang dengan kekurangan vitamin K atau seorang penderita hemofilia, persentuhan yang ringan dengan benda tumpul dapat menyebabkan luka memar yang luas. Salah satu bentuk luka memar yang dapat memberikan informasi mengenai bentuk dari benda tumpul adalah apa yang dikenal dengan marginal haemorrhages, misalnya bila tubuh korban terlindas ban kendaraan, dimana pada tempat dimana terdapat tekanan justru tidak menunjukkan kelainan. Perdarahan akan menepi sehingga terbentuk perdarahan tepi yang bentuknya sesuai dengan bentuk celah antara kedua kembang ban yang berdekatan. Hal yang sama misalnya bila seseorang dipukul dengan rotan atau benda yang sejenis, maka akan tampak memar yang memanjang dan sejajar yang membatasi daerah yang tidak menunjukkan kelainan. Daerah antara kedua memar yang sejajar dapat menggambarkan ukuran lebar dari alat pemukul yang mengenai tubuh korban. Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayatan kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pascamati) darah akan mengalir keluar dari pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna merah kehitaman. Pada pembusukan juga terjadi ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini. Selain itu,untuk membedakan luka memar dengan lebam mayat dapat dilihat dari lokasinya pada tubuh korban, dimana lebam mayat letaknya pada bagian tubuh yang terendah. b. Luka lecet adalah luka yang superfisial, kerusakan tubuh terbatas hanya pada lapisan kulit yang paling luar / kulit ari epidermis. Cedera seperti ini bisa terjadi akibat pukulan, terjatuh, kecelakaan lalu lintas, terseret, cakaran dengan kuku, gigitan, dll. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet diklasifikasikan sebagai: a. Luka lecet gores (scratch), diakibatkan oleh benda runcing (misalnya jarum, kuku jari tangan) yang menggeser lapisan permukaan kulit (epidermis) di depannya dan menyebabkan lapisan tersebut terangkat sehingga dapat menunjukkan arah kekerasan yang terjadi. b. Luka lecet gesek / serut (graze), merupakan variasi dari luka lecet gores yang daerah persentuhannya dengan permukaan kulit yang lebih lebar. Cedera seperti ini biasanya akibat kecelakaan lalu lintas. Pangkal luka tampak bersih tetapi pada ujung luka terlihat tumpukkan kulit, yang menunjukkan arah kekerasan yang terjadi. c. Luka lecet tekanan (impression, impact abrasion), disebabkan oleh penjejakkan benda tumpul pada kulit , misalnya dengan ban kendaraan bermotor, sehingga pada kulit akan terlihat bekas sesuai dengan gambaran alur ban kendaraan tersebut. d. Luka lecet geser (friction abrasion), disebabkan oleh tekanan linear pada kulit disertai gerakan bergeser, misalnya pada kasus gantung atau jerat. c. Laseration (Luka Retak, Robek atau Koyak) Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul yang menyebabkan kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan

terjadi robekan pada kulit. Pada luka robek, yang mengalami kerusakan adalah seluruh tebal kulit dan jaringan di bawah kulit. Luka robek mudah terjadi pada kulit yang menutupi tulang. Luka robek ante-mortem banyak mengeluarkan darah. Luka robek harus dibedakan dari luka iris. Luka robek umumnya tidak beraturan, tepi atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan yang menghubungkan kedua tepi luka, bentuk dasar luka tidak beraturan, ujung luka tidak runcing, akar rambut tampak hancur atau tercabut bila kekerasannya di daerah yang berambut dan sering didapatkan luka lecet atau memar di sisi luka. 11. Sebutkan dan jelaskan pembagian lokasi perdarahan pada trauma kepala! Jawab: Kelainan Selaput Otak 1. Epidural/ekstradural bleeding Merupakan perdarahan yang lokalisasinya antara tulang tengkorak dengan duramater, biasanya disebabkan oleh adanya fraktur yang melewati sulcus a.meningea media, sehingga menyebabkan robeknya a.meningea media. Terjadinya perdarahan tergantung dari kuatnya tulang tengkorak dan eratnyaduramater melekat pada calvaria dan sering terjadi pada usia dewasa (20-40 tahun). Perdarahan epidural/ekstradural ini dapat terjadi dengan atau tanpa disertai patah tulang tengkorak. Pada saat terjadi perdarahan,darah merembes antara tengkorak dengan selaput otak tebal (duramater) dan bila darah yang terkumpul sudah cukup banyak, barulah menyebabkan gejala klinik akibat penekanan pada otak. Jadi, antara terjadinya kekerasan dan timbulnya gejala klinik ada suatu masa tanpa gejala yang disebut interval bebas atau periode laten. Lamanya interval bebas ini biasanya dari beberapa jam sampai 24 jam, jarang lebih dari 2 hari. Perdarahan sebanyak 60-80 gram cukup menyebabkan kematian. 2. Subdural bleeding Merupakan perdarahan yang lokalisasinya antara duramater dengan arachnoid dan biasanya disertai pula dengan perdarahan subarachnoid. Perdarahan ini dapat terjadi oleh karena robeknya sinus, arteri basilaris atau berasal dari perdarahan subarachnoid. Perdarahan subdural dapat pula disebabkan oleh penyakit pachymeningitis haemorrhagica interna, perdarahan ini merupakan perdarahan kronik sehingga terdapat darah beku yang berlapis-lapis, darah beku pertama adalah yang melekat pada bagian selaput otak tebal. 3. Subarachnoid bleeding Merupakan perdarahan yang terjadi antara arachnoid dengan piamater. Sifatnya tidak terlokalisasi tetapi meluas dan bercampur dengan cairan cerebrospinal. Perdarahan dapat terjadi akibat trauma maupun timbul secara spontan, misalnya karena pecahnya aneurisma circulus arteriosus Willisi atau cabangnya atau pecahnya arteri yang ateromatous, sengatan matahari (heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO dan penyakit infeksi tertentu. 12. Tuliskan dan jelaskan jenis-jenis fraktur pada trauma kepala! Jawab: Cedera pada tulang tengkorak 1. Fraktur basis cranii Fraktur basis cranii dapat melibatkan nasofaring,rongga hidung,telinga tengah atau mastoid. Bila atap bola mata ikut patah, perdarahan masuk jaringan sekitar bola mata dan

juga ke kelopak mata, sehingga kedua kelopak mata menjadi biru, berbentuk kaca mata (bril hematoom). Penyebab yang paling sering adalah karena pukulan atau terjatuh. 2. Fraktur vault cranii Atap tengkorak terdiri dari tulang keras, tebal dan kuat. Hanya sutura, squamous temporalis dan lambdoid yang merupakan daerah lemah. Bentuk-bentuk fraktur vault cranii : 1). Linier/fissure : bentuk fraktur yang hanya berupa garis atau celah. 2). Komposit/comminutive : bila ditemukan lebih dari sati garis fraktur yang menyebar dari tempat kekerasan. Pada fraktur ini dapat dilakukan rekonstruksi pukulan mana yang pertama dan pukulan mana yang kedua. Prinsipnya adalah garis patah tulang pukulan kedua berhenti di garis patah tulang pertama. 3). Depressed : bila bentuk fraktur sesuai dengan alat yang digunakan. Fraktur jenis ini terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada tulang dengan luas persinggungan yang kecil. Misalnya bila tengkorak mengalami pukulan dengan palu, maka dapat terjadi patah tulang sesuai dengan lingkaran palu. 4). Bila atap tengkorak anak bayi terbentur maka biasanya tidak terjadi patah tulang, tetapi tulang kepala terdesak masuk, terjadi suatu lekukan seperti bola pingpong pada daerah yang mengalami tekanan. 5). Jatuh dari atas pada kepala atau pada tumit dapat menyebabkan patah tulang sekitar foramen magnum yang berbentuk cincin. Patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tumpul mudah dibedakan dengan patah atau retaknya tulang akibat kekerasan benda tajam atau senjata api. Pada kasus dimana kepala seseorang dipukul dengan benda tumpul, sering dijumpai patah tulang dimana bagianbagian yang patah tersebut tertekan ke dalam (fraktur kompresi). Pada kasus lalu lintas dimana tubuh korban terlempar dan jatuh dengan kepala menyentuh jalan, maka sering akan dijumpai patah tulang dengan garis patah yang linier. Dengan demikian dapat dibedakan berdasarkan kelainan yang terjadi pada tengkorak, yaitu apakah benda tumpul yang menghampiri kepala atau kepala yang menghampiri benda tumpul. 13. Jelaskan perbedaan Coup injury dan Contrecoup injury! Jawab : Coup injury dan Contrecoup injury merupakan trauma yang terjadi akibat kekerasan benda tumpul pada kepala. Kerusakan terjadi sesuai dengan tempat persentuhan disebut KUP. Kerusakan yang tetap berlawanan dengan tempat persentuhan KONTRAKUP (COUNTRACOUP) Coup dan Contre coup Lesi otak tidak selalu terjadi hanya pada daerah benturan (coup) tetapi dapat pula terjadi diseberang titik benturan (contre coup). Contre coup hanya dapat terjadi bila kepala bergerak atau kepala dapat bebas bergerak waktu terjadi persentuhan. Antara otak dan tengkorak terdapat cairan cerbrospinal. Berat jenis otak lebih besar daripada berat jenis cairan cerebrospinal. Mekanisme terjadinya contre coup dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila kepala mengalami gerak percepatan, karena adanya

dorongan cairan cerebrospinal otak akan bergerak dan menempel pada sisi tengkorak yang berlawanan dengan arah gerakan kepala dan waktu kepala menyentuh rintangan terjadi oskilasi pada otak. Kerusakan terberat karena oskilasi itu terjadi di tempat otak menempel pada tengkorak. 14. Jelaskan perbedaan luka terbuka akibat benda tajam dan akibat benda tumpul! Jawab : TAJAM Bentuk luka Tepi luka Jembatan jaringan Folikel rambut tptg Dasar luka Sekitar luka Biasanya teratur Rata Tidak ada Ya/tidak Garis/titik Bersih TUMPUL Tidak teratur Tidak rata Ada/tidak ada Tidak Tidak teratur Kadang ada lecet

15. Bagaiman menentukan umur luka dari warna luka memar? Jawab: y Dark blue/purple : 1 18 jam y Blue/brown : ~1 2 hari y Green : ~2 3 hari y Yellow : ~3 7 hari 16. Apa defenisi dari malpraktek? Jawab: Secara harfiah mal mempunyai arti salah sedangkan praktik mempunyai arti pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktik berarti pelaksanaan atau tindakan yang salah. Definisi malpraktik profesi kesehatan adalah kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka menurut ukuran dilingkungan yang sama (Valentin v. La Society de Bienfaisance Mutuelle de Los Angelos, California, 1956). Pengertian malpraktik medik menurut WMA (World Medical Associations) adalah Involves the physicians failure to conform to the standard of care for treatment of the patients condition, or a lack of skill, or negligence in providing care to the patient, which is the direct cause of an injury to the patient (adanya kegagalan dokter untuk menerapkan standar pelayanan terapi terhadap pasien, atau kurangnya keahlian, atau mengabaikan perawatan pasien, yang menjadi penyebab langsung terhadap terjadinya cedera pada pasien).

Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut yuridical malpractice. Hal ini perlu difahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat domain apa yang dilanggar. Karena antara etika dan hukum ada perbedaan-perbedaan yang mendasar menyangkut substansi, otoritas, tujuan dan sangsi, maka ukuran normatif yang dipakai untuk menentukan adanya ethical malpractice atau yuridical malpractice dengan sendirinya juga berbeda. Yang jelas tidak setiap ethical malpractice merupakan yuridical malpractice akan tetapi semua bentuk yuridical malpractice pasti merupakan ethical malpractice (Lord Chief Justice, 1893). 17. Apa yang dimaksud dengan perjanjian dokter-pasien? Jawab: Hubungan antara dokter dan pasien dalarr ilmu kedokteran umumnya berlangsung sebagai hubungan biomedis aktif-pasif. Dalam hubungan tersebut rupanya hanya terlihat superioritas dokter terhadap pasien dalam bidang ilmu biomedis; hanya ada kegiatan pihak dokter sedangkan pasien tetap pasif. Hubungan ini berat sebelah dan tidak sempurna, karena merupakan suatu pelaksanaan wewenang oleh yang satu terhadap lainnya. Oleh karena hubungan dokter-pasien merupakan hubungan antar manusia, lebih dikehendaki hubungan yang mendekati persamaan hak antar manusia. Jadi hubungan dokter yang semula bersifat patemalistik akan bergeser menjadi hubungan yang dilaksanakan dengan saling mengisi dan saling ketergantungan antara kedua belah pihak yang di tandai dengan suatu kegiatan aktif yang saling mempengaruhi. Dokter dan pasien akan berhubungan lebih sempurna sebagai partner. Sebenamya pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu: 1. Activity passivity. Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi kedokteran mulai mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan ilmunya tanpa campur tangan pasien. Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat. 2. Guidance Cooperation. Hubungan membimbing-kerjasama, seperti hainya orangtua dengan remaja. Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walau pun dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak sematarna ta menjalankan kekuasaan, namun meng harapkan kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter. 3. Mutual participation. Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien

secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu. Hubungan dokter dan pasien, secara hukum umumnya terjadi melalui suatu perjanjian atau kontrak. Di mulai dengan tanya jawab (anarnnesis) antara dokter dan pasien, kemudian diikuti dengan pemeriksaan fisik, akhirnya dokter rnenegakkan suatu diagnosis. Diagnosis ini dapat merupak suatu working diagnosis atau diagnosis semenrars, bisa juga merupakan diagnosis yang definitif. Setelah itu dokter biasanya merencanakan suatu terapi dengan memberikan resep obat atau suntikan atau operasi atau tindakan lain dan disertai nasihatnasihat yang perlu diikuti agar kesembuhan lebih segera dicapai oleh pasien. Dalam proses pelaksanaan hubungan dokter pasien tersebut, sejak tanya jawab sampai dengan Perencanaan terapi, dokter melakukan pencatatan dalam suatu Medical Records (Rekam Medis). Pembuatan rekam medis ini merupakan kewajiban dokter sesuai dengan dipenuhinya standar profesi medis. Dalam upaya menegakkan diagnosis atau melaksanakan terapi, dokter biasanya melakukan suatu tindakan medik. Tindakan medik tersebut ada kalanya atau sering dirasa menyakitkan atau menimbulkan rasa tidak menyenangkan. Secara material, suatu tindakan medis itu sifatnya tidak bertentangan dengan hukum apabila memenuhi syaratSyarat sebagai berikut: 1. 2. 3. rnempunyai indikasi medis, untuk mencapai suatu tujuan yang konkrit. dilakukan menurut aturan-aturan yang berlaku di dalam ilmu kedokteran. kedua syarat ini dapat juga disebut seba bertindak secara lege artis. harus sudah mendapat persetujuan dahulu dari pasien.

Secara yuridis sering dipermasalahkan apakah tindakan medis itu dapat dimasukkan dalam pengertian penganiayaan. Akan tetapi dengan dipenuhinya ketiga syarat tersebut di atas hal ini menjadi jelas. Sebenarnya kualifikasi yuridis mengenai tindakan medis tidak hanya mempunyai arti bagi hukum pidana saja, melainkan juga bagi hukum perdata dan hukum administratif. Dalam hukum administratif, masalahnya berkenaan antara lain dengan kewenangan yuridis untuk melaku tindakan medis. Dokter yang berpraktek harus mempunyai izin praktek yang sah. Ditinjau segi hukum perdata, tindakan medis merupakan pelaksanaan suatu perikatan (perjanjian) antara dokter dan pasien. Apabila tidak terpenuhinya syarat suatu perikatan, misalnya pada pasien tidak sadar maka keadaan ini bisa dikaitkan dengan K U H Perdata pasal 1354 yaitu yang mengatur zaakwaarnemingatau perwakilan sukarela, yaitu suatu sikap tindak yang pada dasar nya merupakan pengambil-alihan peranan orang lain yang sebenarnya bukan merupakan kewajiban si pengambil-alih itu, namun tetap melahirkan tanggung jawab yang harus di pikul oleh si pengambil-alih tersebut atas segala sikap tindak yang dilakukannya. Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanjian, yaitu 1. resultaatsverbintenis, yang berdasarkan hasil kerja, artinya suatu perjanjian yang akan memberikan resultaat atau hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan 2. inspanningsverbintenis, yang berdasarkan usaha yang maksimal (perjanjian upaya, artinya kedua belah pihak berjanji atau sepakat untuk berdaya upaya secara maksimal untuk mewujudkan apa yang diperjanjikan Pada umumnya, secara hukum hubungan dokter-pasien merupakan suatu hubungan ikhtiar atau usaha maksimal. Dokter tidak menjanjikan kepastian kesembuhan, akan tetapi berikhtiar sekuatnya agar pasien sembuh. Meskipun demikian, mungkin ada hubungan hasil kerja pada keadaan-keadaan tertentu seperti pembuatan gigi palsu atau anggota badan palsu, oleh dokter gigi atau ahli orthopedic.

Perbedaan antara kedua jenis perjanjian tersebut secara yuridis terletak pada beban pembuktiannya. Pada inspanningsverbintenis, penggugat yang harus mengajukan bukti-bukti bahwa terdapat kelalaian pada pihak dokter atau rumah sakit sebagai tergugat. Sebaliknya pada resultaatverbintenis, beban pembuktian terletak pada dokter. 18. Jelaskan apa yang dimaksid dengan Wanprestasi dalam sengketa medik? Jawab: Wanprestasi (Ingkar Janji) Sebetulnya wanprestasi atau ingkar janji dalam hubungan kontraktual antara dokter dan pasien dapat dilakukan oleh masing-masing pihak. Pasien dapat menggugat dokter jika ternyata dokter tidak dapat melaksanakan kewajibannya dan sebaliknya dokter dapat menggugat pasien jika ternyata pasien tidak melaksanakan kewajibannya. Gugatan harus berdasarkan atas kerugian yang terjadi, baik materiil maupun immateriil sebagai akibat tidak dilaksanakannya sesuatu kewajiban oleh pihak lain. Khusus gugatan kepada dokter yang melakukan wanprestasi atau lebih dikenal dengan malpraktik, maka gugatan itu dibenarkan jika memenuhi syarat 4 D: Penyatuan istilah Malpraktik dengan Kelalaian Medik Kelalaian Medik terdapat 4 kriteria 4D yang secara kumulatif semuanya harus terbukti untuk menjatuhkan sanksi dokter harus membayar ganti rugi kepada pasien/keluarganya dalam forum pengadilan. Ke 4 D tersebut adalah sebagai berikut : 1. Duty of care by the doctor to the injured patient (kewajiban) = D1, dokter yang digugat memang mempunyai kewajiban (duty) sebagai akibat adanya hubungan kontraktual. 2. Dereliction of duty (pelanggaran kewajiban) = D2, adanya wanprestasi atau melalaikan kewajiban (dereliction of duty). 3. Damage (kompensasi kerugian) yang foreseeable (laik bayang sebelumnya) = D3, terjadi kerugian (damage atau compensable injury). 4. Direct cause (sebab langsung) yakni pelanggaran kewajiban mengakibatkan kerugian (D2 - D3) = D4, adanya hubungan langsung antara kerugian itu dengan kelalaian melaksanakan kewajiban (direct causation). 19. Jelaskan defenisi Criminal, Civil, dan Administrasi! 1. Criminal malpractice Perbuatan seseorang dapat dimasukkan dalam kategori criminal malpractice manakala perbuatan tersebut memenuhi rumusan delik pidana yakni : a. Perbuatan tersebut (positive act maupun negative act) merupakan perbuatan tercela. b. Dilakukan dengan sikap batin yang salah (mens rea) yang berupa kesengajaan (intensional), kecerobohan (reklessness) atau kealpaan (negligence). a. Criminal malpractice yang bersifat sengaja (intensional) misalnya melakukan euthanasia (pasal 344 KUHP), membuka rahasia jabatan (pasal 332 KUHP), membuat surat keterangan palsu (pasal 263 KUHP), melakukan aborsi tanpa indikasi medis pasal 299 KUHP). b. Criminal malpractice yang bersifat ceroboh (recklessness) misalnya melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien informed consent.

c. Criminal malpractice yang bersifat negligence (lalai) misalnya kurang hatihati mengakibatkan luka, cacat atau meninggalnya pasien, ketinggalan klem dalam perut pasien saat melakukan operasi. Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada rumah sakit/sarana kesehatan. 2. Civil malpractice Seorang tenaga kesehatan akan disebut melakukan civil malpractice apabila tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar janji). Tindakan tenaga kesehatan yang dapat dikategorikan civil malpractice antara lain: a. Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan. b. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi terlambat melakukannya. c. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib dilakukan tetapi tidak sempurna. d. Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak seharusnya dilakukan. Pertanggung jawaban civil malpractice dapat bersifat individual atau korporasi dan dapat pula dialihkan pihak lain berdasarkan principle of vicarius liability.Dengan prinsip ini maka rumah sakit/sarana kesehatan dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dilakukan karyawannya (tenaga kesehatan) selama tenaga kesehatan tersebut dalam rangka melaksanakan tugas kewajibannya. 3. Administrative malpractice Dokter dikatakan telah melakukan administrative malpractice manakala tenaga perawatan tersebut telah melanggar hukum administrasi. Perlu diketahui bahwa dalam melakukan police power, pemerintah mempunyai kewenangan menerbitkan berbagai ketentuan di bidang kesehatan, misalnya tentang persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan profesinya (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek), batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan. Apabila aturan tersebut dilanggar maka tenaga kesehatan yang bersangkutan dapat dipersalahkan melanggar Hukum administrasi. 20. Jelaskan bagaimana pembuktian kasus malpraktek! Dalam kasus atau gugatan adanya civil malpractice pembuktianya dapat dilakukan dengan dua cara yakni : A. Cara langsung Oleh Taylor membuktikan adanya kelalaian memakai tolok ukur adanya 4 D yakni: a. Duty (kewajiban) Dalam hubungan perjanjian tenaga dokter dengan pasien, dokter haruslah bertindak berdasarkan: 1) Adanya indikasi medis 2) Bertindak secara hati-hati dan teliti 3) Bekerja sesuai standar profesi 4) Sudah ada informed consent. b. Dereliction of Duty (penyimpangan dari kewajiban)

Jika seorang dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut standard profesinya, maka dokter dapat dipersalahkan. c. Direct Cause (penyebab langsung) d. Damage (kerugian) Dokter untuk dapat dipersalahkan haruslah ada hubungan kausal (langsung) antara penyebab (causal) dan kerugian (damage) yang diderita oleh karenanya dan tidak ada peristiwa atau tindakan sela diantaranya., dan hal ini haruslah dibuktikan dengan jelas. Hasil (outcome) negatif tidak dapat sebagai dasar menyalahkan dokter. Sebagai adagium dalam ilmu pengetahuan hukum, maka pembuktiannya adanya kesalahan dibebankan/harus diberikan oleh si penggugat (pasien). B. Cara tidak langsung Cara tidak langsung merupakan cara pembuktian yang mudah bagi pasien, yakni dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita olehnya sebagai hasil layanan perawatan (doktrin res ipsa loquitur). Doktrin res ipsa loquitur dapat diterapkan apabila fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria: a. Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalai b. Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokter c. Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan perkataan lain tidak ada contributory negligence.

You might also like