You are on page 1of 4

MAKALAH LESTARIKAN KEKAYAAN ALAM LAUT PAPUA

Dibuat untuk tugas akhir semester Mata Kuliah Ekowisata Perairan

Disusun oleh: Fajar Sakti Nur Hardiansyah / B04080136

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Ringkasan: LESTARIKAN KEKAYAAN ALAM LAUT PAPUA


(Sumber: PAPUA Jejak Langkah Penuh Kesan oleh Frino Bariarcianur, Ahmad yunus)

Wilayah perairan laut papua memang kerajaan bagi keanekaragam hayati dunia.tujuh puluh lima persenjenis terumbu karang dunia hidup dan berkembang dengan alami di kawasan Raja Ampat. Seribu jenis ikan karang, moluska, ikan dugong, paus, lumba-lumba, dan berbagai jenis penyu adalah penghuni di kawasan seluas 60.000 hektar ini. Mutiara keindahan papua tak hanya berada di kehidupan bawah lautnya. Berbagai jenis burung endemic,serangga,dan anggrek juga menjadi keunikan kawasan ini. Raja Ampat adalah salah satu dari empat kawasan konservasi perairan di papua. Tiga kawasan konservasi lainnya adalah perairan di Sorong, Kaimana, dan Biak Numfor. Raja Ampat memiliki empat pulau besar. Di antaranya Waigeo, Salawati, dan Batanta. Selain itu, ada 640 pulau kecil lainnya yang tersebar. Pohon-pohon tumbuh besar seperti hamparan zamrud di lautan. Dengan pasir putih yang halus dan membentuk cincin pada setiap pulau. Perairan yang tenang dan siluet saat matahari terbenam membuat Raja Ampat menjadi salah satu tempat eksotik di Indonesia timur. Tak salah jika pesona Raja Ampat pun menjadi terkenal hingga mancanegara. Terumbu karang yang alami serta jenis ikan dan moluska yang hidup disini memiliki tingkat keragaman hayati paling tinggi. Lembaga internasional seperti Conservation International (CI), The Nature Conservancy serta Lembaga Ilmu pengetahuan Indonesia (LIPI) telah melakukan sejumlah penelitian. Hasilnya menunjukkan bahwa hamper 75 persen jenis terumbu karang dunia terdapat di Raja Ampat. Ada 1000 lebih jenis ikan terumbu karang, penyu, dugong, paus, dan moluska yang hidup berkembang secara lestari. Beberapa hewan langka dan masuk dalam perlindungan dapat ditemukan disini, diantaranya lumba-lumba bungkuk Indo Pacifik (Indo Pacific Humpback Dolphin) serta Paus Baleen Papua. Berbagai jenis terumbu karang yang berwarna-warni seperti selimut menutupi tebing karang di selat antara Pulau Waigeo dan Pulau Bantana hingga kepulauan Wayag. Di Kampung Saondarek, ketika air laut surut hamparan terumbu karang bahkan bias dilihat dengan mata telanjang. Sinar matahari menghangatkan hutang terumbu karang tersebut tanpa maerusaknya. Alam Raja Ampat yang terjaga dan lestari telah menjadi bagian jantung segitiga terumbu karang

dunia. Peneliti, fotografer bawah laut, penyelam, kapal-kapal layar, yacht maupun kapal pinisi yang mengembangkan ekowisata menetapkan Raja Ampat sebagai tujuan wisata utama. Pulau Ayau, salah satu pulau kecil di Raja Ampat, memiliki kearifan budaya local baarnama Sasi. Ketua adat menetapkan aturan bersama bagi masyarakatnya untuk tidak menggangu satu wilayah dalam kurun waktu tertentu. Tempat ini merupakan lokasi pemijahan ikan-ikan untuk bertelur. Dengan Sasi, diharapkan ikan-ikan dapat berkembang dan mencukupi kebutuhan makanan bagi masyarakat. Jenis ikannya antara lain: kakap, kerapu, dan udang-udangan.

Analisis: Perairan yang terdapat di Papua menjadikan pengunjung dapat memenuhi kebutuhan ataupun keinginan dalam berwisata sesuai dengan motivasi wisatanya masing-masing. a. Motivasi fisik : pengunjung dapat menikmati panorama pantai yang membentang luas, dengan pasir putih yang mengelilingi pulaunya. b. Motivasi budaya : pengunjung dapat mengetahui adat-adat suku di papua. Contohnya adat Sasi, dimana pengunjung maupun masyarakat di daerah tersebut harus mendukung dan menjaga kelestarian alam agar flora dan fauna di kawasan tersebut tetap lestari. c. Motivasi Antar Pribadi : pengunjung dapat bertemu dan mengenal lebih dalam tentang orang-orang suku papua yang ramah dan baik hati. d. Motivasi status dan martabat : panorama yang indah dari kekayaan alam laut papua membuat kawasan ini terkenal hingga ke mancanegara. Hal ini akan membuat kepuasan tersendiri bagi pengunjung yang pernah berkunjung kesana. Pariwisata yang terdapat di daerah ini secara garis besar telah memenuhi 8 prinsip ekowisata. Hal tersebut terwujud dalam berbagai tindakan seperti menerapkan peraturan adat Sasi, dimana peraturan tersebut akan mencegah dan menanggulangi dampak kegiatan wisatawan terhadap alam dan budaya. Peraturan adat tersebut secara tidak langsung juga memberikan pendidikan konservasi lingkungan kepada wisatawan. Adanya partisipasi masyarakat yang ditunjukkan dengan ikutnya masyarakat dalam memantau berjalannya peraturan adat Sasi. Dengan adanya partisipasi masyarakat ini akan menambah pendapatan ekonomi masyarakat local. Sehingga dengan adanya mutu dan pelayanan yang baik, akan menambah jumlah wisatawan yang masuk dan akan menambah devisa Negara dan pendapatan daerah.

Namun, dari berbagai system yang diterapkan, ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaan program wisata ini yaitu, tidak adanya batasan jumlah pengunjung yang datang. Hal ini nantinya akan mengakibatkan pergeseran keseimbangan kelestarian alam karena daya dukung alam yang tidak sanggup menampung kapasitas wisatawan yang berlebihan. Majunya objek wisata dan banyaknya wisatawan ini akan memancing pemilik modal/investor-investor, baik local maupun asing, mendirikan market untuk memenuhi kebutuhan wisatawan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya pengembangan pariwisata dilihat dari aspek market. Selain tidak adanya batasan pengunjung, adanya kendala dalam pembinaan system perencanaan pengembangan pariwisata kepada masyarakat local juga menjadi masalah dalam penerapan kebijakan pengembangan ekowisata. Masyarakat local yang mayoritas memiliki budaya yang kental dari sukunya, membuat penyuluh dari pemerintah mengalami kesulitan dalam memberikan pembinaan tentang prosedur yang harus dijalankan. Bahkan tak jarang prosedur-prosedur yang seharusnya diterapkan dilalaikan begitu saja. Misalnya hal-hal yang berkaitan tentang pelaporan,terkadang apa yang di laporkan berbeda dengan keadaan aslinya. Hal ini tidak lepas dari monitoring dari setiap pelaku kebijakan ekowisata. Kurangnya monitoring akan berimbas pula terhadap kurang berlakunya kebijakan ekowisata. Rekomendasi yang bisa diberikan adalah pemerintah pusat, yang memiliki kekuasaan tertinggi, dapat memberikan perhatian lebih terhadap potensi yang terdapat di kawasan laut Papua. Perhatian ini dapat berupa pemberian peta konsep pengembangan ekowisata yang tertuju bukan hanya untuk kepuasan wisatawan, namun juga mempertimbangkan aspek kelestarian alam. Selain itu, pemerintah juga dapat mengirimkan beberapa orang ahli sebagai pelaksana kebijakan pengembangan ekowisata ke daerah tersebut, agar masyarakat sekitar dapat belajar dan mencontoh secara langsung dan benar tentang pelaksanaan kebijakan yang sudah direncanakan. Monitoring dari seorang yang ahli, yang direkomendasikan pemerintah ini, akan mengurangi kendala-kendala yang ada dilapangan. Pendidikan-pendidikan konservasi sangat penting diberikan untuk generasi muda. Hal ini bertujuan untuk menciptakan generasi muda terhadap kelestarian lingkungan sehingga mempunyai keinginan untuk berperan secara aktif dalam melestarikannya. Apabila hal-hal diatas dapat terlaksana, maka akan sesuai dengan strategi pelaksanaan kebijakan operasional. Sehingga potensi kekayaan alam laut Papua dapat dimanfaatkan dan dikembangkan tanpa harus mengeksploitasi alam dan menjaganya sehingga tetap lestari.

You might also like